BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perempuan di Amerika Serikat pada tahun 1920an sudah mendapatkan
kesempatan untuk bekerja namun mereka mendapatkan upah yang rendah tidak
sesuai dengan jam kerjanya. Pada tahun 1970 dan 1980 kesenjangan dalam
penerimaan upah berdasarkan gender masih lekat dirasakan dan belum ada
perubahan. Namun 1998 kesenjangan tersebut berubah bukan lagi berdasarkan
gender melainkan kesenjangan dengan pekerja perempuan yang usianya lebih
muda, hingga abad ini perempuan yang bekerja menjadi buruh masih
mendapatkan upah tidak sesuai dengan jam kerjanya. Meskipun pekerja
perempuan ini mendapatkan upah rendah, namun jumlah mereka bertambah dari
yang semula hanya 20 persen menjadi 87 persen pada tahun 20001. Pada awalnya,
perempuan Amerika menganggap kebebasan dapat diraih ketika mereka dapat
perlakuan yang setara dengan laki-laki dalam hak persamaan sehingga tidak ada
lagi ketimpangan, pemikiran tersebut bertambah kearah hak perempuan yang
lebih spesifik seperti bagi istri yang bekerja boleh menyimpan gajinya sendiri juga
tuntutan untuk melegalkan aborsi gratis2. Pemikiran sebelumnya dirasa terlalu
radikal, karena ingin menjadikan perempuan ras superior sebagai balasan
dahulunya perempuan selalu tertindas dan keinginan kuat untuk mematahkan
dominasi laki-laki juga memunculkan pertanyaan akan dibawa kemana
1
Gülten Silindir. Challenging The Status Quo of Women In The Early Twentieth Century In the Works of Diana Of Dobson’s and Trifles.Kilis 7 Aralik University, Faculty of Arts and Sciences Departement Of Western Languanges and Literature. Kilis, Turkey. Hal 78
▸ Baca selengkapnya: sebutkan kelebihan televisi sebagai media elektronik
(2)perempuan yang masih membutuhkan laki-laki. Sehingga muncullah pemikiran
baru yang menyuarakan kebebasan perempuan menjadi seperti apa yang
diinginkan namun tetap mendapatkan haknya serta tidak harus meruntuhkan
dominasi laki-laki. Justru menggunakan potensi yang ada dalam dirinya untuk
mendapatkan keinginannya, seperti bosan menjadi perempuan pekerja dan
memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga ia bisa dengan mudah berhenti
tanpa ada yang menghalangi, selain itu juga menggunakan hal yang identik
dengan perempuan (memasak, berdandan) sebagai kekuatan daya juang
pembuktian bahwa perempuan juga bisa memperoleh keinginannya tanpa harus
menjadi maskulin dan mematahkan dominasi laki-laki.
Pemikiran ketiga inilah yang kini banyak diterapkan oleh perempuan di
Amerika Serikat, karena dirasa mencakup segala aspek kebutuhan perempuan.
Sebagai Negara adidaya, Amerika merasa pemikiran tersebut layak disebarkan
agar negara yang berada mengikuti pola pemikiran tersebut3.
Perempuan Amerika Serikat yang merasa haknya tidak terpenuhi
melakukan berbagai bentuk perlawanan yang diprakarsai oleh adanya
kelompok-kelompok feminis pada saat itu begitu pula perempuan Arab Saudi. Sangat
berbeda dengan situasi perempuan di Amerika Serikat, perempuan di Arab Saudi
hak-haknya jauh lebih terbatas daripada perempuan Amerika Serikat. Pembatasan
hak untuk perempuan ini beralasan bahwa perempuan haruslah menjaga diri serta
martabatnya, perempuan sangat dilarang untuk menyetir mobil dan pemerintah
menjamin tidak akan diturunkannya lisensi mengemudi untuk perempuan.
Perempuan juga mendapatkan larangan untuk bekerja, berpartisipasi dalam
pemilu serta berpergian keluar negri tanpa dampingan dan persetujuan
mahramnya bisa dari keluarga maupun suaminya. Jika berpergian keluar rumah
mereka diwajibkan memakai abaya4serta bercadar untuk menutupi wajah mereka,
selain itu perempuan disana juga dilarang untuk tertawa dengan suara keras
karena suara mereka dianggap pengundang syahwat laki-laki. Tata hukum islam
yang sangat ketat penerapannya di Arab Saudi, telah melarang laki-laki dan
perempuan untuk berbaur. Karena larangan berbaur inilah perempuan memiliki
sedikit kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya seperti larangan
mengikuti olahraga yang pada akhirnya diperbolehkan namun dengan kewajiban
tetap menggunakan pakaian yang menutup aurat, larangan menonton pertandingan
sepak bola di stadion yang akhirnya pemerintah membangunkan tribune khusus
penonton perempuan, begitu pula di restoran disediakan tempat pemesanan serta
ruangan makan terpisah khusus perempuan.
Kesempatan perempuan untuk bekerja ditentukan oleh ada tidaknya ijin
dari mahramnya, karena kebanyakan warganya masih konservatif jadi hanya
sedikit perempuan yang boleh bekerja selain menjadi ibu rumah tangga. Persoalan
perempuan yang telah berumah tangga tidak hanya meliputi dapur dan kasur saja
namun juga tentang kecantikan.
Perempuan merupakan makhluk yang tak sesederhana laki-laki dalam
segala hal, mereka cenderung lebih kompleks permasalahannya. Namun
permasalahan menjaga kecantikan diri dirasa menghinggapi perempuan segala
4
macam usia. Konsepsi kecantikan perempuan dikonstruksi oleh media massa,
pada tahun 1940an perempuan yang berpostur tubuh subur merupakan ikon
kecantikan di masa itu seperti Marilyn Monroe. Kemudian pada 1960 standar
kecantikan mengalami perubahan seiring dengan trend fashion yang sedang
gencar menampilkan pakaian mini untuk menunjukkan kaki yang tinggi dan
jenjang. Ikon kecantikan masa itu adalah Twiggy, seorang model dengan tinggi
badan 170cm dan berat badan 40kg5. Saat ini tren kecantikan yang sedang popular
adalah “fiercely size” atau “plus size model” yang dipopulerkan oleh Tyra Banks
dimana perempuan yang berpostur tubuh berisi ataupun gemuk dianggap cantik
dan dapat menjadi model6. Perempuan di dunia menganggap tubuh yang ideal
dan kulit yang mulus tanpa jerawat, keriput dan flek hitam ialah standar
kecantikan perempuan sesungguhnya yang dapat menunjang penampilan dan
dirasa dapat mendapatkan apa yang diinginkan jika telah berhasil menerapkan
standar kecantikan tersebut dalam diri mereka.
