ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA KELAS
VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015
OLEH FITRI MARETTA
Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dan Time Token. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Populasi penelitian berjumlah 289 siswa dengan jumlah sampel 82 siswa. Teknik pengambilan data yaitu dengan observasi, penilaian antar teman, tes, dan portofolio. Pengujian hipotesis menggunakan uji t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil belajar sikap spiritual IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning, (2) hasil belajar sikap sosial IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning, (3) hasil belajar pengetahuan IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Time Token, (4) hasil belajar keterampilan IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Time Token.
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA KELAS
VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
FITRI MARETTA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Maret
1993 dengan nama lengkap Fitri Maretta. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak
Budi Agung (alm) dan Ibu Khodijah, S.Sos.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:
1. SD Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005
2. SMP Negeri 29 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008
3. SMA Negeri 5 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2011
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Lampung melalui Jalur Mandiri. Pada bulan Januari 2014 penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.
Pada bulan Juli hingga September 2014 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
Persembahan
Alhamdullilahirobbialamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala
nikmat, kemudahan dan karunia yang Engkau berikan. Ku
persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang terkasih di
hidupku
Bapak Budi Agung(alm) dan Bapak Agus Taufik dan Mama
Khodijah tercinta
Hadiah kecil untuk mereka atas cinta dan perjuangannya
membesarkanku, walaupun secarik kertas takkan mampu
membalasnya, namun semoga ini menjadi langkah awal untukku, agar
dapat membanggakan mereka
Noh, adik dan Keluarga Besarku
Sebagai rasa terima kasihku karena selalu ada untukku
Pendidikku
Pahlawan tanpa tanda jasa, ungkapan rasa terima kasih atas ilmu
yang diberikan, semoga menjadi berkah dan bermanfaat . Amin
Sahabat-sahabatku
Yang setia mendengarkan keluh kesahku, menemaniku saat suka dan
duka, memebrikan warna indah dalam hiupku.
MOTO
Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri
(al-ankabut ayat 6)
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat kebaikan, maka jaminan bagi orang
tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun
(Ir. Soekarno)
Pengetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan dengan keraguan, keahlian dengan berlatih, dan cinta
dengan mencintai
(Thomas Szasz)
Sabar, Keyakinan, Kegigihan dan Doa merupakan Syarat suksesnya sebuah perjuangan
(Fitri Maretta)
Yakinlah pada dirimu dan yakinlah pada Tuhanmu
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STUDI
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN
MENGGUNAKNA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA
KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,
bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.
4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M..Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat
dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku pembahas yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila yang telah
membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu
yang telah diberikan kepada penulis.
11. Bapak Riyanto, selaku Kepala SMP PGRI 6 Bandar Lampung, terima kasih
atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan
SMP PGRI 6 Bandar lampung sebagai subjek dalam penelitian skripsi ini.
12. Siswa-Siswi SMP PGRI 6 Bandar Lampung, terimakasih atas kerjasama dan
kegembiraanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
13. Bapak ku Budi Agung (alm), Bapak ku Agus Taufik dan Mama ku Khodijah,
S.Sos tercinta. Meskipun berjuta ungkapan terimakasih tak mampu membayar
perjuangan kalian dalam mendidik dan menjadikan ku manusia yang dapat
menyebutkan nama ku dalam setiap doa, tak dapat ku raih semua ini tanpa
doa dan restu dari kalian. Semoga anak mu ini dapat membanggakan dan
membahagian kalian. Amin.
14. Noh yang telah ikut menjagaku sampai saat ini, terimakasih untuk selalu
membantu, mendukung, mendengarkan segala kisah-kisah ku dan
mendoaakanku. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan Nya.
15. Adik ku terkasih Zainun Anisa, terimakasih atas kebahagian dan kejutekan
yang diperbuat, itu semua menjadi warna dalam hidupku dan dalam semangat
ku menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu di lindungi dan di berkahi
umur yang panjang dan diberi rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT.
16. Keluarga besar ku, di Kalianda yang mendukung dan mendoakan ku.
17. Perempuan-perempuan gigih yang selalu menemani dan mendengarkan keluh
kesahku, Dyanti Mahrunisya, Lisa Mallesa, Shindi Karina Putri, dan Yessy
Yolanda yang menjadi sahabat perjuangan menempuh kesuksesan.
18. Perempuan mandiri yang menemaniku berjuang di Pendidikan Ekonomi, Isra
Selvy Roulina.
19. Sahabat Sukarame yang selalu mendukung dan memberikan kecerian serta
menemani ku saat kegalauan melanda, Ega Sabrina Loventia, Ellen Willy C.
dan Miranti Dwi Saputri.
20. “Sekawan” yang menjadi tempat kembali menjadi pribadi yang
sesungguhnya, Anggi, Atikah, Cita, Ayu, Yetti, Ajel, Hiday, Shella dan Vina.
Henitya, Dita, Dina, Rika dan Rinda.
22. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap, yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya selama
ini. Semoga cerita kita di masa kuliah menjadi cerita yang sukar untuk
dilupakan, dan semoga kelak kita dapat berkumpul lagi dalam keadaan
sukses, amin.
23. Kakak tingkat semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan
dan motivasinya, terkhusus untuk ka Dani yang telah memberikan masukan
dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini serta adik-adik tingkatku.
24. Teman-teman KKN-KT , yang memberikan warna baru dalam hidupku,
Shindi, Rianti, Rora, Mbak iim, Fretty, Ratih, Ansori dan Koko.
25. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada
penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 16
2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar ... 16
2.1.2 Ranah Afektif ... 25
2.1.3 Ranah Kognitif ... 28
2.1.4 Ranah Psikomotorik ... 29
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif ... 31
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PBL ... 34
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token ... 39
3.2.2 Sampel ... 65
3.3 Variabel Penelitian ... 66
3.3.1 Variabel Bebas (Independen) ... 67
3.3.2 Variabel Terikat (Dependen)... 67
3.4 Definisi Konseptual Variabel ... 67
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 68
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 69
3.6.1 Observasi ... 69
3.6.2 Teknik Penilaian Antar Teman ... 69
3.6.3 Teknik Tes ... 70
3.6.4 Portofolio ... 70
3.7 Uji Persyaratan Instrumen... 70
3.7.1 Uji Validitas ... 71
4.2.1 Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (Kelas Eksperimen) ... 89
4.2.2 Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token (Kelas Kontrol)... 91
4.3 Deskripsi Data ... 93
4.3.1 Deskripsi Data Kelas Eksperimen ... 93
4.5.2 Uji Homogenitas ... 111 4.6 Pengujian Hipotesis ... 112 4.7 Pembahasan... 115
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 126 5.2 Saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Hasil Ujian MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015 ... 4
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Psikomotorik ... 30
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 33
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 68
Tabel 3.2 Tingkatan Besarnya Reliabilitas ... 74
Tabel 4.1 Periode Kepemimpinan SMP PGRI 6 Bandar Lampung ... 84
Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP PGRI 6 Bandar Lampung(TP 2014/ 2015) ... 86
Tabel 4.3 Ruang Sarana SMP PGRI 6 Bandar Lampung ... 87
Tabel 4.4 Sarana Perlengkapan Administrasi SMP PGRI 6 Bandar Lampung ... 88
Tabel 4.5 Perlengkapan Kegiatan Belajar ... 88
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Spiritual Siswa pada Kelas Eksperimen ... 94
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Sosial Siswa pada Kelas Eksperimen ... 96
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa pada Kelas Eksperimen ... 97
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Keterampilan Siswa pada Kelas Eksperimen ... 99
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Spiritual Siswa pada Kelas Kontrol ... 101
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Sosial Siswa pada Kelas Kontrol ... 103
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa pada Kelas Kontrol ... 104
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Keterampilan Siswa pada Kelas Kontrol ... 106
Tabel 4.14 Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 108
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen ... 110
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Kontrol ... 110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Struktur Organisasi SMP PGRI 6 Bandar Lampung 2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP PGRI 6 Bandar
Lampung Tp. 2014/2015 3. Silabus Pembelajaran 4. RPP Kelas Eksperimen 5. RPP Kelas Kontrol
6. Lembar Kerja Kelompok (LKK) Kelas Eksperimen 7. Lembar Kerja Kelompok (LKK) Kelas Kontrol 8. Tugas Keterampilan Menulis
9. Kisi-Kisi Soal Pengetahuan 10. Soal Pengetahuan
11. Kunci Jawaban Soal Pengetahuan
12. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Antar teman 13. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi
14. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Keterampilan 15. Lembar Penilaian Antar Teman
16. Lembar Observasi
17. Rubrik Lembar Observasi 18. Lembar Penilaian Keterampilan
19. Rubrik Lembar Penilaian Keterampilan 20. Daftar Nama Kelas Eksperimen
21. Daftar Nama Kelas Kontrol
22. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 23. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol 24. Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal 25. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Soal 26. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 27. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal
28. Hasil Perhitungan Uji Validitas Penilaian Antar Teman 29. Hasil Perhitungan Reliabilitas Penilaian Antar Teman 30. Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen
31. Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Kontrol
32. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen 33. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol
38. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis 4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan Surat Izin Penelitian
Surat Balasan Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
Grafik 4.1 Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas Eksperimen ... 95
Grafik 4.2 Hasil Belajar Sikap Sosial Kelas Eksperimen ... 97
Grafik 4.3 Hasil Belajar Sikap Pengetahuan Kelas Eksperimen... 98
Grafik 4.4 Hasil Belajar Sikap Keterampilan Kelas Eksperimen ... 100
Grafik 4.5 Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas Kontrol ... 102
Grafik 4.6 Hasil Belajar Sikap Sosial Kelas Kontrol ... 104
Grafik 4.7 Hasil Belajar Sikap Pengetahuan Kelas Kontrol ... 105
Grafik 4.8 Hasil Belajar Sikap Keterampilan Kelas Kontrol ... 107
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan
antarnegara menuntut setiap orang untuk meningkatkan kompetensi diri
mereka. Adanya hal-hal tersebut membuat dunia menjadi lebih terbuka
sehingga persainganpun semakin ketat. Bercermin dari hal ini bangsa
Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam
era globalisasi.
Mewujudkan sumber daya manusia kompeten yang mampu bersaing dalam
dunia global dapat dicapai melalui pendidikan. Pendidikan merupakan bagian
yang sangat penting bagi setiap manusia, upaya peningkatan kualitas hidup
bisa dicapai dengan adanya pendidikan. Tidak heran mengapa pendidikan
menjadi salah satu faktor utama bagi suatu bangsa dalam membangun
negaranya, sumber daya manusia yang berkualitas dihasilkan melalui
pendidikan. Pendidikan juga berperan dalam pembentukan karakter individu
yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budi pekerti sehingga
Banyak hal-hal yang perlu dibenahi dalam menyiapkan generasi penerus
bangsa yang kompeten, terutama dalam bidang pendidikan yang merupakan
landasan fundamentalnya. Usaha yang terus dilakukan pemerintah yaitu
peningkatan mutu pendidikan dalam berbagai aspek, meliputi kurikulum,
sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode belajar.
