• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus Diabetes Militus Di RSUD dr.Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus Diabetes Militus Di RSUD dr.Pirngadi Medan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

CATATAN PERKEMBANGAN

No.

DX

Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi

1 Jumat ,

1. Mengajarkan pasien

tentang penggunaan alat

bantu mobilitas

dengan alat kursi roda

2. Mengajarkan dan bantu

pasien dalam proses

berpindah: tempat tidur

ke kursi roda

3. Mengawasi seluruh

upaya mobilitas

jika diperlukan; kursi

roda

7. Memberikan penguatan

positif selama aktivitas

P : Intervensi dilanjutkan:

6. Mengajarkan tentang

penggunaan alat bantu

dengan alat kursi roda

7. Mengajarkan proses

berpindah: tempat tidur

ke kursi roda

8. Mengawasi pasien

9. Melatih kebutuhan

aktivitas sehari-hari

pasien

10.Member penguatan

(2)

2 13.15

13.30

14.00

14.10

1.Mengkaji luka terhadap

karakteristik berikut:

lokasi, luas, kedalaman,

dan ada atau tidaknya

tanda-tanda infeksi

2. Melakukan perawatan

atau perawatan kulit

secara rutin untuk

mempertahankan

jaringan sekitar dan

melindungi pasien dari

ekskresi luka

3. Membersihkan luka

menggunakan prinsip

S : klien mengatakan sudah

mulai mampu

P : Intervensi dilanjutkan:

4.Mengkaji luka

5.Melakukan perawatan

kulit

(3)

3 14.30

2. Mengajarkan teknik

relaksasi (nafas dalam)

untuk menurunkan nyeri

3. Mengkaji tanda-tanda

vital

4. Melakukan teknik

relaksasi tarik nafas

dalam

5. Memberikan posisi yang

nyaman

P : Intervensi dilanjutkan:

1. Mengkaji nyeri

2. Mengajarkan teknik

relaksasi

3. Memberikan posisi

yang nyaman

4. Mengkolaborasi

(4)

1 Sabtu,

1. Mengajarkan pasien

tentang penggunaan alat

bantu mobilitas dengan

alat kursi roda

2. Mengajarkan dan bantu

pasien dalam proses

berpindah: tempat tidur ke

kursi roda

3.Mengawasi seluruh upaya

mobilitas dan bantu

pasien, jika diperlukan

4.Melatih pasien dalam

pemenuhan kebutuhan

ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

5. Mendampingi dan bantu

pasien saat mobilisasi

dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs pasien

6. Memberikan alat bantu

jika diperlukan; kursi

roda

7. Memberikan penguatan

positif selama aktivitas

P : Intervensi dilanjutkan

oleh keluarga,

dikarenakan jadwal

praktik 31-04 Juni

(5)

2 14.35

14.45

14.55

15.00

1. Mengkaji luka terhadap

karakteristik berikut:

lokasi, luas, kedalaman,

dan ada atau tidaknya

tanda-tanda infeksi

2.Melakukan perawatan

atau perawatan kulit

secara rutin untuk

S : Klien mengatakan sudah

mulai mampu

P : Intervensi dilanjutkan:

1. Mengkaji luka

2. Melakukan

perawatan kulit

(6)

3 15.05

2. Mengajarkan teknik

relaksasi (nafas dalam)

5. Memberikan posisi yang

nyaman

P : Intervensi dilanjutkan:

1. Mengkaji nyeri

2. Mengajarkan

teknik relaksasi

3. Memberikan posisi

yang nyaman

4. Mengkolaborasi

pemberian

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Barbara Engram. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta: EGC.

Mubarok, Wahid Iqbal dan Chayati Nurul. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia. Jakarta: Demedia.

Nanda Intrnasional. (2012). Diagnosis Keperawatan NANDA 2012-2014. Jakarta: EGC.

Nanda Intrnasional. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta: EGC.

Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis

(9)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Tn. A yang menderita penyakit

Diabetes Militus di RSUD dr. Pirngadi Medan. Terdapat tiga masalah kebutuhan

dasar keperawatan yang ditemukan yaitu Hambatan mobilitas fisik, kerusakan

integritas kulit dan nyer akut. Diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan pembatasan pergerakan ditandai dengan klien mengatakan

sakit menggerakkan kakinya, nyeri dan terdapat luka ditelapak kaki kanan.

Kerusakan integritas kulit berhubungan kelembapan kulit ditandai dengan klien

mengatakan luka pada telapak kaki kanan dan ketidaknyamanan pada lukanya dan

tampak meringis kesakitan. Nyeri akut berhubungan dengan gangren ditandai

dengan luka pada telapak kaki kanan, klien mengatakan nyeri pada saat

menggerakkan kakinya dan skala nyeri 5. Melalui pengkajian observasi penulis

mengambil prioritas masalahnya adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan pembatasan pergerakanditandai dengan klien mengatakan sakit

menggerakkan kakinya, nyeri dan terdapat luka ditelapak kaki kanan. Setelah

diberikan asuhan keperawatan selama empat hari,kemudian dilakukan intervensi,

implementasi, dan hasil evaluasi dari diagnose hambatan mobilitas fisik,

kerusakan integritas kulit dan nyeri akut hanya teratasi sebagian, dan pasien hanya

mengkonsumsi obat dari Rumah Sakit.

B. SARAN

1. Bagi pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

hambatan mobilitas fisik, kerusakan integritas kulit, dan nyeri akut pada

pasien diabetes militus dan penanganannya khususnya bagi mata kuliah

kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif terhadap masalah hambatan mobilitas fisik,

(10)

2. Bagi klien

Meningkatkan pengetahuan klien tentang kebutuhan hambatan mobilitas fisik

untuk mengaplikasikan bagaimana cara menangani masalah hambatan

mobilitas fisik.

3. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini dapat memberikan dan menambah wawasan serta

informasi baru bagi penulis tentang hambatan mobilitas fisik, kerusakan

integritas kulit, dan nyeri akut sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah hambatan mobilitas fisik,

(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik

1. Definisi

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan

kemandirian bagi seseorang (Tarwoto & Wartona, 2010). Mobilisasi adalah suatu

kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas dan gangguan

mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing

Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu

mengalami atau resiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Potter & perry 2006).

Perubahan dalam tingkat mobilitas fisik dapat mengakibatkan instruksi

pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama

penggunaan alat bentuk eksternal (misalnya: gips atau traksi rangka), pembatasan

gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.

2. Tujuan Mobilisasi

a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia;

b. Mencegahnya terjadinya trauma;

c. Mempertahankan tingkat kesehatan;

d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari;

e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

3. Batasan Karakteristik

a. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan didalam lingkungan,

termasuk mobilitas ditempat tidur, perpindah dan ambulasi;

b. Keengganan untuk melakukan pergerakan;

c. Keterbatasan rentang gerak;

d. Penurunan kekuatan, pengendalian atau masa otot;

e. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protokol-protokol mekanis dan

medis;

(12)

4. Jenis Mobilitas dan Imobilitas

a. Jenis Mobilitas:

1. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat melakuka interaksi sosial dan menjalankan

peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter

dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat di

jumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien

paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena

kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas ini dibagi menjadi dua

jenis, yaitu:

a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kamampuan individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah adanya

disiokasi sendi dan tulang.

b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya

sistem saraf reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,

paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya

sistem saraf motorik dan sensorik.

b. Jenis Imobilitas:

1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan

tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada

pasien dengan himiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan

didaerah paralisis sehingga tidak dapatmengubah posisi tubuhnya untuk

memgurangi tekanan.

2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami

keterbatasan yang pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak

(13)

3. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara

emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.

Sebagian contoh, keadaan stress berat dapat sebabkan karena bedah amputasi

ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan

sesuatu yang paling dicintai.

4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam

melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat

mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

5. Etiologi

a. Penyebab

Penyebab utama imobilitas adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,

ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab

utama kekauan pada usia lanjut. Gangguan fungsi mental seperti pada depresi

juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat

menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik

dirumah maupun dirumah sakit (Setiati & Roosheroe, 2007).

Penyebab secara umum:

1. Kelainan postur

2. Gangguan perkembangan otot

3. Kerusakan sistem saraf pusat

4. Trauma langsung pada sistem musculoskeletal dan neuromuscular

5. Kekauan otot

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas

1. Gaya hidup, perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan seseorang

karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2. Proses penyakit/cedera, proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan

mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh,

orang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam

ekstremitas bagian bawah.

3. Kebudayaan, kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan. Sebagian contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan

(14)

mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang

untuk beraktivitas.

4. Tingkat energi, adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang

dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energy yang cukup. Usia

dan status perkembangan, terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada

tingkat usia yang berbeda. Hal ini karenakan kemampuan atau kematangan

fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

6. Tanda dan Gejala

a. Dampak fisiologis dari imobilitas, antara lain:

Efek Hasil

a. Penurunan konsumsi oksigen

maksimum

b. Penurunan fungsi ventrikel kiri

c. Penurunan volume secukupnya

d. Perlambatan fungsi usus

e. Pengurangan miksi

f. Gangguan tidur

a. Intolenransi ortostatik

b. Peningkatan denyut jantung

c. Penurunan kapasitas kebugaran

d. Konstipasi

e. Penurunan evakuasi kandung kemih

f. Bermimpi pada siang hari

7. Komplikasi

a. Perubahan metabolik

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,

mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolism

dalam tubuh. Gangguan metabolic yang mungkin terjadi:

1. Defisensi kalori dan protein merupakan karakteristik klien yang mengalami

anoreksia sekunder akibat mobilisasi.

2. Ekskresi kalsium dalam urin ditingkatkan melalui resorpasi tulang.

3. Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia), imobilisasi akan mempengaruhi sistem

(15)

metabolism zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah perubahan metabolism

protein.

4. Gangguan gastrointestinal terjadi akibat penurunan motilitas usus. Konstipasi

sebagai gejala umum, diare karena feces yang cair melewati bagian yang

terjepit dan menyebabkan masalah serius berupa obstruksi usus mekanik bila

tidak ditangani karena adanya distensi dan peningkatan intraluminal yang akan

semakin parah bila terjadi dehidrasi.

b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan

mengakibatkan persendian protein menurun dan konsentrasi protein serum

berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.

c. Gangguan pengubahan zat gizi disebabkan oleh menurunnya pemasukan

protein dan kalori dapat mengakibatkan zat-zat makanan pada tingkat sel

menurun dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolism.

d. Gangguan fungsi gastrointestinal, hal ini disebabkan karena imobilitas dapat

menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan

yang cukup dapat menyebabkan keluhan.

e. Perubahan sistem pernapasan, akibat imobilitas, kadar haemoglobin menurun,

ekspansi paru menurun dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan

proses metabolisme terganggu.

f. Perubahan kardiovaskular, dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya

kerja jantung dan terjadinya pembentukan thrombus.

g. Perubahan sistem musculoskeletal, sebagai dampak dari imobilitas adalah

sebagai berikut:

1. Gangguan muscular, menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat

menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.

2. Gangguan skeletal,adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan

skeletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis.

h. Perubahan sistem integument, terjadinya berupa penurunan elastisitas kulit

karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia

serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat

(16)

i. Perubahan eliminasi, penurunan jumlah urin yang mungkin disebabkan oleh

kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan

urin berkurang.

j. Perubahan perilaku, merupakan dampak imobilitas karena selama proses

imobilitas seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, dan

kecemasan.

