• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM

(DKL) MATERI UJI MAKANAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

RADEN ARINI AYU LESTARI 1102206

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Analisis Struktur dan Kemungkinan

Kemunculan Jenjang Kognitif pada Desain

Kegiatan Laboratorium (DKL) Materi Uji

Makanan

Oleh

RADEN ARINI AYU LESTARI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Raden Arini Ayu Lestari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM

(DKL) MATERI UJI MAKANAN

Oleh:

RADEN ARINI AYU LESTARI NIM. 1102206

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Bambang Supriatno, M.Si. NIP. 196305211988031002

Pembimbing II

Eni Nuraeni, M.Pd. NIP. 197606052001122001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI,

(4)

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Analisis Struktur dan Kemungkinan Kemunculan Jenjang Kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) Materi Uji Makanan

Raden Arini Ayu Lestari

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai keterlaksanaan, struktur, serta kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) pada materi uji makanan. Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) merupakan penuntun kegiatan praktikum yang membimbing siswa dalam kegiatan praktikum. Diagram Vee dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam menilai struktur DKL yang menjadi sampel penelitian. Struktur DKL dilihat dari keberadaan dan kualitas komponen Diagram Vee yang terdapat di dalamnya. Pada kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL, analisis mengacu pada tuntutan kompetensi dasar kurikulum 2006 dan 2013. Jenjang kognitif yang dimaksud adalah dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan pada Taksonomi Bloom Revisi yang pada DKL dilihat berdasarkan kata kerja operasional pada tujuan praktikum, langkah kerja, serta pertanyaan pengarah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan sampel sebanyak 9 DKL SMP dan 11 DKL SMA pada materi uji makanan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dari segi keterlaksanaan semua DKL telah dapat terlaksana di laboratorium. Dari segi struktur, masih diperlukan perbaikan pada DKL dengan mengacu kepada kriteria penilaian komponen Diagram Vee sehingga DKL dapat mengakomodasi proses pembentukkan pengetahuan. Pada kemungkinan kemunculan jenjang kognitif juga masih diperlukan perbaikan sehingga seluruh jenjang kognitif pada DKL dapat menunjang siswa dalam pencapaian kompetensi dasar.

(5)

ABSTRACT

Analysis of Structure and Possibility of The Emergence of The Cognitive Level in Laboratory Activity’ Design (DKL) in Content of Test Food

Raden Arini Ayu Lestari

This study aimed to get an overview of the feasibility, structure and the possibility of the emergence of the cognitive level in Laboratory Activity’s Design (DKL) on food test

content. Laboratory Activity’s Desaign (DKL) is a practical activities’ guidance that

guide students in practical activities. The Vee Diagram in this study is used as a reference in assessing the structure of the DKL samples. The DKL structure seen from the presence and the quality of Vee Diagram components contained in it. On the possibility of the emergence of cognitive level in the DKL, the analysis refers to the basic competence demands on curriculum of 2006 and 2013 in digestive system. Cognitive level in question is the dimension of cognitive processes and dimension of knowledges on the revision of Bloom's Taxonomy which in the DKL can be seen based on the operational work words on laboratory activity’s goals, working steps, and the referring questions. This research was done using the descriptive method with sample of 9 DKL of junior high and 11 DKL of senior high in food test content. This study shows that in terms of feasibility all DKL has been able to be done in the laboratory. In terms of structure, there are still needed an improvment in the DKL by referring to the assessment criteria of Vee Diagram components, so that the DKL of junior and senior high can accommodate knowledge formation process. On the possibility of the emergence of the cognitive level, there are also still needed an improvement, so that all the cognitive level in the DKL can support the students in achieving basic competency.

(6)

v

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II STRUKTUR DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) BERDASARKAN DIAGRAM VEE, KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI, DAN ANALISIS KOMPETENSI DASAR DAN MATERI PRAKTIKUM UJI MAKANAN ... 9

A.Struktur Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) Berdasarkan Diagram Vee (1984) ... 9

B.Jenjang kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi (2001) ... 12

C.Analisis Materi Praktikum Uji Makanan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A.Definisi Operasional ... 25

B.Desain Penelitian ... 26

C.Populasi dan Sampel ... 26

(7)

vi

E. Prosedur Penelitian ... 34

F. Analisis Data ... 35

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A.Temuan ... 40

B.Pembahasan ... 49

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 76

A.Simpulan ... 76

B.Implikasi dan Rekomendasi ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN A ... 82

LAMPIRAN B ... 127

DOKUMENTASI PENELITIAN ... 144

(8)

vii

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

(9)

viii

Tabel 3.12. Pengumpulan dan Pengolahan Data Penelitian ... 35 Tabel 4.1. Catatan Lapangan Eksekusi DKL SMP Materi Uji Makanan... 38 Tabel 4.2. Catatan Lapangan Eksekusi DKL SMA Materi Uji Makanan ... 39 Tabel 4.3. Keberadaan Komponen Diagram Vee pada DKL SMP Materi Uji Makanan ... 40 Tabel 4.4. Keberadaan Komponen Diagram Vee pada DKL SMA Materi Uji Makanan ... 40 Tabel 4.5. Persentase Kelengkapan Komponen pada DKL SMP dan SMA Materi Uji Makanan ... 41 Tabel 4.6. Skor Komponen Diagram Vee pada DKL SMP Materi Uji Makanan 42 Tabel 4.7. Persentase Nilai Komponen Diagram Vee pada DKL SMP Materi Uji

Makanan ... 43 Tabel 4.8. Skor Komponen Diagram Vee pada DKL SMA Materi Uji

Makanan ... 44 Tabel 4.9. Persentase Nilai Komponen Diagram Vee pada DKL SMA Materi Uji

Makanan ... 45 Tabel 4.10. Kemungkinan Kemunculan Jenjang kognitif pada DKL SMP Materi Uji Makanan ... 46 Tabel 4.11. Kemungkinan Kemunculan jenjang kognitif pada DKL SMA Materi Uji Makanan ... 47 Tabel 4.12. Rata-rata Skor Komponen Diagram Vee pada DKL SMP dan SMA Materi Uji Makanan ... 51 Tabel 4.13. Tinjauan Kompetensi Dasar Materi Sistem Pencernaan SMP dan

