ii ABSTRAK
HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2 MAX, DAN KEKUATAN OTOT TUNGGKAI TERHADAP LARI JARAK PENDEK
200 METER PADA SISWA SMP N 2 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR
Oleh Andri Prasetiyo
Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan antara tinggi badan, berat badan, VO2 max, dan kekuatan otot tungkai terhadap lari jarak
pendek 200 meter pada siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan analisis data menggunakan korelasional. Pengumpulan data yang berupa tinggi badan dan berat badan menggunakan Health Scale, VO2 max menggunakan bleep test,
kekuatan otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer sedangkan lari 200 meter menggunakan tes dan pengukuran. Sampel yang digunakan 30 siswa dari populasi yang berjumlah 256 orang yaitu siswa SMP Negeri 2 Purbolinggo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor koefesien korelasi tinggi badan dengan hasil lari 200 meter sebesar 0,375 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan. Koefesien korelasi berat badan dengan hasil lari 200 meter sebesar 0,429 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan. Koefesien korelasi VO2 max
dengan hasil lari 200 meter sebesar 0,501 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan koefisien korelasi kekuatan otot tunggkai dengan hasil lari jarak pendek 200 meter sebesar 0,625 dengan n=30, rtabel 5% = 0,361 menunjukan terdapat hubungan yang signifikan.
Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa tinggi badan, berat badan, VO2 max
dan kekuatan otot tungkai memiliki hubungan yang kuat dengan hasil lari jarak pendek 200 meter pada siswa SMP N 2 Purbolinggo.
HUBUNGAN TINGGI BADAN, BERAT BADAN, VO2MAX, DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP LARI JARAK PENDEK
200 METER PADA SISWA SMP N 2 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR
Oleh
ANDRI PRASETIYO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
vii
RIWAYAT HIDUP
Kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Purbolinggo pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Ma’arif NU 5 Purbolinggo pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada tahun 2014 peneliti melaksanakan KKN dan PPL di Sd Negeri 1 Padang Cahya Lampung Barat.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kejuaraan – kejuaraan di tingkat daerah:
1. Juara 1 lari 10 km Ulang Tahun Lampung Timur 2011 2. Juara 1 lari 5 km Ulang Tahun Lampung Timur 2012. 3. Juara 3 lari 5000 m PORPROV Lampung Selatan 2014
Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi penulis pada tahun 2011 mengajar exskul
atletik di SMA Ma’Arif NU 5 Purbolinggo Lampung Timur, dan melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN KT) selama 75 hari di desa Padang Cahya Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat, semasa KKN KT penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Padang Cahya Lampung Barat.
Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.
Penulis bernama lengkap Andri Prasetiyo , dilahirkan di Negara Ratu pada tanggal 10 Juni 1992 sebagai anak Pertama dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Gatot Supriyadi dan Ibu Wariyem.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:
ix
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan
kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayahandaku G.Supriyadi dan Ibundaku Wariyem yang penulis sayangi, yang telah
memberikan do’a, dukungan dan dorongan kepada penulis serta kasih sayang dan kesabaran.
Untuk adik ku Vernanda Dwi Prastya yang selalu ku sayangi dan ku banggakan nantinya.
Untuk keluarga ku, Om Rudi, Tante Ros, Om Hardi, dan mamas mamas yang telah
memberikan ku semangat serta dukungannya.
Untuk sahabat hidupku yang telah memberikan banyak pelajaran tentang arti perjuangan
dan pengorbanan, serta seluruh keluarga besar, Tetangga,sahabat dan teman-teman
seperjuangan Pendidikan Olahraga yang telah membantu & mendoakan, selalu
mengharapkan hal yang terbaik untukku.
Para guru dan dosen yang telah membimbingku dan mengajariku akan arti kehidupan
Serta Almamater –ku Tercinta FKIP UNILA, yang ku banggakan.
viii
MOTTO
“Perubahan bukan hanya difikirkan, melainkan dilakukan. Berubahlah dengan
melakukan sesuatu yang kecil dan jangan pernah menyepelekan yang kecil”
(Nur Wahyudi)
“Kalau masih mampu melakukan segala sesuatu sendiri, kenapa harus
merepotkan
orang lain. Jangan pernah katakana “TIDAK” untuk belajar, tapi
katakana “BELUM””
(Nur Wahyudi)
”Witing Mulyo Jalaran Wani Rekoso”
x
SANWACANA
Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul“Hubungan Tinggi Badan, Berat Badan, VO2 max dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter Pada Siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur ” yang dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi
ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis.
Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Suranto, M. Kes. selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. Heru Sulistianta
S.Pd, M.Or., selaku pembimbing II dan sebagai PA Penulis dalam penulisan
skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
Drs. Wiyono, M.Pd, selaku Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan
bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyesesaian
skripsi ini. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Penjaskes
dalam penulisan skripsi ini juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan
xi
2. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
3. Dr. Riswati Rini, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap
dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
4. Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.Bapak dan Ibu di
staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya
skripsi ini.
5. Kepada keluargaku tersayang Bapak Gatot Supriyadi, Ibu Wariyem, Adik
Vernanda, yang selalu menjadi motivatorku dalam setiap hal baik yang
penulis kerjakan, serta menjadi penasihat terbaikku.
6. Kepala SMP Negeri 2 Purbolinggo beserta dewan guru yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian penelitian ini.
7. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses
terselesaikannya skripsi ini.
8. Kepada keluarga yang serumah di Bandar Lampung, Rosmiati, Suhardi, Heru,
Rudiyanto, Sumarsono, Adi, yang telah memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis.
