• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949

Oleh : Vredy Saputra

0853033047

Selama periode perang kemerdekaan (1945-1949) banyak peraturan-peraturan pusat mengenai administrasi pemerintahan daerah yang tidak dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya. Pasca Agresi Militer Belanda II, Lampung juga harus menghadapi kenyataan yang cukup berat, karena Belanda mendarat di pelabuhan Panjang pada tanggal 1 Januari 1949. Sebagai konskuensi dari pendaratan ini maka pimpinan formal dan non formal dari para penyelenggara pemerintah, pimpinan TRI (Tentara Rakyat Indonesia), pimpinan partai politik, pimpinan laskar rakyat dan badan badan pejuangan mengadakan rapat kilat di gedung PU Metro yang di adakan pada tanggal 1 Januari 1949.

Belanda mendarat di pelabuhan Panjang pada tanggal 1 Januari 1949 pagi sekitar pikul 06.00. Kedatangan Belanda di lampung mendapat perlawanan di berbagai tempat di lampung baik di Tanjung karang-Teluk Betung,Lampung Utara,Lamung Tengah,lampung Selatan. Setelah Belanda mampu menduduki Tanjung Karang-Teluk Betung belanda memperluas daerah kekuasaannya di berbagai tempat dan sampailah perluasannya di Lampung Tengah, Dan pada tanggal 3 Januari 1949 Pasukan belanda memasuki Kota Metro.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Vredy Saputra dilahirkan di Desa Totokaton Kec.Punggur Kab. Lampung Tengah pada tanggal 25 Januari 1989 dan merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Wagimin dan Ibu Sutilah. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :

1.SD Negeri 1 Totokaton, selesai pada tahun 2001 2.SMP Negeri 1 Punggur, selesai pada tahun 2004 3.SMA Negeri 1 Punggur, selesai pada tahun 2007

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Mandiri).

(8)

ERSEMBAHAN

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang tak terhingga yang telah melimpahkan keruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan

kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada

Ayahanda Hi.Wagimin dan Ibunda Hj.Sutilah yang telah membesarkan,

mendidik dan mendo’akan ananda dengan penuh kasih sayang. Kupersembahkan sebuah

karyasederhana ini untuk bliau, mohon maaf jika selama ini ananda belum bisa memberikan apa-apa semoga kelak ananda

bisa mumbuat kalian bangga.

(9)

MOTO

Sejarah bukanlah hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran, kebanggaan dan harta di dalamnya.

(Vredy Saputra)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, PERTEMPURAN DI WILAYAH METRO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PADA AGRESI BELANDA ll TAHUN 1949.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) FKIP Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Maskun, M. H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila serta sebagai pembahas utama, terima kasih atas segala nasehat serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasehat kepada penulis dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi 8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing

peneliti selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

(12)

10.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat, angkatan 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011, 2012.

11. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, September 2014

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 21

1. Variabel Penelitian ... 21

2. Definisi Operasional Variabel ... 22

3. Informan ... 22

(14)

ii 1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 31

1.1 Sejarah Singkat Terbentuknya kota Metro ... 31

1.2 Letak Geografis dan Topografo kota Metro ... 38

1.3 Kondisi Kota Metro Zaman Penjajahan... 39

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Data Halaman

1. Peta seketsa setrategi pertempuran ... 72

2. Foto Tugu Pahlawan ... 73

3. Foto Nara sumber ... 74

4. Pedoman Wawancara ... 76

5. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 78

6. Daftar informan ... 79

7. Hasil Wawancara... 80

8. Daftar Vetran yang masih hidup... 85

9. Lembar pengajuan judul.. ... 89

10. Surat izin penelitian di Desa Tempuran ... 90

11. Surat Izin Penelitian di Perpustakaan Unila ... 91

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada awalnya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 lampung masih merupakan sebuah karesidenan dari Provinsi Sumatera tahun 1 Kementerian Dalam Negeri dari 12 Kemerdekaan pemerintah, memutuskan bahwa seluruh wilayah Indonesia dibagi dalam delapan Provinsi dan setiap provinsi dibagi lagi menjadi beberapa keresidenan, kabupaten, kotapraja, dan kawedanan (Supangat,

Dewan Harian Angk’45:10).

Selama periode perang kemerdekaan (1945-1949) banyak peraturan-peraturan pusat mengenai administrasi pemerintahan daerah yang tidak dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya.