(10)

ix

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Vee ... 10

Gambar 4.1. Contoh Komponen Pertanyaan Fokus pada DKLSMP (1) ... 53

Gambar 4.2. Contoh Komponen Pertanyaan Fokus pada DKLSMP (2) ... 53

Gambar 4.3. Contoh Komponen Pertanyaan Fokus pada DKL SMA... 54

Gambar 4.4. DKL dengan Komponen Objek/ Peristiwa yang Menunjukkan Catatan yang Akan Diambil ... 56

Gambar 4.5. Kesalahan Langkah Kerja pada DKL SMA ... 57

Gambar 4.6. DKL SMP dengan Skor Komponen Teori, Prinsip, dan Konsep 4 Poin ... 59

Gambar 4.7. DKL SMA dengan Komponen Teori, Prinsip, dan Konsep yang Mendapatkan Skor 4 Poin ... 60

Gambar 4.8. DKL SMA dengan Skor Komponen Catatan/ Transformasi 1 Poin ... 63

Gambar 4.9. DKL SMA dengan Skor Komponen Catatan/ Transformasi 4 poin ... 63

Gambar 4.10. Komponen Klaim Pengetahuan dengan Skor 4 poin ... 66

Gambar 4.11. DKL dengan Skor Komponen Klaim Pengetahuan 0 Poin ... 67

Gambar 4.12. DKL dengan Skor Komponen Klaim Pengetahuan 3 Poin ... 67

Gambar 4.13. Grafik Frekuensi Kemungkinan Kemunculan Jenjang Kognitif pada DKL SMP Materi Uji Makanan ... 71

Gambar 4.14. Langkah Kerja yang Mengarahkan Siswa pada Jenjang Kognitif C1-Prosedural pada DKL SMP ... 71

Gambar 4.15. Grafik Frekuensi Kemungkinan Kemunculan Jenjang Kognitif pada DKL SMA Materi Uji Makanan... 72

Gambar 4.16. Proses Kognitif C2 dan C3 pada DKL SMA ... 73

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran 1 DKL Praktikum Kode P2 ... 82

Lampiran 2 DKL Praktikum Kode P8 ... 84

Lampiran 3 DKL Praktikum Kode P11 ... 85

Lampiran 4 DKL Praktikum Kode P14 ... 88

Lampiran 5 DKL Praktikum Kode P17 ... 90

Lampiran 6 DKL Praktikum Kode P34 ... 92

Lampiran 7 DKL Praktikum Kode P46 ... 94

Lampiran 8 DKL Praktikum Kode P51 ... 97

Lampiran 9 DKL Praktikum Kode P52 ... 99

Lampiran 10 DKL Praktikum Kode A2 ... 101

Lampiran 11 DKL Praktikum Kode A7 ... 103

Lampiran 12 DKL Praktikum Kode A11 ... 106

Lampiran 13 DKL Praktikum Kode A12 ... 108

Lampiran 14 DKL Praktikum Kode A13 ... 110

Lampiran 15 DKL Praktikum Kode A14 ... 112

Lampiran 16 DKL Praktikum Kode A16 ... 115

Lampiran 17 DKL Praktikum Kode A21 ... 116

Lampiran 18 DKL Praktikum Kode A22 ... 121

Lampiran 19 DKL Praktikum Kode A25 ... 122

Lampiran 20 DKL Praktikum Kode A26 ... 125

LAMPIRAN B Lampiran 1 Instrumen Penelitian... 127

Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Analisis Kemungkinan Kemunculan Jenjang Kognitif pada DKL Uji Makanan SMP ... 135

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Kemungkinan Kemunculan Jenjang Kognitif pada DKL Uji Makanan SMA ... 138

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di Sekolah ... 141

(12)

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kegiatan praktikum merupakan salah satu kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains, termasuk di dalamnya Biologi. Sains merupakan interaksi antara ide-ide dan observasi. Peran penting dari praktikum adalah untuk membantu siswa membangun hubungan antara observasi dan ide-ide (Abrahams dan Millar, 2008). Ide yang dimaksud adalah sasaran utama dari sisi pengetahuan yang akan dicapai oleh siswa, sedangkan observasi adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan siswa. Praktikum pada intinya dilakukan untuk memberikan siswa pengetahuan baru melalui serangkaian kegiatan yang melibatkan keterampilan dan pengetahuan siswa.

Para filsuf seperti Brown (1979), Gowin (1970, 1981), dan Toulmin (1972) menganggap bahwa pengetahuan dibentuk berdasarkan eksperimen dengan menggunakan konsep sebagai batu loncatannya (dalam Alvarez & Rizko, 2007). Artinya pengetahuan lama akan diproses lagi menjadi pengetahuan baru tanpa mengubah pengetahuan lama tersebut. Hal ini didukung dengan pernyataan Ausubel (tanpa tahun, dalam Safdar 2010) bahwa pembelajaran yang bermakna adalah ketika pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Pada hakikatnya ini merupakan aplikasi dari teori belajar konstruktivisme.

Pandangan konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil konstruksi atau bentukan kognitif melalui kegiatan seseorang (Rusyanti, 2013). Bagi konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta (Sukiman, 2008). Oleh karena itu, tujuan dari praktikum yang dapat dikatakan paling utama adalah terbentuknya pengetahuan baru berdasarkan prior knowledge (pengetahuan sebelumnya) dan eksperimen yang dimiliki dan dilakukan oleh siswa.

(13)

2

kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013, dua kurikulum yang saat ini masih digunakan di sekolah-sekolah di Indonesia, standar proses pembelajaran memiliki inti yang sama. Meskipun pada kurikulum 2006 standar proses ditekankan pada proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sedangkan pada kurikulum 2013 standar proses ditekankan pada pendekatan ilmiah (scientific approach) namun sebenarnya keduanya sama-sama merujuk pada kegiatan praktikum, meskipun pada prakteknya praktikum bukanlah suatu kegiatan mutlak pada pembelajaran.

Praktikum sendiri memiliki bentuk yang bermacam-macam. Di dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar yang ditulis oleh Rustaman, Dirdjosoemarto, Yudianto, Kusumastuti, Rochintaniawati, dan Achmad (2005), kegiatan praktikum dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk. Salah satu bentuk yang umum dilakukan pada pembelajaran di sekolah adalah praktikum yang bersifat pengalaman. Kegiatan praktikum bersifat pengalaman biasanya meliputi kegiatan verifikasi sebagai penemuan fakta-fakta yang akan menjadi bukti dari kebenaran konsep ataupun kegiatan discovery sebagai penguat landasan pembentukan konsep. Keduanya sama-sama mengarahkan siswa pada pembentukan pengetahuan baru yang menjadi inti dari kegiatan praktikum.