1. Pengkajian

Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas

adalah sebagai berikut:

a. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan

terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas. Seperti adanya nyeri,

kelemahan otot, kelelahan dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

b. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah di Derita

Pengkajian riwayat yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neorologis (kecelakaan

cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miastenia

gravis, guillain barre,cedera medulla spinalis dan lain-lain), riwayat penyakit

sistem kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat

penyakit sistem musculoskeletal (osteoporosis,fraktur, arthritis), riwayat

penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia),

riwayat pemakaian obat, seperti sedativ, hipnotik, depresan sistem saraf pusat

dan laksansia.

c. Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan

dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.

d. Kemampuan Mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai

kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah

(17)

Tingkat

Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mandiri penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan peralatan alat bantu

Tingkat 2 Memerlukan bantuan orang lain untuk

pertolongan, pengawasan, atau pengajaran

Tingkat 3 Membutuhkan bantuan orang lain dan peralatan

atau alat bantu

Tingkat 4 Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam

aktivitas

(Sumber: Wilkinson. J. M, 2011)

e. Kemampuan rentang gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah

seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

f. Perubahan intoleransi aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan sistem

pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding

thorak, adanya mucus,batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat

respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem

kardiovaskular,seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,

adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau

perubahan posisi.

g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau

tidak.

h. Perubahan psikologis

Pengkagian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan

mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,

(18)

2. Analisa data

Langkah kedua dalam proses adalah mengonversi data informasi.

Tujuannya adalah untuk membantu kita mempertimbangkan data apa yang kita

kumpulkan dalam pengkajian skrining mungkin berarti, atau untuk membantu

mengidentifikasi data tambahan yang perlu dikumpulkan. Dalam rangka memiliki

pemahaman yang lebih baik dari pengkajian dan diagnosis keperawatan, dan

sangat berguna untuk membedakan data dari informasi (Nanda, 2015). Perawat

mengumpulkan dan mendokumentasikan dua jenis data yang berhubungan dengan

pasien: data subjektif dan objektif. Sementara dokter menilai data objektif atas

subjektif untuk diagnosis medis, perawat menilai kedua jenis data untuk diagnosis

keperawatan. Perawat mengumpulkan data-data melalui proses pengambilan

riwayat sakit atau wawancara.

Pengambilan riwayat sakit pasien tidak meminta pasien satu per satu

dengan menggunakan format rutin. Untuk mendapatkan data yang akurat dari

pasien, perawat harus menggunakan keterampilan mendengarkan secara aktif, dan

menggunakan pertanyaan yang terbuka sebanyak mungkin, terutama pertanyaan

lanjutan ketika teridentifikasi data abnormal yang potensial. (Nanda, 2015).

Menurut Wilkinson (2011), analisa data dari diagnosis keperawatan

hambatan mobilitas fisik mempunyai data objektif adalah penurunan waktu reaksi,

kesulitan membolak-balik posisi tubuh, asyik dengan aktivitas lain sebagai

pengganti pergerakan, dispnea saat beraktivitas, perubahan cara berjalan,

pergerakan menyentak,keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan

motorik halus, keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik

kasar, keterbatasan rentang pergerakan sendi, tremor yang diinduksi oleh

pergerakan, ketidakstabilan postur tubuh, melambatnya pergerakan, dan gerakan

tidak teratur atau tidak terkoordinasi.

3. Rumusan masalah

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut diagnosa keperawatan

NANDA. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin dapat muncul pada

(19)

a. Resiko sindrom disuse

Definisi: rentan terhadap penyimpangan sistem tubuh akibat inaktivitas

muskuloskeletal yang diprogramkan atau yang tidak dapat dihindari, yang dapat

mengganggu kesehatan.

Penyebab terjadinya resiko sindrom disuse

1. Imobilisasi

2. Nyeri

3. Paralisis

4. Perubahan tingkat kesadaran

5. Program imobilisasi

b. Hambatan mobilitas ditempat tidur

Definisi: keterbatasan bergerakan mandiri dari satu posisi ke posisi lain ditempat

tidur.

Penyebab terjadinya hambatan mobilitas ditempat tidur

1. Hambatan kemampuan bergerak antara posisi duduk lama dan telentang

2. Hambatan kemampuan bergerak antara posisi telentang dan duduk

3. Hambatan kemampuan bergerak antara posisi telungkup dan telentang

4. Hambatan kemampuan bergerak untuk reposisi dirinya sendiri ditempat tidur

5. Hambatan kemampuan untuk miring kanan dan kiri

c. Hambatan mobilitas fisik

Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri dan terarah.

Penyebab terjadinya hambatan mobilitas fisik

a) Dispnea setelah beraktivitas

b) Gangguan sikap berjalan

c) Gerakan lambat

d) Gerakan spastic

e) Gerakan tidak terkoordinasi

f) Instabilitas postur

g)Kesulitan membolak-balik posisi

h)Keterbatasan rentang gerak

(20)

j) Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis., meningkatkan

perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada

aktivitas sebelum sakit)

k)Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

l) Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

m) Penurunan waktu reaksi

n)Tremor akibat bergerak

d. Hambatan mobilitas berkursi roda

Definisi: keterbatasan kemampuan menggunakan kursi roda secara mandiri

didalam lingkungan.

