Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
PENGARUH PENYULUHAN MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI
DI KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2009
S K R I P S I
Oleh :
NIM.051000087 MAYA MAULIDA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
PENGARUH PENYULUHAN MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI
DI KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2009
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM.051000087 MAYA MAULIDA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
PENGARUH PENYULUHAN MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI
DI KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM. 051000087 MAYA MAULIDA SARI
Telah Diuji dan Dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 01 Agustus 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes
NIP. 131862380 NIP.197002121995012001 Ernawati Nasution, SKM, MKes
Penguji II Penguji III
Dra. Jumirah, Apt, MKes
NIP. 195803151988112001 NIP. 132049788
Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi
Medan, Agustus 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK
Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009
Manajemen laktasi bertujuan untuk keberhasilan menyusui. Untuk keberhasilan pelaksanaan manajemen laktasi, diperlukan peran bidan untuk membantu ibu dalam menyusui. Dalam peranannya, bidan membutuhkan informasi yang benar dan sikap yang mendukung ibu dalam menyusui. Oleh karena itu, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui pendidikan kesehatan dengan memberikan penyuluhan manajemen laktasi pada bidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penyuluhan manajemen laktasi terhadap pengetahuan dan sikap bidan tentang manajemen laktasi di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan pretest-
posttest control group. Sampel penelitian terdiri dari 25 responden kelompok
perlakuan dan 25 responden kelompok kontrol. Responden adalah bidan dengan umur 23- 35 tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan pembagian leaflet. Analisis data dilakuakan dengan uji t tidak berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rerata skor pada pengetahuan bidan (Mean Difference = 10,2 p=0,000) dan sikap bidan (Mean Difference =2,88 p=0,000) tentang Manajemen laktasi sebelum dan sesudah penyuluhan.
Kesimpulannya adalah penyuluhan manajemen laktasi dengan metode ceramah dan pemberian leaflet berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan dan sikap bidan tentang Manajemen laktasi. Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen agar meningkatkan pelatihan bagi bidan tentang manajemen laktasi dengan metode ceramah dan pemberian leaflet.
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT
The Influence Of Lactation Management Education On Knowledge And Attitude of Midwife About Lactation management
Lactation management is one of the way used to be the successful in breastfeeding. Implementation of the lactation management required midwife to help mothers in breastfeeding. The midwife need the correct information and attitudes that support mothers in breastfeeding. Therefore, the way that can be done is through health education by providing of lactation management education on the midwivfe. The objective of this study was to analyze the influence of lactation management education on knowledge and attitudes of midwife about Lactation management in the Peusangan sub-district, Bireuen District.
This study was quasi experimental with pretest-posttest control group design done by oral communication and distribution of leaflets. Samples consisted of 25 treatment groups of respondents and 25 control group respondents who were midwifes in 23 - 35 years old. Sampling method used was purposive sampling. Data were analyzed by using independent sample t-test.
The results showed differences skors in the knowledge (MD= 10,2 p=0,000) and attitude (MD= 2,88 p=0,000) of the midwifes on Lactation management before and after lactation management education with level of significance 5% (p<0,005).
The conclusion of this study is the lactation management education with oral communication and leaflet distribution Influence to the knowledge and attitudes of midwifes about Lactation management significantly. Recommended to The Health Service of Bireuen District to provide training for midwifes on Lactation management by oral communication and leaflet distribution.
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Maya Maulida Sari
Tempat/Tgl. Lahir : Matangglumpang Dua/09 November 1987
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 6 (enam) orang
Orang tua
a. Ayah : Drs. Jailani abdullah
b. Ibu : Dra. Idawati
Alamat Rumah :Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen
A. Riwayat Pendidikan Formal
1. SD Negeri No.4 Matangglumpang Dua (1992 – 1998)
2. SLTP Negeri 1 Matangglumpang Dua (1998 – 2002)
3. SMU Negeri 1 Lhokseumawe (2002 – 2005)
4. FKM – USU (2005 – 2009)
B.Riwayat Pendidikan Non Formal
1. MOP HMI Komisarat FKM USU (2002)
2. Basic Training HMI Cabang Medan (LK-I) (2004)
3. Pelatihan Pertolongan Pertama & Kesiagaan Menghadapi
Bencana JOHANITER (2007)
4. Seminar Nasional IAKMI SUMUT (2009)
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
KATA PENGANTAR
Setinggi puji sedalam Syukur hanyalah bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan segala Nikmat, Rahmat dan Karunianya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul” Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi
terhadap Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Manajemen Laktasi di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009” adalah dedikasi penulis
kepada Ayahanda Drs. Jailani Abdullah dan Ibunda Dra. Idawati untuk cinta dan
kasih yang tak tergantikan yang diberikan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih atas Do’a, bantuan serta kehadiran
orang-orang yang diberkahi oleh sang Khalik di dalam kehidupan penulis sendiri
antara lain kepada :
1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, MKes selaku dosen penasehat Akademik
yang telah membimbing penulis selama mengikuti proses pembelajaran di FKM
USU.
