• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK

(Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan)

S K R I P S I

OLEH :

NENY THERESIA HASIBUAN 020304023

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

KONSUMEN AKAN SAYURAN ORGANIK

(Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan)

S K R I P S I

OLEH :

NENY THERISIA HASIBUAN 020304023

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Akan Sayuran Organik

Studi Kasus : Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan Nama : Neny Theresia Hasibuan

Nim : 020304023

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Iskandarini, M.M H.M. Mozart B. Darus, MSc

Ketua Anggota

(4)

RINGKASAN PENELITIAN

Neny T. P. Hasibuan, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen akan Sayuran Organik”. Dibawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, MM selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M.Mozart Darus, MSc selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan yaitu kepada para konsumen sayuran organik dengan jumlah sampel konsumen sebanyak 37 orang. Untuk mengarahkan penelitian ini, maka dirumuskan beberapa tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan

konsumen membeli sayuran organik

2. Untuk mengetahui hubungan karakteritik sosial ekonomi konsumen (umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga) dengan keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik

3. Untuk menentukan strategi pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.

Tujuan penelitian pertama dianalisis dengan metode analisis regresi berganda, tujan penelitian kedua dianalisis dengan menggunakan metode analisis rank spearman, sedangkan tujuan penelitian yang ketiga dianalisis denbgan menggunakan metode analisis SWOT.

Dari hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. a. Secara parsial, permintaan sawi manis organik dipengaruhi oleh harga sayuran organik, harga sayuran non organik, pendapatan keluarga dan selera konsumen

b. Secara parsial, permintaan patchoi organik dipengaruhi oleh harga sayuran non organik, pendapatan keluarga dan hari raya/libur.

c. Secara parsial, permintaan khailan organik pendapatan keluarga

d. Secara parsial, permintaan kangkung organik dipengaruhi oleh selera konsumen

e. Secara parsial, permintaan bayam hijau organik dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, selera konsumen dan hari raya/libur

f. Secara parsial, permintaan bayam merah organik dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan selera konsumen

2. a. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik

b. Tidak terdapat hubungan antara umur dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik

(5)

RIWAYAT HIDUP

NENY T.P. HASIBUAN lahir pada tanggal 3 Juli 1982 di Medan sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda tercinta P. Hasibuan, SH dan Ibunda tersayang dr. R.R. br. Simanjuntak.

Jenjang pendidikan yang per nah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Pada tahun 1989 memasuki Sekolah Dasar di SD HOSANNA Medan dan tamat

pada tahun 1995

2. Pada tahun 1995 memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP HOSANNA Medan dan tamat pada tahun 1998.

3. Pada tahun 1998 memasuku Sekolah Menengah Umum di SMU Budi Murni 1 Medan dan tamat pada tahun 2001.

4. Pada tahun 2002 diterima di Universitas Sumatera Utara melalui Jalar SPMB di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

5. Pada bulan Juli 2006 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Huta Gurgur Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengakhiri masa perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen akan Sayuran Organik”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas segala bimbingan dan dorongan moril yang diberikan dalam penyelesaikan skripsi ini khususnya kepada Ibu Ir. Isakandarrini, MM selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak H.M.Mozart Darus, MSc selaku Anggota Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan, waktu dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi sebagai Ketua Jurusan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, seluruh pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian, dan kepada para responden serta instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.

(7)

Tak lupa juga penulis mengucapkan tarima kasih kepada sahabat-sahabatku Ita E. Ginting SP., Helen Siregar SP., Jetty Naibaho SP., Chrestie SP., Dian Fauzia teman yang saling berbagi suka-duka dan seluruh rekan SEP’02 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Maret 2008

(8)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori... 11

Kerangka Pemikiran... 18

Hipotesis Penelitian ... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

Metode Pengambilan Sampel... 21

Metode Pengumpulan Data... 21

Metode Analisis Data... 22

Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

Defenisi ... 25

Batasan Operasional... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian... 28

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah... 28

Keadaan Penduduk... 28

Sarana dan Prasarana ... 31

Karakteristik Pasar ... 33

(9)

HASIL PENELITIAN

Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran Organik... 36 Hubungan Karakteristik Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik... 49

Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Kota Medan ... 52

PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran Organik... 59 Hubungan Karakteristik Konsumen Sayuran Organik dengan Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik ... 68 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

1. Sampel Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan ... 21

2. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik... 24

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 29

4. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 30

5. Penduduk Menurut Pekerjaan ... 31

6. Sarana dan Prasarana ... 32

7. Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Sampel ... 34

8. Data Konsumsi Sawi Manis Organik Sampel Rumah Tangga 2007 ... 36

9. Data Konsumsi Patchoi Organik Sampel Rumah Tangga 2007 ... 39

10.Data Konsumsi Khailan Organik Sampel Rumah Tangga 2007... 41

11.Data Konsumsi Kangkung Organik Sampel rumah tangga 2007 ... 43

12.Data Konsumsi Bayam Hijau Organik Sampel rumah tangga 2007... 45

13.Data Konsumsi Bayam Merah Organik Sampel rumah tangga 2007 ... 47

14.Hubungan Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi sayuran Organik... 49

15.Hubungan Tingkat Pendidikan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dlam Membeli dan mengkonsumsi Sayuran Organik... 50

16.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik .. 51

17.Hubungan Jumlah Tanggungan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran organik ... 52

18.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Sawi Manis Organik ... 59

(11)

20.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Khailan Organik... 62

21.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Kangkung Organik... 64

22.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Bayam Hijau Organik ... 65

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal. 1. Diagram matriks SWOT ... 17

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

1. Karakteristik Konsumen Responden Pembeli Sayuran Organik di

Pasar Swalayan ... 77

2. Permintaan Sawi manis dan Patchoi Organik oleh Konsumen... 78

3. Permintaan Khailan dan Kangkung Organik oleh Konsumen ... 79

4. Permintaan Bayam Hijau dan Bayam Merah Organik oleh Konsumen ... 80

5. Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik ... 81

6. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Sawi Manis Organik ... 82

7. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Patchoi Organik ... 83

8. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Khailan Organik... 84

9. Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Kangkung Organik... 85

10.Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Bayam Hijau Organik ... 86

11.Hasil Analisis Regresi Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Sayuran Bayam Merah Organik... 87

12.Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen ... 88

13.Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Keputusan Konsumen... 88

14.Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen... 89

15.Korelasi Rank Spearman antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen ... 89

(14)

