• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA KELAS

VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

OLEH FITRI MARETTA

Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dan Time Token. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Populasi penelitian berjumlah 289 siswa dengan jumlah sampel 82 siswa. Teknik pengambilan data yaitu dengan observasi, penilaian antar teman, tes, dan portofolio. Pengujian hipotesis menggunakan uji t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil belajar sikap spiritual IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning, (2) hasil belajar sikap sosial IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning, (3) hasil belajar pengetahuan IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Time Token, (4) hasil belajar keterampilan IPS Terpadu siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Time Token.

(2)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA KELAS

VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

FITRI MARETTA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Maret

1993 dengan nama lengkap Fitri Maretta. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak

Budi Agung (alm) dan Ibu Khodijah, S.Sos.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SD Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005

2. SMP Negeri 29 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008

3. SMA Negeri 5 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

Lampung melalui Jalur Mandiri. Pada bulan Januari 2014 penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.

Pada bulan Juli hingga September 2014 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(7)

Persembahan

Alhamdullilahirobbialamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

nikmat, kemudahan dan karunia yang Engkau berikan. Ku

persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang terkasih di

hidupku

Bapak Budi Agung(alm) dan Bapak Agus Taufik dan Mama

Khodijah tercinta

Hadiah kecil untuk mereka atas cinta dan perjuangannya

membesarkanku, walaupun secarik kertas takkan mampu

membalasnya, namun semoga ini menjadi langkah awal untukku, agar

dapat membanggakan mereka

Noh, adik dan Keluarga Besarku

Sebagai rasa terima kasihku karena selalu ada untukku

Pendidikku

Pahlawan tanpa tanda jasa, ungkapan rasa terima kasih atas ilmu

yang diberikan, semoga menjadi berkah dan bermanfaat . Amin

Sahabat-sahabatku

Yang setia mendengarkan keluh kesahku, menemaniku saat suka dan

duka, memebrikan warna indah dalam hiupku.

(8)

MOTO

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri

(al-ankabut ayat 6)

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat kebaikan, maka jaminan bagi orang

tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun

(Ir. Soekarno)

Pengetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan dengan keraguan, keahlian dengan berlatih, dan cinta

dengan mencintai

(Thomas Szasz)

Sabar, Keyakinan, Kegigihan dan Doa merupakan Syarat suksesnya sebuah perjuangan

(Fitri Maretta)

Yakinlah pada dirimu dan yakinlah pada Tuhanmu

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STUDI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN

MENGGUNAKNA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PROBLEM BASED LEARNING DAN TIME TOKEN PADA SISWA

KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita

Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,

bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M..Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

(10)

dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat

dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku pembahas yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila yang telah

membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu

yang telah diberikan kepada penulis.

11. Bapak Riyanto, selaku Kepala SMP PGRI 6 Bandar Lampung, terima kasih

atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan

SMP PGRI 6 Bandar lampung sebagai subjek dalam penelitian skripsi ini.

12. Siswa-Siswi SMP PGRI 6 Bandar Lampung, terimakasih atas kerjasama dan

kegembiraanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Bapak ku Budi Agung (alm), Bapak ku Agus Taufik dan Mama ku Khodijah,

S.Sos tercinta. Meskipun berjuta ungkapan terimakasih tak mampu membayar

perjuangan kalian dalam mendidik dan menjadikan ku manusia yang dapat

(11)

menyebutkan nama ku dalam setiap doa, tak dapat ku raih semua ini tanpa

doa dan restu dari kalian. Semoga anak mu ini dapat membanggakan dan

membahagian kalian. Amin.

14. Noh yang telah ikut menjagaku sampai saat ini, terimakasih untuk selalu

membantu, mendukung, mendengarkan segala kisah-kisah ku dan

mendoaakanku. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan Nya.

15. Adik ku terkasih Zainun Anisa, terimakasih atas kebahagian dan kejutekan

yang diperbuat, itu semua menjadi warna dalam hidupku dan dalam semangat

ku menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu di lindungi dan di berkahi

umur yang panjang dan diberi rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT.

16. Keluarga besar ku, di Kalianda yang mendukung dan mendoakan ku.

17. Perempuan-perempuan gigih yang selalu menemani dan mendengarkan keluh

kesahku, Dyanti Mahrunisya, Lisa Mallesa, Shindi Karina Putri, dan Yessy

Yolanda yang menjadi sahabat perjuangan menempuh kesuksesan.

18. Perempuan mandiri yang menemaniku berjuang di Pendidikan Ekonomi, Isra

Selvy Roulina.

19. Sahabat Sukarame yang selalu mendukung dan memberikan kecerian serta

menemani ku saat kegalauan melanda, Ega Sabrina Loventia, Ellen Willy C.

dan Miranti Dwi Saputri.

20. “Sekawan” yang menjadi tempat kembali menjadi pribadi yang

sesungguhnya, Anggi, Atikah, Cita, Ayu, Yetti, Ajel, Hiday, Shella dan Vina.

(12)

Henitya, Dita, Dina, Rika dan Rinda.

22. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap, yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya selama

ini. Semoga cerita kita di masa kuliah menjadi cerita yang sukar untuk

dilupakan, dan semoga kelak kita dapat berkumpul lagi dalam keadaan

sukses, amin.

23. Kakak tingkat semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan

dan motivasinya, terkhusus untuk ka Dani yang telah memberikan masukan

dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini serta adik-adik tingkatku.

24. Teman-teman KKN-KT , yang memberikan warna baru dalam hidupku,

Shindi, Rianti, Rora, Mbak iim, Fretty, Ratih, Ansori dan Koko.

25. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada

penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar ... 16

2.1.2 Ranah Afektif ... 25

2.1.3 Ranah Kognitif ... 28

2.1.4 Ranah Psikomotorik ... 29

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PBL ... 34

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token ... 39

(14)

3.2.2 Sampel ... 65

3.3 Variabel Penelitian ... 66

3.3.1 Variabel Bebas (Independen) ... 67

3.3.2 Variabel Terikat (Dependen)... 67

3.4 Definisi Konseptual Variabel ... 67

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 68

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.6.1 Observasi ... 69

3.6.2 Teknik Penilaian Antar Teman ... 69

3.6.3 Teknik Tes ... 70

3.6.4 Portofolio ... 70

3.7 Uji Persyaratan Instrumen... 70

3.7.1 Uji Validitas ... 71

4.2.1 Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (Kelas Eksperimen) ... 89

4.2.2 Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token (Kelas Kontrol)... 91

4.3 Deskripsi Data ... 93

4.3.1 Deskripsi Data Kelas Eksperimen ... 93

(15)

4.5.2 Uji Homogenitas ... 111 4.6 Pengujian Hipotesis ... 112 4.7 Pembahasan... 115

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 126 5.2 Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Hasil Ujian MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 4

Tabel 2.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Psikomotorik ... 30

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 33

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 68

Tabel 3.2 Tingkatan Besarnya Reliabilitas ... 74

Tabel 4.1 Periode Kepemimpinan SMP PGRI 6 Bandar Lampung ... 84

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP PGRI 6 Bandar Lampung(TP 2014/ 2015) ... 86

Tabel 4.3 Ruang Sarana SMP PGRI 6 Bandar Lampung ... 87

Tabel 4.4 Sarana Perlengkapan Administrasi SMP PGRI 6 Bandar Lampung ... 88

Tabel 4.5 Perlengkapan Kegiatan Belajar ... 88

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Spiritual Siswa pada Kelas Eksperimen ... 94

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Sosial Siswa pada Kelas Eksperimen ... 96

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa pada Kelas Eksperimen ... 97

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Keterampilan Siswa pada Kelas Eksperimen ... 99

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Spiritual Siswa pada Kelas Kontrol ... 101

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sikap Sosial Siswa pada Kelas Kontrol ... 103

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pengetahuan Siswa pada Kelas Kontrol ... 104

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Keterampilan Siswa pada Kelas Kontrol ... 106

Tabel 4.14 Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 108

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen ... 110

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Kontrol ... 110

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Struktur Organisasi SMP PGRI 6 Bandar Lampung 2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP PGRI 6 Bandar

Lampung Tp. 2014/2015 3. Silabus Pembelajaran 4. RPP Kelas Eksperimen 5. RPP Kelas Kontrol

6. Lembar Kerja Kelompok (LKK) Kelas Eksperimen 7. Lembar Kerja Kelompok (LKK) Kelas Kontrol 8. Tugas Keterampilan Menulis

9. Kisi-Kisi Soal Pengetahuan 10. Soal Pengetahuan

11. Kunci Jawaban Soal Pengetahuan

12. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Antar teman 13. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi

14. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Penilaian Keterampilan 15. Lembar Penilaian Antar Teman

16. Lembar Observasi

17. Rubrik Lembar Observasi 18. Lembar Penilaian Keterampilan

19. Rubrik Lembar Penilaian Keterampilan 20. Daftar Nama Kelas Eksperimen

21. Daftar Nama Kelas Kontrol

22. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 23. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol 24. Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal 25. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Soal 26. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 27. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal

28. Hasil Perhitungan Uji Validitas Penilaian Antar Teman 29. Hasil Perhitungan Reliabilitas Penilaian Antar Teman 30. Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen

31. Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Kontrol

32. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen 33. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol

(18)

38. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis 4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan Surat Izin Penelitian

Surat Balasan Penelitian

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(20)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

Grafik 4.1 Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas Eksperimen ... 95

Grafik 4.2 Hasil Belajar Sikap Sosial Kelas Eksperimen ... 97

Grafik 4.3 Hasil Belajar Sikap Pengetahuan Kelas Eksperimen... 98

Grafik 4.4 Hasil Belajar Sikap Keterampilan Kelas Eksperimen ... 100

Grafik 4.5 Hasil Belajar Sikap Spiritual Kelas Kontrol ... 102

Grafik 4.6 Hasil Belajar Sikap Sosial Kelas Kontrol ... 104

Grafik 4.7 Hasil Belajar Sikap Pengetahuan Kelas Kontrol ... 105

Grafik 4.8 Hasil Belajar Sikap Keterampilan Kelas Kontrol ... 107

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

antarnegara menuntut setiap orang untuk meningkatkan kompetensi diri

mereka. Adanya hal-hal tersebut membuat dunia menjadi lebih terbuka

sehingga persainganpun semakin ketat. Bercermin dari hal ini bangsa

Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam

era globalisasi.

Mewujudkan sumber daya manusia kompeten yang mampu bersaing dalam

dunia global dapat dicapai melalui pendidikan. Pendidikan merupakan bagian

yang sangat penting bagi setiap manusia, upaya peningkatan kualitas hidup

bisa dicapai dengan adanya pendidikan. Tidak heran mengapa pendidikan

menjadi salah satu faktor utama bagi suatu bangsa dalam membangun

negaranya, sumber daya manusia yang berkualitas dihasilkan melalui

pendidikan. Pendidikan juga berperan dalam pembentukan karakter individu

yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budi pekerti sehingga

(22)

Banyak hal-hal yang perlu dibenahi dalam menyiapkan generasi penerus

bangsa yang kompeten, terutama dalam bidang pendidikan yang merupakan

landasan fundamentalnya. Usaha yang terus dilakukan pemerintah yaitu

peningkatan mutu pendidikan dalam berbagai aspek, meliputi kurikulum,

sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode belajar.

Salah satunya peningkatan mutu pendidikan yang sedang dilakukan adalah

pembaharuan dan inovasi kurikulum, yaitu kurikulum 2013. Menurut

Kunandar (2014: 16) kurikulum 2013 ini bertujuan untuk mempersiapkan

manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan peradaban dunia.