Permasalahan ini dinilai banyak dirasakan oleh perempuan diseluruh
penjuru dunia maka media massa membingkai peristiwa yang ada dan mulai
menciptakan tayangan-tayangan yang dinilai cukup menggambarkan persoalan
yang tengah dihadapi. Seperti mulai adanya tayangan opera sabun di Amerika
Serikat pada akhir tahun 1970an yang membahas tentang kisah percintaan,
kemudian semakin berkembang pada tahun 1998 dengan kemunculan serial
televisi yang bertemakan permasalahan yang dihadapi perempuan namun bukan
5Anastasia Melliana. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.Penerbit LkiS, 2006 Yogyakarta
terbatas kisah percintaan saja7. Serial televisi ini lebih beragam bahasannya dalam
menyikapi permasahan perempuan, untuk perempuan yang masih lajang akan
disibukkan dengan urusan pengakuan hak untuk mendapatkan hak pilih di
hidupnya dalam hal kebebasan untuk menjadi apapun yang dia inginkan tanpa
harus ada yang menghalangi di bidang pekerjaan, hubungan percintaan,
pertemanan, gaya hidup, dan kecantikan sementara untuk perempuan yang sudah
berumah tangga juga ada bahasan mengenai pernikahan bukanlah halangan untuk
mendapatkan hak pilihnya sama seperti saat masih lajang namun lebih
mengerucut tidak bisa lagi mendapatkan kebebasan dalam hubungan percintaan
karena mereka telah terikat dengan pernikahan. Hal tersebut ditandai dengan
munculnya serial televisi yang berjudul Sex and The City.
Serial televisi turut serta dalam menentukan standar kecantikan seorang
perempuan. Dalam tayangannya diperlihatkan bahwa perempuan haruslah
mengikuti trend yang sedang marak saat ini dari kecantikan wajah yang tampak
bersih cerah merona tanpa ada noda, tubuh langsing dengan kaki yang jenjang,
penggunaan pakaian, tas dan sepatu bermerk perancang kelas dunia jika sudah
terpenuhi itu semua maka sempurnalah sudah kecantikan seorang perempuan.
Adanya standar kecantikan ini membuat perempuan berlomba-lomba membentuk
dirinya untuk menjadi perempuan cantik yang sempurna, ditunjang dengan
banyaknya iklan di televisi yang menawarkan berbagai macam produk kecantikan
juga dengan online shopping untuk barang-barang bermerk buatan perancang
terkenal dunia. Tak bisa dipungkiri bahwa standar kecantikan ini menciptakan
konsumerisme bagi perempuan dengan obsesi menjadi cantik, standar kecantikan
inilah yang dimanfaatkan Amerika sebagai cultural commodities dari Amerika
Serikat untuk perempuan Arab Saudi.
Fenomena konsumerisme memang melanda perempuan di dunia, termasuk
di negara Amerka Serikat sendiri selaku negara adidaya yang juga merupakan
penyumbang standar kecantikan terbesar melalui media massa telah berhasil
membangun citra kecantikan perempuan yang tak terbantahkan hingga saat ini,
menggunakan iklan serta pencitraan melalui karakter aktris dalam serial
televisinya yang tersebar di tiap negara membuat perusahaan pemilik di bidang
kecantikan perempuan seperti bidang kosmetik, brand-brand perancang busana
ternama turut ikut melakukan promosi didalamnya. Di serial televisi Sex and The
City contohnya para aktor dan aktrisnya menggunakan barang-barang berlabel
perancang terkenal dalam kehidupan sehari-harinya di tayangan tersebut seperti
sepatu merk Manolo Blahnik, pakaian serta tas milik Dior, Gucci, Chanel,
Burberry, Fendi. Tayangan tersebut tidak hanya disiarkan di Amerika Serikat saja
namun juga disiarkan di luar negeri seperti Arab Saudi.
Hubungan antara Arab Saudi dengan Amerika Serikat merupakan
simbiosis mutualisme, dimana Arab Saudi menggantungkan pembelian
persenjataan militer hanya pada Amerika Serikat dan Amerika menyambut baik
dengan menempatkan pangkalan pesawat tanpa awak namun bersenjata. Amerika
juga bergantung pada Arab Saudi dalam persoalan minyak, Arab Saudi juga telah
Serikat8. Selain itu juga Amerika sebagai negara Patron, dapat dengan mudah
memberikan pengaruh baru terhadap Arab Saudi karena segala hal yang berasal
dari Amerika selalu berlabel modernisasi.
Tayangan serial televisi milik Amerika Serikat yang bernafaskan standar
kecantikan ini menyebar hingga ke Arab Saudi dan dari tayangan tersebut berhasil
mencuri perhatian perempuan Arab Saudi. Setelah masuknya tayangan-tayangan
serial televisi yang membahas persoalan perempuan membuat tahun 2009,
perempuan muda Saudi menghabiskan uang sebesar 2,4 milyar dolar untuk
membeli kosmetik9. Dan mereka sangat totalitas terhadap penampilan.
Untuk lebih jelasnya penulis telah membuat skema kerangka berpikir yang
dapat dilihat sebagai berikut :
8Rebbeca May, Arab Sudi : Kontradiksi Sahabat Barat dan Pendukung Terrorisme dalam
http://www.dw.de/arab-saudi-kontradiksi-sahabat-barat-dan-pendukung-teroris/a-16593629
diakses pada 25 Agustus 2013 pukul 22.58
9Abeer Allam, Saudi Women Among World’s Biggest Consumers of Beauty Productsdalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/07/19/AR2010071905246.html
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
Sumber : Ilustrasi Pribadi
Mengakibatkan Konsumerisme Sebagai Dampak Pemenuhan Kebutuhan
Cultural Imperialism Cultural Dopes
Permasalahan Perempuan
Ditampilkan dalam media massa (tayangan serial televisi)
Perempuan Arab Saudi Perempuan Amerika
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang berusaha dijawab dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Serial Televisi Amerika Serikat Digunakan Sebagai Media Cultural
Imperialism Untuk Perempuan Arab Saudi?”
