• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106 terhadap transaksi musyarakah pada BMT Al Munawwarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106 terhadap transaksi musyarakah pada BMT Al Munawwarah"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

MATSALUL JAKI MUTKI NIM: 1110053000013

KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Transaksi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah Kantor Pusat Pamulang Pembimbing : Muamar Aditya, SE, M. AK

Sistem dan praktik ekonomi syariah mulai terlihat marak perkembanganya di tanah air sejak lebih kurang satu dekade terakhir. Perkembangan ini tidak terlepas dari alasan pokok keberadaan sistem ekonomi syariah, yaitu keingian dari masyarakt muslim untuk kaffah dalam menjalankan agama Islam dengan menjalankan seluruh aktvitas dan transaksi ekonominya sesuai dengan ketentuan syariah. Perkembangan sistem dan praktek ekonomi syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat jika dibandingkan dengan perkembangannya di negara – negara maju.

Di Indonesia lembaga keuangan syariah mulai menjamur yaitu bank syariah maupun BMT, namun BMT lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana penyaluran dan yang non profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah yang yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga bisnis berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana komersil, yang disebut baitul tamwwil

Melihat perkembangan BMT di Indonesia yang pesat namun di mana ada kecendrungan dari BMT di Indonesia masih menggunakan akuntansi standar yang belum berpedoman pada PSAK, oleh karena itu penulis ingin meneliti pada BMT Al Munawwarah karena BMT tersebut termasuk BMT yang cepat pertumbuhanya dan mempunyai banyak cabang khususnya di daerah Tangerang Selatan dan Depok.

Penelitian ini merupakan studi pada BMT Al Munawwarah dengan judul “Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 106 Terhadap Transaksi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah yang dilakukan BMT Al Munawwarah sudah sesuai dengan PSAK No. 106.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran dan penilaian mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah pada BMT Al Munawwarah.

Hasil analisis menyatakan bahwa implementasi pembiayaan musyarakah pada BMT Al Munawwarah telah sesuai dengan PSAK No. 106. Kesesuaian tersebut sudah meliputi pencatatan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi musyarakah. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar BMT Al Munawwarah terus konsisten dalam mengimplementasikan PSAK 106 secara penuh yang disusun oleh IAI selaku organisasi yang mengatur standar akuntansi keuangan di Indonesia.

(6)

Puji syukur peneliti ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta inayah-NYA peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud skripsi ini. Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada Inunda dan Ayahanda penulis, Ayahanda tercinta H. Guntur Alamsyah dan Ibunda tersayang Nurhayati yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang serta doanya yang selalu mengiringi di setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi inipun dapat penulis selesaikan guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).

Selanjutnya, juga yang paling penting penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya adalah:

1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, S.Ag., M.Ed selaku Wadek I bidang Akademik, Dr. Hj. Raudhanah, M.Ag selaku Wadek II bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Bidang Kemahasiswaan.

(7)

3. Muammar Aditya, SE,M.AK selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan penulis serta memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis telaah pada skripsi ini dan secara tuntas dapat mengoreksi skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mentransformasikan ilmunya pada penulis dalam batasan-batasan tertentu yang dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui informasi tentang dinamika pengetahuan yang ada.

5. Seluruh Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan meminjamkan koleksi buku-bukunya sebagai bahan referensi bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Keluarga Besar BMT Al Munawwarah (Ibu Sumirah Almisani dan Bpk.

Samabiyanto, SE) yang telah banyak membantu penulis dan telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian serta terimakasih atas masukan yang berarti bagi penulis.

7. dr. Diniati Juliana Zulhawa yang telah memberikan suport hingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini dengan sehat wal afiat.

(8)

semangat dan keceriaannya semoga kita tetap selalu kompak.

Pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut berpartisipasi membantu dan mendo’akan penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 16 Juni 2015

(9)

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian ... 8

D. Review Study Terdahulu ... 9

E. Kerangka Teori... 16

F. Metode penelitian ... 18

G. Pedoman Penulisan Laporan ... 20

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI, AKUNTANSI SYARI’AH SERTA AKUNTANSI MUSYARAKAH BERDASARKAN PSAK 106 A. Pengertian Akuntansi Secara Umum ... 22

B. Akuntansi Syariah Serta Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional ... 28

C. Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam ... 38

D. Akuntansi Musyarakah ... 46

E. Akad Musyarakah Berdasarkan PSAK 106 ... 57

F. Jurnal Teori Akuntansi Syariah ... 66

BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL MUNAWWARAH A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al Munawwarah ... 83

B. Visi dan Misi BMT Al Munawwarah ... 84

C. Tim Kerja BMT Al Munawwarah tahun 2013-2016 ... 85

D. Izin dan Legalitas ... 86

E. Penghargaan dan Prestasi ... 87

F. Wilayah dan Kantor ... 87

(10)

A. Akuntansi Musyarakah Pada BMT Al Munawwarah... 92

1. Perlakuan dan Pencatatan Akuntansi Musyarakah ... 92

B. Ketentuan Akuntansi Musyarakahah Menurut PSAK 106 .... 98

1. Aset Atau Investasi Musyarakah ... 98

2. Jaminan ... 99

3. Pengembalian Dana Musyarakah ... 100

4. Kewajiban, Piutang, Keuntungan dan Kerugian Musyarakah ... 101

5. Bagi Hasil ... 101

6. Kekuatan dan Kelemahan PSAK 106 ... 102

7. Jurnal Pembiayaan Akuntansi Musyarakah ...102

C. Implementasi Akuntansi Musyarakah Terhadap (PSAK) 106 ...107

1. Pencatatan ( Pengakuan dan Pengukuran ) ... 107

2. Pengungkapan ... 109

3. Penyajian ... 110

4. Penilaian Implementasi Antara PSAK 106 dan BMT Al Munawwarah ... 113

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 125 Daftar Pustaka

(11)
[image:11.595.111.507.204.593.2]
(12)

A. Latar Belakang Masalah

Sistem dan praktik ekonomi syariah mulai terlihat marak perkembanganya di tanah air sejak lebih kurang satu dekade terakhr. Perkembangan ini tidak terlepas dari alasan pokok keberadaan sistem ekonomi syariah, yaitu keingian dari masyarakt muslim untuk kaffah dalam menjalankan agama Islam dengan menjalankan seluruh aktvitas dan transaksi ekonominya sesuai dengan ketentuan syariah. Perkembangan sistem dan praktek ekonomi syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat jika dibandigkan dengan perkembangannya di negara – negara maju.

