• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Uji Rem Portabel pada Kendaraan Roda 4 Menggunakan Sensor Accelerometer dan Sensor Gaya Berbasis Mikrokontroler T1 612005030 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Uji Rem Portabel pada Kendaraan Roda 4 Menggunakan Sensor Accelerometer dan Sensor Gaya Berbasis Mikrokontroler T1 612005030 BAB IV"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

38

Bab ini akan membahas pengujian dan analisis setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan pada setiap modul yang telah direalisasikan dan pada sistem secara keseluruhan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengujian dari setiap bagian.

4.1. Pengujian Modul Mikrokontroler, LCD dan RTC

Pengujian modul mikrokontroler dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu melakukan pengecekan port-port pada mikrokontroler dengan cara memberikan program flip-flop sederhana untuk menyalakan lampu LED.

START

Isi PB-PD dengan 00h

Beri waktu tunda 1 detik

Isi PB-PD dengan FFh

Beri waktu tunda 1 detik

SELESAI

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengujian Port Mikrokontroler

(2)

{

printf("TEST SERIAL BRAKE TESTER PROJECT!\r");

delay_ms(1000);

};

Mikrokontroler mengirimkan data teks TEST SERIAL BRAKE TESTER PROJECT ke hyper terminal pada komputer, dan jika data yang diterima oleh komputer sama dengan data yang dikirimkan, maka mikrokontroler dinyatakan bekerja dengan baik. Hasil yang diperoleh hyper terminal ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Penerimaan Data Serial pada Komputer

Untuk pengujian LCD dan RTC, pada LCD ditampilkan jam, hari dan tanggal. Ketika catu daya dimatikan, maka pada LCD masih tertampil jam, hari dan tanggal yang telah ter-update, sehingga dapat diartikan untuk LCD dan RTC bekerja dengan baik. Gambar 4.3 adalah tampilan jam, hari dan tanggal yang tertampil pada LCD.

(3)

4.2. Pengujian Sensor Accelerometer

Pengujian sensor accelerometer dibagi menjadi dua bagian yaitu pengujian accelerometer dalam kondisi diam dan dalam kondisi bergerak. Pengujian accelerometer dalam kondisi diam bertujuan untuk menguji accelerometer untuk mengukur percepatan gravitasi bumi (kondisi diam), sedangkan pengujian accelerometer dalam kondisi bergerak bertujuan untuk menguji percepatan accelerometer saat digerakkan.

4.2.1. Pengujian Accelerometer Dalam Kondisi Diam

Pengujian accelerometer dalam kondisi diam dilakukan dengan mengubah posisi vektor sumbu x, y dan z dalam berbagai posisi. Sebagai contoh, untuk pengujian accelerometer pada posisi x = -1g, y = 0 g dan z = 0g, maka perlu diatur sudut Axr = 180°, Ayr = 90° dan Azr = 90°. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

 Rx =Rcos(Axr) = Rcos(180) = -1  Ry =Rcos(Ayr) = Rcos(90) = 0  Rz =Rcos(Azr) = Rcos(90) = 0

√ = √

Nilai Rx,Ry dan Rz inilah yang digunakan untuk acuan posisi vektor x, y dan z pada accelerometer. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai Rx = -1, Ry = 0 dan Rz = 0, sehingga pada accelerometer harus menunjukkan posisi vektor akibat pengaruh gravitasi bumi yaitu x = -1 g, Y = 0 g dan Z = 0 . Gambar 4.4 adalah salah satu contoh hasil pengujian accelerometer pada posisi x = -1g, y = 0g dan z = 0g.

(4)

Gambar 4.4 Hasil Pengujian Accelerometer X= -1g,Y=0g,Z=0g

Tabel 4.1 Pengujian Accelerometer Dalam Kondisi Diam

NO Posisi Sudut Posisi Accelerometer

θx θy θz gX gY gZ

1 90° 90° 0° 0 0 0,99

2 90° 0° 90° 0 1,00 0

3 0° 90° 90° 1,00 0 0

4 90° 90° 180° 0 0 -1,00

5 90° 180° 90° 0 -1,01 0

6 180° 90° 90° -1,00 0 0

7 45° 90° 90° 0,707 0 0

(5)

4.2.2. Pengujian Accelerometer Dalam Kondisi Bergerak

Pengujian pada kondisi ini dilakukan untuk menguji sensor accelerometer akibat percepatan ketika benda bergerak. Yang diuji dalam pengujian ini adalah kecepatan dan jarak. Pengujian dilakukan dengan percobaan pada bidang miring. Gambar ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Ilustrasi Pengujian Accelerometer Pada Bidang Miring

θ=30°, s=1,4m

Pada percobaan ini, permukaaan dibuat selicin mungkin sehingga gaya gesek diabaikan . Dari Gambar 4.5 bisa didapat bahwa :