1.3 Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
- Mengetahui bagaimana serial televisi Amerika Serikat digunakan sebagai media Cultural Imperialism untuk perempuan Arab Saudi.
1.4 Literatur Terahulu
Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan hasil
penelitian terdahulu oleh peneliti yang mengangkat topik yang berdasar sama
yaitu media massa sebagai alat penyampaian ide. Tiga kajian yang menjadi
pembanding adalah penelitian yang dilakukan oleh Suud Fitra Alwi Assegaf 10dan
Nina Nurruwaida Anggita Pradani11, juga jurnal milik Belaid Allal12.
Penelitian yang dilakukan oleh Suud Fitra Alwi Assegaf yang berjudul
“Peran Televisi Al Jazeera Bagi Diplomasi Qatar” dijelaskan bahwa kesadaran
10Suud Fitra Alwi Assegaf (05260006) Hubungan Internasional, Skripsi “Peran Televisi Al-Jazeera Bagi Diplomasi Qatar”. Universitas Muhammadiyah Malang. 2009.
11
Nina Nurruwaida Anggita Pradani (06260028) Hubungan Internasional, Skripsi “Konflik Politik Global Peradaban Hindu, Islam dan Barat dalam Film My Name Is Khan”.Universitas
Muhammadiyah Malang. 2010.
para pemimpin tentang kemampuan media mengubah pandangan masyarakat,
meyakinkan mereka jika media dapat menjadi alat diplomasi untuk mencapai
kepentingan negara. Maka didirikanlah jaringan televisi Al Jazeera, dengan
kebebasan untuk memberitakan berbagai peristiwa sesuai dengan apa yang terjadi
serta dijaminnya kebebasan tersebut oleh pemerintahan Qatar. Berbeda dengan
Suud, penulis mengangkat serial televisi dari Amerika Serikat digunakan untuk
menjalankan misi Cultural Imperialism dengan membawa pesan khususnya yaitu
dominasi kebudayaan dan menjadikannya kebudayaan tunggal milik Amerika
Serikat saja.
Dan dalam penelitian Nina Nurruwaida Anggita Pradani dengan judul
“Konflik Politik Global Peradaban Hindu Islam dan Barat dalam film My Name Is
Khan”, dijelaskan bahwa film My Name Is Khan merupakan film yang
mengangkat tentang isu rasial dan terorisme antara islam dan barat. Dalam
skripsinya, Nina menekankan cerita yang diangkat dalam film My Name Is Khan
ini menjadi gambaran atau lebih tepatnya sebuah miniatur dari benturan antar
peradaban (clash of civilisation) yang dijelaskan oleh Samuel P. Huntington,
sehingga hal ini menjadi alasan mengapa Nina menggunakan pendekatan
Huntington tersebut untuk menjelaskan sebuah film yang maknanya sebagai
gambaran realitas dan memiliki makna dan pesan tertentu bagi penontonnya.
Penulis menggunakan teori Postfeminism untuk menjelaskan bagaimana
kecantikan menjadi senjata untuk memberdayakan perempuan dalam hal
mendapatkan segalanya dan ditunjang dengan teori Cultural Imperialism sebagai
Dalam Jurnal milik Belaid Allal yang berjudul American Cultural
Imperialism : Propaganda and Impact in Contemporary China dijelaskan
bagaimana Amerika berusaha melebarkan dominasinya dengan berbagai cara
seperti melalui serial televisi, film layar lebar, dan menjamurnya restoran fast
food yang bertujuan untuk memarjinalkan nilai-nilai di masyarakat serta produk
lokal. Disini juga dijelaskan bukan hanya dalam hal industri hiburan serta
makanan namun dalam aspek tata bahasa juga turut dijajah oleh Amerika, hal ini
diperlihatkan dengan kebanyakan murid sekolah dan mahasiswa lebih suka belajar
bahasa inggris daripada bahasa mandarin juga dengan diberlakukannya sistem
beasiswa dapat dengan mudah belajar di Amerika. Amerika mengatasnamakan
modernisasi sebagai istilah lain yang lebih halus dalam melancarkan Cultural
Imperialismnya, sementara penulis lebih spesifik membahas tentang penggunaan
serial televisi sebagai media Cultural Imperialism Amerika Serikat dalam rangka
menyebarkan standar kecantikan untuk perempuan di Arab Saudi.
Berikut terdapat tabel pembeda antara peneliti sebelumnya dengan penulis :
No Nama Peneliti Judul Penelitian Fokus Penelitian Fokus Penulis
dengan tujuan
3. Bellaid Allal American Cultural
dampaknya perempuan
Arab Saudi
Tabel 1.2 Pembeda Peneliti Sebelumnya dengan Penulis
1.5 Landasan Teori
A. Teori Cultural Imperialism
“Cultural Imperialism refers to the worldwide spread and dominace of American
consumer culture and products. Which many nations claim is eroding their local
cultural traditions and values represents a form of global cultural regulation. The
cultural commodities refers to products of the print and audio visual industries
including movies, television, publishing, radio and music13.”
Term Cultural Commodities merujuk pada produk cetak maupun industri
audio visual termasuk film, televisi, iklan, radio dan musik. Produk tersebut
merupakan mesin penggerak transmisi nilai, gaya hidup dan ideologi yang
digunakan untuk mengikis budaya lokal. Cultural Imperialism digunakan oleh
negara maju untuk mempropagandakan budayanya dengan tujuan mengganti
ideologi yang telah lama hidup di masyarakat dengan ideologi baru yang
ditawarkan oleh negara maju tersebut. Dalam kasus ini Amerika selaku negara
adidaya, menggunakan media-media seperti yang telah disebutkan diatas untuk
melangsungkan tujuannya mengganti ideologi negara-negara dibawahnya supaya
13
mengikuti ideologinya yang liberal14. Film Amerika dan musik, tayangan sitkom
dan opera sabun termasuk dalam Cultural Commodities yang mendapat manfaat
melekat dari tanda “Made In America”. Disamping menghasilkan keuntungan
ekonomi yang melimpah, produk Amerika juga mempromosikan tema umum
seperti standar kecantikan bagi perempuan yang merupakan modal untuk
mencapai apapun yang mereka inginkan untuk meningkatkan penghasilan
serial-serial televisi tersebut dengan tujuan untuk membebaskan keinginan alami
manusia untuk membebaskan dirinya sendiri tanpa ada apapun yang menghalangi.
