• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN VO 2 MAKSIMAL DAN KEKUATAN OTOT HAMSTRING TERHADAP KETAHANAN LARI 400 METER PADA ATLET LARI DI KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN VO 2 MAKSIMAL DAN KEKUATAN OTOT HAMSTRING TERHADAP KETAHANAN LARI 400 METER PADA ATLET LARI DI KOTA SEMARANG"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN VO2

MAKSIMAL DAN KEKUATAN OTOT

HAMSTRING TERHADAP KETAHANAN LARI 400 METER

PADA ATLET LARI DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Disusun oleh :

SEVA RENANDO WIZARA PUTRA H2A013001

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Seva Renando Wizara Putra

NIM : H2A013001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul HUBUNGAN VO2MAKSIMAL DAN KEKUATAN OTOT HAMSTRING TERHADAP KETAHANAN LARI 400 METER PADA ATLET LARI DI KOTA SEMARANG adalah betul – betul karya sendiri. Hal - hal yang bukan karya saya, dalam skripsib tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka

Apabila dikemudian hari terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut

Semarang, 23 Februari 2017 Yang membuat pernyataan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

Skripsi ini berjudul “ Hubungan VO2Maksimal dan Kekuatan Otot Hamstring

terhadap Ketahanan Lari 400 Meter pada Atlet Lari di Kota Semarang’’. Dengan

selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Rifki Muslim, SpB. Sp.U (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

2. dr. Merry Tyas Anggraini, M.Kes , selaku Ketua Tahap Pendidikan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. Prof. Dr. Sigit Moerjono, PA (K) , selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi

4. dr. Rochman Basuki, M.Sc , selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi

5. dr. Rudiansyah, Sp.BO , selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi

6. Segenap Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang atas segala pengajaran, bimbingan, dan arahan kepada penulis 7. Keluarga saya, Bapak Asnawi, Ibu Muzaroah, dan adik Ravi Assaro Al

(6)

8. Seluruh teman- teman Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang angkatan 2013

9. Kepada pihak yang telah membantu penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Semarang, 23 Februari 2017

(7)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……….i HALAMAN PERSETUJUAN………..ii HALAMAN PENGESAHAN………..iii HALAMAN PERNYATAAN……….iv KATA PENGANTAR………..v DAFTAR ISI………..vii DAFTAR TABEL………x DAFTAR GAMBAR………..xi DAFTAR LAMPIRAN………..xii ABSTRAK……….xiii BAB I……….1 PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang Masalah...………...1

B. Rumusan Masalah………..………..3 C. Tujuan Penelitian………..4 D. Manfaat Penelitian………4 E. Keaslian Penelitian………....5 BAB II………. 6 TINJAUAN PUSTAKA………6 A. Lari 400 meter………...6 1. Definisi………6

(8)

2. Tekhnik lari……….6

B. Daya Tahan 1. Definisi………7

2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Daya Tahan…….………8

3. Daya Tahan kardiorespirasi………...10

a. VO2maksimal……….10

 Definisi………...……….10

 Faktor yang Mempengaruhi Kadar VO2 Maksimal………...11

4. Daya Tahan Otot………13

a. Tipe Daya Tahan Otot………...………..15

C. Fisiologi Otot Rangka………..16

1. Metabolisme Otot Rangka……….16

2. Mekanisme Kontraksi Otot………18

3. Macam Kontraksi Otot………...………...19

D. Kekuatan Otot………..………19

1. Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot………..19

E. Anatomi Otot Hamstring………...………..21

F. Hubungan VO2maksimal dan daya tahan lari 400 meter………... 23

G. Hubungan Kekuatan Otot Hamstring Terhadap Ketahanan Lari 400 Meter……….24 H. Kerangka Teori………26 I. Kerangka Konsep………..…..26 J. Hipotesis………..………26 BAB III ………..……….27 METODE PENELITIAN………..………..27

A. Ruang Lingkup Peneltian………..………..27

B. Desain Penelitian………..………...27

(9)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………...28 E. Pengambilan Data……….………29 F. Alur Penelitian………...30 G. Analisis Data……….30 H. Pengolahan Data………...31 I. Jadwal Penelitian………...32 BAB IV………..33 A. Hasil Penelitian……… ..…………..33 1. Analisis Univariat………33 2. Analisis Bivariat………...………...35 B. Pembahasan……….…………39 C. Keterbatasan Penelitian……….41 BAB V………42 DAFTAR PUSTAKA………...43 DAFTAR LAMPIRAN……….46

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Pembentukan ATP/mol pada sistem fosfagen,glikogen-asam laktat,dan sistem aerobik………17

Tabel 2. Nilai relatif untuk tingkat daya tahan pada sistem fosfagen,sistem glikogen-asam laktat dan sistem aerobik……….………17 Tabel 3.Perbandingan origo, insersio, persarafan asal saraf, dan fungsi dari

masing-masing bagian otot hamstring……….……….22

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemeriksaan Kekuatan Otot menggunakan Leg Dynamometer...21 Gambar 2. Anatomi otot hamstring………21 Gambar 3. Fase – fase dalam lari………...……….25

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Data Penelitian………...46

Lampiran 2. Analisis Univariat………..49

Lampiran 3. Analisis Bivariat ………...51

Lampiran 4. Lembar Persetujuan… ………...57

Lampiran 5. Lembar Kuesioner……….………58

Lampiran 6. Lembar permohonan pengambilan data di Lapangan Tri Lomba Juang………..66

Lampiran 7. Lembar permohonan peminjaman alat spirometri………...67

Lampiran 8. Lembar permohonan peminjaman alat Leg dynamometer….………...68

(13)

Hubungan VO2 Maksimal Dan KekuatanOtot Hamstring TerhadapKetahanan Lari 400 Meter PadaAtlitLari Di Kota Semarang.

Seva Renando Wizara Putra1, Sigit Moerjono2, Rochman Basuki3

ABSTRAK

LatarBelakang :Dayatahandalamberolahragaterutama lari membutuhkan energi yang banyakterutamapada muscle endurance dan respiratory endurance atau yang biasadisebut VO2 maksimal. Dalamberlariterutamamembutuhkankekuatandariotottungkai, karenatungkaidapatmenopangtubuhdanmempunyaikemampuanuntukberkontraksisecararitmikketikabe rlari.Penelitianiniakan menerangkan hubunganVO2maksimaldankekuatanotot hamstring

terhadapketahananlari 400 meter padaatlitlari di kota Semarang.

Metode:Penelitian ini menggunakan studi observasionalanalitikdenganpendekatan cross sectional yang di analisis dengan uji korelasi chi square yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Jumlah sampel dengan teknik total sampling periode Desember 2016 – Januari 2017.

Hasil :Hasil analisis univariat menunjukkan mayoritas responden memiliki VO2 maksimal dengan

kategori baik (63,3%), mayoritas responden memiliki kekuatan otot hamstring dengan kategori baik (55,1%), serta mayoritas responden memiliki daya tahan lari 400 meterdengan kategori baik (63,3%). Analisis bivariat menunjukkan antara VO2maksimalbaik dinilai menggunakan Copper Test maupun

alat ukur spirometri berhubungan dengan ketahananlari 400 meter (p value = 0,000) dan ada hubungan antara kekuatan otot hamstring dengan ketahananlari 400 meter (p value = 0,000)

Kesimpulan :Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan antara VO2maksimaldankekuatanotot hamstring terhadapketahananlari 400 meter padaatlitlari di kota

Semarang. Dibuktikan dengan nilai prevalensi kurang dari 0,05. Kata kunci :VO2maksimal, kekuatan otot hamstring, ketahanan lari.

1) MahasiswaFakultasKedokteranUniversitasMuhammadiyah Semarang 2) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

(14)

Correlation Between Maximum O2Volumeand Hamstring Power Towards

400-Meters Sprint Endurance in Running Athletes at Semarang.

Seva Renando Wizara Putra1, Sigit Moerjono2, Rochman Basuki3

ABSTRACT

Background : Endurance in sports, such as running, needs a lot of energy especially in muscle and respiratory endurance which is usually expressed as maximum VO2. Running needs a a lot of power from the lower limb muscles, because lower limbs are responsible for body support and will contract rythmically in running; This study is aimed to determine the correlation between maximum VO2and

hamstring power towards 400-meters sprint endurance in running athletes at Semarang.

Method: This study is an analytical observational study with a cross-sectional approach using chi square correlation test, univariate and bivariate analyses. Samples were collected through total sampling from December 2016 – January2017.

Results : Univariate analysis showed that a majority of repondents have a good maximum VO2 (63,3%), good hamstring power (55,1%), and good 400-meters spring endurance (63,3%). Bivariate analysis revealed a correlation between maximum VO2 and 400-meters sprint endurance through Copper Test and spirometry (p value = 0,000), and a correlation between hamstring power and 400-meters sprint endurance (p value = 0,000)

Conclusion : There is a correlation between maximum VO2 and hamstring power towards 400-meters spring endurance in running athletes at Semarang, proved by a prevalence value below 0,05.