Media cetak dan elektronik sering kali memuat berita tentang perkelahian

antar pelajar, narkoba, korupsi, tindakan kekerasan dan kriminal. Contoh

lainnya adalah kekerasan (bullying) di sekolah yang juga sering ditemui di

kalangan pelajar saat ini. Hal-hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan

moral dalam masyarakat. Fenomena itu bisa saja disebabkan karena dalam

proses belajar mengajar masih berpusat pada aspek kognitifnya sehingga

aspek psikomotorik dan afektif yang bermuatan karakter kurang menjadi

perhatian pendidik. Padahal keseimbangan pada ke tiga aspek pembelajaran

sangat diperlukan bagi perkembangan siswa. Jadi, siswa tidak hanya

menguasai pengetahuannya saja, namun siswa juga mampu menyikapi suatu

(23)

Keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin

tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik

merupakan salah satu karakteristik dari kurikulum 2013. Oleh karena itu, pada

kurikulum 2013 terdapat penilaian yang mencangkup kompetensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan berdasarkan proses dan hasil pada kurikulum

2013. Penilaian ketiga ranah tersebut dituangkan dalam kompetensi inti,

dimana KI 1 adalah sikap keagamaan, KI 2 adalah sikap sosial, KI 3 adalah

pengetahuan, dan KI 4 adalah keterampilan. Nantinya akan dijabarkan lagi

kedalam KD dan sejumlah indikator pembelajaran siswa. Pendekatan yang

diterapkan adalah pendekatan sainstifik, yaitu pendekatan proses yang

menuntut siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data,

mengasosiasi dan menyajikan.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru dalam

bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,

kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik

sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik

(Kunandar, 2014: 34). Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kurikulum

2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan,

keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui

pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan

yang saling mendukung pencapaian tiap kompetensi. Salah satu mata

(24)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang terdapat dalam

kurikulum sekolah yang menjelasan tentang aspek-aspek sosial mengenai

fenomena yang terjadi di dalam suatu masyarakat dalam berbagai rentang

waktu. Mata pelajaran IPS merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran

yaitu geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sementara tujuan pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Sumaatmadja (dalam Kemdikbud,

2013: 2) adalah untuk “Membina anak didik menjadi warga negara yang baik,

yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna

bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara”.

Berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan di

SMP PGRI 6 Bandar Lampung penerapan kurikulum 2013 belum dilakukan

secara maksimal karena masih menekanan pada penilaian kognitif. Hasil

belajar pengetahuan siswa kelas VII pada semester ganjil di SMP PGRI 6

Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/ 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Ujian MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015

No. Kelas Nilai < 65 Nilai ≥ 65 Jumah Siswa Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP PGRI 6 Bandar Lampung

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa

(25)

pada ranah kognitif atau pengetahuannya sebesar 47% sedangkan sebagian

siswa sebesar 53% belum mencapai nilai belajar yang baik.

Penilaian hasil belajar sikap merupakan salah satu penilaian hasil belajar yang

penting dalam penilaian kurikulum 2013 untuk melihat perwujudan dari

perilaku. Penerapan sikap yang positif terhadap peserta didik dapat

menentukan keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara kepada guru mata

pelajaran IPS Terpadu kelas VII di SMP PGRI 6 Bandar Lampung dapat

dideskripsikan sikap yang tampak pada siswa adalah sebagai berikut.

1. Sikap Spiritual

Sikap spiritual siswa kelas VII SMP PGRI Bandar Lampung dapat

dikatakan sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang

berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, menjalankan sholat zuhur bersama

di mushola sekolah, mengaji bersama sebelum memulai pelajaran,

menjalin silaturahmi antar sesama teman dan membantu teman saat sedang

kesulitan.

2. Sikap Sosial

Sikap sosial yang nampak diantaranya adalah sikap kejujuran, masih

terdapat siswa yang mencontek saat mengerjakan ulangan atau tugas, tidak

mencantumkan sumber ketika menyalin karya orang lain. Berkaitan

dengan kedisiplinan, masih banyak siswa yang datang terlambat,

berpakaian kurang rapih, tidak membawa buku teks dan buku tulis sesuai

mata pelajaran, kurang tertib dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sikap

(26)

belum bertanggung jawab pada tugas yang diberikan dan pada saat kerja

kelompok masih banyak siswa yang mengandalkan teman yang lebih

pandai. Sikap dalam toleransi juga masih kurang karena siswa belum bisa

menghargai adanya perbedaan dalam berpendapat. Sama halnya dengan

sikap gotong royong, peserta didik kurang aktif dalam kerja kelompok.

Sikap sopan santun siswa kurang, ditandai dengan siswa yang berbicara

kasar, tidak menghargai orang yang berbicara di depan kelas. Kemudian

sikap yang terakhir adalah sikap percaya diri yang masih sangat kurang,

yaitu siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya baik bertanya

maupun menjawab pertanyaan, tidak berani presentasi dan mudah cemas

saat tampil di depan kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa sikap spiritual siswa

sudah dikatakan cukup baik sementara sikap sosial siswa masih kurang. Oleh

karena itu penilaian sikap perlu dilakukan agar sikap siswa yang kurang atau

yang belum nampak dapat diidentifikasi dan ditingkatkan, misalnya melalui

penggunaan model pembelajaran.

