• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta Dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke,Jakarta-Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta Dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke,Jakarta-Utara"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOPERASI PERIKANAN MINA JAYA DKI

JAKARTA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI

MASYARAKAT NELAYAN MUARA ANGKE,

JAKARTA-UTARA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Budi Astoni

NIM: 104054002080

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PERANAN KOPERASI PERIKANAN MINA JAYA DKI

JAKARTA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI

MASYARAKAT NELAYAN MUARA ANGKE,

JAKARTA-UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Budi Astoni

NIM: 104054002080

Pembimbing,

Wahyu Prasetyawan, Ph.D NIP. 19661017 199403 1 003

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PERANAN KOPERASI PERIKANAN MINA JAYA DKI JAKARTA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN MUARA ANGKE, JAKARTA-UTARA” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Agustus 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 31 Agustus 2009

SIDANG MUNAQASYAH

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Arief Subhan, MA Faza Amri, S.Th.I NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19780703 200501 1 006

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd Wati Nilamsari, M.Si NIP. 19640212 199703 2 001 NIP. 19710520 199403 2 002

(4)

Wahyu Prasetyawan, Ph.D NIP. 19661017 199403 1 003

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi/Tesis/Disertasi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1/strata 2/strata 3 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 31 Agustus 2009

(5)

ABSTRAK

BUDI ASTONI

Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara.

Pengentasan kemiskinan nelayan dapat dilakukan dengan pengembangan Koperasi Perikanan. Untuk itu dikembangkan Koperasi Perikanan yang bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya serta masyarakat pada umumnya serta ikut membangun perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pengembangan ekonomi masyarakat nelayan dapat dilakukan dari sisi kelembagaan juga pola-pola usaha perikanan yang mampu meningkatkan pendapatan nelayan. Salah satu contoh Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta di Muara Angke, Jakarta-Utara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisis deskriptif sehingga dapat dijabarkan dengan jelas bagaimana keberadaan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta melakukan peranan dalam pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke.

Keberadaan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta sebagai sarana pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke menjadikan pembangunan perekonomian terpacu lebih cepat karena adanya lembaga yang mampu memberdayakan perekonomian masyarakat. Peranan yang dilakukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam pengembangan ekonomi masyarakat nelayan di Muara Angke yaitu melalui program kerja yang dilaksanakan antara lain bidang organisasi dan manajemen, bidang usaha, bidang permodalan, bidang sekretariat serta kesejahteraan sosial.

Melalui studi kepustakaan dan wawancara penulis mendapatkan data-data penelitian. Diketahui bahwa ternyata Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke melalui program kerja yang telah dilaksanakan memiliki indikasi untuk berperan dalam memajukan kesejahteraan anggota.

(6)

Ungkapan Alhamdulillahi rabbil alamin yang tiada tara penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang Maha segalanya dengan kehendak-Nya telah memberikan jalan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara”. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga hari kiamat.

Sebuah karya sebenarnya sulit dikatakan sebagai usaha satu orang, tanpa bantuan orang lain. Skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan, doa, bimbingan, partisipasi, dan bantuan dari orang-orang baik hati disekitar penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.

Komarudin Hidayat dan segenap sivitas akademik yang telah menyediakan fasilitas dan wadah bagi penulis dan kawan-kawan mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA beserta jajaran Pudek fakultas atas masukan baik berupa saran maupun kritik dan bantuannya dalam mempelancar proses penulisan skripsi ini.

(7)

4. Wahyu Prasetyawan, Ph.D, dosen pembimbing skripsi penulis atas masukan dan arahanya yang lugas dan sederhana.

5. Para Dosen Pengajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang membuat wawasan penulis lebih terbuka.

6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah melayani dengan baik selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Pengurus dan Karyawan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta yang

telah membantu secara teknis terselesaikannya skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Raswad dan Ibunda Surniti yang mempunyai caranya sendiri untuk memberikan kasih sayang, doa dan semangat tak terhingga kepada penulis.

9. Keluarga Besar penulis, Kakanda Rudi dan keluarga, Kakanda Iis, Adinda Dede, Mas Samsudin beserta keluarga yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Mbah Putri dan sanak keluarga di kampung halaman serta para keponakan di ibukota yang menjadi pelipur lara kala suntuk mendera penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

11.Keluarga Besar KMF KALACITRA atas bimbingan yang diberikan kepada penulis untuk belajar mensyukuri ciptaan-Nya melalui fotografi. 12.Keluarga Besar HIZWAPALA yang memberikan ilmu dan pengalaman

(8)

13.Kawan-kawan seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2004) yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam masa perkuliahan maupun masa menyelesaikan skripsi ini.

14.Seluruh teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan semua pihak yang telah membantu proses perampungan skripsi ini baik langsung maupun tak langsung.

Masukan saran dan kritik dari segenap sahabat semoga memberikan tambahan ilmu yang berharga bagi penulis untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk memberikan yang terbaik dalam kehidupan ini. Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan semoga amal baik Bapak, Ibu, Saudara, teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu diterima oleh ALLAH SWT .

Jakarta, 8 Juli 2009

Penulis

DAFTAR ISI

(9)

KATA PENGANTAR ……….

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .……..………. 4

C. Pengertian Pengembangan Ekonomi Masyarakat …..……… 17

(10)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Keberadaan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara .……… …….. 56

B. Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta

dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara melalui program kerja ..……... 57

1. Bidang Organisasi dan Manajemen ...……….... 58

2. Bidang Usaha ………... 64

3. Bidang Permodalan ………. 76

4. Bidang Sekretariat …..………. 88

5. Kesejahteraan Sosial ..………. 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….

99

B. Saran ………...………. 100

DAFTAR PUSTAKA …………...……….. 101

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Peserta Pendidikan dan Pelatihan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan jenis kelamin ……… 60

Tabel 2 Unit Usaha Garam Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta ….…. 66

Tabel 3 Unit Usaha Gas Elpiji Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta …. 67

Tabel 4 Unit Usaha Air Bersih Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta …. 68

Tabel 5 Usaha Jasa Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta .…………. 71

Tabel 6 Usaha Pelelangan Ikan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta … 74

(12)

DKI Jakarta ………... 75

Tabel 8 Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta ……….………. 79

Tabel 9 Segmentasi Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan pekerjaan …….……… 80

Tabel 10 Segmentasi Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan jumlah anak ..……… 81

Tabel 11 Segmentasi Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan tingkat pendidikan ……… 82

Tabel 12 Segmentasi Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan pinjaman ……….. 85

Tabel 13 Segmentasi Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan tempo pengembalian ……... 86

Tabel 14 Segmentasi Nasabah Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berdasarkan Angsuran …..………. 87

(13)

Jakarta berdasarkan usia ….………. 90

Tabel 16 Segmentasi Karyawan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI

Jakarta berdasarkan jenis kelamin ….………. 91

Tabel 17 Segmentasi Karyawan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI

Jakarta berdasarkan tingkat pendidikan ….………. 92

Tabel 18 Segmentasi sampel demografis berdasarkan usia ..………. 94

Tabel 19 Segmentasi sampel demografis berdasarkan pekerjaan ….………... 94

Tabel 20 Segmentasi sampel demografis berdasarkan jumlah anak ………….. 95

Tabel 21 Segmentasi sampel demografis berdasarkan tingkat pendidikan …… 96

Tabel 22 Segmentasi kesejahteraan berdasarkan mengikuti pendidikan …..…. 97

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan 81.000 Km garis pantai, dimana sekitar 70 % wilayah teritorialnya berupa laut. Dengan perairan laut seluas total 5,8 juta Km2 (berdasarkan konvensi PBB tahun 1982), Indonesia menyimpan potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang melimpah. Hal ini menyebabkan sebahagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan sebagai nelayan.1

Dengan latar belakang historis sebagai bangsa maritim, Indonesia sangat berpotensi mengulang masa kejayaannya dengan mengembangkan sumberdaya perikanan. Namun, Kurangnya kreatifitas dalam memanfaatkan melimpahnya sumberdaya ikan, khususnya di bidang perikanan, menyebabkan sangat lambatnya recovery perekonomian nasional.

Para pakar ekonomi sumber daya melihat kemiskinan nelayan lebih banyak di sebabkan karena faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait karakteristik sumber daya serta teknologi yang digunakan. Faktor-faktor yang dimaksud membuat nelayan tetap dalam kemiskinannya.2

Subade dan Abdullah berargumen bahwa nelayan tetap tinggal pada industri perikanan karena rendahnya opportunity cost mereka. opportunity cost

1

Victor P.H. Nikijuluw, Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (Jakarta: P3R, 2002), h 1. 2

(15)

nelayan, menurut definisi adalah kemungkinan atau alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang dapat diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain, oppurtunity cost adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan cederung tetap melaksanakan usahanya meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien.

Pengentasan kemiskinan nelayan dapat dilakukan dengan pengembangan Koperasi Perikana.3 Koperasi perikanan yang keanggotaannya terdiri dari masyarakat nelayan di setiap lokasi memiliki tempat dan kedudukan penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Masyarakat nelayan serta koperasi perikanannya tetap memegang solidaritas serta adat dan budaya yang berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan.

Kehidupan para nelayan yang mengekstraktif (memungut) perikanan laut memang masih perlu lebih banyak diperhatikan oleh pemerintah melalui koperasi perikannanya dibanding dengan mereka yang mengusahakan dengan tambak-tambak dan perikanan darat.4 Kehidupan para nelayan sejak PELITA II memang telah banyak perubahan-perubahan, banyak diantaranya telah memanfaatkan KIK sehingga perahu-perahunya selain dilengkapi dengan motor, juga peralatan perlengkapannya dapat dikatakan lebih sesuai dengan zaman. Masalah kapal penangkap ikan dan pukat harimau (trawl) yang mendesak kehidupan para nelayan telah dapat di atasi, tetapi masalah-masalah lainnya timbul seperti pengelolaan hasil perikanan, pemasaran dan pengembalian kredit-kredit.

3

Ibid. h.35. 4

(16)

Pemerintah dalam pembinaan koperasi perikanan ini sekaligus berikhtiar pula untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi para nelayan. Di samping membina ketrampilan segi pemasaran melalui pendidikan dan latihan, pengadaan peralatan yang dibutuhkan para nelayan lebih ditingkatkan, sehingga jangkauan operasinya dapat lebih jauh, mengurangi dan atau menghapuskan peranan para tengkulak.

Pengembangan ekonomi masyarakat nelayan dapat dilakukan dari sisi kelembagaan juga pola-pola usaha perikanan yang mampu meningkatkan pendapatan nelayan.5 Komponen pengembangan masyarakat dan ekonomi adalah kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan kesejahteraan, menciptakan lapangan kerja melalui pengembangan mata pencarian tambahan dan alternatif. Selain itu, mengembangkan pelayanan bagi masyarakat melalui penyediaan prasarana produksi serta prasarana umum lainnya dan mengembangakan ekonomi regional yang termasuk di dalam industrialisasi perikanan.6

Koperasi Perikanan yang bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya serta masyarakat pada umumnya serta ikut membangun perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, pembangunan perekonomian terpacu lebih cepat karena adanya lembaga yang mampu memberdayakan perekonomian masyarakat.

5

Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia, Laporan Forum Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan I (Jakarta: Departemen kelautan dan Perikanan, 2003), h.33.

6

(17)

Penulis mencoba untuk menguraikan mengenai bagaimana peranan koperasi perikanan dalam melakukan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan. Berdasarkan uraian di atas maka, judul penelitian ini adalah “Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah, maka penulis membatasi pada peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara melalui program kerja yang dilakukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta terhadap masyarakat nelayan yang berada di wilayah Muara Angke.

Setelah memahami latar belakang dan batasan masalah penelitian, agar uraian dalam bab-bab selanjutnya tidak meluas secara tidak menentu, maka rumusan masalah yang akan penulis jabarkan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara?

2. Apa peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara?

(18)

Setelah memahami permasalahan yang diteliti, ada beberapa tujuan yang hendak di capai.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah keberadaan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berkaitan dengan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan khususnya anggota.

2. Untuk mengetahui peran Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta berkaitan dengan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan.Muara Angke, Jakarta-Utara.

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis

a.Sebagai bahan referensi atau penambahan pustaka tentang koperasi perikanan dan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan.

b.Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam pada khususnya dan pembaca serta masyarakat pada umumnya mengenai koperasi perikanan dan pengembangan ekonomi masyarakat nelayan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai pembelajaran untuk menambah pengetahuan kita tentang pengembangan masyarakat melalui sektor ekonomi.

(19)

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metode penelitiaan kualitatif. Dimana menurut Bogdan dan Taylor, Metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. 7

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta. Objek penelitian adalah Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kantor Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dan di pemukiman masyarakat nelayan Muara Angke. Waktu penelitian dilakukan 1 Agustus 2008 sampai 8 Juli 2009.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, penulis menganggap teknik yang penulis lakukan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan gambar.8

Dimana dalam pelaksanaannya penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui:

7

Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h 3.

8

(20)

a. Observasi atau pengamatan adalah pengamatan langsung kepada suatu objek yang diteliti. Cara penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati, serta mengadakan pencarian dari hasil yang sifatnya langsung mengamati objek yang diteliti yaitu Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta.

b. Interview atau wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.9 Penulis menggunakan teknik wawancara purposive sampling yaitu penulis mewawancarai sample dari suatau kelompok yang diteliti. Penulis mewawancarai 13 respondent dari anggota Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta yang berjumlah 2187 di ambil 11 orang anggota sebagai data primer. Untuk melengkapi data primer, data sekunder juga penulis gali dari 2 orang badan pelaksana harian Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta. Dalam purposive sampling tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah respondent. Purposive sampling

termasuk satu dari beberapa jenis pengambilan sample nonprobabilitas

(nonprobability sampling) yang biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif.10 Disebut nonprobabilitas, karena penulis sebagai peneliti tidak bertujuan untuk menggeneralisasikan temuan penelitian. Jadi sifat penelitian ini ideografis atau kasuistik yaitu penulis hanya dapat mengindikasikan apa yang terjadi pada anggota koperasi.

c. Dokumentasi, hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak di dapat dengan wawancara atau pengamatan, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar,

9

Sutrisno Hadi, Metodelogi Reseach (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 49. 10

(21)

jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara.