⃗ ⃗

⃗ ⃗

⃗ ⃗

⃗ ∫ ⃗

⃗ ∫ ∫ ⃗) )

Keterangan : ⃗ = kecepatan accelerometer (m/s)

⃗ = percepatan(m/s²) t = waktu (s)

(6)

Gambar 4.6 Percobaan Pada Bidang Miring

Langkah-langkah percobaannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan sudut kemiringan (θ), dalam percobaan ini sudutnya adalah θ=30°. 2. Mengukur percepatan, kecepatan dan posisi accelerometer ketika dilepas dari

kemiringan sebesar θ. Untuk menghitung kecepatan dan posisi, digunakan metode penghitungan luas area trapezoidal.

3. Mencari nilai faktor pengali untuk memperkecil error dengan melakukan percobaan berulang-ulang hingga menunjukkan kecepatan dan posisi yang sesuai dengan perhitungan.

4. Waktu yang digunakan adalah waktu yang didapat dari timer mikrokontroler (0,024s), dan waktu totalnya adalah 0,024s x 25 sample data (data ke 88 s.d data ke 113 = 0,6023s.

(7)

miring sampai dengan sebelum accelerometer menabrak lantai.(data ke 88 s.d. data ke 113). Data ke 114 dan seterusnya dianggap nol.

Gambar 4.7 Grafik Percepatan Sebelum Dikalikan Faktor Pengali

Gambar 4.8 Grafik Kecepatan Sebelum Dikalikan Faktor Pengali

Gambar 4.9 Grafik Posisi Sebelum Dikalikan Faktor Pengali

0 1 2 3 4 5 6 1 6 1

1 16 21 26 13 36 41 46 51 56 61 66 71 67 81 86 91 96

1 0 1 1 0 6 1 1 1 1 1 6 p e rc e p a ta n m /s 2 ) jumlah sample

a saat s =1.4 m

2.820890595 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 1 6 1

1 16

2

1 26 31 36 41 46 51 65 61 66 71 76 81 86 91

(8)

Gambar 4.7 s.d. Gambar 4.9 (sebelum dikalikan faktor pengali) bila dibandingkan dengan perhitungan kecepatan dan posisi adalah sebagai berikut :

velo1 = velo0+((time/2)*(acc1+acc0));

pos1 = pos0+((time/2)*(velo1+velo0));

Keterangan : velo0 = kecepatan sebelumnya

velo1 = kecepatan saat ini

pos0 = posisi sebelumnya

pos1 = posisi saat ini

Nilai variable time didapat dari waktu sample pada mikrokontroler yaitu sebesar 0,024s. Untuk pengujian kecepatan, kecepatan puncak (jumlah total area) sesungguhnya dapat dirumuskan :

⃗ ∫ ⃗

⃗ ) ) ample = 2,95 m/s

Dilihat dari gambar grafik hasil percobaan sebelum dikalikan faktor pengali, kecepatan puncak (jumlah total area) = 2,82m/s. Dalam hal ini diperlukan faktor pengali agar kecepatan yang didapat sebesar 2,95m/s. Nilai faktor pengalinya adalah sebesar 1,04. Nilai ini sebagai pengali dalam persamaan penghitungan kecepatan dengan metode trapezoidal. Angka ini didapat dari :

Dari hasil percobaan sebelum dikalikan faktor pengali posisi menunjukkan 0,82m, padahal jarak sesungguhnya adalah sebesar 1,4 m, dalam hal ini berarti dalam perhitungan kecepatan dan posisi perlu dikalikan faktor pengali. Faktor pengali untuk posisi adalah

(9)

Faktor pengali ini dimasukkan dalam persamaan :

velo1 = velo0+(ca1l*(time/2)*(acc1+acc0));

pos1 = pos0+(cal2*(time/2)*(velo1+velo0));

Keterangan : cal1 = faktor pengali kecepatan = 1,04

cal2 = faktor pengali posisi =1,70

Gambar 4.10 s.d. Gambar 4.12 adalah gambar percepatan, kecepatan dan posisi yang sudah dikalikan faktor pengali.

Gambar 4.10 Grafik Percepatan Sesudah Dikalikan Faktor Pengali

Gambar 4.11 Grafik Kecepatan Sesudah Dikalikan Faktor Pengali

Gambar 4.12 Grafik Posisi Sesudah Dikalikan Faktor Pengali

0 1 2 3 4 5 6 1 6 1 1 1 6 2 1 2 6 3 1 3 6 4 1 4 6 5 1 5 6 6 1 6 6 7 1 7 6 8 1 8 6 9 1 9 6 1 0 1 1 0 6 1 1 1 1 1 6 p e rc e p a ta n m /s 2 ) jumlah sample

(10)

Langkah percobaan seperti di atas dilakukan beberapa kali percobaan dengan variasi sudut yang berbeda-beda yaitu pada sudut kemiringan θ=10°, θ=25°θ=30°,

θ=40°dan θ=50°. Hasil percobaan dapat dilihat pada lembar lampiran.

