• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2 MAX, DAN KEKUATAN OTOT TUNGGKAI TERHADAP LARI JARAK PENDEK 200 METER PADA SISWA SMP N 2 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2 MAX, DAN KEKUATAN OTOT TUNGGKAI TERHADAP LARI JARAK PENDEK 200 METER PADA SISWA SMP N 2 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2 MAX, DAN KEKUATAN OTOT TUNGGKAI TERHADAP LARI JARAK PENDEK

200 METER PADA SISWA SMP N 2 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR

Oleh Andri Prasetiyo

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan antara tinggi badan, berat badan, VO2 max, dan kekuatan otot tungkai terhadap lari jarak

pendek 200 meter pada siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan analisis data menggunakan korelasional. Pengumpulan data yang berupa tinggi badan dan berat badan menggunakan Health Scale, VO2 max menggunakan bleep test,

kekuatan otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer sedangkan lari 200 meter menggunakan tes dan pengukuran. Sampel yang digunakan 30 siswa dari populasi yang berjumlah 256 orang yaitu siswa SMP Negeri 2 Purbolinggo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor koefesien korelasi tinggi badan dengan hasil lari 200 meter sebesar 0,375 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan. Koefesien korelasi berat badan dengan hasil lari 200 meter sebesar 0,429 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan. Koefesien korelasi VO2 max

dengan hasil lari 200 meter sebesar 0,501 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan koefisien korelasi kekuatan otot tunggkai dengan hasil lari jarak pendek 200 meter sebesar 0,625 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa tinggi badan, berat badan, VO2 max

dan kekuatan otot tungkai memiliki hubungan yang kuat dengan hasil lari jarak pendek 200 meter pada siswa SMP N 2 Purbolinggo.

(2)

HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2MAX, DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP LARI JARAK PENDEK

200 METER PADA SISWA SMP N 2 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR

Oleh

ANDRI PRASETIYO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Purbolinggo pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Ma’arif NU 5 Purbolinggo pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2014 peneliti melaksanakan KKN dan PPL di Sd Negeri 1 Padang Cahya Lampung Barat.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kejuaraan – kejuaraan di tingkat daerah:

1. Juara 1 lari 10 km Ulang Tahun Lampung Timur 2011 2. Juara 1 lari 5 km Ulang Tahun Lampung Timur 2012. 3. Juara 3 lari 5000 m PORPROV Lampung Selatan 2014

Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi penulis pada tahun 2011 mengajar exskul

atletik di SMA Ma’Arif NU 5 Purbolinggo Lampung Timur, dan melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN KT) selama 75 hari di desa Padang Cahya Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat, semasa KKN KT penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Padang Cahya Lampung Barat.

Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.

Penulis bernama lengkap Andri Prasetiyo , dilahirkan di Negara Ratu pada tanggal 10 Juni 1992 sebagai anak Pertama dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Gatot Supriyadi dan Ibu Wariyem.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:

(7)

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan

kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayahandaku G.Supriyadi dan Ibundaku Wariyem yang penulis sayangi, yang telah

memberikan do’a, dukungan dan dorongan kepada penulis serta kasih sayang dan kesabaran.

Untuk adik ku Vernanda Dwi Prastya yang selalu ku sayangi dan ku banggakan nantinya.

Untuk keluarga ku, Om Rudi, Tante Ros, Om Hardi, dan mamas mamas yang telah

memberikan ku semangat serta dukungannya.

Untuk sahabat hidupku yang telah memberikan banyak pelajaran tentang arti perjuangan

dan pengorbanan, serta seluruh keluarga besar, Tetangga,sahabat dan teman-teman

seperjuangan Pendidikan Olahraga yang telah membantu & mendoakan, selalu

mengharapkan hal yang terbaik untukku.

Para guru dan dosen yang telah membimbingku dan mengajariku akan arti kehidupan

Serta Almamater –ku Tercinta FKIP UNILA, yang ku banggakan.

(8)

viii

MOTTO

“Perubahan bukan hanya difikirkan, melainkan dilakukan. Berubahlah dengan

melakukan sesuatu yang kecil dan jangan pernah menyepelekan yang kecil”

(Nur Wahyudi)

“Kalau masih mampu melakukan segala sesuatu sendiri, kenapa harus

merepotkan

orang lain. Jangan pernah katakana “TIDAK” untuk belajar, tapi

katakana “BELUM””

(Nur Wahyudi)

”Witing Mulyo Jalaran Wani Rekoso”

(9)

x

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul“Hubungan Tinggi Badan, Berat Badan, VO2 max dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter Pada Siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur ” yang dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi

ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis.

Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk

dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Suranto, M. Kes. selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. Heru Sulistianta

S.Pd, M.Or., selaku pembimbing II dan sebagai PA Penulis dalam penulisan

skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

Drs. Wiyono, M.Pd, selaku Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan

bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyesesaian

skripsi ini. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Penjaskes

dalam penulisan skripsi ini juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan

(10)

xi

2. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

3. Dr. Riswati Rini, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap

dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

4. Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.Bapak dan Ibu di

staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya

skripsi ini.

5. Kepada keluargaku tersayang Bapak Gatot Supriyadi, Ibu Wariyem, Adik

Vernanda, yang selalu menjadi motivatorku dalam setiap hal baik yang

penulis kerjakan, serta menjadi penasihat terbaikku.

6. Kepala SMP Negeri 2 Purbolinggo beserta dewan guru yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses

terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepada keluarga yang serumah di Bandar Lampung, Rosmiati, Suhardi, Heru,

Rudiyanto, Sumarsono, Adi, yang telah memberikan dukungan dan motivasi

kepada penulis.

9. Kepada keluarga besar angkatan 2011, Sofyan, Ahmad H, A. Fiknon, Marlina,

Anjania, Dewi, Binar, Resti, Eno, Risky dll. yang selalu menemani penulis

dalam menyelesaikan skripsi. Dan sahabat – sahabatku yang telah memberikan

motivasi, nasihat, kritik dan saran kepada penulis untuk menjadi pribadi yang

pantang menyerah dan selalu semangat. Teman - teman PPL/KKN yang selalu

(11)

xii

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 10 Maret 2015 Penulis

(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Pendidikan Jasmani ... ... 8

B. Lari ... 9

C. Lari Jarak Pendek (sprint 200 meter) ... 11

D. Tinggi Badan ... 16

E. Berat Badan... ... 17

F. VO2 max ... 18

G. Otot ... 21

H. Kekuatan Otot Tungkai ... 22

I. Kerangka Pikir……….. .. 24

(13)

xiv III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 27

B. Populasi ... 28

C. Sampel ... 29

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Desain Penelitian ... ... 30

F. Instrumen Penelitian ... ... 30

G.Teknik Analisis Data ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata Konsumsi Oksigen Untuk Pria ... 19