3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat beserta seluruh Staf.
4. Ibu Dr.Ir Zulhaida Lubis, MKes dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes yang
sudah berkenan menjadi Dosen pembimbing serta orangtua yang baik bagi
penulis, tidak hentinya dengan penuh kasih sayang serta kesabaran selalu
memberikan kesempatan belajar bagi penulis.
5. Ibu Dr.Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi selaku penguji yang telah banyak
memberikan masukan serta saran demi kesempurnaan tulisan ini.
6. Bapak dr. Agusnaidi, selaku Kepala Puskesmas Peusangan yang telah berkenan
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian karya akhir
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
7. Bapak H.Nawawi dan Ibu Hj.Zahara (Pak Wa dan Bunda) yang tidak terkira
limpahan kasih sayang, bimbingan serta dukungan kepada penulis selama jadi
mahasiswa jauh dari orang tua.
8. Teristimewa untuk Raja ku yang telah memberi cinta, kasih sayang, perhatian,
ilmu dan motivasi sehingga penulis lebih sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Abang/kakak dan tante ku (Bang Paol, Kak Lia, dan Cut Bunda). Terima kasih
telah banyak memberi warna dalam kehidupanku dikala susah maupun senang
tetap menjadi saudara yang mengerti dan memahami.
10.Adik-adik ku dan Sepupu ku Zizi yang telah menghibur hati penulis dengan
senyum, canda dan tawa.
11.Sobat-sobat ku (Helfa Lubis, Astri, Atun), selama ini telah menjadi
saudara-saudara ku yang paling mengerti dan terima kasih kalian sudah menjadi bagian
dari keseharian ku selama ini dan meluangkan waktu untuk menghilangkan
penat bersama penulis.
12.Teman-teman seperjuangan stambuk 2005, terima kasih banyak atas bantuan,
dukungan serta semangat yang diberikan.
Akhirnya pada kesempatan yang istimewa ini penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah turut memberikan perhatian kepada
penulis.
Medan, Agustus 2009
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup Penulis... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar... xi
Daftar Lampiran... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan ... 5
1.3.1.Tujuan Umum ... 5
1.3.2.Tujuan Khusus ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. Manajemen Laktasi... 7
2.1.1. Langkah Kegiatan Manajemen Laktasi ... 7
2.1.1.1. Periode Masa Kehamilan ... 7
2.1.1.2. Periode Segera Setelah Lahir ... 12
2.1.1.3.Masa Pasca Persalinan ... 14
2.2. Penyuluhan ... 17
2.2.1.Pengertian Penyuluhan Kesehatan ... 17
2.2.2.Proses Adopsi Dalam Penyuluhan ... 18
2.2.3.Metode dan Media penyuluhan ... 19
2.2.3.1.Metode Penyuluhan... 19
2.2.3.2.Media Penyuluhan ... 21
2.2.4.Penyuluhan sebagai Proses Perubahan Perilaku ... 23
2.2.5.Kekuatan yang Mempengaruhi Penyuluhan... 25
2.3. Konsep Perilaku ... 26
2.4.1.Pengetahuan ………... ... 27
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN... 34
3.1. Jenis Penelitian ... 35
3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 35
3.3. Populasi dan Sampel ... 35
3.3.1 Populasi ... 35
3.3.2 Sampel ... 35
3.4. Instrumen Penelitian ... ... 37
3.5.Metode pengumpulan data ... ... 37
3.6.Aspek Pengukuran... 37
3.7.Uji Validitas dan Reliabilitas... 39
3.8. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian ... 39
3.8.1.Tahap persiapan... ... 39
3.8.2.Tahap pelaksanaan... ... 40
3.8.3.Tahap akhir... ... 41
3.9. Analisis Data ... ... 41
3.10. Variabel Penelitian ... 41
3.11. Definisi Operasional ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN...43
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...43
4.1.1. Letak Geografis ... ... 43
4.1.2. Data Demografi ... 43
4.2 Karakteristik Responden... 44
4.3.1 Umur Responden... 44
4.3.2 Lama Bekerja ... 45
4.4 Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang ASI Eksklusif ... 51
4.5.1 Pengetahuan ... 51
4.5.2 Sikap... 51
BAB V PEMBAHASAN ... 53
5.1 Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan BidanTentang ASI Eksklusif ... 53
5.1.1 Pengetahuan Bidan Tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan ... 53
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
5.2 Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Sikap Bidan
Tentang ASI Eksklusif ... 56
5.1.1 Sikap Bidan Tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan ... 56