9. Kepada keluarga besar angkatan 2011, Sofyan, Ahmad H, A. Fiknon, Marlina,
Anjania, Dewi, Binar, Resti, Eno, Risky dll. yang selalu menemani penulis
dalam menyelesaikan skripsi. Dan sahabat – sahabatku yang telah memberikan
motivasi, nasihat, kritik dan saran kepada penulis untuk menjadi pribadi yang
pantang menyerah dan selalu semangat. Teman - teman PPL/KKN yang selalu
xii
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 10 Maret 2015 Penulis
xiii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS A. Pendidikan Jasmani ... ... 8
B. Lari ... 9
C. Lari Jarak Pendek (sprint 200 meter) ... 11
D. Tinggi Badan ... 16
E. Berat Badan... ... 17
F. VO2 max ... 18
G. Otot ... 21
H. Kekuatan Otot Tungkai ... 22
I. Kerangka Pikir……….. .. 24
xiv III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ... 27
B. Populasi ... 28
C. Sampel ... 29
D. Variabel Penelitian ... 29
E. Desain Penelitian ... ... 30
F. Instrumen Penelitian ... ... 30
G.Teknik Analisis Data ... 40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
B. Pembahasan ... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata Konsumsi Oksigen Untuk Pria ... 19
2. Normatif data VO2Max ... ... 20
3. Tahab-tahab Pada Bleep Test ... 34
4. Prediksi Nilai VO2 max Dengan Bleep Test ... 35
5. Cara Menentukan Jarak Letak Start 200 Meter ... . 40
6. Cara Menentukan Jarak Letak Start 400 Meter ... . 40
7. Uji Normalitas... ... 41
8. Uji Linieritas ... 41
9. Uji Homogenitas ... ... 42
10. Tabel Kerja Hubungan T.Badan Dengan Lari 200 Meter ... 43
11. Tabel Kerja Hubungan B.Badan Dengan Lari 200 Meter ... 44
12. Tabel Kerja Hubungan VO2 max Dengan Lari 200 Meter ... 44
13. Tabel Kerja Hubungan K.O.Tungkai Dengan Lari 200 Meter ... . 45
14. Output SPSS table Descriptive Statisticsdata hasil tes …... 49
15. Uji Normalitas... ... 54
16. Uji Linieritas ... 54
17. Uji Homogenitas ... ... 55
xvi
19. Tabel Hasil Analisi T.Badan Terhadap Lari 200 Meter …………... 57
20. Tabel Kerja Hubungan B.Badan Dengan Lari 200 Meter ... 58
21. Tabel Hasil Analisi B.Badan Terhadap Lari 200 Meter ……...…... 58
22. Tabel Kerja Hubungan VO2 max Dengan Lari 200 Meter ... 59
23. Tabel Hasil Analisi VO2 maxTerhadap Lari 200 Meter …...……... 59
24. Tabel Kerja Hubungan K.O.Tungkai Dengan Lari 200 Meter ... . 60
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Hasil Penelitian ... ... 74
2. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore Tinggi Badan ... ... 75
3. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore Berat Badan ... ... 76
4. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore VO2 max ... ... 77
5. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore K.O Tungkai... ... 78
6. Perhitungan Data Row Score dan T-Secore Lari 200 meter... ... 79
7. Uji Normalitas ... 80
8. Uji Homogenitas ... 81
9. Uji Linieritas ... ... 82
10. Korelasi Product Moment ... . 84
11. Tabel Model Summary ... ... 85
12. Harga Kritik dari Product-Moment ... 86
13. Dokumentasi Penelitian ... 87
14. Surat Penelitian ... ... 91
15. Surat Balasan Penelitian ... 92
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Posisi Bersedia ... 13
2. Posisi Siap ... 14
3. Posisi “yak” ... 14
4. Rangkaian dari posisi start dan posisi menyentuh finis ... 15
5. Mengukur Tinggi Badan ... 17
6. Timbangan Injak ... 18
7. Otot Tungkai Bagian Atas ... 23
8. Otot Atas Bagian Belakang & Samping Bawah ... 24
9. Health Scale (alat ukur tinggi badan dan berat badan) ... 31
10. Contoh melakukan bleep Test ... 34
11. Leg Dynamometer ... 38
12. Lintasan Lari ... 40
13 Diagram Batang Hasil Tes Tinggi Badan ... 50
14. Diagram Batang Hasil Tes Berat Badan ... 51
15. Diagram Batang Hasil Tes VO2 max ... 51
16. Diagram Batang Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai ... 52
17. Diagram Batang Hasil Tes Lari Jarak Pendek 200 Meter ... 53
xviii
19. Foto Pengambilan Data Tinggi Badan ... 87
20. Foto Pengambilan Data Berat Badan ... 87
21. Foto Pengambilan Kekuatan Otot Tunggkai ... 88
22. Foto Pengambilan VO2 max ... 88
23. Foto Pengambilan Tes Lari Pada Start ... 89
24. Foto Pengambilan Tes Lari Pada Finis ... 89
25. Foto Siswa Saat Melakukan Pemanasan ... 90
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang di sukai oleh peneliti
terutama nomor lari jarak pendek 200 meter, maka dari itu peneliti mencoba
melakukan penelitian dengan di perkuat beberapa masalah yang ada dan
berdasarkan observasi melalui pengamatan, wewancara pada guru olahraga
serta kepala sekolah yang bertepatan di SMP N 2Purbolinggo Lampung
Timur, dari tahun ke tahun kemampuan lari sprint mengalamikemunduran
padahal guru yang mengajar dan teknik yang diajarkan dalamkelas sewaktu
melaksanakan pembelajaran juga sama, tetapi sampaisekarang kemampuan
lari sprint siswa SMP N 2 Pubolinggo Lampung Timurbelum mengalami
peningkatan.
Lari sprint merupakan cabang olahraga atletik. Atletik atau track and field
merupakan olahraga tertua, inti utama olahraga atletik adalah lari, jalan,
lompat, dan lempar (Anwarudin 2010:1). Berarti atletik adalah aktivitas
jasmani atau latihan fisik, berisikan gerak-gerak seperti jalan, lari, lompat,
2
Yunani yaitu Athlon atau Athlum yang berarti lomba atau perlombaan atau
pertandingan. Amerika dan sebagian di Eropa dan Asia sering memakai
istilah/kata dengan Track and Field dan Negara Jerman memakai kata leicht
athletik dan negara belanda memakai istilahathletiek. Atletik merupakan
salah satu pelajaran Pendidikan Jasmani yang wajib diberikan kepada siswa
dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA). Sedangkan, bagi mahasiswa Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang wajib harus diambil.
Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua dan juga merupakan induk
atau ibu dari semua cabang olahraga. Atletik sudah sejak zaman dulu secara
tidak langsung dan disadari telah dilakukan orang seperti: berjalan, berlari,
melompat, melempar tombak untuk berburu, ini semua telah dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Lari jarak pendek merupakan lari yang
menggunakan tenaga semaksimal mungkin atau berlari secepat-cepatnya
dalam jarak 100 meter sampai dengan 400 meter. Untuk dapat menghasilkan
kecepatan yang maksimal seseorang dalam menjalankan aktivitas atau gerak
olahraga tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: 1.
Frekuensi (kecepatan gerakan), 2. Kekuatan (daya yang cepat) 3. Panjang
langkah (stradle/relaxition) 4. Kapasitas neuro-muscular 5. Kapasitas
elastisitas dan flexibilitas 6. Teknik (koordinasi) 7. Kapasitas energi secara
maksimal, 7. Kapasitas physiologis untuk semua jarak lari. 8. Usaha/tenaga
(Heru Sulistianta 2014:39). Lari sprint 200 meter merupakan nomor lari
jarak pendek, dimana pelari harus berlari dengan sekencang-kencangnya
3
Seperti yang dikemukakan di atas untuk mendapatkan hasil yang maksimal
maka unsur-unsur yang menunjang kemampuan lari sprint 200 meter harus
selalu dilatih dan dibina berdasarkan pola kekhususan yang ada di dalam lari
sprint 200 meter itu sendiri. Dalam bukunya Yoyo B, Ucup Y, adang S
(2000:12) kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah (stide length) dan
frekuensi langkah (stide frequency). Prestasi sprint ditentukan oleh panjang
langkah dan frekuensi langkah. Panjang langkah dipengaruhi oleh kekuatan,
teknik, kelenturan dan daya tahan. Frekuensi langkah dipengaruhi oleh
koordinasi, teknik, kelenturan dan daya tahan (Purnomo 2007: 30).