4. Analisis Data

Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisa data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahakan masalah penelitian.11

Sehingga untuk memecahakan masalah penelitian, dari data yang dikumpulkan kemudian penulis menganalisa dan mengkritisinya. Dimana penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan.

Secara teknis penulis melakukan upaya-upaya:

a. Data-data dan informasi yang didapatkan melalui observasi atau pengamatan langsung, penulis mencatat mengenai peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam pengembangan ekonomi masyarakat nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara.

b. Data-data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara, baik dengan Badan Pelaksana Harian dan Anggota Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta diberikan penjabaran dan analisis serta disimpulkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini.

11

(22)

c. Data-data dan informasi yang berbentuk dokumentasi digunakan untuk melengkapi uraian dan pembahasan penelitian.

Sedangkan data-data dan informasi yang berbentuk dokumentasi yang digunakan adalah content analisis yaitu berupa teknik pengumpulan data untuk menjelaskan informasi yang terdapat dalam material bersifat simbolis seperti dalam buku, surat kabar dan internet.12 Dalam teknik ini penulis menghubungkan teori-teori yang ada dengan peranan Koperasi Perikanan terhadap pengembangan ekonomi masyarakat nelayan yang terdapat dalam sumber-sumber yang ada.

Sehingga setelah data terkumpul melalui observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian penulis melakukan analisa terhadap keseluruhan data secara mendalam untuk dapat mengetahui hasil dari apa yang sedang penulis teliti. Kemudian disusun secara sistematis dengan mengacu pada perumusan masalah dan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Teknik penulisan

Dalam pembuatan skripsi, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini penulis menggunakan skripsi sebagai referensi atau rujukan bagi penulis dalam merumuskan permasalahan, dan sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran dan artikel.

12

(23)

Sebelumnya sudah ada penelitian sejenis yang ditulis oleh Ahmad Hubairi13 yaitu Peran Koperasi Serba Usaha INSAN DARMA MANDIRI dalam meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sentra ikan hias di kelurahan Bojong Sari Baru Sawangan-Depok, yang isinya yaitu bahwa Koperasi Serba Usaha INSAN DARMA MANDIRI yang bergerak pada jenis usaha perkreditan, peyediaan dan penyaluran sarana produksi barang-barang keperluan sehari-hari, pengolahan dan pemasaran hasil produksi, serta kegiatan ekonomi lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan usaha yang sudah ada koperasi menciptakan usaha baru salah satunya adalah UKM dan sentra ikan hias dengan tujuan untuk mencari keuntungan bisnis bersama serta mengembangkan pendapatan petani dan membudidayakan ikan hias di wilayah koperasi khususnya.

Sedangkan penelitian saya yaitu membahas Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara yang kaitannya meningkatkan pendapatan anggota koperasi melalui program kerja yang dilaksanakan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merangkum dalam beberapa bab, antara lain:

BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

13

(24)

BAB II Kerangka Teori, meliputi: Pengertian Peranan, Pengertian Koperasi

Perikanan, Pengertian Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Pendekatan dalam Pengembangan Ekonomi

Masyarakat, Pengertian Nelayan, dan Strategi Pemberdayaan Nelayan.

BAB III Gambaran Umum Wilayah Penelitian, meliputi: Gambaran Umum Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta yang terdiri dari Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi, Letak Geografis, Prestasi, Keanggotaan, Kelembagaan, dan Kepengurusan serta Gambaran Umum Wilayah Muara Angke meliputi: Kondisi Geografis, Kependudukan dan Fasilitas Umum.

BAB IV Analisis Hasil Penelitian, meliputi: Keberadaan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara, Peranan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Muara Angke, Jakarta-Utara melalui Program Kerja kerja yang dilaksanakan yaitu Bidang Organisasi dan Manajemen, Bidang Usaha, Bidang Permodalan, Bidang Sekretariat serta Kesejahteraan Sosial.

(25)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Peranan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.14 Peranan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dari seseorang atau instansi yang menduduki posisi tertentu dalam suatu kelompok sosial.

Soewarno Hadiatmojo mengartikan peranan sebagai suatu kedudukan atau posisi. Peranan juga diartikan sebagai suatu rangkaian sikap atau jabatan dan fungsi tertentu.

Sedangkan Grass Massan dan A.W. Eachern sebagaimana dikutip oleh

David Berry mendefinisikan peranan sabagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan individu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu.15 Harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Teori peran (Role Theory) teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya, Biddle dan Thomas membagi

14

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Edisi ke II, h.667. 15

(26)

peristilahan dalam teori peran menjadi 4 (Empat) golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut.

1.Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial

2.Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

3.Kedudukan orang-orang dalam perilaku

4.Kaitan antara orang dan perilaku

Dalam penjelasan tersebut diatas terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud peranan merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-keharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu pada suatu masyarakat atau lingkungan dimana ia berada. Demikian pula halnya dengan koperasi sebagai tempat untuk membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan ekonomi dan sosial pada umumnya.

B. Pengertian Koperasi Perikanan

Koperasi berasal dari kata co yang berarti bersama serta operation yang mengandung makna bekerja. Jadi, secara leksikologis koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang beranggotakan orang-orang maupun badan-badan dimana ia memberikan kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya.16

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Republik Indonesia Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang perkoperasian, koperasi di definisikan sebagai badan usaha yang

16

(27)

beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.

Menurut Ahmad Sudradjat dalam bukunya Glosarium Kelautan dan Perikanan pengertian perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.17

Jadi, Secara umum yang dimaksud dengan koperasi perikanan adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha, pemilik alat perikanan, buruh atau nelayan yang kepentingan serta mata pencarianya langsung berhubungan dengan usaha perikanan.

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh koperasi perikanan antara lain:18 1. Pengadaan bahan-bahan kebutuhan ransum nelayan

2. Pengadaan bahan bakar kapal motor untuk nelayan 3. Pengadaan alat-alat penangkapan ikan

4. Pengadaan fasilitas perkreditan (simpan pinjam) 5. Penyelenggaran penanganan dan penyimpanan ikan

6. Penyelenggaraan pelelangan ikan, pemasaran dan pengolahan ikan 7. Penyelenggaraan manajemen tempat pendaratan ikan

Semua itu merupakan jenis kegiatan usaha yang terbuka kesempatan bagi koperasi perikanan untuk dapat melakukannya, hanya tinggal memilih sesuai dengan

17

Ahmad Sudradjat, Glosarium Kelautan dan Perikanan (Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2006). h.138.