5.1.2 Sikap Bidan Tentang ASI Eksklusif Setelah Diberikan Penyuluhan ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
6.1 Kesimpulan ... 59
6.2 Saran ... 59
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Sampel berdasarkan wilayah kerja... 36 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik ... .44 Tabel 4.2 Perbandingan Rerata Nilai Skor Pretest Dan Postest
Pengetahuan Kelompok Perlakuan dengan Kontrol……… 51 Tabel 4.3 Perbandingan Rerata Nilai Skor Pretest Dan Postest
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Grafik distribusi responden berdasakan pre-test dan post-test
pengetahuan………. ... .46 Gambar 4.2. Grafik skor pre-test dan post-test pengetahuan responden
kelompok perlakuan………... 47 Gambar 4.3. Grafik skor pre-test dan post-test pengetahuan responden
kelompok kontrol………... 48 Gambar 4.4. Grafik distribusi responden berdasakan pre-test dan post-test
Sikap……..………. .. . 49 Gambar 4.5. Grafik skor pre-test dan post-test sikap responden
kelompok perlakuan ………... 50 Gambar 4.6. Grafik skor pre-test dan post-test sikap responden kelompok
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.01 Daftar Pernyataan (Kuesioner) Pengetahuan dan Sikap tentang ASI
Eksklusif
Lampiran.02 Leaflet Penyuluhan
Lampiran.03 Daftar Responden (Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol)
Lampiran.04 Rekapitulasi Hasil Pre-test Pengetahuan Kelompok Perlakuan
Lampiran.05 Rekapitulasi Hasil Pre-test Sikap Kelompok Perlakuan
Lampiran.06 Rekapitulasi Hasil Pre-test Pengetahuan Kelompok Kontrol
Lampiran.07 Rekapitulasi Hasil Pre-test Sikap Kelompok Kontrol
Lampiran.08 Rekapitulasi Hasil Post-test Pengetahuan Kelompok Perlakuan
Lampiran.09 Rekapitulasi Hasil Post- test Sikap Kelompok Perlakuan
Lampiran.10 Rekapitulasi Hasil Post-test Pengetahuan Kelompok Kontrol
Lampiran.11 Rekapitulasi Hasil Post-test Sikap Kelompok Kontrol
Lampiran.12 Out Put SPSS Hasil Data Karakteristik Responden
Lampiran.13 Out Put SPSS Hasil Independent t-test
Lampiran.14 Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran.15 Surat Ijin Penelitian dari fakultas Kesehatan Masyarakat
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia dengan menetapkan beberapa sasaran pembangunan
berwawasan kesehatan yang salah satunya adalah dengan meningkatkan jumlah ibu
hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan,
meningkatkan jumlah bayi yang memperoleh imunisasi lengkap, serta meningkatkan
jumlah bayi yang memperoleh ASI eksklusif (Depkes RI,1999).
ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi karena mengandung gizi
yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Program pemberian ASI merupakan prioritas
karena mempunyai dampak yang sangat luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi,
manfaat dan keunggulan ASI perlu ditunjang dengan pemberian ASI yang benar yaitu
pemberian hanya ASI sampai berusia enam bulan atau yang dikenal ASI Eksklusif
(Depkes RI, 2002).
Pelaksanaan program ASI Eksklusif melalui kegiatan Manajemen Laktasi
bertujuan meningkatkan upaya pemberian ASI secara baik dan benar. Dampak dari
kegiatan manajemen laktasi pada perinatal sangatlah besar karena merupakan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
kesehatan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya cara menyusui bayi (Depkes RI,
2001).
Pelaksanaan menyusui secara Eksklusif di Indonesia tidak seperti yang
diharapkan. Menurut Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun
2002-2003, jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya
mencakup 64% dari total bayi seluruhnya. Faktor pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung pemberian ASI adalah masalah utama
dalam rendahnya pemberian ASI Eksklusif (Anonim, 2005). Hasil penelitian di
Bogor tahun 2001 menunjukkan bahwa petugas kesehatan kurang mendukung ibu
dalam memberikan ASI.
Peranan petugas kesehatan khususnya bidan dalam penerangan mengenai
pemberian ASI yang pertama keluar (kolostrum), cara merawat dan membersihkan
payudara, memberi penerangan agar ibu tidak memberi susu kaleng kepada
bayi/anak, makanan yang bergizi untuk ibu menyusui serta menolong ibu menyusui
mengatasi kesulitan-kesulitan sehingga penyelenggaraan laktasi dapat berjalan
dengan baik (Soetjiningsih, 1997).