Salah satunya peningkatan mutu pendidikan yang sedang dilakukan adalah
pembaharuan dan inovasi kurikulum, yaitu kurikulum 2013. Menurut
Kunandar (2014: 16) kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia.
Media cetak dan elektronik sering kali memuat berita tentang perkelahian
antar pelajar, narkoba, korupsi, tindakan kekerasan dan kriminal. Contoh
lainnya adalah kekerasan (bullying) di sekolah yang juga sering ditemui di
kalangan pelajar saat ini. Hal-hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan
moral dalam masyarakat. Fenomena itu bisa saja disebabkan karena dalam
proses belajar mengajar masih berpusat pada aspek kognitifnya sehingga
aspek psikomotorik dan afektif yang bermuatan karakter kurang menjadi
perhatian pendidik. Padahal keseimbangan pada ke tiga aspek pembelajaran
sangat diperlukan bagi perkembangan siswa. Jadi, siswa tidak hanya
menguasai pengetahuannya saja, namun siswa juga mampu menyikapi suatu
Keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
merupakan salah satu karakteristik dari kurikulum 2013. Oleh karena itu, pada
kurikulum 2013 terdapat penilaian yang mencangkup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan berdasarkan proses dan hasil pada kurikulum
2013. Penilaian ketiga ranah tersebut dituangkan dalam kompetensi inti,
dimana KI 1 adalah sikap keagamaan, KI 2 adalah sikap sosial, KI 3 adalah
pengetahuan, dan KI 4 adalah keterampilan. Nantinya akan dijabarkan lagi
kedalam KD dan sejumlah indikator pembelajaran siswa. Pendekatan yang
diterapkan adalah pendekatan sainstifik, yaitu pendekatan proses yang
menuntut siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi dan menyajikan.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam
bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,
kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik
(Kunandar, 2014: 34). Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kurikulum
2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,
keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui
pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan
yang saling mendukung pencapaian tiap kompetensi. Salah satu mata
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum sekolah yang menjelasan tentang aspek-aspek sosial mengenai
fenomena yang terjadi di dalam suatu masyarakat dalam berbagai rentang
waktu. Mata pelajaran IPS merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran
yaitu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sementara tujuan pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Sumaatmadja (dalam Kemdikbud,
2013: 2) adalah untuk “Membina anak didik menjadi warga negara yang baik,
yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna
bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”.
Berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan di
SMP PGRI 6 Bandar Lampung penerapan kurikulum 2013 belum dilakukan
secara maksimal karena masih menekanan pada penilaian kognitif. Hasil
belajar pengetahuan siswa kelas VII pada semester ganjil di SMP PGRI 6
Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/ 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Ujian MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015
No. Kelas Nilai < 65 Nilai ≥ 65 Jumah Siswa Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP PGRI 6 Bandar Lampung
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa
pada ranah kognitif atau pengetahuannya sebesar 47% sedangkan sebagian
siswa sebesar 53% belum mencapai nilai belajar yang baik.
Penilaian hasil belajar sikap merupakan salah satu penilaian hasil belajar yang
penting dalam penilaian kurikulum 2013 untuk melihat perwujudan dari
perilaku. Penerapan sikap yang positif terhadap peserta didik dapat
menentukan keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara kepada guru mata
pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP PGRI 6 Bandar Lampung dapat
dideskripsikan sikap yang tampak pada siswa adalah sebagai berikut.
1. Sikap Spiritual
Sikap spiritual siswa kelas VII SMP PGRI Bandar Lampung dapat
dikatakan sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang
berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, menjalankan sholat zuhur bersama
di mushola sekolah, mengaji bersama sebelum memulai pelajaran,
menjalin silaturahmi antar sesama teman dan membantu teman saat sedang
kesulitan.
2. Sikap Sosial
Sikap sosial yang nampak diantaranya adalah sikap kejujuran, masih
terdapat siswa yang mencontek saat mengerjakan ulangan atau tugas, tidak
mencantumkan sumber ketika menyalin karya orang lain. Berkaitan
dengan kedisiplinan, masih banyak siswa yang datang terlambat,
berpakaian kurang rapih, tidak membawa buku teks dan buku tulis sesuai
mata pelajaran, kurang tertib dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sikap
belum bertanggung jawab pada tugas yang diberikan dan pada saat kerja
kelompok masih banyak siswa yang mengandalkan teman yang lebih
pandai. Sikap dalam toleransi juga masih kurang karena siswa belum bisa
menghargai adanya perbedaan dalam berpendapat. Sama halnya dengan
sikap gotong royong, peserta didik kurang aktif dalam kerja kelompok.
Sikap sopan santun siswa kurang, ditandai dengan siswa yang berbicara
kasar, tidak menghargai orang yang berbicara di depan kelas. Kemudian
sikap yang terakhir adalah sikap percaya diri yang masih sangat kurang,
yaitu siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya baik bertanya
maupun menjawab pertanyaan, tidak berani presentasi dan mudah cemas
saat tampil di depan kelas.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa sikap spiritual siswa
sudah dikatakan cukup baik sementara sikap sosial siswa masih kurang. Oleh
karena itu penilaian sikap perlu dilakukan agar sikap siswa yang kurang atau
yang belum nampak dapat diidentifikasi dan ditingkatkan, misalnya melalui
penggunaan model pembelajaran.
