• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJUANGAN LASYKAR RAKYAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERJUANGAN LASYKAR RAKYAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 1945"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PERJUANGAN LASYKAR RAKYAT DALAM MEMPERTAHANKAN

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menandakan bebasnya bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan. Walaupun Jepang sudah kalah dalam Perang Dunia Kedua, hasrat untuk menguasai wilayah Indonesia masih ada pada pemerintah Jepang. Pada tanggal 24 Agustus 1945 Mr.Abbas mengumumkan berita kemerdekaan Indonesia kepada tokoh-tokoh masyarakat Lampung di Hotel Juliana Tanjung Karang dan pada hari yang sama diadakan rapat raksasa di Lapangan Enggal untuk mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia kepada seluruh rakyat Lampung. Di Karesidenan Lampung para pejuang membentuk lasykar-lasykar rakyat yang bertujuan untuk merebut kekuasaan militer Jepang di Karisidenan Lampung, adapun lasykar – lasykar rakyat yang terbentuk pada saat itu seperti BPKP, API, Barisan Pelopor, GPAM, PKR, TKR Laut dan Lasykar Hizbullah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja bentuk perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara,kepustakaan dan dokumentasi.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTO

Kemerdekaan Hanyalah Diperdapat Dan Dimiliki

Oleh Bangsa Yang Jiwanya Berkobar-kobar Dengan

Tekad ‘Merdeka, Merdeka Atau Mati’!

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan

mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Akhmad Aziz dan Ibu

Mismiati yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudmu

dan harapan disetiap tetes keringatmu demi tercapainya

cita-citaku.

Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran,

masukan dal ilmu yang bermanfaat kepadaku.

(8)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perjuangan Lasykar Rakyat Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 1945” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr .H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. H. M. Thoha B.S. jaya, M. S., Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. H. Arwin Achmad, M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

(9)

arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum., Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing II yang dengan ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs.H.Iskandar Syah, M.H, Drs.H.Ali Imron M.Hum, Drs.H.Maskun, M.H, Drs.Wakidi, M.Hum, Drs.Tontowi Amsia M.Si, Hendri Susanto, S.S, M.Hum, Drs.Syaiful, M.Si, Dr. Risma Sinaga, M.Basri,S.Pd,M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd,M.Hum , Suparman Arif, S.Pd, M.Pd.

9. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

10.Perusahaan Gas Negara (PGN) yang telah memberikan Beasiswa sehingga dapat membantu penulis menyelesaikan studinya di Universitas Lampung. 11.Kedua orang tuaku, Bapak Akhmad Aziz dan Ibu ku tercinta Ibu M ismiati

yang senantiasa menuntun, menyayangi dan selalu mendoakan keberhasilanku terima kasih atas ketulusan, kesabaran dan pengorbanannya untukku ;

(10)

selama ini untukku;

14.Sahabat - sahabat terbaikku Selly Lapeba, Indah Hakim, Edi makmur, Lensy Rachmedita, Ayendra Wahyuni, Dwi Oktavia, Rovha Muliawan, Bambang Susilo, Rachmad Agung Nugroho, Megi Tri Handini, Holong Simanjuntak, Zafran, dan seluruh teman seperjuangan Sejarah angkatan 2010 Ganjil dan Genab terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini;

15.Terimakasih kepada seluruh responden dan narasumber yang telah memberikan pelajaran yang berharga, I.M Zahidin M, Sadirin, Wagimin, H.M Saliem, H.Mardasin, Hj.Maryam, Bapak Zainal Abidin dan Syamsudin.

16.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi. Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2014

Penulis,

(11)
(12)

A. Terbentuknya Orgsnisasi Militer di Karesidenan Lampung...27

B. Suasana Kabupaten Lampung Selatan Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung...34

C. Terbentuknya Lasykar-Lasykar Rakyat di Karesidenan Lampung...35

D. Perjuangan Lasykar Rakyat di Kabupaten Lampung Selatan...44

D.1 Kawedanan Teluk-Betung...44

D.2 Kawedanan Pringsewu...50

D.3 Kawedanan Kalianda...51

D.4 Kawedanan Kota Agung...53

PEMBAHASAN A. Perjuangan Lasykar Rakyat Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 1945...57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...61

B. Saran ...62 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Ciri-Ciri bentuk Perjuangan...11

2. Tabel 2. Nama – nama peserta pelatihan Gyugun di Pagaralam yang berasal Lampung...32 3. Tabel 3. Nama – Nama lulusan Sekolah Perwira

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 serta Uni Sovyet menyatakan perang terhadap Jepang seraya melakukan penyerbuan ke Mancuria kejayaan Jepang sudah pasti tidak akan bertahan lama. Tanggal 14 Agustus 1945 Kaisar Hirohito menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Menyerahnya Kaisar Hirohito membuktikan kekalahan Jepang pada Perang Dunia Kedua. Kondisi ini dimanfaatkan para pemuda Indonesia untuk mendesak golongan tua agar segera memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

(15)

2

memperlambat berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan belum tersebar sepenuhnya di Lampung.

Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia belum secara merata dikalangan rakyat ramai, karena selain pada waktu itu Jepang masih berkuasa, juga komunikasi dipersulit oleh Jepang. Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung baru secara resmi diumumkan oleh Mr. Abbas pada tanggal 24 Agustus 1945 dalam pertemuan dengan tokoh–tokoh masyarakat daerah Lampung di Hotel Juliana Tanjung Karang, maka daerah Lampung Khususnya yakin akan kemerdekaan Republik Indonesia (Dewan Harian Daerah Angkatan 45.1994 : 123)

Seperti halnya yang terjadi di daerah-daerah lain Indonesia, keadaan Lampung pada masa antara 14 – 17 Agustus 1945 kurang menentu. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu ditandai dengan kembalinya pasukan-pasukan Gyugun dan Heiho yang berasal dari Lampung yang semula ditugaskan di daerah Palembang dan daerah lainnya seperti negara Singapura. Sebelum pasukan-pasukan Gyugun dan Heiho dipulangkan ke daerah asalnya, seluruh persenjataannya telah dilucuti oleh

tentara Jepang.

Awalnya pasukan Gyugun dan Heiho tidak tahu alasan mengapa mereka di pulangkan ke daerah asalnya, yang mereka tahu bahwa mereka dikembalikan ke Indonesia dengan maksud suatu saat kelak akan memimpin bangsanya bila Kemerdekaan Indonesia tiba. Barulah setelah mereka tiba kembali di Lampung mengetahui peristiwa penting tentang telah menyerahnya Jepang terhadap Sekutu dan Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945.

(16)

hampir tidak mengetahui bahwa Jepang telah kalah perang dengan Sekutu, dan juga tidak mengetahui adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta (M.Ariefin Nitipradjo Tegamoan. 2010 : 2).

Berita kalah dan menyerahnya Jepang terhadap Sekutu diketahui lewat petugas radio Domei yang bernama Milan dan oleh petugas radio Modohan yang bernama Nungtjik AR di Palembang, sedangkan di Lampung pada tanggal 20 Agustus 1945 berita Proklamasi pertama kali didengar oleh Amir Hasan yang pada saat itu beliau bekerja di Syu Seityo Hadohan Lampung (Jawatan Penerangan Karesidenan Lampung). Kebenaran berita Proklamasi itu diperkuat oleh Mr. Abbas setelah ia kembali dari Jakarta, sehingga pada tanggal 24 Agustus 1945 Mr. Abbas mengumumkan berita Kemerdekaan Republik Indonesia kepada tokoh – tokoh masyarakat Lampung di Hotel Juliana Tanjung Karang.

Pada awal kemerdekaan kekuatan pasukan militer Jepang di Lampung ditaksir berjumlah 10.000 orang dengan persenjataan yang masih lengkap. Selain tentara Jepang masih banyak yang tinggal di daerah Lampung, masih banyak juga sarana dan prasarana umum yang dikuasai oleh tentara Jepang seperti kantor – kantor pemerintahan, rumah sakit umum, sekolah dan penjara. Tentara Jepang yang ada di Kabupaten Lampung Selatan juga masih mengambil hasil bumi dari masyarakat seperti di Kalianda dan Talang Padang tentara Jepang masih mengambil beras, di Gisting tentara Jepang masih mengambil sayuran.