Berbagai penelitian menunjukkan dalam meningkatkan pemberian ASI
ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah
keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses. Para ibu lebih
patuh dan menurut pada nasihat dan bimbingan petugas kesehatan yang dalam hal ini
adalah bidan. Tugas ini hanya akan berdampak positif bila petugas kesehatan sendiri
berpengetahuan cukup mengenai cara memberikan informasi serta mendidik ibu dan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Akan tetapi sering kali kenyataan yang ditemui petugas kesehatan tidak
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pemberian ASI dan hanya memiliki
sedikit pengalaman untuk dapat memberi dukungan pada ibu. Hasil penelitian di
Kabupaten Bengkalis terdapat 71,4 % petugas kesehatan belum pernah mendapatkan
pelatihan Manajemen Laktasi dan hanya 28,6 % yang melaksanakan manajemen
laktasi pada pelayanan perinatal berkategori tinggi (Latifah, 2007).
Berhasil atau tidaknya ibu menyusui di tempat pelayanan bersalin juga sangat
dipengaruhi oleh sikap dan tindakan petugas kesehatan yang akan membantu ibu
bersalin melakukan penyusuan dini. Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif secara
pasif, sikap yang indifferent yang dinyatakan dengan tidak menganjurkan dan tidak
membantu bila ada kesulitan laktasi kemudian sikap ragu-ragu mengenai indikasi dan
kontradiksi menyusui serta tindakan petugas kesehatan yang menasihatkan ibu dan
menganjurkan ibu untuk memberikan susu botol dengan alasan kesulitan menyusui
(Soetjiningsih, 1997).
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu dari 28 Kabupaten yang ada di
Propinsi Aceh yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara, jumlah
penduduk Kabupaten ini adalah 377.715 jiwa. Terdapat 17 Kecamatan di Kabupaten
ini, dengan Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan Peusangan yaitu
43.623 jiwa. Dari hasil survey awal di Kecamatan ini terdapat 1 Puskesmas sebagai
pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang menjangkau 69 desa. Di Kecamatan ini
terdapat jumlah bayi < 1 tahun berjumlah 912 bayi sesuai dengan data puskesmas
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Eksklusif atau sebesar 8,7 %. Hal ini terlihat sangat jelas bahwa pemberian ASI
Eksklusif masih rendah (Profil Kesehatan Kabupaten Bireuen, 2008).
Melalui pengamatan peneliti dalam survei pendahuluan di Kecamatan
Peusangan diketahui bahwa, bidan kurang memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh ibu seperti cara menyusui yang baik dan benar, sikap bidan yang menyarankan
ibu memberikan susu formula jika ASI tidak keluar pada minggu pertama kelahiran,
serta bidan kurang membantu ibu jika mengalami kesulitan menyusui.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan serangkaian
kegiatan edukasi bagi bidan dengan tujuan meningkatkan cakupan pemberian ASI
Eksklusif. Salah satu kegiatannya adalah penyuluhan Manajemen Laktasi dengan
metode ceramah dan pemberian leaflet.
1.2 Permasalahan
Dengan memperhatikan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan Manajemen Laktasi
terhadap pengetahuan dan sikap bidan tentang manajemen Laktasi di Kecamatan
Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan Manajemen Laktasi terhadap
pengetahuan dan sikap bidan tentang Manajemen Laktasi di Kecamatan Peusangan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap bidan di Kecamatan Peusangan
tentang ASI Eksklusif sebelum dilakukan penyuluhan Manajemen Laktasi.
2. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap bidan di Kecamatan Peusangan
tentang ASI Eksklusif setelah dilakukan penyuluhan Manajemen Laktasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan Manajemen Laktasi terhadap
pengetahuan bidan di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen tentang ASI
Eksklusif
4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan Manajemen Laktasi terhadap sikap
bidan di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen tentang ASI Eksklusif.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pihak petugas kesehatan khususnya bidan di Kecamatan
Peusangan dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif.
2. Sebagai masukan bagi masyarakat khususnya kelompok ibu-ibu di Kecamatan
Peusangan agar lebih memperhatikan pentingnya penggunaan ASI Eksklusif pada
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Laktasi
Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara pemberian yang baik dan benar.
Terdapat 3 hal penting bagi berhasilnya laktasi yaitu (i) ibu yang menyusui yang
padanya mekanisme fisiologik menyebabkan payudara membentuk air susu, (ii) bayi
dengan refleks yang dibawanya sejak dari kandungan yang memungkinkan dia untuk
mendapat ASI dan (iii) seorang pembantu bagi ibu yang dapat menolong
menumbuhkan lingkungan yang tepat dan bertindak selaku katalisator sehingga
proses fisislogik pada ibu dan bayi dapat berjalan bersama dan bekerja dengan serasi
(Depkes RI, 2002).