Lari sprint 200 meter merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan
Jasmani yang wajib diberikan kepada peserta didik, mulai dari tingkat SD
bahkan sampai Perguruan Tinggi, tak terkecuali SMP N 2 Purbolinggo
Lampung Timur . Dampak diwajibkannya mata pelajaran atletik dalam
Pendidikan Jasmani membawa angin segar untuk meningkatkan motivasi
siswa untuk mengikuti atletik. SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur
merupakan Sekolah Menengah Pertama dengan menggunakan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan Kurikulum 2013, di dalam
KTSP dan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani memuat 7
materi, antara lain: 1). Permainan dan Olahraga; 2). Aktivitas
pengembangan; 3). Senam; 4). Aktivitas ritmik; 5). Akuatik; 6). Aktivitas
diluar Sekolah dan 7). Pendidikan Kesehatan. Lari sprint 200 meter
termasuk ke dalam materi Atletik yang merupakan salah satu mata pelajaran
yang wajib diajarkan dalam KTSP dan Kurikulum 2013, yang mana dalam
4
Olahraga. Lari bergerak maju ke depan yang dilakukan dengan cepat, karena
adanya menolak tanah oleh ujung kaki terhadap tanah yang dilakukan
dengan mengais. Untuk mencapai kecepatan dan daya tahan yang tinggi
diperlukan daya tahan yang maksimal (VO2 max) Kekuatanotot tungkai dan
IMT (Indeks Massa Tubuh) yang meliputi tinggi badan, berat badan. Pelari
memiliki teknik lari harus didukung oleh tinggi badan, berat badan, VO2
max dan kekuatan otot tungkai.
Dari penjelasan diatas peneliti menduga,dengan adanya tinggi badan, berat
badan, VO2 max dan kekuatanotot tungkai diharapkan kemampuan lari
sprint 200meter mendapatkan hasil yang baik. Apalagi seseorang yang
memiliki tinggi badan dan berat yang ideal, VO2 max yang maksimal,
kekuatan otot tungkai yang kuat maka dalam berlari bisa memperoleh
kecepatanyang maksimal. Hal ini akan lebih mendukung dalam
kemampuan lari sprint 200 meternya. Dari rangkaian uraian di atas penulis
tertarik untuk mengulastentang apakah benar faktor tinggi badan, berat
badan, VO2 max dan kekuatan otot tungkai berpengaruh dengankemampuan
lari sprint 200 meter di SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.Lalu
seberapa besar sumbangan yang diberikan tinggi badan, berat badan, VO2
max dan kekuatan otot tungkaiterhadap keberhasilan lari sprint 200 meter?
Mengingat di SMP N 2 Purbolinngo Lampung Timur belum pernah
diadakan penelitian mengenai hubungan tinggi badan, berat badan, VO2 max
dan kekuatanotottungkai dengan lari sprint 200 meter, maka hal ini lebih
menambahketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di SMP N 2
5
B. Identifikasi Masalah
1. Belum diketahui faktor-faktor yang menentukan kecepatan lari sprint
200 meter.
2. Belum diketahui hasil lari jarak pendek (sprint) 200 meter pada siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.
3. Belum diketahui hubungan antara tinggi badan, berat badan, VO2 max
dan kekuatanotot tungkai dengan kemampuan lari jarak pendek
(sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas serta adanya
keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan peneliti maka di dalam
penelitian ini perlu kiranya diberikan pembatasan permasalahan.
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi tentang hubungan tinggi badan,
berat badan, VO2 max dan kekuatan otot tungkai terhadap lari jarak pendek
(sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo Lampung Timur.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan tinggi badan dengan kemampuan lari jarak
pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo ?
2. Apakah terdapat hubungan berat badan dengan kemampuan lari jarak
6
3. Apakah terdapat hubungan VO2 max dengan kemampuan lari jarak
pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo ?
4. Apakah terdapat hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan
lari jarak pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo ?
E. Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan tinngi badan dengan kemampuan lari jarak
pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.
2. Untuk mengetahui hubungan berat badan dengan kemampuan lari jarak
pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.
3. Untuk mengetahui hubungan VO2 max dengan kemampuan lari jarak
pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.
4. Untuk mengetahui hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan
lari jarak pendek (sprint) 200 meter siswa SMP N 2 Purbolinggo.
F. Manfaat Penelitian
Hasil yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi siswa
Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang lari jarak pendek
(sprint) 200 meter sehingga dapat dijadikan pembanding atau langkah
kedepannya.
b. Bagi guru penjasorkes
Sebagai sarana untuk keberhasilan tugas dalam mengembangkan
7
c. Bagi pihak sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan perkembangan
kemampuan siswa, khususnya pada peningkatan hasil lari jarak pendek
(sprint) 200 meter.
d. Program Studi Pendidikan Olahraga
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya
pengkajian dalam pengembangan ilmu keolahragaan, khususnya
untuk Atletik lari jarak pendek (sprint) 200 meter .Selain itu juga
memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan program studi
pendidikan jasmani dan kesehatan.
e. Bagi peneliti lain
Diharapkan terangsang untuk meneliti secara mendalam tentang
masalah yang berhubungan dengan cabang olahraga atletik yang belum
8
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pendidikan JasmaniSalah satu upaya untuk mewujudkan kualitas manusia adalah melalui
pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani dan keterampilan berfikir psikis. Dalam pelaksanaannya,
aktifitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan
melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang
dilakukan tidak semata-mata untuk mencapai suatu prestasi, terutama
dilakukan di sekolah-sekolah terdiri atas latihan-latihan tanpa alat,
dilakukan didalam ruang dan lapangan terbuka. (Supandi 1990 dikutip Dini
Rosdiani.2012 : 69 ).
Tujuan pendidikan jasmni adalah mengembangkan aspek jasmani dan
rohani, dalam rangka mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan
jasmani bagi masyarakat Indonesia dalam pengertian pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya, jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian
9
(Rosdiani, 2012 : 64). Pendidikan jasmani sering pula diartikan dengan
gerak badan, gerak fisik, gerakan jasmani, kegiatan fisik, kegiatan jasmani,
bina fisik, bina jasmani. Yang pada hakikatnya berarti gerak jasmani
manusia atau dapat disebut gerak manusiawi (human movement). Tidak
semata-mata gerak otot tetapi gerak manusia seutuhnya. Gerak itu
merupakan esensi. Esensi pendidikan jasmani adalah yang mengikuti
batasan gerak dan waktu. (Rosdiani, 2012 : 64).