Perkembangan administrasi pemerintahan selanjutnya menjadi provinsi sumatera dengan sepuluh karesidenan yaitu : karesidenan Aceh, karesidenan Sumatera Timur, karesidenan Tapanuli, karesidenan Sumatera Barat, karesidenan Riau, karesidenan Jambi, karesidenan Bengkulu, karesidenan Lampung dan karesidenan Bangka-Belitung (Nugroho Notosutanto, 1975:244).

(17)

2

Karesidenan dan setiap karesidenan dibagi lagi menjadi beberapa kabupaten/kota

praja. (Supangat, Dewan Harian angk’ 45,1994:105).

“Daerah lampung kemudian segera dijadikan daerah Karesidenan yang dikepalai

oleh seorang Residen Militer bernama Letnan Kol. Kurita” (Dewan Harian Daerah, 1994:104). Sekitar tahun 1937 para kolonisasi (transmigran) asal Jawa membuka daeah Metro. Mulanya dibuka bedeng 15, yang menempati tanah marga Buay Nuban dari suku Lampung Abung Siwo Mego.Pemukiman tersebut lalu dinamakan kelurahan Metro, dengan dukuh-dukuhnya 15 polos, 15 A, 15 B, dengan Sastro Gondo Wardoyo sebagai Lurah yang pertama. Pemukiman yang dibuka sebelum Metro adalah Trimurjo, sedangkan sesudah Metro diantaranya Pekalongan, Batanghari, Sekampung.

Pada masa revolusi phisik, Lampung Tengah merupakan daerah pertahanan di bawah Komado Front Utara yang berpusat di Kotabumi. Waktu itu beberapa kota strategis di Lampung Tengah selalu menjadi incaran Belanda karena mempunyai letak strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi maupun militer. Khusus di Kawedanan Metro dan kabupaten Lampung Tengah pada umumnya,maka dari itu rakyat mempertahankan Kawedanan Metro dari incaran Belanda rakyat tidak ingin Kawedanan metro jatuh ke tanganan Belanda dan langkah yang diambil oleh para penyelenggara pemerintahan dan para pejuang bersenjata pada waktu perang kemerdekaan dari tahun 1945-1950, telah membuat sejarah yang sangat heroik.

(18)

3

1. Rakyat Metro khususnya dan Lampung Tengah pada umumnya bertekad bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dengan sembuyan merdeka atau mati.

2. Sebagai perwujudan pernyataan tersebut, segera akan dibangun monumen berupa kapal dengan tiang bendera ditepi lapangan Merdeka Metro. Ide pembuatan monumen dari dr. Sumarno Hadiwinoto pada tahun 1946, dilaksanakan pada tahun 1947 oleh R. Sukarso Kepala PU Metro. Tenaga dan dana pembangunan hasil gotongroyong dari berbagai pihak.

Kini moumen telah tiada, terpaksa dibongkar karena perkembangan pembangunan kota Metro berdasarkan rencana Induk Kota tahun 1985 – 2004 yang telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1988.

3. Siap mengirim bahan makanan dan lasykar ke front utara terutama di daerah Baturaja dan Martapura.

4. Terus mengelola semangat perjuangan untuk menghadapi Belanda. Bila Belanda melanggar gencatan senjata akan terjadi perang yang berkepanjangan.

Untuk itulah sejak bulan September 1948 dibentuk lasykar rakyat di tiap-tiap desa di Kawedanan Metro dengan jumlah desa sebanyak 60 desa dimana setiap desa terdiri 50 lasykar.

Dengan bekerjasama dan bantuan dari PDM (Perwira Distrik Militer), ODM (Onder Distrik Militer), Pandu Rakyat, Hizbullah, Sabilillah, dilakukan latihan baris-berbaris dan ditingkatkan menjadi latihan perang (Proyek penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah ,pusat penelitian sejarah dan budaya depdikbud. 1977 :407).

(19)

4

Teritorial Sumatra Kolonel Hidayat mengeluarkan perintah dengan radio telegram kepada Gubernur Militer Sumatera Selatan dan para Komandan Sub Teritorial bahwa berdasarkan perintah Panglima Tertinggi.

Maka penghentian tembak menembak mulai berlaku tanggal 15 Agustus 1949 jam 00.00 tengah malam. Isinya :

1) Supaya TNI dan pasukan yang setia kepada RI menghentikan tembak menembak.

2) Daerah yang kita kuasai tetap di bawah kekuasaan kita. 3) Agar dicegah tindakan indisipliner.