Keberhasilan laktasi sangat memerlukan perhatian terhadap hal-hal yang lebih
rinci seperticara memegang bayi, posisi ibu pada waktu menyusui, perhatian pada
puting susu, reaksi dan respon bayi, pemberian segera setelah lahir, pemanfaatan
kolostrum dan sebagainya ( Soetjiningsih, 1997).
Untuk itu perlu persiapan menyusui pada masa kehamilan yang merupakan
hal penting sebab dengan persiapan yang lebih maka ibu lebih siap untuk menyusui
bayinya. Demikian pula suatu pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas harus mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil
yang dapat menunjang keberhasilan menyusui ( Depkes RI, 2005).
Segala tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Tujuan dari Manajemen Laktasi adalah meningkatkan penggunaan ASI Eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan melalui fasilitas sayang bayi (Depkes RI, 2005).
2.1.1 Langkah Kegiatan Pelaksanaan Manajemen Laktasi 2.1.1.1 Periode Masa Kehamilan
Pelayanan kesehatan diberikan pada masa antenatal yaitu pelayanan pada
setiap ibu hamil yang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut ( Depkes RI, 2005):
1. Persiapan Psikologis
Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis yang dilakukan
sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau sikap yang
positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi pada saat kehamilan atau bahkan
jauh sebelumnya. Pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan
menyusui dalam keluarga atau dikalangan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya
tentang manfaat ASI, juga sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak)
berpengaruh terhadap keputusan ibu. Dukungan bidan atau petugas kesehatan
lainnya, teman atau kerabat dekat sangat dibutuhkan, terutama untuk ibu yang baru
pertama kali hamil.
Bidan atau petugas kesehatan lainnya harus dapat memberikan perhatian dan
memperlihatkan pengertian terhadap kondisi atau situasi ibu. Langkah - langkah
persiapan ibu agar secara mental siap menyusui adalah :
1. Memberikan dorongan pada ibu dengan meyakinkan bahwa setiap ibu
mampu menyusui bayinya. Kepada ibu dijelaskan bahwa persalinan dan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
2. Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI.
3. Membantu ibu mengatasi keraguannya karena pernah bermasalah ketika
menyusui pada pengalaman sebelumnya atau mungkin ibu ragu karena
mendengar ada pengalaman menyusui yang kurang baik, yang dialami oleh
kerabat atau keluarga lainnya.
4. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam
keluarga. Pesankan bahwa ibu harus cukup istirahat, yang diperlukan untuk
kesehatannya sendiri dan bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas
dalam keluarga
5. Memberi kesempatan ibu untuk bertanya setiap ia membutuhkannya. Bidan
dan petugas kesehatan lainnya harus dapat memperlihatkan perhatian dan
kesediaannya untuk membantu ibu. Sikap tersebut akan dapat
menghilangkan keraguan atau ketakutan ibu untuk bertanya tentang
masalah yang sedang dihadapinya ( Perinasia, 2004).
2. Pemeriksaan Payudara
Pada masa kehamilan payudara ibu perlu diperiksa untuk mengetahui
keadaan payudara sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui. Penemuan
adanya kelainan payudara secara dini diharapkan dapat dikoreksi agar ketika
menyusui nanti bisa lancar. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan
pertama ibu ketika memeriksakan kehamilannya (Depkes RI, 2005).
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara (Perinasia, 2004) :
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
a. Payudara ( ukuran dan bentuk, kontur atau permukaan dan warna
kulit)
b. Areola ( ukuran dan bentuk dan permukaan )
c. Puting susu (ukuran dan bentuk, permukaan dan warna)
2. Palpasi
a. Konsistensi
b. Massa
c. Puting susu
Jika dari inspeksi dan palpasi ditemukan kelainan maka sebaiknya segera
ditangani atau dikonsultasikan pada dokter ahli kebidanan atau ahli bedah
(Soetjiningsih, 1997). Jika dari pemeriksaan puting susu didapatkan puting susu yang
terbenam, maka puting susu dapat dikoreksi dengan Gerakan Hoffman.
Gerakan Hoffman dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Letakkan kedua telunjuk berlawanan disamping puting
2. Tarik kedua telunjuk menjauh puting
3. Ulangi gerakan beberapa kali dengan letak telunjuk dipindah berptar
sekeliling puting
3. Pemantauan Berat Badan
Persiapan pembentukan ASI sudah dimulai sejak awal kehamilan. Status
nutrisi ibu dalam kehamilan mempengaruhi proses laktasi. Upaya dalam memantau
keadaaan kesehatan dan gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan pemantauan kenaikan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
kebutahan zat gizi yang dibutuhkan untuk zat gizi dalam ASI, zat gizi untuk produksi
ASI dan zat gizi untuk kesehatan ibu sendiri (Husaini, 1998).