Terlepas dari tujuan praktikum sebagai proses pembentukan pengetahuan bagi siswa dan tuntutannya dalam kurikulum, ternyata kegiatan praktikum yang dilakukan di sekolah belum sepenuhnya mencapai idealisme tersebut. Hodson (1991; dalam Abrahams dan Millar, 2008) menyebutkan bahwa bagi beberapa siswa, praktikum dirasa kurang memberikan kontribusi dalam mempermudah pembelajaran sains. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Muscat (2012) bahwa seringkali terjadi siswa yang telah selesai melaksanakan praktikum tidak mengerti apa yang mereka kerjakan. Artinya pencapaian yang diinginkan melalui kegiatan praktikum untuk membuat siswa memperoleh pengetahuan baru yang utuh telah gagal dilaksanakan.

(14)

3

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam praktikum ini akan berjalan dengan baik apabila terjadi dengan langkah-langkah yang terstruktur. Langkah-langkah-langkah terstruktur inilah yang idealnya harus dimiliki oleh setiap kegiatan praktikum yang dilakukan oleh siswa.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) yang menuntun siswa untuk melaksanakan kegiatan praktek sains (Supriatno, 2013). Desain Kegiatan Laboratorium merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan praktikum yang baik. Struktur dari DKL sebenarnya masih seringkali diperdebatkan, namun pada dasarnya struktur yang baik pada sebuah DKL ditandai dengan adanya langkah-langkah yang terstruktur dalam proses pembentukan pengetahuan.

Widyatiningtyas (2009, dalam Parmin, 2012) menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan bagi seseorang yang sedang belajar IPA dapat dilakukan dengan mengembangkan rasa ingin tahu melalui sesuatu kegiatan yang bermakna. Praktikum sebagai salah satu kegiatan pembelajaran tentu termasuk ke dalam kegiatan yang bermakna. Proses pembentukan pengetahuan ini bermula dari fakta atau fenomena yang muncul pada kegiatan praktikum. Fakta yang ada kemudian ditransformasikan menjadi data yang dapat diinterpretasikan dengan bantuan teori, konsep, ataupun prinsip yang berkaitan dengan tujuan dari penelitian tersebut. Interpretasi dari data tersebut kemudian akan membentuk pengetahuan baru. Inilah yang disebut dengan pembentukan pengetahuan.

Pembentukan pengetahuan seperti yang telah dijelaskan di atas terjadi secara bertahap. Tahapan ini merupakan suatu proses yang akan membantu siswa dalam meniti dalam membentuk pengetahuan sehingga akan terjadi proses yang utuh tanpa meloncat-loncat. Novak dan Gowin (1984) telah menciptakan sebuah alat heuristik yang dapat dijadikan patokan dalam menyusun dan mengevaluasi tahapan-tahapan pembentukan pengetahuan dalam suatu kegiatan penelitian praktikum. Alat heuristik tersebut kini dikenal dengan nama Diagram Vee (Novak dan Gowin, 1984).

(15)

4

praktikum, yakni klaim pengetahuan yang akan menjawab pertanyaan fokus dan menjadi penanda dari terbentuknya pengetahuan baru. Diagram ini dapat membantu guru sebagai pembuat maupun pengguna DKL dalam merancang dan mengevaluasi DKL yang digunakan untuk melihat kesesuaian antara satu komponen dan komponen lain di dalamnya sebagai langkah-langkah pembentukan pengetahuan. Diagram Vee adalah salah satu alat efektif yang memberikan pembelajaran bermakna dan mengembangkan kemampuan metakognitif (Novak, 1990; Novak & Gowin, 1984; Passmore, 1998 dalam Evren, Bati & Yilmaz, 2012). Oleh karenanya, Diagram Vee juga dapat membantu dalam proses pembentukan pengetahuan di dalam kegiatan praktikum.

Diagram Vee sebenarnya bukan merupakan diagram asli, namun hanya berupa alur untuk memperlihatkan tahapan-tahapan dalam proses pembentukan pengetahuan yang terbagi menjadi lima komponen, yakni komponen pertanyaan fokus; objek/ peristiwa; teori, konsep, dan prinsip; catatan/ transformasi; serta klaim pengetahuan. Komponen-komponen ini pada dasarnya adalah langkah-langkah yang akan mengarahkan siswa pada pembentukan pengetahuan. Secara umum, Diagram Vee dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pembuatan struktur DKL yang baik karena telah valid dan memiliki kriteria-kriteria komponen yang jelas sehingga akan memudahkan guru atau pembuat DKL dalam menyusun DKL dengan struktur tertentu. DKL yang memiliki serta mengikuti struktur Diagram Vee memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam menuntun proses pembentukan pengetahuan yang tepat.

(16)

5

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di dalam Taksonomi Bloom revisi terdapat empat dimensi pengetahuan yang masing-masing memiliki enam proses kognitif. Empat dimensi pengetahuan tersebut adalah dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Sedangkan enam tingkatan berpikir tersebut merupakan dimensi proses kognitif yang biasa disebutkan sebagai C1 (mengingat), C2 (menjelaskan), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Pengaplikasian jenjang kognitif di dalam DKL praktikum yang digunakan oleh siswa biasanya tertuang secara operatif di dalam kata kerja yang terdapat di tujuan praktikum, langkah kerja, maupun pertanyaan pengarah. Seperti yang telah disebutkan, jenjang kognitif yang ada pada DKL juga seharusnya mengacu pada kompetensi pada kurikulum yang digunakan karena bertujuan untuk menunjang siswa dalam pencapaian kompetensi. Maka DKL yang baik dari tentu yang mengarahkan siswa pada pencapaian kompetensi tersebut.

Kegiatan praktikum di sekolah-sekolah di kota Bandung, khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, kerap kali dipandu dengan menggunakan DKL yang dibuat maupun diambil dari berbagai sumber, seperti buatan guru, buatan penerbit, maupun dari buku paket yang menjadi buku panduan pembelajaran. Materi praktikum uji makanan yang cukup abstrak juga seringkali menjadi salah satu materi yang ditunjang oleh kegiatan praktikum. Oleh karena itu, hampir setiap sekolah baik pada jenjang SMP dan SMA melakukan praktikum uji makanan pada pembelajaran sistem pencernaan.