Salah satu upaya penerapan prinsip Islam dalam kegiatan ekonomi adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip Islam. Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara dua pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran tersebut dijadikan wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien ke arah peningkatan taraf hidupnya.1

1

(13)

Tujuan didirikanya lembaga keuangan syariah adalah untuk mngembangkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan perbankan. Adapun yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan keuniversalan.2

Di Indonesia sistem perekonomian yang sesuai dengan prinsip syariah telah dipraktikan dan melembaga sejak lama, bila kita melihat kembali kebelakang sesungguhnya masyarkat Indonesia telah mengenal ekonomi syariah bahkan jauh sebelum sistem kapitalis dikenal bangsa Indonesia, yaitu dengan praktik bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik lahan. Dalam perkembanganya bahkan memiliki peran secara nasional terbukti dengan didirikanya Syarikat Dagang Islam pada tahun 1909. Kekuatan para pedagang Islam tersebut telah menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap kolonial Belanda. Secara nasional perkembangan ekonomi syariah diawal dengan berdirinya BPRS ( Bank Perkreditan Rakyat Syariah) di Bandung pada tahun 1991, yaitu P.T. BPRS Berkah Amal Sejahtera dan P.T. BPRS Hareukat. Selanjutnya PT BMI yang beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 sebagai Bank UMUM pertama yang beroprasi berdasarkan prinsip syariah.3

2

Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.35.

3

Toto Tohir “Eksistensi BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Sebagai Lembaga Keungan

Syariah di Indonesia” Artikel diakses pada tanggal 25 Maret 2015 dari

(14)

Perkembangan bank syariah diikiuti dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di luar struktur perbankan, seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Asuransi Takaful, Pasar Modal Syariah, dan Lembaga Pegadaian Syariah.

Perkembangan bank syariah atau pasar modal syariah menunjukan pertumbuhan yang cukup baik, selain terdapat peningkatan market share pasar modal syariah yang tercermin antara lain dari jumlah saham syariah tahun sebelumnya, juga terdapat peningkatan jumlah saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) dibandig periode sebelumnya. Peningkatan juga terjadi pada akhir 2013 atas nilai kapitalisasi Pasar Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan mengalami peningkatan sebesar 4,35% jika dibandingkan kapitalisasi pasar saham ISSI pada akhir Desember 2012.4

Perkembangan Bank dan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun jenisnya. Yang dimaksud dengan lembaga keuangan atau institusi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka.5

Pembiayaan musyarakah mengalami pertumbuhan yang pesat baik di sektor Perbankan Syariah maupun BMT. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang ingin membuka usahanya dengan cara kerjasama dengan

4

http://www.ojk.go.id/publikasi-laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013 diakses pada tanggal 16 Juni 2015

5

(15)

pihak Bank Syariah maupun BMT dengan menggunakan pembiayaan musyarakah.

Namun salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh kalangan perbankan saat ini adalah masalah stadarisasi sistem akuntansi dan audit, yang bertujuan untuk menciptakan transparansi keuangan. Kunci kesuksesan suatu BMT sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan finansial BMT yang bersangkutan, dan kepercayaan terhadap kesesuaian oprasional BMT dengan sistem syaria’ah Islam.

Kepercayaan ini termasuk didalamnya kepercayaan yang diberikan oleh para depositor dan investor, yang keduanya merupakan stakeholder utama sistem perbankan.

Sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat kualitas informasi yang diberikan kepada publik, diaman bank syariah harus mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan kapasitas didalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, membangun sebuah sistem akuntansi dan audit yang bersifat standar merupakan sebuah keniscayaan dan telah menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Tanpa itu, mustahil Bank Syari’ah dan BMT dapat meningkatkan daya saingnya dengan kalangan

konvensional.6

6

Irfan Syauqi Beik “Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan Syari’ah”, artikel

diakses pada tanggal 13 November 2014 dari

(16)

Salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang dapat menggerakan sektor rill adalah BMT. BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat, yang secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah karena BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama bantuan permodalan.7

BMT sebagai lembaga sosial lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana penyaluran dan yang non profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah yang yang disebut baitul maal, sedangkan BMT sebagai lembaga bisnis berfungsi sebagai lembaga penghimpunan dan penyaluran dana komersil, yang disebut baitul tamwwil.8 Dengan demikian BMT memiliki dua fungsi, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah serta pula berfungsi sebagai institusi yang bergerak dibidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank.9

Akuntansi sebagai aspek muamalah sangat penting kaitanya dengan segala bentuk transaksi yang ada. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 menjadi dasar implikasi akuntansi, di dalamnya menyatakan secara tegas rambu-rambu yang harus ditaati hubunganya dengan penerapan akuntansi dan pencatatan yang dilakukan selama bermuamalah.

7

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 83.