17.Harga Sayuran Organik Bulan Januari... 91

18.Harga Sayuran Organik Bulan Februari... 91

19.Harga Sayuran Organik Bulan Maret... 92

20.Harga Sayuran Organik Bulan April... 92

21.Harga Sayuran Organik Bulan Mei... 93

22.Harga Sayuran Organik Bulan Juni ... 93

23.Harga Sayuran Organik Bulan Juli ... 94

24.Harga Sayuran Organik Bulan Agustus ... 94

(15)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kondisi mengalami terpaan badai krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan, saat ini sangat jarang sektor yang tetap sanggup berdiri tegak untuk dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan produksi nasional dan mampu mempertahankan peranan ekonominya dalam peyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan, serta peningkatan devisa. Akibat dari krisis moneter ini menyebabkan tertutupnya berbagai usaha, pemutusan hubungan kerja, penurunan daya beli masyarakat, peningkatan kriminalitas, serta penurunan mutu gizi masyarakat. Salah satu sektor dari sedikit sektor yang mampu bertahan adalah sektor pertanian (Rasahan, dkk, 1999 :73-74).

Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk lebih memperhatikan sektor pertanian. Hal ini terlihat dengan berbagai program yang ditujukan untuk memacu sektor pertanian seperti KUT (Kredit Usaha Tani), hortikultura, KUT Pangan, diterjunkannya sarjana penggerak pembangunan pertanian, dan pemberdayaan masyarakat di pedesaan (Yustika, 2005 : 52).

(16)

keluarga, aspek pengelolaan sering diabaikan. Jarang ditemukan usahatani berskala kecil menggunakan pembukuan yang baik, berorientasi pasar, dan mengatur pola tanam yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar dengan tepat.

Sebagaimana jenis tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai komersial cukup tinggi. Sebab tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang senantiasa dikonsumsi setiap saat. Dengan melihat kebutuhan terhadap sayuran yang kontiniu maka nilai pasar tanaman ini cukup baik. Kecenderungan produksinya dari tahun ke tahun meningkat, jarang mengalami penurunan yang berarti. Bahkan akhir-akhir ini ada kecenderungan di masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan yang berlemak tinggi, terutama dari bahan hewani beralih ke bahan nabati yang disebut vegetarian (hanya mengkonsumsi bahan makanan nabati) (Brilliantono, 2004 : 1).

Di masyarakat modern ini pola hidup sehat menjadi salah satu ukuran standar kualitas. Bukan sekadar menyeimbangkan antara kesibukan dan olah raga. Tetapi, pola hidup sehat bisa dimulai dari konsumsi makanan. Semakin jauh makanan itu dari kandungan obat-obatan kimia atau pestisida, kemungkinan untuk meningkatkan standar hidup sehat kian terbuka lebar.

(17)

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini

menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005 : 1).

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis

tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005 : 1).

(18)

Meskipun beberapa petani sudah mulai mengembangkan dan bertani secara organik sejak lama, sebagai contoh kebun pertanian organik Agatho di Cisarua sudah lebih 10 tahun eksis dalam sistim pertanian organik, namun perkembangan pertanian organik di Indonesia baru dimulai sejak 4-5 tahun yang lalu. Jauh tertinggal dibandingkan dengan Jepang, Belanda, Perancis, Itali, Amerika, dan lain-lain (Husnain dan Haris, 2006 : 1).

Prospek usaha sayuran organik sebenarnya untuk selama 10 tahun ke depan, diperhitungkan sangat prospektif. Ini disebabkan semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi produk pertanian terutama sayuran yang bebas bahan-bahan kimia. Ini berkaitan dengan kesehatan tubuh, di mana berbagai negara maju sudah semakin ketat mengawasi peredaran produk sayuran yang perawatannya menggunakan bahan kimia.

Namun, potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada lapisan masyarakat tertentu . Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum

ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005: 1).

(19)

Kekuatan pasar adalah contoh lain yang dapat menyebabkan gagalnya mekanisme pasar. Sektor swasta baik yang mensuplai maupun sebagai konsumen mampu mempengaruhi harga. Karena jumlah mereka yang relatif kecil, atau juga karena pembeli atau penjual tidak mempunyai outlet pasar alternatif. Oleh karena itu, kebijaksanaan bagi pengembangan kelembagaan merupakan keharusan untuk ditangani pemerintah (Rasahan, dkk, 1999: 5).

Karena adanya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan dan belum adanya penelitian mengenai permintaan konsumen akan sayuran organik maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui masalah dan bagaimana prospek produksi dan permintaan sayuran organik di Sumatera Utara kelak.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan konsumen membeli sayuran organik ?

2. Bagaimana hubungan karakteritik sosial ekonomi konsumen ( umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga) dengan keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik ?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan konsumen membeli sayuran organik.

2. Untuk mengidentifikasi hubungan karakteritik sosial ekonomi konsumen ( umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga) dengan keputusan konsumen dalam membeli sayuran organik.

3. Untuk menentukan strategi pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi para dinas pertanian dan konsumen agar dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari sayuran organik.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam menentukan strategi pembinaan dan peningkatan produksi sayuran organik.

(21)

II.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam pertanian konvensional, mulai dipergunakan pupuk buatan pabrik, pestisida sintesis, perangsang tumbuh, dan antibiotika. Dengan cara ini produksi sangat meningkat, tetapi disisi lain hadirnya produk-produk pabrik tersebut dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Selain itu, pertanian konvensional banyak bergantung pada bahan kimia yang harganya mahal, bahkan kadang-kadang langka. Ketergantungan ini menyebabkan produksi menurun dan peningkatan biaya produksi. Permasalahan dalam pertanian konvensional dapat diselesaikan dengan mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik adalah (dalam hal bercocok tanam) yang tidak menggunakan bahan kimia tetapi menggunakan bahan organik (Pracaya, 2002: 2-3).

Jenis tanaman yang ditanam secara organik pun sekarang tidak terbatas hanya tanaman sayuran saja, tetapi telah diusahakan tanaman buah, tanaman padi, maupun tanaman obat. Produk tanaman organik masih terbatas dikonsumsi oleh orang-orang yang sadar akan kesehatan. Namun, dengan munculnya produk pertanian organik di setiap pameran dan ditunjang oleh promosi mengenai pentingnya kesehatan, tidak menutup kemungkinan di tahun mendatang banyak orang yang beralih ke produk tanaman organik (Pracaya, 2002: 5).

(22)

organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005: 1).

