• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok dan Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok dan Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

ILYATI SYARFA

NIM : 1111104000021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

iii JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2015 Ilyati Syarfa, NIM: 111110400021

Description Of Knowledge Level, Smoking Behaviour And Nicotine Dependent On Student Of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xix + 98 pages + 25 tables + 2 schemes + 5 attachments

ABSTRACT

Cigarette problem essentially has become a national problem. All health experts have long concluded, that health is smoking a lot of negative impact. The content of nicotine contained in cigarettes can cause a feeling dependent. Every year there are about 3 million deaths resulting from nicotine dependence. Now, smoking behavior has been much in the academic environment, such as college or university. Whereas those in the academic community should understand more about the dangers of smoking information. The purpose of this study is to describe the level of knowledge, smoking behavior and nicotine dependent on student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This type of research is quantitative descriptive analysis design draft with cross sectional approach. The samples were 206 active college students from the Faculty of Medicine and Health Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Faculty of Dirasat Islamiyah with Cluster sampling method. Quantitative data retrieval by questionnaire. The results showed the level of knowledge of the majority of cigarettes high 90.8%. For smoking behavior showed a majority of 65.7% in the medium category and most are included in the category of very low nicotine or nicotine dependent as much as 60.0%. Still the smoking behavior among students expected the government and relevant institutions to reinforce the policy on smoking ban in the academic environment.

(4)

iv Skripsi, Juli 2015

Ilyati Syarfa, NIM: 1111104000021

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok dan Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xix + 98 halaman+ 25 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah nasional. Semua ahli kesehatan telah lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak menimbulkan dampak negatif. Kandungan Nikotin yang terkandung didalam rokok dapat menimbulkan perasaan tergantung. Setiap tahun terdapat sekitar 3 juta kematian yang disebabkan dari ketergantungan nikotin. Saat ini perilaku merokok sudah banyak di lingkungan akademis, seperti kampus atau universitas. Padahal mereka yang berada di lingkungan akademis selayaknya lebih mengerti mengenai informasi bahaya merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, perilaku merokok, dan nikotin dependen pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan desain analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 206 mahasiswa yang aktif kuliah dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Dirasat Islamiyah dengan metode Cluster sampling. Pengambilan data kuantitatif dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan terhadap rokok mayoritas tinggi 90,8%. Untuk perilaku merokok menunjukan mayoritas dalam kategori sedang 65,7% dan sebagian besar termasuk dalam kategori sangat rendah ketergantungan nikotin atau nikotin dependen sebanyak 60,0%. Masih terjadinya perilaku merokok dikalangan mahasiswa diharapkan pemerintah dan institusi terkait bisa mempertegas kebijakan mengenai larangan merokok di lingkungan akademis.

Kata kunci: Gambaran, Tingkat Pengetahuan,Perilaku Merokok, Nikotin Dependen, Mahasiswa.

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

Nama : ILYATI SYARFA

Tempat, tanggal Lahir : Depok, 07 Juni 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Arif Rahman Hakim GG.bunga RT 01 RW 13 N0. 6 Beji Depok

HP : +6281210636510

E-mail : ilyatisyarfa@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Islam Almuhajirin Depok 1997 - 1999

2. MI Al-Awwabin Depok 1999 - 2005

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Depok 2005 - 2008 4. Sekolah Menengah Atas Sejahtera 1 Depok 2008 - 2011 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang

ORGANISASI

1. OSIS SMP 2007 - 2008

2. PASKIBRA SMP 2005 - 2008

(9)

ix

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta

pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa

Muhammad itu Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok dan Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku, Ibu Suwarti dan Bapak Nahrowi yang telah mendidik,

mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan

penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Kakakku, Hilwa Haudati, dan Adikku, Rifdah Farhani, Neila Amalia dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih. 2. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah,

(10)

x

3. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

4. Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan

Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.

7. Sahabat tercinta Andika, Dayang, Audy, Dewi, Trisna, Arief, Sekar, Asih, Eko, PSIK 2011, PSIK 2010 dan teman-teman yang telah membantu memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan, mengundang tawa dan terkhusus untuk Alfian Prawiraguna yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Ciputat, Juli 2015

(11)

xi

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Singkatan ... xv

Daftar Bagan ... xvi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Pernyataan Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 15

1. Tingkat Pengetahuan ... 15

B. Perilaku ... 16

(12)

xii

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ... 32

E. Nikotin Dependen ... 34

F. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 38

G. Penelitian Terkait ... 39

H. Kerangka Teori ... 45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 46

E. Vadilitas dan Reabilitas Instrumen ... 63

1. Vadilitas ... 63

(13)

xiii

B. Tingkatan Pengetahuan Responden ... 72

1. Tingkatan Pengatahuan Berdasarkan Fakultas ... 73

2. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

C. Perilaku Merokok ... 74

1. Perilaku Merokok Berdasarkan Fakultas ... 75

2. Perilaku Merokok Berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

3. Status Merokok berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... ..76

D. Nikotin Dependen ... 77

1. Nikotin Dependen Berdasarkan Fakultas ... 77

2. Nikotin Dependen Berdasarkan Jenis kelamin ... 78

(14)

xiv

C. Gambaran Perilaku Merokok Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 87 D. Gambaran Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

... 91 E. Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 95 B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

UIN : Universitas Islam Negri

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

FISIP : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FDI : Fakultas Dirasat Islamiyah

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

RI : Republik Indonesia

WHO : World Health Organization

QS : Al-Qur’an Surat

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SKT : Sigaret Kretek Tangan

SKM : Sigaret Kretek Mesin

SKM FF : Sigaret Kretek Mesin Full Flavor

SKM LM : Sigaret Kretek Mesin Light Mild

RF : Rokok Filter

RNF : Rokok Non Filter

FTND : Fagerstrom Test For Nicotine Dependence

(16)

xvi

Halaman

2.1 Kerangka Teori 44

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Definisi Operasional 47

4.1 Persebaran Jumlah Mahasiswa FKIK UIN Syarif 4.3 Persebaran Jumlah Mahasiswa FDI UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