(17)

6

Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai analisis struktur DKL berdasarkan Diagram Vee dan kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL yang digunakan di SMP dan SMA di kota Bandung pada materi uji makanan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai bagaimana struktur dan kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL materi uji makanan di SMP dan SMA di kota Bandung.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dibentuk dari penelitian ini adalah, “Bagaimana struktur dan kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) materi uji makanan di SMP dan SMA?”.

Adapun pertanyaan penelitian yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil uji coba keterlaksanaan DKL materi uji makanan di SMP dan SMA?

2. Bagaimana struktur DKL materi uji makanan di SMP dan SMA berdasarkan Diagram Vee?

3. Bagaimana kualitas komponen DKL materi uji makanan di SMP dan SMA berdasarkan Diagram Vee?

4. Bagaimana kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL materi uji makanan di SMP dan SMA?

C.Batasan Masalah

(18)

7

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis struktur pada DKL akan dilakukan dengan melihat keterlaksanaan DKL di laboratorium, keberadaan dan kualitas dari kelima komponen Diagram Vee dengan menggunakan kriteria penilaian komponen Diagram Vee. Kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL akan dianalisis berdasarkan kata kerja operasional pada tujuan praktikum, langkah kerja, dan pertanyan pengarah pada DKL. Kata kerja operasional yang teridentifikasi kemudian dikategorikan berdasarkan dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan yang merujuk pada Taksonomi Bloom revisi.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan uji coba keterlaksanaan DKL materi uji makanan yang sedang digunakan di SMP dan SMA Negeri Kota Bandung,

2. Menganalisis DKL materi uji makanan yang sedang digunakan di SMP dan SMA Negeri Kota Bandung sehingga mendapatkan gambaran mengenai struktur DKL tersebut,

3. Menganalisis DKL materi uji makanan yang sedang digunakan di SMP dan SMA Negeri Kota Bandung mendapatkan gambaran mengenai kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL tersebut.

E.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran Biologi mengenai kondisi Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) di lapangan sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menggunakan DKL pada pembelajaran Biologi.

2. Menjadi referensi bagi guru Biologi dalam mengembangkan DKL.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(19)

8

Makanan”. Laporan hasil penelitian ditulis dalam bentuk skripsi yang diorganisasikan sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan, berisi tentang: a. Latar belakang penelitian; b. Rumusan masalah penelitian; c. Batasan masalah penelitian;

d. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian; dan

e. Manfaat penelitian untuk perkembangan pendidikan sains.

2. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang hasil tinjauan pustaka mengenai setiap variabel yang terlibat dalam penelitian ini, diantaranya:

a.Struktur Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) berdasarkan DiagramVee; b.Jenjang kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom revisi (2001);

c.Analisis materi praktikum uji makanan. 3. Bab III - Metode Penelitian, berisi tentang:

a.Definisi Operasional yang menjelaskan mengenai definisi dari setiap variabel pada penelitian ini;

b.Desain penelitian yang menjelaskan mengenai metode penelitian dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian;

c.Populasi dan sampel yang menjelaskan mengenai populasi dan sampel serta teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini;

d.Instrumen penelitian yang digunakan,

e.Prosedur penelitian yang menjelaskan mengenai tahapan dari penelitian ini; dan

f. Analisis data yang menjelaskan tentang cara untuk menganalisis data yang didapatkan dari setian instrumen yang digunakan dalam penelitian.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan, berisi tentang pemaparan temuan yang didapatkan dari penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel, dan grafik, serta pemaparan mengenai pembahasan dari temuan penelitian yang didapatkan. Pembahasan tersebut dikaitkan dengan teori atau penelitian yang telah ada. 5. Bab V Penutup, berisi tentang simpulan yang diperoleh dari penelitian,

(20)

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 25

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Definisi Operasional

1. Analisis Struktur Desain Kegiatan Laboratorium (DKL)

Analisis struktur DKL yang dimaksud pada penelitian ini adalah analisis keberadaan dan kualitas dari lima komponen Diagram Vee di dalam DKL. Lima komponen yang terdapat pada Diagram Vee merupakan bagian dari Diagram Vee yang dibuat oleh Novak dan Gowin (1984). Komponen-komponen ini terdiri dari lima hal, yakni: pertanyaan fokus; teori, prinsip, dan konsep; objek/ peristiwa; catatan/ transformasi; dan klaim pengetahuan. Struktur DKL yang menjadi sampel penelitian dinilai berdasarkan keberadaan dan kualitas komponen-komponen Diagram Vee dengan menggunakan rubrik keberadaan dan kriteria penialaian komponen Diagram Vee.

2. Kemungkinan Kemunculan Jenjang kognitif

Jenjang kognitif yang dimaksud pada penelitian ini mengacu pada taksonomi Bloom revisi yang dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl (2001). Kemungkinan kemunculan jenjang kognitif yang dimaksud pada penelitian ini adalah jenjang kognitif yang kemungkinan akan dilakukan oleh siswa berdasarkan pada kata kerja operasional yang terdapat pada DKL. Kata kerja operasional tersebut dapat diidentifikasi dari tujuan praktikum, langkah kerja, maupun pertanyaan pengarah pada DKL.

Pada Taksonomi Bloom, jenjang kognitif terdiri dari dua dimensi, yakni dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, sedangkan dimensi proses kognitif terdiri dari proses kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

(21)

26

dibuat berdasarkan tabel buatan Anderson et. al. (2001) serta pemaparan contohnya dalam pembelajaran biologi oleh Widodo (2005).

3. Desain Kegiatan Laboratorium (DKL)

Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) merupakan panduan dalam kegiatan laboratorium atau praktikum, yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan di laboratorium dengan baik. Desain kegiatan laboratorium di sekolah biasanya dikenal sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum. Pada penelitian ini, DKL yang menjadi sampel penelitian adalah DKL praktikum materi uji makanan yang sedang digunakan di SMP dan SMA Negeri di kota Bandung, baik berasal dari buku paket, penerbit, maupun buatan guru di sekolah.