Sementara untuk aspek psikomotorik akan muncul dalam keterampilan yang

dikembangkan dalam bentuk tugas belajar yaitu mengamati, menanya,

mencoba, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan menyajikan. Sementara

berdasarkan penelitian pendahuluan dan wawancara kepada guru mata

pelajaran IPS Terpadu, keterampilan pada siswa kelas VII SMP PGRI 6

(27)

Saat menyajikan hasil pengamatan yang ditugaskan oleh guru, hasil

pengamatan yang disajikan peserta didik masih kurang lengkap, tidak

sistematis dan pengunaan kosa kata yang belum baik sehingga belum sesuai

dengan apa yang ditugaskan oleh guru. Sebaiknya saat menyajikan tugas,

siswa harus mampu menyajikan dengan lengkap, sesuai dengan kegiatan

pengamatan yang telah dilakukan. Keterampilan menulis siswa dapat

dikatakan masih kurang, siswa belum mampu menulis dengan pilihan kata

yang sesuai, huruf kapital dan tanda baca yang digunakan belum tepat serta

kurangnya kerapihan dalam penulisan. Selain itu, siswa juga masih belum bisa

menghasilkan gagasan-gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Saat menyajikan presentasi tugas beberapa siswa belum mampu

menyajikan secara baik dengan perincian yang jelas. Penyajian tugas ketika

presentasi belum didukung oleh penggunaan media yang dapat membantu

menjelaskan materi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa keterampilan yang menjadi

kompetensi inti (KI 4) masih belum nampak pada seluruh siswa. Kemampuan

siswa dalam mencoba, mengolah dan menyajikan tugas yang dilakukan oleh

guru belum dapat dilakukan dengan baik oleh peserta didik. Hal ini bisa

dilihat dari keterampilan yang dikembangkan dalam bentuk tugas belajar,

diantaranya adalah siswa masih belum bisa menyajikan tugas dengan baik dan

lengkap.

Data-data yang telah disajikan di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

(28)

maksimal. Peserta didik belum mampu menampakkan kompetensi yang

hendak dicapai dalam kompetensi inti (KI). Kompetensi yang dimaksud ada

pada KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4 yang dijabarkan dalam kompetensi dasar dan

indikator pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran IPS bahwa dalam

proses pembelajaran partisipasi siswa masih cenderung pasif. Siswa masih

malu dan ragu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Ada

beberapa siswa yang terlihat mengantuk karena menganggap mata pelajaran

IPS Terpadu kurang menarik atau membosankan, terlihat bahwa minat siswa

masih rendah. Pelaksanaan diskusi dan kerja kelompok yang dilakukan siswa

belum berjalan dengan baik, hal ini dapat terlihat dari kurangnya kerjasama

antar siswa. Kemampuan kerjasama ini penting bagi keterampilan

interpersonal siswa. Kemudian rasa tanggung jawab siswa masih rendah, bisa

dilihat pada saat kerja kelompok masih mengandalkan siswa yang pandai.

metode konvensional masih menjadi andalan dalam mengajar, seperti metode

ceramah sedangkan untuk penggunaan model-model pembelajaran yang lain

belum diterapkan. Pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa belum

terlibat secara aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar pada ketiga aspek yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan

dapat dihasilkan dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa pada ketiga

aspek tersebut. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

(29)

menekankan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif membuat suasana kelas

menjadi lebih menyenangkan, partisipasi siswa menjadi lebih aktif dan

interaksi antar siswa menjadi lebih baik. Ada beberapa variasi jenis model

dalam pembelajaran kooperatif, yaitu Jigsaw, Group Investigation, Time

Token, Take and Give, Problem Based Learning, NHT, TGT, STAD, dan

masih banyak yang lainnya.

Sesuai dengan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti model pembelajaran manakah yang paling baik untuk

meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu siswa pada ranah sikap, pengetahuan

dan keterampilan. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan yaitu tipe

Problem Based Learning dan tipe Time Token. Model Problem Based

Learning dan Model Time Token mempunyai karakteristik yang berbeda

dalam proses pembelajarannya.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model

pembelajaran yang menyajikan permasalahan nyata kepada siswa. Peran guru

adalah sebagai fasilitator dalam model pembelajaran PBL. Siswa dituntut

untuk lebih aktif dalam menyelesaikan masalah dan menemukan solusi atas

permasalahan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arends (dalam

Sani, 2013: 138) pembelajaran berbasis masalah akan dapat membantu peserta

didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah,

mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri.

(30)

mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi, kemudian mengolah informasi

yang didapatkan dan dicarikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut

sehingga nantinya siswa mampu menyajikan data dengan lebih baik.

Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token merupakan model

pembelajaran berkelompok yang dikembangkan oleh Arends. Penggunaan

model pembelajaran ini akan menghindari siswa mendominasi pembicaraan

atau diam sama sekali. Model pembelajaran Time Token diawali dengan

pengkondisian siswa oleh guru untuk melaksanakan diskusi. Tiap siswa diberi

kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Apabila telah selesai bicara, kupon

yang dipegang siswa diserahkan, tiap berbicara menggunakan satu kupon

bicara. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Sementara

siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.

Model pembelajaran Problem Based Learning dan Time Token adalah model

pembelajaran yang memiliki beberapa perbedaan dalam proses

pembelajarannya diantaranya adalah aktivitas, kerjasama, kemandirian serta

tantangan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang mampu

mempengaruhi hasil belajar siswa. Berkaitan dengan permasalahan yang telah

diuraikan sebelumnya, maka akan dikaji lebih lanjut mengenai: “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning dan Time Token

pada Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

(31)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentififikasi sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa pada tiga aspek penilaian (pengetahuan, sikap dan

keterampilan) masih tergolong rendah.

2. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru kurang variatif.

3. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah.

4. Minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kurang, siswa

menganggap mata pelajaran IPS Terpadu membosankan.

5. Kerjasama antarsiswa dalam pembelajaran secara kelompok kurang baik.

6. Rasa percaya diri siswa masih rendah.

7. Kemampuan menyajikan hasil pengamatan dan presentasi belum

dilakukan secara optimal.

