LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Petunjuk : Isilah angket ini dengan kondisi yang sebenarnya-benarnya
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nomor Responden :………
2. Nama Responden :………
3. Alamat Responden :………
4. Jenis Pekerjaan :………
5. Usia : ……..Tahun
6. Jumlah Tanggungan :……...Orang
7. Jenis Kelamin : a.Laki-Laki b.Perempuan
8. Status Perkawinan : a.Kawin b.Belum Kawin
c.Cerai Hidup d.Cerai Meninggal
9. Pendapatan per bulan : 1. < Rp. 1000.000
2. Rp. 1.000.0000-2.000.000
3. Rp.3.000.0000-4.000.000
4. Rp.4.000.000-5.000.000
5. > Rp.5.000.000
10. Pendidikan terakhir : a. Tidak Sekolah d.SMA
c. SMP
Petunjuk Pengisian
1. Kuisioner ini semata-mata untuk keperluan akademi dan penelitian. Mohon
dijawab dengan jujur, dan sesuai keadaan.
2.Berilahtandasilang (x) atau check list (√) untukjawaban yang saudara anggap benar.
A. Kesehatan
1. Apakah tenaga kesehatan di desa ini sudah memadai?
a. sangat memadai c. cukup memadai e. sangat tidak memadai
b. memadai d. tidak memadai
2. Menurut anda, apakah sarana kesehatan sudah baik di desa ini?
a. sangat baik c. cukup baik e. sangat tidak baik.
b. baik d. kurang baik
3. Menurut anda, apakah penyuluhan dan program kesehatan di desa ini sudah bagus?
a. sangat bagus c. cukup bagus e. sangat tidak bagus
b. bagus d. tidak bagus
4. Apakah keluarga anda sering berobat ke Puskesmas?
a. sangat sering c. cukup sering e. sangat tidak sering
B. Kesejahteraan
1. Apakah anda sejahtera bermukim di daerah ini?
a. sangat sejahtera c. kurang sejahtera e.sangat tidak sejahtera
b. sejahtera d. tidak sejahtera
2. Apakah anda merasa sejahtera hidup dengan kondisi perumahan seperti ini?
a. sangat sejahtera c. kurang sejahtera e. sangat tidak sejahtera
b. sejahtera d. tidak sejahtera
3. Apakah anda sejahtera dengan program pemerintah di desa ini?
a. sangat sejahtera c. kurang sejahtera e. sangat tidak sejahtera
b.Sejahtera d. tidak sejahtera
4. Apakah anda merasa sejahtera akan kebiasaan di daerah ini?
a. sangat sejahtera c. kurang sejahtera e. sangat tidak sejahtera
LAMPIRAN 2
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
Uji Reabilitas
Hasil Uji Validitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,706 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1 27,44 8,067 ,256 ,636
P2 26,42 6,913 ,206 ,683
P3 26,00 7,737 ,230 ,685
P4 26,01 7,646 ,208 ,688
P6 25,92 8,256 ,266 ,752
P7 26,69 7,469 ,228 ,699
P8 26,63 6,458 ,237 ,668
P9 26,86 7,192 ,234 ,674
P10 26,58 7,317 ,326 ,653
LAMPIRAN 3
HASIL REGRESI LINIER BERGANDA
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,679 ,569 2,952 ,004
Pendapatan Perbulan ,261 ,144 ,144863 ,424 ,673 Pendidikan Terakhir -,103 -,108 -,103 -,031 -,975
Kesehatan ,401 ,144 ,281 2,786 ,004
a. Dependent Variable : Y
UJI F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 7,284 3 2,428 2,774 ,002b
Residual 84,026 96 ,875
Total 91,310 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), Kesehatan, X3, X2, X1
Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,382a ,180 ,151 1,59360
UJI ASUMSI KLASIK
Hasil Uji Multikolineritas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
,982 1,019
,924 1,082
,941
1,063
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,679 ,569 2,952 ,004
Pendapatan Perbulan ,261 ,144 ,144863 ,424 ,673 Pendidikan Terakhir -,103 -,108 -,103 -,031 -,975
Daftar Pustaka
Sumber: Buku dan Jurnal
Safi’I, H.M, 2007, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Perspektif
Teoritik, Malang; Averroes Press.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Binjai, Binjai Dalam Angka 2013. Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Binjai, Indikator Kesejahteraan Masyarakat Binjai
(2011); Badan Pusat Statistik
Hamid, Abdul. 2010. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta
Ndakularak, Erwin Setiawan, Nyoman Djinar dan Djayana, Tingkat Pendapatan dan
Kesejahteraan Masyrakat Kabupaten/Kota di Provinsi Bali . Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana. Bali
Khrisma, Dinar. 2000. Faktor Penentu Ksejahteraan Rumah Tangga Indonesia.
Dimara, Daan. 1982. Pengaruh Pendapatan Rumah Tangga Terhadap
Pendidikan, dalam Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers, Kemiskinan
dan Kebutuhan Pokok, Jakarta : CV Rajawali.
Suradi.(2007). Pembangunan manusia, kemiskinan, dan kesejahteraan social, kajian
tentangkebijakan pembbangunan kesejahteraan social di Nusa Tenggara
Barat. Jurnal penelitian dan pengembangan kesejahteraan social.
Todaro, Michael O, dan Smith, Stepen C, 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Cahyat, Ade, Gonner C, dan Michaela H. 2007. Mengkaji Kemiskinan dan
Kesejahteraan Rumah Tangga dari Kutai Barat. Bogor, Indonesia
Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut
Kecamatan 2013, Badan Pusat Statistik Kota Binjai.
Sumber : Internet
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Binjai 2011
(diakses 2 september2016)
( 3 september 2016)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur memahami suatu subjek
atau objek penelitian dengan suatu kerja yang sistematis. Metode penelitian dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan, langkah
yang akan di lakukan dalam pengumpulan data secara tepat untuk memecahkan dan
menguji hipotesis penelitian.