Collective socio-political merupakan cara yang bisa diterapkan masyarakat
untuk melawan dominasi budaya barat. Pergerakan ini membangun perlindungan
perlawanan atas nama Tuhan, Negara, Etnisitas, Keluarga atau Budaya Lokal. Di
Arab Saudi terdapat ajang kontes kecantikan yang disebut “Miss Congeniality”
bukan seperti kontes kecantikan pada umumnya yang mana kecantikan tubuh
perempuan juga diperhitungkan, dalam kontes ini hanyalah pemilik etika terbaik
yang menjadi juara15. Kontes kecantikan ini sebagai langkah muslim konservatif
Arab Saudi untuk menyebarkan pesan mereka bahwa kecantikan tidak semata
dinilai dari kecantikan wajah dan tubuh namun kecantikan moral jauh lebih
penting, juga dalam menghadapi serbuan pengaruh asing yang membanjiri Arab
Saudi16.
14Ibid
15Alarabiya.net English, Third Annual ‘Miss Congeniality’ Beauty Pageant Held In Saudi Arabia dalam http://www.alarabiya.net/articles/2012/10/10/242959.htmldiakses pada 27 Agustus 2013 pukul 07.15
16
Saudi Beauty Pageant : Miss Beautiful Morals dalam
Tayangan serial televisi milik Amerika Serikat yang tersebar di berbagai
penjuru dunia membawa misi bahwa perempuan dengan wajah yang bersih,
bentuk tubuh proposional serta mengenakan barang-barang berlabel perancang
kelas dunia merupakan indikator perempuan tersebut dikatakan cantik serta
adanya jaminan dapat memperoleh segala yang diinginkan, sehingga dapat
membuat para perempuan yang menontonnya menjadi berlomba-lomba
memenuhi standar kecantikan tersebut.
B. Postfeminisme
Postfeminisme merupakan pengembangan dari feminisme gelombang
pertama dan kedua. Pada gelombang pertama adanya tuntutan bahwa perempuan
juga memiliki hak untuk bekerja dan protes atas pernyataan menikah adalah
pekerjaan yang tepat untuk perempuan, sementara pada gelombang kedua lebih
banyak tuntutan antara lain kesetaraan gaji, pekerjaan dan pendidikan, kontrasepsi
serta aborsi gratis sesuai kebutuhan. Feminisme gelombang kedua menganggap
perempuan merupakan kelompok sosial yang tertindas karena tubuhnya sebagai
otonomi seksual sebagai sarana penindasan, selain itu laki-laki juga dianggap
banyak merebut kesempatan yang seharusnya juga bisa diperoleh perempuan.
Dari pemikiran ini para perempuan merasa dominasi laki-laki harus diruntuhkan,
agar perempuan mendapatkan kesetaraan. Postfeminisme mengambil nilai-nilai
pokok kedua feminisme tersebut seperti tuntutan bahwa perempuan juga memiliki
hak untuk bekerja dan pemenuhan segala tuntutan pada gelombang kedua namun
laki-laki. Tetap menempatkan laki-laki pada posisi seharusnya seperti ayah,
teman, kekasih, suami17.
Postfeminisme menjelaskan bahwa kemerdekaan bagi perempuan terletak
pada adanya kebebasan untuk menjadi apapun yang diinginkannya tanpa ada yang
menghalangi. Istilah Lipstick Feminismmuncul pada tahun 1980 dan 1990, ialah
jenis dari postfeminisme yang menerangkan bahwa tingkat feminitas seorang
perempuan dapat menjadi empower bagi perempuan tersebut18. Artian dalam
tingkat feminitas ini yaitu menggunakan kecantikan (penampilan luar) sebagai
alat untuk mendapatkan keinginanya, ketika telah mendapatkan apa yang
diinginkan itulah kepuasan.
Helen Gurley Brown berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki
memiliki kesamaan dalam hasrat seksual, selain itu perempuan dan laki-laki juga
memiliki persamaan dalam akses ekonomi juga kebebasan seksual19. Untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut perempuan harus menonjolkan sisi feminitasnya,
dan hak semua perempuan untuk mewujudkannya. Sisi feminitas yang
dimaksudkan ialah bagaimana perempuan memaksimalkan kecantikan tubuhnya,
sehingga melahirkan standar kecantikan bagi perempuan yang mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
Perkembangan standar kecantikan ini diikuti dengan perkembangan media
massa, pada tahun 1940an perempuan yang berpostur tubuh subur merupakan
ikon kecantikan di masa itu seperti Marilyn Monroe. Kemudian pada 1960 standar
17
Sarah Gamble, op cit.hal 54.
18What Is Lipstick Feminism?Dalam http://www.wisegeek.com/what-is-lipstick-feminism.htm diakses pada 27 Agustus 2013 pukul 4.20
kecantikan mengalami perubahan seiring dengan trend fashion yang sedang
gencar menampilkan pakaian mini untuk menunjukkan kaki yang tinggi dan
jenjang. Ikon kecantikan masa itu adalah Twiggy, seorang model dengan tinggi
badan 170cm dan berat badan 49kg. Tren tubuh langsing ala model, wajah mulus
tanpa noda, polesan kosmetik mahal dan penggunaan barang-barang berlabel
perancang kelas dunia inilah standar kecantikan saat ini.
Penyebar standar kecantikan ini menggunakan media massa, salah satu
contohnya adalah tayangan serial televisi. Amerika Serikat memahami bahwa
perempuan Arab Saudi banyak menghabiskan waktu dirumah, karena
keterbatasan hak mereka diluar selain dengan mahramnya maka digunakanlah
tayangan serial televisi sebagai media penyebaran nilai lipstick feminismini.
C. Konsep Relasi Patron Client
Relasi Patron Client merupakan pertukaran hubungan antara kedua peran
yang dapat dinyatakan sebagai hubungan dimana seorang ataupun negara dengan
status sosio ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, sehingga menciptakan
ketergantungan bagi seorang yang dianggapnya lebih rendah (klien)20.