8. Kemampuan menulis siswa masih belum dapat dilakukan dengan optimal.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan,

tampak bahwa hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik dari dalam maupun dari luar individu siswa. Penelitian dibatasi pada

perbandingan hasil belajar IPS Terpadu yang terdiri dari hasil belajar sikap

(spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning

(32)

1.4 Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah hasil belajar sikap spiritual mata pelajaran IPS Terpadu siswa

yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Time Token lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning?

2. Apakah hasil belajar sikap sosial mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning?

3. Apakah hasil belajar pengetahuan mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Time Token?

4. Apakah hasil belajar keterampilan mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Time Token?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui hasil belajar sikap spiritual mata pelajaran IPS Terpadu

(33)

kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based

Learning.

2. Untuk mengetahui hasil belajar sikap sosial mata pelajaran IPS Terpadu

siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token lebih tinggi dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based

Learning.

3. Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan mata pelajaran IPS Terpadu

siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

4. Untuk mengetahui hasil belajar keterampilan mata pelajaran IPS Terpadu

siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

a. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori

yang sudah diperoleh sebelumnya.

(34)

2. Secara Praktis

a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi dalam penerapan

model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan

juga hasil belajarnya (hasil belajar sikap, pengetahuan dan

keterampilan) dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.

b. Bagi siswa, dapat membangkitkan minat, keaktifan belajar siswa dan

hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

rujukan untuk perbaikan mutu pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif dan penilaian hasil belajar pada ketiga aspek,

yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.

d. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti

mengenai model pembelajaran kooperatif dan dapat dimanfaatkan

untuk pembelajaran selanjutnya.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Problem

Based Learning dan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token pada

hasil belajar dalam ranah sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan

(35)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 6 Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2014/2015.

5. Lingkup Ilmu

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Tanpa kita sadari aktivitas sehari-hari yang kita lakukan termasuk

dalam belajar. Apabila melakukan kegiatan belajar kita akan

memperoleh pengetahuan maupun keterampilan baru mengenai suatu

hal. Sejalan dengan pendapat Sagala (2011: 12) bahwa dalam

implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh

pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan

belajar.

Kegiatan belajar yang dilakukan melalui latihan serta pengalaman akan

mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku pada diri individu.

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Abdillah (dalam Aunurrahman,

2010: 35) bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan

oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan

pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

(37)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Hal ini didukung oleh pendapat Hamalik (2001: 27)

bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

dari itu, yakni mengalami. Setiap proses belajar keberhasilannya diukur

dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto (2010: 2) adalah

sebagai berikut.

1. Perubahan terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki pandangan tersendiri

mengenai hakikat belajar dan proses belajar ke arah perubahan sebagai

hasil belajar melalui teori belajar. Menurut Cahyo (2013: 20) teori

belajar dapat diartikan sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip

belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui

eksperimen. Teori belajar berasal dari teori psikologi yang berfungsi

menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana proses belajar terjadi pada si

(38)

Beberapa teori belajar dari pendapat ahli dijelaskan sebagai berikut.

1. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme merupakan teori belajar yang menganggap

bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi karena

adanya hubungan stimulus dan respons. Beberapa tokoh ilmuan

yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike, Watson, Clark

Hull, Edwin Guthrie dan Skinner. Namun yang akan dijelaskan

pada kajian ini adalah teori dari Thorndike dan Skinner.

Edward Lee Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses

interaksi antara stimulus dan respons. Teori belajar Thorndike

dikenal sebagai aliran connectionism yang menyatakan bahwa

hubungan stimulus dan respons dapat diperkuat oleh penguatan

(reinforcement berupa pujian atau ganjaran (Siregar dan Nara, 2011:

28). Belajar dalam teori behaviorisme ini dapat dilakukan dengan

mencoba-coba (trial dan error) apabila tidak tahu bagaimana

memberikan suatu respons. Thorndike menyatakan bahwa perilaku

sebagai hasil belajar ini dapat berwujud tingkah laku yang dapat

diamati ataupun tingkah laku yang tidak dapat diamati.

Thorndike (dalam Siregar dan Nara, 2011: 29) mengemukakan

beberapa hukuman tentang belajar sebagai berikut.

a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness): jika seseorang siap melakukan sesuatu, ketika ia melakukannya maka ia puas. Sebaliknya, bila ia tidak melakukannya, maka ia tidak puas. b. Hukum Latihan (Law of Exercise): jika respons terhadap

(39)

antara respons dengan stimulus. Sebaliknya respons tidak digunakan, hubungan sengan stimulus semakin lemah.

c. Hukum akibat (Law of Effect): bila hubungan antara respons dan stimulus menimbulkan kepuasan, maka tingkatan penguatannya semakin besar. Sebaliknya, bila hubungan respons dan stimulus menimbulkan ketidak puasan, maka tingkatan penguatan semakin lemah.

Burrhus Frederick Skinner mengembangkan teori operant

conditioning yang lebih kompehensif, dimana tingkah laku tidak

hanya merupakan respons dan stimulus, tetapi suatu tindakan yang

disengaja. Hubungan stimulus dan respon terjadi melalui interaksi

dengan lingkungannya sehingga menimbulkan perubahan tingkah

laku (Sani, 2013: 7). Stimulus akan saling berinteraksi antara satu

stimulus dengan stimulus yang lainnya sehingga respons yang

dihasilkan tidak sederhana. Respons ini akan menghasilkan sejumlah

konsekuensi yang akan mempengaruhi tingkah laku peserta didik.

Teori Skinner (dalam Siregar dan Nara, 2011: 27-28) dikenal dengan

operant conditioning yang menjelaskan enam konsep sebagai

berikut.

a. Penguatan positif dan negatif.

b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang diharapkan.

c. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, hingga respons pun sesuai dengan yang diisyaratkan.

d. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.

e. Chaining of response, respons dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.