Key words :maximum O2volume, hamstring power, running endurance

4) Studene at Medical School,University of Muhammadiyah Semarang 5) Lecturer at Medical School, University of Muhammadiyah Semarang

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan sesuatu yang tidak ternilai harganya sehingga kita wajib menjaga kesehatan salah satunya dengan olahraga.Pada masa yang serba canggih sekarang ini terutama didalam dunia kesehatan telah mengalami kemajuan.Tidak hanya upaya kuratif akan tetapi juga sudah merambah ke upaya preventif. Olahraga merupakan salah satu upaya preventif yang bisa menyehatkan tubuh dan mencegah adanya suatu penyakit.1

Salah satu jenis olahraga yang banyak dilakukan adalah olahraga atletik.Atletik berasal dari bahasa Yunani Athlon yang berarti bertanding atau lomba.Atletik mulai diperlombakan dalam olimpiade pada tahun 776 SM. Di Indonesia terdapat PASI (PersatuanAtletikSeluruh Indonesia) yang merupakan induk organisasi dari olahraga atletik.Atletik merupakan dasar dari olahraga lainnya.2

Pada olahraga atletik ini mempunyai dua cabang,yaitu cabang lapangan dan cabang lintasan. Pada cabang lapangan yaitu nomer lompat dan lempar,sedangkan cabang lintasan yaitu untuk nomor lari. Untuk masing-masing nomor tersebut memiliki beberapa cabang yang diperlombakan.Untuk nomor lari terdiri dari lari jarak pendek,lari jarak menengah,lari jarak jauh / marathon, lari gawang dan lari lintas alam.2

Lari yang akhir-akhir ini banyak diperlombakan adalah nomor lari jarak pendek.Lari jarak pendek atau sprint yaitu lari dengan kecepatan maksimal dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya.Nomor-nomor untuk lari jarak pendek yaitu 100 meter,200 meter dan 400 meter. Dalam lari jarak pendek ini memiliki beberapa

(16)

tahap, yaitu tahap reaksi dan mendorong, tahap percepatan,tahap transisi,tahap kecepatan maksimal,dan tahap menjaga stabilitas kecepatan.2

Tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat dari aspek fisik dan juga aspek kebugaran yang menyeluruh ( total fitness) yang dapat memberikan penyesuaian diri tiap pembebanan fisik. Tingkat kebugaran jasmani dapat ditentukan oleh faktor- factor seperti daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot, kekuatan otot, nutrisi/ tingkat diet, fleksibilitas, komposisi tubuh / obesitas, kecepatan dan reaksi, koordinasi, keseimbangan, timing , ritme, dan skill/ kemampuan seseorang tersebut.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil lari yaitu daya tahan (endurance),daya ledak, kekuatan otot,kelincahan,koordinasi,keseimbangan,dan reaksi. Semua komponen tersebut harus saling berhubungan satu dengan yang lain.Oleh karena lari jarak pendek ini pelari harus dapat berpindah posisi dari titik satu ketitik lain dalam waktu singkat,maka pelari harus mampu menguasai tekhnik berlari yang benar3

Salah satu komponen dalam berlari yaitu daya tahan atau endurance.Dayatahan (endurance) dalamberolahraga terutama lari membutuhkan energi yang banyak terutama pada muscle endurance dan respiratory endurance atau yang biasa disebut VO2maksimal.Muscle endurance atau daya tahan otot dilihat dari kekuatan otot tersebut. Dalam berlari terutama membutuhkan kekuatan dari otot tungkai,karena tungkai dapat menopang tubuh dan mempunyai kemampuan untuk berkontraksi secara ritmik ketika berlari. Dan salah satu bagian dari otot tungkai adalah otot hamstring yang berada didaerah paha bagian belakang3

Respiratory endurancemerupakan volume masukan oksigen secara maksimal

dan diolah di dalam tubuh ketika melakukan aktivitas fisik yang ringan maupun berat.Semakin banyak oksigen yang dihirup tubuh maka berbanding lurus dengan kerja otot sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan

(17)

semakin sedikit.Semakin baik kadar VO2maksimalnya maka daya tahan (endurance) akan semakin baik pula4

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ulpiati S. pada tahun 2011,menjelaskan bahwa daya tahan memberikan pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap lari 100 meter.Menurut penelititan yang telah dilakukan olehWirayuni N.W pada tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pelatihan Hollow Sprint terhadap kecepatan dan kekuatan otot tungkai. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Adhikarmika Uliyandaridengan judul Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Perubahan Nilai Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max) pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 11-13 menyebutkan bahwa ada hubungan Latihan Fisik Terprogram Terhadap Perubahan Nilai Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max) pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 11-13

Dari hasil yang telah didapatkan dari penelitian sebelumnya,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berbeda dengan judul hubungan VO2 maksimal dan kekuatan otot hamstring terhadap ketahanan lari 400 meter pada atlit lari di kota Semarang. Penelitian dilakukan di kota Semarang karena olahraga cabang lari atletik banyak digemari di kalangan masyarakat kota Semarang dan terbukti banyak klub olahraga lari atletik dan juga mempermudah dalam pengambilan sampel untuk penelitian.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antaraVO2maksimal dan kekuatanotot hamstring terhadap ketahanan lari 400 mpada atlet lari di Kota Semarang?

(18)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan antara VO2 maksimal dengan kekuatan otot hamstring

2. Mengetahui hubungan antara VO2 maksimal dengan daya tahan lari 400 meter

3. Mengetahui hubungan antara kekuatan otot hamstring dengan daya tahan lari 400 meter

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi pada penelitian kedepannya mengenai hubungan VO2 maksimal dan kekuatan otot hamstring terhadap ketahanan lari 400 m

2. Manfaat Praktis

Manfaat khusus pada penelitian ini diharapkan bermaanfaat bagi atlet lari dan perkembangan olahraga secara umumnya

(19)

E. KeaslianPenelitian NO Judul, Peneliti, Tahun Metode Hasil 1 Hubungan Daya Tahan Terhadap Lari Sprint 100 meter SiswaKelas XI SMA Negeri 1 Kuala Kampar Kabupaten Kuala Kampar (Ulpiati,S,2011) Analitik deskriptif cross sectional Daya tahan memberikan hasil kontribusi yang rendah terhadap hasil lari 100 meter 2 Pengaruh Latihan Hollow Sprint Terhadap Kecepatan dan Kekuatan Otot Tungkai (Wirayuni,N.W, 2012) Analitik deskriptif cross sectional Ada pengaruh pelatihan Hollow Sprint terhadap kecepatan dan kekuatan otot tungkai 3 Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Perubahan Nilai Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2 max) pada Siswi Sekolah Bola Voli

Tugu Muda Analitik deskriptif cross sectional Ada pengaruh latihan fisikterprogram terhadap perubahan V0 2 maxpada siswi sekolah bola voli

Tugu Muda

(20)

11-BAB II

Semarang Usia 11-13 (Adhikarmika Uliyandari,2009)

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lari 1. Definisi

Lari adalah keadaan dimana kaki berpindah tempat ke depan dengan kecepatan maksimum dan lebih cepat dari berjalan. Pada saat berlari ada saat dimana badan dapat melayang diudara dan kaki tidak menapak ke atas tanah.4.Pada cabang lari terutama lari jarak pendek terdapat beberapa macam diantaranya lari 100 meter, 200 meter ,dan 400 meter. Dalam lari atletik pada nomor lari 400 meter seorang sprinterakan berlari dengan kecepatan maksimal dengan berusaha mencapai jangkauan yang maksimal maka pelari tersebut akan berusaha melontarkan tubuhnya sekuat mungkin dan sejauh mungkin agar menghasilkan panjang langkah yang maksimal5

2. Tekhnik Lari 400 Meter

Lari 400 meter merupakan salah satu jenis dari lari pendek. Faktor yang harus diketahui pada kecepatan lari yaitu tekhnik start, tekhnik lari,dan tekhnik finish. Pada lari 400 meter mempunyai tekhnik star jongkok yang dibagi menjadi tiga jenis start, start pendek ,start menengah dan start panjang6.