Penyebab terjadinya hambatan mobilitas berkursi roda

a) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual dijalan menanjak

b) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual dijalan menurun

c) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual dipermukaan rata

d) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual dipermukaan tidak

rata

e) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual ditepi jalan

f) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis dijalan menurun

g) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis dijalan menanjak

h) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis dipermukaan tidak

rata

i) Hambatan kamampuan mengoperasikan kursi roda otomatis ditepi jalan

j) Hambatan kamampuan mengoperasikan kursi roda otomatis pada permukaan

rata

e. Hambatan duduk

Definisi: keterbatasan kemampuan secara mandiri dan terarah untuk melakukan

dan/atau mempertahan posisi istirahat yang disokong oleh bokong dan paha,

dengan batang tubuh tegak.

Penyebab terjadinya hambatan duduk

a) Hambatan kemampuan menyesuaikan posisi salah satu atau dua tungkai bawah

pada permukaan tidak rata

(21)

c) Hambatan kemampuan untuk gerakan fleksi atau menggerakkan kedua panggul

d) Hambatan kemampuan untuk membuat posisi seimbang terhadap batang tubuh

e) Hambatan kemampuan untuk mempertahankan batang tubuh dalam posisi

seimbang

f) Hambatan kemampuan untuk menekan batang tubuh dengan berat badan

f. Hambatan berdiri

Definisi: keterbatasan kemampuan secara mandiri atau terarah untuk menciptakan

dan/atau mempertahankan posisi tegak dari kaki sampai kepala.

Penyebab terjadinya hambatan berdiri

a) Hambatan kemampuan menekan batang tubuh dengan berat badan

b) Hambatan kemampuan untuk menyesuaikan posisi salah satu atau kedua

tungkai bawah

c) Hambatan kemampuan untuk gerakan fleksi satu atau dua lutut

d) Hambatan kemampuan untuk gerakan fleksi satu atau kedua panggul

e) Hambatan kemampuan untuk membuat posisi seimbang terhadap batang tubuh

f) Hambatan kemampuan untuk mempertahankan batang tubuh dalam posisi

seimbang

g) Hamabatan kamampuan untuk meregangkan salah satu atau kedua panggul

h) Hambatan kemampuan untuk meregangkan satu atau kedua lutut

g. Hambatan kemampuan berpindah

Definisi: keterbatasan pergerakan mandiri di antara dua permukaan yang

berdekatan.

Penyebab terjadinya hambatan kemampuan berpindah

a) Ketidakmampuan berpindah antara kursi dan lantai

b) Ketidakmampuan berpindah antara kursi dan posisi berdiri

c) Ketidakmampuan berpindah antara level permukaan tidak rata

d) Ketidakmampuan berpindah antara mobil dan kursi

e) Ketidakmampuan berpindah antara tempat tidur dan berdiri

f) Ketidakmampuan berpindah antara tempat tidur dan kursi

g) Ketidakmampuan masuk atau keluar bath tub

h) Ketidakmampuan masuk atau keluar tempat mandi pancur

(22)

j) Ketidakmampuan naik atau turun kursi buang air (commode)

g. Hambatan berjalan

Definisi: keterbatasan pergerakan mandiri didalam lingkungan menggunakan

kaki.

Penyebab terjadinya hambatan berjalan

a) Hambatan kemampuan berjalan di jalan menanjak

b) Hambatan kemampuan berjalan di jalan menurun

c) Hambatan kemampuan berjalan di permukaan tidak rata

d) Hambatan kemampuan menaiki tangga

e) Hambatan kemampuan menyusuri tepi jalan

f) Tidak mampu berjalan dengan jarak tertentu

4. Perencanaan

Setelah diagnosis diidentifikasi, prioritas diagnosisi keperawatan harus

ditentukan. Prioritas utama diagnosis keperawatan perlu diidentifikasi (yaitu,

kebutuhan mendesak, diagnosis dengan tingkat keselarasan dengan batasan

karakteristik yang tinggi, faktor yang berhubungan,atau faktor resiko) sehingga

perawatan dapat diarahkan untuk menyelesaikan masalah ini, atau mengurangi

keparahan atau resiko terjadinya (dalam hal diagnosis risiko). Diagnosisi

keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari

perawatan dan merencanakan tindakan keperawatan yang spesifik secara

berurutan. Criteria hasil keperawatan mengacu pada perilaku yang terukur atau

persepsi yang ditunjukkan oleh seseorang individu, keluarga,kelompok,atau

komunitas yang responsive terhadap tindakan keperawatan (Nanda, 2015).

Tujuan: mempertahankan mobilitas pasien bergerak dengan mudah

Intervensi:

1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan kebutuhan

terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama;

2. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya,

tongkat, walker, kruk, atau kursi roda);

3. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah (misalnya, dari tempat tidur

ke kursi);

(23)

5. Berikan penguatan positif selama aktivitas;

6. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang mendukung untuk

berjalan;

7. Pengaturan posis;

8. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang

benar saat melakukan aktivitas;

9. Pantau ketepatan pemasangan traksi;

10. Kaji kebutuhan belajar pasien;

11. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dari lembaga

kesehatan dirumah dan alat kesehatan yang tahan lama;

12. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahan otot;

13.Intruksikan dan dukung pasien untuk menggunakan trapeze atau pemberat

untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan ekstremitas atas;

14.Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman;

15.Intruksikan pasien untuk menyangga berat badannya;

16.Intruksikan pasien untuk memerhatikan kesejajaran tubuh yang benar;

17.Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk

mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan

mobilitas;

18.Beri penguatan positif selama aktivitas;

19.Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan;

20.Gunakan sabuk penyokong saat memberikan bantuan ambulasi atau

Perpindahan;

21.Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau mengembalikan

mobilitas sendi dan otot;

22.Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sumber dalam perencanaan aktivitas

perawatan pasien;

23.Dukung pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan dengan

realistis;

24.Berikan analgesic sebelum memulai latihan fisik;