Sementara untuk aspek psikomotorik akan muncul dalam keterampilan yang
dikembangkan dalam bentuk tugas belajar yaitu mengamati, menanya,
mencoba, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan menyajikan. Sementara
berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara kepada guru mata
pelajaran IPS Terpadu, keterampilan pada siswa kelas VII SMP PGRI 6
Saat menyajikan hasil pengamatan yang ditugaskan oleh guru, hasil
pengamatan yang disajikan peserta didik masih kurang lengkap, tidak
sistematis dan pengunaan kosa kata yang belum baik sehingga belum sesuai
dengan apa yang ditugaskan oleh guru. Sebaiknya saat menyajikan tugas,
siswa harus mampu menyajikan dengan lengkap, sesuai dengan kegiatan
pengamatan yang telah dilakukan. Keterampilan menulis siswa dapat
dikatakan masih kurang, siswa belum mampu menulis dengan pilihan kata
yang sesuai, huruf kapital dan tanda baca yang digunakan belum tepat serta
kurangnya kerapihan dalam penulisan. Selain itu, siswa juga masih belum bisa
menghasilkan gagasan-gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Saat menyajikan presentasi tugas beberapa siswa belum mampu
menyajikan secara baik dengan perincian yang jelas. Penyajian tugas ketika
presentasi belum didukung oleh penggunaan media yang dapat membantu
menjelaskan materi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa keterampilan yang menjadi
kompetensi inti (KI 4) masih belum nampak pada seluruh siswa. Kemampuan
siswa dalam mencoba, mengolah dan menyajikan tugas yang dilakukan oleh
guru belum dapat dilakukan dengan baik oleh peserta didik. Hal ini bisa
dilihat dari keterampilan yang dikembangkan dalam bentuk tugas belajar,
diantaranya adalah siswa masih belum bisa menyajikan tugas dengan baik dan
lengkap.
Data-data yang telah disajikan di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
maksimal. Peserta didik belum mampu menampakkan kompetensi yang
hendak dicapai dalam kompetensi inti (KI). Kompetensi yang dimaksud ada
pada KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4 yang dijabarkan dalam kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran IPS bahwa dalam
proses pembelajaran partisipasi siswa masih cenderung pasif. Siswa masih
malu dan ragu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Ada
beberapa siswa yang terlihat mengantuk karena menganggap mata pelajaran
IPS Terpadu kurang menarik atau membosankan, terlihat bahwa minat siswa
masih rendah. Pelaksanaan diskusi dan kerja kelompok yang dilakukan siswa
belum berjalan dengan baik, hal ini dapat terlihat dari kurangnya kerjasama
antar siswa. Kemampuan kerjasama ini penting bagi keterampilan
interpersonal siswa. Kemudian rasa tanggung jawab siswa masih rendah, bisa
dilihat pada saat kerja kelompok masih mengandalkan siswa yang pandai.
metode konvensional masih menjadi andalan dalam mengajar, seperti metode
ceramah sedangkan untuk penggunaan model-model pembelajaran yang lain
belum diterapkan. Pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum
terlibat secara aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar pada ketiga aspek yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dapat dihasilkan dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa pada ketiga
aspek tersebut. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
menekankan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif membuat suasana kelas
menjadi lebih menyenangkan, partisipasi siswa menjadi lebih aktif dan
interaksi antar siswa menjadi lebih baik. Ada beberapa variasi jenis model
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu Jigsaw, Group Investigation, Time
Token, Take and Give, Problem Based Learning, NHT, TGT, STAD, dan
masih banyak yang lainnya.
Sesuai dengan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti model pembelajaran manakah yang paling baik untuk
meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa pada ranah sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan yaitu tipe
Problem Based Learning dan tipe Time Token. Model Problem Based
Learning dan Model Time Token mempunyai karakteristik yang berbeda
dalam proses pembelajarannya.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran yang menyajikan permasalahan nyata kepada siswa. Peran guru
adalah sebagai fasilitator dalam model pembelajaran PBL. Siswa dituntut
untuk lebih aktif dalam menyelesaikan masalah dan menemukan solusi atas
permasalahan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arends (dalam
Sani, 2013: 138) pembelajaran berbasis masalah akan dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah,
mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri.
mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi, kemudian mengolah informasi
yang didapatkan dan dicarikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut
sehingga nantinya siswa mampu menyajikan data dengan lebih baik.
Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token merupakan model
pembelajaran berkelompok yang dikembangkan oleh Arends. Penggunaan
model pembelajaran ini akan menghindari siswa mendominasi pembicaraan
atau diam sama sekali. Model pembelajaran Time Token diawali dengan
pengkondisian siswa oleh guru untuk melaksanakan diskusi. Tiap siswa diberi
kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Apabila telah selesai bicara, kupon
yang dipegang siswa diserahkan, tiap berbicara menggunakan satu kupon
bicara. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Sementara
siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
Model pembelajaran Problem Based Learning dan Time Token adalah model
pembelajaran yang memiliki beberapa perbedaan dalam proses
pembelajarannya diantaranya adalah aktivitas, kerjasama, kemandirian serta
tantangan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang mampu
mempengaruhi hasil belajar siswa. Berkaitan dengan permasalahan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka akan dikaji lebih lanjut mengenai: “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning dan Time Token
pada Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat diidentififikasi sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa pada tiga aspek penilaian (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) masih tergolong rendah.
2. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru kurang variatif.
3. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah.
4. Minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kurang, siswa
menganggap mata pelajaran IPS Terpadu membosankan.
5. Kerjasama antarsiswa dalam pembelajaran secara kelompok kurang baik.
6. Rasa percaya diri siswa masih rendah.
7. Kemampuan menyajikan hasil pengamatan dan presentasi belum
dilakukan secara optimal.
8. Kemampuan menulis siswa masih belum dapat dilakukan dengan optimal.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan,
tampak bahwa hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik dari dalam maupun dari luar individu siswa. Penelitian dibatasi pada
perbandingan hasil belajar IPS Terpadu yang terdiri dari hasil belajar sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning
1.4 Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah hasil belajar sikap spiritual mata pelajaran IPS Terpadu siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Time Token lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning?
2. Apakah hasil belajar sikap sosial mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time
Token lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning?
3. Apakah hasil belajar pengetahuan mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Time Token?
4. Apakah hasil belajar keterampilan mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Time Token?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui hasil belajar sikap spiritual mata pelajaran IPS Terpadu
kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based
Learning.
2. Untuk mengetahui hasil belajar sikap sosial mata pelajaran IPS Terpadu
siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based
Learning.
3. Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan mata pelajaran IPS Terpadu
siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.
4. Untuk mengetahui hasil belajar keterampilan mata pelajaran IPS Terpadu
siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.
1.6 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
a. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori
yang sudah diperoleh sebelumnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi dalam penerapan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan
juga hasil belajarnya (hasil belajar sikap, pengetahuan dan
keterampilan) dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.
b. Bagi siswa, dapat membangkitkan minat, keaktifan belajar siswa dan
hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
rujukan untuk perbaikan mutu pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif dan penilaian hasil belajar pada ketiga aspek,
yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.
d. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti
mengenai model pembelajaran kooperatif dan dapat dimanfaatkan
untuk pembelajaran selanjutnya.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Problem
Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token pada
hasil belajar dalam ranah sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 6 Bandar Lampung.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015.
5. Lingkup Ilmu
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Tanpa kita sadari aktivitas sehari-hari yang kita lakukan termasuk
dalam belajar. Apabila melakukan kegiatan belajar kita akan
memperoleh pengetahuan maupun keterampilan baru mengenai suatu
hal. Sejalan dengan pendapat Sagala (2011: 12) bahwa dalam
implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh
pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan
belajar.
Kegiatan belajar yang dilakukan melalui latihan serta pengalaman akan
mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku pada diri individu.
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Abdillah (dalam Aunurrahman,
2010: 35) bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hal ini didukung oleh pendapat Hamalik (2001: 27)
bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu, yakni mengalami. Setiap proses belajar keberhasilannya diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto (2010: 2) adalah
sebagai berikut.
1. Perubahan terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki pandangan tersendiri
mengenai hakikat belajar dan proses belajar ke arah perubahan sebagai
hasil belajar melalui teori belajar. Menurut Cahyo (2013: 20) teori
belajar dapat diartikan sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip
belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui
eksperimen. Teori belajar berasal dari teori psikologi yang berfungsi
menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana proses belajar terjadi pada si
Beberapa teori belajar dari pendapat ahli dijelaskan sebagai berikut.
1. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme merupakan teori belajar yang menganggap
bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi karena
adanya hubungan stimulus dan respons. Beberapa tokoh ilmuan
yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike, Watson, Clark
Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Namun yang akan dijelaskan
pada kajian ini adalah teori dari Thorndike dan Skinner.
Edward Lee Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respons. Teori belajar Thorndike
dikenal sebagai aliran connectionism yang menyatakan bahwa
hubungan stimulus dan respons dapat diperkuat oleh penguatan
(reinforcement berupa pujian atau ganjaran (Siregar dan Nara, 2011:
28). Belajar dalam teori behaviorisme ini dapat dilakukan dengan
mencoba-coba (trial dan error) apabila tidak tahu bagaimana
memberikan suatu respons. Thorndike menyatakan bahwa perilaku
sebagai hasil belajar ini dapat berwujud tingkah laku yang dapat
diamati ataupun tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Thorndike (dalam Siregar dan Nara, 2011: 29) mengemukakan
beberapa hukuman tentang belajar sebagai berikut.
a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness): jika seseorang siap melakukan sesuatu, ketika ia melakukannya maka ia puas. Sebaliknya, bila ia tidak melakukannya, maka ia tidak puas. b. Hukum Latihan (Law of Exercise): jika respons terhadap
antara respons dengan stimulus. Sebaliknya respons tidak digunakan, hubungan sengan stimulus semakin lemah.
c. Hukum akibat (Law of Effect): bila hubungan antara respons dan stimulus menimbulkan kepuasan, maka tingkatan penguatannya semakin besar. Sebaliknya, bila hubungan respons dan stimulus menimbulkan ketidak puasan, maka tingkatan penguatan semakin lemah.
Burrhus Frederick Skinner mengembangkan teori operant
conditioning yang lebih kompehensif, dimana tingkah laku tidak
hanya merupakan respons dan stimulus, tetapi suatu tindakan yang
disengaja. Hubungan stimulus dan respon terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku (Sani, 2013: 7). Stimulus akan saling berinteraksi antara satu
stimulus dengan stimulus yang lainnya sehingga respons yang
dihasilkan tidak sederhana. Respons ini akan menghasilkan sejumlah
konsekuensi yang akan mempengaruhi tingkah laku peserta didik.