Dalam hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Arab Saudi
keduanya tidak nampak saling menyokong dari luar, terlihat dengan adanya invasi
anti terorisme yang dilaksanakan Amerika Serikat di Palestina. Di sisi lain Arab
Saudi mengalami ketergantungan dengan Amerika Serikat dalam hal pembelian
20James C Scott. Patron Client Politics and Political Change In Southeast Asia.Dalam
senjata, namun disisi lain Amerika juga bergantung pada minyak yang dimiliki
oleh Arab Saudi. Karena Amerika merupakan negara Patron bagi Arab Saudi,
maka segala produk Amerika dapat dengan mudah masuk ke Arab Saudi dan
anggapan masyarakat tentang segala produk Amerika merupakan modernisasi.
Sadar dengan posisinya sebagai negara patron, Amerika memanfaatkan
untuk menyebarkan nilai, gaya hidup, dan ideologi negara client untuk mengikis
budaya lokalnya dan menggantinya dengan kebudayaan global (kebudayaan
buatan Amerika Serikat). Pemanfaatan ini menggunakan media massa khususnya
serial televisi, pemerintah Arab Saudi sadar bahwa perempuan tidak banyak
beraktifitas diluar selain didampingi mahramnya maka ia memberikan hiburan
berupa channel televisi MBC4 sebagai media khusus perempuan yang berisikan
acara drama serial televisi.
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Level Analisa
Untuk mempermudah pemahaman mengenai metodologi penulisan, maka
penulis menempatkan posisi unit eksplanasi dan level analisa pada bagiannya
masing-masing. Unit eksplanasi menerangkan tentang Serial Televisi Amerika
Serikat sementara unit analisa menerangkan sebagai media Cultural Imperialism
pada perempuan Arab Saudi.
1.6.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Metode penelitian
data serta menganalisis bagaimana serial televisi Amerika Serikat digunakan
sebagai media Cultural Imperialismpada perempuan Arab Saudi.
1.6.3 Teknik Pengumpulan data
Berdasarkan penelitian ini penulis menggunakan data sekunder sebagai
sumber informasi dan bahan dalam melakukan penelitian ini. Data-data diperoleh
dengan melakukan studi pustaka berupa buku, koran, artikel, jurnal dan situs
internet.
1.6.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penulisan ini menggunakan metode kualitatif
yaitu penyajian data yang digunakan oleh penulis, menjadikan penelitian ini
sebagai penelitian pustaka yang menyajikan data-data untuk menganalisis
fenomena yang telah ditentukan.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian atau definisi operasional penelitian ini memuat
tentang indikator-indikator variabel penelitian secara konkrit. Judul dari penelitian
ini adalah Serial Televisi Amerika Serikat Sebagai Media Cultural Imperialism
Pada Perempuan Arab Saudi. Tingkat analisa dalam penelitian ini adalah
korelasionis.
Berdasarkan dari penelitian tersebut terdapat 2 variabel yaitu :
Serial Televisi Amerika Serikat sebagai unit eksplanasi
Sebagai media Cultural Imperialismpada perempuan Arab
Saudi sebagai unit analisa atau disebut juga variabel
independen
Dan ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi batasan materi dan
batasan waktu.
1.7.1 Batasan Materi
Batasan materi dalam penelitian merupakan wadah bagi penulis
yang didalamnya mencakup kawasan, keadaan, fakta-fakta atau
sumber-sumber dari fenomena yang akan diteliti. Dimana penulis akan
menjelaskan alasan bagaimana serial televisi Amerika Serikat sebagai
media Cultural Imperialism pada perempuan Arab Saudi dengan
mengangkat konsepsi perempuan terhadap kecantikan hingga melahirkan
konsumerisme sebagai pemenuhan syarat untuk menjadi cantik.
1.7.2 Batasan Waktu
Batasan waktu dalam penelitian ini adalah berawal dari masuknya
channel televisi MBC4 di Arab Saudi “entertainment for new arab
1.8 Argumentasi Dasar
Dari data yang telah penulis kemukakan, Amerika merupakan
negara yang selalu ingin menambah dominasi di negara-negara lain
dengan menggunakan berbagai macam daya dan upaya untuk meraihnya.
Salah satu contohnya adalah mendayagunakan media massa sebagai alat
cultural imperialismnya, media massa yang digunakan adalah serial
televisi. Dalam serial televisi ini turut disisipkan konsepsi perempuan
terhadap kecantikan, di negara Arab Saudi yang perempuannya
berpemikiran lebih modern ketika disuguhkan tayangan seperti itu akan
lebih mudah terperdaya. Perempuan Arab Saudi yang merupakan target
cultural imperialism dari Amerika Serikat memunculkan dua reaksi yaitu
reaksi postif serta negatif, reaksi positif yaitu berupa penerimaan ide
kecantikan tersebut dan menjadi konsumerisme sementara reaksi negatif
yaitu berupa menciptakan konsepsi kecantikan sendiri namun tidak
melupakan identitas awal mereka serta ada yang menolak mentah-mentah
konsepsi tersebut karena mereka merasa nyaman dengan keadaan yang
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I berisi : Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Literatur Terdahulu
Landasan Konseptual
Metodologi Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Argumentasi Dasar
BAB II berisi :
Serial Televisi Amerika Serikat Sebagai Cultural
Commodities
BAB III berisi :
Perempuan dan Target Cultural Imperialism I
(Preproduction)
BAB IV berisi :
Serial Televisi Sebagai Cultural Imperialism Amerika
Serikat Terhadap Perempuan Arab Saudi
BAB V berisi :
SKRIPSI
SERIAL TELEVISI SEBAGAI MEDIA
CULTURAL
IMPERIALISM
AMERIKA SERIKAT PADA PEREMPUAN
ARAB SAUDI
Di susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional
Oleh:
AGHNAITA FIRDAYANTI
09260010
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Aghnaita Firdayanti
NIM : 09260010
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Serial Televisi Sebagai Media Cultural Imperialism Amerika Serikat Pada Perempuan Arab Saudi
Disetujui Dosen Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Widya Yutanti, MA Helmia Asyathri, S.IP
Mengetahui,
Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Aghnaita Firdayanti
NIM : 09260010
Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Serial Televisi Sebagai Media Cultural Imperialism Amerika Serikat Pada Perempuan Arab Saudi
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS
Pada hari : Senin
Tanggal : 21 Januari 2014
Tempat : Laboratorium Hubungan Internasional UMM Mengesahkan,
Dekan FISIP-UMM
DR. Asep Nurjaman, M.Si Dewan Penguji :
1. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc.Sc ( )
2. Peggy Puspa, M.Sc ( )
3. Widya Yutanti, MA ( )
LEMBAR ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Aghnaita Firdayanti
NIM : 09260010
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya skripsi berjudul :
SERIAL TELEVISI SEBAGAI MEDIA CULTURAL IMPERIALISM
AMERIKA SERIKAT PADA PEREMPUAN ARAB SAUDI
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 08 Februari 2014
Yang menyatakan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Serial Televisi Sebagai Media Cultural Imperialism Amerika Serikat Pada
Perempuan Arab Saudi.