18

(28)

kemampuannya. Jika koperasi perikanan masih baru didirikan dapat menyelenggarakan dua atau tiga jenis kegiatan usaha tetapi jika sudah lama didirikan dan cukup berpengalaman seyogyanya menyelenggakan semua jenis kegiatan usaha tersebut.

Kegiatan usaha koperasi perikanan tersebut semuanya bermanfaat bagi nelayan dan tentu saja bagi koperasi sendiri jika dapat dikelola dengan efesien. Demikian juga bagi pemerintah, jika koperasi perikanan dapat menyelenggarakan bisnis ganda seperti itu, kemajuan sub sektor perikanan akan bertambah, yang berarti ekonomi perikanan pada khususnya dan ekonomi nasional pada umumnya akan berkembang.

Fungsi koperasi perikanan antara lain:19

1. Melakukan perkreditan melalui pengembangan modal yang diperlukan untuk kegiatan bisnis atau keperluan-keperluan pribadi anggotanya.

2. Membuat fasilitas-fasilitas perbankan yang terjangkau untuk menerima simpanan dan tabungan tetap dari anggotanya.

3. Pengadaan bahan-bahan kebutuhan untuk bisnis atau untuk keperluan keluarga para anggotanya.

4. Mengadakan kegiatan-kegiatan pengadaan fasilitas-fasilitas umum untuk bisnis atau untuk keperluan pribadi para anggotanya.

5. Aktifitas-aktifitas pencegahan kecelakaan laut, bencana alam, dan perantaraan asuransi kapal ikan untuk para anggotanya.

6. Promosi manfaat dan kesejahteraan para anggotanya.

7. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang meliputi peningkatan teknik penangkapan ikan para anggotanya.

19

(29)

8. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai perkoperasian dan menghilangkan kesalahan informasi bagi para anggotanya.

C. Pengertian Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Pengembangan ekonomi masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup pengembangan masyarakat. Ruang lingkup pengembangan masyarakat (community development) mencakup segala aspek kehidupan sosial masyarakat dan selalu dituntut untuk terus melakukan perbaikan atau pengembangan di berbagai aspek untuk mencapai kesejateraan bersama terutama dalam proses pengentasan kemiskinan. Namun demikian, secara umum pengembangan masyarakat meliputi bidang-bidang pembangunan yakni bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, keagamaan, dan budaya.20

Beberapa definisi Pengembangan ekonomi masyarakat (community economic development) menurut beberapa pakar antara lain:

Menurut Edi Suharto, pengembangan ekonomi masyarakat adalah suatu usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dalam bidang ekonomi.21

Menurut Amarullah Ahmad sebagaimana yang dikutip oleh Nanih Mahendrawaty dalam bukunya, pengembangan ekonomi masyarakat diartikan

20

Edi Suharto, Metodelogi Pengembangan Masyarakat: Jurnal Comdev, (Jakarta: BEMJ-PMI,2004), Vol.1, h.3.

(30)

sebagai sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah masyarakat di bidang ekonomi.22

Menurut Ir. Rimun Wibowo sebagaimana yang dikutip oleh Nanih Mahendrawati, Pengembangan ekonomi masyarakat diartikan sebagai proses usaha bersama yang dilakukan oleh suatu penghuni daerah tertentu untuk memenuhi kebutuhannya.23

Kesimpulan dari pengertian Pengembangan ekonomi masyarakat pada intinya merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas kehidupan ekonomi masyarakat ke arah yang lebih baik menuju masyarakat yang sejahtera melalui pinsip-prinsip keadilan, pemerataan, partisipasi, dan didasarkan pada kebutuhan masyarakat setempat.

Ciri-ciri pengembangan ekonomi masyarakat menurut Elly Iriawan adalah sebagai berikut:24

a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai b.Mempunyai wadah yang terorganisasi

c. Aktifitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

d.Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.

e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap pengembangan atau pemberdayaan.

f. Menekankan pada sikap partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.

22

Agus Ahmad Safei dan Nanih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideolodi, Strategi sampai Tradisi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001). h.42.

23

Rimun Wibowo, Makalah Seminar BEM-J PMI: Pengembangan Masyarakat Islam antara Peluang dan Tantangan, Periode 2003-2004, h.2.

24

(31)

g.Ada keharusan membantu lapisan masyarakat, khususnya lapisan masyarakat bawah. Jika tidak maka solidaritas dan kerja sama sulit tercapai.

h.Akan lebih efektif jika progam pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dari pemerintah. Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah juga harus dimanfaatkan.

Dengan demikian pola-pola pengembangan ekonomi masyarakat tidak hanya sebatas pada suatu keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan melainkan, kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang harus dilalui oleh suatu program kerja pengembangan atau pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Tujuan pengembangan ekonomi masyarakat menurut Surya T.Djajadiningrat, adalah usaha untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Peningkatan kapasitas dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (emporwerment) agar anggota masyarakat dapat iku andil dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status, keahlian, keberlanjutan (sustainable), dan kerja sama (corporation). Jika sasaran pertama dapat berjalan dengan baik, diharapkan kesejahteraan dapat tercapai.25

Sedangkan menurut Sukriyanto, tujuan dari pengembangan ekonomi masyarakat adalah membantu meningkatkan kemampuan masyarakat agar mereka dapat hidup dengan baik, dalam pengertian lebih kuat etos kerjanya, lebih efesien, lebih sejahtera, dan tercukupi kebutuhan hidupnya selakigus bahagia.26

25

Ibid. h.5. 26

(32)

Sementara menurut Adi Sasono sebagaimana yang dikutip Bambang Rudito, pengembangan ekonomi masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut: 27 a. Memperkuat usaha-usaha kemandirian dikalangan masyarakat.

b.Meningkatkan mobilisasi sumber daya lokal

c. Mengorientasikan pembangunan ke arah yang mandiri dan berkeadilan.

d.Memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yang berbasiskan masyarakat.

e. Menggerakan seluruh potensi untuk gerakan keswadayaan.

D. Pendekatan dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Beberapa masalah yang sering kali dihadapi dalam pengembangan ekonomi masyarakat adalah permasalahan sumber daya manusia (SDM), teknologi, permodalan, pasar, dan organisasi ekonomi masyarakat.

Permasalahan sumber daya manusia menyangkut ketrampilan yang terbatas, produktifitas yang rendah, tidak mampu berkompetisi, semangat kewirausahaan yang lemah dan lain sebagainya.

Masalah teknologi juga menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi. Kesediaan teknologi selalu menjadi faktor dominan terhadap kemampuan usaha untuk bersaing di pasar.

Masalah permodalan, merupakan keluhan yang sering kali kita dengar. Tidak adanya permodalan yang cukup dalam rangka mendukung pengembangan usaha menjadi pemicu lemahnya produktifitas mereka baik secara kuantitatif maupun

27

(33)

secara kualitatif. Modal menjadi kebutuhan yang mendasar pada saat usaha seseorang atau kelompok masyarakat memasuki tahap perkembangan, baik pada perkembangan produk, maupun pasarnya. Kasus yang umum terjadi adalah ketika usahanya mulai berkembang dan mulai mendapat perhatian di pasar, sering kali terbentur bahkan kembali surut ke belakang karena tidak di back-up oleh modal yang mencukupi.