Teori Skinner (dalam Siregar dan Nara, 2011: 27-28) dikenal dengan
operant conditioning yang menjelaskan enam konsep sebagai
berikut.
a. Penguatan positif dan negatif.
b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang diharapkan.
c. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, hingga respons pun sesuai dengan yang diisyaratkan.
d. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.
e. Chaining of response, respons dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa teori belajar
behavioristik adalah teori perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
belajar. Perubahan perilaku terjadi karena stimulus dan respons yang
mempengaruhinya, melalui pengulangan dan pelatihan hubungan
stimulus dan respons ini akan menjadi suatu kebiasaan. Perilaku
dapat berwujud tingkah laku yang dapat diamati ataupun tidak
diamati.
2. Teori Konstruktivisme
Konstruksi berarti bersifat membangun. Siswa membangun
pengetahuannya berdasarkan kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa sehingga pengetahuan itu dibangun oleh peserta didik, bukan
dari pemindahan informasi dari guru ke murid. Hal ini dukung oleh
pendapat Cahyo (2013: 33), teori konstruktivisme menekankan
bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri. Terdapat dua teori
konstruktivisme yaitu konstrukstivisme kognitif dan konstruktivisme
sosial.
Piaget mengembangkan teori konstrukstivisme kognitif yang
menjelaskan bahwa perkembangan kognitif sebagai akibat eksplorasi
dan peserta didik membangun pengetahuannya (Sani, 2013: 23).
Terdapat interaksi dengan teman sebaya saat proses belajar dimana
proses individu tersebut menjadi proses sosial. Piaget menjelaskan
bahwa terdapat proses kognitif dan perkembangan kognitif dalam
mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa (Siregar dan Nara,
2011: 33).
Proses kognitif menurut Piaget (dalam Siregar dan Nara, 2011: 32)
terdapat tiga tahap yaitu sebagai berikut.
a. Asimilasi, yaitu proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.
b. Akomodasi, yaitu proses penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru.
c. Equilibrasi, yaitu penyesuaian kesinambungan antara asmilasi dan akomodasi.
Lev Semenovich Vygotsky mengembangkan teori konstruktivvime
sosial yang menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan dan
perkembangan kognitif terbentuk melalui internalisasi/ penguasaan
proses sosial (Sani, 2013: 19). Siswa membangun pengetahuannya
sendiri berdasarkan pengalaman yang telah didapatkannya.
Perkembangan kognitif pada teori konstruktivisme sosial merupakan
akibat dari interaksi sosial siswa dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa teori belajar
konstruktivisme menganggap bahwa belajar adalah proses interaksi
individu dengan lingkungannya dalam membangun pengetahuannya
sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya. Terdapat dua teori belajar konstruktivisme yaitu, teori
kontruktivisme sosial Vygotsky dan teori konstruktivisme kognitif
3. Teori Kognitivisme
Belajar menurut aliran kognitivisme merupakan perubahan persepsi
dan pemahaman, dimana proses belajar terjadi bila materi yang baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya serta
pembelajaran terjadi dengan mengaktifkan indera siswa agar
memperoleh pemahaman (Sani, 2013: 10). Proses belajar merupakan
hal yang diutamakan dalam aliran kognitivisme. Beberapa ilmuan
yang mengembangkan teori ini adalah Piaget, Burner dan Ausubel.
David Ausubel (dalam Sani, 2013: 15) mengembangkan teori
bermakna yang menjelaskan bahwa bahan pelajaran akan mudah
dipahami jika bahan ajar dirasakan bermakna bagi peserta didik.
Bahan ajar yang disajikan oleh guru haruslah bahan ajar yang dirasa
bermakna bagi siswa, dengan begitu peserta didik akan lebih
memahami apa yang sedang dipelajari dalam kegiatan belajar.
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajaran
sebelumnya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik
dan tepat kepada siswa sehingga akan mempengaruhi kemajuan
belajar siswa (Siregar dan Nara, 2011: 33).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa pada teori
kognitivisme proses belajar akan terjadi apabila materi yang baru
beradaptasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang tersusun
Beberapa definisi mengenai teori belajar telah dijelaskan sebelumnya
melalui pendapat para ahli, dengan demikian dapat diartikan bahwa
belajar adalah suatu proses upaya yang dilakukan individu sehingga
terjadi perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu (peserta didik) dalam interaksi dengan
lingkungannya. Teori belajar behaviorisme, konstruktivisme dan
kognitivisme memberikan penekanan pada proses belajar yang di
dalamnya terdapat aktivitas dan hasil belajar pada tingkatan tingkah
laku tertentu sehingga memberi pemahaman yang semakin luas tentang
pengertian belajar.
Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik akan memperoleh
hasil belajar yang merupakan keluaran dari proses belajar.
Perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa akan kita ketahui dari
data hasil belajar, karena hasil belajar akan menunjukkan tingkat
keberhasilan dicapainya tujuan pembelajaran. Hasil belajar ini nantinya
akan menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa
selanjutnya.
Sejalan dengan yang pendapat Sudjana (2010: 22) bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar.
Umumnya guru melakukan penilaian hasil belajar dengan menekankan
pada aspek kognitifnya saja. Namun, hasil belajar yang berkualitas
diukur dari perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi
pada siswa, bukan hanya pada ketercapaian penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan target kurikulum pendidikan.
Kurikulum 2013 menerapkan penilaian hasil belajar pada ketiga ranah
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (pengetahuan,
sikap dan keterampilan) yang mencangkup seluruh aspek kompetensi.