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang murah serta berfungsi sebagai pengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit serta kanker dan influeza. Sayuran juga mengandung serat yang berguna untuk membantu proses pencernaan sehingga dapat mencegah kanker usus (Tim Penulis, 1993 : 7).

a. Sawi

Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah yaitu di pekarangan, di ladang atau di sawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan. Sawi merupakan tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan (Tim Penulis, 1993 : 94).

Mula-mula hanya dikenal tiga jenis sawi, yaitu sawi putih, sawi hijau dan sawi huma. Namun, saat ini sudah dikenal pula sawi bakso (caisim), sawi keriting dan sawi monumen.

1. Sawi putih alias sawi jabung atau paksoi

Sawi ini paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang paling enak diantara sawi lainnya. Daunnya lebar, berwarna hijau tua, baertangkai pendek, tegap dan bersayap. Ada dua varietas padi putih, yaitu varietas rugosa, dan varietas prain.

2. Sawi hijau

(23)

hijau tua. Batangnya sangat pendek dan tangkai daunnya pipih dan sedikit berkilau tetapi kuat.

3. Sawi Huma

Disebut sawi huma karena jenis sawi ini menyukai tempat-tempat kering seperti tegalan. Jenis sawi ini mempunyai daun yang sempit dengan warna hijau keputih-putihan. Batangnya kecil dan panjang dengan tangkai yang bersayap.

4. Sawi bakso atau Caisim

Sawi ini dikenal juga dengan nama sawi cina, karena umumnya digunakan untuk masakan cina. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Sawi ini bertngkai panjang, dan berwarna hijau keputihan. Rasanya pun cukup enak, renyah, segar dan tidak terlalu pahit.

5. Sawi keriting

Daunnya berwarna hijau dan mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun. Tangkai daunya berwarna putih.

6. Sawi monumen

Daunnya berwarna hijau segar dan tangkai daunnya lebar dan tulang daun berwarna putih. Dari sekian jenis sawi, sawi inilah yang paling besar dan paling berat (Novary, 1997 : 147).

b. Kangkung

Kangkung adalah salah satu jenis sayuran daun yang mampu hidup di darat atau di air. Ada tipe kangkung yang berbunga putih dan berbunga biru atau ungu. Warna batang sesuai dengan warna bunga. Tanaman ini bersifat menjalar sampai

(24)

batangnya berlubang. Cara bertanam ada dua yaitu kangkung air dan kangkung darat (Sutarya, dkk, 1995 : 209).

Pada kangkung air yang ditanam di rawa atau kolam, setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan mulai dapat dipangkas ujungnya sepanjang kurang lebih 20 cm, agar tanaman banyak bercabang. Pada kangkung darat pemanenan biasanya dilakukan setelah umur 28 – 35 hari dengan jalan mencabut bersama akarnya. Kangkung darat yang masih muda dan batang yang besar dan berlubang memiliki kualitas pasar yang lebih baik daripada kangkung air dengan batang yang tipis tetapi kasar (Sutarya, dkk, 1995 : 209).

c. Bayam

Satu-satunya sayuran yang termasuk dalam famili Amaranthaceae ialah bayam (Amaranthus sp.). Tanaman ini berbentuk perdu atau semak. Bayam banyak digemari masyarakat Indonesia karena rasanya enak, lunak dan dapat memperlancar pencernaan. Selain itu, bayam banyak mengandung vitamin A dan C serta sedikit vitamin B. Bayam pun banyak mengandung garam-garam mineral yang penting seperti kalsium, fospor, dan besi (Sunarjono, 2004 :14 ).

(25)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Distributor/ Penyedia Sayuran Organik Sayuran Organik

Pasar swalayan (supermarket) umumnya mempunyai segmen pasar tersendiri (konsumen ekonomi atas). Oleh karena itu jenis dan kualitas sayuran yang disediakan dan disalurkan bersifat selektif. Salah satu sayuran yang disediakan adalah sayuran organik (Ginting, 2006 : 33).

2.2.2 Keputusan Pembelian

Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah dengan pembeli yang mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dan sebagian keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat dirangsang oleh rangsangan internal bila salah satu kebutuhan normal seseorang muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan dan rangsangan eksternal yang datangnya dari luar (Kotler dan Amstrong, 1997 : 174).

Sewaktu konsumen membuat keputusan membeli sering melalui lima langkah yang logis. Pertama, menyadari kebutuhan yang belum terpuaskan. Kedua, memilih beberapa pilihan yang nalar. Ketiga, barang tersebut di identifikasi. Keempat, di evaluasi. Dan ke lima, keputusan membeli pun di buat, pada tahap ini mencakup motif beli langganan dan citra toko pengecer (Stanton, 1996 : 176).

(26)

of man). Model manusia yang dimaksud di sini adalah model tingkah laku keputusan dari seorang individu berdasarkan empat perspektif, yaitu :

1. Manusia ekonomi

Konsep manusia ekonomi berasal dari disiplin ekonomi. Manusia dipandang sebagai seorang individu yang melakukan keputusan secara rasional. Agar seorang individu dapat berfikir rasional, maka ia harus menyadari berbagai alternatif produk yang tersedia. Dia juga harus mempu merangking berbagai alternatif tersebut berdasarkan kebaikan dan keburukan produk alternatif tersebut, dan mampu memilih yang terbaik dari alternatif yang tersedia. Manusia ekonomi berusaha mengambil keputusan yang memberikan kepuasan maksimum. Keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi seperti harga, jumlah barang, dan manfaat. 2. Manusia pasif

Manusia sebagai individu yang mementingkan diri sendiri dan menerima berbagai macam promosi yang ditawarkan pemasar. Konsumen digambarkan sebagai pembeli yang irasional dan impulsif, yang siap menyerah pada usaha dan tujuan pemasar. Model ini bertolak belakang dengan manusia ekonomi. Model manusia pasif dianggap tidak realistis. Peran adalah mencari informasi mengenai alternatif produk dan memilih produk yang memberikan kepuasan paling besar.

3. Manusia kognitif

(27)

manusia kognitif menggambarkan konsumen sebagai individu yang berfikir untuk memecahkan masalah (a thinking problem solver).

4. Manusia emosionl

Model ini menggambarkan konsumen sebagai individu yang memiliki perasaan mendalam dan emosi yang mempengaruhi pembelian atau

pemilikan barang-barang tertentu. Perasaan seperti rasa senang, takut, cinta, khawatir, fantasi, kenangan sangat mempengaruhi konsumen

(Sumarwan, 2003 ; 290-292).

Inti pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih prilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berprilaku (Setiadi, 2003 ; 415).

Prilaku konsumen merupakan tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Engel, dkk, 1990 : 3).