Masalah pemasaran, sistem pemasaran sebagai satu kesatuan dalam kegiatan ekonomi masyarakat kecil. Sehingga pelaku ekonomi kecil sering kali lemah dalam posisi tawar (bargaining) pada harga produk yang dihasilkan. Termasuk juga menghadapi para pengusaha kelas atas yang terjun pada usaha yang sama.28

Masalah organisasi ekonomi masyarakat, sering kali kita temui bahwa posisi tawar masyarakat pelaku ekonomi kecil begitu lemah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kerja sama atau mitra antar sesama pelaku ekonomi kecil itu sendiri. Karena itu dalam pengembangan ekonomi masyarakat dibutuhkan sebuah wadah bersama yang berfungsi sebagai wadah tawar (bargaining) kolektif. Wadah bersama tersebut bisa berupa koperasi, kelompok usaha bersama (KUBE) atau lembaga yang sejenis dengan itu.

Beberapa pendekatan penanganan masalah dalam pengembangan ekonomi masyarakat antara lain adalah sabagai berikut:

a. The Growth Strategy (Strategi Pertumbuhan), pendekatan yang berbasis pada pertumbuhan dengan upaya meningkatkan pendapatan yang diperoleh masyarakat. Pendekatan ini biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan produksi yang dimiliki masyarakat.

28

(34)

b.The Walfare Strategy (Strategi Kesejahteraan), Pendekatan berbasis kesejahteraan masyarakat denagan cara memberikan bantuan kepada masyarakat yang di drop oleh pemerintah yang biasanya disertai dengan kebijakan yang sengaja dibuat. Bantuan tersebut di implementasikan dalam program-program tertentu seperti Pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Investasi Kecil (KIK), Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

c. The Responsive Strategy (Strategi Reaksi), Pendekatan yang berbasis terhadap kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang menunjang dan sesuai bagi proses pembangunan.

d.The Integrated of Holistic Srategy (Strategi Gabungan), Pendekatan ini merupakan gabungan dari tiga strategi di atas. Strategi ini menggunakan prinsip-prinsip persamaan (Equity), keadilan, pemerataan, dan partisipasi.29

Pendekatan dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat dapat juga dilakukan melalui pengembangan aset. Aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik nyata maupun tidak nyata. Hak atau klaim ini dilindungi oleh konvensi, adat, atau hukum yang berlaku pada suatu wilayah atau Negara. Secara konsep aset dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yakni aset pribadi dan aset sosial (umum), aset nyata (tangible) dan aset tidak nyata (intangible).30

Pengembangan ekonomi masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pengembangan. Pertama, aset manusia (human asset) berkaitan erat pada pengembangan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Michael Sheraden,

29

Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), Cet. Ke-1, h.58. 30

(35)

human asset ini termasuk pada golongan asset tidak nyata. Human asset secara umum meliputi intelengensia, latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, ide dan sebagainya.31

Usaha-usaha untuk meningkatkan Human asset ini biasanya dilakukan dalam berbagai program yang bersifat kualitatif seperti program pelatihan dan ketrampilan dalam bentuk kursus-kursus, penyuluhan, yang kesemuanya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan yang pada akhirnya menghasilkan out-put pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kedua, Pengembangan aset modal (financial asset), meliputi dari modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin produksi, dan alas-alas atau komponen produksi nyata lainnya. Salah satu masalah klasik yang dihadapi para pelaku perekonomian kecil baik yang bergerak di bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa adalah sulitnya mendapatkan modal khususnya kredit usaha. Ketidak-mampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi syarat yang di ajukan lembaga keuangan formal seperti bank menjadikan sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada umumnya tidak memiliki asset yang cukup untuk dijaminkan kepada pihak bank.

Permasalahan tersebut sebenarnya dapat dipecahkan dengan cara para pengusaha kecil tersebut bergabung dalam sebuah organisasi, wadah usaha bersama dalam pembiayaan di mana dana tersebut dihasilkan dari modal bersama. Wadah tersebut bisa berupa koperasi simpan pinjam, kelompok keswadayaan masyarakat (KSM), kelompok usaha bersama (KUBE) dan lain sebagainya.32 Dengan adanya lembaga keuangan yang dibangun secara bersama tersebut diharapkan permasalahan

31

Ibid. h.129. 32

(36)

pendanaan usaha akan dapat teratasi, menghindarkan pinjaman pada para rentenir yang ada akhirnya turut andil dalam ketidak berkembangan aset.

Keberadaan lembaga keuangan yang dibentuk secara bersama ini diharapkan menjadi kunci bagi permasalahan keterbatasan akses permodalan yang selanjutnya akan mempengaruhi pada peningkatan produksi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Peningkatan secara kuantitatif dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain bertambahnya aset-aset produksi, pendapatan dan kesejahteraan secara umum.

Ketiga, pengembangan sosial aset (social asset). Aset sosial menurut Michael Sheraden, meliputi keluarga teman, koneksi, atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan material, emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit, dan tipe aset lainnya. Modal sosial ini menurut Mark Bronovetler dan James Colemen secara potensial sangat penting dalam menciptakan aktifitas sosial dan ekonomi individu serta masyarakat.33

Aset sosial menurut Edi Suharto berkontribusi bagi kehidupan, terbukanya aset sosial berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga atau kelompok masyarakat tertentu. Orang yang terikat dalam sebuah lembaga atau komunitas dapat memanfaatkan aset tersebut dalam menghadapi kesulitan, kegembiraan, dan lain-lain. oleh karena itu suatu komunitas yang mewarisi jaringan sosial dan perkumpulan biasanya lebih baik dalam mengentaskan kemiskinan dan kerentanan, memecahkan perselisihan dan mengambil manfaat dari peluang-peluang baru.34

33

Michael Sheraden, Aset Untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.134.

34

(37)

E. Pengertian Nelayan

Nelayan adalah orang-orang yang pekerjaan sehari-harinya menagkap ikan dilaut, mengumpulkan karang-karang dan lain sebagainya yang ada dilaut.35 Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Perikanan seperti yang dikutip oleh

Mangundjojo mengartikan istilah nelayan sebagai mereka yang penghidupannya seluruh atau sebagian besar bergantung pada usaha-usaha menangkap ikan yaitu melakukan suatu perbuatan dengan alat apapun dengan tujuan mengumpulkan, mengambil, mendaratkan ikan atau hasil hayati perairan lainnya dan secara aktif turut serta dalam usaha itu.36 Dengan demikian, dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menagkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai mata pencariannya.

Dalam kehidupan pesisir terdapat banyak kelompok masyarakat nelayan diantaranya:37

a. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat nelayan yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Kedua kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal atau peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.

b. Masyarakat nelayan pengumpul atau bakul, adalah kelompok masyarakat nelayan yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun

35

Pengelolaan Jabatan berdasarkan Internasional Standart Classification Of Occupations (Jakarta: Departemen Perburuhan Republik Indonesia, 1963), h.58.