Amerika Serikat dikenal sebagai negara adidaya yang selalu ingin menambah dominasinya pada negara-negara yang berada di dunia. Amerika menggunakan soft power yang berupa tayangan serial televisi untuk menciptakan standar kecantikan serta penyebaran ide postfeminismkhususnya
lipstick feminismpada perempuan dunia. Perempuan Arab Saudi yang haknya
tidak sebebas perempuan Amerika Serikat menganggap gagasan yang berasal dari Amerika Serikat merupakan modernitas sehingga mereka berlomba mengikutinya. Amerika Serikat menyebarkan gagasan kecantikan tersebut untuk membuat perempuan Arab Saudi melupakan budaya asli mereka dan mengikuti budaya Amerika Serikat yang disebut cultural imperialism.
Peneliti menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan peneliti sangat mengharapkan kontribusi ide dan kritik yang bersifat membangun sehingga penelitian ini dapat menjadi penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa Hubungan Internasional.
Malang, 8 Februari 2014
Penulis
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Alhamdulillah hirobbil alamin” terimakasih Yaa Allah atas segalanya hingga akhirnya skripsi ini selesai
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya tercinta Bapak Heri Yulianto dan Ibu Tutik Susmiyati, terima kasih untuk segala supportnya. Maaf kalo saya selama ini jadi anak yang bandel dan gak nurut juga suka pergi gak pamitan (saya selalu lupa!) hehehehe. Untuk Bapak, terima kasih atas segalanya semoga selalu diberi panjang umur, kesehatan serta rezeki juga kelancaran dalam setiap urusan oleh Allah SWT amiiiin. Untuk Ibu, terima kasih atas segala supportnya dan senatiasa mengingatkan bahwa “hinaan bukanlah alasan untuk mundur, tapi sebagai cambuk diri
supaya lebih baik” yang selalu saya ingat ketika sedang lelah dan malas. Maaf
saya masih belum bisa jadi anak perempuan yang feminim seperti yang ibu inginkan selama ini hehehehehe semoga Ibu selalu diberi limpahan kesabaran, hati yang selalu ikhlas, panjang umur, kesehatan dan rezeki oleh Allah SWT amiiiinn.
Terima kasih juga kepadaadiksaya Haritz Firmandita Putra, atas semangat yang selalu diberikan juga rela meluangkan waktunya untuk menjemput ketika pulang malam hehehehe
Terima kasih kepada tante cantik Fardini Sabilah sudah mau memberikan semangat serta nasehat dari awal masuk kuliah hingga pengerjaan skripsi ini selesai.
Terima kasih kepada Keluarga Besar Alm. Madrapi khususnya Uti, Mbak Nu, Mbak De, Om Hari, Mama Susi, Resha, Grevan, Abby atas semangat serta dukungan yang selalu diberikan kepada saya.
Terima kasih kepada semua sahabat serta teman-teman baik yang satu kampus maupun diluar kampusyang tidak bisa saya sebutkan satu persatu disini karena kalian banyak sekali rek :D. Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan curhat, memberi semangat, memberikan saran-saran, menegur ketika salah dan nongkrong bareng. Yang paling penting adalah terima kasih sudah mau berteman dengan saya , love you all rek :*
Terima kasih kepada HATERS yang selama ini sudah meremehkan saya, memfitnah serta menghina saya. Hinaan kalian adalah pacuan semangat saya!
Terima kasih kepada Siluman Kerbau, sometimes I hate every single stupid word you say sometimes I want to slap you in your whole face. There’s no one
quite like you, I know my life will suck without you. At the same time, I wanna
hug you I wanna wrap my hands around your neck. You’re an asshole but I
love you and you make me so mad I ask myself “why Im still here? Or where
could I go? You’re the only love I’ve ever known” but I hate you, I really hate
you so much I think it must be true love! No one else can break my heart like
you :*. Terima kasih supportnya, rese’nya dan berhenti di 15 bersiap, mulai lagi!