2.2.3 Permintaan

(28)

Harga dapat mempengaruhi permintaan pangan masyarakat karena flukstuasi harga mengakibatkan terjadinya pergantian (subtitusi) barang yang dikonsumsi (Mubyarto, 1986 ; 10).

Tingkat harga suatu barang berpengaruh terhadap besarnya jumlah yang dibeli oleh seseorang. Makin mahal harga suatu barang akan berkurang jumlah yang dibelinya dengan syarat keadaan yang lain-lain tidak berubah (cateris paribus) (Gultom, 1996 ; 29).

Pada kenyataanya, permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :

a. Harga barang (komoditi)

Permintaan suatu komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi itu sendiri dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau cateris paribus. Secara umum bila harga suatu komoditi tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu membelinya. Akibatnya jumlah komoditi yang dibelinya hanya sedikit saja.

b. Harga barang-barang lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya, seperti barang yang dapat saling mengganti (subsitusi) dan melengkapi (komplenter).

c. Pendapatan para pembeli

(29)

terjadi kenaikan dalam pendapatan konsumen, sedangkan barang inferior yaitu barang yang permintannya mengalami penurunan jika terjadi kenaikan dalam pendapatan, contoh gaplek.

d. Selera

Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Namun faktor selera dan citarasa bersifat subjektif.

(Nuraini, 2005 : 17-19).

2.2.4 Faktor Sosial

Karakteristik sosial konsumen dipengaruhi oleh : a. Umur

Umur dan tahapan siklus hidup dapat membentuk pola konsumsi orang dewasa, biasanya mengalami perubahan dan trnsformasi (perubahan bentuk, rupa, sifat) tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya (Setiadi, 2003: 132).

b. Pendidikan

Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka konsumen akan lebih memilih barang-barang yang berkualitas baik (Setiadi, 2003 :215).

2.2.5 Faktor ekonomi

(30)

1. Pendapatan Keluarga

Apabila pendapatan keluarga meningkat maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi semakin besar

(Raharjo dan Manurung, 2001 :175). 2. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi keputusan konsumen saat pembelian, semakin banyak jumlah anggota keluarga konsumen maka jumlah yang pembelian semakin tinggi, sehingga anggota berpengaruh besar terhadap keputusan pembelian (Raharjo dan Manurung, 2001:254).

2.2.6 Analisa SWOT

Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths), peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat memaksimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997 ; 18-19).

Analisa SWOT dibuat dalam bentuk matriks. Matriks ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat set alternatif strategis, yaitu :

1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

(31)

2. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Gambar 1. Diagram matriks SWOT IFAS

EFAS

Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunities (O)

Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman.

(32)

2.3 Kerangka Pemikiran

Distributor/penyedia sayuran organik adalah swalayan. Swalayan menyediakan pilihan sayuran organik untuk dibeli konsumen.

Konsumen di sini adalah konsumen individu. Konsumen individu adalah konsumen rumah tangga yang membeli sayuran tujuannya mengkonsumsi sayuran organik untu keluarga. Konsumen dapat memilih barang atau jasa yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya sendiri dan bebas memilih alternatif yang ditawarkan oleh penjual.

Ketika konsumen menyadari kebutuhan akan sayur-sayuran terutama sayuran organik yang bebas dari bahan-bahan kimia maka konsumen akan mengambil keputusan untuk membeli sayuran organik. Dengan membeli sayuran organik maka kemungkinan kita untuk meningkatkan standar hidup sehat terbuka lebar.

Keputusan pembelian dan mengkonsumsi sayuran organik dipengaruhi oleh karakteristik konsumen yaitu faktor sosial, dan faktor ekonomi. Faktor sosial terdiri dari umur dan pendidikan. Faktor ekonomi terdiri dari pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga.

Konsumen menetapkan keputusannya untuk membeli dan mengkonsumsi sayuran organik. Dengan mengkonsumsi sayuran organik yang dubutuhkan oleh konsumen maka dapat diketahui permintaan akan sayuran organik itu.

(33)

Setelah dianalisis faktor yang mempengaruhi permintaan sayuran organik, maka dapat dilakukan strategi pengembangan usaha tani sayuran organik. Strategi pengembangan usaha dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema berikut ini.

Distributor/ Penyedia Sayuran Organik

Faktor yang mempengaruhi : 1. Harga sayuran

organik 2. Harga sayuran

nonorganik 3. Pendapatan masyarakat 4. Selera

5. Hari Libur/hari raya

Permintaan Sayuran Organik

Keputusan Pembelian

Karakteristik konsumen dipengaruhi oleh : 1. Faktor Sosial

a. Umur b. Pendidikan 2. Faktor ekonomi

a. Pendapatan Keluarga b. Jumlah Tanggungan

Keluarga

Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik

Keterangan Gambar

= ada hubungan = Saluran

(34)

2.4 Hipotesa Penelitian

1. Permintaan konsumen sayuran organik dipengaruhi oleh harga sayuran organik tingkat konsumen, harga sayuran nonorganik, pendapatan keluarga konsumen, selera, dan hari libur/hari raya.

(35)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive sampling artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipandang sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah penelitian ditetapkan di Kota Medan yang ditentukan secara sengaja di swalayan-swalayan dan supermarket yang menjual sayuran organik. Swalayan-swalayan yang dipilih adalah Swalayan Berastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi Mangkubumi, dan Swalayan Sumatra.

3.2 Metode Penarikan Sampel Konsumen

Besar sampel konsumen 37 dianggap telah mewakili populasi dimana sampel diambil sekitar 10 persen dari total individu populasi dan secara proposional yaitu dihitung berdasarkan perbandingan.

Tabel 1. Sampel Konsumen Sayuran Organik di Kota Medan

Pasar Swalayan Populasi Sampel Konsumen

Swalayan Brastagi Gatsu 155 15

Swalayan Brastagi Mangkubumi 120 12

Swalayan Sumatra 100 10

Jumlah 378 37

Sumber : Survei

3.3 Metode Pengumpulan Data

(36)

sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga instansi terkait serta buku-buku pendukung.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 diuji dengan mempergunakan analisis regresi berganda (Multiple Regresion). Data yang dibutuhkan adalah harga sayuran organik tingkat konsumen, harga sayuran nonorganik, pendapatan konsumen, selera dan hari libur/raya .