4) Local Joint Comitte segera melakukan pembicaraan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977 :469).

Upacara pengakuan kedaulatan dilaksanakan di Kotabumi pada tanggal 27 Desember 1949. Selain itu untuk pasukan yang ada di Menggala dan Terbanggi Besar yaitu pasukan Lettu Endro Suratmin dilaksanakan di Menggala.

Sejak lahir 1949 maka Sub Teritorial Sumsel berubah menjadi Brigade Suamtera Selatan termasuk Jambi. Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahnnya adalah “Proses terjadinya pertempuran di Metro Lampung Tengah pada masa Ageresi Belanda II Tahun 1949”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :

1. Latar belakang terjadinya pertempuran di Wilayah Metro Kabupaeten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.

(20)

5

3. Dampak terjadinya pertempuran di Wilayah Metro Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang “Proses terjadinya pertempuran di Wilayah Metro Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda

II Tahun 1949.”

D. .Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah sebagai

berikut : “Bagaimanakah Proses terjadinya pertempuran di Wilayah Metro Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949 ?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimanakah proses pertempuran di Wilayah Metro Kabuaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung.

(21)

6

G. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup ilmu :Ruang lingkup ilmu dalam Penelitian ini adalah ilmu sejarah khususnya sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung.

Ruang Lingkup Objek :Objek penelitian ini adalah pertempuran di Wilyah Metro Kabupaten Lampung Tengah pada Agresi Blanda II Tahun 1949.

Ruang Lingkup Subjek :Yang menjadi ruang lingkup subjek pada penelitian ini adalah Masyarakat Metro Lampung Tengah.

Ruang Lingkup Waktu : Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2013

(22)

7

Refrensi

Notosusanto, Nugroho 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Depdikbud:Jakarta. Halaman 244.

Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Lampung buku I .Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi Lampung.halaman 10

.

Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung buku III.Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi Lampung.Halaman 469.

Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung buku III.Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi Lampung.Halaman 407.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

1. Konsep Tinjauan Historis

Tinjauan historis adalah tinjauan tentang masa lalu mengenai manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran juga penjelasan yang memberikan pengertian dan pemahaman tentang apa yang telah berlalu.

Menurut Nevis dalam Moh. Nazir “Sejarah adalah pengetahuan yang tepat

terhadap apa yang telah terjadi.” (Moh. Nazir, 2009 :48).

Sedangkan menurut Nevis dalam buku Metode Penelitian, mengemukakan bahwa

“Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk

(24)

9

Sedangkan menurut Mohammad Ali dalam Hugiono dan PK. Poerwantana, Sejarah adalah :

1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita

2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita

3. Ilmu yang bertugas perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita

(Hugiono dan P. K Poerwantana, 1992 : 2).

Adapun manfaat belajar sejarah menurut Nugroho Notosusanto antara lain :

1. Member pelajaran bahwa kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman masa lampau yang dapat kita jadikan pelajaran, sehingga hal yang buruk dapat kita hindari.

2. Memberikan ilham bahwa tindakan kepahlawanan dan peristiwa gemilang di masa lampau dapat mengilhami kita semua pada taraf perjuangan sekarang serta peristiwa besar akan memberikan ilham besar pula.

3. Memberikan kesempatan, bahwa kita dapat terpesona oleh suatu roman yang bagus dengan sendirinya kita berhasil mengangkat aspek seni (Nugroho Notosusanto 1964).

(25)

10

kritis, logis, faktual, dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis), dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung sehingga memiliki makna yang jelas terhadap fenomena peristiwa tersebut.

2. Konsep Wilayah Metro

Wilayah Metro yang di maksut dalam penelitian ini adalah wilayah metro pada saat masih masuk dalam Kabupaten Lampung Tengah.pada saat itu Metro di bagi berdasarkan Bedeng-bedeng yang antara lain pembagiannya, Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi. Istilah bedeng-bedeng itu masih dijumpai sampai sekarang. Jika datang ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dst sampai 67 di Sekampung (sekarang masuk Lampung Timur). Bedeng yang termasuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 14-2, 15, 16a, 16c, dst. (Badan perencana pembangunan wilayah Metro 2005).