(17)

4

Keadaan yang tidak aman ini menjadi lebih kalut lagi setelah kemudian antara tanggal 10 - 15 Oktober 1945 mendarat pula divisi India ke 26 dari tentara Sekutu di Sumatera, masing – masing 1 Brigade di Medan, Padang dan Palembang. Dan ternyata kemudian pendaratan mereka ini kelak diboncengi pula oleh tentara NICA dari Belanda (Iskandar Syah. 2008 : 40).

Berita mengenai kekalahan Jepang akibat pemboman yang dilakukan tentara Sekutu menambah kuatnya perjuangan, dan berita bahwa Indonesia telah memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka, mendorong seluruh rakyat daerah terutama angkatan muda yang tergabung dalam organisasi – organisasi kemiliteran seperti Heiho, Gyugun, Keibodan, Seinedan dan lain-lain secara serentak mulai menentang dan melawan tentara pendudukan Jepang.

Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia diumumkan di Lampung oleh Mr.Abbas, semangat juang para pemuda sangat tinggi, mantan-mantan perwira Gyugun, Heiho dan organisasi militer bentukan Jepang lainnya berinisiatif untuk membentuk Lasykar Rakyat karena mereka tidak ingin lagi merasakan pahitnya penjajahan dan peperangan serta bertujuan mempertahankan kemerdekaan yang sudah di raih dengan susah payah.

Kesediaan untuk mempertahankan Kemerdekaan merupakan spontanitas rakyat setempat. Secara spontan pula dibentuk barisan – barisan keamanan pemuda atau Lasykar – Lasykar Rakyat. Pembentukan Lasykar – Lasykar demikian pada umumnya dipelopori oleh mereka yang tadinya pernah menjadi anggota Gyugun dan Heiho ( Iskandar Syah. 2008 : 28).

Keadaan yang baru ini segera mendapat tanggapan dari masyarakat daerah Lampung, terutama sekali para pemimpin masyarakat dan bekas – bekas perwira Gyugun dan Heiho untuk membentuk Lasykar-Lasykar Rakyat yang bertujuan

(18)

Lasykar – Lasykar Rakyat yang terbentuk pada saat itu seperti BPKP, API, Barisan Pelopor, GPAM, PKR, TKR Laut dan Lasykar Hizbullah .

Keadaan daerah Lampung pada awal kemerdekaan belum sepenuhnya terlepas dari kekuasaan militer tentara Jepang terutama dalam hal pemerintahan. Sistem pemerintahan pada masa pendudukan Militer Jepang di Lampung, Jepang menjadikan Lampung sebagai karesidenan yang dikepalai oleh seorang residen, di bawah karesidenan, diadakan kabupaten yang dikepalai oleh seorang Ken, di bawahnya lagi terdapat Kawedanan ( Gun ) yang dikepalai oleh Gun-Co. Di bawah kewedanan terdapat keasistenan atau kecamatan yang dijabat oleh Asisten Damang ( Fuko Gun-Co ), selanjutnya tingkat desa disebut ( Ku ) yang dikepalai oleh seorang Kuco.

(19)

6

Perjuangan Lasykar Rakyat di Kabupaten Lampung Selatan terjadi di berbagai daerah, yaitu di Kawedanan Kalianda, Kawedanan Kota Agung, Kawedanan Telukbetung dan Kawedanan Pringsewu. Bentuk perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan adalah dengan cara Diplomasi/ Non Fisik dan pertempuran bersenjata/ Fisik. Perjuangan Lasykar Rakyat di Kabupaten Lampung Selatan adalah mengambilalih kantor pemerintahan, melucuti senjata tentara Jepang, mendirikan Badan Pendidikan Calon Perwira dan melancarkan Aksi Merah Putih.

Para pemuda / Lasykar Rakyat itu merupakan pelopor perebutan kekuasaan dari tangan Jepang, setelah dirasa adanya ancaman Sekutu dan NICA Lasykar Rakyat berusaha merebut kekuasaan dari tangan Jepang yang ditandai dengan tindakan-tindakan merebut senjata, merebut gedung-gedung pemerintahan dan melakukan pengibaran bendera merah putih diberbagai tempat (G.Moedjanto, 1988 : 131-132)

Berkat pengetahuan kemiliteran yang mereka miliki timbullah usaha-usaha yang berkaitan dengan pelaksanaan pemerintahan sendiri dan menjaga kemerdekaan yang telah tercapai, serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung khususnya di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :

1. Latar belakang perjuangan Lasykar Rakyat di Kabupaten Lampung Selatan

(20)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada : Bentuk perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan pada penelitian ini adalah apa saja bentuk perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945 ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bentuk Perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945 .

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung

2. Sebagai tambahan referensi dalam bidang kajian Perjuangan Lasykar Rakyat yang ada di Karesidenan Lampung dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Lampung tahun 1945.

(21)

8

4. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pelajar ataupun mahasiswa dalam mempelajari sejarah lokal daerah Lampung.

G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Ilmu :

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Kabupaten Lampung Selata tahun 1945.

Ruang Lingkup Objek :

Objek penelitian ini adalah bentuk perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945.

Ruang Lingkup Subjek :

Subjek pada penelitian ini adalah mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945.

Ruang Lingkup waktu :

Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2013.

Ruang Lingkup Lokasi atau Tempat Penelitian :

(22)

Referensi

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung buku I.Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi lampung.Hal : 123

Nitipradjo ,M. Ariefin.2010.Perjuangan Masyarakat Lampung Mempertahankan Kemerdekaan RI.Bandar Lampung.CV.Mitra Media Pustaka.Hal : 2

Iskandar Syah.2008.Sejarah Daerah Lampung.Bandar Lampung .Universitas Lampung press.Hal : 40

Ibid.Hal : 28

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

A.1. Konsep Perjuangan

“Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga; berlawanan;

memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi; berlanggaran” (Hoetoma M.A .2005 : 224).

Dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia C.S.T Kansil dan Julianto, 1996: 182 mengartikan perjuangan sebagai “perintis yang mengantarkan bangsa kedepan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala pengorbanan-pengorbanan”.

(24)

A.2 Konsep Perjuangan Lasykar Rakyat

Menurut G.Moedjanto (1988 : 131) menjelaskan bahwa perjuangan Lasykar Rakyat yaitu menegakkan serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang di tandai dengan tindakan-tindakan perebutan kekuasaan, merebut gedung-gedung pemerintah, pengibaran bendera merah putih seperti di Jawa pada mulanya berhasil, lalu tindakan mereka diikuti oleh tindakan merebut senjata. Mereka inilah yang pertama kali melakukan bentrokan terhadap tentara Jepang setelah Proklamasi.

Menurut Chusnul Hajati M.S (1997 : 32) perjuangan Lasykar Rakyat adalah berbagai badan perjuanagan seperti API, Barisan Pelopor dan unsur-unsur pemuda lainnya dari bekas anggota PETA memimpin gerakan pengambilalihan kekuasaan yang sasaran gerakannya di stasiaun radio, pusat-pusat telekomunikasi, bank-bank dan gedung-gedung pemerintah. Mereka inilah yang mempelopori perebutan gedung-gedung pemerintahan dan bangunan-bangunan sipil lainya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perjuangan Lasykar Rakyat adalah perjuangan yang dilakukan oleh Badan Perjuangan atau Lasykar Rakyat dalam menegakkan dan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara fisik maupun non fisik, yang ditandai dengan pengibaran bendera Merah Putih, merebut gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata tentara Jepang.

A.3 Kosep Bentuk Perjuangan Lasykar Rakyat

“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu

(25)

11

Dari penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah ditempuh dengan dua bentuk perjuangan yaitu perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik.