B.Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Pada penelitian ini hal yang dideskripsikan adalah mengenai struktur dan Kemungkinan Kemunculan Jenjang kognitif pada DKL yang digunakan di SMP dan SMA Negeri di Kota Bandung.

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) biologi yang digunakan di SMP dan SMA Negeri di Kota Bandung mengenai materi uji makanan, baik DKL yang berasal dari buku paket, buatan penerbit, maupun buatan guru.

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan DKL materi uji makanan yang digunakan di SMP dan SMA Negeri Kota Bandung berdasarkan struktur dan kemungkinan kemunculan jenjang kognitif di dalamnya, sehingga seluruh DKL materi uji makanan di sekolah-sekolah tersebut idealnya menjadi sampel untuk penelitian ini.

(22)

27

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DKL materi uji makanan yang digunakan di sekolah tersebut. Tidak seluruh sekolah bersedia memberikan DKL sebagai sampel penelitian ini. Beberapa sekolah juga tidak melakukan praktikum pada materi uji makanan sehingga pada akhirnya didapat 14 DKL SMP dan 12 DKL SMA yang dijadikan sampel penelitian. Pada proses analisis ditemukan bahwa 6 dari 14 DKL SMP merupakan DKL yang sama, sehingga dari 6 DKL yang sama tersebut diambil satu DKL sebagai perwakilan. Begitupun pada DKL SMA, terdapat 2 dari 12 DKL SMA yang merupakan DKL yang sama sehingga diambil 1 DKL untuk menjadi perwakilan bagi DKL yang sama tersebut.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, sampel pada penelitian ini menjadi 9 DKL SMP dan 11 DKL SMA. Setiap DKL kemudian diberikan kode dengan pemberian huruf P pada DKL SMP dan A pada DKL SMA diikuti dengan angka yang menunjukkan sekolah tempat DKL berasal.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk menganalisis komponen diagram Vee dan probabilitas kemunculan jenjang kognitif siswa pada Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) SMP dan SMA ini adalah sebagai berikut.

1. Catatan Lapangan Pelaksanaan Eksekusi DKL

(23)

28

Tabel 3.1. Catatan Lapangan Pelaksanaan Eksekusi DKL

No. Kode

DKL Catatan selama Eksekusi

1. 2. 3. ....

Tabel 3.1. memperlihatkan format isian pada instrumen catatan lapangan pelaksanaan ekseskusi DKL. Kolom kode DKL diisi sesuai dengan kode dari DKL yang dieksekusi sedangkan kolom catatan selama eksekusi diisi oleh hal-hal yang terjadi selama ekseskusi sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

2. Rubrik Penilaian Struktur DKL berdasarkan Diagram Vee

Diagram Vee merupakan alat yang digunakan untuk mencerminkan kerangka berpikir seseorang yang disusun dan diciptakan oleh Novak dan Gowin (1984). Diagram ini dapat digunakan pula untuk mengevaluasi proses pembentukan pengetahuan seperti yang terdapat pada DKL praktikum. Pada penelitian ini Diagram Vee digunakan untuk menilai struktur DKL berdasarkan keberadaan serta kualitas kelima komponen Diagram Vee yang ada pada DKL.

Pada gambar 2.1. dapat dilihat Diagram Vee memiliki lima komponen yang harus dimiliki oleh sebuah DKL praktikum. Lima komponen tersebut adalah: pertanyaan fokus; objek/ peristiwa; teori, prinsip, dan konsep; catatan/ transformasi; serta klaim pengetahuan.

Pada penelitian ini struktur DKL dinilai berdasarkan hasil eksekusi langkah kerja yang telah dilakukan pada DKL. Berdasarkan eksekusi tersebut dilihat keberadaan komponen Diagram Vee dengan menggunakan rubrik keberadaan komponen Diagram Vee pada Tabel 3.2. berikut.

Tabel 3.2. Rubrik Keberadaan Komponen Diagram Vee

Komponen Keberadaan Kriterian

Pertanyaan Fokus

Ada Pertanyaan fokus teridentifikasi pada rumusan masalah ataupun tujuan praktikum

(24)

29

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komponen Keberadaan Kriterian

Peristiwa langkah kerja dilakukan

Tidak ada Objek/ peristiwa yang diharapkan tidak muncul pada saat praktikum, langkah kerja, maupun pertanyaan pengarah

Tidak ada Tidak ada teori, prinsip, atau konsep yang teridentifikasi pada tujuan praktikum, langkah kerja, maupun pertanyaan pengarah Catatan/

Transformasi

Ada Ada catatan yang dapat teridentifikasi pada saat objek/ event muncul serta proses transformasi yang menyertai baik dalam bentuk tabel, grafik, maupun pertanyaan pengarah

Tidak ada Tidak ada catatan yang dapat teridentifikasi pada saat objek/ event muncul serta tidak ada proses transformasi yang menyertai baik dalam bentuk tabel, grafik, maupun pertanyaan pengarah Klaim

Pengetahuan

Ada Ada arahan untuk melakukan klaim pengetahuan pada

pertanyaan pengarah

Tidak ada Klaim pengetahuan tidak terarah

Tabel keberadaan komponen Diagram Vee (Tabel 3.2.) menunjukkan rubrik keberadaan komponen-komponen Diagram Vee pada suatu DKL. Keberadaan komponen ini menunjukkan apakah suatu DKL memiliki struktur yang lengkap berdasarkan Diagram Vee. Pada saat analisis keberadaan dilakukan, hasilnya ditulis ke dalam Tabel 3.3. berikut sehingga didapat tabulasi dan rekapitulasi data yang lengkap dari seluruh DKL.

Tabel 3.3. Keberadaan Komponen Diagram Vee pada DKL SMP/ SMA Materi Uji Makanan

(25)

30

komponen pertanyaan fokus dan objek/ peristiwa, dan cakupan skor 0-4 untuk komponen teori, prinsip dan konsep; catatan/ transformasi; serta klaim pengetahuan. Rubrik penilaian setiap komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

a. Rubrik Penilaian Komponen Pertanyaan fokus

Pertanyaan fokus merupakan pertanyaan utama yang akan menunjukkan peristiwa utama pada kegiatan praktikum. Pertanyaan ini sejatinya menghubungkan sisi konseptual dan metodologi pada Diagram Vee sehingga pada kegiatan praktikum, terlihat jelas apa saja konsep yang akan digunakan dan objek/ peristiwa apa saja yang akan muncul.