2. Normatif data VO2Max ... ... 20

3. Tahab-tahab Pada Bleep Test ... 34

4. Prediksi Nilai VO2 max Dengan Bleep Test ... 35

5. Cara Menentukan Jarak Letak Start 200 Meter ... . 40

6. Cara Menentukan Jarak Letak Start 400 Meter ... . 40

7. Uji Normalitas... ... 41

8. Uji Linieritas ... 41

9. Uji Homogenitas ... ... 42

10. Tabel Kerja Hubungan T.Badan Dengan Lari 200 Meter ... 43

11. Tabel Kerja Hubungan B.Badan Dengan Lari 200 Meter ... 44

12. Tabel Kerja Hubungan VO2 max Dengan Lari 200 Meter ... 44

13. Tabel Kerja Hubungan K.O.Tungkai Dengan Lari 200 Meter ... . 45

14. Output SPSS table Descriptive Statisticsdata hasil tes …... 49

15. Uji Normalitas... ... 54

16. Uji Linieritas ... 54

17. Uji Homogenitas ... ... 55

(15)

xvi

19. Tabel Hasil Analisi T.Badan Terhadap Lari 200 Meter …………... 57

20. Tabel Kerja Hubungan B.Badan Dengan Lari 200 Meter ... 58

21. Tabel Hasil Analisi B.Badan Terhadap Lari 200 Meter ……...…... 58

22. Tabel Kerja Hubungan VO2 max Dengan Lari 200 Meter ... 59

23. Tabel Hasil Analisi VO2 maxTerhadap Lari 200 Meter …...……... 59

24. Tabel Kerja Hubungan K.O.Tungkai Dengan Lari 200 Meter ... . 60

(16)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Hasil Penelitian ... ... 74

2. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore Tinggi Badan ... ... 75

3. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore Berat Badan ... ... 76

4. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore VO2 max ... ... 77

5. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore K.O Tungkai... ... 78

6. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore Lari 200 meter... ... 79

7. Uji Normalitas ... 80

8. Uji Homogenitas ... 81

9. Uji Linieritas ... ... 82

10. Korelasi Product Moment ... . 84

11. Tabel Model Summary ... ... 85

12. Harga Kritik dari Product-Moment ... 86

13. Dokumentasi Penelitian ... 87

14. Surat Penelitian ... ... 91

15. Surat Balasan Penelitian ... 92

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Posisi Bersedia ... 13

2. Posisi Siap ... 14

3. Posisi “yak” ... 14

4. Rangkaian dari posisi start dan posisi menyentuh finis ... 15

5. Mengukur Tinggi Badan ... 17

6. Timbangan Injak ... 18

7. Otot Tungkai Bagian Atas ... 23

8. Otot Atas Bagian Belakang & Samping Bawah ... 24

9. Health Scale (alat ukur tinggi badan dan berat badan) ... 31

10. Contoh melakukan bleep Test ... 34

11. Leg Dynamometer ... 38

12. Lintasan Lari ... 40

13 Diagram Batang Hasil Tes Tinggi Badan ... 50

14. Diagram Batang Hasil Tes Berat Badan ... 51

15. Diagram Batang Hasil Tes VO2 max ... 51

16. Diagram Batang Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai ... 52

17. Diagram Batang Hasil Tes Lari Jarak Pendek 200 Meter ... 53

(18)

xviii

19. Foto Pengambilan Data Tinggi Badan ... 87

20. Foto Pengambilan Data Berat Badan ... 87

21. Foto Pengambilan Kekuatan Otot Tunggkai ... 88

22. Foto Pengambilan VO2 max ... 88

23. Foto Pengambilan Tes Lari Pada Start ... 89

24. Foto Pengambilan Tes Lari Pada Finis ... 89

25. Foto Siswa Saat Melakukan Pemanasan ... 90

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang di sukai oleh peneliti

terutama nomor lari jarak pendek 200 meter, maka dari itu peneliti mencoba

melakukan penelitian dengan di perkuat beberapa masalah yang ada dan

berdasarkan observasi melalui pengamatan, wewancara pada guru olahraga

serta kepala sekolah yang bertepatan di SMP N 2Purbolinggo Lampung

Timur, dari tahun ke tahun kemampuan lari sprint mengalamikemunduran

padahal guru yang mengajar dan teknik yang diajarkan dalamkelas sewaktu

melaksanakan pembelajaran juga sama, tetapi sampaisekarang kemampuan

lari sprint siswa SMP N 2 Pubolinggo Lampung Timurbelum mengalami

peningkatan.

Lari sprint merupakan cabang olahraga atletik. Atletik atau track and field

merupakan olahraga tertua, inti utama olahraga atletik adalah lari, jalan,

lompat, dan lempar (Anwarudin 2010:1). Berarti atletik adalah aktivitas

jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak seperti jalan, lari, lompat,

(20)

2

Yunani yaitu Athlon atau Athlum yang berarti lomba atau perlombaan atau

pertandingan. Amerika dan sebagian di Eropa dan Asia sering memakai

istilah/kata dengan Track and Field dan Negara Jerman memakai kata leicht

athletik dan negara belanda memakai istilahathletiek. Atletik merupakan

salah satu pelajaran Pendidikan Jasmani yang wajib diberikan kepada siswa

dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA). Sedangkan, bagi mahasiswa Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang wajib harus diambil.

Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua dan juga merupakan induk

atau ibu dari semua cabang olahraga. Atletik sudah sejak zaman dulu secara

tidak langsung dan disadari telah dilakukan orang seperti: berjalan, berlari,

melompat, melempar tombak untuk berburu, ini semua telah dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Lari jarak pendek merupakan lari yang

menggunakan tenaga semaksimal mungkin atau berlari secepat-cepatnya

dalam jarak 100 meter sampai dengan 400 meter. Untuk dapat menghasilkan

kecepatan yang maksimal seseorang dalam menjalankan aktivitas atau gerak

olahraga tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: 1.

Frekuensi (kecepatan gerakan), 2. Kekuatan (daya yang cepat) 3. Panjang

langkah (stradle/relaxition) 4. Kapasitas neuro-muscular 5. Kapasitas

elastisitas dan flexibilitas 6. Teknik (koordinasi) 7. Kapasitas energi secara

maksimal, 7. Kapasitas physiologis untuk semua jarak lari. 8. Usaha/tenaga

(Heru Sulistianta 2014:39). Lari sprint 200 meter merupakan nomor lari

jarak pendek, dimana pelari harus berlari dengan sekencang-kencangnya

(21)

3

Seperti yang dikemukakan di atas untuk mendapatkan hasil yang maksimal

maka unsur-unsur yang menunjang kemampuan lari sprint 200 meter harus

selalu dilatih dan dibina berdasarkan pola kekhususan yang ada di dalam lari

sprint 200 meter itu sendiri. Dalam bukunya Yoyo B, Ucup Y, adang S

(2000:12) kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah (stide length) dan

frekuensi langkah (stide frequency). Prestasi sprint ditentukan oleh panjang

langkah dan frekuensi langkah. Panjang langkah dipengaruhi oleh kekuatan,

teknik, kelenturan dan daya tahan. Frekuensi langkah dipengaruhi oleh

koordinasi, teknik, kelenturan dan daya tahan (Purnomo 2007: 30).