54 4.4 Persebaran Jumlah Sampel Mahasiswa FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

58 4.5 Persebaran Jumlah Sampel Mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

58 4.6 Persebaran Jumlah Sampel Mahasiswa FDI UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

58 4.7 Indikator Item Kuesioner Perilaku Merokok 61 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Fakultas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

69 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Program Studi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

71 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Merokok di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

71 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tipe Perokok di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

72 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

Pengetahuan Mengenai Rokok di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

72

5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok Responden Berdasarkan Kategori Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

73

5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

74

5.10 Distribusi Frekuensi Status Perokok Berdasarkan Usia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

74 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Merokok

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

75 5.12 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden

Berdasarkan Kategori Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(18)

xviii

5.14 Distribusi Frekuensi Status Merokok Dengan Tingkat Pengetahuan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nikotin Dependen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

76

5.15 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nikotin Dependen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

77 5.16 Distribusi Frekuensi Nikotin Dependen Responden

Berdasarkan Kategori Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

77

5.17 Distribusi Frekuensi Nikotin Dependen Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(19)

xix

Lampiran 1. Izin penelitian dan pengambilan data

Lampiran 2. Kuesioner penelitian

Lampiran 3. Izin penggunaan kuesioner

Lampiran 4. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner

(20)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Hal ini sebenarnya telah diketahui oleh masyarakat, bahwa merokok itu mengganggu kesehatan. Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah nasional (Setiyanto, 2013).

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi perokok di Indonesia tahun 2013 laki-laki sebanyak 68,8%, perempuan 6,9%, dan total prevalensi di Indonesia sebanyak 36,3%. Hasil ringkasan Riskesdas menyebutkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun ke atas meningkat dari tahun 2007 ke 2013. Pada tahun 2007, usia 15–19 tahun sebanyak 36,3%, usia 20–24 tahun 16,3%, usia 25–29 tahun sebanyak 4,4% dan usia ≥ 30 tahun sebanyak 3,2%. Jumlah perokok aktif yang meningkat ini didominasi oleh remaja dan anak-anak. Sejak 2011 hingga saat ini terjadi peningkatan perokok aktif di kalangan remaja dan

anak-anak, yakni dari 5 % menjadi 17 % (Depkes, 2013).

(21)

menimbulkan dampak negatif, lebih bagi anak-anak dan masa depannya. Rokok mengandung 4000 zat kimia dengan 200 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini didapatkan pada asap utama yaitu asap rokok yang terhisap langsung masuk keparu-paru perokok maupun asap samping yaitu asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, misalnya karbon monoksida, benzopiren, dan amoniak (KPAI, 2013).

Nikotin yang terkandung didalam rokok dapat menimbulkan perasaan tergantung atau disebut dengan nicotine dependence. Efek toleran yang disebabkan oleh nikotin sesungguhnya relatif ringan, tetapi sifat adiktifnya dapat menyebabkan tubuh bergantung dengan zat tersebut (Komasari & Avin, 2000). Toleransi terhadap nikotin mulai berkembang pada saat dosis pertama, oleh karena itu pemakai zat nikotin terus menambah dosis untuk mempertahankan efek dan mencegah hilangnya gejala (Sudiono, 2007).

(22)

Menurut penelitian Goodwin et al (2011) ketergantungan nikotin adalah bukti yang menunjukan hambatan utama seseorang untuk bisa berhenti merokok. Faktor prediktor merokok seperti merokok pada usia dini, orang tua yang merokok, rekan atau teman perokok, dan pendidikan yang rendah menyebabkan individu semakin tidak bisa berhenti dari konsumsi zat nikotin.

Penelitian mengenai ketergantungan nikotin atau nikotin dependen dilakukan setiap tahun. Setiap tahun terdapat sekitar 3 juta kematian yang disebabkan dari ketergantungan nikotin. Sekitar 20% orang Amerika memenuhi kriteria dari gejala ketergantungan nikotin. Di antara perokok, sekitar 50%-80% diperkirakan memenuhi gejala ketergantungan nikotin (Ashton, 2010).

Beberapa penelitian mengenai resiko yang mungkin dialami perokok menunjukan bahwa perokok mempunyai kemungkinan sebelas kali mengidap berbagai penyakit yang menyebabkan kematian dibanding bukan perokok. Resiko tersebut sesungguhnya tidak hanya mengenai perokok aktif saja tetapi juga orang-orang disekitar perokok, yaitu orang yang tidak merokok tetapi harus menghirup asap rokok atau orang yang berada disekitar perokok atau untuk selanjutnya dikatakan perokok pasif (Sari, 2003)

Dalam Islam rokok dinyatakan haram. Beberapa dalil yang bisa dijadikan landasan keharaman rokok secara mutlak, sabda Rasulullah “Tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh menyebabkan bahaya bagi orang lain“ (HR. Ibnu Majah, Hadist Shahih). Berdasarkan firman Allah “Dan

(23)

segala yang buruk“ (QS. Al A’raf ayat 157) . Rokok akan menyebabkan seseorang terjerumus dalam kebinasaan dan kematian. Selain membahayakan perokok aktif, maka rokok akan membahayakan orang lain atau perokok pasif (Jabbar, 2008).

Bahaya merokok bagi kesehatan sudah sangat jelas dan diakui secara luas. Penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan bahkan pada orang disekitarnya (Aydid, 2000). Selain merugikan bagi si perokok dan orang lain rokok dapat dikatakan juga merugikan dari segi agama.