Pertanyaan fokus biasanya dinyatakan dalam bentuk rumusan masalah atau tujuan praktikum. Rentang skor untuk komponen pertanyaan fokus adalah 0 sampai dengan 3 dengan kriteria seperti pada Tabel 3.4. berikut.

Tabel 3.4. Rubrik Penilaian Komponen Pertanyaan Fokus

Skor Indikator

0 Tidak ada pertanyaan fokus yang teridentifikasi

1 Pertanyaan fokus dapat teridentifikasi, namun tidak fokus pada objek dan peristiwa utama atau sisi konseptual dari Vee.

2 Pertanyaan fokus dapat diidentifikasi; termasuk konsep, tetapi tidak mendukung observasi objek atau peristiwa utama yang terbentuk.

3 Pertanyaan fokus yang jelas dapat diidentifikasi; termasuk konsep yang akan digunakan dan menunjukkan peristiwa utama dan objek yang menyertainya.

(Novak & Gowin, 1984)

b. Rubrik Penilaian Komponen Objek/ Peristiwa

(26)

31

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Komponen Objek/ Peristiwa

Skor Indikator

0 Objek atau peristiwa tidak dapat diidentifikasi.

1

Peristiwa utama atau objek dapat diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, atau peristiwa dan objek dapat diidentifikasi, tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus.

2 Peristiwa utama dengan objek yang menyertai dapat diidentifikasi, dan konsisten dengan pertanyaan fokus.

3 Sama seperti di atas, tetapi juga menunjukkan catatan apa yang akan diambil

(Novak & Gowin, 1984) c. Rubrik Penilaian Komponen Teori, Prinsip, dan Konsep

Teori, prinsip, dan konsep merupakan tiga hal dasar dari sisi konseptual yang akan membangun suatu pengetahuan pada praktikum. Ketiga hal ini ditekankan sebagai pengetahuan awal (prior knowledge) atau pengetahuan yang harus telah dimiliki siswa berdasarkan pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, siswa memiliki dasar dalam pembentukan pengetahuan baru pada kegiatan praktikum. Rentang skor untuk komponen teori, prinsip, dan konsep adalah 0 sampai dengan 4. Kriteria untuk setiap skor dapat dilihat pada Tabel 3.6. berikut.

Tabel 3.6. Rubrik Penilaian Komponen Teori, Prinsip, dan Konsep

Skor Indikator

0 Tidak ada sisi konseptual yang dapat diidentifikasi.

1 Beberapa konsep dapat diidentifikasi, tetapi tanpa prinsip dan teori, atau prinsip yang ditulis adalah klaim pengetahuan yang dicari dalam praktikum.

2 Terdapat konsep dan setidaknya satu jenis prinsip (konseptual dan metodologis) atau konsep dan teori yang relevan dapat diidentifikasi.

3 Konsep dan dua jenis prinsip dapat diidentifikasi, atau konsep, salah satu jenis prinsip, dan teori yang relevan dapat diidentifikasi.

4 Konsep, dua jenis prinsip, dan teori yang relevan dapat diidentifikasi

(Novak & Gowin, 1984)

d. Rubrik Penilaian Komponen Catatan/ Transformasi

(27)

32

Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Komponen Catatan/ Transformasi

Skor Indikator

0 Tidak ada catatan atau transformasi yang dapat diidentifikasi.

1 Catatan dapat diidentifikasi, tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan atau fokus peristiwa utama.

2 Catatan atau transformasi dapat diidentifikasi, tetapi tidak keduanya.

3 Catatan dapat diidentifikasi untuk peristiwa utama; transformasi yang tidak konsisten dengan maksud pertanyaan fokus.

4 Catatan dapat diidentifikasi untuk peristiwa utama; transformasi yang konsisten dengan pertanyaan fokus dan tingkat kelas dan kemampuan siswa.

(Novak & Gowin, 1984)

e. Kriteria Penilaian Komponen Klaim Pengetahuan

Klaim pengetahuan adalah serangkaian langkah menuju pembentukan pengetahuan yang menjadi tujuan utama dari praktikum. Klaim pengetahuan sejatinya adalah jawaban dari pertanyaan fokus yang berupa pengetahuan baru bagi siswa yang melakukan praktikum. Langkah-langkah klaim pengetahuan tidak serta merta berupa perintah pembuatan kesimpulan semata, namun lebih kepada adanya arahan, baik berupa narasi maupun pertanyaan pengarah, untuk menggunakan objek/ peristiwa yang telah diubah menjadi data pada kegiatan mencatat dan transformasi serta penggunaan pengetahuan-pengetahuan konseptual untuk proses pembentukan pengetahuan. Rentang skor untuk komponen klaim pengetahuan adalah 0 sampai dengan 4. Kriteria untuk setiap skor tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.8. berikut.

Tabel 3.8. Rubrik Penilaian Komponen Klaim Pengetahuan

Skor Indikator

0 Tidak ada klaim pengetahuan yang dapat diidentifikasi. 1 Klaim tidak berhubungan dengan sisi kiri dari Vee.

2 Pengetahuan klaim mencakup konsep yang digunakan dalam konteks yang tidak tepat atau generalisasi yang tidak konsisten dengan catatan dan transformasi.

3 Pengetahuan klaim meliputi konsep dari pertanyaan fokus dan berasal dari catatan dan transformasi.

4 Sama seperti di atas, tetapi klaim pengetahuan mengarah ke fokus baru pertanyaan.

(Novak & Gowin, 1984)

(28)

33

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.9. Skor Komponen Diagram Vee pada DKL SMP/ SMA Materi Uji Makanan mengetahui frekuensi DKL pada setiap skor untuk setiap komponennya seperti pada tabel 3.10. berikut.

Tabel 3.10. Persentase Skor Komponen Diagram Vee pada DKL SMP/ SMA Materi Uji Makanan

No. Komponen Kisaran Skor Persentase untuk Skor (%)

0 1 2 3 4

3. Tabel Kemungkinan Kemunculan Jenjang kognitif

Kemungkinan kemunculan jenjang kognitif pada DKL merupakan salah satu variabel yang dianalisis pada penelitian ini. Variabel ini masih merupakan kemungkinan karena kemunculan hanya dilihat dari kata kerja operasional yang terdapat pada pertanyaan fokus/ tujuan, langkah kerja, serta pertanyaan pengarah pada DKL sehingga kemunculannya pada diri siswa saat praktikum berlangsung masih berupa kemungkinan. Kemungkinan kemunculan jenjang kognitif ini dianalisis dengan dengan menggunakan Tabel Dimensi Pengetahuan (Tabel 2.2) serta Tabel Dimensi Proses Kognitif (Tabel 2.3).