(24)

a. Tipe alat bantu

b. Posisi pasien ditempat tidur atau kursi

c. Cara memindahkan dan mengubah posisi pasien

d. Jumlah personel yang dibutuhkan untuk memobilisasi pasien

e. Peralatan eliminasi yang diperlukan (misal, pispot, urinal, dan pispot fraktur)

f. Jadwal aktivitas

26. Pengaturan posisi;

a. Pantau pemasangan alat traksi yang benar

b. Letakkan matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar

c. Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh yang benar

d. Letakkan pada posisi terapeutik ( missal, hindari penempatan punting

amputasi pada posisi fleksi; tinggikan bagian tubuh yang terkena, jika

diperlukan, imobilisasi atau sangga bagian tubuh yang terkena, jika

diperlukan)

e. Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap dua jam, berdasarkan

jadwal spesifik

f. Letakkan tombol pengubah posisi tempat tidur dan lampu pemanggil dalam

jangkauan pasien

(25)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. Biodata

Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 38 Tahun

Status perkawinan : Sudah menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA/SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Silang Kitang Kab. Tapanuli Utara

Tanggal Masuk RS : 23 Mei 2016

Ruangan/Kamar : Dahlia/10

Golongan darah : O

Tanggal Operasi : -

Tanggal pengkajian : 30 Mei 2016

Diagnosa Medis : Diabetes Militus

II. Keluhan Utama

Klien mengatakan adanya nyeri pada luka telapak kaki kanan.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Propocative / Palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan kesulitan berjalan dan tidak bisa melakukan

aktivitas secara mandiri.

2. Hal- hal yang memperbaiki keadaan

(26)

B. Quantity/ Quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan nyeri skala 5

diukur dari skala neumerik ratting scale (0-10).

2. Bagaimana dilihat

Klien tampak meringis saat menahan nyeri.

C. Region

1. Dimana lokasinya: Pada telapak kaki kanan.

2. Apakah menyebar: Pasien mengatakan tidak menyebar.

D. Severity

Klien merasa terganggu dengan kondisinya sekarang yang tidak bisa

melakukan aktivitasnya.

E. Time

Nyeri timbul ketika pasien bergerak dan tidur.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan tidak ada penyakit masa lalu.

B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan tidak pernah berobat ke Puskesmas.

C. Pernah di rawat/ dioperasi

Klien mengatakan tidak pernah dirawat/dioperasi.

D. Lama dirawat

Klien tidak pernah dirawat.

E. Alergi

Klien mengatakan tidak mengalami riwayat alergi.

F. Imunisasi

Tidak lengkap.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

A. Orang tua

(27)

B. Saudara kandung

Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes

Militus.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes

Militus.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan tidak ada saudara yang meninggal.

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi klien tentang penyakitnya

Klien mengatakan terganggu dengan penyakit yang dideritanya.

B. Konsep Diri

1. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh

anggota tubuhnya.

2. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari

penyakitnya.

3. Harga diri : Klien merasa tidak berguna lagi.

4. Peran diri : Klien menjalankan perannya sebagai

suami dan ayah yang baik untuk

keluarganya.

5. Identitas : Klien sebagai seorang suami dan ayah

untuk anaknya.

C. Keadaan emosi

Keadaan emosional klien stabil.

D. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti

Klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti bagi dirinya

(28)

2. Hubungan dengan keluarga

Klien memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan keluarga.

3. Hubungan dengan orang lain

Klien memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

Klien beragama islam dan mempercayai ajaran yang ada pada agama

tersebut.

2. Kegiatan ibadah

Kegiatan ibadah klien yaitu shalat 5 waktu dan mengaji.

VII. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

Klien tampak lemas dan meringis kesakitan.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh : 36.0C

2. Tekanan darah : 130/70 mmHg

3. Nadi : 70 x/i

4. Pernafasan : 22 x/i

5. TB : 182 Cm

6. BB : 68 kg

C. Pemeriksaan Head to toe

a. Kepala

1. Bentuk : Normal dan simetris

2. Ubun-ubun : Normal, tertutup dan keras

3. Kulit kepala : Bersih, tidak ada kotoran

b. Rambut

1. Penyebaran rambut dan keadaan rambut : Merata dan rambut

klien lurus

2. Bau : Tidak bau

(29)

c. Wajah

1. Warna kulit : Kuning langsat

2. Struktur wajah : Normal dan simetris

d. Mata

1. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris

2. Palpebra : Normal,tidak ada edema

3. Konjungtiva dan sclera : Anemis dan sclera normal

4. Pupil : Normal

5. Cornea dan iris : Normal

e. Hidung

1. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan normal

2. Lubang hidung : Normal dan tidak

ada secret

3. Cuping hidung : Pernafasan cuping

hidung tidak ada

f. Telinga

1. Bentuk telinga : Normal

2. Ukuran telinga : Simetris antara kanan dan

kiri

3. Lubang telinga : Normal

4. Ketajaman pendengaran : Pendengaran baik

g. Mulut dan faring

1. Keadaan bibir : Bibir tidak kering

2. Keadaan gusi dan gigi : Bersih

3. Keadaan lidah : Lidah kering

4. Orofaring : Baik dan mampu menelan

h. Leher

1. Posisi trachea : Media normal

2. Thyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar

thyroid

3. Suara : Keras dan jelas

(30)

4. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

5. Vena jugularis : Normal

6. Denyut nadi karotis : Teraba

i. Pemeriksaan Integumen

1. Kebersihan : Bersih

2. Kehangatan : Hangat

3. Warna : Kuning langsat

4. Turgor : Kembali ≤ 2 detik

5. Kelembaban : Tidak lembab

6. Kelainan pada kulit : Tidak ada

j. Pemeriksaan thoraks/dada

1. Inspeksi thoraks : Normal

2. Pernapasan (frekuensi,irama) : 22x/ menit, irama teratur

3. Tanda kesulitan bernapas : Tidak ada

k. Pemeriksaan jantung

1. Inpeksi : Normal dan tidak tampak benjolan

2. Palpasi : Tidak teraba

3. Perkusi : Normal

4. Auskultasi : Lupdup

l. Pemeriksaan Abdomen

1. Inspeksi : Bentuk simetris, tidaj terdapat benjolan.

2. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekanan pada daerah

Suprapubik.

3. Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

4. Auskultasi : Pada saat di aukultasi peristaltik pasien

10x/menit dan tidak ada suara tambahan.

m. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

1. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Anus dan perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan

(31)

n. Pemeriksaan Musculoskeletal/ekstremitas

(kesemetrisan, kekuatan otot, edema)

1. Ekstremitas atas : Tangan dextra dan sinistra simetris

dan klien terpasang infuse Nacl 20

tetes/menit.

2. Ekstremitas bawah : Kaki dextra terdapat luka dan

simetris.

3. Pemeriksaan neurologi : Normal

4. Fungsi motorik : Dapat berdiri dan berjalan

didekat tempat tidur.

VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari

I. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

2. Nafsu/selera makan : Nafsu makan klien baik

3. Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu hati

4. Alergi : Tidak memiliki riwayat alergi

5. Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah

6. Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa

: Klien selalu makan bersama

dengan keluarganya.

7. Waktu pemberian makan : Pagi, siang, sore

8. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, Nasi, lauk dan sayur.

9. Waktu pemberian cairan : Tidak ditentukan

10. Masalah makan dan minum(kesulitan menelan, mengunyah:

Klien tidak mengalami masalah dalam makan dan minum.

II. Perawatan diri/personal hygiene

1. Kebersihan tubuh : Terlihat bersih.

2. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut klien bersih

3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku terlihat bersih.

III. Pola kegiatan/Aktivitas

1. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,

(32)

Klien melakukan aktivitas mandi, BAK dan BAB dibantu

dengan istri atau anaknya.

2. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : pasien

tidak melakukan ibadah (shalat) wajib yang dianjurkan dalam

agamanya tetapi pasien selalu berdo’a untuk kesembuhannya.

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

a. Pola BAB : Tidak teratur

b. Karakter feses : Kadang keras dan kadang lembek

c. Riwayat perdarahan : Tidak memiliki riwayat perdarahan

d. BAB terakhir : Pagi hari

e. Diare : Tidak mengalami diare

f. Penggunaan laksatif : Tidak ada pengguna laksatif

2. BAK

a. Pola BAK : 1-3 x sehari

b. Kateter urine : Tidak memakai kateter urine

c. Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak ada nyeri atau

kesulitan BAK

d. Penggunaan diuretic : Tidak ada penggunaan diuretik

V. Mekanisme koping

1. Adaptif

Saat ada masalah klien terkadang memendam masalahnya

sendiri tanpa menceritakannya kepada siapapun.

2. Maladaptif

Klien mengatakan kalau ia mempunyai masalah klien selalu

(33)

2. ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah

1.

2. Ds:

1. Klien mengatakan sakit

menggerakkan kakinya.

2. Klien mengatakan tidak bisa

melakukan aktivitas secara

mandiri.

3. Klien mengatakan kesulitan

bergerak.

Do:

1. Pergerakan kaki terbatas.

2. Kekuatan otot di ekstremitas

bawah tidak dapat bergerak

dengan baik.

3. Klien tampak ada luka ditelapak

kaki kanan.

4. Klien tampak kesulitan berjalan.

Ds:

1. Klien mengatakan luka pada

telapak kaki kanan

2. Klien mengatakan sakit jika

digerakkan

3. Klien mengatakan

ketidaknyamanan pada lukanya

Do:

1. Luka terlihat kemerah-merahan

2. Klien tampak meringis

3. Klien tampak gelisah

(34)

3. Ds:

1. Klien mengatakan nyeri pada

telapak kaki kanan

2. Skala nyeri 5

Do:

1. Luka pada kaki

2. Wajah tampak meringis

kesakitan

Pasien Diabetes

Militus

Luka pada telapak

kaki kanan

Hiperglikemi

Glukosa darah

meningkat

Osmolalitas

meningkat

Suplai darah O2 ke

perifer lambat

Luka tidak

sembuh-sembuh

Gangren

Nyeri akut

3. Rumusan Masalah

a. Rumusan Masalah Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik

2. Kerusakan integritas kulit

3. Nyeri akut

b. Diagnosa Keperawatan (PRIORITAS)

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan pergerakan

ditandai dengan klien mengatakan sakit menggerakkan kakinya, nyeri dan

(35)

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan kelembapan kulit ditandai dengan

klien mengatakan luka pada telapak kaki kanan dan ketidaknyamanan pada

lukanya dan tampak meringis kesakitan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan gangren ditandai dengan luka pada telapak

kaki kanan, klien mengatakan nyeri pada saat menggerakkan kakinyadan skala

nyeri 5.