Sudah banyak media dan artikel ilmiah yang memberikan informasi mengenai bahaya rokok bagi perokok dan lingkungan sekitarnya, namun masih banyak masyarakat menghiraukan peringatan ini. Perilaku merokok saat ini dilakukan dari berbagai kalangan dan dari berbagai latar pendidikan yang berbeda. Perilaku merokok bisa terjadi dan bisa ditemukan di berbagai tempat, seperti stasiun kereta api, terminal, kantor, pasar, perumahan dll. Bahkan, perilaku merokok sudah banyak di lingkungan akademis, seperti kampus atau universitas. Padahal mereka yang berada di lingkungan akademis selayaknya lebih mengerti mengenai informasi bahaya merokok (Anggarawati, 2013)

(24)

kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok" (BPLHD, 2009). Tetapi pada kenyataannya dari hasil pengamatan di beberapa universitas negeri masih banyak yang belum terbebas dari asap rokok. Universitas negeri menjadi sorotan utama karena menjadi idaman setiap siswa SMA untuk melanjutkan studinya (Anggarawati, 2013)

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah salah satu universitas negri di Jakarta yang terdiri dari beberapa fakultas. Fakultas ini mempelajari bidang yang berbeda. Beberapa diantaranya Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Fakultas Psikologi, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Dari beberapa fakultas tersebut masih belum terbebas dari asap rokok. Berdasarkan pengamatan subjektif peneliti masih ada mahasiswa yang merokok di lingkungan kampus seperti area parkir, taman kampus, kantin dll.

Berdasarkan hasil penelitian Powe (2007) mengenai sikap dan

keyakinan dan prediktor perilaku merokok pada mahasiswa diperguruan tinggi

atau universitas dilaporkan lebih dari 50% pernah mencoba rokok. Mahasiswa

ini mulai mencoba rokok saat usia 15 tahun. Kemungkinan bahwa seorang

mahasiswa akan merokok adalah 15 kali lebih besar jika teman-teman mereka

merokok.

(25)

mahasiswa dilarang merokok dilingkungan kampus. Pasal 10 poin 15 menyebutkan “Setiap mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan melakukan perbuatan sebagaimana dibawah ini baik dilingkungan maupun diluar lingkungan kampus yaitu merokok”. Bentuk sanksi dalam pasal 26 “Pelanggaran atas pasal 10 poin 15 dikenakan sanksi pasal 6 huruf d membayar denda sebesar Rp. 50.000,- setiap terbukti merokok” (Wahab, dkk, 2012). Peraturan ini sangat jelas ada sebagai kode etik mahasiswa, tetapi pada kenyataan nya kode etik tersebut tidak benar-benar dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Mahasiswa juga banyak yang tidak mengatahui tentang adanya kode etik tersebut.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin melihat gambaran mengenai tingkat pengetahuan, perilaku merokok dan nikotin dependen pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari latar belakang pendidikan yang berbeda yakni dari mahasiswa yang mempelajari ilmu kesehatan, mahasiswa yang mempelajari ilmu kemasyarakatan, dan mahasiswa yang memperdalam ilmu agama islam.

(26)

Hasil studi pendahuluan kedua terhadap 20 orang mahasiswa yang terdiri dari 10 perempuan dan 10 laki-laki dari FKIK,FDI dan FISIP di UIN 13 orang diantaranya adalah perokok. Mahasiswa dan mahasiswi tersebut mengatakan bahwa mereka sering merokok disekitar kampus. Mereka merokok dikampus karena melihat teman-teman nya yang juga perokok. Mereka mengatakan bahwa dikampus sudah ada papan peringatan kawasan bebas asap rokok, tetapi mahasiswa/i tetap menghiraukan. Mereka juga tidak mengetahui tentang peraturan tetap atau kode etik dilarang merokok di lingkungan kampus. Mahasiswa dan mahasiswi ini juga mengatakan bahwa mereka mengetahui bahaya merokok, baik dari segi kesehatan maupun kerugian dari segi agama tetapi mereka tetap merokok karena merasa sulit untuk berhenti merokok.

Menurut Bagus dan Januartha (2012) dalam penelitiannya mengenai analisis tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku merokok menunjukkan bahwa variabel independen yang signifikan mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku merokok yaitu umur, tingkat pendidikan orang tua, orang tua adalah perokok atau tidak, komunikasi dengan ayah, aktivitas dengan teman dan intensitas untuk mengamati iklan rokok.

(27)

diri individu, yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, kebiasaan, dan nilai-nilai. Pada perilaku merokok, pengaruhnya pada individu yang merokok tentang merokok, kepercayaan, dan pengetahuan tentang efek kesehatan akibat merokok.

Peneliti sebagai salah satu mahasiswi FKIK melihat masih ada mahasiswa yang merokok disekitar kampus FKIK seperti di belakang kantin, tempat parkir, dan taman kampus. Padahal sangat jelas dikampus FKIK terdapat peringatan sebagai kawasan bebas dari asap rokok. Mahasiswa FKIK merupakan kelompok belajar yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan dimasyarakat dan dapat dijadikan role model dalam masyarakat. Mahasiswa FKIK Banyak mendapat informasi tentang kesehatan yang diperoleh, seperti pada program studi ilmu keperawatan yang mempelajari keperawatan medikal bedah yang didalamnya tedapat penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok. Program studi pendidikan dokter yang mempelajari berbagai macam penyakit, salah satunya ilmu penyakit dalam (UIN, 2011). Melihat hal tersebut diharapkan perilaku yang dimiliki mahasiswa FKIK akan lebih baik.

(28)

mempelajari ilmu kesehatan, tetapi dari berbagai media. Papan peringatan dilarang merokok sudah terdapat didalam FISIP, tetapi mahasiswa masih menghiraukan peringatan tersebut.

Salah satu fakultas yang mendalami agama islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Fakultas Dirasat Islamiyah. Fakultas ini bertujuan menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan memahami dan menerapkan moralitas akademik, sikap ilmiah dan strategi dalam pemahaman ilmu agama dan bahasa arab.