(29)

34

kemungkinan kemunculan pada setiap jenjang kognitif. Hasil klasifikasi pada seluruh DKL dimasukkan ke dalam Tabel 3.11. berikut.

Tabel 3.11. Kemungkinan Kemunculan Jenjang kognitif pada DKL SMP/ SMA Materi Uji Makanan

Prosedur penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yakni sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Pada tahap ini, prosedur yang dilakukan meliputi:

a. Pelaksanaan studi literatur b. Pembuatan proposal penelitian

c. Pelaksanaan seminar proposal penelitian

d. Pembuatan surat izin penelitian (surat terlampir) 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian, prosedur yang dilakukan meliputi: a. Pengumpulan DKL sampel dari SMP dan SMA Negeri di Kota Bandung b. Pemberian kode pada seluruh DKL yang dianalisis

(30)

35

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Tahap Penyelesaian

Pada tahap penyelesaian, prosedur yang dilakukan meliputi: a. Penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan b. Penyusunan laporan penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini seluruhnya dilakukan secara deskriptif. Data yang didapatkan dari setiap instrumen diuraikan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan DKL SMP dan SMA materi uji makanan di kota Bandung berdasarkan struktur dan kemungkinan kemunculan jenjang kognitifnya. Data yang didapatkan pada penelitian ini merupakan data rekapitulasi hasil analisis yang dinyatakan dalam bentuk centang untuk keberadaan komponen Diagram Vee, skor/ nilai untuk kualitas komponen Diagram Vee, serta nilai/ frekuensi untuk Kemungkinan Kemunculan Jenjang kognitif pada DKL. Penjelasan mengenai pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat secara lebih jelas pada Tabel 3.12. berikut.

Tabel 3.12. Pengumpulan dan Pengolahan Data Penelitian

(31)

36

Berdasarkan Tabel 3.12. tersebut dapat terlihat bagaimana proses pengumpulan dan pengolahan data pada penelitian ini. Sumber data pada penelitian adalah hasil eksekusi DKL maupun isi dari DKL itu sendiri. Hasil dari eksekusi DKL digunakan sebagai dasar dalam penilaian struktur DKL menurut keberadaan dan kualitas komponen Diagram Vee. Keberadaan komponen Diagram Vee memperlihatkan kelengkapan struktur DKL berdasarkan Diagram Vee. Sedangkan kualitas komponen Diagram Vee memperlihatkan rata-rata dan persentase skor pada setiap komponen sehingga dapat diketahui kualitas DKL berdasarkan komponen Diagram Vee-nya.

(32)

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 76

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan pemaparan temuan dan pembahasan pada bagian sebelumnya, didapat beberapa simpulan. Seluruh DKL, baik DKL SMP maupun SMA, eksekusi langkah kerja dapat dilaksanakan. Objek/ peristiwa yang diharapkan telah muncul, serta mayoritas tidak ditemukan kesulitan yang berarti pada saat eksekusi dilakukan.

Seluruh DKL SMP sudah mengikuti struktur berdasarkan Diagram Vee dilihat dari keberadaan lima komponen Diagram Vee. Pada DKL SMA materi uji makanan, sebagian besar DKL juga telah mengikuti struktur berdasarkan keberadaan lima komponen Diagram Vee. Hanya ada satu DKL yang tidak memiliki salah satu komponen, yakni komponen klaim pengetahuan, sehingga perlu mendapatkan perbaikan pada komponen tersebut.

Berdasarkan kualitas komponen Diagram Vee-nya, DKL SMP masih memerlukan perbaikan. Komponen-komponen yang perlu mendapatkan perbaikan terutama adalah komponen pertanyaan fokus yang masih belum menunjukkan objek/ peristiwa utama dalam kegiatan praktikum, komponen teori, prinsip, dan konsep yang pada beberapa DKL masih kurang melibatkan ketiganya secara relevan, serta komponen klaim pengetahuan karena sebagian besar DKL belum mengaitkan proses klaim dengan sisi kiri atau konseptual Diagram Vee.

Pada DKL SMA juga masih perlu mendapatkan perbaikan. Komponen yang perlu mendapatkan perbaikan sama seperti pada DKL SMP, yakni komponen pertanyaan fokus karena belum menunjukkan objek/ peristiwa utama, komponen teori, prinsip, dan konsep karena DKL belum dapat melibatkan ketiga hal tersebut secara relevan, serta komponen klaim pengetahuan karena masih ada DKL yang belum memiliki komponen ini, masih belum dapat mengaitkan proses klaim dengan sisi konseptual Diagram Vee, dan belum ada DKL SMA yang mengarahkan klaim pengetahuan ke fokus baru pertanyaan.

(33)

77

dasar dilihat dari kemungkinan kemunculan jenjang kognitif. Jenjang kognitif yang terlihat berdasarkan kata kerja operasional pada tujuan, langkah kerja, maupun pertanyaan pengarah banyak terdapat pada jenjang kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), serta C3 (mengaplikasikan), terutama pada jenjangkognitif C1-prosedural. Padahal tuntutan dari kompetensi dasar adalah C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), serta C4 (menganalisis). Artinya masih ada tuntutan jenjang kognitif C4 yang belum tercapai. Sedangkan dari sisi dimensi pengetahuan, pengetahuan prosedural mendominasi pada DKL, terutama pada langkah kerja. Sedangkan pengetahuan metakognitif tidak muncul sama sekali pada DKL SMP yang dianalisis. Padahal pada kegiatan praktikum, selain pengetahuan prosedural, pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang diharapkan muncul.

Pada DKL SMA, tuntutan kompetensi dasar juga belum dapat dipenuhi. Sama halnya dengan DKL SMP, jenjang kognitif banyak muncul pada jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C3 (menganalisis). Tuntutan kompetensi dasar materi sistem pencernaan pada jenjang SMA lebih ditekankan pada jenjang kognitif C2 dan C4 (mengaplikasikan). Hanya ada beberapa DKL yang memunculkan jenjang kognitif C4. Sedangkan dari sisi dimensi pengetahuan, sama halnya dengan pada DKL SMP, pengetahuan yang banyak muncul adalah pengetahuan prosedural. Pengetahuan metakognitif tidak ada kemunculannya sama sekali pada DKL SMA.