Materi ajar pendidikan jasmani diklarifikasi menjadi enam aspek yaitu :
1),Permainan dan olahraga, 2) Aktifitas dan pengembangan, 3) Uji diri atau
senam, 4) Aktifitas ritmik, 5) Akuatik (renang), 6) Aktifitas luar sekolah. Di
dalam tiap-tiap aspek materi ajar pendidikan jasmani yang harus diberikan
kepada peserta didik, materi tersebut harus disesuaikan dengan jenjang
pendidikan.
B. Lari
a. Definisi Lari
1). Lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat melayang di
udara (kedua telapak kaki lepas dari tanah) yang mana lari diartikan
berbeda dengan jalan yang selalu kontak dengan tanah. (Bahagia,
2000:11).
2). Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada waktu
10
kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap
menyentuh tanah. (Djuminar, 2004: 13)
3). Lari didefinisikan sebagai gerakan tubuh, dimana pada suatu saat
semua kaki tidak menginjak tanah. Jadi lari merupakan gerakan tubuh
dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah (ada saat
melayang di udara) berbeda dengan jalan yang salah satu kaki harus
tetap ada yang kontak dengan tanah.
b. Macam-macam lari
Lari berdasarkan jaraknya dibedakan menjadi lari pendek (sprint), jarak
menengah dan jarak jauh. lari jarak pendek (sprint) adalah semua
perlombaan lari dimana peserta lari dengan kecepatan penuh sepanjang
jarak yang harus di tempuh yaitu 100 meter sampai 400 meter. (Basoeki,
1975: 32). Lari jarak menengah menempuh jarak 800 meter dan 1500
meter. Start yang digunakan untuk lari jarak menengah nomor 800 adalah
start jongkok. Sedangkan untuk jarak 1500 M menggunakan start berdiri.
(Anwarudin, 2010). Pada lari 800 M masing-masing pelari berlari di
lintasannya sendiri, setelah melewati satu tikungan pertama barulah
pelari itu boleh masuk ke dalam lintasan terdalam, tanpa melakukan
hal-hal yang melanggar peraturan seperti menyikut, menghal-halangi pelari lain
dengan senjata atau menyentuh pelari lain. Lari jarak jauh yang disebut
juga long distance menempuh jarak 3000 meter, 5000 meter dan
marathon 42,195 Km. Ketahanan fisik dan mental merupakan keharusan
bagi pelari jarak jauh. Ayunan lengan dan gerakan kaki dilakukan
11
lutut diangkat dan langkah juga semakin kecil. Start yang digunakan
dalam lari jarak jauh adalah start berdiri.
C. Lari jarak pendek (sprint 200 meter)
Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang sangat membutuhkan kecepatan
reaksi, kordinasi dan akselerasi yang baik (Anwarudin 2010 : 13) . Lari
sprint 200 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana pelari harus
berlari di lintasan masing-masing setengah keliling dengan jarak 200 meter.
Seprinter harus menggunakan kekuatan dan tenaganya seefisien dan
se-ekonomis mungkin dalam usaha mencapai kecepatan maksimum. Kalau
terdapat perbedan antara lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter,
perbedaan itu terletak pada penghematan tenaga karena perbedaan jarak
yang harus ditempuh. Perbedaan lainnya ialah bahwa pada lari 200 meter
dan 400 meter, pelari harus lari pada tikungan.
Pada pelari 200 meter, penggunaan tenaga dapat dikatakan tidak banyak
berbeda dengan lari 100 meter. ini dapat dibuktikan dengan rekor dunia
untuk lari 100 meter: 9,9 detik, sedangkan untuk lari 200 meter : 19,8 detik,
ternyata bahwa waktu dari lari 200 meter tepat dua kali lipat waktu dari lari
100 meter (Basoeki, 1975 : 42). Dapat dikatakan bahwa untuk lari 200
meter, diperlukan kecepatan yang sama dengan kecepatan untuk lari 100
meter, sedangkan jarak yang ditempuh adalah dua kali lipat lebih jauh. Pada
lari 200 meter, diperlukan gerakan lari yang lebih rilex dan dengan
12
ditikungan juga memerlukan teknik khusus. Pelari harus melakukan gerakan
floating dengan sedikit condong kekiri, ayunan lengan kiri sedikit masuk,
tolakan kaki kiri juga lebih kuat karena berat badan sedikit tergeser kekiri
berhubung dengan condong badan kekiri. Sebagai pedoma pengaturan
tenaga untuk lari 200 meter (Basoeki, 1975 : 42) adalah sebagai berikut :
(a) 60 meter pertama lari dengan kecepatan penuh.
(b) 90 meter berikutnya ditempuh dengan floating.
(c) sisa jarak 50 meter ditempuh dengan kecepatan maksimal.
Pelari 200 meter perlu memupuk dayatahan, agar dapat menempuh jarak
tersebut dengan efektif.
Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint adalah start.
Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat
merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara
melakukan start yang baik harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari
serta dilatih secermat mungkin. Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek
adalah kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan.
Dalam atletik banyak peraturan yang mengikat. antara lain:
1. Teknik Start
Start adalah suatu persiapan awal seorang pelari akan melakukan gerakan
berlari (Purnomo 2007: 23). Untuk nomor jarak pendek start yang
dipakai adalah start jongkok (Crouch Start). Tujuan utama start dalam
lari jarak pendek adalah untuk mengoptimalkan pola lari percepatan.
13
terhadap start block sesegera mungkin setelah tembakan pistol atau
aba-aba dari starter dan bergerak kedalam suatu posisi optimum untuk tahap
lari percepatan. Aba-aba yang digunakan dalam start lari jarak pendek
(sprint). Pertama Bersedia, setelah starter memberikan aba-aba
”bersedia”, maka pelari akan menempatkan kedua kaki menyentuh block
depan dan belakang, lutut kaki belakang diletakkan di tanah, terpisah
selebar bahu dekat lebih sedikit, jari-jari tangan membentuk V terbalik
dan kepala dalam keadaan datar dengan punggung, sedangkan pandangan
mata menatap lurus ke kebawah.
Gambar 1
Posisi Bersedia (Suhadi Anwarudin, 2010: 14)
Kedua siap, setelah ada aba-aba “siap”, seorang pelari akan
menempatkan posisi badan sebagai berikut: lutut ditekan kebelakang,
lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku (90º), lutut
kaki belakang membentuk sudut antara 120º-140º, dan pinggang sedikit
diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong ke depan, serta bahu
14
Gambar 2
Posisi Siap (Suhadi Anwarudin, 2010: 15)
Ketiga “yak”, gerakan yang akan dilakukan pelari setelah aba-aba
“yak”/bunyi pistol adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua
kaki menolak/ menekan keras pada start blok, kedua tangan diangkat dari
tanah bersamaan untuk kemudian diayun bergantian, kaki belakang
mendorong lebih kuat,dorongan kaki depan sedikit namun tidak lama,
kaki belakang diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan condong
ke depan, lutut dan pinggang keduanya diluruskan penuh pada saat akhir
dorongan.