Lari sprint 200 meter merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan

Jasmani yang wajib diberikan kepada peserta didik, mulai dari tingkat SD

bahkan sampai Perguruan Tinggi, tak terkecuali SMP N 2 Purbolinggo

Lampung Timur . Dampak diwajibkannya mata pelajaran atletik dalam

Pendidikan Jasmani membawa angin segar untuk meningkatkan motivasi

siswa untuk mengikuti atletik. SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur

merupakan Sekolah Menengah Pertama dengan menggunakan KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan Kurikulum 2013, di dalam

KTSP dan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani memuat 7

materi, antara lain: 1). Permainan dan Olahraga; 2). Aktivitas

pengembangan; 3). Senam; 4). Aktivitas ritmik; 5). Akuatik; 6). Aktivitas

diluar Sekolah dan 7). Pendidikan Kesehatan. Lari sprint 200 meter

termasuk ke dalam materi Atletik yang merupakan salah satu mata pelajaran

yang wajib diajarkan dalam KTSP dan Kurikulum 2013, yang mana dalam

(22)

4

Olahraga. Lari bergerak maju ke depan yang dilakukan dengan cepat, karena

adanya menolak tanah oleh ujung kaki terhadap tanah yang dilakukan

dengan mengais. Untuk mencapai kecepatan dan daya tahan yang tinggi

diperlukan daya tahan yang maksimal (VO2 max) Kekuatanotot tungkai dan

IMT (Indeks Massa Tubuh) yang meliputi tinggi badan, berat badan. Pelari

memiliki teknik lari harus didukung oleh tinggi badan, berat badan, VO2

max dan kekuatan otot tungkai.

Dari penjelasan diatas peneliti menduga,dengan adanya tinggi badan, berat

badan, VO2 max dan kekuatanotot tungkai diharapkan kemampuan lari

sprint 200meter mendapatkan hasil yang baik. Apalagi seseorang yang

memiliki tinggi badan dan berat yang ideal, VO2 max yang maksimal,

kekuatan otot tungkai yang kuat maka dalam berlari bisa memperoleh

kecepatanyang maksimal. Hal ini akan lebih mendukung dalam

kemampuan lari sprint 200 meternya. Dari rangkaian uraian di atas penulis

tertarik untuk mengulastentang apakah benar faktor tinggi badan, berat

badan, VO2 max dan kekuatan otot tungkai berpengaruh dengankemampuan

lari sprint 200 meter di SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.Lalu

seberapa besar sumbangan yang diberikan tinggi badan, berat badan, VO2

max dan kekuatan otot tungkaiterhadap keberhasilan lari sprint 200 meter?

Mengingat di SMP N 2 Purbolinngo Lampung Timur belum pernah

diadakan penelitian mengenai hubungan tinggi badan, berat badan, VO2 max

dan kekuatanotottungkai dengan lari sprint 200 meter, maka hal ini lebih

menambahketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di SMP N 2

(23)

5

B. Identifikasi Masalah

1. Belum diketahui faktor-faktor yang menentukan kecepatan lari sprint

200 meter.

2. Belum diketahui hasil lari jarak pendek (sprint) 200 meter pada siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.

3. Belum diketahui hubungan antara tinggi badan, berat badan, VO2 max

dan kekuatanotot tungkai dengan kemampuan lari jarak pendek

(sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas serta adanya

keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan peneliti maka di dalam

penelitian ini perlu kiranya diberikan pembatasan permasalahan.

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi tentang hubungan tinggi badan,

berat badan, VO2 max dan kekuatan otot tungkai terhadap lari jarak pendek

(sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan tinggi badan dengan kemampuan lari jarak

pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo ?

2. Apakah terdapat hubungan berat badan dengan kemampuan lari jarak

(24)

6

3. Apakah terdapat hubungan VO2 max dengan kemampuan lari jarak

pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo ?

4. Apakah terdapat hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan

lari jarak pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo ?

E. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan tinngi badan dengan kemampuan lari jarak

pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.

2. Untuk mengetahui hubungan berat badan dengan kemampuan lari jarak

pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.

3. Untuk mengetahui hubungan VO2 max dengan kemampuan lari jarak

pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.

4. Untuk mengetahui hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan

lari jarak pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi siswa

Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang lari jarak pendek

(sprint) 200 meter sehingga dapat dijadikan pembanding atau langkah

kedepannya.

b. Bagi guru penjasorkes

Sebagai sarana untuk keberhasilan tugas dalam mengembangkan

(25)

7

c. Bagi pihak sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan

kemampuan siswa, khususnya pada peningkatan hasil lari jarak pendek

(sprint) 200 meter.

d. Program Studi Pendidikan Olahraga

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya

pengkajian dalam pengembangan ilmu keolahragaan, khususnya

untuk Atletik lari jarak pendek (sprint) 200 meter .Selain itu juga

memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan program studi

pendidikan jasmani dan kesehatan.

e. Bagi peneliti lain

Diharapkan terangsang untuk meneliti secara mendalam tentang

masalah yang berhubungan dengan cabang olahraga atletik yang belum

(26)

8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pendidikan Jasmani

Salah satu upaya untuk mewujudkan kualitas manusia adalah melalui

pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari

pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kebugaran jasmani dan keterampilan berfikir psikis. Dalam pelaksanaannya,

aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan

melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk

mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang

dilakukan tidak semata-mata untuk mencapai suatu prestasi, terutama

dilakukan di sekolah-sekolah terdiri atas latihan-latihan tanpa alat,

dilakukan didalam ruang dan lapangan terbuka. (Supandi 1990 dikutip Dini

Rosdiani.2012 : 69 ).

Tujuan pendidikan jasmni adalah mengembangkan aspek jasmani dan

rohani, dalam rangka mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan

jasmani bagi masyarakat Indonesia dalam pengertian pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya, jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian

(27)

9

(Rosdiani, 2012 : 64). Pendidikan jasmani sering pula diartikan dengan

gerak badan, gerak fisik, gerakan jasmani, kegiatan fisik, kegiatan jasmani,

bina fisik, bina jasmani. Yang pada hakikatnya berarti gerak jasmani

manusia atau dapat disebut gerak manusiawi (human movement). Tidak

semata-mata gerak otot tetapi gerak manusia seutuhnya. Gerak itu

merupakan esensi. Esensi pendidikan jasmani adalah yang mengikuti

batasan gerak dan waktu. (Rosdiani, 2012 : 64).

Materi ajar pendidikan jasmani diklarifikasi menjadi enam aspek yaitu :

1),Permainan dan olahraga, 2) Aktifitas dan pengembangan, 3) Uji diri atau

senam, 4) Aktifitas ritmik, 5) Akuatik (renang), 6) Aktifitas luar sekolah. Di

dalam tiap-tiap aspek materi ajar pendidikan jasmani yang harus diberikan

kepada peserta didik, materi tersebut harus disesuaikan dengan jenjang

pendidikan.

B. Lari

a. Definisi Lari

1). Lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat melayang di

udara (kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan

berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah. (Bahagia,

2000:11).

2). Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada waktu

(28)

10

kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap

menyentuh tanah. (Djuminar, 2004: 13)

3). Lari didefinisikan sebagai gerakan tubuh, dimana pada suatu saat

semua kaki tidak menginjak tanah. Jadi lari merupakan gerakan tubuh

dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah (ada saat

melayang di udara) berbeda dengan jalan yang salah satu kaki harus

tetap ada yang kontak dengan tanah.

b. Macam-macam lari

Lari berdasarkan jaraknya dibedakan menjadi lari pendek (sprint), jarak

menengah dan jarak jauh. lari jarak pendek (sprint) adalah semua

perlombaan lari dimana peserta lari dengan kecepatan penuh sepanjang

jarak yang harus di tempuh yaitu 100 meter sampai 400 meter. (Basoeki,

1975: 32). Lari jarak menengah menempuh jarak 800 meter dan 1500

meter. Start yang digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 adalah

start jongkok. Sedangkan untuk jarak 1500 M menggunakan start berdiri.

(Anwarudin, 2010). Pada lari 800 M masing-masing pelari berlari di

lintasannya sendiri, setelah melewati satu tikungan pertama barulah

pelari itu boleh masuk ke dalam lintasan terdalam, tanpa melakukan

hal-hal yang melanggar peraturan seperti menyikut, menghal-halangi pelari lain

dengan senjata atau menyentuh pelari lain. Lari jarak jauh yang disebut

juga long distance menempuh jarak 3000 meter, 5000 meter dan

marathon 42,195 Km. Ketahanan fisik dan mental merupakan keharusan

bagi pelari jarak jauh. Ayunan lengan dan gerakan kaki dilakukan

(29)

11

lutut diangkat dan langkah juga semakin kecil. Start yang digunakan

dalam lari jarak jauh adalah start berdiri.

C. Lari jarak pendek (sprint 200 meter)

Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang sangat membutuhkan kecepatan

reaksi, kordinasi dan akselerasi yang baik (Anwarudin 2010 : 13) . Lari

sprint 200 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana pelari harus

berlari di lintasan masing-masing setengah keliling dengan jarak 200 meter.

Seprinter harus menggunakan kekuatan dan tenaganya seefisien dan

se-ekonomis mungkin dalam usaha mencapai kecepatan maksimum. Kalau

terdapat perbedan antara lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter,

perbedaan itu terletak pada penghematan tenaga karena perbedaan jarak

yang harus ditempuh. Perbedaan lainnya ialah bahwa pada lari 200 meter

dan 400 meter, pelari harus lari pada tikungan.

Pada pelari 200 meter, penggunaan tenaga dapat dikatakan tidak banyak

berbeda dengan lari 100 meter. ini dapat dibuktikan dengan rekor dunia

untuk lari 100 meter: 9,9 detik, sedangkan untuk lari 200 meter : 19,8 detik,

ternyata bahwa waktu dari lari 200 meter tepat dua kali lipat waktu dari lari

100 meter (Basoeki, 1975 : 42). Dapat dikatakan bahwa untuk lari 200

meter, diperlukan kecepatan yang sama dengan kecepatan untuk lari 100

meter, sedangkan jarak yang ditempuh adalah dua kali lipat lebih jauh. Pada

lari 200 meter, diperlukan gerakan lari yang lebih rilex dan dengan

(30)

12

ditikungan juga memerlukan teknik khusus. Pelari harus melakukan gerakan

floating dengan sedikit condong kekiri, ayunan lengan kiri sedikit masuk,

tolakan kaki kiri juga lebih kuat karena berat badan sedikit tergeser kekiri

berhubung dengan condong badan kekiri. Sebagai pedoma pengaturan

tenaga untuk lari 200 meter (Basoeki, 1975 : 42) adalah sebagai berikut :

(a) 60 meter pertama lari dengan kecepatan penuh.

(b) 90 meter berikutnya ditempuh dengan floating.

(c) sisa jarak 50 meter ditempuh dengan kecepatan maksimal.

Pelari 200 meter perlu memupuk dayatahan, agar dapat menempuh jarak

tersebut dengan efektif.

Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint adalah start.

Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat

merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara

melakukan start yang baik harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari

serta dilatih secermat mungkin. Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek

adalah kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan.

Dalam atletik banyak peraturan yang mengikat. antara lain:

1. Teknik Start

Start adalah suatu persiapan awal seorang pelari akan melakukan gerakan

berlari (Purnomo 2007: 23). Untuk nomor jarak pendek start yang

dipakai adalah start jongkok (Crouch Start). Tujuan utama start dalam

lari jarak pendek adalah untuk mengoptimalkan pola lari percepatan.

(31)

13

terhadap start block sesegera mungkin setelah tembakan pistol atau

aba-aba dari starter dan bergerak kedalam suatu posisi optimum untuk tahap

lari percepatan. Aba-aba yang digunakan dalam start lari jarak pendek

(sprint). Pertama Bersedia, setelah starter memberikan aba-aba

”bersedia”, maka pelari akan menempatkan kedua kaki menyentuh block

depan dan belakang, lutut kaki belakang diletakkan di tanah, terpisah

selebar bahu dekat lebih sedikit, jari-jari tangan membentuk V terbalik

dan kepala dalam keadaan datar dengan punggung, sedangkan pandangan

mata menatap lurus ke kebawah.

Gambar 1

Posisi Bersedia (Suhadi Anwarudin, 2010: 14)

Kedua siap, setelah ada aba-aba “siap”, seorang pelari akan

menempatkan posisi badan sebagai berikut: lutut ditekan kebelakang,

lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku (90º), lutut

kaki belakang membentuk sudut antara 120º-140º, dan pinggang sedikit

diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong ke depan, serta bahu

(32)

14

Gambar 2

Posisi Siap (Suhadi Anwarudin, 2010: 15)

Ketiga “yak”, gerakan yang akan dilakukan pelari setelah aba-aba

“yak”/bunyi pistol adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua

kaki menolak/ menekan keras pada start blok, kedua tangan diangkat dari

tanah bersamaan untuk kemudian diayun bergantian, kaki belakang

mendorong lebih kuat,dorongan kaki depan sedikit namun tidak lama,

kaki belakang diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan condong

ke depan, lutut dan pinggang keduanya diluruskan penuh pada saat akhir

dorongan.

Gambar 3

(33)

15

2. Teknik Saat Berlari

Saat berlari dengan cepat, pelari pada ujung kaki dengan tubuh condong

kedepan. Lengan ditekuk 90 derajad pada siku dan diayunkan kearah lari.

Tangan dan otot muka dilemaskan. Masing-masing kaki diluruskan

sepenuhnya dengan kuat, dan paha kaki yang memimpin diangkat

horizontal. Pinggul tetap pada ketinggian yang sama.

3. Teknik Melewati Garis Finish

Garis finish merupakan garis/batas akhir pertandingan. Ada beberapa

cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finish yaitu: lari

terus menerus tanpa perubahan apapun, posisi dada condong kedepan

karena pencatat waktu akan menyetop stopwatch sampai dada menyentuh

garis finis, (Anwarudin 2010 :16). Jarak 20 meter terakhir sebelum garis

finish merupakan perjuangan untuk mencapai kemenagan dalam

perlombaan lari, maka yang perlu diperhatikan adalah kecepatan langkah

dan jangan perlambat langkah sebelum melewati garis finish.