Ibu hamil dengan nutrisi yang adekuat mendapat kenaikan berat badan yang
cukup baik yaitu rata-rata- 10- 12,5 kg selama kehamilan. Pola kenaikan berat badan
kehamilan yaitu 700- 1400 g dalam trisemester I, dan 340-400g per minggu dalam
trisemester II dan III ( Depkes RI, 2005).
Penambahan berat badan sebaiknya dievaluasi per smester. Karena
penambahan per trisemester jauh lebih penting daripada secara keseluruhan.
Kenaikan berat badan berlebihan maupun yang kurang merupakan tanda yang kurang
baik
( Perinasia, 2004).
4. Pemberian KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi)
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting
karena dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui
bayinya. Untuk itu ibu hamil sebaiknya diberikan pengertian dan bimbingan melalui
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). Berkomunikasi dengan ibu adalah salah
satu cara yang dapat membantu ibu melalui percakapan sehingga menimbulkan
keyakinan diri untuk menyusui bayi (Perinasia, 2004).
Salah satu penyebab menurunnya pemberian ASI adalah faktor kurangnya
petugas kesehatan memberikan penerangan atau dorongan tentang manfaat dan
keunggulan ASI dan bahaya susu botol kepada masyarakat (Soetjiningsih, 1997).
Air Susu Ibu ( ASI ) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
yang berguna sebagai makanan bayinya. Air susu ibu merupakan makanan yang
mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus
dengan temperatur yang sesuai dengan bayi. Air susu ibu memiliki kandungan zat
gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti
infeksi. Oleh karena itu, Air Susu Ibu merupakan satu-satunya makanan terbaik dan
paling cocok untuk bayi ( Depkes RI, 2005).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6
bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti
susu formula, air jeruk, air teh, air putih. Pada pemberian ASI Eksklusif bayi juga
tidak diberikan makan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur nasi, tim dan
sebagainya. ASI Eksklusif diharapkan dapat diberikan sampai enam bulan. Pemberian
ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam bulan tanpa
makanan pendamping. Diatas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan
tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun (Perinasia,
2004).
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai
dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2000).
Air susu ibu bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan
yang terdiri dari sel-sel yang hidup.ASI mengandung sel darah putih, antibodi,
hormon, faktor- faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
ada sel hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, dan juga tidak
mengandung faktor pertumbuhan (Roesli, 2000).
Bayi yang diberikan susu formula sangat rentan terserang penyakit seperti
infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran pernafasan, meningkatnya resiko alergi,
meningkatnya resiko serangan asma, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif,
obesitas, meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatnya
risiko infeksi yang bersal dari susu formula yang tercemar, meningkatnya kurang gizi
karena pemberian susu yang diencerkan serta meningkatkan resiko kematian (Roesli,
2008).
2.1.1.2. Periode segera setelah Bayi Lahir
Dalam waktu 30 menit pertama setelah bayi lahir, ibu dibantu dan dimotivasi
agar mulai kontak dengan bayi ( skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi.
Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya
bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah. Refleks hisap bayi paling kuat
adalah pada jam-jam pertama setelah lahir, setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir
tidak bermasalah maka sesegera mungkin dalam waktu 30 menit setelah kelahiran.
(Depkes RI, 2002). Permulaan menyusu segera setelah lahir dinamakan inisiasi
menyusui dini. Pada periode ini bayi mulai menyusu sendiri dengan cara merangkak
mencari payudara atau the breast crawl (Roesli, 2008).
Inisiasi menyusui dini merupakan kegiatan yang dilakukan pada periode
segera setelah lahir. Kontak kulit ibu dan bayi sangat perlu dilakukan. Pentingnya
kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan menyusu sendiri dalam satu jam
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
lebih baik pada 1-2 jam pertama. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih
berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui karena hentakan kepala bayi
ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang merangsang pengaliran ASI ke payudara (Roesli, 2008).