B.Implikasi dan Rekomendasi

(34)

78

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan yang sistematis, mengingat hal itulah yang menjadi tujuan dari kegiatan praktikum.

Tinjauan ataupun analisis pada kompetensi dasar materi sistem pencernaan juga merupakan hal yang harus dilakukan oleh pembuat DKL sebelum DKL dibuat. Selain sebagai salah satu proses pembentukkan pengetahuan baru, kegiatan praktikum juga diharapkan mampu mengarahkan siswa dalam pencapaian kompetensi pembelajaran sehingga hal ini tidak boleh diabaikan begitu saja. Desain Kegiatan Laboratorium sebagai penuntun kegiatan praktikum perlu menyesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar ini sehingga seluruh jenjang kognitif dan pengetahuan yang terjadi pada diri siswa selama kegiatan praktikum akan mampu menunjang pencapaian kompetensi dasar yang diharapkan.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan peneliti dengan berdasarkan interpretasi peneliti terhadap instrumen penialaian. Terkait dengan hal tersebut, peneliti merekomendasikan untuk adanya validasi pada beberapa instrumen untuk mengurangi subjektivitas pada proses analisis pada penelitian yang selanjutnya. Penilaian struktur DKL yang hanya berdasar pada Diagram Vee juga dapat dikembangkan dengan penambahan referensi sebagai dasar penilaian. Referensi tambahan ini dapat berupa penambahan kriteria struktur DKL berdasarkan desain inkuiri terbimbing sehingga didapat patokan yang lebih jelas untuk struktur DKL.

(35)

79

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, I. dan Millar, R. (2008). Does practical work really work? A study of the effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school science. International Journal of Science Education, 30(14), hlm. 1945–1969

Adisendjaja, Y.H. (t.t.). Kegiatan praktikum dalam pendidikan sains. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ 195512191980021-YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/KEGIATAN_PRAK TIKUM_Dlm_PEND.__SAINS.pdf.

Alvarez, M.C. dan Risko, V.J. (2007). The use of v ee diagrams with third graders as a metacognitive t ool f or learning science concepts. Teaching and Learning Faculty Research. Paper 5.

Anderson L. W., dan Krathwohl, D.R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E., Pintrich, P. R., ... dan Wittrock, M.C. (2001). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ayuni, N. (t.t.). Teori konstruktivisme. [Online]. Tersedia: https://www.academia .edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME.

Budiningsih, C.A. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Rinika Cipta.

Calais, G. J. (2009). The Vee diagram as problem solving strategy: content area reading/ writing implications. National forum teacher education journal 19(3), hlm. 1-8.

Campbell, N., Reece, J. B., Urry, L.A., Cain, M. L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., dan Jackson, R.B. (2008). Biologi jilid 3. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Evren, A., Bati, K., dan Yilmaz, S. (2012). The effect of using v-diagram in science and technology laboratory teaching on preservice teachers’ critical thinking dispositions. SciVerse Science Direct 46, hlm. 2267-2272.

Kranimulia, P. J.. (2011). Analisis keterampilan psikomotor kelompok siswa kelas xi pada praktikum uji makanan. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesi.

(36)

Raden Arini Ayu Lestari, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN JENJANG KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL) MATERI UJI MAKANAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muscat, M. (2012). The development of sixteen year old students’ biology concepts through out of classroom activities. [Online]. Diakses dari http://cmc.ihmc.us/cmc2012papers/cmc2012-p24.pdf.

Nouvak, J.D. dan Gowin, D.B. (1985). Learning how to learn. New York: Cambridge University Press.

Parmin. (2012). Penerapan critical review artikel pembelajaran ipa untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun proposal skripsi. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2), hlm. 183-191.

Rahayu, S. S. (2011). Analisis Penerapan metakognitif berdasarkan diagram Vee pada desain praktikum pertumbuhan dan perkembangan di SMA. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rustaman, A., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Kusumastuti, M. N., Rochintaniawati, D., dan Achmad, Y. (2005). Strategi belajar mengajar. Malang: UM Press.

Rusyanti, H. (2013). Pembelajaran konstruktivisme: teori belajar konstruktivisme. [Online]. Tersedia: http://www.kajianteori.com/2013/02/ pembelajaran-konstruktivisme-teori-belajar-konstruktivisme.html.

Safdar, M. (2010). A comparative study of ausubelian and traditional methods of teaching physics at secondary school level in Pakistan. (Tesis). Islamabad. National University of Modern Languages, Islamabad.

Solihat, L. S. (2011). Analisis penerapan metakognitif pada desain praktikum alat indera di SMA dengan menggunakan diagram Vee. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sukiman. (2008). Teori pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme dan pendidikan islam. Kependidikan Islam, 3(1), hlm. 59-70.

Supriatno, B. (2013). Pengembangan program perkuliahan pengembangan praktikum biologi sekolah berbasis ancorb untuk mengembangkan

kemampuan merancang dan mengembangkan desain kegiatan

laboratorium. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Toplis, R., dan Allen, Mz. (2012). ‘I do and i understand?’ practical work and laboratory use in united kingdom schools. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 8(1), hlm. 3-9.

(37)

Gambar

Tabel 3.1. Catatan Lapangan Pelaksanaan Eksekusi DKL
Tabel 3.3. Keberadaan Komponen Diagram Vee pada DKL SMP/ SMA Materi
Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Komponen Objek/ Peristiwa
Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Komponen Catatan/ Transformasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

PERTANAHAN NASIONAL TENTANG TATA CARA PENGGANTIAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH.. Sertipikat lama adalah sertipikat yang telah diterbitkan oleh Kantor Pendaftaran Tanah, Kantor

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR DAN IQ BERDASARKAN HASIL BELAJAR PADA MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN 2012.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kepala Seksi Penatagunaan Tanah setelah mendapat petunjuk dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya mempersiapkan surat keputusan dengan menggunakan formulir isian Lampiran

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Senja Wijaya Rahmat Universitas

Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal (Studi Deskriptif Pada Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013/ 2014).. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, jadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi, kepribadian dan

dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat.. membantu perkembangan