A. Pelaksanaan start jongkok : a. Sikap permulaan

Berdiri pada posisi tegak,kaki posisi rapat,lengan diposisi samping badan dan pandangan lurus ke depan6

b. Gerakan6

1. Untuk start pendek,kaki kiri berada didepan dan jari kaki kanan berada segaris dengan tumit kaki kiri. Start menengah dengan lutut kaki kanan segaris dengan jari kaki [kiri. Start panjang dengan lutut kaki kanan segaris dengan tumit kaki kiri

(22)

2. Ketika mendengar aba-aba “siap” pinggul diangkat keatas dan posisi pantat berada lebih tinggi daripada pundak.Lutut diposisikan membentuk kira-kira sudut 120 derajat.Kedua lengan masih dalam posisi lurus

3. Ketika mendengar aba-aba “ya”,kaki kanan melangkah ke depan dengan tangan kiri mengayun kearah depan dan berlari secepat-cepatnya. Dan berlari sesuai jarak yang sudah ditentukan

B. Tekhnik lari6

a. Langkah kaki selebar lebarnya dan dengan kecepatan maksimal b. Kaki mendarat pada ujung kaki

c. Lengan rileks mengayun dan seirama dengan kedua telapak tangan membuka

d. Badan agak membungkuk kedepan C. Tekhnik finish6

a. Lari dengan kecepatan maksimal tanpa mengurangi kecepatan b. Dada agak condong kedepan dengan tangan mengayun

kebelakang ketika menyentuh pita

c. Ketika pita tersentuh, dada diputar dengan tangan mengayun kedepan

B. Daya Tahan

Tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat dari aspek fisik dan juga aspek kebugaran yang menyeluruh ( total fitness) yang dapat memberikan penyesuaian diri tiap pembebanan fisik. Tingkat kebugaran jasmani dapat ditentukan oleh faktor- factor seperti daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot, kekuatan otot, nutrisi/ tingkat diet, fleksibilitas, komposisi tubuh / obesitas, kecepatan dan reaksi, koordinasi, keseimbangan, timing , ritme, dan skill/ kemampuan seseorang tersebut.

(23)

Daya tahan adalah suatu kondisi tubuh dimana ketika melakukan aktivitas dengan durasi yang lama tanpa mengalami kelelahan dan mampu tahan terhadap kelelahan dan cepat pulih dari kelelahan.Pada saat berlari yang membutuhkan durasi aktivitas yang sangat lama membutuhkan yang namanya daya tahan atau biasa disebut endurance.Daya tahan adalah tingkat ketahanan sesorang dari rasa lelah dan mampu cepat kembali dari rasa lelahnya.Daya tahan yang sangat baik berarti seseorang tersebut mampu mempertahankan performanya dalam keadaan stabil dalam jangka waktu yang sangat lama7

Daya tahan dalam berolahraga yang terutama memerlukan durasi yang lama dibedakan menjadi dua,daya tahan kardiorespirasidan daya tahan otot. Daya tahan kardiorespirasi dapat ditentukan dari kadar VO2maksimal dan daya tahan otot terutama dalam berlari berbanding lurus dengan kekuatan otot tungkai yang bisa dilihat dari otot hamstring8

A. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya tahan seseorang yaitu9:

a. Aktivitas fisik

Dengan berolahraga secara rutin selama 1 minggu maka kekuatan dan ketahan otot dapat dipertahankan secara kontinyu.Ketika bed rest selama 12 minggu maka akan menurunkan kekuatan dan ketahanan otot sebesar 40%

b. Kualitas dari otot

Didalam unit paling terkecil (mikroskopis) dari otot akan mempengaruhi dari kualitas kontraksi otot itu sendiri. Ketika berkontraksi secara minimal maka otot akan mampu bekerja ketika berkontraksi secara minimal maka otot akan mampu bekerja dengan durasi yang lebih lama dibanding dengan kontraksi otot yang secara maksimal

(24)

c. Kontraksi otot

Ketika otot melakukan kontraksi secara terus menerus maka akan mengurangi cadangan energi dan akan menyebabkan kekuatan kontraksinya lama kelamaan menjadi menurun

d. Inervasi dan Vaskularisasi

Didalam proses vaskularisasi ini yang mempunyai fungsi untuk menghantarkan oksigen dan nutrisi ke dalam otot untuk menghasilkan energi dan akan menimbulkan durasi aktivitas kerja otot yang lama

Pada proses inervasi, rangsang yang diterima oleh saraf sensorik lalu diteruskan ke sistem saraf pusat dan kemudian diteruskan kembali oleh saraf motorik untuk dapat menggerakkan otot.

e. Cadangan glikogen

Tingkat kelelahan ditentukan oleh adanya cadangan glikogen didalam otot,dimana cadangan glikogen tersebut akan dipakai sebagai bahan pembuatan energi untuk melakukan suatu aktivitas

f. Jenis kelamin

Otot laki-laki lebih besar daripada wanita,menjelang remaja hormon testosteron akan menambah massa otot dibandingkan hormon estrogen yang justru menambah jaringan lemak

g. Asupan Nutrisi

Asupan nutrisi yang tepat akan berpengaruh terhadap cadangan glikogen didalam otot. Diet tinggi lemak akan meberikan dampak yang sedikit terhadap cadangan glikogen dibandingkan dengan diet tinggi protein

(25)

1. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorepirasi adalah suatu kemampuan seseorang menggunakan sistem pernafasan,peredaran darah,dan jantungnya secara efisien dalam menjalankan kinerja secara terus menerus.Dalam sistem ini terjadi proses efisiensi kerja dari paru dalam mengambil oksigen dan membuang karbon dioksida, efisiensi kerja dari jantung dalam sirkulasinya mentranspor oksigen ke otot yang sedang berkontraksi dan kemampuan otot dalam menggunakan oksigen tersebut9

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi seseorang yaitu, umur,jenis kelamin,tingkat istirahat dan pola tidurnya,sistem pencernaan,cuaca,keadaan emosi dan metabolisme9

A. VO2Maksimal

a. Definisi

VO2 maksimal yaitu kemampuan semaksimal mungkin dalam menggunakan oksigen dalam melakukan aktivitas yang intensif.VO2 maksimal diukur dalamjumlah oksigen dalam liter per satuan menit (l/min).

Orang dengan VO2maksimal yang tinggi akan dapat melakukan aktivitas berat

yang lebih kuat dibandingkan dengan orang yang VO2maksimalnya rendah10

Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan aerobik diperlukan dalam melakukan aktivitas yang berat seperti lari,basket,renang dan memerlukan batasan dalam kapasitas sistem sirkulasi seperti jantung dan pembuluh darah.Selain itu juga sistem respirasi terutama paru yang membutuh oksigen untuk dibawa ke otot11

Dalam sistem cardiac output dimana untuk menilai kadar VO2 maksimal dibutuhkan aktivitas sistem respirasi untuk mengantarkan O2ke darah, atau kemampuan otot dalam menggunakan O2. Oleh sebab itu maka VO2maksimal dianggap cara terbaik untukmengukur daya tahan aerobik12

(26)

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar VO2Maksimal

1. Fungsi paru

Ketika melakukan aktifitas yang berat, maka akan terjadi kenaikan dari penggunaan oksigen yang diperlukan oleh tubuh, penggunaan oksigen ini dibutuhkan oleh otot untuk melakukan aktifitas berat tersebut. Penggunaan oksigen ini didapatkan dari proses pertukaran oksigen dan adanya proses ventilasi di organ paru-paru. Proses ventilasi adalah proses keluar dan masuknya udara didalam paru. Kemudian akan berlanjut di alveoli dan terjadi proses pertukaran oksigen dan dengan cara difusi Oksigen tersebut akan masuk ke kapiler paru dan akan diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem pembuluh darah.13

Didalam sistem paru terdapat istilah perbedaan oksigen arteri dan vena. Ketika sedang melakukan aktifitas berat terjadi proses pelepasan oksigen darah yang dilepaskan ke dalam otot yang meningkat. Ketika melakukan aktifitas berat akan terjadi kenaikan sekitar 25 kali lipat dari aliran darah otot dibandingkan ketika melakukan aktifitas yang ringan. Oleh karena metabolism dari ototakan menyebabkan vasodilatasi intramuskuler, selain itu juga dapat diakibatkan oleh kenaikan tekanan darah arteri yang mencapai 30%. Kenaikan ini membuat darah melalui pembuluh darah dan membuat oksigen di darah vena akan berkurang14

2. Fungsi Jantung

Selama aktivitas berat,jantung akan memompa darah 2 kali lebih cepat dibandingkan ketika sedang beristirahat. Darah yang mengandung hemoglobin akan berikatan dengan oksigen. Darah yang mengandung banyak oksigen ini akan akan diedarkan ke sel-sel jaringan tubuh untuk metabolisme

(27)

Didalam darah terutama hemoglobin yang berikatan oksigen maka kadar hemoglobin juga akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam darah. Pada keadaan anemia dimana kadar hemoglobin rendah juga akan mepengaruhi kadar oksigen dalam darah yang berakibat jumlahnya menjadi sedikit.15

Kemudian pada kedaaan polisitemia dimana kadar hemoglobin melebihi ambang normal juga akan mempengaruhi kadar oksigen dalam darah yang juga jumlahnya akan meningkat. Kadar hemoglobin juga dapat dipengaruhi oleh hormon androgen dimana pada laki-laki lebih tinggi daripada wanita 15

4. Jenis kelamin

Ketika menginjak masa-masa pubertas,pada laki-laki memiliki konsumsi oksigen yang lebih tinggi dibandingkan wanita16