Praktek menyusui dini umumnya dalam pelaksanaannya kurang tepat,
seperti berikut (Roesli, 2008):
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialaskan kain kering
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain. Tali pusat dipotong, lalu diikat
3. Bayi dibungkus (dibedong) karena takut kedinginan
4. Bayi diletak di dada ibu selama 10-15 menit dalam keadaan di bedong
5. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting
susu ibu ke mulut bayi
6. Bayi dibawa ke kamar pemulihan untuk ditimbang, diukur dan di azankan.
Langkah- langkah inisiasi menyusui dini yang dianjurkan sebagai berikut
(Roesli, 2008) :
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alaskan kain kering
2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya
3. Tali pusat dipotong lalu diikat
4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
5. Bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu dengan kontak kulit ibu dan
bayi. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu dan mulai menyusu dini minimal
1 jam
6. Setelah 1 jam bayi ditimbang lalu diukur
7. Rawat gabung ibu dan bayi 24 jam.
2.1.1.3. Masa Pasca Persalinan (neonatal)
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah,
hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana,
misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui. Isapan bayi
mengakibatkan puting terasa nyeri dan keadaan ibu yang lebih peka dalam emosi
terlebih pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk itu seorang ibu butuh
seseorang yang dapat membantunya membimbing merawat bayi termasuk dalam
menyusui seperti petugas kesehatan, kelompok ibu-ibu pendukung ASI, suami,
keluarga atau kerabat lain (Soetjiningsih, 1997).
Uraian kegiatan pada fase neonatal adalah pelaksanaan rawat gabung dan
pemberian komunikasi informasi dan edukasi,tentang (Soetjiningsih, 1997):
1. Rawat Gabung
Agar terbentuk hubungan erat ( bonding ) antara ibu dan bayi, maka segera
setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung adalah suatu cara
perawatan ibu dan bayi baru lahir tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi adalah sebagai berikut:
1) Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya dan menyusui setiap saat
kapan saja bayinya menginginkannya
2) Bila ibu dekat dengan bayi, maka bayi dapat disusui dengan frekuensi
lebih sering sehingga bayi mendapat nutrisi alami yang paling baik
3) Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan terjalin proses
lekat akibat sentuhan badannya antara ibu dan bayi
4) Dengan rawat gabung ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna
yaitu mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit
5) Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini
mungkin. Hal tersebut merupakan suatu penghematan anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu buatan, botol susu, dot serta peralatan
lainnya. Beban bidan dan perawat lebih ringan karena ibu berperan lebih
besar
6) Ibu dapat mengamati bayinya sendiri sehingga bila ada perubahan fisik
atau perilaku bayi dapat diketahui lebih cepat
2. Cara menyusui yang baik dan benar
1) Posisi dan perlekatan menyusui
2) Langkah- langkah menyusui yang baik dan benar
a.Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebgai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
1)Ibu duduk atau berbaring. Bayi dipegang pada belakang bahunya
dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
(kepala tidak boleh mengadah, bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan )
2)Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu
3)Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala menghadap
payudara
4)Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
5)Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
c.Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja
d.Bayi diberikan rangsangan agar membuka mulut
e.Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi dedekatkan ke
payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi
3. Masalah – masalah yang mungkin timbul dalam proses menyusui
Masalah pada bayi maupun ibu selalu berkaitan dengan Manajemen Laktasi
sehingga dengan Manajemen Laktasi yang baik masalah-masalah yang biasa
ditemukan dapat diatasi. Masalah-masalah yang bisa ditemukan pada proses
menyusui dan cara penanggulangannya antara lain (Soetjiningsih, 1997) :
1) Puting susu datar atau terbenam
Puting susu datar atau terbenam dapat diatasi dengan membiarkan bayi
mengisap sedini mungkin dan mencoba berbagai posisi untuk mendapatkan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
2) Puting lecet
Masalah ini dapat diatasi dengan terus memberikan ASI. Puting dapat
diolesi dengan ASI bukan dengan krem, obat atau lain-lain. Untuk puting
susu yang sakit dapat diistirahatkan 2 x 24 jam tetapi ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan buakan dengan pompa.
3) Payudara Bengkak
Payudara bengkak terjadi pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara
sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke
payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.
Cara mengatasinya yaitu menyusui dini, bila bayi sukar menghisap
keluarkan ASI dengan tangan atau pompa ASI, kompres dingin untuk
mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri,untuk
melancarkan aliran darah payudara.
4) Mastitis atau peradangan payudara
Payudara bengkak yang tidak disusui akan berlanjut kepada mastitis yaitu
payudara bengkak kemerahan, keras, dan berbenjol-benjol. Dapat diatasi
dengan terus menyusui sesering mungkin, kompres panas, mengubah posisi
menyusui, penyanggah payudara yang longgar, istirahat yang cukup dan
makanan yang bergizi.
2.2. Penyuluhan
2.2.1. Pengertian penyuluhan kesehatan
Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
“bagaimana”, sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Dalam uraian
berikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. Ia merupakan upaya
perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan
edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik ,
terancana dan terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau
masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor
sosial-ekonomi-budaya setempat. Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai
pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi
antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan
masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka penyuluhan gizi adalah
suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu/masyarakat yang
diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi baik (Suhardjo, 2003).