36

R. Soediro Mangundjojo, Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan, 1973). h.5.

37

(38)

dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawa ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat nelayan perempuan.

c. Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.

F. Strategi Pemberdayaan Nelayan

Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap nasional.38 Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif sehingga sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara. Para pedagang inilah yang sesungguhnya menjadi “penguasa ekonomi” di desa-desa nelayan. Kondisi demikian terus berlangsung menimpa nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana mengakhirinya.

Hal ini telah melahirkan sejumlah masalah sosial ekonomi yang krusial pada masyarakat nelayan. Namun demikian, belenggu struktural dalam aktifitas

38

(39)

perdagangan tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor yang menimbulkan persoalan sosial di kalangan nelayan, faktor-faktor lain yang sinergis, seperti semakin meningkatnya kelangkaan sumber daya perikanan, kerusakan ekosistem pesisir dan laut, serta keterbatasan kualitas dan kapasitas teknologi penangkapan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, ketimpangan akses terhadap sumber daya perikanan, serta lemahnya proteksi kebijakan dan dukungan fasilitas pembangunan untuk masyarakat nelayan masih menjadi faktor yang menimbulkan persoalan.39

Kondisi sosial yang memburuk di kalangan nelayan sangat dirasakan di desa-desa pesisir yang perairannya mengalami overfising (tangkap lebih) sehingga hasil tangkap atau pendapatan yang diperoleh nelayan bersifat fluktuatif, tidak pasti, dan semakin menurun dari waktu ke waktu. Dalam situasi demikian, rumah tangga nelayan akan senantiasa berhadapan dengan tiga persoalan yang sangat krusial dalam kehidupan mereka yaitu pergulatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, tersendat-sendatnya pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anaknya, dan terbatasnya akses mereka terhadap jaminan kesehatan.

Ketiga aspek di atas merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar dalam rumah tangga nelayan, yang sering tidak terpenuhi secara optimal. Dengan realitas kehidupan yang demikian, sangat sulit merumuskan dan membangun kualitas sumber daya masyarakat nelayan, agar mereka memiliki kemampuan optimal dalam mengelola potensi sumber daya pesisir-laut yang ada. Ketiadaan atau kekurangan kemampuan kreatif masyarakat nelayan untuk

39

(40)

mengatasi persoalan sosial-ekonomi di daerahnya akan mendorong mereka masuk perangkat keterbelakangan yang berkepanjangan sehingga dapat mengganggu pencapaian tujuan kebijakan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan.

Untuk menanggulangi masalah tersebut dapat dilakukan dengan strategi pemberdayaan nelayan.40 Selama ini, baik lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan maupun instansi pemerintah lainnya, pemerintah daerah, dan khususnya lembaga swadaya masyarakat dalam bentuk yayasan dan koperasi telah melakukan strategi kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan.

Strategi pemberdayaan nelayan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Program Asuransi Nelayan

Sebagian besar nelayan kita belum (terbiasa) mengikuti program asuransi formal. Hanya sebagian kecil KUD, seperti KUD Mina yang memiliki usaha pengelolaan pemberian jaminan sosial bagi nelayan. Hal ini dilakukan dengan memotong retribusi hasil tangkap nelayan.

Asuransi sebagai tulang punggung jaminan sosial bagi nelayan memiliki alasan yang kontekstual untuk diikuti oleh nelayan. Pertama, kegiatan melaut adalah kegiatan yang memiliki nilai spekulatif tinggi sehingga nelayan tidak bisa memperediksi jumlah pendapatan yang bisa dibawa pulang. Kedua,

investasi disektor perikanan memerlukan biaya yang besar pula, misalnya untuk operasioanal, rekrutmen nelayan buruh, dan pemeliharaan alat tangkap. Ketiga,

kegiatan melaut sangat beresiko terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan badan. Keempat, kawasan pesisir umumnya rawan penyakit dan kualitas

40

(41)

sumber daya manusianya rendah jika di lihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya.41

Selanjutnya, sesuai dengan pola kehidupan masyarakat nelayan dan tantangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan, jenis asuransi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat nelayan selain asuransi jiwa, yakni asuransi kematian, asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan anak-anak.

Dari keempat jenis asuransi tersebut yang paling penting bagi masyarakat nelayan adalah asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan anak-anak. Kebutuhan akan kesehatan dan pendidikan merupakan kebutuhan berkala yang harus dipenuhi oleh rumah tangga nelayan karena kondisi lingkungan pemukiman nelayan yang padat dan kotor berdampak terhadap kualitas kesehatan masyarakat. Lagi pula, biaya pendidikan yang semakin mahal, lemahnya kesadaran nelayan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan lebih tinggi, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia pesisir secara umum, harus dijawab dengan penggalakan program wajib belajar pendidikan dasar.

Dengan memperhatikan bahwa aspek kesehatan dan pendidikan memberi kontribusi penting terhadap pengembangan kualitas sumber daya nelayan maka asuransi kesehatan dan pendidikan merupakan bagian dari kebutuhan pokok masyarakat nelayan yang harus terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini menempati prioritas kedua setelah pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari untuk konsumsi (pangan). dengan adanya berbagai keterbatasan kemampuan

41

(42)

nelayan, prakarsa DKP yang mendorong masyarakat nelayan berpartisipasi dalam mengikuti asuransi merupakan kebijakan yang tepat untuk memberikan perlindungan sosial yang lebih pasti kepada nelayan.42

Di samping itu, program asuransi positif untuk meringankan beban kehidupan nelayan, dan masyarakat nelayan merupakan potensi yang belum tergarap optimal dalam bisnis asuransi nasional, pengelolaan program ini seyogyanya adalah lembaga atau perusahaan yang sudah berpengalaman dan bekerja profesional di bidang bisnis asuransi. Jika suatu perusahaan asuransi nasional meluncurkan paket khusus dalam layanan asuransi nelayan dengan konsep perlindungan atau jaminan sosial yang menarik atau sesuai dengan kebutuhan nelayan, niscaya akan memperoleh tanggapan partisipatif dari masyarakat nelayan. Perusahaan asuransi ini dapat menggandeng Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/Kabupaten/Kota, Organisasi-organisasi nelayan yang dipercaya nelayan, dan KUD Mina untuk menggarap program asuransi nelayan.

Peserta program asuransi nelayan ini harus memenuhi syarat-syarat pokok, seperti bekerja sebagai nelayan khususnya nelayan tradisioanal dan buruh nelayan, terdaftar sebagai anggota organisasi nelayan, sebagai anggota KUD Mina atau TPI setempat, dan sudah berumah tangga. Syarat-syarat demikian diperlukan untuk membantu perusahaan asuransi melakukan proses identifikasi keanggotaan, memperlancar proses manajemen asuransi, dan pengawasan. Perusahaan asuransi harus memiliki kepekaan dalam merumuskan mekanisme pengelolaan perasuransiaan yang sesuai dengan konteks sosial-budaya

42

(43)

masyarakat nelayan.43 Misalnya, hak, kewajiban, mekanisme kerja, sanksi, serta tata cara dan norma-norma berasuransi lainnya, agar disosialisasikan secara intensif dan sejelas-jelasnya kepada masyarakat nelayan untuk memperoleh tanggapan balik dan masukan. Untuk itu, pemahaman yang baik dalam mengikuti program asuransi diharapakan bisa mengurangi atau bisa mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika program asuransi nelayan ini berjalan.