Berdasarkan pendapat Moedjanto (1988 : 25) bahwa perjuangan atau reaksi rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di nusantara sebelum tahun 1900 mempunyai ciri :

1. perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal 2. menggantungkan pada tokoh kharismatik 3. belum ada tujuan yang jelas

sementara itu perjuangan setelah 1900 (setelah berdirinya Budi Utomo) sampai dengan agresi militer II mempunyai ciri :

1. Perjuangan bersifat nasional

2. Perlawanan yang positif dengan senjata dan taktik yang modern berupa diplomasi.

3. Perjuangan dengan organisasi modern

CIRI-CIRI BENTUK PERJUANGAN NON FISIK DAN PERJUANGAN FISIK Tabel 1. Ciri-Ciri bentuk Perjuangan

NO Bentuk Perjuangan

Perjuangan Non Fisik Perjuangan Fisik 1 Mengadakan

perundingan-perundingan

Perjuangan yang mengandalkan kekuatan militer atau senjata 2 Menarik simpati dari dunia

internasional

Dilakukan dengan pertempuran

3 Membentuk organisasi Menimbulkan banyak korban 4 Melakukan propaganda

5 Mengahsilkan sebuah kesepakatan

Sumber : Sagimun MD 1989 : 331

Sudiyo ( 2004 :112 ) memberikan alasan mengapa para pejuang dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia melakukan dua cara perjuangan yaitu dengan cara Non Fisik dan dengan cara Fisik (bersenjata). Alasan mengapa para pejuang melakukan perjuangan secara Non Fisik adalah :

(26)

2. Jepang walaupun sudah kalah perang dengan Sekutu, namun masih bersenjata lengkap. Oleh karena itu, berjuang dengan senjata akan menimbulkan korban cukup besar.

Sebaliknya, alasan yang dikemukakan oleh para pejuang yang memilih perjuangan Fisik ( bersenjata) adalah :

1. Bagi tenaga-tenaga pejuang yang pernah dipersiapkan dengan latihan kemiliteran, tentu sangat senang mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan bersenjata. Hal ini merupakan tanggung jawab mereka terhadap negara dan bangsa, sehingga berani berjuang dengan semboyan Merdeka atau Mati.

2. Ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa mereka sanggup menjaga dan mempertahankan negara merdeka, apabila ada pihak penjajah ( Belanda ) ingin kembali ke Indonesia.

3. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah terkait dari berbagai organisasi politik dan kemasyarakatan yang selama penjajahan selalu ditekan oleh pihak penjajah, maka telah menunjukan tekad untuk bangkit melawan secara Fisik ( bersenjata ) demi tegaknya Indonesia.

A.4 Konsep Lasykar Rakyat

Chusnul Janati, M.S Dan Sutarno (1997 : 103) mengartikan “Lasykar Rakyat sebagai suatu badan/organisasi pemuda atau rakyat yang didirikan secara spontan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan”.

Menurut Dj.Hasugian (1984 : 3) “Lasykar Rakyat merupakan para pejuang termasuk wanita, mereka berjuang dalam segala aspeknya untuk membebaskan diri dari belenggu adat bangsa sendiri tapi juga berjuang untuk kemerdekaan bangsanya”.

(27)

13

Kriteria atau syarat-syarat untuk menjadi anggota badan perjuangan/Lasykar Rakyat sangat ringan, asalkan umur sekitar 15 tahun/dipandang telah mncukupi dan berbadan sehat dapat menjadi anggota. Dengan menjadi anggota suatu organisasi perjuangan, dalam dada pemuda tumbuh rasa bangga. Kegiatan dalam organisasi menjadi tempat penyaluran dinamika jiwa mudanya yang telah lama tertekan dalam kungkungan penjajah. Semangat dari jiwa mereka menjadi penggerak utama dari pemuda, sehingga dalam melakukan perjuangan pemuda sering bertindak secara konfrontatif revolusioner (Chusnul Hajati M.S dan Sutarno 1997 : 66).

Dari penjelasan para ahli di atas, maka Lasykar Rakyat adalah sebuah badan perjuangan yang didirikan secara spontan untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.

A.5 Konsep Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia

Menurut W.J.S Poerwadarminta “mempertahankan adalah mengusahakan supaya tetap atau membiarkan pada keadaan semula. Kemerdekaan adalah suatu kebebasan dari penjajahan atau kebebasan untuk berdiri sendiri” (W.J.S Poerwadarminta, 1985 : 647)

Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang dinyatakan oleh Ir. Soekarno dan Drs.Moh.hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hal yang amat penting bagi seluruh rakyat Indonesia, karena dengan Proklamasi tersebut maka lahirlah Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat.

“Seperti yang disebutkan Tirto Projo, perjuangan bangsa Indonesia untuk

(28)

Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah suatu usaha untuk dapat menjaga, melindungi dan membela diri dari berbagai ancaman yang dapat membahayakan dalam alam kehidupan yang bebas dari sistim penjajahan baik dengan cara diplomasi maupun konfrotasi. Mempertahankan kemerdekaan merupakan kemampuan bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar.

A.6 Konsep Kabupaten Lampung Selatan

(29)

15

Skema struktur organisasi pemerintahan pendudukan Militer Jepang di Lampung sebagai berikut :

ORGANISASI PEMERINTAHAN PENDUDUKAN MILITER JEPANG

(Proyek penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah.depdikbud.1978/1979:100)

Pada tahun 1945 Karesidenan Lampung dibagi menjadi 3 Kabupaten dan 9 Kawedanan. kabupaten-kabupaten dan kawedanan-kawedanan di daerah Karesidenan Lampung adalah :

1. Kabupaten Lampung Utara dengan Kawedanan : a. Kawedanan Menggala

b. Kawedanan Kota Bumi c. Kawedanan Krui

2. Kabupaten Lampung Tengah dengan Kawedanan : a. Kawedanan Sukadana

b. Kawedanan Metro

3. Kabupaten Lampung Selatan dengan Kawedanan : a. Kawedanan Kalianda

b. Kawedanan Teluk Betung c. Kawedanan Pringsewu d. Kawedanan Kota Agung

(Dewan Harian Daerah Angkatan ’45.1994 : 124) SYU

KEN

GUN KAWEDANAN

KABUPATEN

DESA KU

(30)

“Bupati Lampung Selatan almarhum R.A Basyid merangkap Walikota

Tanjungkarang-Telukbetung”( Rauf Ali.1993 : 1).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan adalah daerah administrasi dari Karesidenan Lampung yang di pimpin oleh seorang bupati. Wilayah Kabupaten Lampug Selatan terbagi menjadi 4 kawedanan yaitu Kawedanan Kalianda, Kawedanan Teluk Betung, Kawedanan Pringsewu dan Kawedanan Kota Agung.

Daerah Kabupaten Lampung selatan di kepalai oleh seorang Bupati (Ken), di bawahnya lagi terdapat Kawedanan ( Gun ) yang dikepalai oleh Gun-Co. Di bawah kewedanan terdapat keasistenan atau kecamatan yang dijabat oleh Asisten Damang ( Fuko Gun-Co ), selanjutnya tingkat desa disebut ( Ku ) yang dikepalai oleh seorang Kuco.

B. Kerangka Pikir

(31)

17

(32)

C. Paradigma

Keterangan Garis :

: Garis Kegiatan : Bentuk

Perjuangan Lasykar Rakyat di Kabupaten Lampung Selatan Dalam

Mempertahankan kemerdekaan RI di Kabupaten Lampung Selatan

Perjuangan Fisik Perjuangan Non Fisik

1. Kawedanan Telukbetung 2. Kawedanan Pringsewu 3. Kawedanan Kalianda 4. Kawedanan Kota Agung 1. Mengadakan perudingan

2. Menarik simpati dari dunia Internasioal 3. Membentuk Organisasi 4. Melakukan propaganda 5. Menghasilkan sebuah

kesepakatan

1. Perjuangan yang

mengandalkan kekuatan militer atau senjata 2. Dilakukan dengan

pertempuran

(33)

19

Referensi

Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar. Hal : 224

C.S.T Kansil dan Julianto.1996. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta.Gramedia.Hal : 182

G.Moedjanto.1988.Indonesia Abad Ke-20.Buku I.Yogyakarta.Kanisius.Hal : 131

Chusnul Hajati M.S dan Sutarno.1997. Peranan Masyarakat Desa di Jawa Tengah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan tahun 1945-1949. Jakarta.CV. Putra Sejati Raya.Hal : 32

Yahya A.Muhaimin.1982.Perkembangan Militer Dan Politik Di Indonesia 1945-1966.Gajah Mada University Press.Hal : 28

G.Moedjanto.1988.Indonesia Abad Ke-20.Buku I.Yogyakarta.Kanisius.Hal : 25 Sagimun MD.1989.Peranan Pemuda.Jakarta.Bina Aksara.Hal : 331

Sudiyo.2004.Pergerakan Nasional.Jakarta.Rineka Cipta.Hal : 112

Chusnul Hajati M.S dan Sutarno.1997. Peranan Masyarakat Desa di Jawa Tengah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan tahun 1945-1949. Jakarta.CV. Putra Sejati Raya.Hal : 103