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa nilai perhitungan kecepatan dengan nilai error kecil ada pada percobaan pada sudut kemiringan θ=30° (6%), θ=40° (4%) dan θ=50° (5%). Error besar terjadi pada sudut θ=25° (64%). Hal ini terjadi karena sudut kemiringan yang kecil akan menyebabkan benda akan meluncur kebawah lebih pelan dibandingkan dengan sudut kemiringan yang besar (gaya gravitasi yang bekerja lebih kecil), sehingga percepatan yang dihasilkan juga kecil. Padahal sensor accelerometer telah diterapkan discrimination window untuk meredam error yang terjadi saat accelerometer dalam kondisi diam agar saat kondisi diam, accelerometer dapat menunjukkan 0g. Namun penerapan discrimination window ini akan menyebabkan sebagian nilai percepatan yang mendekati nol dianggap nol oleh sensor sehingga ketika terjadi percepatan mendekati nol (laju benda lambat) , maka akan banyak data percepatan yang hilang, akibatnya akan terjadi banyak error untuk perhitungan kecepatan dan posisi.

Sedangkan pada sudut lebih kecil dari θ=25º, massa benda diam di tempat (tidak dapat meluncur pada bidang miring). Hal ini terjadi karena gaya gesek bekerja lebih besar daripada gaya yang menyebabkan benda meluncur ke bawah, sehingga sensor percepatan akan mendeteksi percepatannya sama dengan nol. Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 menunjukkan nilai error terbesar pada beberapa kali percobaan pada tiap variasi sudut kemiringan.

Tabel 4.2 Nilai Error Kecepatan Terbesar Pada Percobaan Bidang Miring

Sudut (°) Error Kecepatan Terbesar (%)

10° Massa diam

20° Massa diam

25° 64,1

30° 6,1

40° 4,4

(11)

Tabel 4.3 Tabel Nilai Error Posisi Terbesar Pada Percobaan Bidang Miring Sudut (°) Error Posisi

Terbesar (%)

10° Massa diam

20° Massa diam

25° 64,1

30° 7,8

40° 6,6

50° 3,9

Dari hasil percobaan pada bidang miring, dapat diketahui bahwa pada sudut kurang dari θ = 25°, massa benda tidak diam di tempat (tidak bisa meluncur ke bawah). Untuk sudut θ = 25°, nilai percepatan maksimalnya adalah sebesar :

⃗ ⃗ )

Pada sudut kurang dari θ = 25° nilai error yang dihasilkan untuk perhitungan kecepatan dan posisi menghasilkan error yaitu 64,1 % dan 64,1 %. Oleh sebab itu nilai percepatan kurang dari , algoritma trapezoidal tidak bisa diterapkan untuk perhitungan kecepatan dan jarak pengereman. Berbeda ketika sudut diubah menjadi

θ=30°, maka nilai percepatan maksimalnya adalah

⃗ ⃗ )

(12)

4.2.3. Pengujian Accelerometer di Mobil

Mobil yang digunakan adalah minibus jenis Isuzu Panther buatan tahun 1998. Gambar 4.13 adalah gambar mobil Isuzu Panther yang digunakan untuk pengujian alat. Pengujian dilakukan pada malam dini hari pukul 01.00 WIB di jalan lingkar Salatiga pada kondisi jalan rata (bukan tanjakan atau turunan) dan dalam kondisi kering. Untuk pengujian kecepatan dibandingkan dengan speedometer mobil dan Navitel 5.0.0.1069 GPS Software Navigator for android. Pengujian dilakukan dengan berbagai variasi percobaan.

Gambar 4.13. Mobil Isuzu Panther Untuk Pengujian Alat

Percobaan 1 : Data diambil saat mobil melaju dengan kecepatan 30km/jam lalu

(13)

Gambar 4.14 Grafik Percepatan Mobil Percobaan 1

Gambar 4.15 Grafik Kecepatan Mobil Percobaan 1

(14)

Hasil posisi yang terukur (dengan menggunakan meteran) yaitu sebesar 5,4 m. berarti masih terdapat error sebesar :

Percobaan 2 : Percobaan dua dilakukan dengan cara menjalankan mobil dari kecepatan 0 km/jam (berhenti) hingga kecepatan 30km/jam. (menggunakan gigi satu lalu pindah gigi dua)

Gambar 4.17 Grafik Percepatan Mobil Percobaan 2

(15)

Gambar 4.19 Grafik Posisi Mobil Percobaan 2

Dari hasil percobaan, kecepatan mobil saat 30 km/jam (speedometer mobil), pada accelerometer menunjukkan 33,60 km/jam. Sehingga error-nya bisa dihitung sebesar :

Percobaan 3 : Percobaan 3 ini dilakukan pengambilan data saat mobil pada

kecepatan 0 km/jam (berhenti) lalu berjalan sampai dengan kecepatan 30km/jam (menggunakan gigi 1 lalu pindah gigi 2), setelah mencapai kecepatan 30km/jam lalu mobil di rem secara mendadak.