8

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Ekonisia, 2008) edisi 3. h.3

9

(17)

Akuntansi pada hakikatnya mencatat transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Lembaga Keuangan Islam harus menerapkan akuntansi Islam (syariah) dalam setiap transaksi yang dilakukan. Ini merupakan tantangan besar bagi pakar syari’ah Islam. Maka harus

mencari dasar bagi penerapan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi pada bank dan lembaga keuangan konvensional yang dikenal selama ini. Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bagi lembaga keuangan syari’ah.10

Eksistensi akuntansi syari’ah di Indonesia diawali dengan PSAK 59

yang disahkan pada 1 Mei 2002 dan berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK merupakan produk Dewan Standar Akuntansi Keuanga-Ikatan Akuntansi Indonesia PPSAK 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 januaru 2008, telah disahkan pada 27 Juni 2007. Perbedaan mendasar antara PSAK 59 dengan PSAK terbaru adalah pemberlakuan bukan hanya ditunjukan untuk seluruh entitas syari’ah, baik bak maupun non bank.11

Oleh karena itulah, dalam kegiatan oprasional dan perlakuan atau aplikasi akuntansi pada perbankan syari’ah diperlukan adanya suatu evaluasi

perlakuan atau aplikasi akuntansi dari masing-masing produk. Masing-masing produk memiliki PSAK yang mengaturnya, antara lain PSAK No 102 mengenai akuntansi murabahah, PSAK No 103 mengenai akuntansi salam,

10

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005)Edisi

Revisi, h. 319. 11

M. Gunawan Yasni, “PSAK Syari’ah berlaku 1 januari 2008”, 13 November 2014

(18)

PSAK no 104 mengenai akuntansi isthisna, PSAK No 105 mengenai akuntansi mudharabah dan PSAK No 106 mengenai akuntansi musyarakah.

Akuntansi syariah adalah suatau kegiatan identifikasi, klasifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasakan prinsip akad-akadsyari’ah, yaitu tidak mengandung zhulum (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan) barang yang membahayakan dan diharamkan.12

Urgensi pencatatan dalam akuntansi tersebut sejalan dengan ajaran Islam yang berupaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountibility (pertanggung jawaban) dalam menjamin akurasinya.13

Akuntansi merupakan alat untuk merefleksikan realitas. Akuntansi harus didasarkan pada etika realitas dikonstruksi dalam kaitanya dengan nilai etika. Jika tidak, realitas dalam akuntansi akan direfleksikan dalam presentasi lain dan pada giliranya akan menyesatkan pihak - pihak yang tertarik padanya.14

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai implementasi akuntansi syariah pada Lembaga lembaga keuangan mikro syariah dan melihat bagaimana kesesuaianya dengan PSAK

12 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syari’ah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 14.

13

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 199), h. 121. 14

Iwan Triyuwono, Organisasi dan Akuntansi Syari’ah, (Yogyakarta: LKIs 2000), h.

(19)

No. 106 akuntansi musyarakah yang diberi judul “IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 106 TERHADAP TRANSAKSI MUSYARAKAH PADA BAITUL MAAL

WAT TAMWIL (BMT) AL MUNAWWARAH”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan tentang evaluasi implementasi akuntansi musyarakah PSAK 106 pada BMT Al Munawwarah berlokasi di Komplek Masjid Al Muhajirin Perumahan Bukit Pamulang Indah Blok A-18A/02 Pamulang Tangerang-Selatan Telp./Fax. 021-7499865. Untuk memudahkan penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi musyarakah pada BMT Munawwarah ?

2. Apakah akuntansi musyarakah tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pada BMT Al Munawwarah telah sesuai dengan PSAK 106 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :

(20)

b. Untuk menganalisis kesesuaian implementasi manajemen keuangan akuntansi musyarakah BMT terhadap PSAK 106.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan mengenai akuntansi musyarakah dan proses pencatatannya menurut PSAK 106.

b. Bagi BMT

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi BMT dalam implementasi akuntansi musyarakah dengan mengacu pada PSAK 106. c. Bagi Akademisi

Menambah pengetahuan tentang implementasi akuntansi musyarakah berdasarkan PSAK 106 dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

D. Review Study Terdahulu / Tinjauan Pustaka

No. Aspek Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Skripsi

1. a. Judul Analisis Perlakuan Akuntansi Koperasi dan Akuntansi Pajak

Penghasilan dalam laporan keuangan koperasi (studi

Implementasi

(21)

kasus pada koperasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Penulis : Septia Handayani ( Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial)

106 pada BMT Al Munawwarah

b. Pendekatan Teori Dalam PSAK 27, Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir

pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan ekonomi rakyat pada umumnya.

Dalam ayat Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 282, menjelaskan bahwa wajib bagi semua pihak yang melakukan mu’amalah

untuk mencatatnya (menulis utang piutang) dan juga harus ada persaksian dari pihak lain.

c. Fokus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimanakah penerapan

(22)

akuntansi koperasi pada koperasi UIN Jakarta.

akuntansi musyarakah di BMT Al

Munawwarah serta kesesuainya dengan PSAK 106.

d. Metode Penulisan Adapun Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif.

Adapun metode yang digunakan adalah metode dekriptif-kuantitatif.

e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008, dan Koperasi UIN Jakarta merupakan tempat penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015, dan pada BMT Al

Munawwarah, Pamulang.

f. Persamaan Membahas tentang

Akuntansi yang dilakukan oleh Kopersi di Univ. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Membahas tentang perlakuan Akuntansi yang dilakukan BMT Al Munawwarah.

g. Perbedaan Tempat penelitian pada Koperasi UIN Syarif Hidayatullah dan meneliti

(23)

tentang akuntansi Koperasi.

Akuntansi PSAK 106

2. a. Judul Perlakuan Akuntansi Obligasi Syariah

Mudharabah Subordinasi pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia TBk Periode 2003-2005. Penulis: Fitri Amelia (Perbankan Syari’ah,

Fakultas Syariah dan Hukum).