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif
kuantitatif.penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu fenomena gambaran dengan
menggunakan pendekatan berupa pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk
angka
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai dan waktu penelitian di mulaI dari
bulan juni 2016. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung
disusun dengan masalah dan tujuan penelitian tersebu. Data sekunder diperoleh dari
sumber-sumber yang telah ada yaitu diperoleh dai badan pusat statistik.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1Populasi
Populasi adalah suatu wilayah yang bersifat general yang terdiri dari subjek
ataupun objek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya . dalam penelitian ini adalah
RTM (Rumah Tangga Miskin) yang ada di Kota Binjai .Jumlah populasi rumah
tangga miskin Kota Binjai adalah 59.528 rumah tangga maka Teknik pemilihan
rumah tangga sampel untuk menjadi responden dari populasi yang ada dilakukan
secara Random Sampling.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian besar dari rumah tangga miskin
yang tinggal di kota Binjai, Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Random Sampling atau pengambilan sampel secara acak. Untuk menentukan
besarnya jumlah sampel.peneliti menggunakan rumus Slovin (Bambang
Prasetyo,2005:36) yaitu sebagai
Keterangan :
n : Jumlah Populasi
e : batas toleransi kesalahan penarikan sampel 10%
Dari rumus diatas diperoleh:
Keterangan :
n : Jumlah Populasi
N : Jumlah Sampel
e : batas toleransi kesalahan penarikan sampel 10%
Dari rumus diatas diperoleh:
N=100 sampel
Metode pengambilan sampel ini ,metode berdasarkan proporsi wilayah jumlah
Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Miskin menurut Kecamatan di Binjai
Kecamatan Rumah Tangga Sampel
1.Binjai Selatan 11.494 19
2.Binjai Kota 8.734 15
3.Binjai Timur 12.836 22
4.Binjai Utara 16.678 28
5.Binjai Barat 9.786 16
Jumlah 59.528 100
Teknik pemilihan rumah tangga sebagai sampel untuk menjadi responden
dengan menggunakan populasi wilayah yang ada dilakukan secara Random Sampling.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data merupakan sifat atau gambaran tentang suatu masalah dan persoalan.
Teknik pengumpulan data ini untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan
data atau mencari informasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
cara,yaitu.
Studi Kepustkaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi-informasi
melalui literature yang berhubungan dengan masalah-masalah yang di teliti ,yang
dapat di peroleh dari buku-buku, jurnal, internet dan sebagainya.
3.4.2 Kuisioner(Angket)
Kuisioner (Angket) merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden
agar ia memberikan jawabannya (Etta Mamang Sangadji dan Sopiah,2010:193).
3.4.3 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data ketika peneliti langsung
berdialog dengan responden untuk menggali informasi. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan saat pengisian angket maupun saat mencari data mengenai
pengaruh kesejahteraan terhadap rumah tangga miskin tersebut.
3.5 Uji Validitas dan Uji Reabilitas 3.5.1 Uji Validitas
Uji Validitas adalah uji instrumen yang digunakan mendapatkan data untuk
mengetahui ketepatan item pertanyaan dalam kuisioner, apakah pertanyaan tersebut
mampu menggambarkan dan menjelaskan variabel yang akan diteliti. Dalam data
primer ini diperlukan kecermatan dalam menentukan pertanyaan karena bersifat
abstrak dan berupa suatu konsep. Kuisioner dikatakan valid jika nilai r hitung
diperoleh dari perhitungan menggunakan software spss dan r tabel dengan degree of
3.5.2 Uji Reabilitas
Uji Reabilitas digunakan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat
pengumpul data. Pada kuisioner ini ialah pertanyaan menyangkut fakta penelitian da
pendapat responden itu sendiri. Pada pengujian reabilitas ini menggunakan teknik
analisis yang dikembangkan oleh alpha cronbach. Pada uji ini a dinilai reliable jika
lebih dari 0,6.
3.6 Definisi Operasional
1. Kesejahteraan (Y) adalah suatu dimana kebutuhan hidup kesejahteraan rumah
tangga terpenuhi dengan kebutuhan pangan, sandang, papan sehingga dapat
dikatakan rumah tangga sejahtera.
2. Pendapatan (X1) adalah penghasilan yang diperoleh rumah tangga secara
keseluruhan setiap bulan dalam jumlah rupiah atau penghasilan yang didapat
anggota keluarga dalam jangka waktu mereka bekerja.
3. Pendidikan (X2) adalah suatu keadaan rumah tangga yang dilihat dari
seberapa mudah rumah tangga itu memasukkan anakn ke jenjang pendidikan.
4. Kesehatan (X3) adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan.Serta dinilai dari kemudahan rumah tangga dalam mendapatkan
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah metode regresi
linier berganda, dimana data yang dikumpulkan melalui hasil wawancara, kemudian
dianalisis menggunakan indikator yang digunakan. Rumus metodenya, yaitu:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3+e
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi variabel pendapatan
β2 = Koefisien regresi variabel pendidikan
β3 = Koefisien regresi variabel kesehatan
X1 = Pendapatan
X2 = Pendidikan
X3 = Kesehatan
Y = Kesejahteraan rumah tangga miskin
Pengujian hipotesis penelitian secara simultan (serempak) dan parsial yang
dilakukan dengan menggunakan aplikasi software pengolahan data dengan SPSS
1. Uji T
Uji t dilakukan secara parsial untuk menguji pengaruh variabel independen
(tingkat pendapatan, pendidikan, dan kesehatan) terhadap variabel dependen. Berikut
hipotesis pengujian :
H0:b1;b2;b3 = 0 artinya tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, secara sendiri–
sendiri tidak mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga miskin
H0:b1;b2;b3 ≠ 0 artinya tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, secara sendiri
sendiri mempengaruhi terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin.
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat secara simultan (serempak) apakah terdapat
pengaruh dari variabel bebas (pendapatan, pendidikan, dan kesehatan).
Model hipotesis yang dilakukan dalam uji F dalam penelitian ini adalah :
H0:b1b2b3 = 0 artinya pendapatan, pendidikan, kesehatan, secara serempak tidak
berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin
H0:b1b2b3 ≠ 0 artinya pendapatan, pendidikan, kesehatan, secara serempak
berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin.
3.8 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi adalah untuk menjelaskan seberapa jauh pengaruh
yang terbatas. Nilai koefisien determinasi adalah nol atau satu. Nilai yang akan
mendekati satu adalah nilai yang mendekati variabel-variabel independen berarti
hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen
3.9Pengujian Asumsi Klasik 3.9.1 Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah keadaan dimana variabel independen dalam
persamaan regresi punya korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Tujuan uji
multikolonieritas adalah menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independent).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi multikolonieritas). Jika variabel sering
berkorelasi maka variabel ini tidak ortogonal yaitu variabel bebas yang nilai korelasi
antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Dasar pengambilan keputusan uji
multikolonieritas: Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10 maka terjadi
multikolonieritas. Jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10 maka tidak terjadi
multikolonieritas.