5. Usia

Kadar VO2maksimal akan mengalami penurunan secara perlahan setelah menginjak usia 20 tahun. Kadar VO2maksimal akan berada lebih rendah sekitar 27% daripada usia 25 tahun ketika seseorang menginjak usia 50 tahunan. Semakin banyak seseorang beraktivitas maka kadar VO2maksimal akan mengalami penurunan secara perlahan16

6. Komposisi tubuh

Walaupun VO2maksimal menggunakan satuan dalam ml oksigen/ kg berat badan tapi juga dalam pengkonsumsian oksigen dapat dipengaruhi oleh komposisi tubuh .Jika persentase lemak didalam tubuh diatas normal maka konsumsi oksigen nya akan semakin rendah. Begitu juga pula kalau orang yang persentase lemaknya rendah maka konsumsi oksigennya akan tinggi16 7. Olahraga

Dengan rutin melakukan olahraga maka kadar VO2maksimal dapat diperbaiki sekitar 5-20%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,pada usia 65-74

(28)

yang rutin berolahraga selama 6 bulan dapat meningkat kadar VO2maksimal sekitar 18%16

2. Daya Tahan Otot

Daya tahan otot adalah suatu kemampuan otot dalam melakukan kontraksi dalam waktu yang lama dan mampu cepat pulih setelah mengalami kelelahan.Pada saat berlari ataupun ketika melakukan aktivitas berat. Ketika sedang beristirahat,otot akan mempergunakan oksigen dengan kecepatan lebih lambat sekitar 10-20 kali dibandingkan ketika otot sedang bekerja. Ketika otot sedang bekerja,maka akan membutuhkan suplai oksigen tambahan yang tidak hanya berasal dari curah jantung saja akan tetapi juga membutuhkan peningkatan aliran darah ke otot yang secara drastis17

Pengaliran darah ke otot yang sedang bekerja membutuhkan peningkatan curah jantung maka akan terjadi dua perubahan pada pembuluh darah yaitu 17:

a. Membesarkan pembuluh darah yang sedang bekerja

b. Membuat pembuluh darah menjadi sempit sehingga akan menyebabkan aliran darah menjadi berkurang dan kemudian pembuluh darah akan dibiarkan melebar agar alirannya menjadi besar kembali

Ketika sedang beristirahat,aliran darah tungkai sekitar (5 ml darah / 100 gram otot) / menit. Misalnya pada otot hamstring memilki berat 600 gram,maka aliran darah yang mengalirinya adalah 30 ml/ menit. Saat melakukan aktivitas berat seperti lari berenang,aliran darah pada otot hamstring meningkat 15 kali lipat menjadi kira-kira sampai 450 ml/menit18

(29)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya tahan seseorang yaitu18:

a. Aktivitas fisik

Dengan berolahraga secara rutin selama 1 minggu maka kekuatan dan ketahan otot dapat dipertahankan secara kontinyu. Ketika bed rest selama 12 minggu maka akan menurunkan kekuatan dan ketahanan otot sebesar 40%

b. Kualitas dari otot

Didalam unit paling terkecil (mikroskopis) dari otot akan mempengaruhi dari kualitas kontraksi otot itu sendiri. Ketika berkontraksi secara minimal maka otot akan mampu bekerja dengan durasi yang lebih lama dibanding dengan kontraksi otot yang secara maksimal

c. Kontraksi otot

Ketika otot melakukan kontraksi secara terus menerus maka akan mengurangi cadangan energi dan akan menyebabkan kekuatan kontraksinya lama kelamaan menjadi menurun

d. Inervasi dan Vaskularisasi

Didalam proses vaskularisasi ini yang mempunyai fungsi untuk menghantarkan oksigen dan nutrisi ke dalam otot untuk menghasilkan energi dan akan menimbulkan durasi aktivitas kerja otot yang lama

Pada proses inervasi, rangsang yang diterima oleh saraf sensorik lalu diteruskan ke sistem saraf pusat dan kemudian diteruskan kembali oleh saraf motorik untuk dapat menggerakkan otot.

e. Cadangan glikogen

Tingkat kelelahan ditentukan oleh adanya cadangan glikogen didalam otot,dimana cadangan glikogen tersebut akan dipakai sebagai bahan pembuatan energi untuk melakukan suatu aktivitas

(30)

f. Jenis kelamin

Otot laki-laki lebih besar daripada wanita,menjelang remaja hormon testosteron akan menambah massa otot dibandingkan hormon estrogen yang justru menambah jaringan lemak

g. Asupan Nutrisi

Asupan nutrisi yang tepat akan berpengaruh terhadap cadangan glikogen didalam otot. Diet tinggi lemak akan meberikan dampak yang sedikit terhadap cadangan glikogen dibandingkan dengan diet tinggi protein

A. Tipe Daya Tahan Otot

Tipe daya tahan otot dibagi tiga berdasarkan metabolisme otot :

a. Power endurance

Sumber energi yang didapatkan berasal dari sistem fosfagen. Daya tahan ini berlangsung sangat singkat kurang dari 30 detik dan fungsinya untuk menjaga daya ledak otot suapaya tetap tinggi19

b. Short term endurance

Sumber energi yang didapatkan berasal dari sistem glikogen-asam laktat. Daya tahan ini hanya untuk kontraksi otot jangka pendek dan berlangsung singkat berkisar 30 detik sampai 2 menit19

c. Long term endurance

Sumber energi yang didapatkan berasal dari sistem aerobik. Daya tahan ini dipakai untuk kontraksi otot yang berlangsung lama lebih dari 2 menit dan digunakan ketika olahraga yang berlangsung lama19

(31)

B. Fisiologi Otot Rangka a. Metabolisme Otot Rangka

ATP diperlukan ketika otot berkontraksi yang bergantung pada jumlah energi. ATP yang tersedia didalam otot meskipun otot tersebut sudah terlatih dengan baik daya tahan ototnya hanya akan bertahan sekitar 3 detik. Agar ATP dapat dibentuk maka dibutuhkan suatu sistem metabolisme.Sistem metabolisme otot dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Sistem fosfagen

Pada sistem fosfagen ini adalah gabungan dari dua proses,yang pertama adalah fosfokreatin dipecah menjadi kreatin dan ion fosfat. Saaat terjadi pemecahan ini energi yang dihasilkan sangat besar yang berasal dari ikatan fosfat. Yang kedua adalah ADP dan AMP yang diubah jadi ATP dengan bantuan ikatan fosfat yang mempunyai banyak energi oleh fosfokreatin20

b) Sistem glikogen dan asam laktat

Pada sistem ini prinsipnya adalah glikogen dipecah jadi glukosa untuk digunakan sebagai energi pada otot. Sistem glikogen dan asam laktat terdiri dari dua tingkatan,yaitu gikolisis dan juga oksidatif20

Glikolisis dalam metabolismenya tidak menggunakan oksigen dan disebut sebagai metabolism anaerobik. Pemecahan dua molekul asam piruvat dibentuk oleh molekul glukosa yang dibarengi dengan pembentukan 4 molekul ATP oleh karena pelepasan energi dari tiap masing-masing molekul glukosa20

Pada tahapan oksidatif asam piruvat mulai masuk kedalam mitokondria sel otot. Oksigen akan berikatan dengan asam piruvat untuk membentuk molekul ATP yang lebih banyak. Jika selama tahap oksidatif jumlah oksigen tidak mencukupi maka asam piruvat sebagian besar akan diubah jadi asam laktat. Kemudian asam laktat akan mengubah AMP jadi

(32)

ADP yang kemudian diproses jadi ATP dengan cara asam laktat akan berdifusi dari sel otot ke jaringan interstitial20

c) Sistem aerobik

Sistem aerobik akan menghasilkan energi karena proses oksidasi bahan makanan didalam mitokondria. Bahan makanan yang digunakan seperti seperti asam lemak,glukosa,dan asam amino. Bahan makanan tersebut akan berikatan dengan oksigen dan mengubah AMP dan ADP jadi ATP dengan melepaskan energi yang besar20

Untuk membandingkan penyaluran energi pada ketiga sistem tersebut dalam pembentukan ATP/mol adalah sebagai berikut :

Mol ATP/menit

Sistem fosfagen 4

Sistem glikogen-asam laktat 2,5

Sistem aerobic 1

Tabel 1. Pembentukan ATP/mol pada sistem fosfagen,glikogen-asam laktat,dan sistem aerobic20

Untuk nilai relatif pada tingkat daya tahan pada ketiga sistem tersebut adalah sebagai berikut:

Waktu Sistem fosfagen 8-10 detik

Sistem glikogen-asam laktat 1,3 sampai 1,6 menit

Sistem aerobic Waktu tak terbatas (selama nutrisi tersedia)

Tabel 2 .Nilai relatif untuk tingkat daya tahan pada sistem fosfagen,sistem glikogen-asam laktat dan sistem aerobic20