Mahasiswa FDI diharapkan memiliki kemampuan berbahasa arab dan memimiliki hafalan al-Qur’an yang baik. Pendidikan dan pengajaran yang didapat secara profesional untuk melahirkan lulusan yang menguasai agama Islam secara mendalam, berakhlakul karimah, berwawasan keindonesiaan, kemanusiaan dan kemodernan. Mahasiswa FDI diharapkan memiliki kemampuan mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dalam memberikan jawaban atas segala permasalahan yang berkembang di masyarakat secara umum, salah satunya seperti hukum merokok (UIN, 2011).

(29)

B. Rumusan Masalah

Perilaku merokok sudah semakin meningkat pada anak-anak dan remaja. Bahkan, perilaku merokok sudah banyak di lingkungan akademis, seperti kampus atau universitas. Padahal mereka yang berada di lingkungan akademis selayaknya lebih mengerti mengenai informasi bahaya merokok. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk kampus yang belum terbebas dari asap rokok. Mahasiswa dari Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan masih terlihat bebas merokok dikampus. Rokok sangat jelas merugikan bagi kesehatan, kandungan nikotin didalam rokok dapat menyebabkan ketergantungan. Selain merugikan kesehatan, rokok juga merugikan dari segi agama dan bagi orang lain. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, perilaku merokok dan nikotin dependen mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

(30)

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang merokok mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?

3. Bagaimana gambaran perilaku merokok mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?

4. Bagaimana gambaran status merokok dengan tingkat pengetahuan

mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?

5. Bagaimana gambaran nikotin dependen mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(31)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden meliputi program studi, jenis kelamin, usia, status merokok, dan tipe perokok pada mahasiswa FKIK,FISIP,dan FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

b. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan tentang merokok mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Diketahuinya gambaran perilaku merokok mahasiswa Fakultas

Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Diketahuinya gambaran status merokok dengan tingkat

pengetahuan mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

e. Diketahuinya gambaran nikotin dependen mahasiswa Fakultas

(32)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah terkait kondisi kesehatan masyarakat indonesia, khususnya kesehatan remaja. Fenomena tren merokok aktif pada usia dini seharusnya menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah. Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi konkret untuk menurunkan jumlah perokok aktif di Indonesia. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan dalam penegasan kebijakan dan peraturan larangan merokok di wilayah institusi pendidikan.

3. Bagi setiap Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai bahan masukan dalam rangka membuat program pencegahan agar mahasiswa tidak menjadi perokok dan menanggulangi kebiasaan merokok, sehingga program yang dibuat tepat dan berguna bagi peningkatan kualitas kesehatan mahasiswa. 4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

5. Bagi Penelitian Selanjutnya

(33)

mengendalikan variabel pengganggu sehingga hasilnya lebih sempurna.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(34)

15

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2002). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (Swansburg , 2001).

1. Tingkatan pengetahuan

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang ia tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

(35)

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek

kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.

e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikansuatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

B. Perilaku

(36)

suatu reaksi dan reaksi mekanisme terhadap lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku. Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negatif. Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespon atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu (Herijulianti, dkk, 2001).

1. Bentuk Perilaku

Soekidjo Notoatmodjo (2003) dengan memerhatikan bentuk respons terhadap stimulus, membedakan perilaku manusia menjadi dua bentuk, yaitu :

(37)

b. Perilaku terbuka (overt behavior) yaitu dalam bentuk tindakan nyata misalnya meminum obat ketika dirinya merasa sakit sebagai perlaku kesehatan. Begitu juga dengan perilaku merokok, seseorang mengenal rokok dari lingkungannya, awalnya mengamati orang-orang yang sedang merokok, setelah mencoba merokok untuk pertama kalinya individu akan merasa ketagihan untuk merokok lagi dengan berbagai macam alasan, yaitu untuk menurunkan kecemasan, agar terlihat lebih jantan dan karena merokok sudah menjadi kebiasaan.

2. Proses Adopsi Perilaku

Proses adopsi perilaku menurut Notoatmodjo (2003) sebelum seseorang mangadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu:

a. Awareness (Kesadaran), individu menyadari adanya stimulus. b. Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (nimbang), Individu

menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.

d. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan

(38)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku merupakan resultan dari berbagai macam aspek internal dan eksternal, fisik dan psikologis. Perilaku tidak berdiri sendiri, akan tetapi selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain. Green 1991 dalam Maulana (2007) menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor predisposing

Adalah faktor yang ada dalam diri individu, yang termasuk didalamnya adalah sikap, nilai, pengetahuan, budaya, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan dan faktor sosio-demografi. b. Faktor Reinforcing

Faktor ini merupakan konsekuensi positif dari perilaku, seperti penerimaan kelompok, atau konsekuensi negatif seperti sanksi sosial.

c. Faktor Enabling

Faktor ini adalah kondisi lingkungan yang secara umum memungkinkan suatu perilaku dilakukan atau menghalangi perilaku tersebut.

(39)

kepercayaan, dan pengetahuan tentang efek kesehatan akibat merokok. Reinforcing factor secara sosial termasuk dukungan sosial, pengaruh kelompok dan iklan rokok. Sedangkan pada enabling factor termasuk ketersediaan dan harga rokok. Hal inilah yang menimbulkan adanya perilaku merokok pada individu.

C. Rokok

Menurut kamus besar bahasa indonesia rokok adalah gulungan tembakau kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus daun nipah atau kertas. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong.

1. Kandungan Rokok

(40)

darah. Denyut jantung istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detak/menit.

Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar, yang terdiri dari lebih dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan zat beracun lainnya. Zat-zat tersebut akan menempel pada sepanjang saluran nafas perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan alveolus (kantung udara dalam paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya sejumlah kecil udara yang dapat dihirup dan sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran darah.

Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan mengurangi kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru. Hal ini terjadi karena sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih mudah berikatan dengan karbon monoksida dibanding dengan oksigen. Lebih banyak menghisap rokok, lebih banyak karbon monoksida terserap dalam peredaran darah. Karbon monoksida dari asap yang dihirup oleh perokok itu sendiri hal tersebut mengkontribusi penumpukan di dinding pembuluh darah dan pencetus proses atherosclerosis.

(41)

senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil dan motor (Wangolds, 2013).

2. Dampak Perilaku Merokok a. Dampak Positif

(42)

bisa mengakibatkan dampak buruk dalam jangka panjang (Partodiharjo, 2010).

b. Dampak Negatif

Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam rokok membahayakan kesehatan seseorang. Baik asap yang dihisap langsung saat merokok maupun yang keluar dari ujung rokok, sama-sama mengandung bahan kimia beracun, seperti : nikotin, tar, nitrous oxide, formic acid, carbon monoksida, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabil berinteraksi dan berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit kanker paru, bibir, kerongkongan, usus, penyakit jantung dan penyakit paru kronis.

Cahyono (2008) mengatakan tentang bahaya rokok yang merupakan penyebab kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah. Penyebab kematian utama yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung (1,69 juta kematian), penyakit paru obstruktif kronis (0,97 juta kematian), dan kanker paru (0,85 juta kematian). Sekitar 90% kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Jenis kanker lain yang bisa terkait dengan rokok adalah kanker kandung kemih, ginjal, kanker leher rahim, kanker esofagus, dan kanker pankreas.

(43)

tubuh. Nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat mengaktivasi trombosit dan meningkatkan asam lemak, mencetuskan aterosklerosis, penyempitan pembuluh koroner. Penyempitan arteri koroner dapat menimbulkan serangan jantung. Sumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi ditempat lain. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah ginjal, menyebabkan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal. Apabila penyumbatan terjadi di pembuluh darah otak bisa menyebabkan terjadinya stroke.

Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam zat karsinogen. Kemungkinan timbulnya kanker paru pada perokok 22 kali lebih besar dari pada non perokok. Kanker hidung, lidah, mulut, kelenjar ludah 2 kali lebih besar dari non perokok. Kanker pharynx 6-7 kali lebih besar, kerongkongan 12 kali lebih besar, eshophagus 8-10 kali lebih besar, ginjal 5 kali lebih besar dari non perokok (Depkes, 2009).

(44)

Nikotin dalam rokok juga dapat menurunkan kadar estrogen, sehingga menimbulkan menopause secra dini dan osteoporosis lebih berat. Zat kimia yang ada dalam rokok dapat menstimulasi trombosis di otak besar yang dapat berakibat terjadinya serangan stroke atau kelumpuhan. Selain itu rokok juga bisa menyebabkan keguguran spontan, bayi dengan berat badan lahir rendah, dan meningkatkan risiko kematian bayi baru lahir. Disamping keadaan diatas, kebiasaan merokok memudahkan munculnya gangguan gusi dan gigi, kemandulan, asma bronkial, dan gangguan pada mata terutama katarak.

D. Jenis Rokok

Menurut Yulianto (t.t) rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. Jenis rokok juga dilihat dari kadar nikotin dan tar nya

Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

1. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit jagung.

2. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

3. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

(45)

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.

1. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2. Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dancengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya.

1. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

(46)

rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.

Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :

1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.

2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.

Rokok berdasarkan penggunaan filter.

(47)

2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

Dilihat dari komposisinya:

1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasanya ditemukan di Asia Tenggara dan India.

2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.

3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.

4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.

(48)

beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe.

1. Perilaku Merokok

Perilaku manusia merupakan reaksi individu yang diwujudkan dengan tindakan atau aktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu. Dalam hal ini rangsangan tersebut adalah rokok. Kebiasaan merokok bukanlah hal baru. Bahkan sejak tahun 600 sebelum Masehi tanaman tembakau sudah mulai ditanam. Pada tahun 1492, tanaman tembakau menjadi populer setelah Columbus melihat orang-orang indian menghisap tembakau dalam upacara tertentu sebagai lambang keramah-tamahan. Sejak saat itu kebiasaan merokok semakin menjadi populer di Eropa. Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang ‘fenomenal’. Artinya,

meskipun sudah diketahui akibat negatif dari merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda (Cahyono, 2008).

Menurut Leventhal & Clearly ( dalam Komasari & Alvin, 2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :

a. Tahap Preparatory.

(49)

dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbukan minat untuk merokok.

b. Tahap Initiation.

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

c. Tahap becoming a smoker.

Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

d. Tahap maintenance of smoking.

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengarturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Seseorang akan menderita penyakit akibat rokok atau tidak tergantung pada lama dan jumlah rokok yang dihisap. Semakin lama dan semakin banyak yang dikonsumsi semakin tinggi resikonya.

2. Tipe Perilaku Merokok

Tomkins (1991) mengklasifikasikan tipe perilaku merokok menjadi empat tipe (Mu’tadin,2002), yaitu :

(50)

Perokok tipe ini merokok untuk mendapatkan relaksasi dan kesenangan. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya kenikmatan yang didapat dari merokok; rangsangan untuk meningkatkan kepuasan dari merokok; dan dilatarbelakangi karena kesenangan individu dalam memegang rokok.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Perokok tipe ini merokok untuk menurunkan perasaan negatif yang perokok alami. Misalkan untuk menurunkan perasaan cemas, marah, atau gelisah. Motivasi individu untuk merokok adalah sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari perasaan yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

c. Perilaku merokok karena kecanduan psikologis

Perokok tipe ini sudah mengalami kecanduan psikologis dari rokok. Perokok akan meningkatkan jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya. Hal ini dilakukan hingga individu mendapatkan efek ketenangan seperti yang diharapkan.

d. Perilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan.