3.9.2 Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas model regresi yang
baik adalah Homokedastisitas tidak terjadi Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
dalam penelitian ini deteksi dengan menggunakan analisis grafik dan varian tak
bersyarat.Analisis grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi-Y sesungguhnya).Dasar pengambilan keputusan untuk
Heteroskedastisitas dengan analisis grafik, jika tidak terjadi Heteroskedastisitas.Jika
ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang terbentuk
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum Wilayah Kota Binjai
4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Kota Binjai
Kota Binjai adalah kota yang berjarak 22km, kota Binjai adalah kota yang
berjarak 22km dari Kota Medan,Secara umum kota Binjai terletak pada 3º31’40’’ -
3º40’2’’ LU dan 98º27’3’’ - 98º32’32’’ BT. Secara geografis, luas areal Kota Binjai
adalah 18.813 Ha (90,23 km2) atau keseluruhan wilayah Sumatera Utara Adapun
mengenai batas-batas wilayah Kota Binjai dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai (Kabupaten Langkat) dan
Kecamatan Hamparan Perak (Kabupaten Deli Serdang)
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai (Kabupaten Langkat)
dan Kecamatan Kutalimbaru (Kabupaten Deli Serdang)
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal (Kabupaten Deli Serdang)
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai (Kabupaten Langkat)
Saat ini Kota Binjai, secara administratif memiliki 5 Kecamatan dan 37
kelurahan. Kecamatan Binjai Selatan merupakan kecamatan yang memiliki wilayah
yaitu Kecamatan Binjai Kota (4,12 Km²). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini.
TABEL 4.1
NAMA, LUAS WILAYAH PER KECAMATAN DAN JUMLAH KELURAHAN KOTA BINJAI
No
Nama
Kecamatan
Jumlah
kelurahan
Luas Wilayah
(Ha)
(%) Terhadap
Total
1 Binjai Selatan 8 2,996 33.20
2 Binjai Kota 7 412 4.57
3 Binjai Timur 7 2,170 24.05
4 Binjai Utara 9 2,359.12 26.15
5 Binjai Barat 6 1,086 12.04
Jumlah 37 9,023 100
Sumber : BPS, Binjai Dalam Angka 2011
4.2 Kependudukan
Penduduk kota Binjai pada Tahun 2013 adalah sekitar 252.263 juta jiwa yang Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara sebanyak 71.051 jiwa,
dengan kepadatan 7.396 jiwa/km2. Dibawah ini adalah tabel jumlah penduduk,rumah
tangga dan jumlah anggota keluarga per rumah tangga.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Binjai
Kecamatan Penduduk (jiwa) Rumah Tangga
Rata-rata Anggota Rumah
Tangga
01. Binjai Selatan 49 986 11 514
4.34
02. Binjai Kota 30 780 7 318
4.20
03. Binjai Timur 55 086 12 996 4,23
04. Binjai Utara 72 127 17 011
4.24
05. Binjai Barat 44 284 10 180
4.35
Binjai 252 263 59 019
4.27
Sumber : BPS Kota Binjai
4.3 Karakteristik Respoden
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 99,8 atau 100 responden.
Dengan karakteristik responden yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
pendapatan rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga/anggota keluarga
seberapa jauh mendapatkan pelayanan pendidikan Dan Kesehatan.
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian 100 responden diperoleh data karakteristik
responden berdasarkan umur pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Data Karakteristik Berdasarkan Umur
No. Umur Jumlah Responden Persentase(%)
1 20 s/d 29 tahun 9 9%
2 30 s/d 39 tahun 22 22%
3 40 s/d 49 tahun 39 38%
4 50 s/d 59 tahun 21 22%
5 60 s/d 69 tahun 9 9%
Total 100 100%
Sumber: Kuisioner
Sesuai data pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur
responden 40-49 tahun lebih banyak dan diikuti pada umur 30-31 tahun dan
dibandingkkan responden umur lain. Ini menunjukkan bahwa di rumah tangga miskin
pada umumnya usia produktifnya berada pada 40-49 tahun dengan 39 responden dan
4.3.2 Pendapatan Rumah Tangga
Tingkat pendapatan rumah tangga responden dikelompokkan menjadi
kurang dari RP.1000000,Rp 1000000 – 2000000, Rp 4000000-5000000dan lebih dari
Rp 5000000 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan(Rupiah) Jumlah Responden Persentase (%)
1 < Rp.1000.000 20 20%
2 Rp 1000.000- 2000.000 66 66%
3 Rp 3000.000- 4000.000 14 14%
4 Rp 4000.000- 5000.000 0 0
5 >Rp 5000.000 0 0
Jumlah 100 100%
Pendapatan yang kurang dari Rp 1000.000 perbulan sejumlah 20 responden
dengan besar persentase sebesar 20%. Untuk Pendapatan Rp 1000.000-Rp 2000.000
perbulan dengan 66 responden dan dengan persentase sebesar 66%. Dan pendapatan
Rp 3000.000-Rp 4000.000 dengan 14 responden dan persentase sekitar 14%.
Sementara Pendapatan lebih dari Rp 4000.000 keatas tidak ada dalam pemilihan dari
4.3.3 Pendidikan Keluarga
Tingkat pendidikan pada responden antara tidak bersekolah, SD, SMP, SMA,
hingga lulus Perguruan Tinggi. Distribusi sampel menurut pendidikandapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Responden Persentase(%)
1 Tidak Bersekolah 4 4%
2 SD 26 26%
3 SMP 43 43%
4 SMA 26 26%
5 D3/Perguruan Tinggi 1 1%
Jumlah 100 100%
Sumber : Kuisioner
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden berpendidikan SMP yang paling
mendominasi dan paling banyak yaitu sekitar 43 responden atau sekitar 43%,dan
diikuti pendidikan SD 26 responden atau 26% disertai SMA 26 responden juga, ada
juga responden yang tidak bersekolah atau tidak tamat SD sekitar 4 orang atau 4%,
dan yang berpendidikan hanya satu orang D3/s1. Dari tabel diatas dapat di simpulkan
pendidikan yang masih rendah, Ini dapat dilihat dari responden yang hanya tamatan
SMP 43 0rang bahkan ada sekitar 4 orang yang tidak bersekolah.
4.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga yang harus di biayai oleh responden berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut :
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga No. Jumlsh Tanggungan Jumlah Responden Persentase (%)
1 0 Orang 5 5%
2 1 Orrang 10 10%
3 2 Orang 15 15%
4 3 Orang 22 22%
5 4 Orang 31 31%
6 5 Orang 15 15%
7 >5 Orang 2 2%
Jumlah 100 100%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki jumlah
tanggungan 4 tertinggi yaitu sebanyak 31 orang atau 31% diikuti dengan jumlah
tanggungan 22 orang atau 22%,sementara jumlah tanggungan diatas 5 yang paling
4.4 Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin
Tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin di kota Binjai ditentukan dengan
menggunakan 3 (tiga) indikator kesejahteraan sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu terdiri dari :
1. Tingkat Pendapatan (jumlah pendapatan rumah tangga per bulan)
2. Tingkat Pendidikan
3. Tingkat Kesehatan
Data Indikator rumah tangga miskin kota Binjai berdasarkan penelitian dari
responden yang berjumlah 100 orang dengan menggnuakan kuisioner,wawancara
dengan pihak-pihaka terkait.