(33)

b. Mekanisme Kontraksi Otot21

a) Ketika terjadi rangsangan maka akan menyebabkan terjadinya potensial aksi di sepanjang saraf motorik yang berujung pada serabut otot

b) Pada setiap ujungnya,saraf akan mensekresi substansi neurotransmitter yaitu berupa asetilkolin dalam jumlah yang sedikit

c) Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut ototuntuk mebuka kanal

Na+-K+pada protein membrane

d) Dengan terbukanya kanal Na+ -K+ maka ion Na akan mengalir ke dalam

membrane serabut otot yang nantinya akan menyebabkan terjadinya suatu potensial aksi suatu membran

e) Potensial aksi akan mengalir didalam mebran serabut otot yang caranya hamper sama dengan potensial aksi yang mengalir sepanjang membran serabut saraf

f) Potensial aksi yang berada di membran serabut otot akan menimbulkan depolarisasi dan pada pusat serabut otot terdapat banyak aliran listrik yang potensial yang nantinya akan menyebabkan terlepasnya ion kalsium oleh retikulum sarkoplasmayang sudah tersimpan didalam retikulum

g) Ion-ion kalsium ini akan menyebabkan kekuatan tarik menarik antar filament aktin dan myosin dan keduanya akan bergeser dan terjadilah suatu kontraksi

h) Setelah terjadi beberapa detik,ion-ion kalsium akan dipompa kembali oleh pompa Ca++kedalam retikulum sarkoplasma dan ion-ion tersebut tetap disimpan dalam retikulum hingga potensial aksi otot yang baru muncul lagi. Terjadinya pengeluaran ion Ca dari serabut otot atau myofibril akan menyebabkan proses relaksasi dan kontraksi otot terhenti

(34)

c. Macam Kontraksi Otot

Otot dengan daya tahan yang baik dapat melakukan kontraksi kontraksi sebagai berikut :

a) Kontraksi konsentris

Atau nama lainnya adalah kontraksi phasik. Cara kontraksinya adalah salah satu ujung otot menarik tulang dan menggerakannya pada sendi dan satu ujungnya lagi terfikasi22

b) Kontraksi eksentris

Setelah otot mengalami kontraksi konsentris maka otot akan kembali keposisi semula secara pelan-pelan dan bertahap22

c) Kontraksi statis

Atau nama lainnya adalah kontraksi tonus. Otot mengalami kontraksi secara sebagian atau seluruhnya dan tanpa mengalami perubahan bentuk seperti panjang ataupun diameternya22

C. Kekuatan Otot

Kekuatan adalah suatu kemampuan seseorang dalam menggunakan otot saat menerima beban.Kekuatan otot adalah suatu bagian penting dari kemapuan untuk meningkatkan kondisi fisik seseorang.Ini dapat diakibatkan oleh karena hal-hal berikut : Kekuatan dapat melindungi seseorang dari adanya cedera23

a. Aktivitas fisik dapat digerakkan dengan adanya kekuatan

b. Dengan kekuatan maka ketika berlari akan menjadi kencang, menendang dan melempar akan menjadi jauh

Dalam melakukan aktivitas olahraga, kekuatan otot tungkai dan kadar VO2maksimal memegang peranan penting. Terdapat beberapa faktor mempengaruhi kekuatan otot yaitu24:

a. Usia

b. Asupan zat gizi c. Tipe serabut otot

(35)

d. Tipe kontraksi otot e. Jenis kelamin f. Biomekanika

g. Keadaan zat dalam otot seperti glikogen,ATP dan suhu otot yang berhubungan dengan simpanan energi

Kekuatan otot dapat ditentukan dari ukurannya, dalam suatu potonga melintang otot dengan daya kontraktilitas yang maksimal berkisar 3-4 kg/cm2Seseorang yang membesarkan ototnya melalu program latihan dan memiliki suplai testosteron normal maka akan kekuatan ototnya akan bertambah24

Pengukuran kekuatan otot dapat menggunakan alat yang bernama Leg and

Back Dynamometer. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam melakukan penilain

terhadap kekuatan otot:25

a. Berdiri diatas Leg and Back Dynamometer dengan posisi tangan memegang handel/pegangan,tubuh dalam posisi tegak dan kaki sedikit dilipat membentuk sudut 45o

b. Panjang rantai dapat disesuaikan dengan kebutuhan

c. Handel ditarik dengan meluruskan lutut sampai berdiri dalam posisi tegak d. Dilakukan hingga 3 kali

e. Pencatatan dilakukan ketika jumlah berat yang paling banyak diantara semua angkatan

(36)

Gambar 1. Pemeriksaan Kekuatan Otot menggunakan Leg and Back Dynamometer

D. Anatomi Otot Hamstring

Otot hamstring merupakan sekumpulan otot yang terdiri dari m. biceps

femoris, m. semitendinosus, m semimebranosus .Letak dari otot hamstring ini

berada di daerah posterior dari tungkai atas. Otot hamstring memiliki origo pada

m. gluteus maximuspada pelvis dan memiliki insersio pada os tibia .Otot hamstring

diinervasi oleh N. Ischiadicus.Otot hamstring mempunyai fungsi menggerakan gerakan lutut untuk fleksi dan menggerakan sendi panggul untuk ekstensi dimana fungsinya mampu membantu kinerja m. gluteus maximus26

(37)

Berikut ini adalah perbandingan origo,insersio,persarafan,asal saraf ,dan fungsi dari masing-masing bagian otot hamstring :27

Nama Otot Origo Insersio Persarafan Asal Saraf Fungsi M. Semitendinosus Tuber Ischiadicum Bagian atas permuka an medial corpus tibiae Pars Tibialis n. ischiadicus L5,S1,S 2 Melakukan fleksi dan rotasi medial dari tungkai bawah pada articulatio genus dan juga mengekstensik an tungkai atas pada articulation coxae M.Biceps femoris Caput longum: tuberositas ischiadicum Caput brevis:linea aspera,crista supracondyla ris lateralis dari corpus femoris Caput fibulae Caput longum :pars tibialis dari n.ischiadic us Caput brevis: Pars peroneus L5,S1,S 2 Melakukan fleksi dan rotasi tungkai bawah pada articulation genus,caput longum juga mengekstensik an tungkai atas pada articulation

(38)

communis dari n. ischiadicus coxae M. Semimembrano sus Tuber ischiadicum Condylus medialis tibiae Pars tibialis n.ischiadic us L5,S1,S 2 Membuat fleksi dan rotasi medial tungkai bawah pada sendi lutut dan juga mengekstensik an tungkai atas pada

articulation coxae

Keterangan: yang dicetak dengam huruf tebal adalah asal syaraf yang paling utama Tabel 3. Perbandingan origo,insersio,persarafan, asal saraf,dan fungsi dari masing-masing bagian otot hamstring27

E. Hubungan VO2Maksimal Dan Daya Tahan Lari 400 Meter

Paru -paru ketika beraktivitas akan memerlukan oksigen untuk prosesmetabolisme dalam tubuh. Kemudian oksigen di paru - paru ini akan diedarkan ke seluruh jaringan sel darah dan akan berikatan dengan hemoglobin. Sel – sel ini membutuhkan oksigen untuk menghasilkan ATP ( Adenosine Triphospate ). Ketika lari yang membutuhkan asupan oksigen yang banyak maka kerja otot akan berada dalam kerja yang maksimal, sehingga otot dalam berkontraksi membutuhkan ATP yang berasal dari sistem aerobik. Sistem aerobik yang menggunakan oksigen sebagai pengikat dari asam lemak,glukosa,dan asam amino yang berada didalam otot

(39)

untuk diubah menjadi ATP.ATP yang dihasilkan oleh sistem aerobik adalah 1 mol ATP/ menit, meskipun energi yang dihasilkan sedikit akan tetapi dalam penggunaannya dapat digunakan untuk aktivitas dalam durasi yang lama. Dengan demikian maka semakin tinggi VO2maksimal ( asupan oksigen) maka kinerja otot akan semakin baik pula28

F. Hubungan Kekuatan Otot Hamstring Terhadap Ketahanan Lari 400 Meter Kekuatan otot terutama dalam sistem gerak adalah dalam wujud gerakan dan dorongan.Dalam lari 400 meter yang mebutuhkan durasi dan jarak yang lama membutuhkan suatu kontraksi otot daerah tungkai yang baik.Terutama pada daerah otot hamstring yang pada semua fase dalam berlari ikut aktif terlibat di dalamnya. Kontraksi otot mebutuhkan ATP yang dapat diperoleh dari metabolsime aerob maupun an aerob.