Rumus yang digunakan :

Y = a + a1X1 + a2X2 + a3X3 + b1D1 + b2D2 Dimana :

Y = Permintaan konsumen sayuran organik (Kg/Bulan) X1 = Harga sayuran organik tingkat konsumen (Rp/Kg) X2 = Harga sayuran nonorganik (Rp/Kg)

X3 = Pendapatan konsumen (Rp/Bulan) D1 = Selera, D1 = 1 (suka)

D1 = 0 (tidak suka) D2 = Hari libur/raya, D2 = 1 (hari libur/raya)

D2 = 0 (selain hari libur/raya) a dan b = Konstanta

Pengambilan keputusan :

(37)

Untuk menguji hipotesis 2 digunakan analisis rank spearman

rs = koefisien korelasi rank spearman di = selisih antara peringkat

n = jumlah sampel = derajat nyata db = derajat bebas Kriteria uji hipotesis adalah :

Jika thit≤ t berarti terima H0 Jika thit > t berarti terima H1 (Irianto, 2004 : 43)

(38)

Tabel 2. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik

No. Parameter Pernyataan Skor

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

1 Karena sayuran organik sehat

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

2 Karena konsumen merasakan manfaat yang tersendiri

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

3 Karena kemasan sayuran organik bagus

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

4 Karena pengaruh keluarga

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

5 Karena sayuran organik memiliki kandungan nutisi yang tinggi

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

6 Karena pengaruh tetangga (orang lain)

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

7 Karena penampilan (bentuk dan warna)

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

8 Memiliki perasaan yang menyenangkan bila mengkonsumsi sayuran organik (menunjukkan status atau martabat yang tinggi)

e. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

9 Karena sayuran organik harganya murah

f. Sangat Setuju (SS) 5

a. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

b. Tidak Setuju (TS) 2

c. Tidak Dapat Menentukan Pendapat (E) 3

d. Setuju (S) 4

10 Memiliki kenyamanan saat berbelanja sayuran organik

e. Sangat Setuju (SS) 5

(39)

Untuk mengukur tingkat keputusan konsumen digunakan metode skoring dengan 10 parameter. Jumlah skor tingkat keputusan konsumen adalah 1 – 50. Apabila skor berada :

1 – 16 tingkat keputusan konsumen rendah 17 – 33 tingkat keputusan konsumen sedang 34 – 50 tingkat keputusan konsumen tinggi

3.5 Defenisi dan Batasan Opersional

Untuk menghindari kesalahpaham pengertian tentang istilah yang terdapat dalam proposal ini, maka akan dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Sayuran organik adalah sayuran yang dalam proses produksinya tidak menggunakan bahan-bahan kimia.

2. Sampel adalah konsumen yang membeli sayuran organik di pasar swalayan 3. Distributor atau penyedia sayuran organik adalah swalayan-swalayan yang

menyediakan sayuran organik untuk dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen. 4. Harga sayuran organik adalah harga sayuran organik yang berlaku di tingkat

konsumen.

5. Harga sayuran nonorganik adalah harga sayuran nonorganik yang berlaku di tingkat konsumen.

(40)

7. Permintaan sayuran organik adalah jumlah sayuran organik yang diminta oleh konsumen pada suatu waktu yang didukung oleh daya beli.

8. Faktor adalah hal yang menyebabkan atau mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik.

9. Faktor sosial adalah faktor yang ada pada diri konsumen sebagai responden yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik meliputi umur dan tingkat pendidikan.

10.Tingkat umur konsumen adalah usia konsumen pada saat penelitian dilakukan yaitu umur 36 – 66 tahun.

11.Tingkat pendidikan konsumen adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh konsumen parameternya SD, SLTP, SLTA, Diploma, dan Sarjana. 12.Faktor ekonomi adalah faktor yang ada pada diri konsumen sebagai responden yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik meliputi pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga.

13.Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan yang menunjang pendapatan keluarga setiap bulannya.

14.Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

15.Keputusan konsumen adalah tindakan dari dua atau lebih alternatif yang diputuskan.

16.Strategi pengembangan usaha sayuran organik adalah inisiatif meningkatkan peluang atau keberhasilan usaha sayuran organik di masa depan.

(41)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sayuran organik yang diteliti adalah sawi manis, patchoi, khailan, kangkung, bayam hijau, dan bayam merah.

2. Penelitian diadakan di sawlayan-swalayan yang menjual sayuran organik seperti Swalayan Brastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi Mangkubumi, dan Swalayan Sumatra.

3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli sayuran organik di swalayan-swalayan.

(42)

IV.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK

PASAR DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian.

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah.

Kota Medan merupakan Ibu Kota dan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2027 -2047 LU – 98035 -98044 BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 sampai dengan 37,5 meter di atas permukaan laut, rata-rata curah hujan 171,2 mm dengan suhu minimum 22,70C – 24,10C dan suhu maksimum berkisar antara 31,00C– 33,70C. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 78-80% dan kecepatan angin berkisar antara 0,40 m/cc sedangkan rata-rata laju penguapan tiap bulannya 104,5 mm.

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah 265,10 km2. kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

4.1.2 Keadaan Penduduk

(43)

Tabel 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Jumlah 1,102,040 49.70 1,024,045 50.30 2,036,185

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006

(44)

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang)

Jumlah 1,919,353 100

Sumber : BPS, MedanDalam Angka 2006

Tabel 4. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) sebesar 670,597 orang (34.94 %), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 626,617 orang (32.65 %), Sekolah Dasar (SD) berjumlah 412,893 orang (21.51 %), dan Perguruan Tinggi (PT) 209,246 orang (10.90 %).

c. Penduduk Menurut Mata Pencaharian.

(45)

Tabel 5. Penduduk Menurut Pekerjaan.

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

Jumlah 393,007 100

Sumber : BPS, MedanDalam Angka 2006

Tabel 5. me4nunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah sebagai tenaga pengajar sebesar 43.551 orang (11,08 %), pegawai negeri 18.670 orang (4,75 %), pegawai swasta 14.570 orang (3,70 %), TNI/POLRI 13.562 orang (3,45 %), tenaga kesehatan 2.399 orang (0,61 %) dan pekerjaan lain-lain yaitu gabungan dari berbagai macam pekeerjaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yaitu sebesar 300.255 orang (76,41 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk Kota Medan yang berusia produktif hanya sebagian kecil saja yang bekerja, setelah dikurangi penduduk Kota Medan yang bersekolah dan kuliah, masih banyak penduduk yang menganggur baik sebagai pengangguran terselubung maupun sebagai penganggur tetap.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

(46)

Tabel 6. Sarana dan Prasarana

d. Perguruan Tinggi

797

g. Rumah Bersalin h. Rumah Sakit

a. Pasar Tradisional b. Pasar Swalayan

56 30

Sumber : BPS, MedanDalam Angka 2006

Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Grup, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 797 unit, sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 335 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 322 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 28 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

(47)

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3,078.94 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 1,869.6 km, jalan dalam kondisi sedang sepanjang 446.15 km, jalan yang dalam kondisi rusak sepanjang 128.37 km.