4.4.1. Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat Pendapatan Perbulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data indikator
kesejahteraan rumah tangga dari tingkat pendapatan perbulan yang dapat dilihat dari
Tabel 4.7
Data Indikator Tingkat Pendapatan Perbulan
No Pendapatan Perbulan Jumlah Reponden Persentase
1 Rendah(< Rp1000.000) 20 20%
2 Sedang (Rp 1000.000-4000.000)
80 80%
3 Tinggi (Rp>4000.000) 0 0
Total 100 100%
Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah tangga
miskin di kota Binjai memiliki pendapatan rata-rata Rp.1000.000 – 4000.000 dengan
kategori sedang sebanyak 80 orang dan berpendapatan <Rp.1000.000 dengan kategoi
rendah sebanyak 20 orang dan dengan kategori tinggi >Rp.5000.000 tidak ada.
Kondisi ekonomi rumah tangga rendah akan membawa pengaruh terhadap
tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut.
Tabel 4.8
Data Indikator Tingkat Pendidikan Terhadap Rumah Tangga No Pendidikan Jumlah Responden Pesentase(%)
1 Kurang 100% 100%
2 Cukup 0 0
3 Baik 0 0
Total 100 100
Sumber: data diolah
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat pendidikan pada
rumah tangga miskin dalam kategori kurang..
4.4.2 Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat Kesehatan
Kondisi kesehatan rumah tangga miskin dari hasil penelitian terhadap 100
Tabel 4.9
Data Indikator Tingkat Kesehatan Terhadap Rumah Tangga No Kesehatan Rumah
Tangga
Jumlah Responden Pesentase(%)
1 Kurang 8 8%
2 Cukup 55 55%
3 Baik 37 37%
Total 100 100
Sumber : Data diolah
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada umumnya responden rumah
tangga yang paling banyak memiliki kondisi kesehatan dengan kategori “ Cukup”
sebanyak 55 responden atau 55% dari seluruh responden,dan diikuti dengan
kesehatan “baik” sebanyak 37 responden atau 37%.
Dari karakteristik kesehatan rumah tangga miskin pada umumnya sudah
memiliki tingkat kesehatan yang cukup baik serta sudah menganggap bahwa pelayan
kesehatan atau sarana prasarana kesehatan di daerah titu sudah cukup memadai.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil estimasi yang
[image:30.612.113.559.250.417.2]dilakukan adalah:
Tabel 4.10
Hasil Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,679 ,569 2,952 ,004
Pendapatan Perbulan ,261 ,144 ,144863 ,424 ,673 Pendidikan Terakhir -,103 -,108 -,103 -,031 -,975
Kesehatan ,401 ,144 ,281 2,786 ,004
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil regresi sebagai berikut :
Y=1,679-0,261X1-0,103X2+0,401X3
Berdasarkan regresi diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel pendapatan (X1)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan(Y), variabel
pendidikan (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan (Y),
ini karena pendidikan rumah tangga miskin sama sekali tidak sesuai dengan pekerjaan
ksejahteraan rumah tangganya. Variabel kesehatan(X3) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesejahteraan (Y).
4.5.2 Uji t (parsial)
Uji t merupakan salah satu pengujian yang bertujuan untuk dapat mengetahui
apakah dari masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen dengan variabel independen , dimana uji ini akan menerangkan nilai X1
[image:31.612.107.557.328.525.2]terhadap Y, nilai X2 tehadap Y, dan nilai X3 terhadap Y .
Tabel 4.11 Uji Parsial
Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Prob Keterangan X1
(Pendapatan)
0,261 0,424 1,985 ,673 Tidak
Signifikan
X2
(Pendidikan)
-0,103 -0,031 1,985 -,975 Tidak
Signifikan
X3
(Kesehatan
0,401 2,786 1,985 0,04 Signifikan
Berdasarkan hasil estimasi tabel diatas maka diperoleh hasil sebagai beikut:
variabel pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan,
dengan nilai t-hitung < t-tabel yaitu 0,424 < 1,985 dengan nilai signifikan sebesar
0,673 > 0,05 pada tingkat kepercayaan 90%. Maka dapat disimpulkan Jika tingkat
pendapatan rumah tangga semakin rendah maka tingkat kesejahteraan nya juga akan
Variabel pendidikan berpengaruh ngatif secara tidak signifikan terhadap
kesejahteraan dengan nilai t-hitung < t-tabel yaitu 0,031 < 1,985 dengan nilai
signifikansi 0,975 > 0,05. dalam t-hitung pendidikan terdapat negatif, maka dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan keluarga akan
membuat tingkat kesejahteraan dalam rumah tangga akan semakin buruk
Variabel tingkat kesehatan berpengaruh signifikan secara positif terhadap
kesejahteraan, dimana nilai t-hitung > t-tabel yaitu 2,786 > 1,985 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,04 < 0,05 . Maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
semakin baik kesehatan seseorang atau rumah tangga tersebut maka semakin
sejahtera pula keadaan rumah tangga tersebut.
4.5.3 Uji F (Simultan)
Uji f digunakan untuk melihat secara simultan apakah ada pengaruh dari
variabel bebas (pendapatan, pendidikan, kesehatan) terhadap variabel terikat
Tabel 4.12 UJI F
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 7,284 3 2,428 2,774 ,002b
Residual 84,026 96 ,875
Total 91,310 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), Kesehatan, X3, X2, X1
Berdasarkan tabel hasil estimasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel
pendapatan(X1), Pendidikan (X2), Kesehatan(X3) secara bersamaan berpengaruh
terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin pada tingkat kepercayaan 90%
atau dengan alpha 10%. Hal ini dapat dilihat pada tabel sig sebesar 0,002 < 0,005
4.5 Uji Determinan R2
Uji determinan dengan menggunakan Tabel Model Summary sebagai hasil
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,382a ,180 ,151 1,59360
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi R2
yang diperoleh sebesar 0,180. Hal ini menunjukkan variabel pendapatan, pendidikan
dan kesehatan sebesar 18% variasi kesejahteraan rumah tangga sedangkan sisanya
82% dapat dijelaskan oleh variabel lain dan tidak dimasukkan kedalam analisis
penelitian ini.