Implementasi

Akuntansi Musyarakah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106 pada BMT Al Munawwarah.

b. Pendekatan Teori Berdasarkan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional

No.33/DSN-MUI/IX/2002, dikatakan bahwa obligasi syariah Mudharabah adalah suatu surat berharga jangka panjang

berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang

Dalam ayat Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 282, menjelaskan bahwa wajib bagi semua pihak yang melakukan mu’amalah

(24)

obligasi syariah berupa hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

lain.

c. Fokus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perlakuan akuntansi obligasi syari’ah

mudhorobah pada PT. Bank Muamalat Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah aplikasi akuntansi musyarakah di BMT Al

Munawwarah serta kesesuainya dengan PSAK 106.

d. Metode Penulisan Adapun metode yang digunakan adalah metode dekriptif –kualitatif.

Adapun metode yang digunakan adalah metode dekriptif-kuantitatif.

e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008, dan PT. Bank Muamalat Indonesia yang menjadi tempat penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015, dan pada BMT Al

(25)

f. Persamaan Membahas Perlakuan Akuntansi Obligasi Syariah Mudharabah Subordinasi pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia TBk Periode 2003-2005

Membahas tentang perlakuan Akuntansi yang dilakukan BMT Al Munawwarah.

g. Perbedaan Perlakuan Akuntansi Obligasi Syariah Mudharabah

Subordinasipada lapuran keuangan PT. Bank Muamalat TBk.

Study Skripsi pada BMT Al Munawwarah, dan membahas tentang Akuntansi PSAK 106

3. a. Judul Perlakuan Akuntansi Murabahah berdasarkan PSAK 102 pada BMT Al Fath. Penulis : Ita Yuliana Setia Ningsih (Jurusan Perbankan Syari’ah,

Fakultas Syaria’ah dan

Hukum)

Implementasi

Akuntansi Musyarakah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106 pada BMT Al Munawwarah

(26)

102, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang

disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.

surat Al Baqarah ayat 282, menjelaskan bahwa wajib bagi semua pihak yang melakukan mu’amalah

untuk mencatatnya (menulis utang piutang) dan juga harus ada persaksian dari pihak lain.

c. Fokus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem dan penerapan akuntansi murabahah di BMT Al Fath, serta kesesuaian perlakuan akuntansi murabahah dengan PSAK 102.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah aplikasi akuntansi musyarakah di BMT Al

Munawwarah serta kesesuainya dengan PSAK 106.

d. Metode Penulisan Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif –kualitatif.

(27)

e. Waktu/Tempat Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011, dan BMT Al Fath merupakan tempat penelitan.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015, dan pada BMT Al

Munawwarah, Pamulang.

f. Persamaan Membahas tentang

perlakuan Akuntansi BMT Al Fath.

Membahas tentang perlakuan Akuntansi yang dilakukan BMT Al Munawwarah.

g. Perbedaan Study Skripsi pada BMT Al Fath dan membahas tentangan Akuntansi PSAK 102

Study Skripsi pada BMT Al Munawwarah, dan membahas tentang Akuntansi PSAK 106

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan teori-teori mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi, baik teori yang bersifat umum maupun teori yang bersifat khusus yang terkait dengan fokus penelitian. Hal-hal yang termasuk dalam objek penelitian sebagai berikut :

(28)

mempunyai ruang lingkup kegiatan yang luas dan melibatkan bermacam-macam disiplin ilmu bagi pengurus dan pengelolaan tersebut.

Dalam PSAK 106 paragagraf 27 disebutkan bahwa investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan kas atau penyerahan aset-aset non-kas kepada mitra aktif. Aset berwujud kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan (paragraf 28a), sedangkan aset yang berwujud non-kas dinilai sebesar nilai wajar, dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad atau sebagai kerugian pada saat terjadinya (paragraf 28b). Investasi musyarakah non-kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang di serahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang di serahkan, dikurangi amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada) (paragraf 29). Adapaun biaya biaya yang terjadi akibat akad musyarakah, seperti biaya studi kelayakan, tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra (paragraf 30).

Akuntansi syariah adalah proses yang di gunakan untuk mengidentifikasi, mengukur serta melaporkan informasi keuangan suatu organisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam aturan syariat Islam.

(29)

berdasarkan dokumen-dokumen yang ada, pengklasifikasian ke dalam buku besar, pengikhtisaran dalam neraca lajur sampai menyusun laporan keuangan berupa laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan.

Gambar 1.1 : Alur pedoman penelitian implementasi akuntansi syariah di BMT

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ada bermacam-macam tipe penelitian, antara lain deskriptif, eksplanatif, eksploratif, eksperimental, dan lainnya. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul menjadi objek penelitian

PSAK

PSAK 106 “Musyarakah”

Akuntansi di BMT

Analisi Data

Kesesuaian Penerapan Akuntansi BMT

Dengan PSAK 106

[image:29.595.100.561.215.592.2]
(30)

itu berdasarkan apa yang terjadi15. Dan diakhir penilitian peneliti menggunakan tingkat penilaian penyesuaian untuk memastikan secara keseluruhan point implementasi yang dilakukan oleh BMT Al Munawwarah.

2. Data Penelitian

Data penelitian yang diperoleh penulis berupa data priemer dan data sekunder. Data priemer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak yang kompeten mengenai penerapan akuntansi syariah, sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi berupa data-data dan dokumen-dokumen serta sumber tertulis lainya yang berhubungan dengan implementasi akuntansi musyarakah di BMT Munawwara

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan, penulis mengumpulkan data dan informasi tentang akuntansi syariah, akuntansi BMT dan PSAK akuntansi musyarakah di perpustakaan. Sedangkan penelitian lapangan, penulis memperoleh data dengan mendatangi langsung tempat yang dijadikan objek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Interview (wawacara) dengan mewawancarai pihak yang kompeten mengenai penerapan akuntansi di BMT dalam hal ini bagian keuangan dan

15

(31)

manajer oprasional BMT sedangkan studi dokumentasi dengan mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen yang diperoleh dari BMT yang berkaitan dengan implementasi akuntansi musyarakah dan dokumen lain yang terkait dengan implementasi akuntansi musyarakah yang digunakan BMT Munawwarah.