Terima kasih dan maaf untuk semua pihak yang ga sempat kesebut namanya disini dan turut memberikan semangat kepada saya! Saya payah tanpa kalian semua..love you all :*
Malang, 8 Februari 2014
DAFTAR ISI
Lembar Cover Sampul Dalam ... i
Lembar Persetujuan Skripsi... ii
Lembar Pengesahan... iii
Lembar Orisinalitas ... iv
Berita Acara Bimbingan Skripsi... v
Abstraksi... vi
Kata Pengantar ... vii
Lembar Persembahan ... viii
Daftar Isi... viiii
Daftar Bagan... x
Daftar Tabel... x
Daftar Grafik ... x
Daftar Diagram... x
Daftar Gambar ... x
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ... 2
Rumusan Masalah... 10
Tujuan Penelitian ... 10
Landasan Teori ... 14
Teori Cultural Imperialism ...14
Postfeminisme... 16
Konsep Relasi Patron Client ... 18
Metodologi Penelitian... 19
Level Analisa ... 19
Tipe Penelitian ... 20
Teknik Pengumpulan Data... 20
Teknik Analisa Data ... 20
Ruang Lingkup Penelitian... 20
Batasan Materi ... 21
Batasan Waktu ... 21
Argumentasi Dasar... 22
Sistematika Penulisan ... 23
BAB II SERIAL TELEVISI AMERIKA SERIKAT SEBAGAI MEDIA CULTURAL COMMODITIES 2.1 Aksesbilitas Masyarakat Amerika Serikat Terhadap Televisi ... 24
Cultural Commodities...29
Pengertian Cultural Commodities...29
Serial Televisi Sebagai Cultural Commodities ...32
Serial Televisi Sex and The City ...39
BAB III PEREMPUAN DAN TARGET CULTURAL IMPERIALISM (PREPRODUCTION)
Dinamika dan Pergerakan Perempuan Amerika Serikat... 50
Feminisme Gelombang Pertama ... 51
Gerakan Backlash pada Feminisme Gelombang Pertama ... 52
Feminisme Gelombang Kedua... 53
Gerakan Backlashpada Feminisme Gelombang Kedua ... 57
Gerakan Backlash di Amerika Serikat ... 73
BAB IV SERIAL TELEVISI SEBAGAI MEDIA CULTURAL IMPERIALISM AMERIKA SERIKAT TERHADAP PEREMPUAN ARAB SAUDI 4.1 Respon Perempuan Arab Saudi Terhadap Serial Televisi Amerika Serikat ... 80
4.1.1 Respon Positif ... 80
Memunculkan Sifat Konsumtif... 81
Memunculkan Kesadaran Pemenuhan Hak Asasi ... 85
Munculnya Aksi Protes Yang Dilakukan Perempuan Arab Saudi... 86
Respon Negatif... 89
Munculnya Feminisme Islam Sebagai Gerakan Backlash ... 90
Collective Socio-Political oleh Feminisme Islam ... 91
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir ... 9
Bagan 2.1 Proses Televisi Mempengaruhi Penonton... 36
Bagan 3.1 Alur Backlash dalam Pergerakan Feminisme Amerika Serikat... 77
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pembeda Peneliti Sebelumnya dengan Penulis... 12
DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Peningkatan Waktu Menonton Televisi ... 25
Grafik 2.2 Pembagian Usia Penonton Televisi di Amerika Serikat... 26
Grafik 2.3 Penonton Perempuan Serial Televisi Berdasarkan Ras ... 37
Grafik 2.4 Episode Favorit dalam Serial Televisi Sex and The City...41
Grafik 2.5 Episode Favorit dalam Serial Televisi Desperate Housewives... 48
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Penonton Televisi Berdasarkan Gender ... 27
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Musthafa. Munculnya Kaum Neoreformis di Arab Saudi dalam
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/02/22/10590634/Munculnya.Kaum.Ne
oreformis.di.Arabdiakses pada 5 Desember 2013 pukul 21.32
Al Arabiya. Third Annual ‘Miss Congeniality’ Beauty Pageant Held in Saudi
Arabia dalam http://english.alarabiya.net/articles/2012/10/10/242959.html
diakses pada 26 Desember 2013 pukul 20.07
Allal. Belaid American Cultural Imperialism Imperialism : Propaganda and
Impact in Contemporary China (Jurnal). Mentouri University Of Constantine,
Democratic And Popular Republic Of Algeria. June 2010.
Allam. Abeer, Saudi Women Among Worlds’s biggest Consumers of Beauty
Products dalam
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/07/19/AR2010071905246.htmldiakses pada 24 Agustus
2013, pukul 04.20
Al Tawil, Maisa. US Commercial Service, Country : Saudi Arabia Industry :
Saudi Apparel Market dalam
http://www.nccommerce.com/Portals/5/Documents/ITD/Saudi%20Apparel%20
Market.pdfdiakses pada 24 Desember 2013 pukul 05.24
Assegaf Alwi. Fitra Suud, (05260006) Hubungan Internasional, Skripsi “Peran
Televisi Al-Jazeera Bagi Diplomasi Qatar”. Universitas Muhammadiyah
Malang. 2009.
Bashraheel, Laura. Why do Saudis Buy Luxury Goods? Dalam
http://www.saudigazette.com.sa/index.cfm?method=home.regcon&contentid=20
Berry. Ryan, "Veganism," The Oxford Companion to American Food and Drink.
Oxford University Press, 2007
Biagi. Shirley, Media/Impact : Pengantar Media Massa. Penerbit Salemba
Humanika. 2010. Jakarta
Brooks. Ann, Postfeminisme & Cultural Studies. Penerbit Jalasutra. Yogyakarta.
1997.
Cosmetic Sales Rising in Saudi Arabia dalam
http://www.gcimagazine.com/marketstrends/regions/asiapacific/30889804.html
diakses pada 19 Desember 2013 pukul 18.52
Diamond Sharp. Bridging The Disconnect : Unveiling the Hijab and Islamic
Feminism dalam
http://www.youngchicagoauthors.org/girlspeak/features_bridging_the_disconnect
_unveiling_the_hijab_and_islamic_feminism_by_diamond_sharp.htm diakses
pada 25 Desember 2013 pukul 23.12
English. Alarabiya.net, Third Annual ‘Miss Congeniality’ Beauty Pageant Held
in Saudi Arabia dalam http://www.alarabiya.net/articles/2012/10/10/242959.html
diakses pada 27 Agustus 2013 pukul 07.15
Englishpen. Wajeha al Huwaider dalam
http://www.englishpen.org/wajeha-al-huwaider/diakses pada 21 Desember 2013 pukul 08.01
Euromonitor International November 2011. Colour Cosmetics in United Arab
Emirates dalam
http://www.euromonitor.com/medialibrary/pdf/samples/sample_report_beauty_p
ersonal_care_colour_cosmetics.pdfdiakses pada 19 Desember 2013 pukul 20.00
Evans. M. Sara, Lahir Untuk Kebebasan : Sejarah Perempuan di Amerika Jilid 2.
Fox News.com. Meet Saudi Arabia’s Miss Beautiful Moral Contestants dalam
http://www.foxnews.com/story/2009/05/06/meet-saudi-arabia-miss-beautiful-morals-contestants/diakses pada 26 Desember 2013 pukul 20.00
Friedan. Betty, The Feminine Mystique.DELL PUBLISHING CO,. INC. United
States of America. 1977.
Gamble. Sarah, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Penerbit
Jalasutra Anggota IKAPI. 2010. Yogyakarta.
Hafiz. Yasmine, ’Wajda’, Film By Saudi’s First Female Director Hanifa Al
Mansour , Tackles Quranic Memorization and Female Empowerment dalam
http://www.huffingtonpost.com/2013/07/15/wadjda-film-saudi-woman-director-wajda_n_3586625.htmldiakses pada 20 November 2013 pukul 00.11
Highest Rated TV Series With At Least 5000 Votes, dalam
http://www.imdb.com/search/title?num_votes=5000,&sort=user_rating,desc&titl
e_type=tv_seriesdiakses pada 27 Oktober 2013 pukul 12.54
Hollows. Joanne, Feminisme, Feminitas dan Budaya Populer. Penerbit Jalasutra,
Yogyakarta 2010.