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas
4.6.1 Uji Validitas
Suatu kuisioner dikatakan valid jika daftar pertanyaan pada kuisioner mengungkapkan apa yang seharusnya diukur. Asumsi yang diguakan dalam validitas
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 27,44 8,067 ,256 ,636
P2 26,42 6,913 ,206 ,683
P3 26,00 7,737 ,230 ,685
P4 26,01 7,646 ,208 ,688
P6 25,92 8,256 ,266 ,752
P7 26,69 7,469 ,228 ,699
P8 26,63 6,458 ,237 ,668
P9 26,86 7,192 ,234 ,674
P10 26,58 7,317 ,326 ,653
P11 26,32 8,018 ,172 ,744
Sumber: Data diolah
a. jika r hitung positif dan r-hitung > r-tabel maka pernyataan tersebut valid
Untuk mengetahui valid atau tidaknya pernyataan diatas dapat melihat pada
kolom Corrected Item Total Correlation, lalu r-hitung dibandingkan dengan r-tabel
pada nilai alpha(a) = 0,05 dengan df-2, dimanadf itu adalah sampel penelitian sebesar
100 dikurangi 2=98 pada nilai alpha(a) = 0,05 maka dapat diperoleh nilai r-tabel =
0,1966.
Pada tabel 4.13 menunjukkan pada pertanyaan 5 adalah pernyataan tidak valid
karena nilai r-hitung < r-tabel yaitu (0,0913) < (0,01966). Maka dari itu perlu
dilakukan pengujian ulang dengan membuang pertanyaan tidak valid ini dan diuji
kembali. Sehingga pertanyaan yang tidak valid itu dihapus. Sehingga diperoleh hasil
validitas pada tabel 4.13 bahwa nilai r-hitung > r-tabel(0,1966), maka dapat dikatakan
bahwa indikator dalam penelitian ini dikatakan valid.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji Reabilitas alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator
dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau konstan dari waktu ke waktu.
Teknik dalam uji reliabilitas adalah dengan dengan analisis yang sudah
dikembangkan oleh Alpha Cronbach . Pada uji reliabilitas a dinilai reliabel jika lebih
besardari 0,6. Atau dapat dilihat pada asumsi dibawah ini :
a. Jika angka reliabilitas Cronbach Alpha >0,6 maka disebut reliabel, kuisioner dapat
b. Jika angka reliabel Cronbach Alpha < 0,6 maka disebut tidak reliabel. Kuisioner
tidak dapat di percaya dan tidak dapat di pergunakan
Adapun hasil pengujian reliabilitas terhadap seluruh variabel penelitian dapat
[image:37.612.213.427.330.420.2]dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: data diolah
Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa uji statistik Cronbach Alpha (a) adalah
0,705 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian telah reliabel karena nilai
chronbach alpha >0,60.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
4.7 Uji Asumsi Kasik
4.7.1 Multikolineritas
Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
korelasi diantara variabel bebas, dalam multikolineritas ini dapat melihat pada tabel
VIF ( Variance inflation factor) dengan nilai tolerance sebesar 10%, Dalam
mengambil keputusan pada uji multikolineritas , maka harus mengetahui dasar
pengambilan keputusannya sebagai berikut:
- Jika nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,01 maka terjadi multikolonieritas.
[image:38.612.212.418.462.635.2]- Jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,01 maka tidak terjadi multikolonieritas.
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolineritas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
,982 1,019
,924 1,082
,941
1,063
Sumber: Data diolah
0.01 dalam variabel pendapatan ini dinyatakan ada multikolineritas. Variabel
pendidikan memiliki nilai VIF 1,082 < 10 dan nilai tolerance 0,924 > 0,10 dinyakatan
ada multikolineritas. Variabel Kesehatan 1,063 < 10 dengan nilai tolerance 0,941 <
0,10 dinyatakan juga terjadi multikolineritas.
4.5.2 Heteroskedastisitas
Dalam pengujian heteroskedastisitas ini adalah menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual dari satu pngamatan ke
pengamatan lain, Uji heteroskedastisitas ialah dengan melakukan uji glejser dengan
[image:39.612.112.559.458.631.2]meregres nilai absolute ke variabel independennya.
Tabel 4.16
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,679 ,569 2,952 ,004
Pendapatan Perbulan ,261 ,144 ,144863 ,424 ,673
Pendidikan Terakhir -,103 -,108 -,103 -,031 -,975
Kesehatan ,401 ,144 ,281 2,786 ,004
Berdasarkan hasil tabel estimasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada
pendapatan (X1) sebesar 0,673 artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel
pendapatan, Pendidikan (X2) sebesar 0,975 artinya tida terjadi heteroskedastisitas
pada variabel pendidikan tersebut, dan pada kesehatan (X3) sebesar 0,04 artinya
terjadi heteroskedastisitas.
4.8 Hasil dan Pembahasan
Koefisien regresi dari pendapatan rumah tangga dan pendidikan kepala
keluarga berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial terhadap
kesejahteraan rumah tangga miskin yang mempunyai pendapatan yang rendah akan
mengalami kesejahteraan yang rendah pula, sedangkan pada kesehatan keluarga
berpengaruh postif dan signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin yang
mempunyai kesehatan yang baik akan mengalami kesejahteraan yang baik pula. Hasil
ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen secara parsial ( pendapatan,
pendidikan, kesehatan) terhadap variabel dependen ( kesejahteraan rumah tangga
miskin) hanya kesehatan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesejahteraan rumah tangga miskin.
Hasil dari Adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah 0,180 yang
berarti 18% pengaruh dari variabel independen ( pendapatan, pendidikan, kesehata)
secara simultan nilai Adjusted R Square belum mencapai 100% menunjukkan bahwa
masih ada variabel lain sebesar 0,82 yang tidak digunakan dalam penelitian ini yang
mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin.
Berdasarkan Uji F yang dilakukan bahwa nilai F adalah 2,744 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,005. Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, kesehatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data diatas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut ini :
1. Pendapatan secara parsial memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin. Hal ini ditunjukkan pada
koefisien regresi pendapatan rumah tangga miskin di Kota Binjai yang
mempunyai tingkat pendapatan yang rendah akan mengalami kesejahteraan
yang rendah pula. Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan rumah tangga
berpengaruh negatif (tidak signifikan) dengan kesejahteraan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
2. Pendidikan secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kesejahteraan rumah tangga miskin. Hal ini ditunjukkan pada koefisien regresi
pendidikan rumah tangga miskin di Kota Binjai yang mempunyai tingkat
pendidikan rendah akan mengalami kesejahteraan yang rendah pula. Maka
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan rumah tangga
berpengaruh negatif (tidak signifikan) dengan kesejahteraan pada tingkat
3. Kesehatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ksejahteraan rumah tangga di Kota Binjai. Hal ini ditunjukkan pada koefisien
regresi tingkat kesehatan di Kota Binjai yang mempunyai tingkat kesehatan
yang baik akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan yang baik pula. Maka
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan rumah tangga
berpengaruh nyata (signifikan) dengan kesejahteraan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
4. Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh positif dan signifikan dengan kesejahteraan pada Kota Binjai.