(51)

Menurut Smet 1994 dalam Nasution (2007) tipe-tipe perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap yaitu :

a. Perokok Ringan bila rokok yang dihisap kurang dari 10 batang

perhari.

b. Perokok sedang bila 11-21 batang sehari

c. Perokok berat bila menghisap lebih dari 21 batang perhari.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi dari generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertikal yaitu dari lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horisontal melalui lingkungan teman sebaya. Namun demikian, yang paling besar memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan kontribusi yang positif. Pertimbangan-pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok (komasari & Alvin, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian Fuadah (2011) menyebutkan bahwa ada 4 faktor yang memiliki peran yang besar dalam perilaku merokok dan berada sangat dekat dengan para perokok yaitu :

(52)

Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak. Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang dicontohkan oleh orang tua.

b. Pengaruh teman

Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu faktor resiko pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% di antaranya memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok.

c. Faktor kepribadian

Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengonsumsi rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitas sosial. Individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah.

d. Pengaruh iklan

Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok, baik dari media cetak maupun media elektronik.

(53)

ketidakpedulian terhadap bahaya rokok, merokok memberikan kepuasan, dan lingkungan sosial.

E. Nikotin Dependen

Nikotin adalah zat adiktif yang ditemukan didalam semua produk tembakau. Selain bersifat adiktif, nikotin juga menjadi racun bagi tubuh. Nikotin dalam tembakau berkadar 1-4%. Satu batang rokok mengandung sekitar 1,1 mg nikotin. Selain mengandung nikotin, rokok tembakau juga mengandung zat organik lain dan bahan tambahan (aditif). Efek toleran yang disebabkan oleh nikotin sesungguhnya relatif ringan, tetapi sifat adiktifnya dapat menyebabkan tubuh bergantung dengan zat tersebut (UnityPoint, 2011)

Menurut Vorvick (2013) ketergantungan nikotin atau nikotin dependen ditandai dengan pola-pola tertentu. Pola pertama disebut toleransi. Toleransi adalah ketika individu perlu menggunakan jumlah yang lebih besar dari obat untuk mendapatkan efek yang sama. Sebagian besar perokok memulai dengan beberapa rokok setiap hari dan akhirnya merokok lebih dari satu bungkus perhari.

(54)

mencoba berhenti merokok, gejala penarikan akan muncul dalam satu sampai dua hari. Terjadi gejala puncaknya saat seminggu pertama dan kemudian mereda dalam waktu 2 sampai 4 minggu.

Pola yang ketiga adalah adanya perilaku bergantung atau kecanduan. Individu terus menggunakan tembakau yang terkandung nikotin meskipun hal tersebut berbahaya bagi diri individu itu sendiri.

Pada penggunaan pertama nikotin, efek didalam tubuh meningkatkan konsumsi nikotin secara berulang. Nikotin mengikat reseptor kolinergik dalam sistem saraf pusat. Toleransi tubuh menjadi berkembang, frekuensi dan dosis semakin meningkat dalam penggunaan nikotin. Nikotin memicu pelepasan dopamin, suatu neurotransmitter yang memberikan perasaan yang menyenangkan. Para ahli mengatakan bahwa ketika nikotin yang terhirup di otak dalam hitungan detik langsung mempengaruhi seluruh tubuh. Setelah terhirup, denyut jantung akan meningkat, kadar hormon serta dopamin meningkat. Hal tersebut meningkatkan suasana hati serta kemampuan untuk berkonsentrasi. Beberapa saat setelah hisapan rokok terakhir, kadar hormon ini menurun. Perokok akan merasa cemas, mudah marah dan rasa ingin menggunakan nikotin lagi (Ashton, 2010)

(55)

1. Pada saat tertentu di siang hari yang menimbulkan rasa yang lebih besar untuk merokok, seperti dengan secangkir kopi, saat istirahat kerja, atau setelah tugas-tugas rutin.

2. Setelah makan, kebanyakan perokok memiliki keinginan untuk merokok segera setelah makan.

3. Alkohol, sebagian besar perokok yang minum alkohol mengatakan bahwa tembakau dan alkohol harus dinikmati secara bersama-sama.

4. Pada sejumlah tempat, perokok sering menemukan tempat-tempat tertentu untuk merokok seperti toilet, bar, atau tempat-tempat parkir (setelah turun dari kendaraan).

5. Merokok dengan beberapa orang, jika individu bertemu dengan orang lain yang juga merokok maka individu akan merasa ingin merokok juga.

6. Saat stres, mayoritas perokok biasanya akan memiliki dorongan untuk merokok ketika menghadapi situasi stres atau emosional. 7. Bau tembakau, bau tembakau pada orang lain dapat memicu

bagi perokok lain.

8. Mengemudi, banyak perokok yang merokok saat berkendara sendiri.

9. Cuaca dingin, bagi beberapa perokok merokok saat cuaca

(56)

Ahli ketergantungan nikotin mengatakan bahwa pecandu nikotin harus mengidentifikasi dan menangani perilaku, pemicu, dan situasi yang terkait dengan merokok (Nordqvist, 2013).

Langkah pertama untuk mendiagnosis individu ketergantungan nikotin adalah dengan mengidentifikasi penggunaan tembakau. Diagnosis ketergantungan nikotin berdasarkan pedoman American Psychiatric Association individu harus menunjukan setidaknya 3 kriteria DSM-IV-TR selama periode 12 bulan. Kriteria tersebut yaitu :

1. Toleransi, tanda-tanda toleransi adalah jumlah kebutuhan nikotin yang meningkat untuk menghasilkan efek yang diinginkan.

2. Penarikan, muncul gejala atau sindrom penarikan.

3. Nikotin digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau periode

yang lebih lama dari yang telah direncanakan.