Gambar 3
15
2. Teknik Saat Berlari
Saat berlari dengan cepat, pelari pada ujung kaki dengan tubuh condong
kedepan. Lengan ditekuk 90 derajad pada siku dan diayunkan kearah lari.
Tangan dan otot muka dilemaskan. Masing-masing kaki diluruskan
sepenuhnya dengan kuat, dan paha kaki yang memimpin diangkat
horizontal. Pinggul tetap pada ketinggian yang sama.
3. Teknik Melewati Garis Finish
Garis finish merupakan garis/batas akhir pertandingan. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finish yaitu: lari
terus menerus tanpa perubahan apapun, posisi dada condong kedepan
karena pencatat waktu akan menyetop stopwatch sampai dada menyentuh
garis finis, (Anwarudin 2010 :16). Jarak 20 meter terakhir sebelum garis
finish merupakan perjuangan untuk mencapai kemenagan dalam
perlombaan lari, maka yang perlu diperhatikan adalah kecepatan langkah
dan jangan perlambat langkah sebelum melewati garis finish.
Gambar 4
Rangkaian dari posisi start dan posisi menyentuh finis (Suhardi Anwarudin, 2010:16)
Hal-hal yang harus dihindari dalam lari sprint, antara lain:
a. Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut.
16
c. Memutar kepala dan menggerakkan bahu secara berlebihan.
d. Lengan diayun terlalu ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang
dada.
e. Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna.
Hal-hal yang diutamakan dalam lari sprint, antara lain:
a. Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan.
b. Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin.
c. Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa.
d. Mengayunkan lengan sejajar dengan pinggul dan sedikit menyilang ke
depan badan.
D. Tinggi badan
Tinggi badan adalah jarak vetikal dari lantai keujung kepala (vertex). Tinggi
badan merupakan faktor penting di dalam berbagai cabang olahraga
(Widiastuti, 2011 : 61). Dalam olahraga Atletik khususnya lari, tinggi badan
berpengaruh pada jarak yang akan diperoleh. Tinggi badan juga sangat
berpengaruh karena jika atlit memiliki postur tubuh yang tinggi maka
langkah kaki akan semakin pajang dari pada atlit yang berpostur pendek.
Untuk mendapatkan hasil panjang langkah yang baik dan maksimal. Tinggi
17
Gambar 5 Mengukur tinggi badan (sumber Widiastuti 2011 : 61)
E. Berat Badan
Berat badan berkaitan erat dengan berbagai cabang olahraga yang
membutuhkan tubuh yang ringan, seperti senam, antara berat badan yang
ideal atau ringan dan berat badan berlebih mempengaruhi kekuatan untuk
menolak badan secara maksimal (Widiastuti, 2011 : 63). Berat Badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan
zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat
dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan
informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat
18
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat
badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara
menimbang. Jadi, berat badan yaitu berat seseorang yang diukur dengan
pakaian seminim mungkin. Beberapa hal yang mempengaruhi berat badan
salah satunya makanan dan minuman. Dalam sehari kita membutuhkan gizi
lengkap seperti Karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
Timbangan injak bisa digunakan untuk mengetahui berat badan orang
normal remaja dan dewasa. Contoh timbangan injak :
Gambar 6 Timbangan Injak
F. VO2 max
VO2 adalah jumlah oksigen yang digunakan oleh otot selama interval
tertentu (biasanya 1 menit) untuk metabolism sel dan memproduksi energi
(Wiarto 2013:13). VO2max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam
metabolism aerob maksimum. (Guyton & Hall 2008 dalam buku Wiarto
2013:13). VO2max bergantung pada :
Kapasitas
Cardiac output
19
Konsumsi oksigen normal bagi pria dewasa pada waktu istirahat sekitar 250
ml/menit. Pada keadaan maksimum, jumlah ini dapat ditingkatkan sampai
pada nilai-nilai pada table dibawah ini :.
ML/menit
Pria rata-rata tidak berlatih 3600
Pria rata-rata berlatih dalam atletik 4000
Pelari marathon pria 5100
Table 1 rata-rata konsumsi oksigen untuk pria tidak berlatih hingga pelari marathon.
VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia
pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu
tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau
milliliter/menit/kg berat badan. (Wiarto, 2013:15). Setiap sel dalam tubuh
manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah makanan menjadi ATP
(Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja tiap sel yang paling
sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan istirahat. Sel otot
yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai
dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2 .
kebutuhan akan oksigen dan menghasilkan CO2 dapat diukur melalui
pernafasan kita. Dengan mengukur jumlah oksigen yang dipakai selama
latihan, kita mengetahui jumlah oksigen yang dipakai oleh otot yang
berkerja. Makin tinggi jumlah otot yang dipakai maka makin tinggi pula
20
Normatif data VO2Max untuk Pria (nilai dalam ml/kg/min)
Usia
BaikSekali
Baik Cukup Kurang Kurang
Sekali 13-19 >51.0 45.3-50.9 38.4-45.1 35.0-38.3 <35.0
20-29 >46.5 42.5-46.4 36.5-42.4 33.0-36.4 <33.0
30-39 >45 41.0-44.9 35.5-40.9 31.5-35.4 <31.5
40-49 >43.8 39.0-43.7 33.6-38.9 30.2-35.5 <30.2
50-59 >41.0 35.8-40.9 31.0-35.7 26.1-30.9 <26.1
60 + >36`5 32.2-36.4 26.1-32.2 20.526.0 <20.5
Tabel 2. Normatif data VO2Max
Sumber : Cooper 1982
Seseorang yang berlatih secara teratur akan memiliki daya tahan paru
jantung yang baik dalam mensuplai oksigen. Denyut jantung akan
mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu jika seseorang tidak lagi
melakukan aktivitas latihan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
guru olahraga SMP N 2 Purbolinggo , mereka hanya melakukan latihan
pada saat ada mata pelajaran olahraga dan itu juga hanya dilakukan saat
pemanasan, latihan keterampilan tanpa adanya latihan fisik. Persiapan fisik
sangatlah penting untuk memperdalam perkembangan unsur kondisi fisik
yang lebih spesifik sesuai dengan tuntutan cabang olahraga atletik untuk
peningkatan prestasi. Maka dari itu pelaksanaan latihan daya tahan paru
jantung terhadap peredaran darah selalu terkait dengan tenaga aerobik dan
anaerobik yang mana unsur tersebut selalu terkait pula dengan sistem energi
21
siswa SMP N2 Purbolinggo untuk meraih prestasi tentu saja harus didukung
pula oleh kemampuan fisik dan kualitas daya tahan paru jantung yang baik
pula. Oleh karena itu diharapkan para siswa agar dapat melakukan latihan
fisik secara teratur demi peningkatan unsur-unsur yang berkaitan dengan
aktivitas olahraga. Pada dasarnya nutrisi juga dapat meningkatkan kapasitas
kerja maksimal, kekuatan dan power, tetapi persediaan energi yang terbatas
memang dapat membatasi daya tahan. Reka ramu gizi dan dukungan nutrisi
selama latihan memang dapat memperpanjang daya tahan dan meningkatkan
penampilan pada olahraga yang berlangsung lama.