(40)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa teori belajar

behavioristik adalah teori perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

belajar. Perubahan perilaku terjadi karena stimulus dan respons yang

mempengaruhinya, melalui pengulangan dan pelatihan hubungan

stimulus dan respons ini akan menjadi suatu kebiasaan. Perilaku

dapat berwujud tingkah laku yang dapat diamati ataupun tidak

diamati.

2. Teori Konstruktivisme

Konstruksi berarti bersifat membangun. Siswa membangun

pengetahuannya berdasarkan kegiatan belajar yang dilakukan oleh

siswa sehingga pengetahuan itu dibangun oleh peserta didik, bukan

dari pemindahan informasi dari guru ke murid. Hal ini dukung oleh

pendapat Cahyo (2013: 33), teori konstruktivisme menekankan

bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri. Terdapat dua teori

konstruktivisme yaitu konstrukstivisme kognitif dan konstruktivisme

sosial.

Piaget mengembangkan teori konstrukstivisme kognitif yang

menjelaskan bahwa perkembangan kognitif sebagai akibat eksplorasi

dan peserta didik membangun pengetahuannya (Sani, 2013: 23).

Terdapat interaksi dengan teman sebaya saat proses belajar dimana

proses individu tersebut menjadi proses sosial. Piaget menjelaskan

bahwa terdapat proses kognitif dan perkembangan kognitif dalam

(41)

mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan

tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa (Siregar dan Nara,

2011: 33).

Proses kognitif menurut Piaget (dalam Siregar dan Nara, 2011: 32)

terdapat tiga tahap yaitu sebagai berikut.

a. Asimilasi, yaitu proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.

b. Akomodasi, yaitu proses penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru.

c. Equilibrasi, yaitu penyesuaian kesinambungan antara asmilasi dan akomodasi.

Lev Semenovich Vygotsky mengembangkan teori konstruktivvime

sosial yang menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan dan

perkembangan kognitif terbentuk melalui internalisasi/ penguasaan

proses sosial (Sani, 2013: 19). Siswa membangun pengetahuannya

sendiri berdasarkan pengalaman yang telah didapatkannya.

Perkembangan kognitif pada teori konstruktivisme sosial merupakan

akibat dari interaksi sosial siswa dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa teori belajar

konstruktivisme menganggap bahwa belajar adalah proses interaksi

individu dengan lingkungannya dalam membangun pengetahuannya

sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki

sebelumnya. Terdapat dua teori belajar konstruktivisme yaitu, teori

kontruktivisme sosial Vygotsky dan teori konstruktivisme kognitif

(42)

3. Teori Kognitivisme

Belajar menurut aliran kognitivisme merupakan perubahan persepsi

dan pemahaman, dimana proses belajar terjadi bila materi yang baru

beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya serta

pembelajaran terjadi dengan mengaktifkan indera siswa agar

memperoleh pemahaman (Sani, 2013: 10). Proses belajar merupakan

hal yang diutamakan dalam aliran kognitivisme. Beberapa ilmuan

yang mengembangkan teori ini adalah Piaget, Burner dan Ausubel.

David Ausubel (dalam Sani, 2013: 15) mengembangkan teori

bermakna yang menjelaskan bahwa bahan pelajaran akan mudah

dipahami jika bahan ajar dirasakan bermakna bagi peserta didik.

Bahan ajar yang disajikan oleh guru haruslah bahan ajar yang dirasa

bermakna bagi siswa, dengan begitu peserta didik akan lebih

memahami apa yang sedang dipelajari dalam kegiatan belajar.

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajaran

sebelumnya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik

dan tepat kepada siswa sehingga akan mempengaruhi kemajuan

belajar siswa (Siregar dan Nara, 2011: 33).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa pada teori

kognitivisme proses belajar akan terjadi apabila materi yang baru

beradaptasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang tersusun

(43)

Beberapa definisi mengenai teori belajar telah dijelaskan sebelumnya

melalui pendapat para ahli, dengan demikian dapat diartikan bahwa

belajar adalah suatu proses upaya yang dilakukan individu sehingga

terjadi perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman individu (peserta didik) dalam interaksi dengan

lingkungannya. Teori belajar behaviorisme, konstruktivisme dan

kognitivisme memberikan penekanan pada proses belajar yang di

dalamnya terdapat aktivitas dan hasil belajar pada tingkatan tingkah

laku tertentu sehingga memberi pemahaman yang semakin luas tentang

pengertian belajar.

Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik akan memperoleh

hasil belajar yang merupakan keluaran dari proses belajar.

Perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa akan kita ketahui dari

data hasil belajar, karena hasil belajar akan menunjukkan tingkat

keberhasilan dicapainya tujuan pembelajaran. Hasil belajar ini nantinya

akan menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa

selanjutnya.

Sejalan dengan yang pendapat Sudjana (2010: 22) bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) hasil

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

(44)

evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

pengajaran dari puncak proses belajar.

Umumnya guru melakukan penilaian hasil belajar dengan menekankan

pada aspek kognitifnya saja. Namun, hasil belajar yang berkualitas

diukur dari perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi

pada siswa, bukan hanya pada ketercapaian penyampaian materi

pelajaran sesuai dengan target kurikulum pendidikan.

Kurikulum 2013 menerapkan penilaian hasil belajar pada ketiga ranah

pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (pengetahuan,

sikap dan keterampilan) yang mencangkup seluruh aspek kompetensi.

Menurut Sanjaya (2012: 133) pengertian dari kompetensi adalah

perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi Inti

merupakan bagian dari kurikulum 2013 yang mencangkup KI 1 (sikap

spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4

(keterampilan).