5. Teknik Pengolahan Data

Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode Dummy. Dalam analisa ini, penulis menjabarkan data nilai implementasi akuntansi musyarakah yang diperoleh dari BMT, kemudian menganalisa dan menilainya dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106.

G. Pedoman Penulisan Laporan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

H. Sistematika Penulisan

BAB 1,

(32)

BAB II

Membahas tentang Gambaran Umum mengenai Akuntansi, Akuntansi Syariah serta Akuntansi Musyarakah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106. Dimana didalam bab kedua ini terdiri dari Pengertian Akuntansi Secara Umum, Akuntansi Syariah dan perbedaanya dengan akuntansi konvensional, Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam, Akuntansi Musyarakah, Akad Musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 serta Jurnal Teori Akuntansi Musyarakah.

[image:32.595.112.513.219.568.2]

BAB III

Gambaran Umum BMT Al Munawwarah, memuat secara rinci sejarah berdirinya BMT, produk yang ditawarkan BMT, dan pendapatan BMT.

BAB IV

Membahas mengenai Evaluasi Aplikasi Akuntansi Musyarakah pada BMT Al Munawwarah berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 106. Di bab keempat ini berisi tentang Aplikasi Akuntansi Musyarakah pada BMT Al munawwarah, serta Evaluasi Aplikasi Akuntansi Musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 pada BMT Al-Munawwarah.

BAB V

(33)

SYARI’AH SERTA AKUNTANSI MUSYARAKAH BERDASARKAN PSAK 106

A. Pengertian Akuntansi Secara Umum 1. Sejarah Akuntansi

Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengidentifikasi tempat dan waktu lahirnya sistem pembukuan berpasangan. Ada berbagai skenario mengakui bahwa sistem pencatatan telah ada dalam berbagai peradaban sejak kurang lebih 3000 tahun sebelum masehi yang lalu. Diantaranya adalah peradaban Kaldea-Babilonia, Asiria, dan Samaria yang merupakan pembentuk sistem pertahanan pemerintahan pertama di dunia, pembentuk sistem bahasa tulisan tertua, dan pencatatan usaha tertua.1

Catatan tertua yang dikenal masyarakat adalah tablet dari tanah liat berupa catatan pembayaran upah, yang ditemukan dan berasal dari Babilonia. Penemuan yang sama kemudian diperoleh di Mesir dan Yunani Kuno. Dimana, dalam peradaban Mesir, para penulis membentuk “poros tempat

berputarnya seluruh mesin keuangan dan departemen”.2 Peradaban China dengan akuntansi pemerintah yang memainkan peran kunci dan canggih selama Dinasti Chao (1122-256); perdaban Yunani, dimana Zenon, manajer

1

Brown, R., (ed), A History of Accounancy (edinburgh: Jack, 1905; dicetak ulang oleh B. Franklin, NY, 1996), h. 16.

2

Woolf, A.H, A Short History of Accounting and Aaccountants (London : gee ad Coy,

[image:33.595.112.513.197.571.2]
(34)

estat Applonius, memperkenalkan sistem akuntansi pertanggung jawaban yang luas pada tahun 256; dan peradaban Roma, dengan hukum yang menentukan bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi keuangan, dan dengan hak sipil yang tergantung pada tingkat kekayaan yang dinyatakan warga negara.3

Kemudian pencatatan yang paling awal dikenal di inggris, di kumpulkan atas perintah Raja William the Conqueror pada abad kesebelas untuk mengetahui sumber-sumber keuangan negara. Tetapi, pencatatan ini belum dilakukan secara sistematis, dan kerapkali hanya merupakan pernyataan yang tidak lengkap. Sistem pencatatan yang lenkap untuk suatu unit usaha baru muncul kemudian, yaitu setelah ditemukanya Sistem Pembukuan Berpasangan (Double Entry System) oleh pedagang-pedagang Venesia.

Uraian sistem pembukuaan berpasangan pertama kali ditulis oleh seorang sarjana matematika bangsa Italia yang bernama Luca Pacioli tahun 1494. Pada tahun tersebut, dia mempublikasikan buku yang ditulisnya Summa De Arithmatica, Geometria, Proporsionil et Proporsionalita, yang didalamnya memuat salah satu bagian yang berisi pelajaran mengenai sistem pencatatan pembukuan berpasangan (Double Entry System). Dia menyatakan

3

Pendrof, B., “The Relation of Taxation to the History of Balance Sheet”, The

(35)

bahwa tujuan pembukuan adalah “untuk memberi informasi yang tepat waktu

bagi para pedagang mengenai aset dan kewajibanya”.4

Dia mengatakan, “Semua pencatatan . . . . harus dilakukan secara

berpsangan, yaitu bahwa jika anda membuat seorang sebagai kreditor, Anda harus membuat orang lain sebagai debitor”.5

Tiga buku digunakan : memorandum, jurnal, dan buku besar. Catatan bersifat deskriptif. Pacioli menyarankan bahwa “tidak hanya nama pembeli atau penjual dan penjelasan

mengenai berat, ukuran, dan harga barang yang dicatat, tetapi syarat pembayaran juga ditunjukan” dan “jika kas diterima atau dibayarkan,

catatanya mencantumkan jenis mata uang dan nilai konversinya...”.6

Pacioli juga menyarankan penghitungan profit periodik dan penutupan buku “Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya jika anda

dalam kerja sama dengan orang lain. Akuntansi membuat persahabatan berlangsung lama”.7

Sistem pembukuan berpasangan menyaikan suatu pencatatan transaksi perusahaan secara sistematis. Setiap transaksi dicatat ke dalam dua aspek yaitu debit dan kredit, sehingga membentuk perkiraan berimbang. Dengan sistem ini juga akan menghasilkan laporan keuangan yang menyeluruh dalam satuan uang, antara lain laba (laba bersih) untuk usaha tertentu dalam periode

4

Green, Wilmer L., History and Survey of Accountancy (New York: Standard Text Press, 1930, h. 91.