Hasugian,Dj.1948.Wanita Pejuang Bangsa. Jakarta .PT. Rosda Jayaputra.Hal : 3 G.Moedjanto.1988.Indonesia Abad Ke-20.Buku I.Yogyakarta.Kanisius.Hal : 120 Chusnul Hajati M.S dan Sutarno.1997. Peranan Masyarakat Desa di Jawa

Tengah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan tahun 1945-1949. Jakarta.CV. Putra Sejati Raya.Hal : 66

W.J.S Poerwadarminta.1985.Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.Balai Pustaka.Hal : 647

Susanto Tirto Projo.1996.Sejarah Revolusi Nasiaonal Indonesia Pembangunan. Jakarta.Hal : 32

(34)

Proyek penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah.depdikbud. 1978/1979.Hal:100

Log.cit.Hal : 124

(35)

19

III. METODE PENELITIAN

“Metode merupakan suatu cara yang sangat penting dalam suatu penelitian karena

metode dapat memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa metode dapat diartikan sebagai kegiatan yang sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti itu sendiri” (Sukardi.2003 : 17). “Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan” ( Husin Sayuti.1998 : 32).

Berdasarkan pendapat ahli yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan seorang peneliti secara sistematis dalam suatu penelitian guna mendapatkan kebenaran dari penelitian yang dilakukan.

A.Metode yang dilakukan

(36)

Penelitian sejarah merupakan salah satu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan penyebab, pengaruh atau perkembangan kejadian yang mungkin membntu dengan memberikan informasi pada kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang, (Sukardi.2003 : 203).

Dalam hal ini metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa lalu. Pendapat lain menyatakan bahwa :

“Metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang

sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menjadikan suatu sintesa dari pada hasil-hasilnya” (Nugroho Notosusanto.1984 : 11).

Dari pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian historis adalah cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk memecahkan suatu masalah penelitian dengan teknik mengumpulkan data yang sistematis yang berkaitan dengan masa lalu untuk menguji hipotesis serta memahami kejadian baik yang terjadi dimasa lalu ataupun dimasa yang akan datang.

(37)

21

“Tujuan penelitian Historis adalah untuk memahami kejadian masa lalu, dan

mencoba memahami masa kini atas dasar peristiwa atau perkembangan peristiwa dimasa lampau (Nurul Zuriah.2005 : 52)”.

Langkah-langkah penelitian Historis menurut Nugroho Notosusanto (1984:11)

Adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Berdasarkan langkah-langkah penelitian historis tersebut maka langkah-langkah kegiatan penelitian adalah :

Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah. Proses yang dilakukan penulis dalam heuristik ini adalah dengan cara mencari buku, arsip dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila dan Perpustakaan daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian.

Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan penulis dengan cara memilah-milah dan menyesuaikan data yang diperoleh dari heuristik dengan tema yang akan dikaji serta keaslian data sudah dapat diketahui.

Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal. Dalam hal ini penulis menganalisis data dan fakta yang sudah diperoleh lalu memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulis oleh peneliti.

(38)

Skripsi disusun berdasarkan metode penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Lampung.

B. Variabel penelitian

Dalam penelitian variabel tidak dapat kita kesampingkan. Sama halnya dengan metode. Variabel juga membantu peneliti dalam memfokuskan apa yang menjadi objek penelitian kita sehingga akan mempermudah dalam proses penelitian.

Ibnu Hadjar (1996: 156) mengartikan ”variabel sebagai objek pengamatan atau fenomena yang diteliti”. Menurut Sugiono (2011:61) “Variabel adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa variabel adalah sebuah objek atau fenomena yang mempunyai nilai dan perhatian dalam sebuah penelitian. Dari pengertian variabel di atas, maka variabel yang digunakan peneliti adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada Perjuangan Lasykar Rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945.

C. Teknik Pengumpulan data

(39)

23

“Tekhnik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang di perlukan”

(Mohammad Nazir.1993 : 211). Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara seorang peneliti untuk mengumpulkan data baik berupa arsip dan dokumen yang sesuai dengan masalah yang dikaji guna untuk menjawab pertanyaan-pertayaan dari masalah yang diteliti.

C.1 Teknik Wawancara

“Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dan responden dengan menggunakan alat atau interview guide” (Mohammad Nazir 1993:234). “Teknik Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara dapat diakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka” (face to face) maupun menggunakan telpon ( Sugiono.2011:194).

(40)

C.2 Teknik kepustakaan

“Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang yang terdapat di ruang perpustakaan,misalnya dalam bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen dan sebagainya yang relevan dengan bahan penelitian” (Koentjaraningrat.1983:133). “Teknik kepustakaan dapat diartikan sebagai studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh di perpustakaan yang melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti” (Hadari Nawawi.1993:133).

Jadi teknik kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seorang peneliti yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, memahami dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan peneliti dalam pemecahan masalah yang ditelitinya.

C.3 Teknik Dokumentasi

Tekhnik dokumentasi menurut Margono (1997 : 187) “Dokumetasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkip, buku, surat kabar dan lain sebagainya”. Menurut Soehartono Irawan(1995 : 19) “Teknik Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian”.

(41)

25

Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sejarah daerah Lampung di Perpustakaan Daerah Lampung dan Perpustakaan Universitas Lampung.

D. Teknik analisis data

Setelah peneliti memperoleh data-data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji, maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk di interpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan oleh karena itu analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis data kualitatif. Hal ini dikarenakan data-data yang terkumpul bersifat tertulis.

Ada pun langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif menurut Muhammad Ali (1985:151) yaitu :

1. Penyusunan data

Penyusunan data ini merupakan usaha dari peneliti dalam memilih data yang sesuai dengan data yang akan diteliti dari data yang diperoleh.

2. Klasifikasi data

Merupakan usaha dari peneliti untuk menggolongkan data berdasarkan jenisnya.

3. Pengolahan data

(42)

4. Penyimpulan

(43)

27

Referensi

Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta.PT Bumi Aksara. Hal : 17

Sayuti,Husin.1998.Pengantar metodologi Riset.Jakarta.Fajar Agung.Hal : 32 Log.cit.Hal : 203

Notosusanto,Nugroho.1984.Masalah Penelitian Kontemporer. Jakarta.Inti Indayu. Hal : 11

Zuriah, Nurul.2005.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta. PT Bumi Aksara.Hal : 52

Log.Cit.Hal : 11

Hadjar,Ibnu.1996.Dasar-Dasar Metodologi penelitian kwantitatif dalam pendidikan.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.Hal : 156

Sugiono.2011.Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif ,Kualitatif dan R&D. Bandung .CV Alfabeta.Hal : 61

Nazir, Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat prosedur dan strategi. Bandung.Angkasa.Hal : 211

Ibid.Hal : 234

Sugiono.2011.Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif ,Kualitatif dan R&D. Bandung .CV Alfabeta.Hal : 194

Koentjaraningrat.1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta.Gramedia. Hal : 133

Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta.Gajah Mada University Press.Hal : 133

Margono S.1997.Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKKD. Jakarta. PT Rineka Cipta.Hal : 187

Irawan, Soehartono.1995.Metode Penelitian Sosial. Bandung.Rosdakarya.Hal : 19 Nazir, Muhammad.1993.Metode Penelitian Masyarakat.prosedur dan strategi.

Bandung.Angkasa.Hal : 234

(44)

IV.. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

A. Terbentuknya Organisasi Militer Di Karesidenan Lampung

Pada masa pendudukan militer Jepang di Indonesia umumnya dan di Karesidenan Lampung khususnya pemerintah Jepang sangat menaruh perhatian kepada golongan pemuda, karena dinilai masih penuh semangat, giat bekerja dan biasanya masih diliputi dengan idealisme. Mereka dianggap belum sempat dipengaruhi oleh alam pemikiran Barat, karena memiliki sifat-sifat yang demikian, segala propaganda dari pihak Jepang diduga akan mudah ditanamkan kepada mereka contohnya Gerakan Tiga A yang menyatakan bahwa orang Barat telah berabad-abad lamanya menjajah Asia sehingga rakyat menderita. Berkat Jepanglah maka penjajahan itu berhasil dihapuskan sebab Jepang adalah “ Cahaya Asia, Pemimpin Asia, Pelindung Asia”.