Gambar 4

Rangkaian dari posisi start dan posisi menyentuh finis (Suhardi Anwarudin, 2010:16)

Hal-hal yang harus dihindari dalam lari sprint, antara lain:

a. Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut.

(34)

16

c. Memutar kepala dan menggerakkan bahu secara berlebihan.

d. Lengan diayun terlalu ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang

dada.

e. Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna.

Hal-hal yang diutamakan dalam lari sprint, antara lain:

a. Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan.

b. Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin.

c. Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa.

d. Mengayunkan lengan sejajar dengan pinggul dan sedikit menyilang ke

depan badan.

D. Tinggi badan

Tinggi badan adalah jarak vetikal dari lantai keujung kepala (vertex). Tinggi

badan merupakan faktor penting di dalam berbagai cabang olahraga

(Widiastuti, 2011 : 61). Dalam olahraga Atletik khususnya lari, tinggi badan

berpengaruh pada jarak yang akan diperoleh. Tinggi badan juga sangat

berpengaruh karena jika atlit memiliki postur tubuh yang tinggi maka

langkah kaki akan semakin pajang dari pada atlit yang berpostur pendek.

Untuk mendapatkan hasil panjang langkah yang baik dan maksimal. Tinggi

(35)

17

Gambar 5 Mengukur tinggi badan (sumber Widiastuti 2011 : 61)

E. Berat Badan

Berat badan berkaitan erat dengan berbagai cabang olahraga yang

membutuhkan tubuh yang ringan, seperti senam, antara berat badan yang

ideal atau ringan dan berat badan berlebih mempengaruhi kekuatan untuk

menolak badan secara maksimal (Widiastuti, 2011 : 63). Berat Badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana

keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan

zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat

dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan

informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini

mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat

(36)

18

konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat

badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara

menimbang. Jadi, berat badan yaitu berat seseorang yang diukur dengan

pakaian seminim mungkin. Beberapa hal yang mempengaruhi berat badan

salah satunya makanan dan minuman. Dalam sehari kita membutuhkan gizi

lengkap seperti Karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.

Timbangan injak bisa digunakan untuk mengetahui berat badan orang

normal remaja dan dewasa. Contoh timbangan injak :

Gambar 6 Timbangan Injak

F. VO2 max

VO2 adalah jumlah oksigen yang digunakan oleh otot selama interval

tertentu (biasanya 1 menit) untuk metabolism sel dan memproduksi energi

(Wiarto 2013:13). VO2max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam

metabolism aerob maksimum. (Guyton & Hall 2008 dalam buku Wiarto

2013:13). VO2max bergantung pada :

 Kapasitas

Cardiac output

(37)

19

Konsumsi oksigen normal bagi pria dewasa pada waktu istirahat sekitar 250

ml/menit. Pada keadaan maksimum, jumlah ini dapat ditingkatkan sampai

pada nilai-nilai pada table dibawah ini :.

ML/menit

Pria rata-rata tidak berlatih 3600

Pria rata-rata berlatih dalam atletik 4000

Pelari marathon pria 5100

Table 1 rata-rata konsumsi oksigen untuk pria tidak berlatih hingga pelari marathon.

VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia

pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu

tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau

milliliter/menit/kg berat badan. (Wiarto, 2013:15). Setiap sel dalam tubuh

manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah makanan menjadi ATP

(Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja tiap sel yang paling

sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan istirahat. Sel otot

yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai

dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2 .

kebutuhan akan oksigen dan menghasilkan CO2 dapat diukur melalui

pernafasan kita. Dengan mengukur jumlah oksigen yang dipakai selama

latihan, kita mengetahui jumlah oksigen yang dipakai oleh otot yang

berkerja. Makin tinggi jumlah otot yang dipakai maka makin tinggi pula

(38)

20

Normatif data VO2Max untuk Pria (nilai dalam ml/kg/min)

Usia

Baik

Sekali

Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali 13-19 >51.0 45.3-50.9 38.4-45.1 35.0-38.3 <35.0

20-29 >46.5 42.5-46.4 36.5-42.4 33.0-36.4 <33.0

30-39 >45 41.0-44.9 35.5-40.9 31.5-35.4 <31.5

40-49 >43.8 39.0-43.7 33.6-38.9 30.2-35.5 <30.2

50-59 >41.0 35.8-40.9 31.0-35.7 26.1-30.9 <26.1

60 + >36`5 32.2-36.4 26.1-32.2 20.526.0 <20.5

Tabel 2. Normatif data VO2Max

Sumber : Cooper 1982

Seseorang yang berlatih secara teratur akan memiliki daya tahan paru

jantung yang baik dalam mensuplai oksigen. Denyut jantung akan

mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu jika seseorang tidak lagi

melakukan aktivitas latihan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

guru olahraga SMP N 2 Purbolinggo , mereka hanya melakukan latihan

pada saat ada mata pelajaran olahraga dan itu juga hanya dilakukan saat

pemanasan, latihan keterampilan tanpa adanya latihan fisik. Persiapan fisik

sangatlah penting untuk memperdalam perkembangan unsur kondisi fisik

yang lebih spesifik sesuai dengan tuntutan cabang olahraga atletik untuk

peningkatan prestasi. Maka dari itu pelaksanaan latihan daya tahan paru

jantung terhadap peredaran darah selalu terkait dengan tenaga aerobik dan

anaerobik yang mana unsur tersebut selalu terkait pula dengan sistem energi

(39)

21

siswa SMP N2 Purbolinggo untuk meraih prestasi tentu saja harus didukung

pula oleh kemampuan fisik dan kualitas daya tahan paru jantung yang baik

pula. Oleh karena itu diharapkan para siswa agar dapat melakukan latihan

fisik secara teratur demi peningkatan unsur-unsur yang berkaitan dengan

aktivitas olahraga. Pada dasarnya nutrisi juga dapat meningkatkan kapasitas

kerja maksimal, kekuatan dan power, tetapi persediaan energi yang terbatas

memang dapat membatasi daya tahan. Reka ramu gizi dan dukungan nutrisi

selama latihan memang dapat memperpanjang daya tahan dan meningkatkan

penampilan pada olahraga yang berlangsung lama.

G. Otot

Otot merupakan suatu organ yang penting sekali memungkinkan tubuh

dapat begerak, dalam menjalankan sistem otot ini tidak bisa dilepaskan

dengan kerja saraf. Jadi otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat

yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Sistem otot adalah

semua otot tubuh, yang terikat tulang, yang menyusun dinding sebagian

besar organ internal, dan yang menyusun jantung. Jenis jaringan otot ada

tiga yaitu otot kerangka, otot viseral dan otot jantung. (Basoeki, 1988: 76).

Dalam pembahasan ini yang berkaitan dengan penelitian adalah otot

kerangka. Secara garis besar fisiologis otot dalam hal ini adalah hal-hal yang

(40)

22

H. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga

maksimal atau mendekati maksimal, untuk mengangkat beban.