Kekuatan otot yang baik dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan fisik. Pemanasan fisik dilakukan sebelum latihan yang bertujuan mempersiapkan organ tubuh agar mampu menerima beban yang berat ketika melakukan olahraga. Pemanasan fisik diperlukan karena ketika beristirahat fungsi sistem organ masih dalam inersia tertentu dan sebaiknya fungsi sistem organ tidak dinaikkan secara tiba-tiba. Tanda jika tubuh sudah siap untuk menerima beban antara lain detak jantung yang meningkat, tubuh mengeluarkan keringat. Pemanasan yang benar akan mengurangi terjadinya cedera atau kelelahan otot28

Dengan pemanasan fisik maka aliran darah yang kaya nutrisi dan oksigen akan mengalir ke dalam otot sehingga siap untuk bekerja lebih keras, selain itu juga pemanasan dapat meregangkan otot-otot sehingga ketika olahraga meminimalisir terjadinya kram atau cedera. Ketika aliran darah yang kaya oksigen mengalir didalam otot, otot akan mampu berkontraksi dalam jangka yang lama sehingga ketika kontraksi otot baik maka kekuatan otot yang dihasilkan semakin baik pula

(40)

Gambar 3. Fase – fase dalam lari28

(41)

B. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada hubungan antara VO2maksimal dan kekuatan otot hamstring terhadap ketahananan lari 400 meter pada atlet lari di Kota Semarang

VO2maksimal dan kekuatan otot hamstring

Ketahanan lari 400 meter

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Tempat : Atlet Lari di Kota Semarang Ruang Lingkup Waktu : Desember 2016 – Januari 2017 Ruang Lingkup Keilmuan : Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga

B. DesainPenelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode observasional analitik dengan menjelaskan hubungan variable bebas dan variable terikat dengan menggunakan uji hipotesis

C. PopulasidanSampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua atlet lari dikota Semarang 2. Sampel

a. Kriteria Inklusi

Seluruh atlet lari di Kota Semarang yang bersedia menjadi responden b. Kriteria Ekslusi

1. Atlet lari yang mempunyai riwayat penyakit kardiorespirasi 2. Atlet lari yang sedang menderita cedera pada ekstremitas inferior 3. Atlet lari yang tidak bersedia menjadi responden

(43)

3. BesarSampel

Dari keseluruhan atlet lari di Kota Semarang yang berjumlah 49 orang maka keseluruhan sampel akan dijadikan objek penelitian

4. Tekhnik Sampling

Pada penelitian ini memakai caraTotal Sampling, data diperoleh dari observasi langsung pada responden

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas : VO2maksimal dan kekuatan otot hamstring b. Variabel terikat : daya tahan lari 400 meter

2. Definisi Operasional

Variabel DefinisiOperasi onal

AlatUkur Cara Ukur HasilUkur Skala

VO2 maksimal Volume oksigen yang dihirup semaksimal mungkin ketika melakukan aktifitas berat salah satunya lari Stopwatch,sp irometri lintasan lari atletik 400 meter 1. Menggunaka nmetode Copper Test .Responden berlari selama 12menit dan ketika waktu berhenti maka dijumlah jarak yang ditempuh dengan rumus VO2max= X meter − 504,9 44,73 2. Pemakaian spirometri dengan cara memasukkan mouthpiece kedalam mulut A.Metode Copper Test 1.Sangat baik: >51,31 2.Baik: 42,36-51,31 3.Sedang: 37,89 – 42,34 4.Kurang: 24,48 – 37,89 5.Kurang sekali: < 24,48 B. Spirometri 1. Baik : 3,3 – 3,5 Liter 2. Sedang : 3,0 – 3,29 Liter 3. Buruk : < 3,0 Liter Ordin al

(44)

dan responden tarik nafas sampai batas maksimal kemudian hembuskan secara perlahan Kekuatanot othamstring Kemampuan otot hamstring dalam menerima beban ketika melakukan aktifitas Leg dynamometer Berdiri diatas papan dynamometer kaki dengan tangan memegang pada pegangangan dynamometer dan kedua kaki agak menekuk dengan punggung posisi lurus dan lutut berusaha diluruskan 1. Sangat baik : >209 2. Baik:177-208 3. Sedang: 126-176 4. Kurang :91-125 5. Kurang sekali : <91 Ordin al Daya tahanlari 400 meter Kemampuan seseorang dalam berlari lama dan mampu mempertahanka n performanya Lintasan lari atletik 400 meter dan stopwatch

Lari dari garis start hingga garis finish

1.Sangat baik : > 2800 meter 2.Baik: 2400 – 2800 meter 3. Sedang : 2200 – 2399 meter 4. Kurang : 1600 – 2199 meter 5. Kurang sekali : < 1600 meter Ordi nal E. Pengambilan Data

Tekhnik pengambilan data menggunakan data primer dan dengan cara observasi secara langsung terhadap responden

(45)

F. AlurPenelitian

G. Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis untuk melibatkan satu variable dan masing-masing variable bebas dan variable terikat

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variable bebas dan variable terikat.Analisis pada penelitian ini untuk melihat adanya hubungan antarakadar VO2 maksimal dan kekuatan otot hamstring terhadap ketahanan lari 400 meter menggunakan ujiChi Square

Perijinan PASI kota Semarang

Pengambilan data

Pencatatan Data

(46)

H. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis menggunakan aplikasi didalam komputer,meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Adalah suatu tahap atau langkah yang bertujuan untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh.Pada hal ini peneliti memeriksa kembali data primer yang didapat apakah sesusai dengan tujuan penelitian

2. Coding

Data yang telah didapatkan lalu diberi kode untuk mempermudah dalam pengolahan data

Variabel Kategori Kode

VO2maksimal Sempurna Sangat baik Baik: Sedang Kurang: Kurang sekali 1 2 3 4 5 6 Kekuatan Otot Hamstring Sangat baik Baik Sedang Kurang Kurang sekali 1 2 3 4 5 Ketahanan Lari 400 meter Baik Buruk 1 2 3. Processing

Adalah suatu proses memasukkan data kedalam program yang ada di dalam komputer

4. Cleaning

Adalah suatu proses mengecek kembali apakah data yang diperoleh apakah sudah valid ataukah belum

(47)

I. Jadwal Penelitian

NO KegiatanTahun 2016-2017Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari

1 Penyusuan Proposal Penelitian 2 Seminar Proposal Penelitian 3 PelaksanaanPenelitian 4 Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 5 Seminar Hasil Penelitian

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Lapangan Tri Lomba Juang dan Lapangan Jatidiri di Kota Semarang pada bulan Desember 2016 – Januari 2017. Berdasarkan observasi yang dilakukan sebelum penelitian, Lapangan Tri Lomba Juang merupakan salah satu lapangan atletik yang berada di daerah Kota Semarang

Hasil penelitian mengenai hubungan VO2maksimal dan kekuatan otot hamstring terhadap ketahanan lari 400 m pada atlet lari di Kota Semarang yang telah dilakukan menggunakan studi observasional analitik dengan metode cross sectional sesuai periode penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah sampel yang diteliti sebanyak 49 orang dengan metode total sampling

1. Analisis Univariat

Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat yang digunakan untuk mengkaji mengenai hasil penelitian berdasarkan masing-masing variabel yaitu VO2maksimal, kekuatan otot hamstring dan daya tahan lari 400 meter.

Tabel 4.1 Deskripsi Komponen Objek Penelitian

NO Komponen Objek Penelitian Frekuensi Persentase ( % ) 1 VO2 maksimal (Copper Test) a. Sangat Baik 4 8,2 b. Baik 31 63,3 c. Sedang 14 28,6 d. Kurang - -e. Kurang Sekali -

(49)

-2 VO2maksimal (spirometri)

a. Baik 35 71,4

b. Sedang 14 28,6

c. Buruk -

-3 Kekuatan otot hamstring

a. Sangat Baik 4 8,2

b. Baik 27 55,1

c. Sedang 18 36,7

d. Kurang -

-e. Kurang Sekali -

-4 Daya Tahan Lari 400 meter a. Sangat Baik 4 8,2 b. Baik 31 63,3 c. Sedang 14 28,6 d. Kurang - -e. Kurang Sekali -

-Tabel di atas menunjukkan hasil penelitian mengenai distribusi frekuensi komponen penelitian meliputi VO2 maksimal, kekuatan otot hamstring dan daya tahan lari 400 meter. Sampel yang memiliki VO2 maksimal dengan kategori sangat baik sebanyak 4 orang (8,2%), dengan kategori VO2 maksimal baik sebanyak 31 orang (63,3%), serta dengan kategori VO2maksimal sedang sebanyak 14 orang (28,6%), tidak didapatkan responden yang memiliki VO2maksimal kurang dan kurang sekali. Dengan demikian mayoritas sampel penelitian memiliki VO2maksimal dalam kategori baik.