5

Geijsbeek, J., Ancient Double-Entry Bookeeping (Houston: Lawrence, KS: Scholars

Book Co., 1976), h. 25. 6

Green, Wilmer L., History and Survey of Accountancy (New York: Standard Text Press, 1930, h. 8.

7

Geijsbeek, J., Ancient Double-Entry Bookeeping (Houston: Lawrence, KS: Scholars

(36)

tertentu, jumlah harta (assets) yang dimiliki perusahaan dan pemodalan (equity) atas harta tersebut.

2. Pengertian Akuntansi

Dalam pengetahuan akuntansi dikenal dua istilah asing, yaitu Accountancy dan Accounting. Secara terminologi istilah tersebut lazim diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Akuntansi. Untuk mendekatkan pengertian terhadap kedua istilah tersebut, perlu diketahui pengertian dan kedudukan masing-masing dalam pengetahuan akuntansi.

(37)

3. Definisi Akuntansi

Akuntansi sering dijuluki sebagai bahasa bisnis (the language of business). Perubahan yang cepat dalam masyarakat telah menyebabkan semakin kompleksnya bahasa tersebut, yang digunakan untuk mencatat, meringkas, melaporkan, menginterpretasi data dasar ekonomi untuk kepentingan perorangan, pengusaha, pemerintah, dan anggota masyarakat lainya.

Secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris, accounting,dalam bahasa arabnya disebut “musabahah” yang berasal dari kata hasaba, hasibah, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi, mendata atau menghisab. Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu.8

Akuntansi telah didefinisikan secara luas. Menurut definisi dari American Accounting Association adalah “....the proces of identyfying, measuring, and communicating economic information...” (Evanston, Ilionis;

A Statment of Basic Accounting Theory, 1966. Hal. 1).

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan atau melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut. Termasuk dalam definisi ini adalah keharusan bagi akuntansi untuk

(38)

mengetahui lingkungan sosial ekonomi disekitarnya. Tanpa pengetahuan tersebut, mereka tidak dapat mengidentifikasi dan membuat informasi yang relevan.

Pengertian akuntansi secara terminologi menurut buku A Statment of Basic Accounting Theory dikatakan bahwa akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.

Accounting Principles Board (APB) Statment No. 4 mengidentifikasi bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara alternatif.9

Untuk menggambarkan berbagai sisi akuntansi, Belkaoui (1968) dan penulis lain disebutkan beberapa image yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi sebagai berikut.10

a. Akuntansi sebagai suatu ideologi. b. Akuntansi sebagai suatu bahasa.

c. Akuntansi sebagai suatu catatan historis.

d. Akuntansi sebagai suatu realitas ekonomi saat ini.

9

Sofyan S Harahap, Auditing dalam Prespektif Islam, ( Jakarta: Pustaka Quantum, 2002), h. 37.

10

(39)

e. Akuntansi sebgai suatu sistem informasi. f. Akuntansi sebagai suatu komoditi.

g. Akuntansi dianggap sebgai pertanggungjawaban (accountibility). h. Akuntansi sebagai teknologi.

Menurut Dr. Bambang Sudibyo, akuntansi adalah teknologi yaitu mengubah data atau bukti-bukti transaksi menjadi model informasi yang lebih bermanfaat bagi para pemakainya.

B. Akuntansi Syariah Serta Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional

1. Sekilas Tentang Akuntansi Syariah

Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas sebagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Dalam Al-Qur’an disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surat Asy-Syu’ara ayat 181-184 yang berbunyi.11

11 Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al Qur’an dan terjemahanya. Proyek

(40)

                                                

“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan betakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu”.

Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pedapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan kepentinganya, sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan membonceng kepentinganya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang melakukan pemeriksaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing

(41)

                             

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Kemudian, sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’ ayat 35 yang berbunyi:

                      

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

2. Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulun (kezhaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang membahayakan dan di haramkan.12

Akuntansi syariah juga dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh

(42)

Allah SWT.13 Prinsip Umum Akuntansi Syariah nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam meliputi sistem akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar yang oprasional dalam prinsip akuntansi syariah. Prinsip pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan khalik mulai dari alam kandungan. Manusia dibebani oleh Allah SWT untuk menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia

sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat adalah praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.

Prinsip keadilan, jika di tafsirkan lebih lanjut, surah Al-Baqarah ; 282 mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupanya. Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, secara

13 Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

(43)

sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan harus dicatat dengan benar.

Prinsip kebenaran, prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran, kebenaran ini akan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan.

3. Dasar Hukum Akuntansi Syariah

Dasar hukum akuntansi Syariah bersumber dari Al-Qura’an, Sunah Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan’Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan

(44)

Islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.14

4. Persamaan dan Perbedaan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional

Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional terdapat pada hal – hal sebagai berikut :

a. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi

b. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahunpem bukuan keuangan

c. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal

d. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penetuan barang

e. Prinsip perbandingan (muqalabah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya)

f. Prinsip kontiunitas (istimrariah) denga kesinambungan perusahaan g. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.

Sedangkan perbedaanya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut :

a. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan.

14

Kariyoto “Akuntansi Dalam Prespektif Syariah Islam” . Artikel di akses pada tanggal

(45)

Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas.

b. Modal dalam konsep akuntans konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock),selanjutya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang.

c. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukanya bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengkuran dan nilai atau harga, atau sebagai sumber harga atau nilai.

d. Konsep konvensional memprakekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta menyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nialai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko.