Pasar tradisional maupun pasar swalayan banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar swalayan. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar swalayan 30 unit yang tersebar di setiap kecamatan dengan keunggulan dan kelengkapan masing-masing pasar yang berbeda-beda. Pasar tradisional umumnya buka pagi hari atau sore hari, sedangkan pasar swalayan buka pagi hingga malam hari. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel pasar adalah pasar swalayan yaitu Swalayan Brastagi Gatot Subroto, Swalayan Brastagi Mangkubumi, dan Swalayan Sumatera.

4.2 Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian) 4.2.1. Swalayan Brastagi Gatot Subroto

(48)

4.2.2. Swalayan Brastagi Mangkubumi

Swalayan Brastagi Mangkubumi merupakan cabang dari swalayan Brastagi jalan Gatot Subroto. Swalayan ini berada di jalan Mangkubumi. Swalayan ini menjual sayur-sayuran seperti sawi manis, patchoi, kangkung, bayam dan lain-lain; juga menjual buah-buahan dan barang-barang lain yang dijual pada umumnya. Swalayan ini tidak sebesar swalayan Brastagi Gatsu.

4.2.3. Swalayan Sumatera

Swalayan Sumatera berada di jalan S. Parman. Adapun yang dijual adalah sayur-sayuran seperti sayur-sayuran baik itu sayur organik maupun sayur nonorganik; buah-buahan dan jenis makanan lainnya.

4.3 Karakteristik Konsumen Sampel

Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen

No. Karakteristik Sosial Ekonomi

Satuan Range Rata-rata

1. Umur Tahun 36 – 66 46.03

2. Tingkat Pendidikan Tahun 9 – 17 15.78 3. Tingkat Pendapatan Keluarga Rp/Bulan 5,000,000- 15,000,000 10,675,675.68

4. Jumlah Tanggungan Orang 1 – 6 3. 65

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1).

(49)

masih berada dalam ketegori usia produktif sehingga potensi keputusan membeli sayuran organik semakin besar.

Pendidikan formal konsumen sampel berkisar antara 9 – 17 tahun dengan rata-rata pendidikan konsumen 16 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan konsumen sampel adalah setingkat sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa wawasan pengetahuan konsumen dalam mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi sayuran organik tergolong tinggi.

Tingkat pendapatan keluarga konsumen sampel per bulannya berkisar antara Rp 5,000,000 – 15,000,000 dengan rata-rata Rp 10,675,675 per bulan dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan konsumen sampel tergolong ke dalam kategori tinggi sehingga keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik terpenuhi.

(50)

V.

HASIL PENELITIAN

5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Sayuran Organik.

Berdasarkan hasil penelitian, konsumen rumah tangga sayuran organik biasanya memanfaatkan sayuran organik sebagai sumber vitamin, gizi dan lain-lain. Sayuran organik yang diteliti adalah sayuran Sawi Manis, Patchoi, Khailan, Kangkung, Bayam Hijau dan Bayam Merah.

5.1.1. Permintaan Konsumen Sawi Manis Organik

Untuk mengetahui jumlah konsumsi sayuran organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Konsumsi Sawi Manis Organik Sampel Rumah Tangga 2007

Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatot

Subroto Swalayan Sumatera < 1.5

1.5 - 3

Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 2

(51)

Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen sawi manis organik adalah harga sawi manis organik, pendapatan keluarga, harga sawi manis nonorganik, selera dan hari raya/libur.

1. Pengaruh Harga Sawi Manis Organik

Perubahan harga sawi manis organik berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, sawi manis organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila terjadi kenaikan harga sawi manis organik maka konsumen akan mengurangi konsumsi sawi manis organik ataupun beralih pada sayuran organik lain yang lebih murah atau mengurangi konsumsi sawi manis organik.

2. Pengaruh Harga Sawi Manis Nonorganik

Harga sawi manis nonorganik berpengaruh dalam penurunan konsumsi sawi manis organik. Karena harga sawi manis organik tinggi, maka hanya ada 13 orang (35.13%) menggunakan sawi manis nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti sawi manis organik.

3. Pengaruh Pendapatan Keluarga

(52)

4. Pengaruh Faktor Selera

Berdasarkan penelitian, selera menentukan jumlah konsumsi sawi manis organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai sawi manis organik, maka permintaan akan sawi manis organik tinggi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 10 responden (27.02%) yang tidak menyukai sawi manis organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi sawi manis organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 27 responden (72.97%) mengaku menyukai sawi manis organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi sawi manis organik karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana sawi manis organik tidak memiliki kandungan zat kimia.

5. Pengaruh Hari Raya / Libur

Berdasarkan penelitian, hari raya tidak menentukan jumlah konsumsi sawi manis organik konsumen rumah tangga. Dari data yang dikumpulkan, terdapat 24 responden (64.86%) yang meningkatkan jumlah konsumsi sawi manis organik pada hari raya / libur.

5.1.2. Permintaan Konsumen Patchoi Organik

(53)

Tabel 9. Data Konsumsi Patchoi Organik Sampel Rumah Tangga 2007

Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5

1.5 - 3 Swalayan Sumatera < 1.5

1.5 - 3

Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi patchoi organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi patchoi organik yang terendah adalah 1 kg/bln dan tertinggi 4 kg/bln.

Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen patchoi organik adalah harga patchoi organik, pendapatan keluarga, harga patchoi nonorganik, selera dan hari raya/libur.

1. Pengaruh Harga Patchoi Organik

Perubahan harga patchoi organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila terjadi kenaikan patchoi organik maka konsumen akan mencari konsumsi sayur organik lain.

2. Pengaruh Patchoi Nonorganik

(54)

3. Pengaruh Pendapatan Keluarga

Pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi. Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi patchoi organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 2.00 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 2.00– 4.00 kg/bulan.

4. Pengaruh Faktor Selera

Berdasarkan penelitian, selera tidak menentukan jumlah konsumsi patchoi organik konsumen rumah tangga. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 11 responden (29.72%) yang tidak menyukai patchoi organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi patchoi organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 26 responden (70.27%) mengaku menyukai patchoi organik.