Huyboom. Jeff, About Father Knows Best dalam
http://www.fatherknowsbest.us/fkb/History.html diakses pada 24 November
21.14
IMDb : The 40 Best Episode Desperate Housewives dalam
http://www.imdb.com/list/rRbbyxZBEV4/
IMDb : The 9 Best Episode in Sex And The City dalam
Jiffry, Faddia. Cosmetic Surgery Rising Among Saudi Women dalam
http://www.arabnews.com/news/446089 diakses pada 19 Desember 2013 pukul
21.11
Jones. Steve, Feminist Movement Essay dalam
http://www.study-aids.co.uk/dissertation-blog/index.php/feminist-movement-essay/diakses pada 24
November 2013 pukul 20.55
Keyes. David, Saudi Arabia’s Feminist Revolution has Begun dalam
http://www.thedailybeast.com/articles/2013/04/07/saudi-arabia-s-feminist-revolution-has-begun.htmldiakses pada 19 November 2013 pukul 23.29
Leave it to Beaver Review dalam http://www.tv.com/shows/leave-it-to-beaver/
diakses pada 24 November 2013 pukul 21.36
Marketingcharts. Reach Women via Sports but Media Use, Shopping Habits Vary
by Ethnicity dalam
http://www.marketingcharts.com/wp/television/reach-women-via-sports-but-media-use-shopping-habits-vary-by-ethnicity-2221/ diakses pada
18 Oktober 2013 pukul 09.00
May. Rebbeca, Arab Saudi : Kontradiksi Sahabat Barat dan Pendukung
Terrorisme dalam
http://www.dw.de/arab-saudi-kontradiksi-sahabat-barat-dan-pendukung-teroris/a-16593629diakses pada 25 Agustus 2013 pukul 22.58
Melliana. Anastasia, Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.
Penerbit LkiS, 2006 Yogyakarta
Bruna Nessif. Tyra Banks Hates the Label “Plus Size”, Says She Prefer The Term
“Fiercely Real” dalam
http://www.eonline.com/news/493043/tyra-banks-hates-the-label-plus-size-says-she-prefers-the-term-fiercely-real diakses pada 29
Nix. Laura, Syria’s Modern History and Muslim Women’s Movement : “The
Light in Her Eyes” In Content dalam
http://www.pbs.org/pov/thelightinhereyes/photo_gallery_background.php?photo
=3diakses pada 25 Desember 23.00
Peralta. Eyder, Sarah Attar Becomes Saudi Arabia’s First Female Track
Olympian dalam
http://www.npr.org/blogs/thetorch/2012/08/08/158457050/another-first-attar-becomes-saudi-arabias-first-female-track-olympian diakses pada 18 November
2013 pukul 18.04
Pollitt. Katha, A Conversation with Saudi Women’s Right Campaigner Wajeha al
Huwaider dalam
http://www.thenation.com/article/161224/conversation-saudi-womens-rights-campaigner-wajeha-al-huwaider diakses pada 21 Desember 2013
pukul 9.14
Pradani Anggita. Nurruwaida Nina, (06260028) Hubungan Internasional, Skripsi
“Konflik Politik Global Peradaban Hindu, Islam dan Barat dalam Film My Name
Is Khan”.Universitas Muhammadiyah Malang. 2010.
Rauschenberger. Emile, Deconstructing Cultural Imperialism.Fall 2003.
Saudi Arabia to Allow Women Into Sports Stadium dalam
http://www.emirates247.com/news/region/saudi-arabia-to-allow-women-into-sports-stadiums-2012-01-29-1.440034 diakses pada 19 November 2013 pukul
23.20
Saudi Beauty Pageant : Miss Beautiful Morals dalam
Saudi Beauty Pageant : “Miss Beautiful Morals” dalam
http://www.huffingtonpost.com/2009/05/06/saudi-beauty-pageant-miss_n_198103.htmldiakses pada 26 Desember 2013 pukul 00.34
Scanlon. Jennifer, Bad Girls Go Everywhere : The Life of Helen Gurley Brown.
Oxford University Press. 2009
Scott. C James, Patron Client Politics and Political Change In Southeast Asia
http://chenry.webhost.utexas.edu/pmena/coursemats/2009/Scott-1972-clientelism.pdf, diakses pada 27 Agustus 2013 pukul 15.26
Silindir. Gülten, Challenging The Status Quo of Women In The Early Twentieth
Century In The Works Of Diana Of Dobson’s and Trifles. Kilis 7 Aralik
University, Faculty of Arts and Sciences Departement Of Western Languanges
and Literature. Kilis, Turkey.
Smith, Justin. Saudi Arabia Continues to Shift to Branded Clothing More
Segmented Store dalam http://www.bi-me.com/main.php?id=22676&t=1 diakses
pada 24 Desember 2013 pukul 07.06
State Of Media Trends in TV Viewing – 2011TV Upfronts, dalam
http://www.nielsen.com/content/dam/corporate/us/en/newswire/uploads/2011/04/
State-of-the-Media-2011-TV-Upfronts.pdf diakses pada 27 Oktober 2013 pukul
11.20
Tavaana, The 1960-70s American Feminists Movement : Breaking Down
Barriers For Women dalam
http://tavaana.org/en/content/1960s-70s-american-feminist-movement-breaking-down-barriers-women diakses pada 11 November
The 25 Most Powerful TV Shows Of The Last 25 Years, dalam
http://mentalfloss.com/article/12783/25-most-powerful-tv-shows-last-25-years
diakses pada 30 Oktober 2013 pukul 23.05
Thesocialclinic. The State of Social Media in Saudi Arabia 2012 dalam
http://www.thesocialclinic.com/the-state-of-social-media-in-saudi-arabia-2012-2/
diakses pada 5 Desember 2013 pukul 22.12
Todd Van Werff, 1980’sTV Dramas dalam
http://www.avclub.com/articles/1980s-tv-dramas,55221/diakses pada 31 Oktober
2013 pukul 14.31
Warren. Ellen, Sex And The City Shoes Bargain Finds dalam
http://articles.chicagotribune.com/2008-05-29/entertainment/0805270187_1_jimmy-choos-carrie-bradshaw-manolo-blahnik
diakses pada 04 November 2013 pukul 23.04
What is Lipstick Feminism? Dalam