(Sumosardjuno, 1997:6). Otot-otot yang kuat dapat melindungi persendian

yang dikelilinginya dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena

aktivitas fisik. Dalam aktivitas olahraga terutama olahraga Atletik lari jarak

pendek 200 meter, kekuatan otot merupakan unsur penting untuk

menggerakkan organ-organ tubuh. Tanpa kekuatan otot yang besar, tidak

akan tercapai prestasi yang maksimal. Biasanya seorang atlet mempunyai

keunggulan jauh lebih besar dibandingkan dangan orang kebanyakan.

Tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas terdiri

atas pangkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut

sampai kaki. Tulang tungkai terdiri atas: Tulang pangkal paha, Tulang

paha, Tulang kering, Tulang betis, Tulang tempurung lutut, Tulang pangkal

kaki, Tulang telapak kaki, Tulang ruas jari kaki. (Soedarminto, 1992:60-61).

a. Otot - otot tungkai atas meliputi

M. abduktor maldanus,M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga

otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi

menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur,M. rektus femuralis, M.

vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M. vastus inter

medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan meluruskan

(41)

23

tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan urat bawah serta

memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasi femur, memutar

keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan

membengkokkan keluar.

Gambar 7 Otot Tungkai Bagian Atas

b. Otot-otot tungkai bawah meliputi :

Otot tulang kering, depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut

pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor

talangus longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari

manis dan kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat

meluruskan ibu jari kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di

sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M.

(42)

24

posterior, berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak

kaki disebelah ke dalam.

Gambar 8 Otot Atas Bagian Belakang & Samping Bawah

Contoh latian kekuatan otot tungkai menggunakan Naik turun bangku

dengan barbell di punggung dan Squat Jump. Cara melakukan squat jump

yaitu sikap permulaan anak jongkok, posisi kaki depan dan belakang, kedua

jari-jari tangan dikaitkan menempel ditengkuk, kedua siku ke arah samping.

Setelah ada aba-aba anak meloncat sampai kedua kaki lurus rapat. Mendarat

kembali seperti sikap permulaan. Gerakan ini dilakukan sekuat-kuatnya.

I. Kerangka Pemikiran

Berat badan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan

(kondisi) siswa. Dalam kegiatan olahraga berat badan merupakan salah satu

aspek yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi termasuk gerakan saat

(43)

25

berbagai cabang olahraga (Widiastuti 2011:60). Secara teknis postur tubuh

sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam aktifitas

olahraga. Jadi tinggi badan sangat diperlukan dan mempengaruhi seorang

atlit atau siswa pada saat melakukan lari seprint. Seorang atlit lari jarak

pendek (seprint) juga memerlukan kemampuan volume oksigen maksimal

(VO2 Max) karena Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung yang

baik dalam mensuplai oksigen tidak akan mengalami penurunan kecepatan

saat melakukan lari jarak pendek, apalagi jarak yang ditempuh adalah 200

meter. Kekuatan otot menunjang kecepatan yang baik bagi pelari. Kekuatan

adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam

mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. (Sajoto,

1990: 16). Meningkatkan kekuatan atlit lari akan meningkatkan pula tingkat

prestasinya. Kekuatan otot tungkai merupakan unsur yang yang sangat

penting bagi atlit jarak pendek, karena dengan kekuatan otot tungkai yang

maksimal dan lebih maka seorang pelari akan mendapatkan kecepatan yang

baik serta menghasilkan prestasi yang maksimal. Dengan demikian, diduga

tinggi badan, berat badan, VO2 max, dan kekuatan otot tungkai memiliki

hubungan terhadap lari jarak pendek 200 meter.

J. Hipotesa

Hipotesis diartikan sebagai Ssuatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. (Arikunto, 2013 : 110). Oleh karena itu suatu hipotesis perlu di

(44)

26

menunjukan kebenarnnya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan

kebenarannya dengan cara penelitian.

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus di uji lagi

kebenarannya melaui penelitian ilmiah, hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek 200

meter.

H0 : Tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek

200 meter.

H2 : Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek 200

meter.

H0 : Tidak Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek

200 meter.

H3 : Ada hubungan antara VO2 max dengan lari jarak pendek 200

meter.

H0 : Tidak Ada hubungan antara VO2 max dengan lari jarak pendek

200 meter.

H4 : Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan lari jarak

pendek 200 meter.

H0 : Tidak Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan lari

(45)

27

III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Peneliti

Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan

mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah agar metode penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

meskipun banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian,

permasalahanya bukan terletak pada baik buruknya metode melainkan pada

ketepatan dalam penggunaan metode. Metodologi penelitian dapat diartikan

sebagai kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti

untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat,

maupun bagi peneliti itu sendiri (Sukardi, 2003 ;17). Sedangkan penelitian

adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang

perlu dipahami lebih lanjut yaitu : cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.

Penelitian itu merupakan cara ilmiah, berarti penelitian itu didasarkan pada

ciri–ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis (Sugiyono, 2011:2).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Istilah deskrptif berasal dari istilah bahasa inggris to describe yang berarti

memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal. Penelitian deskriptif adalah

(46)

lain-28

lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian

Deskriptif bukan hanya satu jenis kegiatan saja tetapi sekurang-kurangnya

ada 5 (lima) jenis, yaitu (a) penelitian deskriptif atau surve, (b) penelitian

korelasi, (c) penelitian komparasi, (d) penelitian penelusuran (tracer study),

(e) penelitian evaluasi. (Arikunto, 2013:3).

Jenis penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah penelitian

korelasi. Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian

yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua

vareabel atau lebih.(Arikunto, 2013:4). Pada penelitian ini akan dianalisis

hubungan antara tinggi badan, berat badan, VO2 max dan kekuatan otot

tungkai terhadap lari jarak pendek 200 meter.

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi dibatasi penduduk

atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Arikunto,

2013:173). Jadi, populasi pada perinsipnya adalah semua anggota kelompok

manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam suatu

tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu

penelitian (Sukardi, 2003:53). Dari dua pendapat diatas jadi peneliti dalam

penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa-siswi SMP N 2

Purbolinggo Lampung Timur tahun ajaran 2014/2015, dengan jumlah

(47)

29

C. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber

data tersebut. (Sukardi, 2003 :54). Sampel atau contoh adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimili oleh populasi tersebut. (Sugiyono,

2011 :81). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya

jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau

20-25%. (Arikunto 2013: 174).Dalam penelitian ini sampel yang digunakan

adalah siswa laki-laki pada sekolah SMP N2 Purbolinggo Lampung Timur

dengan jumlah sampel 30 anak dari 12% siswa laki-laki . Karena penelitian

bertujuan atau ditunjukan pada siiswa laki-laki, maka teknik pengambilan

sampel atau teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik

purposive sampling atau teknik sampling bertujuan. Karena untuk

menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan

tertentu, misalnya dengan pertimbangan professional yang dimiliki oleh si

peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relavan dengan tujuan

penelitian. (Sukardi, 2003 :64).