Kelangsungan masyarakat nelayan berpartisipasi dalam program asuransi tersebut juga sangat ditentukan oleh konsistensi dalam perolehan pendapatan dari kegiatan melaut. Melalui kebijakan yang dibuat, Negara berkewajiban memberi kemudahan akses nelayan terhadap sumber daya laut, melindungi laut dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai faktor, dan mendorong kebijakan pembangunan wilayah pesisir secara terpadu sehingga laut tetap menjadi ladang kehidupan nelayan secara berkelanjutan. Dengan demikian, langkah ini lebih meringankan tanggung jawab Negara daripada Negara harus membiayai secara gratis seluruh kebutuhan hidup masyarakat nelayan, yakni pendidikan dan kesehatan.

2.Lembaga Keuangan Mikro

Strategi ini sangat penting karena pada dasarnya saat ini masyarakat nelayan, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan sangat sulit untuk memperoleh modal. Sifat bisnis perikanan yang musiman, ketidakpastian serta resiko tinggi sering menjadi alasan keengganan bank menyediakan modal bagi bisnis ini. Sifat bisnis perikanan seperti ini yang disertai dengan status nelayan yang umumnya rendah dan tidak mampu secara

43

(44)

ekonomi membuat mereka sulit untuk memenuhi syarat-syarat perbankan yang selayaknya diberlakukan seperti perlu adanya collateral, insurance dan

equit.

Investasi di sektor perikanan tangkap membutuhkan biaya yang besar, khususnya untuk pembelian dan pemeliharaan sarana-prasarana produksi. Biaya oprasional dan resiko ekonomi juga tinggi karena sifat pendapatan yang spekulatif dan tantangan alam yang menghadang setiap saat.44 Sifat investasi yang demikian mengharuskan ketersediaan dana kontan, yang setiap saat bisa digunakan atau diakses oleh nelayan. Kebutuhan akan dana kontan menjadi sangat penting karena pendapatan nelayan yang bersifat spekulatif, fluktuatif, dan tidak pasti. Masalah ini sering menyulitkan nelayan untuk menjaga stabilitas usaha atau mengembangkan kegiatan ekonominya.

Dalam masyarakat nelayan, peranan jasa kredit informal sangat besar untuk menggerakan sektor usaha perikanan. Namun demikian, jasa kredit informal tidak meningkatkan kesejahteaan masyarakat nelayan karena tidak mampu menciptakan proses kapitalisasi. Hal ini disebabkan oleh faktor bunga yang tinggi, tidak ada administrasi yang baik dan tertib, serta tidak ada unsur pematangan ekonomi yang sifatnya mendidik masyarakat penerima kredit tersebut. Pelayanan kredit tersebut hanya mampu memberikan pelayanan yang bersifat gali lubang tutup lubang sekedar untuk mempertahankan kehidupan, tetapi tidak mampu meningkatkan standar kehidupan dan kesejahteraan sosial penerima kredit.45

Untuk itu, bagi nelayan kesulitan menyediakan modal yang memadai akan

44

Ibid. h.45. 45

(45)

memengaruhi pertumbuhan usaha ekonomi perikanan secara produktif. Meskipun demikian, akses tenaga kerja mudah dan potensi pasar cukup besar, tanpa kesediaan modal yang memadai sulit mengharapkan bahwa proses produksi dapat berjalan dengan optimal. Kesulitan dalam permodalan menyebabkan nelayan, khususnya para nelayan tradisional, mereka kurang mampu mengembangkan usahanya, baik untuk memperbesar kapasitas produksi dengan meningkatkan kualitas sarana-prasarana penangkapan dan penanganan produksi pasca tangkap maupun untuk mengembangkan pemasaran hasil produksinya.46

Dengan memperhatikan uraian di atas, pendekatan kelembagaan ekonomi merupakan salah satu strategi untuk mengatasi kesulitan nelayan dalam mengakses modal kerja. Oleh karena itu, kehadiran Lembaga Keuangan Mikro (LKM) alternatif yang bisa meringankan beban modal usaha merupakan kebutuhan mendesak bagi masyarakat nelayan sehingga bisa membantu perkembangan usaha mereka, yang tergolong sebagian besar usaha kecil-menengah. Nelayan diharapkan memiliki keberdayaan ekonomi sebagai energi sosial untuk mencapai kesejahteraan hidup.

LKM adalah lembaga keuangan yang menyediakan jasa keuangan mikro berupa penghimpunan dana dan pemberian pinjaman dalam jumlah kecil yang ditujukan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dengan tujuan memperluas lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan. Secara umum, LKM mencakup lembaga keuangan seperti (1) Badan Kredit Desa (BKD) dan Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) sebagaimana dimaksud dalam

46

(46)

Undang-Undang No.7/1992 tentang Perbankan; (2) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Baitul Mal Wattamwil (BMT) yang didirikan berdasarkan Undang-Undang No.22/1992 tentang perkoperasian; (3) lembaga keuangan lainnya yang menjalankan kegiatan serupa. Sampai saat ini, keberadaan LKM belum diatur dengan Undang-Undang tersendiri, namun dalam konsep pembahasan rancangan Undang-Undang tentang keuangan mikro, pengertian LKM tampaknya akan dibatasi kepada BKD dan LDKP.47

Sebagaimana dikemukakan di atas, keterbatasan masyarakat nelayan untuk mengakses modal kerja ke lembaga karena sejumlah persyaratan teknis yang tidak bisa dipenuhi merupakan penghambat potensial pengembangan usaha ekonomi perikanan mereka. Oleh karena itu, kehadiran LKM yang lebih fleksibel dalam memberikan kemudahan akses pada masyarakat nelayan, khususnya nelayan-nelayan kecil yang skala usahanya tergolong usaha mikro merupakan pilihan strategis dan pilar utama bagi upaya memberdayakan nelayan secara ekonomis. Kehadiran LKM bagi masyarakat masih merupakan kebutuhan yang mendesak untuk di realisasikan, dan jika oprasional LKM relevan dengan kondisi masyarakat nelayan maka akan membangun kedekatan hubungan sosio-psikologis secara timbal-balik. Keuntungan dari kontruksi relasi timbal-balik ini akan berdampak pada kedua belah pihak, yakni masyarakat nelayan akan merasa memiliki sehingga mereka bertanggung jawab terhadap pinjaman yang diperoleh dan dukungan masyarakat nelayan ini akan mengembangkan atau memperkuat kedudukan dan peranan LKM sebagai soko guru perekonomian masyarakat nelayan.