5.2 Saran
1. Perlu adanya upaya yang lebih meluas dari pemerintah setempat agar lebih
memperhatikan daerah-daerah kumuh dan rumah tangga miskin memberikan
tunjangan perbulan, karena pekerjaan mereka yang berpenghasilan rendah
membuat kurang tercukupinya konsumsi rumah tangga perbulannya.
2. Perlu adanya peran pemerintah dalam mengambil peran didalam
kesejahteraan rumah tangga yang miskin, mungkin dengan meningkatkan
fasilitas pendidikan dan kesehatan karena pendidikan dan kesehatan juga
menjadi dasar peningkatan sumber daya manusia kepada taraf hidup yang
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat mengubah variabel
pendapatan, pendidikan dan kesehatan dengan variabel lain dengan masih
membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga
miskin dan agar dapa melihat masih mempunyai pengaruh atau tidak terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesejahteraan
2.1.1 Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi kehidupan
individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup yang dipersepsi
masyarakat (Swasono, 2004). Tingkat kelayakan hidup dipahami secara relatif oleh
berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat tingkat kelayakan
ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat atas kondisi sosial, material, dan
psikologis tertentu.
Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan
Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari Undang–
Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai
dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya memenuhi
kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan
dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang,
papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan
Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi moneter
maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang didasarkan
pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah. Kemudian masalah
kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi dimana peluang atau
kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi miskin atau menjadi
lebih miskin pada masa yang akan datang. Hal ini merupakan masalah yang cukup
serius karena bersifat struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko
sosial ekonomi dan akan sangat sulit untuk memulihkan diri (recover). Kerentanan
merupakan suatu dimensi kunci dimana perilaku individu dalam melakukan investasi,
pola produksi, strategi penanggulangan dan persepsi mereka akan berubah dalam
mencapai kesejahteraan.
Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.
2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan
sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha
kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk
mencapai sejahtera.
Ada beberapa indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik(2000),
1. Pendapatan
2. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga
3. Keadaan tempat tinggal
4. Fasilitas tempat tinggal
5. Kesehatan anggota keluarga
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
7. Kemudahaan memasukkan anak kejenjang pendidikan
2.1.3 Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga
Konsep sejahtera menurut BKKBN, dirumuskan lebih luas daripada sekedar
definisi kemakmuran ataupun kebahagiaan. Konsep sejahtera tidak hanya mengacu
pada pemenuhan kebutuhan fisik orang ataupun keluarga sebagai entitas, tetapi juga
kebutuhan psikologisnya. Ada tiga kelompok kebutuhan yang harus terpenuhi, yaitu:
kebutuhan dasar, sosial, dan kebutuhan pengembangan. Apabila hanya satu
kebutuhan saja yang dapat dipenuhi oleh keluarga, misalnya kebutuhan dasar, maka
keluarga tersebut belum dapat dikatakan sejahtera menurut konsep ini. Konsep
kesejahteraan tidak terlepas dari kualitas hidup masyarakat (Widyastuti, 2012).
Indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk
suatu negara adalah pendapatan perkapita (Supartono dkk, 2011). Namun demikian,
pengukuran tingkat kesejahteraan yang hanya menggunakan peningkatan pendapatan
per kapita banyak mengandung kelemahan dimana pada kenyataannya kondisi
kesejahteraan tidak menggambarkan kelompok masyarakat yang paling relative
miskin (Todaro,2000) oleh karena itu dalam rangka lebih menguatkan Indikator
kesejahteraan adapun Indikator kesejahteraan tersebut adalah
Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan
untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
Semakin tinngi pendapatan yang di dapatkan semakin akan meningkatkkan standar
kehidupan rumah tangga
(b) pendidikan yang semakin tinggi dan berkualitas
Pendidikan sangat berpengaruh positif juga terhadap promosi pertumbah
ekonomi karena akan lahir tenaga-tenaga kerja yang ulet, terampil dan terdidik
sehingga sehingga bermanfaat untuk pembangunan ekonomi karena mmpunyai SDM
yang tidak perlu diragukan. Dalam pendidikan ini terdapat tiga jenis indikator yang
digunakan untuk pnndidikan yang meliputi, tingkat pendidikan anggota rumah
tangga, ketersediaan palayanan pendidikan, dan penggunaan layanan pendidikan
tersebut.
(c) kualitas kesehatan yang semakin baik.
Untuk dapat meningkatkan kesehatan dan standar hidup rumah tangga ada
empat jenis indikator yang digunakan, yang meliputi status gizi, status penyakit,
ketersediaan pelayanan kemiskinan, dan penggunaan layanan-layanan kesehatan
tersebut
2.2 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan dimana seseorang hidup dibawah standar kebutuhan
minimum yang telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan yang membuat
mereka. Menurut teori konservatif, kemiskinan berasal dari karakteristik khas
orang-orang miskin. Seseorang-orang menjadi miskin bukan hanya karena masalah mental atau
tiadanya kesempatan untuk sejahtera, tetapi juga karena adanya prespektif masyarakat
yang menyisihkan dan memiskinkan orang. mendefinisikan mengenai jenis-jenis dari
kemiskinan. Kemiskinan secara asal penyebabnya terbagi menjadi 2 macam. Pertama
adalah kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh adanya
faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang atau
sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya tetap melekat dengan
kemiskinan. Kemiskinan seperti ini bisa dihilangkan atau sedikitnya bisa dikurangi
dengan mengabaikan faktor-faktor yang menghalanginya untuk melakukan perubahan
ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik. Kedua Kedua adalah kemiskinan
struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi sebagai akibat ketidakberdayaan seseorang
atau sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak
adil, karenanya mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak
memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari
perangkap kemiskinan atau dengan perkataan lain ”seseorang atau sekelompok
masyarakat menjadi miskin karena mereka miskin”.
Standar kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini disebut
sebagai garis kemiskinan. Ukuran kemiskinan terbagi atas dua yaitu ukuran
2.2.1 Ukuran Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.
Ukurankemiskinanrelatif menggambarkan tingkat kesejahteraan ekonomi seseorang
(kelompok orang) yang relatif jauh di bawah kondisi ekonomi anggota masyarakat
(kelompok) yang lain di dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi di sini dilihat tingkat
kesejahteraan ekonomi anggota masyarakat yang satu dibandingkan dengan yang
lain. Kelompok miskin dalam pengertian ini dijumpai dalam setiap lingkungan
masyarakat betapapun tingkat kemajuan ekonomi yang telah dicapai oleh masyarakat
yang bersangkutan. Di dalam masyarakat tanpa melihat tingkat kemajuan
ekonominya selali ada kelompok yang jauh kurang beruntung dari yang lain. Cuma
saja disparitas kesejahteraan ekonomi antara anggota masyarakat di dalam suatu
masyarakat yang tergolong maju kehidupan ekonominya relatif tidak setinggi indeks
disparitas yang dijumpai di lingkungan masyarakat yang masih tertinggal kemajuan
ekonominya.
Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis
kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat
pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai
untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak
2.2.2. Ukuran Kemiskinan Absolut
Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan
pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai
kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis
kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan
sebagai penduduk miskin.
Kemiskinan absolut memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan
ekonomi yang tidak memadai dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup
sebagai makhluk individu dan sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk setiap
anggota masyarakat mempunyai kebutuhan yang secara minimal diperlukan untuk
mempertahankan hidup seperti pakaian, pangan, papan, dan lain-lain. Di samping itu
sebagai anggota masyarakat seseorang juga memiliki sejumlah kebutuhan sosisal di
sampingkebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan sosial ini sangat
tergantung kepada lingkungan dan tingkat kemajuan masyarakat. Tinggi rendahnya
tingkat kemiskinan absolut yang dialami oleh suatu masyarakat tergantung kepada
tingkat penyimpangan ke bawah dari patokan yang dipakai untuk mengukur tingkat
kemiskinan dalam masyarakat tersebut. Patokan yang dipakai dalam menentukan
kemiskinan. Mereka yang berada dibawah garis kemiskinan tersebut dikelompokkan
sebagai golongan miskin.
Indikator kemiskinan yang ditetapkan menurut Badan Pusat Statistik adalah
kemampuan seseorang dalam memenuhi khususnya kebutuhan pangan minimal
sebesar 2.100 kalori/hari/orang atau sekitar Rp. 35.000 per kapita per bulan kemudian
kemampuan memenuhi basic needs atau kebutuhan dasar seperti pakaian, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, rasa aman, partisipasi sosial politik, dll. Idnikator
dari BPS ini juga dipandang masih terlalu rendah karena pendapatan sebesar itu
tentunya hanya “cukup” untk memenuhi kebutuhan “sangat dasar”. Dengan batas
kemiskinan yang rendah ini, sangat dimaklumi jika banyak penduduk yang
sebenarnya masih dalam kategori miskin, misalnya pendapatan Rp. 36.000 per kapita
per bulan terangkat menjadi kelompok “tidak miskin” atau “agak miskin” (nearly
poor).
2.2.3. Penyebab Kemiskinan
Emil Salim menyoroti beberapa sumber dan penyebab terjadinyakemiskinan,
yaitu :
1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan,
direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy)
diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru
2. Socio economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami
kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal
karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi
ekspor.
3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan
seperti deret hitung.
4. Resources Management and The Environment, yaitu adanya unsur misalnya
manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian
yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.
5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus
alam. Misalnya tinggal di lahan kritis dimana lahan ini jika turun hujan akan
terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak
memungkinkan produktivitas yang maksimal terus-menerus.
6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena
perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan
penghargaan hasil kerja diberikan lebih rendah dari laki-laki.
7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang
memelihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan
nelayan ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara
8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi
penodong, seperti rentenir (lintah darat).
9. Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu suatu kebijakan yang
diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat
menjadi penyebab kemiskinan.
10. International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional
(kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin
miskin.
2.2.4 Penanggulangan Kemiskinan
Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan
memeratakan pendapatan dengan melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan,
sandang, dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. . Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
2.3 Rumah Tangga Miskin
Menurut Mubyarto yang dimaksud kelompok miskin ialah mereka yang aktif
bekerja namun memiliki penghasilan yang rendah sekali, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang mereka perlukan khususnya kebutuhan pangan.
Konsumsi makanan pokok mereka amat rendah yaitu rata-rata 1600-1860 kalori
sehari. BPS (2008) memiliki kriteria dalam menentukan rumah tangga miskin.
Kriteria tersebut antara lain:
mereka amat rendah yaitu rata-rata 1600-1860 kalori sehari. BPS (2008) memiliki
kriteria dalam menentukan rumah tangga miskin. Kriteria tersebut antara lain:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah,bambu,kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo,rumbia,kayu berkualitas
rendah,atau tembok tanpa di plester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar,bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur,mata air tidak terlindung,sungai,dan air
hujan
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar,arang,minyak
tanah.
9. Hanya membeli satu pasang/stel baju baru dalam setahun.
10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12.Sumber penghasilan rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
0,5ha,buruh tani,nelayan,bruh bangunan,buruh perkebunan,atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 perbulan.
13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah,tidak tamat
SD/hanya SD
14.Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dngan nilai Rp
500.000 seperti sepeda motor(kredit/non kredit),emas,ternak,dan lainnya
Dari kedua pendapat mengenai kriteria rumah tangga miskin di atas, maka
yang dimaksud rumah tangga miskin dalam penelitian ini ialah rumah tangga miskin
yang masuk dalam kriteria yang sudah ditentukan oleh Kota Binjai. Hal itu
dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam menentukan responden yang akan
diambil saat penelitian. Rumah tangga miskin berdasarkan kriteria dari Kota Binjai.
2.4 Pengertian Pendapatan,Pendidikan, dan Kesehatan 2.4.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasanya
dalam proses Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba
tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses produksi.
Konsumsi akan barang juga sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan pendapatan
yang diterima (YulianaSudremi 2007:133)
Pendapatan juga diartikan sebagai salah satu komponen penting dalam
perekonomian. Pendapatan ini dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah
tangga. Konsumsi akan barang juga sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan
pendapatan yang diterima.Maka dari itu penndapatan juga sebagai salah satu
penujang kesejahteraan dan Pendapatan juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan
hidup seseorang maupun rumah tangga, semakin besar pendapatan yang diperoleh
maka semakin besar kemampuan untuk membiayai segala pengeluaran dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Dan secara umumnya , pendapatan dapat diartikan
sebagai sejumlah uang yang diterima sebagai balas jasa atas apa yang telah
dikerjakan.Pendapatan setiap rumah tanggapun berbeda-beda tergantung jenis
pendapatan,pendidikan dan kesehatan keluarga tersebut. Variasi itu tidak hanya
disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah
tangga.