4. Pengguna memiliki keinginan terus menerus atau gagal dalam usaha untuk mengurangi tembakau.

5. Banyak waktu yang dihabiskan dalam memperoleh atau menggunakan zat atau tembakau

6. Kegiatan sosial, pekerjaan, rekreasi berkurang karena penggunaan tembakau.

7. Penggunaan tembakau yang terus menerus meskipun

(57)

F. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Mahasiswa

Mahasiswa mengacu pada buku Pedoman Akademik Program Strata 1 Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010-2011 adalah peserta didik yang mengikut program pendidikan sarjana. Dalam aplikasinya, setiap program studi mempunyai jenjang yang berbeda dalam menempuh tahap akademik ini (UIN, 2011).

2. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada tanggal 30 Desember 2002, Senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan pembahasan dalam suatu sidang tentang pentingnya pembukaan program studi baru dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Forum tersebut merekomendasikan pendirian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Pendirian FKIK dimaksudkan untuk menjawab tantangan dalam mewujudkan konsep Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan pemerintah yang membutuhkan lebih banyak tenaga dokter, apoteker, perawat dan tenaga kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan visi UIN “menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan. Dalam pengembangannya FKIK diarahkan pada penciptaan fakultas yang unggul dan kompetitif sebagai pentahapan menuju fakultas riset yang didasarkan pada keunggulan-keunggulan yang kompetitif secara nasional maupun internasional (UIN, 2011).

(58)

FISIP merupakan fakultas termuda di UIN. Didirikan pada bulan Juli tahun 2009, fakultas ini membuka tiga program studi : ilmu politik, hubungan internasional dan sosiologi. Pembentukan FISIP salah satunya untuk menjawab tuntutan dinamika masyarakat ke depan. Perubahan sosial yang berjalan cepat memerlukan ilmuwan sosial yang mampu menganalisis berbagai persoalan sosial-politik dengan baik. Mahasiswa FISIP diharapkan bisa berperan aktif dalam mencari solusi atas berbagai persoalan sosial dan politik yang berkembang dalam masyarakat (UIN,2011).

4. FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

FDI menawarkan satu program studi, yaitu Program Studi Dirasat Islamiyah, dengan tiga pilihan paket konsentrasi pada semester ketujuh yaitu konsentrasi ilmu syari’ah, ilmu ushuluddin dan ilmu bahasa dan

sastera arab. Program studi ini bertujuan menyiapkan lulusan yang memiliki kemampuan memahami dan menerapkan moralitas akademik, sikap ilmiah dan strategi dalam pemahaman ilmu agama dan bahasa arab, kemampuan mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dalam memberikan jawaban atas segala permasalahan yang berkembang dimasyarakat secara umum, kemampuan berbahasa arab secara aktif, dan memiliki hafalan Al-Quran (UIN, 2011).

G. Penelitian terkait

1. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas

(59)

Loren (2010) melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Rokok. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Jumlah sampel sebanyak 306 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 75,8%, kategori baik sebesar 4,9%, dan kategori kurang diperoleh sebesar 19,3%. Hasil uji sikap responden terhadap rokok mayoritas berada dalam kategori baik yaitu sebesar 89,9%.

Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sama-sama meneliti variabel pengetahuan, namun peneliti tidak mengukur variabel sikap. Sampel penelitian pada penelitian ini juga memiliki sedikit perbedaan, dalam penelitian Loren sampel yang diambil adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedangkan pada penelitian ini sampelnya diambil dari 3 fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

2. Perilaku Merokok Dikalangan Mahasiswa Universitas

(60)

Salawati dan Rizki (2010) melakukan penelitian mengenai Perilaku Merokok Dikalangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang. Jenis penelitian ini Kualitatif. Sumber data penelitian ialah mahasiswa Unimus aktif, memiliki kebiasaan merokok, berjenis kelamin laki-laki yang layak dan bersedia menjadi informan penelitian ini. Data diambil melalui FGD dan wawancara mendalam, serta literatur, dan sumber-sumber lain sebagai pendukung penelitian. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa mahasiswa dari fakultas kesehatan merokok adalah hak azasi dan mereka merasa kesulitan untuk berhenti merokok. Pada lain sisi mahasiswa kesehatan sebenarnya mempunyai beban, karena sebagai calon petugas kesehatan mereka seharusnya bisa menjadi contoh, sehingga sebagian besar dari mereka tetap berniat untuk berhenti bila sudah bekerja. Hal tersebut tidak ditemui pada mahasiswa dari fakultas non kesehatan. Walaupun sebagian besar yakin bahwa merokok itu berbahaya, namun mereka tidak yakin mampu berhenti dan hanya berniat mengurangi saja. Mereka tidak memiliki beban yang sama dengan mahasiswa dari Fakultas Kesehatan, karena mereka bukan calon petugas kesehatan.

(61)

tidak merokok. Sampel yang digunakan mempunyai kesamaan dari fakultas kesehatan dan non kesehatan.

3. Tingkat Ketergantungan Nikotin dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Perokok Didesa Panglipuran 2009

Artana dan I.B Ngurah Rai (2009) melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Ketergantungan Nikotin Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Perokok Didesa Panglipuran 2009. Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang analitik pada populasi perokok di Desa Adat Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. Sebagai penelitian pendahuluan, dilakukan survei pendahuluan untuk mencari penduduk yang merokok dengan menggunakan kuesioner (self-reported smoking). Perokok yang berusia 12 tahun ke atas kemudian didata dan diberikan penjelasan dan bila setuju, diminta menandatangani informed consent untuk mengikuti penelitian ini. Kepada semua perokok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (72 orang), kemudian dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih sebelumnya. Hasil penelitian ini menyebutkan rerata tingkat ketergantungan nikotin adalah 3,63 ± 1,41.Angka inibila diinter pretasi menjadi ketergantungan nikotin sedang.