5.Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/Tanggal Diagnosa Perencanaan Keperawatan

Senin,30 Mei

2016

Hambatan

mobilitas

fisik

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal,

ditandai dengan indikator berikut:

1. Bergerak dengan mudah

2. Berjalan

Rencana Tindakan Rasional

1. Ajarkan pasien tentang

penggunaan alat bantu mobilitas

2. Ajarkan dan bantu pasien

dalam proses berpindah

3. Awasi seluruh upaya mobilitas

dan bantu pasien, jika

diperlukan

4. Latihan pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

5. Damping dan bantu pasien saat

mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs pasien

6. Beri alat bantu jika diperlukan

7. Berikan penguatan positif

(36)

Kerusakan

integritas kulit

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Klien akan menunjukkan rutinitas perawatan

kulit atau perawatan luka yang optimal,

ditandai dengan indicator berikut:

1. Keutuhan kulit

2. Penyatuan kulit

3. Penyusutan kulit

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji luka terhadap

karakteristik berikut:

4. Lakukan masase di

area sekitar luka

Nyeri akut Tujuan dan Kriteria Hasil

Klien akan memperlihatkan pengendalian

nyeri, ditandai dengan indikator berikut:

1. Nyeri berkurang

2. Tampak rileks

3. Dapat beristirahat

(37)

Rencana Tindakan Rasional

1. Lakukan pengkajian

tentang nyeri yang

meliputi lokasi,

karakteristik, atau

keparahan nyeri

2. Ajarkan teknik

relaksasi (nafas

dalam) untuk

menurunkan nyeri

3. Kaji tanda-tanda vital

4. Lakukan teknik

relaksasi tarik nafas

dalam

5. Berikan posisi yang

nyaman

6.Kolaborasi pemberian

analgetik

Mengetahui

derajat/skala nyeri

Memberikan

ketenangan dan

mengurangi derajat

nyeri

Nyeri yang

berkelanjutan akan

meningkatkan

tanda-tanda vital

Merilekskan tubuh

dan mengurangi

nyeri

Mengurangi

ketegangan oto-otot

Terapi farmakologi

dapat meredakan

(38)

6.Implementasi dan Evaluasi

Hari/tanggal No.

Dx

Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)

Senin,30

Mei 2016

1. 1. Mengajarkan pasien tentang

penggunaan alat bantu mobilitas

dengan alat kursi roda

2. Mengajarkan dan bantu pasien dalam

proses berpindah: tempat tidur ke kursi

roda

3. Mengawasi seluruh upaya mobilitas

dan bantu pasien, jika diperlukan

4. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

5. Mendampingi dan bantu pasien saat

mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs pasien

6. Memberikan alat bantu jika

diperlukan

7. Memberikan penguatan positif selama

Aktivitas

4. Melatih kebutuhan

aktivitas

sehari-hari pasien

5. Member penguatan

positif selama

(39)

2. 1. Mengkaji luka terhadap karakteristik

berikut: lokasi, luas, kedalaman, dan

ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi

2. Melakukan perawatan atau perawatan

kulit secara rutin untuk

mempertahankan jaringan sekitar dan

melindungi pasien dari ekskresi luka

3. Membersihkan luka menggunakan

prinsip steril dengan menggunakan

sarung tangan sekali pakai dan untuk

mempertahankan luka tetap kering

4. Melakukan masase di area sekitar luka

untuk merangsang sirkulasi

S: Klien mengatakan

lukanya sudah kering

O: Klien tampak

senang dikarenakan

lukanya sudah kering

A: Masalah teratasi

3. 1. Melakukan pengkajian tentang nyeri

yang meliputi lokasi, karakteristik,

atau keparahan nyeri

2. Mengajarkan teknik relaksasi (nafas

dalam) untuk menurunkan nyeri

3. Mengkaji tanda-tanda vital

4. Melakukan teknik relaksasi tarik nafas

dalam

5. Memberikan posisi yang nyaman

6. Mengkolaborasi pemberian analgetik

S: Klien mengeluh

2.Mengajarkan teknik

relaksasi

3.Memberikan posisi

yang nyaman

4.Mengkolaborasi

(40)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Aziz Alimul H,

2009). Kebutuhan dasar manusia Maslow merupakan sebuah teori yang dapat

digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia

pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan manusia

tertentu lebih dari pada kebutuhan lainnya; oleh karena itu beberapa kebutuhan

harus dipenuhi kebutuhan yang lain. Tingkatan yang paling dasar, atau yang

paling pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti udara, air, dan makanan.

Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang

melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup

kebutuhan cinta dan rasa memiliki, termasuk persahabatan, hubungan sosial dan

cinta seksual.Tingkatan yang keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga

diri, yang melibatkan percaya diri, merasa berguna, penerimaan, dan kepuasan

diri. Tingkatan yang akhir adalah kebutuhan aktualisasi diri, pernyataan dari

penerimaan yang penuh potensi dan memiliki kemampuan untuk memecahkan

masalah dan mengatasinya dengan cara realitis yang berhubungan dengan situasi

hidup. Kebutuhan fisiologis memiliki beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi

secara umum lebih dulu mencari pemenuhan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan

fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan hidup. Manusia

memiliki delapan macam kebutuhan: oksigen, cairan, nutrisi, temperature,

eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks (Potter & Perry, 2005). Menurut

penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah dilaksanakan di Indonesia,

kekerapan diabetes berkisar antara 1,5% s/d 2,3%, kecuali di Manado yang agak

tinggi sebesar 6%. Suatu penelitian terakhir yang dilakukan di Jakarta, kekerapan

Diabetes Militus di daerah Sub-urban yaitu di Depok adalah 12,8%, sedangkan di

(41)

Jawa Barat angka itu hanya 1,1%. Di sini jelas ada perbedaan antara urban dengan

rural, menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian diabetes. Tetapi di

Jawa Barat angka itu tidak berbeda yaitu 1,43% di daerah urban dan 1,47% di

daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan tingginya prevalensi Diabetes Militus

Terkait Malnutrisi (DMTM) di Jawa Barat, sebesar 21,2% dari seluruh diabetes di

daerah rural. Diabetes militus (DM) adalah gangguan metabolik kronis yang tidak

dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan

hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan penggunaan insulin.

Terdapat dua tipe diabetes: tipe I dan tipe II. DM tipe I, disebut juga diabetes

melitus tergantung insulin (IDDM), mulai dengan tiba-tiba dan sebelum usia 30.