(46)

ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal. f. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika

adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dari pertumbuhan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.

Degan demikian, dapat diketahui, bahwa perbedaan antara sistem Akuntansi Syariah Islam dengan Akuntansi Konvensional adalah menyentuh soal-soal inti dan pokok, sedangkan segi persamaanya hanya bersifat aksiomatis.

Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisinya yang berjudul “On

Islamic Accounting”, berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam

Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang

harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari tuhan yang bukan ciptaan manusia, dan Akuntansi Islam sesuai denagn kecendrungan manusia yaitu “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan

(47)

yang memiliki Akuntansi sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia.15

5. Praktek Akuntansi Pemerintahan Islam

Adapun praktek Akuntansi Pemerintahan Islam anatara lain :16

a. Pada zaman Rasulullah SAW cikal bakal akuntansi dimulai dari fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuanya dan penunjukan orang-orang yang kompeten (Zaid,2000);

b. Pemerintahan Rasulullah SAW memiliki 42 pejabat yang digaji, terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri (Hawary, 1988);

c. Perkembangan pemerintahan Islam hingga Timur Tengah, Afrika, dan Asia di zaman Umar bin Khatab, telah meningkatkan penerimaan dan pengeluaran negara;

d. Para sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran negara;

e. Umar bin Khatab mendirikan lembaga yang bernama Daiwan (dawwana=tulisan);

15

Mukhlisul Muzahid ”Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensional dan Akuntansi

Syariah”. Artikel ini diakses pada 24 Februari 2015 dari

http://jurnal.pnl.ac.id/wpcontent/plugins/Flutter/files_flutter/1394855340Jurnal_Ekonis_PNL_1.pd f

16 Akuntansi Syariah Sejarah dan Perkembangan”. Artikel ini di akses pada 24 Februari

2014.

(48)

f. Reliabilitas laporan keuangan pemerintahan dikembangkan oleh Umar bin Abdul Aziz (681-720M) dengan kewajiban mengeluarkan buktu penerimaan uang (Imam, 1951);

g. Al Waleed bin Malik (705-715M) mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan tidak seperti sebelumnya (Lasheen, 1973);

h. Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa Daulah Abbasiah;

i. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi seperti Akuntansi peternakan, Akuntansi pertanian, Akuntansi perbendaharaan, Akuntansi konstruksi, Akuntansi mata uang, dan pemeriksaan buku / auditing (Al-kalkashandy, 1913);

j. Sistem pembukuan menggunakan model buku besar, meliputi :17

1) Jaridah Al-Kharaj (menyerupai receivable subsidiary ledger), menunjukan utang individu atas zakat tana, hasil pertanian, serta utang hewan ternak dan cicilan. Utang individu dicatat di satu kolom dan cicilan pembayaran di kolom yang lain (Lasheen, 1973);

2) Jaridah Annafakat (Jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran negara;

3) Jaridah Al Mal (Jurnal Dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran zakat;

4) Jaridah Al Musadareen, mencatat penerimaan denda / sita dari individu yang tidak sesuai syariah, termasuk korupsi.

17

(49)

k. Laporan Akuntansi yang berupa :18

1) Al-Khitmah, menunjukan total pendapatan dan pengeluaran yang disebut setiap bulan (Bin Jafar, 1981);

2) Al Khitmah Al Jame’ah, laporan keuangan kompherensif gabungan antara income statment dan balance sheet (pendapatan, pengeluaran, surplus / defisit, belanja untuk aset lancar maupun aset tetap), dilaporkan pada akhir tahun;

Dalam perhitungan dan penerimaan zakat. Utang zakat diklasifikasikan pada laporan keuangan dalam 3 (tiga) kategori yaitu collectable debts, doubtful debts, dan uncollectable debts (Al-Khawarizmi, 1984).

C. Prosedur Akad Musyarakah dalam Islam

Dalam Fatwa DSSNN0 : 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Musyarakah, terdapat beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini antara lain :19

1. Ijab dan Qabul

Pernyataan Ijab dan Qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

18

Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktek, h. 3.

19 Rifqi, Muhammad, Akuntansi Keuangan Syari’ah Konsep dan Implementasi PSAK

(50)

a. Penawaran dan penerimaan harus secra eksplisit menunjukan tujuan kontrak (akad).

b. Penawaran dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak yang berkontrak

Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra

melaksanakan kerja sebagai wakil

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingan sendiri.

3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian) a. Modal

(51)

properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan, atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakh akan tetapi, kesamaan porsi kerja lebih banyak dari yang lainya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

c. Keuntungan

1) Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghidari perbedaan dan persengketaan pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah.

(52)

3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan tersebut atau prosentase itu diberikan kepadanya.

4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. d. Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara ara mitra secara proposional menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Oprasional dipersengketakan

a. Biaya oprasional dibebankan kepada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika terjadi perselisihan diantara pihak, maka penyelesaianya dilakukan melalui Badan Arbitase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah,

Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait untuk meraih kemajuan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau hukum musyarakah ada empat, yaitu;20

1) Pelaku terdiri atas para mitra.

2) Objek musyarakah berupa modal dan kerja. 3) Ijab qabul/ serah terima.

4) Nisbah keuntungan

20 Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

(53)

Adapun ketentuan Syar’ahnya antara lain :

a) Pelaku : Para mitra harus cakap hukum dan baligh b) Objek musyarakah

Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukanya akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja

1. Modal

a. Modal yang diberikan harus tunai.

b. Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset perdagangan atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan sebagainya.

c. Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama. d. Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan

pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian perlengkapan antor.

e. Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan.