3. Konsep Proses

Proses didefinisikan sebagai :Sutu program yang sedang berjalan atau di eksekusi Proses didefinisikan sebagai runtutan perubahan (peristiwa) dalam suatu

perkembangan. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah “berlangsungnya

peristiwa dalam ruang waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian

perubahan”. Kemudian menurut Muhammad Ali (1985:24), yang dimaksud dengan

Proses adalah “serangkaian tindakan yang harus dilalui dengan harapan agar segala

(26)

11

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan proses adalah suatu runtutan peristiwa yang didalamnya terdapat bagian- bagian tertentu yang saling berhubungan dalam suatu perubahan.

4. Konsep Pertempuran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pertempuran memiliki arti “perkelahian yang hebat; peperangan; perjuangan (Dendy Sugono, 2008 : 1672).

Pertempuran merupakan suatu konflik fisik yang terjadi antara dua pihak yang memeiliki suatu tujuan mengalahkan dan yang di dalamnya ada unsup pemimpin dan sistim persenjataan yang di gunakan dalam bertempur,dan menggunakan taktik dan strategi tertentu untuk mengalahkan lawannya.

Pertempuran adalah suatu kontak senjata antara dua atau lebih pihak di mana masing-masing pihak bertujuan mengalahkan pihak lainnya. Pertempuran umumnya terjadi dalam suatu perangatau kampanye militer dan biasanya terjadi pada waktu, lokasi, dan aktivitas tertentu,sedangkan pertempuran adalah suatu arena dimana taktik dipergunakan (http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran).

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pertempuran merupakan suatu perkelahian,peperngan yang di lakukan oleh dua atau lebih suatu kelompok tertentu yang bertujuan saling mengalahka yang mengakibatkan suatu kerugian bagi yang kalah begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sugeng

yang merupakan sesepuh di desa tempuran, beliau mengatakan “Pertempuran di

(27)

12

rakyat tidak sebanding senjata musuh rakyat memiliki snjata api buatn Gunuk Merak hanya mampu menenbakkan 7 peluru setelah itu macet,dan juga di bantu senjata golok,bambu runcing.Adapun taktik perang yang di gunakan adalah Taktik perang Geriliya.

4. Konsep Agresi Militer

(28)

13

Militer adalah angkatan bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan bersenjata.kata lainnya adalah tentara atau angkatan bersenjata. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu.Kata lain yang sangat erat dengan militer adalah militerisme, yang artinya kurang lebih perilaku tegas, kaku, agresif dan otoriter "seperti militer". Padahal pelakunya bisa saja seorang pemimpin sipil.Karena lingkungan tugasnya terutama di medan perang, militer memang dilatih dan dituntut untuk bersikap tegas dan disiplin. Dalam kehidupan militer memang dituntut adanya hirarki yang jelas dan para atasan harus mampu bertindak tegas dan berani karena yang dipimpin adalah pasukan bersenjata ( http://id.wikipedia.org/wiki/Militer ).

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Agresi Militer merupakan suatau bentuk serangan yang di lakukan di medan perang oleh sekelompok pasukan yang brtujuan untuk menyakiti seseorang atau kelopok lain yang dapat menyakiti orang baik secara fisik maupun psikis.

B. Kerangka pikir

(29)

14

(30)

15

C. Paradigma

Keterangan :

A Garis pengaruh

B Gareis Proses

C Garis Tujusn

Pertempuran di Metro Tahun

1949

Proses Pertempuran di Metro Tahun 1949

(31)

16

Refrensi

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan strategi. angkasa.Bandung.Halaman 24.

Koenjaraningrat.1984.Kamus Istilah Antropologi.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Jakarta.Halaman 24.

Notosusanto,Nugroho.1964.Hakekat Sejarah dan Azas-Azas Metode Sejarah.Mega Bookstore. Halaman 17

(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat

yang menyatakan bahwa “metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja

untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.”

(Husin Sayuti, 1989:32).

Metode adalah suatu rangkaian pengertian dasar, kerangka dasar, tetapi penerapannya merupakan bagian dari proses yang diawasi oleh si peneliti dengan tidak terlalu ketat (Basri MS, 2006 :1).

Dalam suatu penelitian, metode adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara kerja yang ditempuh seseorang dalam melakukan suatu penelitian guna mendapatkan kebenaran dari tujuan yang diharapkan.

(33)

18

Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian historis karena penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Adapun maksud dari metode historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu ,terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, untuk kemudian hasilnya juga dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi, 1993 : 78-79).

Dalam hal ini metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa lalu.Pendapat lain menyatakan bahwa :

Metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasilnya (biasanya dalam bentuk tertulis).(Nugroho Notosusanto, 1984 : 11).