Ini diyakini berkaitan dengan serangan virus lain, respons autoimun dimana tubuh

mentriger kerusakan sel beta pancreas, atau respons antigen-antibodi

histokompatibilitas HLA. DM tipe II, juga disebut diabetes melitus tak terkandung

insulin (NIDDM), terjadi paling sering pada orang dewasa, khususnya pada

individu kegemukan. Faktor etiologi yang berperan adalah hereditas, pelambatan

sekresi insulin karena disfungsi sel beta, atau peningkatan tahanan pada insulin

karena penurunan densitas insulin reseptor (Barbara, 1998). Mobilitas adalah

kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh untuk

bergerak. Kehilangn kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan

dan membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk

meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehata, memperlambat proses

penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri harga diri dan

citra tubuh (Mubarak, 2008). Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan

individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan aktivitasguna mempertahankan kesehatannya ( Aziz Alimul

H, 2009).

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

bebas, dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak

dengan bebas, mobilisasi dan imobilisasi berda pada suatu rentang dengan banyak

tingkat imobilisasi parsial diantaranya beberapa klien mengalami kemunduran dan

(42)

pada kondisi mutlak dan berlanjut sampai jangkawaktu tidak terbatas (Potter &

perry 2006).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melaksanakan

asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.A. Dengan Prioritas Masalah

kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus Diabetes Militus di

RSUD Dr. Pirngandi Medan.”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan masalah kebutuhan

dasar: hambatan mobilitas fisik.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan kepada pasien dengan

masalah

kebutuhan dasar: hambatan mobilitas fisik;

b. Mampu merumuskan kriteria keperawatan pada pasien dengan masalah

kebutuhan dasar: hambatan mobilitas fisik;

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah

kebutuhan dasar: hambatan mobilitas fisik;

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan masala

kebutuhan dasar : hambatan mobilitas fisik;

e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan

(43)

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis tentang asuhan keperawatan dengan prioritas

kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik pada Bapak yang mengalami

penyakit Diabetes Melitus dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

dibangku perkuliahan serta pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan tentang hambatan mobilitas fisik pada klien Tn. A.

2. Bagi Instansi Akademik

Digunakan sebagai informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa

penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan studinya.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara

membantu penanganan konstipasi pada bapak penyakit Diabetes Militus.

4. Bagi Pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang pentingnya kebutuhan

hambatan mobilitas fisik dan bagimana cara menangani konstipasi terutama

(44)

mempertahan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk

mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Aziz Alimul H, 2009). Kebutuhan dasar manusia

Maslow merupakan sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan

antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini,

beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih dari pada kebutuhan lainnya; oleh karena itu

(45)

Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus

Diabetes Militus Di RSUD dr.Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Nurliati Sari Rambe

132500146

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)
(47)
(48)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang

Maha Esa atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat

menyeselaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas

Fisik dengan Kasus Diabetem Militus di Ruang Dahlia II RSUD dr. Pirngadi

Kota Medan”, yang merupakan salah satu untuk menyelesaikan program

Diploma III Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II

Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp.Mat selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua prodi DIII Fakultas ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kep,WOC(ET)N selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya

kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat

selesai tepat waktu.

7. Raymond H. Simamora, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang

telah meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing

penulis.

8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas

(49)

9. Kepada Orang tua saya, yang sudah banyak memberikan motivasi,

dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang, serta mendoakan penulis

sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

10.Kepada saudara-saudara saya, Saiman Amri Rambe, Ros Liana Rambe,

Rinanda Putri Rambe dan Tuti Amelia Rambe yang selalu mendukung,

mendoakan dan menyemangati penulis.

11.Kepada Sahabat saya, Umi Khairiyah, Juri Siahaan, Tika Irani dan

Nurhasanah yang selalu menyemangati, mendoakan dan mendukung

penulis.

12.Kepada Sahabat saya, Aulia Rahmah, Eka trisnawati, Ratna Nurdila dan

Selvi lestari yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini

13.Kepada teman satu bimbingan saya, Aulia Rahmah dan Tiolina boyna

sitorus yang sudah memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan

hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak yang

dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juni 2016

(50)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 5

A. Konsep dasar asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan hambatan mobilitas fisik... 5

1. Pengkajian ... 10

2. Analisa Data ... 12

3. Rumusan Masalah ... 12

4. Perencanaan keperawatan ... 16

B. Asuhan keperawatan kasus ... 19

1. Pengkajian ... 19

2. Analisa Data ... 27

3. Rumusan Masalah ... 28

4. Perencanaan keperawatan dan Rasional ... 29

5. Implementasi keperawatan ... 32

6. Evaluasi Keperawatan ... 32

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

Referensi

Dokumen terkait

Adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Perilaku Profesional dan Kecenderungan

Interesting path and interesting spatio-temporal region discovery are important filtering steps in many domains such as earth and atmospheric sciences, GIS, public safety, public

Saham-saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini, direncanakan akan dicatatkan di BEI sesuai dengan Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek yang telah dibuat

This OpenGIS © Recommendation Paper provides recommendations for use and definition of the units of measure used for numerical quantities.. These recommendations are more

Untuk memperkuat posisi di pasar fragrance wanita, di tahun 2015 Perseroan meluncurkan produk baru yaitu Mandom Body Spray Femme dengan lima keharuman, yaitu Virtue, Bouquet,

1) A Security Token Service (STS) provides a Request Security Token operation (RST), which returns a SAML token, an artefact representing an authenticated user. The STS is

[r]

Moreover, a CDB structured data store can be used as a common online (or runtime) repository from which various simulator client-devices can simultaneously retrieve and modify,