5. Pengaruh Hari Raya / Libur

Dari data yang dikumpulkan, pada hari raya/ libur berpengaruh terhadap tingkat konsumsi patchoi organik. Terdapat 21 responden (56.75%) yang meningkatkan jumlah konsumsi patchoi organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena konsumen yang masih menganggap harus memasak untuk tamu yang datang pada hari raya/ hari besar.

5.1.3. Permintaan Konsumen Khailan Organik

(55)

Tabel 10. Data Konsumsi Khailan Organik Sampel Rumah Tangga 2007

Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5

1.5 - 3

Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi khailan organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi khailan organik yang terendah adalah 1.33 kg/bln dan tertinggi 4 kg/bln.

Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen khailan organik adalah harga khailan organik, pendapatan keluarga, harga khailan nonorganik, selera dan hari raya/libur.

1. Pengaruh Harga Khailan Organik

Perubahan harga khailan organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga apabila terjadi kenaikan harga khailan organik maka konsumen akan tetap mengkonsumsi khailan organik. 2. Pengaruh Harga Khailan Nonorganik

(56)

3. Pengaruh Pendapatan Keluarga

Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi khailan organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 2.67 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 2.00 – 4.00 kg/bulan.

4. Pengaruh Faktor Selera

Berdasarkan penelitian, selera tidak menentukan jumlah konsumsi khailan organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai khailan organik, maka permintaan akan khailan organik tinggi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 5 responden (13.51%) yang tidak menyukai khailan organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi khailan organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 32 responden (86.48%) mengaku menyukai khailan organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi khailan organik karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana khailan organik tidak memiliki kandungan zat kimia.

5. Pengaruh Hari Raya / Libur

(57)

5.1.4. Permintaan Konsumen Kangkung Organik

Untuk mengetahui jumlah konsumsi kangkung organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Data Konsumsi Kangkung Organik Sampel rumah tangga 2007

Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5

1.5 - 3 Swalayan Sumatera < 1.5

1.5 - 3

Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi kangkung organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi kangkung organik yang terendah adalah 0.67 kg/bln dan tertinggi 3.33 kg/bln.

Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen kangkung organik adalah harga kangkung organik, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, harga kangkung nonorganik, selera dan hari raya/libur.

1. Pengaruh Harga Kangkung Organik

(58)

terjadi kenaikan harga kangkung organik maka konsumen tetap konsumsi kangkung organik.

2. Pengaruh Harga Kangkung Nonorganik

Harga kangkung nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi kangkung organik. Ada 21 orang (54.76%) menggunakan kangkung nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti kangkung organik.

3. Pengaruh Pendapatan Keluarga

Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi kangkung organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 2.00 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 3.33 kg/bulan.

4. Pengaruh Faktor Selera

Berdasarkan penelitian, selera berpengaruh terhadap jumlah konsumsi kangkung organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai kangkung organik, maka permintaan akan kangkung organik tinggi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, ada 19 responden (51.35%) yang tidak menyukai kangkung organik, tetapi mereka yang mengkonsumsi kangkung organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 18 responden (48.64%) mengaku menyukai kangkung organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi kangkung organik karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana kangkung organik tidak memiliki kandungan zat kimia.

(59)

5. Pengaruh Hari Raya / Libur

Pada hari raya/ libur tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi kangkung organik. Dari data yang dikumpulkan, terdapat 18 responden (48.64%) yang meningkatkan jumlah konsumsi kangkung organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena konsumen yang masih menganggap harus memasak untuk tamu yang datang pada hari raya/ hari besar.

5.1.5. Permintaan Konsumen Bayam Hijau Organik

Untuk mengetahui jumlah konsumsi bayam hijau organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Data Konsumsi Bayam Hijau Organik Sampel rumah tangga 2007

Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5

1.5 - 3 Swalayan Sumatera < 1.5

1.5 - 3

Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 4

(60)

Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen bayam hijau organik adalah harga bayam hijau organik, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, harga bayam hijau nonorganik, selera dan hari raya/libur.

1. Pengaruh Harga Bayam Hijau Organik

Perubahan harga bayam hijau organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, bayam hijau organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga.

2. Pengaruh Harga Bayam Hijau Nonorganik

Harga bayam hijau nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi bayam hijau organik. Ada 10 orang (27.02%) menggunakan bayam hijau nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti bayam hijau organik.

3. Pengaruh Pendapatan Keluarga

Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi bayam hijau organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 1.67 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 1.33 – 3.33 kg/bulan.

4. Pengaruh Faktor Selera

Berdasarkan penelitian, selera menentukan jumlah konsumsi bayam hijau organik konsumen rumah tangga. Jika keluarga tersebut menyukai bayam hijau organik, maka permintaan akan bayam hijau organik tinggi.

(61)

organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 22 responden (59.45%) mengaku menyukai bayam hijau organik. Berpengaruhnya selera terhadap jumlah konsumsi bayam hijau organik diduga karena kesadaran masyarakat akan makanan yang sehat semakin meningkat, dimana bayam hijau organik tidak memiliki kandungan zat kimia.

5. Pengaruh Hari Raya / Libur

Hari raya / libur berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam hijau organik. Ada 15 responden (40.54%) yang meningkatkan jumlah konsumsi bayam hijau organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena pada hari raya/ hari besar keluarga banyak yang datang ke rumah sehingga harus masak untuk keluarga yang datang ke rumah.

5.1.6. Permintaan Konsumen Bayam Merah Organik

Untuk mengetahui jumlah konsumsi bayam merah organik rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Data Konsumsi Bayam Merah Organik Sampel rumah tangga 2007

Sampel Pasar Konsumsi (kg/bln) Jumlah Responden Swalayan Brastagi Gatsu < 1.5

1.5 - 3 Swalayan Sumatera < 1.5

1.5 - 3

(62)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi bayam merah organik rumah tangga cukup bervariasi. Konsumsi bayam merah organik yang terendah adalah 0.67 kg/bln dan tertinggi 2.00 kg/bln.

Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen bayam merah organik adalah harga bayam merah organik, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, harga bayam merah nonorganik, selera dan hari raya/libur.

1. Pengaruh Harga Bayam Merah Organik

Perubahan harga bayam merah organik tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut konsumen rumah tangga, bayam merah organik merupakan sumber kebutuhan kabohodrat, gizi, vitamin dan lain-lain yang berguna bagi kesehatan konsumen rumah tangga.