(34)

19

Metode historis lebih memusatkan pada masa lalu yang berupa peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan tempat-tempat yang dianggap keramat. Data tersebut tidak hanya sekedar diungkapkan dari sudut kepentingan sejarahnya, namun untuk memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu seperti adat istiadat, kebudayaan, hukum, pemerintah, pendidikan dan lain-lain. Masalah yang diselidiki oleh peneliti pada dasarnya terbatas pada data yang sudah ada.

Tujuan penelitian historis adalah membuat rekontruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan cara mengumpulkan, memverifikasikan, mengintesikan bukti-bukti untuk memperoleh hasil serta penafsiran yang baik. Dalam penelitian historis, validitas dan reabilitas hasil yang dicapai sangat ditentukan oleh sifat data yang ditentukan pula oleh sumber datanya.Sifat data historis diklasifikasikan dala dua jenis yaitu data primer dan data sekunder, adapun data Primer adalah data autentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan. Secara sederhana data ini disebut juga data asli. Sedangkan data Sukender, adalah data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat autentik karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan selanjutnya, dengan

demikian data ini ini disebut juga data tidak asli.”(Budi Koesworo dan Basrowi, 2006 : 122)

(35)

20

Langkah-langkah penelitian historis menurut Nugroho Notosusanto, 1984 : 11)

adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Berdasarkan langkah-langkah penelitian historis tersebut, maka langkah-langkah kegiatan penelitian adalah :

1.Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber- sumber sejarah. Proses yang dilakukan penulis dalam heuristik adalah mencari sumber-sumber sejarah berupa buku,arsip dan dokumen di perpustakaan daerah Lampung dan perpustakaan Unila sesuai dengan tema penulisan.

2.Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan penulis dengan memilah-milah dan menyesuaikan data yang penulis dapatkan dari heuristik dengan tema yang akan penulis kaji, dan arsip atau data yang diperoleh penulis telah diketahui keasliannya.

3.Interpretasi pada bagian ini setelah mendapat fakta-fakta yang diperlukan maka kita merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal. Dalam hal ini penulis berupaya untuk mengananilisis data dan fakta yang telah diperoleh dan dipilah yang sesuai dengan kajian penulis.

(36)

21

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penelitian historis adalah sebuah penelitian yang digunakan uktuk memecahkan sebuah permasalahan dengan menggunakan data-data masa lalu berupa peninggalan-peninggalan dengan tujuan untuk merekonstruksi masa lalu tersebut dengan langkah-langkah yang sistematis sehingga menghasilkan sebuah jawaban atas permasalahan tersebut secara utuh berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang diperoleh.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

B.1.Variabel penelitian

Dalam suatu penelitian variabel merupakan sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja karena dengan variabel kita lebih dapat memfokuskan apa yang menjadi objek penelitian kita sehingga akan lebih mempermudah cara kerja.

Menurut Mohammad Nazir (1984 : 149) “variabel dalam arti sederhana adalah

suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai”, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1989 : 91) mendefinisikan variabel sebagai suatu objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

(37)

22

B.2. Definisi Operasional Variabel

“Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel

atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak

atau variabel tersebut” (Muh. Nazir,Ph.D, 1985: 162).

“Definisi Operasional variabel adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel” (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,

1989:46). “Definisi Operasional yaitu definisi yang menunjukkan indikator-

indikator sesuatu gejala sehingga memudahkan pengukuran” (Tatang M. Amirin,

1995:63). “Definisi variabel operasional bukanlah definisi konsep yang diajukan para ahli, tetapi sudah merupakan definisi yang lebih operasional tentang variabel

itu sendiri dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu” (Muhammad Idrus,

2009: 81).

Berdasarkan tiga pengertian konsep di atas definisi operasional variabel adalah definisi yang menunjukkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang telah ditentukan sehingga objek yang diteliti dapat diamati dengan jelas.

C. Informan

(38)

23

budaya yang akan diteliti (Suwardi, 2006:119). Kriteria informan yang dipilih dalam penelitian ini antara lain :

1. Orang yang memahami dan memiliki pengetahuan mengenai obyek yang akan diteliti,

2. tokoh masyarakat yang memahami tentang 3. informan yang memiliki kesediaan waktu dan

4. dapat dipercaya dan bertanggungjawab atas apa yang dikatakan.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan. pengumpulan data selalu memiliki hubungan dengan dengan masalah yang hendak dipecahkan atau diteliti dan hasil-hasil pengumpulan data menjawab pertanyaan dari suatu masalah penelitian.