(54)

g. Seorang mitra tidak diizinkan untuk menyairkan atau menginvestasikan modal itu untuk kepentingan sendiri.

h. Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjamin modal, seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainya, karena musyarakah didasarkan ada prinsip al ghunmu bi al ghurmi- hak untuk mendapatkan keuntungan berhubungan dengan resiko yang diterima. Namun, demikian, seorang mitra dapat meminta mitra lain menyediakan jaminan dan baru dapat dicairkan apabila mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesalahan yang disengaja.

i. Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh syari’ah. Adapun transaksi yang dilarang

antara lain.21

1) Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang yang diharamkan Allah SWT.

2) Riba. 3) Penipuan. 4) Perjudian. 5) Gharar. 6) Ikhtikar. 7) Monopoli. 8) Bai’an najasi. 9) Suap.

10) Taalluq.

(55)

11) Bai’al inah. 12) Talaqqi al-rukban. 2. Kerja

a. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.

b. Tidak dibenarkan apabila salah seorang di antara mitra menyatakan tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.

c. Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainya tidak harus sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan yang lebih besar.

d. Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya. e. Para mitra harus menjalankan usaha dengan syariah.

f. Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan pekerjaan itu, ia berhak menerima upah yang sama dengan yang dibayar untuk pekerjaan itu ditempat lain, karena biaya pekerjaan tersebut merupakan tanggungan musyarakah. g. Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas

yang menjadi bagianya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri. 3. Ijab Kabul

(56)

4. Nisbah

a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga resiko perselisihan di antara para mitra dapat dihilangkan.

b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c. Keuntungan yang diagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan

tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntunganya sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu, karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).

f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi kemanusian tertentu atau untuk cadangan (reserve).

(57)

5. Berakhirnya Akad Musyarakah

Akad musyarakah akan berakhir apabila :22

a. Salah seorang mitra menghentikan akad.

b. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainya.

c. Modal musyarakah hilang atau habis. D.Akuntansi Musyarakah

1. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Musyarakah a. Pendahuluan

PSAK 106: Akuntansi Musyarakah merupakan penyempurnaan dari PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai musyarakah. Bentuk penyempurnaan dan penambahan pengaturanya adala sebagai berikut: 23

1) PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah baik sebagai mitra aktif dan mitra pasif. Namun, PSAK ini tidak berlaku untuk obligasi syari’ah (sukuk) yang menggunakan

akad musyarakah.

22 Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, h. 149.

23

(58)

2) Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam transaksi musyarakah.

3) Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah atas usaha musyarakah yang dilakukan.

4) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk etnis sebagai mitra aktif, penyempurnaan dilakukan untuk :

a) Pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih kurang antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas diakui sebagai kerugian pada saat akad. Sedangkan selisih lebih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas kemudian diamortisasi selama masa akad musyarakah.

b) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi lain diakui sebagai syirkah temporer.

5) Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra pasif, penyempurnaan dilakukan untuk:

(59)

musyarakah dalam ekuitas kemudian diamortisasi selama masa akad musyarakah.

b) Kentungan tangguhan dari selisih enilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah.

b. Karakteristik

a. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk medanai suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada entitas (mitra lain).

b. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, serta kas, atau aset non-kas.

c. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana lainya, maka setiap mitra dapat menerima mitra lainya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukan adanya kesalahan yang disengaja dalam PSAK 106 paragraf 7 yaitu :

1) Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalah gunaan dan investasi, manipulasi biaya, dan pendapatan oprasional; atau 2) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

(60)

4) Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset non-kas lainya) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset non-kas lainya).

5) Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainya.

6) Porsi jumlah bagi hsil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selama periode akad bukan jumlah investasi yang disalurkan. 7) Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang

terkait denga investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri.

c. Pengakuan dan Pengukuran

(61)

2. Akuntansi Mitra Aktif (Nasabah)

Mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya.24

1. Pada saat akad

a. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non kas untuk usaha musyarakah

b. Pengukuran investasi musyarakah:

1) Dalm bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan; dan 2) Dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika

terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas.

3) Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama akad musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan :

a) Penyusutan yang dihitung dengan historical cost model; ditambah dengan

b) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyisihan aset non-kas untuk usaha musyarakah.

4) Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, maka penurunan nilai aset ini langsung diakui sebagai

24

Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,

(62)

k

Gambar

Tabel 4.3 Pos Perhitungan Hasil Usaha Pendapatan Utama .............................. 113
Gambar 1.1 : Alur pedoman penelitian implementasi akuntansi syariah di
Gambaran Umum BMT Al Munawwarah, memuat secara rinci sejarah
GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI, AKUNTANSI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada sekian banyak aspek gambaran yang dapat dipilih untuk dimasukkan menjadi perwakilan makna dalam film.Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan

Penilaian dengan fungsi ini dilaksanakan ketika penerimaan peserta didik baru atau ketika kenaikan kelas. Untuk dapat menentukan denganpasti dikelompok mana seorang peserta

Dari uraian diatas dan berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu, maka penulis melakukan penelitian ini dengan judul ´ Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kualitas

Posisi Pendidikan Agama Islam Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989..... Perundang-Undangan Pendidikan Agama

OMSET SATUAN PELAYANAN BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL KURVA OMSET DAERAH LABA DAERAH RUGI TITIK IMPAS. KURVA BIAYA

Elemen arsitektural pada gerbang keberangkatan didaerah kerb tidak ada aspek lokal yang melekat pada struktur dan pelingkup pembatas antara kerb dan ruang check-in, bukan

Sedangkan klasifikasi yang dilakukan dengan bantuan teknologi, memiliki beberapa algoritma, diantaranya Naïve Bayes, Support Vector Machine, Decission Tree, Fuzzy dan

 Secara mandiri, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan ilustrasi cerita pada buku siswa berkaitan dengan kegiatan musyawarah untuk mufakat.. (Creativity