2. Pengaruh Harga Bayam Merah Nonorganik

Harga bayam merah nonorganik tidak berpengaruh dalam penurunan konsumsi bayam merah organik. Ada 10 orang (27.02%) menggunakan bayam merah nonorganik yang lebih murah sebagai bahan pengganti bayam merah organik. 3. Pengaruh Pendapatan Keluarga

Dari data yang dikumpulkan, tingkat pendapatan rata-rata keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi bayam merah organik. Untuk konsumen dengan pendapatan rata-rata keluarga < Rp 10,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 1.00 kg/bulan. Untuk konsumen dengan pendapatan Rp 10,000,000 – 15,000,000/ bulan konsumsinya antara 0.67 – 2.00 kg/bulan.

4. Pengaruh Faktor Selera

(63)

organik dalam jumlah sedikit dengan alasan untuk membuat menu yang bervariasi, dan 16 responden (43.24%) mengaku menyukai bayam merah organik.

5. Pengaruh Hari Raya / Libur

Hari raya / libur berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam merah organik. Ada 15 responden (40.54%) yang meningkatkan jumlah konsumsi bayam merah organik pada hari raya / libur. Hal ini terjadi karena pada hari raya/ hari besar keluarga banyak yang datang ke rumah sehingga harus masak untuk keluarga yang datang ke rumah.

5.2 Hubungan Karakteristik konsumen sayuran organik dengan Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.

5.2.1 Hubungan Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi sayuran Organik.

Umur konsumen merupakan faktor sosial yang berkaitan dengan cara fikir dan pandangan dalam membuat keputusan. Hasil analisis antara umur konsumen dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hubungan Umur dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi sayuran Organik.

Tingkat Keputusan Konsumen (Skor) No. Kelompok

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1 dan 28)

(64)

umur 47 – 56 tahun ada 10 orang (27.03%) mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Pada kelompok umur 57 – 66 tahun ada 3 orang (8.11%) mempunyai tingkat keputusan tinggi.

5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki konsumen akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan dalam mengambil keputusan. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada tabel 15.

Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dlam Membeli dan mengkonsumsi Sayuran Organik.

Tingkat Keputusan Konsumen (Skor)

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1 dan 28)

(65)

5.2.3 Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.

Tingkat pendapatan konsumen sangat berkaitan erat dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan tingkat keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sayuran organik diuraikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.

Tingkat Keputusan Konsumen(Skor) No. Tingkat

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lmpiran 1 dan 28)

Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat 6 orang (16.22%) konsumen dengan tingkat pendapatan keluarga 5 juta - 10 juta mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Terdapat 15 orang (40.54%) konsumen dengan tingkat penghasilan > 10 juta-15 juta mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi.

5.2.4 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik.

(66)

Tabel 17. Hubungan Jumlah Tanggungan Konsumen dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran organik.

Tingkat Keputusan Konsumen (Skor) No. Jumlah

Tanggungan (orang)

Rendah (1 – 16)

Sedang (17 – 33)

Tinggi (34 – 50)

Jumlah

1. 1 – 3 1 (2.70%) 6 (16.22%) 10 (27.03%) 17 (45.95%) 2. 4 – 6 0 (0%) 9 (24.32%) 11 (29.73%) 14 (54.05%) Jumlah 1 (2.70%) 15 (40.54%) 21 (56.76%) 37(100%)

Sumber : Analisis Data Primer 2007 (Lampiran 1 dan 28)

Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat 10 orang (27.03%) konsumen dengan jumlah tanggungan 1 – 3 orang mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi. Terdapat 11 orang (29.73%)konsumen dengan jumlah tanggungan keluarga 4 – 6 orang mempunyai tingkat keputusan pada level tinggi.

5.3 Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Kota Medan.

Dari data-data yang telah dikumpulkan beserta keterangan-keterangan dari konsumen sayuran organik dan swalayan-swalayan yang menjual sayuran organik dapat dilakukan suatu analisis yakni dengan menggunakan SWOT Analisis terhadap strategi pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan.

5.3.1 Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha sayuran organik di Kota Medan adalah :

a. Peluang

- Kesadaran konsumen akan kesehatan.

(67)

dengan membeli dan mengkonsumsi sayuran organik itu penting untuk kesehatannya salah satunya sayuran organik dapat menurunkan berat badan. - Permintaaan sayuran organik meningkat terutama pada hari raya/ libur

Menurut konsumen 78.38 % setuju bahwa permintaaan sayuran organik meningkat terutama pada hari raya/ libur. Pada hari raya/ libur konsumen membeli dan mengkonsumsi sayuran organik lebih banyak dari hari biasanya karena saudara lebih banyak datang sehingga harus masak.

- Konsumen sayuran organik adalah golongan menengah ke atas/ yang berpendapatan tinggi.

Konsumen sayuran golongan menengah ke atas/ berpendapatan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan konsumen dan cara penampilan konsumen keseluruhan baik itu dari cara berpakaiannya yang bagus, penampilan berbicara dll. Pendapatan konsumen tinggi dapat dilihat dari lampiran ….

- Pasar yang berkembang.

Pasar yang berkembang dimaksud adalah sesuai dengan perkembangan zaman nantinya sayuran organik dapat dikenal, mampu dibeli dan dikonsumsi oleh semua masyarakat khususnya masyarakat di Kota Medan.

b. Ancaman

- Persaingan dengan harga sayuran nonorganik yang lebih murah.

Gambar

Tabel   Hal.
Gambar
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi eksisting HEC- RAS untuk debit kala ulang 10 tahun pada saluran drainase jalan Satria dapat dilihat bahwa terjadi genangan pada saluran S7

pengomposan dapat dilihat pada gambar 3.1 bahwa pada semua variasi kompos yang berbahan baku steril dengan semua variasi Mol tapai mengalami penurunan pH

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Z hitung adalah 1,76 dan Z tabel 1,74 dengan kesimpulan bahwa Z hitung P Z tabel yaitu 1,76 P 1,74 maka Ha diterima dan

Pada kasus ini dengan adanya perawakan pendek pada anak perempuan disertai pubertas terlambat, stigmata sindrom, dan bentuk tubuh disproporsionat diagnosis banding

Ginting (2010) menyatakan pupuk organik berasal dari penguraian bahan organik seperti daun-daun tanaman dan kotoran hewan. Pupuk organik memiliki beberapa macam,

Selain itu, perusahaan juga mengalami kesulitan dalam mengawasi proses pengiriman paket, terutama mengawasi petugas pengirim (sopir) dari perilaku yang merugikan perusahaan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data

Dendrogram karakter morfologi menunjukkan terdapat 3 kelompok yaitu potensi hasil (PH), jumlah gabah isi (JGI), jumlah gabah total (JGT), dan umur berbunga (UB) sebagai