G. Otot
Otot merupakan suatu organ yang penting sekali memungkinkan tubuh
dapat begerak, dalam menjalankan sistem otot ini tidak bisa dilepaskan
dengan kerja saraf. Jadi otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat
yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Sistem otot adalah
semua otot tubuh, yang terikat tulang, yang menyusun dinding sebagian
besar organ internal, dan yang menyusun jantung. Jenis jaringan otot ada
tiga yaitu otot kerangka, otot viseral dan otot jantung. (Basoeki, 1988: 76).
Dalam pembahasan ini yang berkaitan dengan penelitian adalah otot
kerangka. Secara garis besar fisiologis otot dalam hal ini adalah hal-hal yang
22
H. Kekuatan Otot Tungkai
Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga
maksimal atau mendekati maksimal, untuk mengangkat beban.
(Sumosardjuno, 1997:6). Otot-otot yang kuat dapat melindungi persendian
yang dikelilinginya dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena
aktivitas fisik. Dalam aktivitas olahraga terutama olahraga Atletik lari jarak
pendek 200 meter, kekuatan otot merupakan unsur penting untuk
menggerakkan organ-organ tubuh. Tanpa kekuatan otot yang besar, tidak
akan tercapai prestasi yang maksimal. Biasanya seorang atlet mempunyai
keunggulan jauh lebih besar dibandingkan dangan orang kebanyakan.
Tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas terdiri
atas pangkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut
sampai kaki. Tulang tungkai terdiri atas: Tulang pangkal paha, Tulang
paha, Tulang kering, Tulang betis, Tulang tempurung lutut, Tulang pangkal
kaki, Tulang telapak kaki, Tulang ruas jari kaki. (Soedarminto, 1992:60-61).
a. Otot - otot tungkai atas meliputi
M. abduktor maldanus,M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga
otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi
menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur,M. rektus femuralis, M.
vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M. vastus inter
medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan meluruskan
23
tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan urat bawah serta
memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasi femur, memutar
keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan
membengkokkan keluar.
Gambar 7 Otot Tungkai Bagian Atas
b. Otot-otot tungkai bawah meliputi :
Otot tulang kering, depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut
pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor
talangus longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk ke jari tengah, jari
manis dan kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat
meluruskan ibu jari kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di
sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus), M.
24
posterior, berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak
kaki disebelah ke dalam.
Gambar 8 Otot Atas Bagian Belakang & Samping Bawah
Contoh latian kekuatan otot tungkai menggunakan Naik turun bangku
dengan barbell di punggung dan Squat Jump. Cara melakukan squat jump
yaitu sikap permulaan anak jongkok, posisi kaki depan dan belakang, kedua
jari-jari tangan dikaitkan menempel ditengkuk, kedua siku ke arah samping.
Setelah ada aba-aba anak meloncat sampai kedua kaki lurus rapat. Mendarat
kembali seperti sikap permulaan. Gerakan ini dilakukan sekuat-kuatnya.
I. Kerangka Pemikiran
Berat badan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan
(kondisi) siswa. Dalam kegiatan olahraga berat badan merupakan salah satu
aspek yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi termasuk gerakan saat
25
berbagai cabang olahraga (Widiastuti 2011:60). Secara teknis postur tubuh
sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam aktifitas
olahraga. Jadi tinggi badan sangat diperlukan dan mempengaruhi seorang
atlit atau siswa pada saat melakukan lari seprint. Seorang atlit lari jarak
pendek (seprint) juga memerlukan kemampuan volume oksigen maksimal
(VO2 Max) karena Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung yang
baik dalam mensuplai oksigen tidak akan mengalami penurunan kecepatan
saat melakukan lari jarak pendek, apalagi jarak yang ditempuh adalah 200
meter. Kekuatan otot menunjang kecepatan yang baik bagi pelari. Kekuatan
adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. (Sajoto,
1990: 16). Meningkatkan kekuatan atlit lari akan meningkatkan pula tingkat
prestasinya. Kekuatan otot tungkai merupakan unsur yang yang sangat
penting bagi atlit jarak pendek, karena dengan kekuatan otot tungkai yang
maksimal dan lebih maka seorang pelari akan mendapatkan kecepatan yang
baik serta menghasilkan prestasi yang maksimal. Dengan demikian, diduga
tinggi badan, berat badan, VO2 max, dan kekuatan otot tungkai memiliki
hubungan terhadap lari jarak pendek 200 meter.
J. Hipotesa
Hipotesis diartikan sebagai Ssuatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. (Arikunto, 2013 : 110). Oleh karena itu suatu hipotesis perlu di
26
menunjukan kebenarnnya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan
kebenarannya dengan cara penelitian.
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus di uji lagi
kebenarannya melaui penelitian ilmiah, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek 200
meter.
H0 : Tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek
200 meter.
H2 : Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek 200
meter.
H0 : Tidak Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek
200 meter.
H3 : Ada hubungan antara VO2 max dengan lari jarak pendek 200
meter.
H0 : Tidak Ada hubungan antara VO2 max dengan lari jarak pendek
200 meter.
H4 : Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan lari jarak
pendek 200 meter.
H0 : Tidak Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan lari
27
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Peneliti
Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan
mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah agar metode penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
meskipun banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian,
permasalahanya bukan terletak pada baik buruknya metode melainkan pada
ketepatan dalam penggunaan metode. Metodologi penelitian dapat diartikan
sebagai kegiatan yang secara sistematis, direncanakan oleh para peneliti
untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat,
maupun bagi peneliti itu sendiri (Sukardi, 2003 ;17). Sedangkan penelitian
adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang
perlu dipahami lebih lanjut yaitu : cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.
Penelitian itu merupakan cara ilmiah, berarti penelitian itu didasarkan pada
ciri–ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis (Sugiyono, 2011:2).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Istilah deskrptif berasal dari istilah bahasa inggris to describe yang berarti
memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal. Penelitian deskriptif adalah
lain-28
lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian
Deskriptif bukan hanya satu jenis kegiatan saja tetapi sekurang-kurangnya
ada 5 (lima) jenis, yaitu (a) penelitian deskriptif atau surve, (b) penelitian
korelasi, (c) penelitian komparasi, (d) penelitian penelusuran (tracer study),
(e) penelitian evaluasi. (Arikunto, 2013:3).
Jenis penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah penelitian
korelasi. Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian
yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua
vareabel atau lebih.(Arikunto, 2013:4). Pada penelitian ini akan dianalisis
hubungan antara tinggi badan, berat badan, VO2 max dan kekuatan otot
tungkai terhadap lari jarak pendek 200 meter.
B. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi dibatasi penduduk
atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Arikunto,
2013:173). Jadi, populasi pada perinsipnya adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam suatu
tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian (Sukardi, 2003:53). Dari dua pendapat diatas jadi peneliti dalam
penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa-siswi SMP N 2
Purbolinggo Lampung Timur tahun ajaran 2014/2015, dengan jumlah
29
C. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber
data tersebut. (Sukardi, 2003 :54). Sampel atau contoh adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimili oleh populasi tersebut. (Sugiyono,
2011 :81). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya
jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau
20-25%. (Arikunto 2013: 174).Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah siswa laki-laki pada sekolah SMP N2 Purbolinggo Lampung Timur
dengan jumlah sampel 30 anak dari 12% siswa laki-laki . Karena penelitian
bertujuan atau ditunjukan pada siiswa laki-laki, maka teknik pengambilan
sampel atau teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
purposive sampling atau teknik sampling bertujuan. Karena untuk
menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan
tertentu, misalnya dengan pertimbangan professional yang dimiliki oleh si
peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relavan dengan tujuan
penelitian. (Sukardi, 2003 :64).
D. Variabel Penelitian
Vareabel adalah gejala yang bervareasi dan menjadi objek penelitian
(Arikunto, 2013 : 159). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
Lari Jarak Pendek 200 Meter sebagai (Y) sebagai variabel bebas dan Tinggi
Badan, Berat Badan, VO2 max dan Kekuatan Otot tungkai (X) sebagai
variabel terikat, variabel terikat meliputi Tinggi badan (X1), Berat badan
30
E. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
F. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
sehingga mudah diolah. (Arikunto, 2013: 192). Penelitian ini menggunakan
pendekatan one-shot-model yaitu pendekatan yang menguakan satu kali
pengumpulan data. Instrumen peralatan penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah instrumen tingi badan, berat badan, VO2 max , kekuatan
otot tungkai dan lari 200 meter adalah :
1. Pengukuran tinggi badan
Alat yang digunakan yaitu health scale (mengukur tinggi badan)
a. Tujuan : Mengukur tinggi badan
b. Alat dan fasilitas :
1. Meteran tinggi badan
Lari Jarak Pendek 200 meter (Y)
X1 (Tinggi Badan)
X2 (Berat Badan)
X2 (VO2Max)
31
2. Alat tulis
3. Formulir test
c. Pelaksanaan : Siswa tidak boleh memakai sepatu atau alas
kaki, kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak,
pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik
nafas beberapa saat.
d. Penilaian : Pengukuran diambil sebanyak 1 kali dan hasilnya
dipakai sebagai hasil pengukuran dengan satuan Cm.
Gambar 9 Health Scale (alat ukur tinggi badan dan berat badan)
2. Pengukuran berat badan
Alat yang digunakan yaitu health scale (mengukur berat badan)
a. Tujuan : Mengukur berat badan
b. Alat dan fasilitas :
32
2. Alat tulis
3. Formulir test
1. Pelaksanaan : Siswa berdiri tegak lurus, Pandangan lurus
kedepan, Saat pengukuran berat badan testee menggunakan
pakaian seminim mungkin.
2. Penilaian : Pengukuran diambil sebanyak 1 kali dan hasilnya
dipakai sebagai hasil pengukuran dengan satuan Kg
3. Pengukuran VO2 max
Tes yang digunakan dalam pengukuran VO2 max yaitu teslari multi
tahap (bleep test).
a. Tujuan : mengukur VO2 max
b. Alat dan fasilitas :
1. Lintasan datar dan tidak licin
2. Krucut /kun
3. Formulir tes
4. Kaset/Tipe (Pita suara)
5. Alat tulis
c. Pelaksanaan :
Ukurlah jarak sepanjang 20 meter dan beri tanda pada ujungnya
dengan krucut atau tanda lain sebagai jarak. Siapkan kaset (atau
pita suara), peserta tes di sarankan terlebih dahulu sebelum
33
Hidupkan pita suara. Jarak antara dua sinyal “tuut” menandai
suatu interval 1 menit.
Ikuti petunjuk dari kaset, setelah 5 hitungan bleep, peserta
mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis kedua.
Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis,
lalu berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah
sampai di garis sebelum bunyi “bleep” peserta tes harus
menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi
“bleep” begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai
irama bleep.
Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkat (level). Setiap
tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level
ditandai 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap
shuttle di tandai dengan satu kali bleep.
Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai ia tidak mampu
mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar,
peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali
berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka
peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu melanjutkan
34
Gambar 10
Contoh melakukan bleep Test
Table 3 .Mengenai tahab-tahap pada bleep test
NOMOR TAHAP NOMOR BALIKAN
35
20
21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sumber : modul test dan pengukuran keolahragaan
Jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang
berhasil di peroleh dicatat sebagai sekor-sekor peserta test.
Adapun prediksi nilai ambilan oksigen maksimum dengan
bleep test seagai berikut :
Table 4 Prediksi nilai VO2 max dengan bleep test.
Tahap Balikan Prediksi
VO2max
Tahap Balikan Prediksi
37
Sumber : modul test dan pengukuran keolahragaan
4. Pengukuran kekuatan otot tungkai
Alat yang digunakan dalam mengukur kekuatan otot tungkai yaitu
Leg Dynamometer.
a. Tujuan : Mengukur kekuatan otot tungkai
b. Alat dan Fasilitas :
1. Leg dynamometer
2. Formulir test
3. Alat tulis
c. Pelaksanaan : Orang yang dites berdiri di atas alat leg
dynamometer dan lutut ditekuk membentuk sudut 130-140
derajat, tubuh tetap tegak lurus dan pandangan lurus ke depan.
Panjang rantai diukur sedemikian rupa sesuai dengan orang
yang di tes dengan posisi berdiri.Tongkat pegangan di genggam
dengan posisi tangan menghadap belakang. Tarik tongkat
38
Baca angka ada skala maksimum tercapainya tarikan dalam
satuan kilogram (kg).
d. Penilaian : Pengukuran diambil sebanyak tiga kali dan
hasil terbaik yang dipakai sebagai hasil pengukuran dengan
satuan Kg.
Gambar 11 Leg Dynamometer
5. Mengukur kemampuan lari 200 meter
Dalam penelitian ini hasil yang diukur adalah lari 200 meter dengan
menggunakan penghitungan waktu (menit dan detik).
1. Peraturan lari jarak pendek
Setiap pelari harus melakukan start secara bersama. Jika salah
satu atau beberapa pelari mulai berlari sebelum aba-aba di
mulai, maka strat akan diulang.
Pelari dilarang mengganggu pelari lain baik dengan ucapan
39
Setiap pelari harus berlari di jalur masing-masing dari start
hingga finis, apabila pelari keluar lintasan, maka pelari tersebut
harus mengulang lagi.
Pelari diwajibkan memakai pakaian olahraga sepatu
olahraga/kets.