Penilaian merupakan proses pengumpulan data-data yang memberikan

cerminan perkembangan belajar siswa. Berdasarkan Permendikbud

no.65 tahun 2013 tentang standar proses dan permendikbud no. 66

tahun 2013 tentang standar penilaian, penilaian kurikulum 2013

menggunakan penilaian autentik pada proses dan hasil yang

mencangkup tiga aspek penilaian, yaitu afektif, kognitif dan

(45)

menilai tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa kemudian dinilai

berdasarkan proses dan hasilnya. Penilaian autentik adalah kegiatan

menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya

dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian

yang disesuaikan dengan tututan kompetensi yang ada di Standar

Kompetensi atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (Kunandar,

2014: 35).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa hasil belajar

adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan

pembelajaran yang akan menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan

hasil belajar siswa dalam ketiga ranah pembelajaran yaitu afektif,

kognitif, psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam kurikulum 2013

terdiri dari hasil belajar sikap, hasil belajar pengetahuan dan hasil

belajar keterampilan.

2.1.2 Ranah Afektif

Domain afektif menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 60) memiliki

cakupan karakteristik, seperti nilai, sikap, minat dan perilaku. Domain

ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain

kognitif. Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap terhadap sesuatu

objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Menurut Kunandar

(46)

bisa dipengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu itu. Oleh karena itu, antara sikap dan pengetahuan memiliki

hubungan erat dan saling mempengaruhi. Ranah afektif mencangkup

watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan

kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek.

Kurinasih dan Sani (2014: 65) sikap juga sebagai ekspresi dari nilai

nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat

dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang dinginkan.

Pembentukan sikap tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman.

Terdapat beberapa komponen sikap menurut Kunandar (2014: 103) yaitu sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan mengenai objek. Sementara komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat

berbentuk perilaku tanggung jawab, kerjasama, displin, komitmen,

percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan

mengendalikan diri (Kunandar, 2014: 104). Kemampuan ini dicapai

dengan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa berperan aktif di

dalam proses pembelajarannya, dimana terjadi interaksi sosial di

(47)

Terdapat berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai menurut

Sunarti dan Rahmawati (2014: 16), yaitu kemampuan siswa dalam

aspek berikut.

1. Penerimaan: memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.

2. Partisipasi: menikmati atau menerima nilai, norma, dan objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.

3. Penilaian dan penentuan sikap: menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi. 4. Organisasi: menerapkan dan mempraktikan nilai, norma, etika, dan

estetika dalam perilaku sehari-hari.

5. Pembentukan pola hidup: penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya.

Kompetensi sikap dalam kurikulum 2013 masuk ke dalam kompetensi

inti (KI) 1 dan 2. Sikap spiritual pada KI 1 sementara sikap sosial pada

KI 2. Kompetensi sikap ini diwujudkan dalam tindakan nyata peserta

didik dalam proses pembelajaran sehari-hari. Teknik penilaian

kompetensi sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian diri,

penilaian antar teman dan jurnal.

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa ranah afektif

merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai. Ranah

afektif menyangkut hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik melalui

sejumlah kompetensi yang meliputi aspek menerima, merespon,

menilai, mengorganisasi dan berkarakter. Kurikulum 2013 dalam ranah

afektif dicapai melalui hasil belajar sikap yang termasuk kedalam

(48)

2.1.3 Ranah Kognitif

Hasil belajar kognitif (pengetahuan) didapat dari penilaian kompetensi

pengetahuan. Penilaian kompetensi pengetahuan menurut Kunandar

(2014: 165) adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur

tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek

pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,

penerapan atau aplikasi, analisis, dan evaluasi. Kemampuan dalam

ranah kognitif ini berhubungan dengan inteligensi, tiap orang memiliki

kemampuan inteligensi yang berbeda-beda.

Tingkatan hasil belajar kognitif dalam Taksonomi Bloom yang

dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom adalah sebagai berikut (Djaali,

2013: 77).

1. Pengetahuan ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan.

2. Pemahaman ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.

3. Aplikasi ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru.

4. Analisis ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya.

5. Sintesis ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru.

6. Evaluasi ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa ranah kognitif

merupakan tingkat penguasaan peserta didik yang meliputi ingatan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi yang

(49)

proses pembelajaran. Kurikulum 2013 pada ranah kognitif dicapai

melalui hasil belajar pengetahuan yang termasuk kompetensi inti

pengetahuan (KI 3), sedangkan untuk penilaiannya dapat dilakukan

dengan tes tertulis, tes lisan maupun penugasan yang diberikan oleh

guru.

2.1.4 Ranah Psikomotorik

Keterampilan ini berhubungan dengan tindakan nyata peserta didik

berdasarkan sikap dan pengetahuan yang diperoleh peserta didik

sebelumnya. Hasil belajar keterampilan didapat dari kegiatan

mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan

mencipta yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keterampilan ini merupakan kemampuan peserta didik dalam

melakukan suatu tindakan atau perbuatan tertentu. Tindakan nyata

peserta didik ini akan terlihat saat peserta didik melakukan suatu tugas

tertentu yang diberikan oleh guru. Tugas-tugas ini dikerjakan dengan

keterampilan yang dimiliki peserta didik.

(50)

Sejalan dengan pendapat Kunandar (2014: 255) bahwa ranah

psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu. Psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang

pencapaiannya melalui keterampilan sebagai hasil tercapainya

kompetensi pengetahuan.