Sehubungan dengan sifat kaum muda itu, maka pelajaran yang ditekankan kepada mereka yalah Seishin (semangat) atau Bushido (jiwa satria) yang meliputi kesetiaan dan bakti kepada tuan dan pemimpinnya. Selain itu ditekankan pula perlunya disiplin dan diberantasnya rasa rendah diri serta semangat budak ( Marwati Djoened Poesponegoro.1992 : 27 ).

(45)

28

mempertahankan daerah pendudukannya yang luas itu mereka memerlukan dukungan dari penduduk di daerah masing - masing. Pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang diumumkan secara resmi berdirinya dua organisasi pemuda yang diberi nama Seinedan dan Keibodan. Secara resmi tujuan didirikannya organisasi pemuda ini adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda dalam hal militer agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bertolak belakang dengan tujuan awalnya para pemuda dilatih dan dididik untuk di persiapkan sebagai tentara cadangan Jepang dalam menghadapi Sekutu pada Perang Dunia II atau perang Asia Timur Raya. Kedua organisasi ini berlangsung di bawah pimpinan Gunseikan.

“maksud yang disembunyikan pemerintah Jepang ialah agar dengan demikian

memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat usaha mencapai kemenangan akhir dalam perang dewasa itu ( Nugroho Notosusanto.1992 : 29 )”.

A.1 Organisasai Semi Militer A.1.1 Seinedan (Barisan Pemuda)

Seinedan adalah organisasi semi militer yang didirikan tanggal 29 April 1943.

Para anggota Seinedan diberikan latihan-latihan militer baik untuk mempertahankan diri, maupun untuk penyerangan. Di dalam rangka perang, Seinedan merupakan barisan cadangan yang mengamankan garis belakang.

(46)

raga dan Seinedan ). Di tingkat Syu ( Karesidenan ) di pimpin oleh Syucokan sendiri ( Residen ). Untuk mensukseskan organisasi Seinedan pemerintah Jepang memperluas Seinen Kunrensyo ( Lembaga Latihan Pemuda ) menjadi Cuo Seinen Kunrensyo ( Lembaga Pusat Pelatihan Pemuda ). Di lembaga inilah kader – kader pimpinan Seinendan daerah dilatih dengan latihan dasar kemiliteran tetapi tanpa menggunakan senjata yang sebenarnya.

A.1.2 Keibodan ( Pembantu Polisi )

Organisasi ini didirikan bersamaan dengan didirikannya organisasi Seinendan pada tanggal 29 April 1943. Anggota Keibodan dilatih dalam tugas – tugas kepolisian seperti penjagaan lalu lintas, pengamanan desa dan lain – lain. Pemuda yang dapat di terima sebagai anggota Keibodan ialah semua laki-laki dari setiap Ku (desa) yang dinyatakan bertubuh sehat, kuat dan berkelakuan baik dengan usia

20 – 35 tahun ( kemudian diubah menjadi 26 – 35 tahun). Pembina Keibodan adalah Keimubu ( Departemen Kepolisisan) dan di daerah Syu dibina oleh Keisatsubu ( bagian kepolisian ) dan seterusnya di bawah tingkat Syu, ada

Kepolisian, Kepala Polisi daerah bertanggung jawab mengenai keibodan di daerahnya.

(47)

30

A.1.3 Fujinkai ( Himpunan Wanita )

Pada bulan Agustus tahun 1943 di bentuk Fujinkai / Himpunan Wanita yaitu organisasi semi militer yang diperuntukan bagi kaum wanita. Dalam keanggotaannya usia tidak ditentukan, tapi batas minimum di tentukan yaitu 15 tahun. Kaum wanita ini diberikan latihan-latihan dasar militer guna membantu tentara Jepang dalam memenangkan perang Asia Timur Raya.

A.2 Organisasi Militer

A.2.1 Heiho ( Pembantu Prajurit Jepang )

Saat Perang Dunia ke dua Jepang mengalami kekurangan tentara untuk mempertahankan daerah yang dikuasainya. Pengerahan kaum pemuda dalam barisan semi militer itu sepenuhnya sangat mendukung Jepang yang menderita kekurangan tentara / man-power. Sejak awal pendudukan Jepang sudah mulai memikirkan untuk melatih para pemuda ke dalam organisasi-organisasi militer untuk mempertahankan daerah - daerah yang dikuasainya.

Sehubungan dengan itu pada bulan April 1943 dikeluarkan pengumuman yang isinya memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi pembantu prajurit Jepang ( Heiho ). Syarat penerimaan anggota Heiho adalah berbadan sehat, berkelakuan baik dan berumur 18 - 25 tahun dengan pendidikan terendah Sekolah Dasar. Para pemuda yang menjadi anggota Heiho mendapatkan pendidikan militer yang lebih sempurna di bandingkan dengan anggota Seinendan dan Keibodan karena anggota Heiho langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang.

(48)

pribumi, sebagai tenaga pembantu tentara Jepang. Namun demikian Heiho bukanlah kesatuan yang sepenuhnya, tetapi tenaga yang di pecah – pecah dan di perbantukan pada kesatuan – kesatuan Jepang. Heiho juga bukan sebagai satuan organik yang nyata dalam sistem pertahanan Jepang. Hanya saja sejak pertengahan tahun 1943 (sesudah Heiho dibentuk) tidak ada lagi kesangsian fihak Jepang bahwa orang Indonesia mempunyai kemampuan untuk tugas – tugas militer. Keraguan yang ada hanyalah mengenai kesetiaan orang Indonesia terhadap kepentingan perang Jepang ( Alamsjah Ratu Perwiranegara. 1987 : 28).

“Heiho adalah prajurit Indonesia yang ditempatkan di dalam organisasi militer

Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Anggota Heiho lebih terlatih dari pada tentara Pembela Tanah Air (PETA), karena kedudukannya sebagai pengganti prajurit Jepang diwaktu perang. Diantarnya terdapat anggota Heiho sebagai pemegang senjata anti pesawat, tank, artileri medan, pengemudi

dan lain- lain. tetapi tidak seorang Heiho- pun yang berpangkat perwira. Pangkat perwira hanya tersedia untuk tentara Jepang” ( Nogroho Notosusanto.1992 : 33).

A.2.2 Gyugun ( Tentara Sukarela )

Pada tanggal 3 Oktober 1943 di bawah pimpinan pasukan tentara ke – 25 tentara sukarela / Gyugun terbentuk di Sumatera, untuk mempermudah pencapaian informasi pengumuman penerimaan anggota Gyugun dimuat di surat kabar Lampung Shimbun. Kendati ada pengumuman resmi mengenai penerimaan

(49)

32

kemerdekaan selain itu juga dengan masuk kedalam anggota Gyugun akan terhindar dari kerja paksa / Romusha.

Mereka yang ingin masuk Gyugun jelas bebas dari kerja paksa dan sekaligus di Gyugun akan mendapatkan kesejahteraan yang lumayan. Selain itu juga adanya keinginan untuk mengetahui ilmu perang dan penggunaan senjata hanyalah mengikuti pendidikan kemiliteran Jepang. Keinginan itu merupakan perwujudan usaha yang penting untuk persiapan kemerdekaan Indonesia (Alamsjah Ratu Perwiranegara.1987 : 53).

Para anggota Gyugun diberikan pelatihan militer dalam hal taktik perang, penggunaan senjata, sampai diajarkan menjadi penerbang (pilot) pesawat tempur Jepang. Pelatihan Gyugun di Pulau Sumatera tersebar di Pagar Alam, Bukit Tinggi dan Brastagi. Peserta pelatihan juga berasal dari daerah Lampung, setelah selsai mengikuti pelatihan para anggota Gyugun mendapat tugas di berbagai bidang militer seperti pertahanan pantai, pertahanan udara, angkutan, kesehatan, intelejen dan sebagainya. Namun secara keseluruhan prinsipnya adalah tugas infanteri sebagai kesatuan yang memegang peranan penting.