Tekhnik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang diperlukan (Muhammad Nazir.1993:211). Oleh sebab itu diharapkan dengan adanya penggunaan teknik-teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat diperoleh data-data yang akan dapat menjawab dari apa yang menjadi permasalahan dari penelitian yang direncanakan.

D.1.Teknik Wawancara

(39)

24

berhadapan muka dengan orang tersebut (Koentjaraningrat,1983 : 81). Menurut Sutrisno Hadi yang dimaksud dengan wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan penyelidikan pada umumnya dua atau lebih orang yang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing-masing pihak dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancar (Sutrisno Hadi, 1984 : 50).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh pihak penanya kepada pihak yang ditanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahn dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan jawaban berupa data atau fakta yang relevan untuk keperluan penelitian.

Dalam teknik wawancara ini peneliti akan menggunakan langkah-langkah wawancara yakni :

1.Persiapan

1. Menentukan Informan

2. Membuat daftar alat-alat yang digunakan 3. Menentukan prosedur wawancara

2.Pelaksanaan

1. Mewawancarai, yaitu mengajukan Pertanyaan tentan pistiwa pertempuran di Mertro Lampng Tengah.

(40)

25

3. Membuat laporan hasil wawancara.

Penulis akan melakukan wawancara dengan saksi hidup atau ahli waris yang mengetahui tentang Pertempuran di Metro Lampung Tengah pada masa Ageresi Belanda II tahun 1949.

D.2.Teknik Kepustakaan

“Teknik kepustakaan adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara

lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah

penting dalam kegiatan ilmiah (Joko Subagyo 1997:109)”,sedangkan

Kontjaraningrat (1983:133) menyatakan bahwa “Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.” Sementara itu teknik kepustakaan juga dapat diartikan sebagai “studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh diperpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi 1993:133).

(41)

26

berkaitan dengan Peroses terjadinya Pertempuran di Metro Lampung Tengah pada masa Ageresi Belanda II Tahun 1949.

Manfaat dari penggunaaan teknik kepustakaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah topik penelitian kita telah diteliti oleh orang lain sebelumnya, sehingga penenlitian kita bukan hasil duplikasi.

2. Untuk mengetahui hasil penelitian orang lain yang ada kaitannya dengan penelitian kita, sehingga kita dapat memanfaatkannya sebagai bahan referensi tambahan.

3. Untuk memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah dalam penelitian kita.

4. Untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang telah diterapkan (Muhammad Nazir, 1989 :97).

D.3.Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan denga masalah yang diteliti, sehingga akan memperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. (Basrowi dan Suwandi. 2008 : 158).

(42)

27

terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain dan berhubungan dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi.1991:133).

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa teknik dokumentasi dapat dipergunakan untuk mendapatkan data dan informasi secara tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen yang berkaitan dengan sejarah daearah Lampung di perpustakaan Universitas Lampung maupun perpustakaan daerah Lampung dan juga di Perpustakaan kota Metro.

E.Teknik Analisis Data

Langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab dua permaslahan pokok : (1) tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini, dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut. (Basrowi dan Suwandi. 2008 : 192).

(43)

28

Dalam hal ini, analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah anlisis data kualitatif mengingat data tersebut berupa fenomena-fenomena yang terjadi yang dikumpulkan dalam bentuk laporan dari karangan para sajarawan sehingga memelukan pemikiran yang tepat dalam menyelesaikan masalah penelitian tersebut.

Menurut Kirk dan Miller, dalam Moeleong (2004 : 3) penelitian kualitaif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.

Sedangkan menurut Bodgan dan Biklen, 1982 dalam Moeleong (2007 : 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Teknik analisis data kualitatif menurut Muhammad Ali (1985 : 151) yaitu:

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.

(44)

29

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya.

3. Pengolahan Data

Setelah data digolong-golongkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolahnya kedalam suasana kalimat secara kronologis sehingga mudah dipahami.

4. Penyimpulan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka langkah terakhir dari

(45)

30

Refrensi

Sayuti,Husin.1989.Pengantar Metodologi Riset.Fajar Agung.Jakarta.Halaman32. Basri,MS.2006.Metodologi Penelitian Sejarah.Restu Agung.Jakarta.Halaman 1. Nawawi,Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Gajah Mada University

Prees.Yogyakarta.Halaman 78-79.

Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian sejarah Kontemporer.Inti Indayu. Jakarta.Halaman 11

Koetoro, Budi dan Basrowi.2006.Strategi Penelitian sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina.Jakarta.Halaman 122

Op cit.Halaman 11

Nazir, Muhammad.1984.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia.Jakarta.Halaman 149

Arikunto, Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Bina Aksara. Bandung.Halaman 91

Nazir, Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat dan Strategi.Angkasa.Bandung. Halaman 211

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bedasarkan analisis data tentang Proses pertempuran di wilayah Metro Kabupaten lampung Tengah pada Agresi militer Belanda II tahun 1949 dapat di tarik kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Proses kedatangan Belanda ke Lampung, Belanda mendarat di pelabuhan Panjang pada tanggal 1 Januari 1949 pagi sekitar pikul 06.00. Kedatangan Belanda di lampung mendapat perlawanan di berbagai tempat di lampung baik di Tanjung karang-Teluk Betung,Lampung Utara,Lamung Tengah,lampung Selatan.

2. Setelah Belanda mampu menduduki Tanjung Karang-Teluk Betung dan keresidenan Lampung Belanda memperluas daerah kekuasaannya di berbagai tempat dan sampailah perluasannya di Lampung Tengah, Dan pada tanggal 3 Januari 1949 Pasukan Belanda memasuki Kota Metro

3. Pertempuran di wilayah Metro terjadi di beberapa titik, bahkan meluas hingga hampir di seluruh wilayah Metro antara lain daerah Metro, daerah Bedeng 12 A Trimurjo, dan daerah Tempuran.

(47)

66

B.Saran

Ageresi Belanda di Indonesia sejak bulan Januari 1949 merupakan suatu pengalaman yang berat dan pahit bagi Rakyat Indonesia khususnya Rakyat Lampung. Perampasan hak, penyiksaan, penggemblengan yang dilakukan oleh Militer Belanda menyulut semangat juang rakyat Lampung untuk bebas dan merdeka. Oleh sebab itu penulis memberikan saran-saran antara lain :

1. Sebagai Generasi Penerus Bangsa, menikmati manisnya perjuangan kemerdekaan yang dilakukan para pendahulu kita dengan mengorbankan jiwa dan raga supaya menghargai jerih payah pejuang, meningkatkan jiwa Patriotisme dan jiwa Nasionalisme serta menyambung kemerdekaan dengan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ali,Muhammad.1985.Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa.Bandung.

Arikunto, Suharsimi.1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Bina Aksara. Bandung.

Badan perencana pembangunan daerah Kot Metro tahun 2011. Badan pusat setatistik Kota metro tahun 2011.

Basri,MS.2006.Metodologi Penelitian Sejarah.Restu Agung.Jakarta.

Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Lampung buku I .Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi Lampung.

Dewan Harian Daerah Angkatan’45.1994.Untaian Bunga Rampai Perjuangan di Lampung buku III.Badan Penggerak potensi Angkatan ’45.Propinsi Lampung.

Hugiono dan P.K Poerwantana.1992.Pengantar ilmu Sejarah.Rinika Cipta.Jakarta.Jakarta.

Koenjaraningrat.1984.Kamus Istilah Antropologi.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Jakarta.

Koetoro, Budi dan Basrowi.2006.Strategi Penelitian sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina.Jakarta

Kontjaraningrat.1983.Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.Jakarta Nawawi,Hadari.1991.Metode Penelitian Bidang Sosial.Gajah Mada University

Prees.Yogyakarta. 200 Halaman.

Nazir, Muhammad.1984.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia.Jakarta. Nazir, Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat dan

Strategi.Angkasa.Bandung.

(49)

32

Notosusanto,Nugroho.1964.Hakekat Sejarah dan Azas-Azas Metode Sejarah.Mega Bookstore.

Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian sejarah Kontemporer.Inti Indayu Jakarta.

Sayuti,Husin.1989.Pengantar Metodologi Riset.Fajar Agung.Jakarta. Subagyo,Joko.1997.Metode Penelitian.Jakarta.

Wawancara dengan bapak Kardi 7 Oktober 2013 . Desa Tempuran . Wawancara dengan bapak Tutur 7 Oktober 2013 . Desa Tempuran .

Referensi

Dokumen terkait