Tabel 2.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar Ranah Psikomotorik No. Tingkatan Hasil

Belajar

Ciri-Ciri

1. Perception 1. Mengamati objek melalui pengamatan indrawi

2. Mengolah hasil pengamatan (dalam pikiran)

3. Melakukan seleksi terhadap objek (pusat perhatian)

2. Set 1. Kesiapan mental untuk bereaksi 2. Kesiapan fisik untuk bereaksi 3. Kesiapan emosi atau perasaan

untuk bereaksi 3. Guided Response 1. Melakukan peniruan

2. Melakukan coba-coba salah 3. Pengembangan respon baru

4. Mechanism 1. Mulai tumbuh performance skill dalam berbagai bentuk

2. Repons-respons baru muncul dengan sendirinya

5. Complex overt Response

Sangat terampil yang digerakan oleh aktivitas motoriknya

6. Adaptation 1. Pengembangan keterampilan individu untuk gerakan yang dimodifikasi

2. Kemampuan untuk menghadapi problem solving

(51)

Ranah psikomotorik dalam kurikulum 2013 berada dalam kompetensi

inti (KI) 4. Keterampilan menunjukkan tingkat keahlian seseorang

dalam suatu tugas tertentu. Ranah psikomotorik ini merupakan satu

kesatuan dengan aspek kognitif, dimana KI 4 merupakan kelanjutan

dari KI 3 yang telah dikuasai oleh peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa ranah psikomotorik

berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik

diwujudkan dalam hasil belajar keterampilan yang berupa kemampuan

tindakan nyata peserta didik untuk melakukan suatu tugas tertentu,

keterampilan merupakan kelanjutan dari kompetensi pengetahuan. Ada

keterkaitan antara aspek pengetahuan dan aspek keterampilan,

kompetensi pengetahuan menunjukkan peserta didik telah mengetahui

suatu ilmu, sedangkan kompetensi keterampilan menunjukkan peserta

didik bisa akan suatu ilmu tertentu.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2012: 15) cooperative learning berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau

satu tim. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

(52)

dikelompokkan berdasarkan pola yang heterogen. Model pembelajaran

kooperatif akan lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Belajar secara

kelompok membuat siswa harus bekerjasama antar peserta didik yang

ada di dalam kelompok tersebut.

Keberadaan model pembelajaran kooperatif ini akan ini akan

mengurangi sikap individualitas siswa, kemudian siswa akan lebih

bersikap terbuka terhadap orang luar, saling menghargai dan peduli

terhadap sesama. Kerjasama dalam kelompok membuat peserta didik

melatih kemampuan bersosialisasinya. Saat kerja kelompok tujuan

kelompok adalah tujuan bersama yang harus dicapai, maka dari itu

peserta didik harus memiliki kerjasama yang baik dalam mencapai

tujuan tersebut. Sejalan dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget

(dalam Rusman, 2010: 202), para konstruktivis menekankan

pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan

kelompok belajar. Keberadaan kelompok belajar memberikan

kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk

mengungkapkan sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidak

sesuaian pandangan mereka sendiri.

Pembelajaran kooperatif akan menciptakan interaksi di dalam kelas

antara guru dan siswa serta antar siswa itu sendiri. Proses interaksi

(53)

lingkungan belajar yang aktif. Siswa saling bekerja sama untuk

memahami dan mencapai tujuan belajar bersama.

Hal ini didukung oleh pendapat Abdulhak (dalam Rusman, 2010: 203) yakni pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Namun tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning. “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar kooperatif

adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok

bersama-sama temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan

gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok (Isjoni, 2012: 21).

Pembelajaran kooperatif memiliki tahapan-tahapan didalamnya.

Terdapat enam langkah utama di dalam pelajaran yang menggunakan

pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi

(54)

Tahap Tingkah Laku Guru Tahap 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien. Tahap 4

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya. Tahap 6

Memberikan penghagaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Sumber: Rusman (2011: 211)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa secara kelompok

yang mempunyai kemampuan beragam, bekerjasama dan bertanggung

jawab untuk saling memahami tugas kelompok dalam mencapai tujuan

dan kesuksesan bersama.

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model

pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah nyata kepada siswa

untuk dicarikan solusinya. Siswa memerlukan kemampuan berpikir

dalam penyelesaian masalah yang disajikan. Peran aktif siswa sangat

diperlukan dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya mengandalkan satu

sumber belajar yaitu guru, namun siswa dapat memanfaatkan berbagai

sumber belajar disekitarnya seperti, fasilitas internet, perpustakaan,

(55)

Sebagaimana yang dikatakan oleh Cahyo (2013: 283) bahwa

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang

didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal

akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Menurut Tan (dalam Rusman,

2011: 232) pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan

berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan

konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk

menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Model pembelajaran Problem Based Learning didasarkan atas teori

psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky

(dalam aliran konstruktivisme). Peserta didik membangun

(mengkonstruksi) pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal

kemudian memadukannya dengan pengetahuan dan pengalaman baru

yang didapatkannya. Perolehan pengetahuan ini bukan pemindahan dari

guru langsung ke siswa, namun siswa tersebut yang harus aktif

membangun pengetahuannya.

Hal ini didukung oleh pendapat Brown (dalam Wardoyo, 2013: 29-30) teori kontruktivisme sosial Vygotsky yang menekankan pembentukan pengetahuan terbentuk melalui interaksi sosial. Sedangkan kontruktivisme kognitif Piaget menekankan bahwa perkembangan kognitif siswa akibat proses konstruksi pengetahuan dan eksplorasi yang dilakukan siswa dimana menekankan pada tahap perkembangan intelektual.

Perlu diperhatikan beberapa karakteristik dari model PBL dalam

penerapannya di kelas. Karakteristik PBL menurut Rusman (2011: 232)

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Ujian MID Semester IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 (Lanjutan)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu dikarenakan perpustakaan juga berfungsi sebagai salah satu pusat informasi, sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian

Populasi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Jumlah sampel yang

This research aims at finding out and describing the learning strategies used by twelfth year students to upgrade their English for facing national examination

Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dalam hal ini biaya pembelian pupuk, benih, upah

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

Dilihat dari kandungan nilai gizi yang hampir sama dan nilai β -karoten pada tepung labu kuning lebih tinggi maka tepung labu kuning dapat menjadi alternatif untuk

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan metode mendongeng dengan media scrabble dapat me- ningkatkan keterampilan menulis siswa kelas I

[r]