2.4.2 Pengertian Pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan ialah suatu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kita mampu
secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
Pendidikan juga adalah suatu usaha untuk mempengaruhi meningkatkan ilmu
pengetahuan dan terciptanya ahlak yang bagus untuk ke depannya,pendidikan juga
berguna untuk diri sendiri,masyarakat,dan orang-orang sekitar. Pendidikan sangat
berpengaruh positif juga terhadap promosi pertumbah ekonomi karena akan lahir
tenaga-tenaga kerja yang ulet, terampil dan terdidik sehingga sehingga bermanfaat
untuk pembangunan ekonomi karena mmpunyai SDM yang tidak perlu diragukan.
pendidikan juga suatu usaha dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan
akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan
cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang
dilakukannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan
agamanya.
2.4.3 Pengertian Kesehatan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental,
dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Ada
tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi kesehatan
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi,berpakian rapi,berotot,tidak gemuk,nafas tidak bau,selerak makan
baik,nyenyak,gesit, dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan lancer dan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In
Corpore Sano).
3. Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO
dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu
perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur,
mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan
lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
2.5 Pengaruh Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Kesejahteraan rumah tangga miskin
Pendapatan suatu negara biasanya dapat diukur dengan pendapatan perkapita
penduduk nya,besar rendahnya pendapatan ini ditentukan yang bekerja di dalam
rumah tangga, dalam rumah tangga tidak semua anggota keluarga bekerja produktif
anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan semakin banyak juga anggota
keluarga yang harus bekerja menggali pedapatan yang lainnya untuk memenuhi
standar hidup dan meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka.
Ada beberapa faktor tingkat besar dan rendahnya pendapatan perkapita di kota
yaitu:
1. Rendahnya produktivitas tenaga kerja yang masih rendah
2. Adanya ketergantungan antara sesama keluarga hingga menyebabkan
pendapatan tidak menjangkau kesejahteraan.
3. Pendidikan yang rendah dan kurangnya keahlian dalam pekerjaan.
Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan pengaruh pendapatan terhadap
kesejahteraan rumah tangga miskin adalah pendapatan yang diterima anggota
keluarga yang bekerja dalam satu bulan ,pendapatan masing-masing anggota keluarga
tersebut lalu dijumlah menjadi satu.
Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan, dengan
meningkatkan pendidikan seseorang ini akan berpengaruh kepada cara berfikir dan
kualitas hidupnya, rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak kedalam
pengambilan keputusan dalam menghadapi permasalahan dalam rumah tangga dan
juga rumah tangga yang berpendidikan rendah cenderung miskin di bandingkan
rumah tangga yang berpendidikan tinggi. Berikut ini adalah dampak yang di
1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli
dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk
Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima
hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.
Selain pendapatan,pendidikan, kesehatan juga mempunyai hubungan karena
jika rumah tangga miskin itu kondisi kesehatan nya dalam keadaan rendah akan
berakibat kepada fungsi sosialnya karena mereka tidak bisa melakukan aktifitas
mereka bekerja. Seringkali rumah tangga mengabaikan kesehatannya karena
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan, Gizi yang rendah, Lingkungan yang tidak
sehat (lingkungan kumuh).
Dalam penelitian ini pengaruh kesehatan dalam kesejahteraan rumah tangga
2.6 Penelitian Terdahulu
1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Iskandar,hartoyo,Ujang Sumarwan, dan
Ali Khomsan(2006) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan keluarga. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kuantitatif,dengan pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling,dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa,
pendidikan suamidan istri,jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga,
pendidikan,kepemilikan aset, pekerjaan suami bukan dagang. Unsur yang
mempegaruhi kesejahteraan adalah perencanaan dan pembagian tugas dalam
keluarga.
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusli Burhansyah(2008) dengan judul
Dinamika Indikator Kesejahteraan Petani di Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat bahwa Kesejahteraan dapat digambarkan
oleh lima indikator, yaitu tingkat pendapatan, proporsi pengeluaran pangan
rumah tangga, nilai tukar petani, indeks daya beli, dan ketahanan pangan. Dari
indikator di atas diketahui bahwa proporsi pengeluaran pangan mencapai
59,5-62,4 persen dari nilai total pengeluaran rumah tangga. Kondisi ini
menyimpulkan bahwa petani padi di kedua kabupaten tersebut belum
sejahtera.
3. Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan selalu menarik
dengan judul Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarkat Nelayan
kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi 35 kemiskinan dan strategi peningkatan kesejahteraan
masyarakat nelayan di Kecamatan Pademawu.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa didasarkan pada kriteria World Bank dinyatakan nelayan
belum sejahtera.Namun jika didasarkan pada kriteria BPS propinsi Jawa
Timur dinyatakan sudah sejahtera.
2.7 Kerangka Pemikiran
2.9. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena, jawaban yang
Tingkat Pendapatan (X1)
Tingkat Pendidikan(X2)
Tingkat Kesehatan (X3)
Kesejahteraan Rumah
diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta.
Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau
pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan
peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam
persoalaan.Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusundalam
kalimat pernyataan.
Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendapatan dengan kesejahteraan rumah
tangga miskin.
2. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendidikan dengan kesejahteraan rumah
tangga miskin.
3. Terdapat pengaruh positif antara tingkat kesehatan dengan kesejahteraan rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang atau kelompok yang
memiliki kurang dari standart tingkat pendapatan yang ditetapkan dan salah satu
persoalan yang paling mendasar menjadi pusat perhatian pemerintahan sejak jamaan
dahulu kala, tidak hanya di Indonesia, tapi juga hampir di seluruh belahan dunia dan
menjadi salah satu penyakit di dalam perekonomian di hampir setiap negara,terlebih
lagi di negara berkembang seperti Indonesia yang masih memiliki tingkat kemiskinan
yang cukup tinggi dengan negara-negara yang bersebelahan dengan Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia
pada bulan September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen dari jumlah
penduduk. Jumlah penduduk miskin terbanyak berada di daerah pedesaan yaitu
mencapai 17,37 juta orang atau 13,76 persen, sedangkan jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 8,16 persen. Pulau Jawa
menjadi penyumbang jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 15,1 juta orang,
diikuti Sumatera sebesar 6,07 juta orang, Sulawesi sebesar 2,05 juta orang, Bali dan
Nusa Tenggara sebanyak 2 juta orang dan Maluku dan Papua sebesar 1,4 juta orang.
sebelumnya Rp302.735 per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp312.328 per
kapita per bulan pada September 2014.
Ada tiga sebab terjadinya kemiskinan yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh
kondisi badan dan mental seseorang, kemiskinan karena adanya bencana alam, dan
kemiskinan buatan. Seperti yang diketahui, kemiskinan yang diakibatkan oleh kondisi
badan dan mental serta akibat bencana alam, memang harus diterima. Sedangkan
kemiskinan buatan bukan berarti seseorang atau masyarakat itu secara sengaja
membuat dirinya miskin, tapi