2. Tujuan : Untuk mengetahui hasil lari 200 meter
3. Alat dan fasilitas :
1. stopwatch
2. lintasan lari
3. pluit
4. fomulir test
5. bendera untuk aba-aba
d. Pelaksanaan : pelari mulai berlari setelah aba-aba “yak”,
pelari tidak boleh keluar lintasannya sejauh 200 meter hingga
finis.
40
Tabel 5. Cara menentukan jarak letak posisi start antar pelari pada nomor lintasan 200 meter.
Pelari 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6
Jarak (m) 3,50 3,70 3,60 3,50 3,35 Sumber : Setadion Atletik Pahoman Bandar Lampung
Tabel 6. Cara menentukan jarak letak posisi start antar pelari pada nomor lintasan 400 meter.
Pelari 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6
Jarak (m) 7,10 7,40 7,20 7,10 6,75 Sumber : Setadion Atletik Pahoman Bandar Lampung
G. Teknik analisis data
Analisis data bertujuan untuk mengetahui jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul dari hasil
pengumpulan data, perlu diolah datanya karena data yang didapat masih
berupa data mentah. Mengingat data yang ada adalah data yang masih
mentah dan memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan satuan
ukurannya sehingga lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.
Dengan demikian data mentah diubah menjadi data yang standart (T Skor).
Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier
sederhana dan regresi linier berganda. Untuk perhitungan statistik
menggunakan program SPSS for windows release 16.
a. Uji Normalitas
Hasil output dari pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
41
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.44826489
Most Extreme Differences Absolute .155
Positive .155
Negative -.079
Kolmogorov-Smirnov Z .850
Asymp. Sig. (2-tailed) .466
a. Test distribution is Normal.
Tabel 7. Uji Normalitas.
Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar
0,466 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang
kita uji berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Uji kelinieran atau uji linieritas adalah uji untuk mengetahui apakah
antara prediktor (X1, X2, X3 dan X4) memiliki hubungan yang linier atau
tidak terhadap kriterium. Uji dilakukan dengan teknik analisis varians
(terlampir). Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
No Variabel Nilai Sig. Signifikansi Kesimpulan
1 Y * X1 0. 291 0.05 Linier
2 Y * X2 0. 293 0.05 Linier
3 Y * X3 0. 891 0.05 Linier
4 Y * X4 0. 494 0.05 Linier
42
Kaidah pengambilan keputusan dari tabel diatas yaitu :
Nilai signifikansi (Sig.) tinggi badan = 0.291 lebih besar dari 0,05,
yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable
tinggi badan (X1) dengan variable lari 200 meter(Y).
Nilai signifikansi (Sig.) berat badan = 0.293 lebih besar dari 0,05,
yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable
berat badan (X2) dengan variable lari 200 meter(Y).
Nilai signifikansi (Sig.) VO2max = 0.891 lebih besar dari 0,05, yang
artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable
VO2max (X3) dengan variable lari 200 meter(Y).
Nilai signifikansi (Sig.) k.o.tungkai = 0.494 lebih besar dari 0,05, yang
artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variable
k.o.tungkai (X4) dengan variable lari 200 meter(Y).
c. Uji Homogenitas
Prasyarat berikutnya untuk memenuhi analisis yaitu melakukan uji
homogenitas varians data. Adapun hasil uji homogenitas penelitian
menggunakan uji Chi Kuadrat seperti tercantum :
Tabel 9. Uji Homogenitas
Test Statistics
BBADAN TBADAN VO2max
KKUATANOTOTT
NGKAI LARI200M
Chi-Square 10.000a 9.200b 8.533c 1.733d 1.733d
Df 19 13 16 27 27
43
a. 20 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 1,5.
b. 14 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 2,1.
c. 17 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 1,8.
d. 28 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell
frequency is 1,1.
Berdasar pada hasil analisis yang menggunakan Chi Kuadrat seperti yang
tercantum terlihat bahwa varians data variabel penelitian dalam keadaan
homogen karena nilai signifikansinya > 0,05.
d. Uji Korelasi
1. Hubungan Tinggi Badan (X1) Terhadap Lari Jarak Pendek 200
Meter (Y)
Tabel 10. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis korelasi Tinggi Badan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.
Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan
Tinggi Badan (X1) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)
30 0,375 0,361 0,012 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi
dari N 30 diperoleh nilai r hitung 0,375> rtabel0,361 jadi taraf
signifikan 0,012 <0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara
44
2. Hubungan Berat Badan (X2) Terhadap Lari Jarak Pendek 200
Meter (Y)
Tabel 11. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis korelasi BeratBadan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.
Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan
BeratBadan (X2) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)
30 0,429 0,361 0,010 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi
dari N 30 diperoleh nilai r hitung 0,429> rtabel0,361 jadi taraf
signifikan 0,010 <0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara
beratbadan terhadap lari jarak pendek 200 meter.
3. Hubungan VO2 max (X3) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter
(Y)
Tabel 12. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis korelasi VO2 max Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.
Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan
VO2 max (X3) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)
30 0,501 0,361 0,008 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi
45
signifikan 0,008 <0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara
VO2 max terhadap lari jarak pendek 200 meter.
4. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai (X4) Terhadap Lari Jarak
Pendek 200 Meter (Y)
Tabel 13. Rangkuman output SPSS tabel Correlations hasil analisis
korelasi Kekuatan Otot TungkaiTerhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.
Variabel N rhitung rtabel Taraf Signifikan Keterangan
Kekuatan Otot Tungkai (X4) Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter (Y)
30 0,625 0,361 0,000 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi
dari N 30 diperoleh nilai r hitung = 0,625> rtabel0,361 , jadi taraf
signifikan 0,000 <0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot tungkai terhadap lari jarak pendek 200 meter.
e. Uji Hipotesis
1. Hubungan Tinggi Badan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.
H1 : Ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek 200
meter.
H0 : Tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek
46
Kriteria pengambilan keputusan :
Berdasarkan analisis korelasi antara tinggi badan (X1) dengan lari
jarak pendek 200 meter (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar
0,375. Dengan n = 30, nilai rtabel 5% = 0.361. Ternyata rhitung = 0,375>
rtabel 5% = 0.361 atau taraf signifikan <0,05. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan (X1)
dengan lari jarak pendek 200 meter (Y). Jadi H0 ditolak dan H1
diterima , Ada hubungan antara tinggi badan dengan lari jarak pendek 200 meter.
2. Hubungan Berat Badan Terhadap Lari Jarak Pendek 200 Meter.
H2 : Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek 200
meter.
H0 : Tidak Ada hubungan antara berat badan dengan lari jarak pendek
200 meter.
Kriteria pengambilan keputusan :
Berdasarkan analisis korelasi antara berat badan (X2) dengan lari
jarak pendek 200 meter (Y), diperoleh koefisien korelasi sebesar
0,429. Dengan n = 30, nilai rtabel 5% = 0.361. Ternyata rhitung = 0,429>
rtabel 5% = 0.361 atau taraf signifikan <0,05. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan (X2)
dengan lari jarak pendek 200 meter (Y). Jadi H0 ditolak dan H2