“Lulusan Gyugun berpangkat Syoi (setingkat Letnan II). Para perwira lulusan

Gyugun inilah nantinya di daerah – daerah termasuk Lampung, yang menjadi tenaga inti terbentuknya badan perjuangan bersenjata dan Tentara Nasional Indonesia di Lampung ( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 62 )”

Tabel 2. Nama – nama peserta pelatihan Gyugun di Pagaralam yang berasal Lampung ada 50 orang, antara lain sebagai berikut :

No Nama No Nama

(50)

3 Ismail Husin 28 Supangat

4 Sukardi Hamdani 29 Sono Imam Turus 5 R.M Riakudu 30 Akhmad Herny 6 Akhmad Ibrahim 31 Mohd. Amir M

7 Supomo 32 Akhmad Rasyid

8 Kiswoto 33 Adenan

9 Margono 34 A.M As’ari

10 Slamet 35 M. Amin

11 M. Hasan 36 Rd. Sulaiman P

12 Azadin 37 M.Amir S

13 Baheram 38 Taniran

14 Alamsjah 39 Kasdono

15 Abdulhak 40 Supardi

16 Suratmin 41 A.Marzuki

17 Mas Adi 42 Supadi

18 Akhmad Rupi 43 Subandi 19 A.Salim Batubara 44 Mursan 20 Ismail Latif 45 Subki

21 Barmoamijoyo 46 Sulaiman Sanjaya

22 Suseno 47 Yusuf Ali

23 Gustam Ramli 48 Suprimo 24 Akhyarrudin 49 Suparman 25 Sastrosemedi 50 M. Muin

(51)

34

B. Suasana Kabupaten Lampung Selatan Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia Di Karesidenan Lampung.

“Pada saat itu pemerintah militer Jepang masih menunjukan kekuasaannya akan

tetapi para pimpinan rakyat tidak merasa segan lagi terhadap Jepang. Berita-berita kekalahan demi kekalahan tentara Jepang melawan tentara Sekutu yang diterima oleh pimpinan-pimpinan rakyat secara berantai, berbisik-bisik, memberi kesan bahwa kekalahan tentara Jepang terhadap Sekutu sudah hampir tiba ( Ra’uf Ali.1993 : 1)”.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Mr.Abbas ketua Syusangikai ( Badan Penasehat Karesidenan ) Lampung berangkat ke Jakarta untuk memenuhi panggilan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, karena Mr.Abbas adalah anggota panitia tersebut bersama Dr. Amir dan Mr. Teuku Moh. Hasan sebagai wakil PPKI dari Sumatera. Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia di Karesidenan Lampung secara resmi diumumkan pada tanggal 24 Agustus 1945. Dengan terdengarnya kabar berita tentang proklamasi kemerdekaan maka dengan spontan pemuda – pemuda dan masyarakat Lampung menyambutnya dengan semangat dan senang ( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 124 )

(52)

Padang dan Kalianda. Hal ini terjadi karena tentara Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataannya begitu saja.

Walaupun berita tentang kekalahan Jepang terhadap Sekutu dan berita Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sudah dapat di pastikan kebenarannya, kegembiraan dan nikmatnya kemerdekaan belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh penduduk Indonesia.

Setelah kita mengetahui bahwa pemerintah Jepang telah menyerah pada Sekutu dan konsekwensinya Jepang harus menyerahkan kembali semua daerah bekas jajahannya kepada pihak Sekutu, untuk pelaksanaannya Jepang harus menjaga ketertiban dan keamanan semua daerah yang didudukinya. Dengan demikian Jepang sudah terikat dengan Sekutu, di samping kekuasaan Indonesia akan diserahkan kepada Sekutu begitu juga semua perlengkapan persenjataan akan diserahkan pula, dan karena keterikatannya dengan Sekutu maka Jepang tidak akan menyerahkan kekuasaannya dan semua perlengkapan persenjataannya kepada pihak Indonesia. “Situasi seperti ini yang mendorong para pemuda dan Lasykar-Lasykar Rakyat untuk merebut semua kekuasaan tentara Jepang beserta persenjataannya guna mempertahankan kemerdekaan di Karesidenan Lampung (Dewan Harian Daerah’45.1994 : 109)”.

C. Terbentuknya Lasykar – Lasykar Rakyat di Karesidenan Lampung C.1 Badan Penolong Korban Perang ( BPKP )

(53)

36

Karesidenan Lampung sudah di bentuk BPKP ( Badan Penolong Keluaga Korban Perang ) yang di pelopori oleh Iwan Supardi dengan kantornya di bekas sekolah Lampung Gakuen ( Pasar Smep ).

Adapun susunan pengurus BPKP sebagai berikut : Ketua : Iwan Supardi

Wakil Ketua : Suparman dan Salim Batubara Pembantu : M.Saleh, R.M Sumarto, Syohmin dll. ( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 127)

C.2 Angkatan Pemuda Indonesia ( API )

Pada tanggal 24 Agustus 1945, bertempat di Madrasah Islamiah di Kampung Masjid Teluk – Betung diadakan pertemuan oleh pemuka masyarakat, tokoh – tokoh partai, pemuda – pemuda militan, termasuk mantan anggota Gyugun dan Heiho. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Emir Moh. Nur dan Wan. Abdurahman,

keputusan dari pertemuan tersebut ialah membentuk organisasi yang diberi nama API ( Angkatan Pemuda Indonesia ).

Susunan pengurus API sebagai berikut : Ketua : Zainal Abidin Keneron 4. Wiliem Sahertian 10. Konstan

(54)

Bagian Gerakan Lapangan : Ketua : Ja’far Husin Wakil ketua : M. Suud Sekertaris : Hasan Sanusi

Angota : Bek Yahya, Sayid Hasan Barakah, H. Hasan Majidi, Ahmad Malaya, A. Kadir Ambon.

Markas API di Tanjung Karang :

1. Rumah Panggung besi ( sekarang kantor BNI 1946 ) 2. Bekas Sosiet Belanda ( Gedung King )

Setelah pengunduran diri Zainal Abidin Keneron, maka susunan kepengurusan API di Tanjung Karang berubah sebagai berikut :

Ketua : R. Soebroto 2. Mahmud Alam Ratu 5. Ibrahim Magad 3. Nawai Anwar

Bagian Penerangan :

Ketua : Wan Saleh Zarladi Wakil ketua : Wiliem Sahertian Anggota : Sekertaris : Hasan Sanusi

Anggota :

1. Hasan Majidi 18. Ali Rozali

2. Bek Yahya 19. Syamsudin Hasan

3. Sayid Hasan Bharakah 20. Wan Yusuf

4. Konstan 21. Abdullah Sani

(55)

38

8. Tje Nap 25. M. Thayib

9. Zainal Abidin 26. Jamhari 10.Rustam Abdullah 27. Wan Mat

11.Sulaiman 28. Mang Said

12.M. Saleh 29. Wan Aman

13.M. Nur Rasyid 30. M. Hasyim

14.Matori 31. Habib Sholikin

15.Usman 32. Kgs. Hasan

16.Kemas Juhri Ahmad 33. Jahri 17.M. Umar

( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 129 )

Setelah diadakan reorganisasi tersebut maka API mulai meluas dan membentuk cabang-cabang API di beberapa Kawedanan antara lain di Kota Bumi, Menggala, Metro, Gunung Sugih, Pringsewu, Natar, Talang Padang, Kota Agung, Kalianda dan Krui.

C.3 Gerakan Pegawai Angktan Muda ( GPAM )

Bersamaan di bentuknya API di Teluk Betung, di kantor Karesidenan Lampung, di bawah pimpinan Amir Hasan, seorang pegawai dari Kantor Penerangan (Hoodohan ) di bentuk dengan cara sembunyi – sembunyi sebuah organisasi perjuangan dari pegawai kantor Karesidenan Lampung yang bernama Gerakan Pegawai Angkatan Muda ( GPAM ).

Dengan susunan pengurusnya sebagai berikut : Pelindung / penasehat : Amir Hasan

Ketua : Djuned Azhari

(56)

C.4 Barisan Pelopor

Pada bulan September 1945 di Karesidenan Lampung terbentuk sebuah organisasi pemuda yang di beri nama ” Barisan Pelopor”. Dengan susunan kepengurusan Heiho dan pemuda-pemuda lainnya. Markas Barisan Pelopor terletak di Asrama

Polisi Durian Payung dan wilayahnya meliputi Tanjung Karang dan Teluk Betung.

( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 133)

C.5 Penjaga Keamanan Rakyat ( PKR )

Di Karesidenan Lampung tanggal 9 September 1945 para mantan perwira Gyugun, Heiho, Seinendan, Keibodan dan tokoh-tokoh pemuda militan lainnya

mengadakan musyawarah di Gedung Azad Hindh di Jalan Raden Intan No.23 Tanjung Karang untuk membentuk organisasi Penjaga Keamanan Rakyat (PKR). Susunan pengurus PKR Markas Pusat di Tanjung Karang sebagai berikut : Ketua : Emir Moh. Nur

Wakil ketua : Margono

(57)

40

Panitera III : Waraokusumo Perlengkapan : Sudarjo

Selain di Tanjung Karang dan Teluk betung, kemudian juga terbentuk PKR yang berupa cabang-cabang di seluruh wilayah Karesidenan Lampung. Susunan pengurus PKR cabang tersebut ialah :

PKR Cabang Tanjung Karang Ketua : Ismail Husni

Pembantu : Sastro Semedi, Zainudin Hmazah, Ahmad Rupi, Mamed E. Royani, Alimudin Umar, Yusuf Rahman.

PKR Cabang Teluk Betung

Ketua : Baheram

Pembantu : Ismail Latif, Zulkifli A. Qoyum, Suripno.

PKR Cabang Talang Padang

Pembantunya : Makmud Rasyid dan Tamimi Rahman

PKR cabang Kotabumi

Ketua : RM Ryakudu , Alamsjah Ratu Perwiranegara Pembantu : Muhyin, Bastari dan Gustam Ramli

PKR cabang Blambangan Umpu Ketua : Abdulhak

PKR cabang Menggala Ketua : Masadi

(58)

Ketua : Supangat Pembantu : S I Turus

PKR cabang Gunung Sugih Ketua : Muhammad Hasan

Pembantu : Subki, Muhyin, M. Yusuf Ali

PKR cabang Sukadana Ketua : Ahmad Rayid

Pembantu : Adenan Sangjaya, RM Amir dan Arifin RI

PKR cabang Pringsewu Ketua : Supomo

( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 136)

C.6 Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat Laut ( TKR Laut)

Pada bulan Oktober 1945 para pemuda yang sudah mendapat latihan militer di kesatuan seperti Kaigun, Heiho dan Jawa Unko serta unsur-unsur maritim lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat Laut ( TKR Laut).

Setelah terbentuknya resimen TKR Laut di Sumatera Selatan di Palembang, maka TKR Laut Lampung di resmikan menjadi Batalyon TKR Laut yang berkedudukan di Tanjung Karang. Pasukan TKR Laut telah menguasai pelabuhan Panjang dan beberapa pelabuhan lainnya seperti Kalianda, Padang Cermin / Way Ratai dan Kota Agung, juga dilaksanakan pengintaian di Panjang dan Teluk Betung.

Formasi Batalyon TKR Laut Lampung :

Panglima Pangkalan I A : Mayor H.M Haidar

Wakil : Kapten C. Souhoka

Kepala Staf : Letnan I Ahmad Hadi Kepala Organisasi : Letnan II Hadi Sudarmo

(59)

42

Sersan Suwarto Kepala Perlengkapan : Letnan II Tambunan

Ajudan : Cik Hasan, Sersan H .Damanhuri Sersan Urip

Kepala Personalia : Letnan III Tukiran, Romli Purwo Kepala Keuangan : Letnan II Suryono, Serma Paikun

Serma Basmo Serma Mursaid, Sersan A. Makrup Kepala pertahanan / siasat : Letnan II M.I Daud

Wakil : Serma H. Hasan Maedjidi Sersan Adenan Zawawi

Komandan Batalyon : Kapten K.L Tobing

Ajudan : Serba Hasan Manan

Komandan LOR : Letnan I Hotma Harahap ( Latihan Opsir Rendah )

Komandan Kompi Kalianda : Letnan III Jamaludin Komandan Kompi Kota Agung : Letnan I Masdudi

Komanan Kompi Way Ratai : Letnan II Samual Mud, Letnan III Gahrap, Sersan Slamet

Polisi Tentara Laut ( PTL)

Komandan : Letnan III Wahab Ismail

Wakil : Letnan Laut III H. Abubakas Sidiq Kepala Staf : Serma Hi. Mansur Carepoboka Kepala Pemeriksa : Serma Syamsudin Sanggam Kepala KePolisian : Serma Endar Harum

Kepala Intel : Serma Adenan Zawawi Kepala perlengkapan : Sersan Asnawi

Komandan Pos Kota Agung : serma Adhar Suud

Komandan Pos Kalianda : Sersan Abdul Mukti R. Hukum Komandan Pos Panjang : Serma Endar Harun

Kepala Angkatan / Wagung : Sersan Anwar ( Dewan Harian Daerah’ 45 .1994 : 165 )

C.7 Lasykar Hizbullah / Filsabilillah

(60)

Nasionalis, Sosialis, Keagamaan dan sebagainya, maka didirikan juga kesatuan yang bercorak agama Islam yaitu Lasykar Hizbullah.

Lasykar Hizbullah cabang Teluk Betung didirikan pada bulan Oktober 1945 atas petunjuk W.A Rahman. Ketua pertama Laskar Hisbullah Teluk Betung adalah A.Rauf Ali. Ketua Lasykar Fisabilillah adalah H.Harun dengan Sekertarisnya Ibrahim Magad. Pada bulan maret 1946 A.Rauf Ali terpilih menjadi Ketua GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia ), maka pimpinan Hizbullah sejak Maret 1946 berubah sebagai berikut :

Komandan : R.Subroto Kepala Staf : Ibrahim Magad Bidang Org / Siasat : A.A Chalik Shahib

Pelatih : A. Rohni Nuh, Masdug, H. Anwar Kasypul Ali A. Herny, Sulaiman.

Lasykar Hizbullah, Fisabilillah, dan kepanduan Hizbullah cabang Pringsewu di bentuk di pelopori oleh K.H Gholib. Lasykar Hizbullah di pimpin oleh Mulkan, Lasykar Filsabilillah di pimpin oleh H. Nuh Efendi dan Kepanduan Hizbullah di pimpin oleh H. Abdul Fattah. Ketiga organisasi ini kemudian mempunyai cabang-cabang di Talang Padang, Pagelaran, Gading Rejo, Gedung Tataan, Kedondong dan Pardasuka. Ke enam cabang tersebut di bawah pimpinan K.H Gholib.

Lasykar Hizbullah di Metro di bentuk pada bulan September 1945. Dengan susunan pengursnya sebagai berikut :

Ketua : A. Yasin Wakil : Sutan Sari Ali

(61)

44

M. Arief Mahya, A. Agus Gandasaputra, D. Soubari, Am. Supryna, M. Sidik Pringgo, M. Sofan, R.Sosrosudarmo dan M. Syafii.

(Dewan Harian Daerah’45.1994 : 167)

D. Perjuangan Lasykar Rakyat di Kabupaten Lampung Selatan D.1. Kawedanan Teluk-Betung

a. Mengambilalih kantor Pemerintahan

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia di umumkan di Karesidenan Lampung berbagai macam usaha di lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan Lampung seperti merebut kantor pemerintahan di Karesidenan Lampung. Atas desakan pemuda yang tergabung dalam GPAM / Gerakan Pegawai Angkatan Muda akhirnya Mr.A.Abbas di dampingi oleh St. Rahim Pasaman mengadakan perundingan dengan Residen Jepang Syucohkan Kobayashi yang telah berjanji akan menyerahkan kekuasaan pemerintahan Karesidenan secara damai.

“Dalam merebut kantor Residen tidak terjadi bentrokan fisik antara pemuda,

Lasykar Rakyat dengan tentara Jepang. Semuanya dilakukan dengan damai karena Jepang Sudah merasa kalah pada perang dunia II saat melawan Sekutu” (wawancara dengan bapak Sadirin, 18 Desember 2013 ) .