Menurut Sanjaya (2012: 133) pengertian dari kompetensi adalah
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi Inti
merupakan bagian dari kurikulum 2013 yang mencangkup KI 1 (sikap
spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4
(keterampilan).
Penilaian merupakan proses pengumpulan data-data yang memberikan
cerminan perkembangan belajar siswa. Berdasarkan Permendikbud
no.65 tahun 2013 tentang standar proses dan permendikbud no. 66
tahun 2013 tentang standar penilaian, penilaian kurikulum 2013
menggunakan penilaian autentik pada proses dan hasil yang
mencangkup tiga aspek penilaian, yaitu afektif, kognitif dan
menilai tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa kemudian dinilai
berdasarkan proses dan hasilnya. Penilaian autentik adalah kegiatan
menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian
yang disesuaikan dengan tututan kompetensi yang ada di Standar
Kompetensi atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (Kunandar,
2014: 35).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa hasil belajar
adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran yang akan menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan
hasil belajar siswa dalam ketiga ranah pembelajaran yaitu afektif,
kognitif, psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam kurikulum 2013
terdiri dari hasil belajar sikap, hasil belajar pengetahuan dan hasil
belajar keterampilan.
2.1.2 Ranah Afektif
Domain afektif menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 60) memiliki
cakupan karakteristik, seperti nilai, sikap, minat dan perilaku. Domain
ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain
kognitif. Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap terhadap sesuatu
objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Menurut Kunandar
bisa dipengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu itu. Oleh karena itu, antara sikap dan pengetahuan memiliki
hubungan erat dan saling mempengaruhi. Ranah afektif mencangkup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek.
Kurinasih dan Sani (2014: 65) sikap juga sebagai ekspresi dari nilai
nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat
dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang dinginkan.
Pembentukan sikap tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman.
Terdapat beberapa komponen sikap menurut Kunandar (2014: 103) yaitu sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan mengenai objek. Sementara komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat
berbentuk perilaku tanggung jawab, kerjasama, displin, komitmen,
percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan
mengendalikan diri (Kunandar, 2014: 104). Kemampuan ini dicapai
dengan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa berperan aktif di
dalam proses pembelajarannya, dimana terjadi interaksi sosial di
Terdapat berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai menurut
Sunarti dan Rahmawati (2014: 16), yaitu kemampuan siswa dalam
aspek berikut.
1. Penerimaan: memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.
2. Partisipasi: menikmati atau menerima nilai, norma, dan objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.
3. Penilaian dan penentuan sikap: menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi. 4. Organisasi: menerapkan dan mempraktikan nilai, norma, etika, dan
estetika dalam perilaku sehari-hari.
5. Pembentukan pola hidup: penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya.
Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013 masuk ke dalam kompetensi
inti (KI) 1 dan 2. Sikap spiritual pada KI 1 sementara sikap sosial pada
KI 2. Kompetensi sikap ini diwujudkan dalam tindakan nyata peserta
didik dalam proses pembelajaran sehari-hari. Teknik penilaian
kompetensi sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian diri,
penilaian antar teman dan jurnal.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa ranah afektif
merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai. Ranah
afektif menyangkut hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik melalui
sejumlah kompetensi yang meliputi aspek menerima, merespon,
menilai, mengorganisasi dan berkarakter. Kurikulum 2013 dalam ranah
afektif dicapai melalui hasil belajar sikap yang termasuk kedalam
2.1.3 Ranah Kognitif
Hasil belajar kognitif (pengetahuan) didapat dari penilaian kompetensi
pengetahuan. Penilaian kompetensi pengetahuan menurut Kunandar
(2014: 165) adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur
tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,
penerapan atau aplikasi, analisis, dan evaluasi. Kemampuan dalam
ranah kognitif ini berhubungan dengan inteligensi, tiap orang memiliki
kemampuan inteligensi yang berbeda-beda.
Tingkatan hasil belajar kognitif dalam Taksonomi Bloom yang
dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom adalah sebagai berikut (Djaali,
2013: 77).
1. Pengetahuan ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan.
2. Pemahaman ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.
3. Aplikasi ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru.
4. Analisis ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya.
5. Sintesis ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru.
6. Evaluasi ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa ranah kognitif
merupakan tingkat penguasaan peserta didik yang meliputi ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi yang
proses pembelajaran. Kurikulum 2013 pada ranah kognitif dicapai
melalui hasil belajar pengetahuan yang termasuk kompetensi inti
pengetahuan (KI 3), sedangkan untuk penilaiannya dapat dilakukan
dengan tes tertulis, tes lisan maupun penugasan yang diberikan oleh
guru.
2.1.4 Ranah Psikomotorik
Keterampilan ini berhubungan dengan tindakan nyata peserta didik
berdasarkan sikap dan pengetahuan yang diperoleh peserta didik
sebelumnya. Hasil belajar keterampilan didapat dari kegiatan
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan
mencipta yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keterampilan ini merupakan kemampuan peserta didik dalam
melakukan suatu tindakan atau perbuatan tertentu. Tindakan nyata
peserta didik ini akan terlihat saat peserta didik melakukan suatu tugas
tertentu yang diberikan oleh guru. Tugas-tugas ini dikerjakan dengan
keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Sejalan dengan pendapat Kunandar (2014: 255) bahwa ranah
psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan sebagai hasil tercapainya
kompetensi pengetahuan.