Pada pengukuran VO2 maksimal menggunakan spirometri didapat sampel yang memiliki VO2maksimal dalam kategori baik sebanyak 35 orang (71,4%). Adapun sampel yang memiliki VO2maksimal dalam kategori sedang sebanyak 14 orang (28,6%) dan tidak didapatkan atlet dengan VO2buruk.Pada pengukuran kekuatan otot, sampel yang memiliki kekuatan otot sangat baik sebanyak 4 orang (8,2%), sampel yang memiliki kekuatan otot baik sebanyak 27 orang (55,1%), serta sampel yang memiliki kekuatan otot sedang sebanyak 18 orang (36,7%), dan tidak ditemukan responden dengan kekuatan otot

(50)

kurang dan kurang sekali. Dengan demikian mayoritas sampel penelitian memiliki kekuatan otot dalam kategori baik.

Pada pengukuran daya tahan lari 400 meter didapat hasil penelitian bahwa sampel yang memiliki daya tahan lari sangat baik sebanyak 4 orang (8,2%), sampel yang memiliki daya tahan lari baik sebanyak 31 orang (63,3%), serta sampel yang memiliki daya tahan lari sedang sebanyak 14 orang (28,6%), dan tidak didapatkan responden dengan daya tahan kurang dan kurang sekali. Dengan demikian mayoritas sampel penelitian memiliki daya tahan lari dalam kategori baik.

2. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti.

a. Hubungan VO2 maksimal ( Copper Test ) dengan Kekuatan otot

hamstring.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara VO2maksimal dengan Kekuatan otot hamstring, sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hubungan antara VO2 maksimal dengan Kekuatan otot hamstring

Analisis Bivariat

Kekuatan Otot Hamstring

Jumlah

Nilai p

sangat baik Baik Sedang

n (%) n (%) n (%) n (%) VO2 maks sangat baik 4 100 - - - - 4 100 0,000 Baik - - 27 87,1 4 12,9 31 100 Sedang - - - - 14 100 14 100 Jumlah 4 8,2 27 55,1 18 36,7 49 100

(51)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara VO2maksimal dengan Kekuatan otot hamstring. Sampel yang memiliki VO2maksimal sangat baik dan memiliki kekuatan otot hamstring sangat baik terdapat 4 orang (100%). Sampel yang memiliki VO2 maksimal baik dan memiliki kekuatan otot hamstring baik terdapat 27 orang (87,1%). Sampel yang memiliki VO2 maksimal baik dan memiliki kekuatan otot hamstring sedang terdapat 4orang (12,9%). Sampel yang memiliki VO2 maksimal sedang dan memiliki kekuatan otot hamstring sedang pula terdapat 14 orang (100%).

Sedangkan secara statistik pola hubungan tersebut diuji menggunakan uji analisis chi square dengan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau ( 0,000 < 0,05). Dengan hasil demikian dapat diartikan bahwa ada hubungan antara VO2maksimal dengan Kekuatan otot hamstring.

b. Hubungan VO2 Maksimal (Spirometri) Dengan Kekuatan Otot

Hamstring

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara VO2 maksimal (alat ukur) dengan Kekuatan otot hamstring, sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hubungan antara VO2maksimal (spirometri) dengan Kekuatan otot hamstring

Analisis Bivariat

Kekuatan Otot Hamstring

Jumlah

Nilai p

sangat

baik Baik sedang

n (%) n (%) n (%) n (%) VO2 maks (spirometri) Baik 4 11,4 27 77,1 4 11,4 35 100 0,000 sedang - - - - 14 100 14 100 Jumlah 4 8,2 27 55,1 18 36,7 49 100

(52)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara VO2maksimal (alat ukur) dengan Kekuatan otot hamstring. Sampel yang memiliki VO2 maksimal baik dan memiliki kekuatan otot hamstring sangat baik terdapat 4 orang (11,4%). Sampel yang memiliki VO2 maksimal baik dan memiliki kekuatan otot hamstring baik pula terdapat 27 orang (77,1%). Sampel yang memiliki VO2maksimal baik dan memiliki kekuatan otot hamstring sedang terdapat 4 orang (11,4%). Sampel yang memiliki VO2maksimal sedang dan memiliki kekuatan otot hamstring sedang pula terdapat 14orang (100%).

Sedangkan secara statistik pola hubungan tersebut diuji menggunakan uji analisis chi square dengan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau (0,000<0,05). Dengan hasil demikian dapat diartikan bahwa ada hubungan antara VO2 maksimal (alat ukur) dengan Kekuatan otot hamstring

c. Hubungan VO2maksimal ( spirometri ) dengan Daya tahan lari 400 meter.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara VO2maksimal( spirometri) dengan Daya tahan lari 400 meter, sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hubungan antara VO2maksimal ( spirometri) dengan Daya tahan lari 400 meter

Analisis Bivariat

Daya tahan lari 400 meter

Jumlah Nilai p sangat

baik Baik Sedang

n (%) n (%) n (%) n (%) VO2 maks (spirometri) Baik 4 11,4 31 88,6 - - 31 100 0,000 sedang - - - - 14 100 14 100 Jumlah 4 8,2 31 63,3 14 28,6 49 100

(53)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara VO2 maksimal ( spirometri ) dengan daya tahan lari 400 meter. Sampel yang memiliki VO2 maksimal baik dan memiliki daya tahan lari 400 meter sangat baik terdapat 4orang (11,4%). Sampel yang memiliki VO2maksimal baik dan memiliki Daya tahan lari 400 meter baik pula terdapat 31 orang (100%).Sampel yang memiliki VO2 maksimal sedang dan memiliki daya tahan lari 400 meter sedang pula terdapat 14 orang (100%).

Sedangkan secara statistik pola hubungan tersebut diuji menggunakan uji analisis chi square dengan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau (0,000<0,05). Dengan hasil demikian dapat diartikan bahwa ada hubungan antara VO2 maksimal VO2 maksimal ( spirometri ) dengan daya tahan lari 400 meter

d. Hubungan VO2Maksimal( Copper Test ) Dengan Daya Tahan Lari

400 Meter.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara VO2maksimal dengan Daya tahan lari 400 meter, sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hubungan antara VO2maksimal dengan Daya tahan lari 400 meter

Analisis Bivariat

Daya tahan lari 400 meter

Jumlah Nilai p

sangat baik Baik Sedang

n (%) n (%) n (%) n (%) VO2 maks sangat baik 4 100 - - - - 4 100 0,000 Baik - - 31 100 - - 31 100 Sedang - - - - 14 100 14 100 Jumlah 4 8,2 31 63,3 14 28,6 49 100

(54)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara VO2maksimal dengan Daya tahan lari 400 meter.Sampel yang memiliki VO2maksimal sangat baik dan memiliki Daya tahan lari 400 meter sangat baik terdapat 4 orang (100%).Sampel yang memiliki VO2maksimal baik dan memiliki Daya tahan lari 400 meter baik pula terdapat 31 orang (100%).Sampel yang memiliki VO2maksimal sedang dan memiliki Daya tahan lari 400 meter sedang pula terdapat 14 orang (100%).

Sedangkan secara statistik pola hubungan tersebut diuji menggunakan uji analisis chi square dengan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau (0,000<0,05). Dengan hasil demikian dapat diartikan bahwa ada hubungan antara VO2 maksimal dengan Daya tahan lari 400 meter

e. Hubungan Kekuatan Otot Hamstring Dengan Daya Tahan Lari 400 Meter.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara Kekuatan otot hamstring dengan Daya tahan lari 400 meter, sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hubungan antara Kekuatan otot hamstring dengan Daya tahan lari 400 meter

Analisis Bivariat

Daya tahan lari 400 meter

Jumlah

Nilai p sangat

baik Baik Sedang

n (%) n (%) n (%) n (%) Kekuatan otot hamstring sangat baik 4 100 - - - - 4 100 0,000 Baik - - 27 100 - - 27 100 Sedang - - 4 22,2 14 77,8 18 100 Jumlah 4 8,2 31 63,3 14 28,6 49 100

(55)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara Kekuatan otot hamstring dengan Daya tahan lari 400 meter. Sampel yang memiliki Kekuatan otot hamstring sangat baik dan memiliki Daya tahan lari 400 meter sangat baik pula terdapat 4 orang (100%). Sampel yang memiliki Kekuatan otot hamstring baik dan memiliki Daya tahan lari 400 meter baik pula terdapat 31orang (100%). Sampel yang memiliki Kekuatan otot hamstring baik dan memiliki Daya tahan lari 400 meter sedang terdapat 4 orang (22,2%). Sampel yang memiliki Kekuatan otot hamstring sedang dan memiliki Daya tahan lari 400 meter sedang pula terdapat 14 orang (77,8%).

Sedangkan secara statistik pola hubungan tersebut diuji menggunakan uji analisis chi square dengan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau (0,000<0,05). Dengan hasil demikian dapat diartikan bahwa ada hubungan antara Kekuatan otot hamstring dengan Daya tahan lari 400 meter.