(16)

Gambar 4.21 Grafik Kecepatan Mobil Percobaan 3

Gambar 4.22 Grafik Posisi Mobil Percobaan 3

Pada Percobaan 3 ini, masih terdapat error pada kecepatan mobil yaitu saat 30km/jam. dari grafik yang terukur menunjukkan kecepatan mobil sebelum direm yaitu sebesar 39,54 km/jam. Error yang dihasilkan yaitu sebesar :

Ketiga percobaan tersebut dilakukan beberapa kali dengan mobil yang sama, jalan yang sama , jam yang sama, namun pada hari yang berbeda-beda.

4.3. Pengujian Sensor Gaya

(17)

Tabel 4.4 Hasil Kalibrasi Sensor Flexiforce[17]

Nilai Standar (N) Penunjukan Alat (N) Ketidakpastian (±)

49,03 49,69

±5,64

98,07 98,56

147,10 147,13

196,17 196,69

245,21 245,49

294,24 294,30

392,36 392,76

Ketidakpastian adalah angka yang menunjukkan ukuran lebar distribusi dari nilai terukur untuk pembacaan alat ukur atau nilai bahan ukur yang telah dikoreksi. Ketidakpastian kalibrasi dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95% dengan faktor k=2. Informasi detail teknis tercantum pada sertifikat kalibrasi di lampiran. Gambar 4.23 adalah gambar pemasangan sensor flexiforce pada pedal rem mobil.

Gambar 4.23 Gambar Pemasangan Sensor Flexiforce Pada Pedal Rem

4.4. Pengujian Alat Secara Keseluruhan

Gambar 4.24 adalah gambar alat secara keseluruhan, sedangkan Gambar 4.25 menunjukkan gambar ketika power on dihidupkan. Pada layar LCD tertampil hari, tanggal, waktu dan kecepatan mobil sebelum diinjak pedal rem.

Pedal Kopling

Sensor Flexiforce

(18)

Gambar 4.24 Gambar Alat Keseluruhan

Gambar 4.25 Gambar Alat Ketika Power On

Gambar 4.26 menunjukkan informasi setelah penginjakan rem. Data yang ditampilkan yaitu perlambatan kendaraan (g), posisi kendaraan setelah direm (g/posisi), gaya injak rem (N).

charger

Mobile Printer Modul Kontrol FlexiForce

120 mm

(19)

Gambar 4.26 Gambar Informasi Setelah Penginjakan Rem

Gambar 4.27 adalah gambar cetakan hasil pengukuran.

Gambar 4.27 Gambar Hasil Cetak Portable Printer

Arah sumbu x Arah sumbu y

Posisi kendaraan setelah direm

Jarak pengereman

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengujian Port Mikrokontroler
Gambar 4.2. Penerimaan Data Serial pada Komputer
Gambar 4.4 Hasil Pengujian Accelerometer X= -1g,Y=0g,Z=0g
Gambar 4.5 Ilustrasi Pengujian Accelerometer Pada Bidang Miring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai korelasi (r) antara partisipasi orang tua dan motivasi belajar dengan hasil belajar yang diperoleh dari hasil penghitungan adalah 0,468 yang berarti terdapat korelasi yang

Biaya Operasional Badan Koordinasi Penataan ruang daerh (BKPRD) Pembahasan draft dan penggandaan buku Humbang Hasundutan dalam Angka Tahun 2012. Penyusunan dan penggandaan

[r]

Kepada para penyedia jasa yang merasa keberatan atas pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan secara on line melalui aplikasi SPSE pada website

Analisis Solusi Persamaan Korteweg-de Vries (KdV) Dengan Menggunakan Metode Lax Wendroff; Dewi Lestari, 091810101026; 2013: 34 halaman; Jurusan Matematika

1) Situasional : artinya berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru dan siswa di kelas. 2) Kontekstual : Artinya upaya pemecahan yang berupa

Fe dalam larutan tanah akan bereaksi membentuk endapan AIPO4 dan FePOa yang. sukar larut (presipitasi

Guru Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Muttaqien Kalasan Sleman merupakan khalayak sasaran yang menjadi fokus pada kegiatan pengabdian