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar Ranah Psikomotorik No. Tingkatan Hasil
Belajar
Ciri-Ciri
1. Perception 1. Mengamati objek melalui pengamatan indrawi
2. Mengolah hasil pengamatan (dalam pikiran)
3. Melakukan seleksi terhadap objek (pusat perhatian)
2. Set 1. Kesiapan mental untuk bereaksi 2. Kesiapan fisik untuk bereaksi 3. Kesiapan emosi atau perasaan
untuk bereaksi 3. Guided Response 1. Melakukan peniruan
2. Melakukan coba-coba salah 3. Pengembangan respon baru
4. Mechanism 1. Mulai tumbuh performance skill dalam berbagai bentuk
2. Repons-respons baru muncul dengan sendirinya
5. Complex overt Response
Sangat terampil yang digerakan oleh aktivitas motoriknya
6. Adaptation 1. Pengembangan keterampilan individu untuk gerakan yang dimodifikasi
2. Kemampuan untuk menghadapi problem solving
Ranah psikomotorik dalam kurikulum 2013 berada dalam kompetensi
inti (KI) 4. Keterampilan menunjukkan tingkat keahlian seseorang
dalam suatu tugas tertentu. Ranah psikomotorik ini merupakan satu
kesatuan dengan aspek kognitif, dimana KI 4 merupakan kelanjutan
dari KI 3 yang telah dikuasai oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa ranah psikomotorik
berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik
diwujudkan dalam hasil belajar keterampilan yang berupa kemampuan
tindakan nyata peserta didik untuk melakukan suatu tugas tertentu,
keterampilan merupakan kelanjutan dari kompetensi pengetahuan. Ada
keterkaitan antara aspek pengetahuan dan aspek keterampilan,
kompetensi pengetahuan menunjukkan peserta didik telah mengetahui
suatu ilmu, sedangkan kompetensi keterampilan menunjukkan peserta
didik bisa akan suatu ilmu tertentu.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2012: 15) cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau
satu tim. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
dikelompokkan berdasarkan pola yang heterogen. Model pembelajaran
kooperatif akan lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Belajar secara
kelompok membuat siswa harus bekerjasama antar peserta didik yang
ada di dalam kelompok tersebut.
Keberadaan model pembelajaran kooperatif ini akan ini akan
mengurangi sikap individualitas siswa, kemudian siswa akan lebih
bersikap terbuka terhadap orang luar, saling menghargai dan peduli
terhadap sesama. Kerjasama dalam kelompok membuat peserta didik
melatih kemampuan bersosialisasinya. Saat kerja kelompok tujuan
kelompok adalah tujuan bersama yang harus dicapai, maka dari itu
peserta didik harus memiliki kerjasama yang baik dalam mencapai
tujuan tersebut. Sejalan dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget
(dalam Rusman, 2010: 202), para konstruktivis menekankan
pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan
kelompok belajar. Keberadaan kelompok belajar memberikan
kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk
mengungkapkan sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidak
sesuaian pandangan mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif akan menciptakan interaksi di dalam kelas
antara guru dan siswa serta antar siswa itu sendiri. Proses interaksi
lingkungan belajar yang aktif. Siswa saling bekerja sama untuk
memahami dan mencapai tujuan belajar bersama.
Hal ini didukung oleh pendapat Abdulhak (dalam Rusman, 2010: 203) yakni pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Namun tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning. “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar kooperatif
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok
bersama-sama temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok (Isjoni, 2012: 21).
Pembelajaran kooperatif memiliki tahapan-tahapan didalamnya.
Terdapat enam langkah utama di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien. Tahap 4
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya. Tahap 6
Memberikan penghagaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Sumber: Rusman (2011: 211)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa secara kelompok
yang mempunyai kemampuan beragam, bekerjasama dan bertanggung
jawab untuk saling memahami tugas kelompok dalam mencapai tujuan
dan kesuksesan bersama.
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah nyata kepada siswa
untuk dicarikan solusinya. Siswa memerlukan kemampuan berpikir
dalam penyelesaian masalah yang disajikan. Peran aktif siswa sangat
diperlukan dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya mengandalkan satu
sumber belajar yaitu guru, namun siswa dapat memanfaatkan berbagai
sumber belajar disekitarnya seperti, fasilitas internet, perpustakaan,
Sebagaimana yang dikatakan oleh Cahyo (2013: 283) bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal
akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Menurut Tan (dalam Rusman,
2011: 232) pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Model pembelajaran Problem Based Learning didasarkan atas teori
psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky
(dalam aliran konstruktivisme). Peserta didik membangun
(mengkonstruksi) pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal
kemudian memadukannya dengan pengetahuan dan pengalaman baru
yang didapatkannya. Perolehan pengetahuan ini bukan pemindahan dari
guru langsung ke siswa, namun siswa tersebut yang harus aktif
membangun pengetahuannya.
Hal ini didukung oleh pendapat Brown (dalam Wardoyo, 2013: 29-30) teori kontruktivisme sosial Vygotsky yang menekankan pembentukan pengetahuan terbentuk melalui interaksi sosial. Sedangkan kontruktivisme kognitif Piaget menekankan bahwa perkembangan kognitif siswa akibat proses konstruksi pengetahuan dan eksplorasi yang dilakukan siswa dimana menekankan pada tahap perkembangan intelektual.
Perlu diperhatikan beberapa karakteristik dari model PBL dalam
penerapannya di kelas. Karakteristik PBL menurut Rusman (2011: 232)