D. Variabel Penelitian

Vareabel adalah gejala yang bervareasi dan menjadi objek penelitian

(Arikunto, 2013 : 159). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

Lari Jarak Pendek 200 Meter sebagai (Y) sebagai variabel bebas dan Tinggi

Badan, Berat Badan, VO2 max dan Kekuatan Otot tungkai (X) sebagai

variabel terikat, variabel terikat meliputi Tinggi badan (X1), Berat badan

(48)

30

E. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

F. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

sehingga mudah diolah. (Arikunto, 2013: 192). Penelitian ini menggunakan

pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang menguakan satu kali

pengumpulan data. Instrumen peralatan penelitian yang dipakai dalam

penelitian ini adalah instrumen tingi badan, berat badan, VO2 max , kekuatan

otot tungkai dan lari 200 meter adalah :

1. Pengukuran tinggi badan

Alat yang digunakan yaitu health scale (mengukur tinggi badan)

a. Tujuan : Mengukur tinggi badan

b. Alat dan fasilitas :

1. Meteran tinggi badan

Lari Jarak Pendek 200 meter (Y)

X1 (Tinggi Badan)

X2 (Berat Badan)

X2 (VO2Max)

(49)

31

2. Alat tulis

3. Formulir test

c. Pelaksanaan : Siswa tidak boleh memakai sepatu atau alas

kaki, kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak,

pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik

nafas beberapa saat.

d. Penilaian : Pengukuran diambil sebanyak 1 kali dan hasilnya

dipakai sebagai hasil pengukuran dengan satuan Cm.

Gambar 9 Health Scale (alat ukur tinggi badan dan berat badan)

2. Pengukuran berat badan

Alat yang digunakan yaitu health scale (mengukur berat badan)

a. Tujuan : Mengukur berat badan

b. Alat dan fasilitas :

(50)

32

2. Alat tulis

3. Formulir test

1. Pelaksanaan : Siswa berdiri tegak lurus, Pandangan lurus

kedepan, Saat pengukuran berat badan testee menggunakan

pakaian seminim mungkin.

2. Penilaian : Pengukuran diambil sebanyak 1 kali dan hasilnya

dipakai sebagai hasil pengukuran dengan satuan Kg

3. Pengukuran VO2 max

Tes yang digunakan dalam pengukuran VO2 max yaitu teslari multi

tahap (bleep test).

a. Tujuan : mengukur VO2 max

b. Alat dan fasilitas :

1. Lintasan datar dan tidak licin

2. Krucut /kun

3. Formulir tes

4. Kaset/Tipe (Pita suara)

5. Alat tulis

c. Pelaksanaan :

 Ukurlah jarak sepanjang 20 meter dan beri tanda pada ujungnya

dengan krucut atau tanda lain sebagai jarak. Siapkan kaset (atau

pita suara), peserta tes di sarankan terlebih dahulu sebelum

(51)

33

 Hidupkan pita suara. Jarak antara dua sinyal “tuut” menandai

suatu interval 1 menit.

 Ikuti petunjuk dari kaset, setelah 5 hitungan bleep, peserta

mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis kedua.

Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis,

lalu berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah

sampai di garis sebelum bunyi “bleep” peserta tes harus

menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi

“bleep” begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai

irama bleep.

 Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkat (level). Setiap

tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level

ditandai 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap

shuttle di tandai dengan satu kali bleep.

 Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai ia tidak mampu

mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar,

peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali

berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka

peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu melanjutkan

(52)

34

Gambar 10

Contoh melakukan bleep Test

Table 3 .Mengenai tahab-tahap pada bleep test

NOMOR TAHAP NOMOR BALIKAN

(53)

35

20

21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Sumber : modul test dan pengukuran keolahragaan

 Jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang

berhasil di peroleh dicatat sebagai sekor-sekor peserta test.

Adapun prediksi nilai ambilan oksigen maksimum dengan

bleep test seagai berikut :

Table 4 Prediksi nilai VO2 max dengan bleep test.

Tahap Balikan Prediksi

VO2max

Tahap Balikan Prediksi

(54)
(55)

37

Sumber : modul test dan pengukuran keolahragaan

4. Pengukuran kekuatan otot tungkai

Alat yang digunakan dalam mengukur kekuatan otot tungkai yaitu

Leg Dynamometer.

a. Tujuan : Mengukur kekuatan otot tungkai

b. Alat dan Fasilitas :

1. Leg dynamometer

2. Formulir test

3. Alat tulis

c. Pelaksanaan : Orang yang dites berdiri di atas alat leg

dynamometer dan lutut ditekuk membentuk sudut 130-140

derajat, tubuh tetap tegak lurus dan pandangan lurus ke depan.

Panjang rantai diukur sedemikian rupa sesuai dengan orang

yang di tes dengan posisi berdiri.Tongkat pegangan di genggam

dengan posisi tangan menghadap belakang. Tarik tongkat

(56)

38

Baca angka ada skala maksimum tercapainya tarikan dalam

satuan kilogram (kg).

d. Penilaian : Pengukuran diambil sebanyak tiga kali dan

hasil terbaik yang dipakai sebagai hasil pengukuran dengan

satuan Kg.

Gambar 11 Leg Dynamometer

5. Mengukur kemampuan lari 200 meter

Dalam penelitian ini hasil yang diukur adalah lari 200 meter dengan

menggunakan penghitungan waktu (menit dan detik).

1. Peraturan lari jarak pendek

 Setiap pelari harus melakukan start secara bersama. Jika salah

satu atau beberapa pelari mulai berlari sebelum aba-aba di

mulai, maka strat akan diulang.

 Pelari dilarang mengganggu pelari lain baik dengan ucapan

(57)

39

 Setiap pelari harus berlari di jalur masing-masing dari start

hingga finis, apabila pelari keluar lintasan, maka pelari tersebut

harus mengulang lagi.

 Pelari diwajibkan memakai pakaian olahraga sepatu

olahraga/kets.

2. Tujuan : Untuk mengetahui hasil lari 200 meter

3. Alat dan fasilitas :

1. stopwatch

2. lintasan lari

3. pluit

4. fomulir test

5. bendera untuk aba-aba

d. Pelaksanaan : pelari mulai berlari setelah aba-aba “yak”,

pelari tidak boleh keluar lintasannya sejauh 200 meter hingga

finis.

(58)

40

Tabel 5. Cara menentukan jarak letak posisi start antar pelari pada nomor lintasan 200 meter.

Pelari 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6

Jarak (m) 3,50 3,70 3,60 3,50 3,35 Sumber : Setadion Atletik Pahoman Bandar Lampung

Tabel 6. Cara menentukan jarak letak posisi start antar pelari pada nomor lintasan 400 meter.

Pelari 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6

Jarak (m) 7,10 7,40 7,20 7,10 6,75 Sumber : Setadion Atletik Pahoman Bandar Lampung

G. Teknik analisis data

Analisis data bertujuan untuk mengetahui jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul dari hasil

pengumpulan data, perlu diolah datanya karena data yang didapat masih

berupa data mentah. Mengingat data yang ada adalah data yang masih

mentah dan memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan satuan

ukurannya sehingga lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

Dengan demikian data mentah diubah menjadi data yang standart (T Skor).

Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier

sederhana dan regresi linier berganda. Untuk perhitungan statistik

menggunakan program SPSS for windows release 16.

a. Uji Normalitas

Hasil output dari pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

(59)

41

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.44826489

Most Extreme Differences Absolute .155

Positive .155

Negative -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .850

Asymp. Sig. (2-tailed) .466

a. Test distribution is Normal.

Tabel 7. Uji Normalitas.

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar

0,466 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang

kita uji berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji kelinieran atau uji linieritas adalah uji untuk mengetahui apakah

antara prediktor (X1, X2, X3 dan X4) memiliki hubungan yang linier atau

tidak terhadap kriterium. Uji dilakukan dengan teknik analisis varians

(terlampir). Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

No Variabel Nilai Sig. Signifikansi Kesimpulan

1 Y * X1 0. 291 0.05 Linier

2 Y * X2 0. 293 0.05 Linier

3 Y * X3 0. 891 0.05 Linier

4 Y * X4 0. 494 0.05 Linier

(60)

42

Kaidah pengambilan keputusan dari tabel diatas yaitu :

 Nilai signifikansi (Sig.) tinggi badan = 0.291 lebih besar dari 0,05,

yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable

tinggi badan (X1) dengan variable lari 200 meter(Y).

 Nilai signifikansi (Sig.) berat badan = 0.293 lebih besar dari 0,05,

yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable

berat badan (X2) dengan variable lari 200 meter(Y).

 Nilai signifikansi (Sig.) VO2max = 0.891 lebih besar dari 0,05, yang

artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable

VO2max (X3) dengan variable lari 200 meter(Y).

 Nilai signifikansi (Sig.) k.o.tungkai = 0.494 lebih besar dari 0,05, yang

artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable

k.o.tungkai (X4) dengan variable lari 200 meter(Y).

c. Uji Homogenitas

Prasyarat berikutnya untuk memenuhi analisis yaitu melakukan uji

homogenitas varians data. Adapun hasil uji homogenitas penelitian

menggunakan uji Chi Kuadrat seperti tercantum :

Tabel 9. Uji Homogenitas

Test Statistics

BBADAN TBADAN VO2max

KKUATANOTOTT

NGKAI LARI200M

Chi-Square 10.000a 9.200b 8.533c 1.733d 1.733d

Df 19 13 16 27 27

(61)

43

a. 20 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell

frequency is 1,5.

b. 14 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell

frequency is 2,1.

c. 17 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell

frequency is 1,8.

d. 28 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell

frequency is 1,1.

Berdasar pada hasil analisis yang menggunakan Chi Kuadrat seperti yang

tercantum terlihat bahwa varians data variabel penelitian dalam keadaan

homogen karena nilai signifikansinya > 0,05.

d. Uji Korelasi

1. Hubungan Tinggi Badan (X1) Terhadap Lari Jarak Pendek 200

Meter (Y)

Tabel 10. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis korelasi Tinggi Badan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.

Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan

Tinggi Badan (X1) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)

30 0,375 0,361 0,012 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi

dari N 30 diperoleh nilai r hitung 0,375> rtabel0,361 jadi taraf

signifikan 0,012 <0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara

(62)

44

2. Hubungan Berat Badan (X2) Terhadap Lari Jarak Pendek 200

Meter (Y)

Tabel 11. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis korelasi BeratBadan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.

Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan

BeratBadan (X2) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)

30 0,429 0,361 0,010 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi

dari N 30 diperoleh nilai r hitung 0,429> rtabel0,361 jadi taraf

signifikan 0,010 <0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara

beratbadan terhadap lari jarak pendek 200 meter.

3. Hubungan VO2 max (X3) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter

(Y)

Tabel 12. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis korelasi VO2 max Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.

Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan

VO2 max (X3) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)

30 0,501 0,361 0,008 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi

(63)

45

signifikan 0,008 <0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara

VO2 max terhadap lari jarak pendek 200 meter.

4. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai (X4) Terhadap Lari Jarak

Pendek 200 Meter (Y)

Tabel 13. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis

korelasi Kekuatan Otot TungkaiTerhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.

Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan

Kekuatan Otot Tungkai (X4) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)

30 0,625 0,361 0,000 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi

dari N 30 diperoleh nilai r hitung = 0,625> rtabel0,361 , jadi taraf

signifikan 0,000 <0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara

kekuatan otot tungkai terhadap lari jarak pendek 200 meter.

e. Uji Hipotesis

1. Hubungan Tinggi Badan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.

H1 : Ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek 200

meter.

H0 : Tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek

(64)

46

Kriteria pengambilan keputusan :

Berdasarkan analisis korelasi antara tinggi badan (X1) dengan lari

jarak pendek 200 meter (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar

0,375. Dengan n = 30, nilai rtabel 5% = 0.361. Ternyata rhitung = 0,375>

rtabel 5% = 0.361 atau taraf signifikan <0,05. Hal ini menunjukan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan (X1)

dengan lari jarak pendek 200 meter (Y). Jadi H0 ditolak dan H1

diterima , Ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek 200 meter.

2. Hubungan Berat Badan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.

H2 : Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek 200

meter.

H0 : Tidak Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek

200 meter.

Kriteria pengambilan keputusan :

Berdasarkan analisis korelasi antara berat badan (X2) dengan lari

jarak pendek 200 meter (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar

0,429. Dengan n = 30, nilai rtabel 5% = 0.361. Ternyata rhitung = 0,429>

rtabel 5% = 0.361 atau taraf signifikan <0,05. Hal ini menunjukan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan (X2)

dengan lari jarak pendek 200 meter (Y). Jadi H0 ditolak dan H2

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 4 Rangkaian dari posisi start dan posisi menyentuh finis (Suhardi
Gambar 5 Mengukur tinggi badan (sumber Widiastuti 2011 : 61)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui kemampuan atlet lari sprint dapat dilakukan dengan menggunakan waktu tempuh dengan menggunakan jarak yang telah ditetapkan yaitu 200 meter atau 100 meter

Simpulan yang dapat diambil antara lain ada hubungan antara Power otot tungkai, kekuatan otot lengan, tinggi badan dan berat badan dengan kecepatan renang gaya Crawl 25 Meter

Sumbangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian atau sokongan dari kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan kecepatan lari terhadap hasil tendangan bola jarak

ada hubungan yang signifikan secara simultan kekuatan otot tungkai dan daya ledak otot tungkai dengan kemampuan menembak bola kegawang jarak 16,5 meter yang berarti apabila

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan kekuatan otot tungkai dan lari sprint 60 meter dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMPN

Lari 100 meter dengan waktu yang sangat singkat membutuhkan kekuatan bukan hanya dari kekuatan otot tungkai tetapi hampir semua anggota tubuh termasuk otot

Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancer dan efsien dan sangat dibutuhkan bagi

Hubungan Kekuatan Otot Hamstring Terhadap Ketahanan Lari 400 Meter Kekuatan otot terutama dalam sistem gerak adalah dalam wujud gerakan dan dorongan.Dalam lari 400 meter yang