47

(47)

Program-program pemberdayaan yang selama ini berlangsung di kawasan pantai, seperti Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Penaggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) selalu disertai dengan pembentukan LKM, seperti Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan LEPP-M3. Sementara itu untuk Proyek Co-Fish, Departemen Kelautan dan Perikanan, juga membentuk lembaga sejenis, yaitu Lembaga Keuangan Masyarakat Pantai atau LKMP.48 Sekalipun lembaga-lembaga tersebut atau lembaga lain yang sejenis belum berkembang secara optimal, namun kehadirannya telah membantu nelayan memperluas akses mereka terhadap sumber-sumber keuangan alternatif.

Pada prinsipnya, sistem pengelolaan potensi dana, fasilitas, dan barang di LKM yang dibentuk dalam konteks program pemberdayaan di atas, dilaksanakan dengan sistem bergulir (revolving) sehingga dapat menjamin pemerataan akses modal usaha masyarakat secara keseluruhan. Sesungguhnya peranan dari bantuan dana bergulir tersebut adalah menggantikan tabungan yang semestinya dihimpun dari kemampuan masyarakat sendiri. Kemampuan masyarakat untuk menabung masih terbatas pada dua hal, yakni (1) tidak adanya surplus yang dapat diciptakan dari kegiatan sosial ekonomi dan (2) budaya menabung yang belum berkembang di masyarakat.49

Dalam hubungan ini, bantuan dana bergulir harus menciptakan surplus dan dikelola dengan menggunakan prinsip: (1) mudah diterima dan untuk didayagunakan oleh masyarakat sebagai kelompok sasaran (acceptable), (2)

48

Endih Herawandi, Lembaga Keuangan Masyarakat Pantai, (Jakarta: Co-Fish Project, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004), h.17.

49

(48)

dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan

(accountable), (3) memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable), (4) hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri (sustainable), dan (5) pengeloalan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat desa dalam lingkup yang lebih luas (replicable).50 Secara institusional, LKM yang ideal adalah jika dalam kinerjanya memiliki ciri sosial, yakni menekankan kebersamaaan dengan membawakan aspirasi masyarakat yang menguntungkan mereka dan sekaligus memiliki ciri ekonomis, yakni menerapkan prinsip ekonomi dengan prosedur dan kriteria perbankan.51

Untuk itu, dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan berorganisasi, tipologi pendapatan yang masih bersifat harian, dan tingkat pendapatan yang berfluktuasi di kalangan masyarakat nelayan, startegi pengelolaan LKM agar mampu bertahan dan kehadirannya terus berlanjut maka harus memperhatikan konteks karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya lokal. Misalnya, syarat-syarat administrasi dari pinjaman kredit dibuat sedemikian rupa agar bisa dijangkau oleh nelayan, perlunya rekomendasi tokoh masyarakat lokal kepada calon peminjam kredit, praktik penagihan angsuran pinjaman dilakukan secara harian, serta pembuatan format usulan pinjaman yang disesuaikan dengan kemampuan pengetahuan masyarakat lokal dan karakteristik usahanya.

Pengelola LKM harus memperkuat hubungan personal dengan tokoh masyarakat lokal dan para nasabah agar menunjang pengembalian angsuran. Jika

50

Ibid. h.65. 51

(49)

pola hubungan personal yang kuat belum bisa dibentuk maka ketegasan aturan atau syarat-syarat peminjam harus di perketat. Semua strategi tersebut ditempuh untuk menjamin kelangsunagn eksisitensi lembaga keuangan mikro dan tanggung jawab sosial nasabah sehingga kehadiran sebuah LKM memberi kontribusi positif terhadap peningkatan kegiatan ekonomi-perikanan masyarakat nelayan.

Sikap saling percaya di antara pengelola LKM dan masyarakat nelayan harus dibanagun dengan jalan mengembangkan rasa simpati dan empati pada kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan budaya saling kunjung dan pertemuan kolektif dalam sebuah forum nasabah agar masing-masing pihak bisa berkomunikasi tentang harapan-harapan yang akan dicapai dan penyelesaian berbagai persoalan yang dihadapi. Keputusan bersama yang dihasilkan akan menjadi referensi tindakan kolektif dalam rangka menciptakan keberdayaan dan penguatan kapasitas sosial ekonomi LKM dan masyarakat nelayan. Untuk menjawab peningkatan kebutuhan masyarajkat akan modal kerja, LKM dapat menjalin kemitraan strategis dengan lembaga keuangan formal lainnya dalam rangka memperbesar modal usaha yang dimiliki.

3.Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil

(50)

yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama. 52

Sebagai suatu usaha atau kegiatan ekonomi, perikanan dapat dipandang sebagai sistem yang terdiri dari unsur atau subsistem ikan, manusia dan lingkungan atau habitat tempat ikan itu berada. Untuk memanfaatkan ikan, manusia membutuhkan teknologi, ketrampilan, dan modal.

Faktor teknis yang paling lemah dimiliki oleh nelayan adalah keterampilan, dimana mereka menjadi nelayan hanya disebabkan oleh kebiasaan turun temurun. Keadaan ini menjadi bertambah lemah dengan fasilitas alat tangkap yang sangat terbatas baik jenis maupun ukurannya serta sebagian besar masih bersifat tradisional, dengan daerah penangkapan terbatas pada perairan pantai yang sudah padat tangkap. Selain faktor teknis tersebut diatas, ternyata faktor non-teknis juga menjadi kendala bagi peningkatan dan pengembangan pendapatan dan taraf hidup para nelayan. Seperti kelemahan dalam hal manajemen usaha penangkapan, yang merupakan faktor penunjang kelangsungan dan perkembangan usaha.53

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut ditetapkan program pembangunan koperasi perikanan yang meliputi peningkatan permodalan, bimbingan usaha, pengembangan organisasi, pendidikan dan pelatihan dalam bidang koperasi.

52

Victor P.H. Nikijuluw, Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (Jakarta: P3R, 2002), h 8. 53

Gambar

Tabel 16  Segmentasi Karyawan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam berat (Hg, Pb, dan Cu) pada tanah hutan mangrove Muara Angke DKI Jakarta, serta untuk mengetahui jenis fungi yang terdapat

[r]

- Dinas Perikanan DKI Jakarta atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. - Direktorat Jenderal Perikanan DKI Jakarta atas segala bantuan yang diberikan

Sistem tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu nelayan yang berperan sebagai produsen serta pedagang perantara yang

Strategi yang diperoleh antara lain dengan menyinergikan pembiayaan dari lembaga non formal, memanfaatkan nilai strategis PPI Muara Angke dalam mendukung usaha perikanan

dilandaskan kepada penanganan komoditi atau produk yang telah terjamin pemasaran dan keuntungannya. Peranan yang dilakukan Koperasi Unit Desa Mina Bahari dalam

Angota tersebut diklasifikasikan menjadi 9 kelompok (Tabel 13). Tabel 13 menunjukkan bahwa anggota Koperasi Mina Jaya DKI Jakarta tahun 2008 didominasi oleh anggota

Alternatif strategi pengembangan yang dapat dilakukan Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke berdasarkan penelitian ini adalah Meningkatkan sentra industri produk