B. PEMBAHASAN

1. Hubungan VO2Maksimal Dengan Kekuatan Otot Hamstring

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara VO2 maksimal dengan Kekuatan otot hamstring dengan nilai prevalensi sebesar 0,000 (< 0,05). Pemanasan yang benar akan mengurangi terjadinya cedera atau kelelahan otot.28Dengan pemanasan fisik maka aliran darah yang kaya nutrisi dan oksigen akan mengalir ke dalam otot sehingga siap untuk bekerja lebih keras, selain itu juga pemanasan dapat meregangkan otot-otot sehingga ketika olahraga meminimalisir terjadinya kram atau cedera. Ketika aliran darah yang kaya oksigen mengalir didalam otot, otot akan mampu berkontraksi dalam jangka yang lama sehingga ketika kontraksi otot baik maka kekuatan otot yang dihasilkan semakin baik pula

(56)

Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa otot yang sedang bekerja ketika lari membutuhkan oksigen 10 – 20 kali lebih cepat dibanding waktu istirahat maka tubuh selain meningkatkan curah jantung juga akan meningkatkan sirkulasi darah ke otot yang sedang bekerja. Semakin banyak aliran darah ke otot yang sedang bekerja maka akan mengakibatkan peningkatan kontraksi dari otot. Kualitas kontraksi otot membutuhkan kekuatan yang bagus dari otot tersebut. Semakin lama kontraksi dengan cepat maka kekuatan otot tersebut semakin bagus pula

2. Hubungan VO2Maksimal Dengan Daya Tahan Lari 400 Meter

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara VO2 maksimal dengan Daya tahan lari 400 meter dengan nilai prevalensi sebesar 0,000 (< 0,05). Ketika lari yang membutuhkan asupan oksigen yang banyak maka kerja otot akan berada dalam kerja yang maksimal, sehingga otot dalam berkontraksi membutuhkan ATP yang berasal dari sistem aerobik. ATP tersebut diperoleh dari suatu metabolisme otot dalam kinerjanya.

Daya tahan dapat dipengaruhi salah satunya oleh faktor sistem kardiorespirasi yang dapat diukur menggunakan kadar VO2maksimal. VO2maksimal merupakan hirupan oksigen secara maksimal ketika melakukan aktivitas yang berat. Semakin besar kapasitas paru dalam

menghirup oksigen maka semakin besar kadar VO2maksimal nya.Oksigen ini akan digunakan oleh otot untuk melakukan kontraksi. Lari yang

membutuhkan kerja paru untuk menghirup oksigen yang banyak dan membutuhkan durasi lama akan menyebabkan otot – otot membutuhkan kontraksi yang bagus dengan bantuan oksigen untuk metabolismenya maka dibutuhkan daya tahan yang bagus. Semakin banyak oksigen yang dihirup maka akan semakin baik pula kontraksi otot sehingga daya tahan ( tingkat tubuh untuk kembali dari rasa lelah) juga semakin baik

(57)

Hal ini didukung oleh penelitian Syarifah Ulpiati (2011). Penelitian tersebut membandingkan antara kontribusi VO2 maksimal, panjang tungkai dan power otot tungkai terhadap hasil lari sprint 100 meter dan menunjukkan hasil yang berhubungan antara VO2 maksimal, panjang tungkai dan power otot tungkai terhadap hasil lari sprint 100 meter

3. Hubungan Kekuatan Otot Hamstring Dengan Daya Tahan Lari 400 Meter

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Kekuatan otot hamstring dengan Daya tahan lari 400 meter dengan nilai prevalensi sebesar 0,000 (< 0,05). Dalam lari 400 meter yang mebutuhkan durasi dan jarak yang lama membutuhkan suatu kontraksi otot daerah tungkai yang baik. Terutama pada daerah otot hamstring yang pada semua fase dalam berlari ikut aktif terlibat di dalamnya. Kontraksi otot mebutuhkan ATP yang dapat diperoleh dari metabolsime aerob maupun an aerob yang diperoleh dari asupan oksigen28

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dari penelitian ini adalah desain penelitian cross

sectional dan adanya faktor- faktor lain yang tidak diteliti. Penggunaan desain cross sectional dipengaruhi oleh faktor waktu dalam melakukan penelitian.

(58)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara VO2maksimal dengan kekuatan otot hamstring 2. Ada hubungan antara VO2maksimal dengan daya tahan lari 400 meter 3. Ada hubungan antara kekuatan otot hamstring berhubungan dengan daya

tahan lari 400 meter B. Saran

1. Bagi Atlet

Lebih mengoptimalkan kemampuan VO2 maksimal serta kekuatan otot guna meningkatkan kemampuan daya tahan lari. Serta pentingnya pemanasan fisik sebagai bentuk persiapan daya kerja otot agar lebih maksimal

2. Bagi Peneliti Lainnya

Untuk lebih mengkaji lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan lari lainnya

(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Samihardja J. Peranan ilmu-ilmu kedokteran dalam peningkatan prestasi olah raga.Dalam buku : Simposium dan diskusi panel peningkatan prestasi olah raga: Semarang. 1985

2. Djoko I. Pedoman Praktis Berolahragauntuk Kebugaran danKesehatan, Yogyakarta :Andi Offset. 2005

3. Sajoto.Pengembangan dan Pembinaan Kekuatan kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.1995

4. Sharkey BJ. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003

5. Suharno HP. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung :PT. Karya Ilmu. 1993

6. Bompa TO.Periodization: Theory and Methodology of Training, 4thEdition.

Kendall/Hunt: Publishing Company.1999

7. Ismaryati. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2011

8. Afriwardi.Ilmu Kedokteran Olahraga.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran Olahraga EGC. 2011

9. Sadoso S.Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992

10. Sajoto. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan kondisi fisik. Semarang: Effhar dan Dahara Prize. 2002

(60)

11. Sudarno SP. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Dekdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.1992

12. Hairy J. Fisiologi Olahraga Jilid I.Jakarta: Depdikbud. 1992.

13. Vander. Human Physiology :The Respiratory System. In :Human Physiology

The Mechanism of Body Function, 8nd ed. Boston : McGraw Hill; 2001. p.18.

14. Fox SI. Respiratory Physiology :The Respiratory System. In : Fox SI. Human

Physiology, 8th ed. Kota : McGraw-Hill; 2003. p. 480.

15. Guyton AC,Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11th ed.Jakarta:EGC. 2007; 1121

16. Fox SI. Respiratory Physiology :Hemoglobin and Oxygen Transport. In : Fox SI. Human Physiology, 8th ed. Kota : McGraw-Hill; 2003. p. 504-5.

17. Kathleen L K,Jonathan K. Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung: Advent Indonesia. 1992

18. Dede K. Olahraga Bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012

19. Astrand PD, Rodahl K..Texbook of Work Physiological Basic of

Exercise.New York: Mc.Graw Hill Brooks Company. 1986

20. Guyton AC,Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11th ed.Jakarta:EGC. 2007 ; 112 - 4

21. Guyton AC,Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11th ed.Jakarta: EGC.2007 ; 76

(61)

22. Muryono S.Anatomi Fungsional Sistem Lokomosi (Pengantar Kinesiologi). Semarang:Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro.2001

23. Yoda IK . Buku Ajar Peningkatan Kondisi Fisik.Singaraja: IKIP Negeri. 2006

24. Ngurah N.Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD. 1998

25. Albertus F,Feruq M.Tes dan Pengukuran dalam Olahraga.Yogyakarta:Penerbit Andi. 2014

26. Netter, Frank H.Atlas of Human Anatomy 25thedition.Jakarta:EGC.2014

27. Snell RS.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa 6thed.Jakarta:EGC. 2006

28. Fox L, Bowers R, Foss M. The Physiological Basic of Physical Education and

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis terhadap implementasi dan pengujian sistem Optimasi Portofolio Mean- semivariance Algoritma Genetika Multiobjective NSGA-II dengan metode

Pertumbuhan dan produksi kedelai dengan pemberian mikoriza pada tanah salin meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang tanaman, jumlah polong per tanaman,

Disamping itu pengalaman komunikasi juga berkontribusi terhadap konsep diri untuk menampilkan ciri dari seorang indigo tersebut, guna mendapatkan pengakuan dari masyarakat

Padahal pada pembelajaran di kelas, tipologi kinestik lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa (Bire, Geradus, &amp; Bire, 2014; Vaishnav, 2013). Salah

sekira pukul 11.30 Wita terdakwa dihubungi lewat handphone oleh LEMMANG ( belum tertangkap ) untuk bertemu di rumah kosong milik ipar terdakwa bernama ASNIAR yang

minor hasil fermentasi dengan menggunakan Trichoderma harzianum selama tiga hari yang dilanjutkan Saccharomyces cerevisiae selama tujuh hari (P2), merupakan

DAMPAK BANTUAN OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) TERHADAP KONDISI PEREKONOMIAN UGANDA TAHUN 2001 SAMPAI 2006.. Untuk Pemenuhan Tugas Seminar Masalah

Seorang siswa keperawatan bergantung pada kemampuan teoritis dan pengalaman klinis untuk mendapatkan pengetahuan keperawatan dan rasa percaya diri, analisis,