(62)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini hanya menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan menggunakan kuesioner FTND.

4. Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMP Negeri 1 Bulawa

Siska Pakaya 2013 melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMP Negeri 1 Bulawa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah semua siswa laki-laki yang sekolah di SMP Negeri 1 Bulawa. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 96 orang dengan tehnik pengambilan Sampel menggunakan metode tekhnik sampling berupa Total Sampling. Data dianalisis menggunakan Uji chi square dengan tingkat signifikan p>0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42 siswa (43,75%) memiliki pengetahuan baik tentang bahaya merokok, sebanyak 65 siswa (67,71%) memiliki perilaku merokok termasuk kategori perokok ringan. Nilai probabilitas (p value) hubungan pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok sebesar p=0,003 atau p <0,05.

(63)
(64)

H. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dibuat berdasarkan proses terbentuknya perilaku. Kerangka teori penelitian ini sebagai berikut :

Sumber : Maulana (2007); Notoatmodjo ( 2003) ; Vorvick (2013) ; Swansburg (2001); UIN (2011)

(65)

46 A. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, perilaku merokok, dan nikotin dependen pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan desain analisis deskriptif. Peneliti meneliti variabel perilaku merokok, tingkat pengetahuan dan nikotin dependen.

Sumber : Sajatovic (2012); Azkiyati (2012); Fitriyani (2010)

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

Perilaku Merokok :

- Perilaku responden yang menggambarkan kegiatan merokok yang terlihat dari tahapan perilaku

merokok, intensitas merokok, waktu merokok dan fungsi merokok.

Tingkat Pengetahuan :

- Bahaya merokok

- Zat racun yang dihasilkan rokok - Pengaruh rokok terhadap kesehatan

- Penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh rokok - Peraturan tentang larangan merokok.

Nikotin Dependen :

(66)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Penelitian Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Pengetahuan dalam

penelitian ini : bahwa

2. Perilaku merokok Perilaku merokok adalah perilaku responden yang merokok dengan pilihan

1. Tinggi = jika skor jawaban ≥ 40

{x ≥ (μ+1.0σ)} 2. Sedang = jika skor

(67)

tahapan perilaku merokok,

Pernayataan dinilai dengan skor : selalu (bernilai 4), sering (bernilai 3), kadang-kadang (bernilai 2), dan

3. Tipe Perokok Jumlah rokok yang dihisap oleh responden dalam satu hari

kuesioner 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner

1. Perokok Ringan bila rokok yang dihisap <10 batang perhari.

2. Perokok sedang bila 11-21 batang perhari 3. Perokok berat bila menghisap >21 batang perhari.

(68)

4. Usia Jumlah tahun dihitung sejak lahir sampai dengan tahun terakhir saat pengambilan data

Kuesioner 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner

Continues Nominal

5. Jenis Kelamin Adalah tanda fisik yang teridentifikasi pada

responden dan dibawa sejak dilahirkan.

Kuesioner 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

6. Program pendidikan / Fakultas

Kuesioner 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner

(69)

sebagai pedoman

demografi kuesioner 2. Pendidikan Dokter 3. Kesehatan

8. Nikotin dependen pengukur ketergantungan pada rokok atau nikotin (Sajatovic, 2012) Pertanyaan no. 2 bernilai :

(70)

Ya = 1 No = 0

Pertanyaan no. 3 bernilai : Rokok pertama dipagi hari = 1

Yang lainnya = 0

Pertanyaan no. 4 bernilai : 1-10 rokok = 0

11-20 rokok = 1 21-30 rokok = 2

31 rokok atau lebih = 3 Pertanyaan no. 5 bernilai: Ya = 1

Tidak = 0

Pertanyaan no.6 bernilai : Ya = 1

Tidak = 0

dependence)

4. skor 6-7 tinggi (high dependence)

(71)

52

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan desain analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian satu waktu sekaligus pada saat yang sama. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, perilaku merokok dan nikotin dependen mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(72)

Pada FKIK mahasiswa mempelajari mengenai kesehatan, FISIP mahasiswanya mempelajari ilmu kemasyarakatan dan FDI sebagai fakultas yang mempelajari ilmu agama islam yang lebih mendalam dari fakultas lain. Selain itu, penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan untuk kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka membuat program pencegahan agar mahasiswa tidak menjadi perokok dan menanggulangi kebiasaan merokok, sehingga program yang dibuat tepat dan berguna bagi peningkatan kualitas kesehatan mahasiswa.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan (Dharma, 2011). Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat kedua yaitu mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(73)

Kepegawaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat 681 mahasiswa dari 3 fakultas yang terbagi menjadi 8 program studi.

Tabel 4.1

Persebaran Jumlah Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Jumlah Mahasiswa Angkatan 2013

Persebaran Jumlah Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Jumlah Mahasiswa Angkatan 2013

Persebaran Jumlah Mahasiswa FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Jumlah Mahasiswa Angkatan 2013

Dirasat Islamiyah 108

Gambar

gambaran tingkat
gambaran tingkat pengetahuan, perilaku merokok, dan nikotin dependen
Tabel 3.1
Tabel 4.1 Persebaran Jumlah Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat pengetahuan tentang penyakit akibat merokok merata antara pengetahuan baik, cukup, dan kurang, (2) perilaku merokok adalah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tingkat pengetahuan tentang penyakit akibat merokok merata antara pengetahuan baik, cukup, dan kurang, (2) perilaku merokok adalah

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok mahasiswa laki-laki Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah ‘Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang merokok dengan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan bahaya merokok dengan perilaku merokok pada Mahasiswa

Di fakultas yang menerapkan KTR, responden yang merokok lebih sedikit (2,3%), memiliki pengetahuan tentang rokok yang lebih baik (97,7%),sikap terhadap perilaku perokok (97,7%),

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa putra SMK Binawiyata Sragen (p