Setelah pemindahan kekuasaan maka kemudian disusunlah struktur organisasi dan personalia pemerintahan Karesidenan Lampung sebagai berikut :

Residen : Mr.A.Abbas

Pembantu Residen : St. Rahim Pasaman

Sekertaris : A. Lumban Tobing

(62)

St. Rosman Kepala Kehakiman : Mr. Gele Harun Kepala Kantor Penerangan : Amir Hasan Kepala Kantor Kemakmuran/Ekonomi : Dr. Samii

Kemudian di ganti oleh : Kgs. A. Somad Solihin Kepala Kantor Kehewanan : Dr. Samil

Kepala Kantor Pekerjaan Umum : Mas Sahid Kepala Kantor Kesehatan : Dr. Kajat

Wakil Kep.Kantor Kesehatan : Dr. Sumarno Hadiwinoto Kepala Kantor Pos Besar : Lien Tjang Kiang

Kepala kantot telpon/telegraf : M.noor Kepala Jawatan Kereta Api : Ibrahim Wakil Kep.Jawatan Kereta Api : Purwo Kepala Kantor Agama : KH. M. Toha

Setelah kantor pemerintahan Karesidenan Lampung dapat di ambil kemudian disusul dengan merebut kantor-kantor / instansi- instansi lainnya, dalam merebut kantor pemerintahan di Kawedanan Telukbetung di pimpin oleh para mantan perwira Gyugun yang tergabung dalam Lasykar Rakyat dan PKR. PKR di pecah menjadi 3 kelompok seperti :

Kelompok I

Di bawah pimpinan Ismail Husin, sasaran : 1. Kantor Syu Chokan (kantor Resisen) 2. Kantor Pos

3. Kantor Jawatan Kereta Api

(63)

46

Kelompok II

Di bawah pimpinan Baheram, sasaran : 1. Hodohan (Kantor Penerangan) 2. Shohoka ( Kantor Kemakmuran ) 3. Dobuka (Kantor Pekerjaan Umum) 4. Kantor Pengadilan

5. Rumah Sakit Umum

6. Perusahaan Jepang Mitsubishi 7. Perusahaan Jepang Nomura 8. Pabrik Es Ptojo

9. Tangsi / asrama Polisi 10.Tozan Nji di Teluk-Betung 11.Take Kasi di Teluk-Betung

12.Sekolah Sumur Batu, Gudang Kaigun Kelompok III

Di bawah pimpinan Zoelkifli AC, sasaran : 1. Kantor Tilpon Tanjungkarang 2. Kantor Jawatan Pendidikan 3. Sekolah Gakuen

4. Kantor Jawatan Sosial 5. Penjara Tanjungkarang

( Dewan Harian Daerah’45.1994 : 140 )

(64)

b. Mendirikan Badan Pendidikan Calon Perwira di Langkapura.

Pada tanggal 5 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan sebuah maklumat mengenai pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Maklumat itu sangat singkat, dengan bunyinya sebgai berikut :

“Untuk memperkuat perasaan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”

Jakarta, 5 Oktober 1945 PResiden Republik Indonesia

Soekarno

Dengan pertimbangan bahwa nantinya di dalam pembentukan TKR akan lebih banyak di butuhkan tenaga-tenaga sebagai perwira untuk memimpin kesatuan-kesatuan, maka diadakanlah Badan Pendidikan Calon Perwira, semacam Akademi Militer, tetapi dengan sistem kilat mengingat mendesaknya kebutuhan dan suasana di negara kita yang sedang mengalami politik perang dan diplomasi. Badan Pendidikan Calon Perwira didirikan tanggal 5 Oktober 1945 dengan pendirinya Iwan Soepardi, seorang mantan perwira Gyugun.

Badan Calon Perwira bertempat di Langkapura di kompleks bekas perkebunan karet. Sebagai ketua Iwan Soepardi di bantu oleh M.Salim Batubara dan Endro Suratmin sebagai pelatih. Staf yang lain adalah : Sukardi Hamdani, P.Hutasuhut, Suparman dan Sugiyo.

(65)

48

“Didirikannya Badan Pendidikan Calon Perwira di Langkapura adalah untuk mempersiapkan kekuatan dalam menghadapi Belanda yang akan kembali ke Indonesia dan memenuhi kebutuhan tenaga perwira yang pada awal Revolusi sangat kurang, terutama perwira dan bintara. Sekolah-sekolah jenis ini didirikan juga selain di Pebem, Palembang dan Kepahyang bengkulu” ( wawancara dengan bapak Sadirin, 18 Desember 2013).

Tabel 3. Nama – Nama lulusan Sekolah Perwira Langkapura

NO NAMA NO NAMA NO NAMA

(66)

c. Melancarkan Aksi Merah Putih

Pada waktu Indonesia telah merdeka, tepatnya di Karesidenan Lampung diumumkan pada tanggal 24 Agustus 1945 oleh Mr.A.Abas maka berbagai instruksi untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Tentara Jepang masih banyak yang berkeliaran pada saat itu, walaupun Indonesia telah merderka. Salah satu Instruksi dari Mr.A.Abbas adalah mengibarkan bendera merah putih di setiap perkantoran dan rumah-rumah. Bendera merah putih oleh rakyat dibuat dari kertas minyak maupun dari berbahan kain-kain. Hampir semua perkantoran yang ada di daerah Tanjungkarang dikibarkan bendera merah putih. Maupun rumah-rumah warga serta daerah-daerah yang tinggi seperti gunung-gunung yang ada di Tanjungkarang agar bisa dilihat oleh semua orang bahwa bendera merah putih sudah berkibar pertanda bahwa Indonesia sudah merdeka ( wawancara dengan bapak Sadirin, 18 Desmber 2013).

Hasil wawancara di atas sesuai dengan data yang di peroleh peneliti dengan hasil wawancara dengan bapak Wagimin tanggal 19 Desember 2013 yang menerangkan bahwa “Selain mengambil kantor pemerintahan ada juga yang namanya Aksi Merah Putih yaitu mengibarkan bendera merah putih di semua tempat - tempat yang strategis seperti di kantor-kantor, rumah-rumah warga sampai ke gunung-gunung seperti Gunung Sulah, Gunung Hatta dan Gunung Kunyit. Tidak hanya bendera merah putih para pemuda juga mengenakan Kaleng-kaleng yang di cat merah putih di bajunya (seperti Pin). Ada juga Pawai keliling TelukBetung - Tanjungkarang yang di lakukan Lasykar Rakyat API sambil mengibar-ngibarkan bendera merah putih”.

(67)

50

Pemasangan bendera merah putih juga dilakukan untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pemasangan bendera merah putih juga di lakukan di instansi pemerintah ( kantor Residen Lampung, stasiun serta tempat-tempat lainnya), juga pada tempat-tempat-tempat-tempat strategis dalam Kota Tanjungkarang-Telukbetung antara lain pada puncak Gunung Kunyit, diatas pematang Hatta dan Gunung Sulah Kedaton ( M.Ariefin Nitipradjo.2010 : 8).

D. 2 Kawedanan Pringsewu

a. Melancarkan Aksi Merah Putih

Di Kawedanan Pringsewu perjuangan Lasykar Rakyat dalam menegakkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia adalah dengan melancarkan Aksi Merah Putih di berbagai tempat. Aksi Merah Putih ini di pimpin oleh ketua PKR cabang Pringsewu yaitu Supomo dan Wedana Pringsewu Mas Ibrahim. Kontak fisik antara pemuda dan tentara Jepang tidak pernah terjadi setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

“Melancarkan Aksi Merah Putih juga merupakan tugas harian dari PKR yang

Gambar

Tabel 1. Ciri-Ciri bentuk Perjuangan
Tabel 2. Nama – nama peserta pelatihan Gyugun
Tabel 4. Tabel Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha- usaha yang dilakukan oleh CENKIM dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Australia tahun 1945-1947.. Metode yang

Gholib dalam usaha mempertahankan kemerdekaan di wilayah Lampung agar tidak jatuh ketangan Belanda yaitu dengan cara terlibat langsung dalam perjuangan bersenjata

Pentingnya kondisi geografis Magelang terhadap perjuangan Rakyat melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I dan II tahun 1947 hingga tahun 1949 adalah dalam mengatur

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa, umat Islam di bawah komando para ulama telah memberikan warna yang sangat terang dalam kanvas sejarah perjuangan pergerakan

Perlawanan rakyat Polewali Mandar terhadap kehadiran pemerintah NICA lewat pasukan Sekutu, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan sejarah bangsa dan negara

Jadi, berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses penilaian yang melibatkan

TKR Temanggung dalam Pertempuran Palagan Ambarawa Pertempuran Ambarawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Palagan Ambarawa terjadi anatar tanggal 20 November sampai

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran serta masyarakat Tengaran dalam perjuangan mempertahankan Republik Indonesia di Kecamatan