Berbicara tentang penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran
penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik dan mengikuti apa yang kita
suluhkan dengan baik dan benar dan atas kesadarannya sendiri berusaha untuk
menerapkan ide-ide baru tersebut dalam kehidupannya.
2.2.2 Proses Adopsi dalam Penyuluhan
Menurut Wiriaatmaja yang dikutip oleh Lucie (2005), indikasi yang dapat
dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
1. Tahap sadar (awareness), pada tahap ini seorang sudah mengetahui sesuatu
yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.
2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih
banyak tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari
keterangan atau informasi yang lebih terperinci.
3. Tahap menilai (evaluation), pada tahap ini seseorang mulai menilai atau
menimbang-nimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan
diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung, baik dari segi
sosial maupun ekonomis.
4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau
mencoba dalam skala kecil sebagai upaya mencoba untuk meyakinkan apakah
dapat dilanjutkan.
5. Tahap penerapan atau adopsi (adoption), pada tahap ini seseorang sudah yakin
akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.
2.2.3. Metode dan Media Penyuluhan 2.2.3.1. Metode Penyuluhan
Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan
seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat
tergantung kepada tujuan khusus yang ingin di capai.
Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode
penyuluhan ada tiga :
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh.
Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin
dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi
dan membimbing sasaran secara individu, selain itu juga membutuhkan banyak
tenaga penyuluh dan mambutuhkan waktu yang lama.
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara
kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk
melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam
pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer
informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan
dalam kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik, dan
interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun
pengaruh terhadap prilaku dan norma anggotanya.
Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah
dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah.
3. Metode berdasarkan pendekatan massa
Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah
banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun
terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses
perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam prilaku. Yang termasuk
dalam metode ini antara lain rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film,
surat kabar dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok
dengan cara ceramah untuk melakukan penyuluhan Manajemen Laktasi, dengan
tujuan terjadinya proses perubahan prilaku ke arah yang diharapkan melalui peran
aktif sasaran penyuluhan dalam memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta
adanya saling tukar informasi dan pengalaman sesama peserta penyuluhan.
2.2.3.2. Media Penyuluhan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan pesan kesehatan sangat
bervariasi, antara lain :
1. Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang
dilipat.
Keuntungan menggunakan antara lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau
dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan,
mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan
kelompok sasaran
Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu tidak cocok untuk
sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan
menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses
penggandaan yang baik.
2. Flif chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di
mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaram baliknya berisi kalimat
sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.
Keunggulan menggunakan media ini antara lain; mudah dibawa, dapat dilipat
ataupun digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit.
Kelemahan dari media ini adalah terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif
besar, serta mudah robek dan tercabik
3. Film dan Video
Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan realita
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif
kecil dan sedang, dapat dipakai untuk belajar mandiri dan penyesuaian oleh sasaran,
dapat dihentikan ataupun dihidupkan kembali, serta setiap episode yang dianggap
penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan
yang gelap
Sementara itu kelemahan media ini antara lain memerlukan sambungan listrik,
peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat
pemutar, membutuhkan ahli yang profesional agar gambar mempunyai makna dalam
sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya.
4. Slide
Keunggulan media ini antara lain dapat memberikan berbagai realita
walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan
pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan.
Sedangkan keterbatasan menggunakan media ini antara lain memerlukan sambungan
listrik, peralatannya beresiko mudah rusak, dan memrlukan ruangan yang sedikit
gelap.
5. Transparansi OHP
Keunggulan menggunakan OHP sebagai media penyuluhan adalah dapat
dipakai untuk mencatat point-point penting saat diskusi sedang berjalan, murah dan
efisien karena alatnya mudah didapat dan dibuat serta tidak memerlukan ruangan
yang gelap, dapat digunakan untuk sasaran yang relatif kecil maupun besar,
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Sementara itu kelemahan dari media ini adalah memerlukan aliran listrik,
sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual, lensa OHP dapat menghalangi
pandangan kelompok sasaran apabila pengaturan tempat duduk komunikan yang
tidak baik.
6. Papan Tulis
Keunggulan menggunakan papan tulis yaitu ; murah dan efisien, baik untuk
menjelaskan sesuatu, mudah dibersihkan dan digunakan kembali, tidak perlu ruang
gelap. Kelemahannya adalah terlalu kecil untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar,
tidak efektif karena penyuluh harus membelakangi kelompok sasaran saat sedang
menulis sesuatu, terkesan kotor apabila tidak dibersihkan dengan baik
Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih leaflet sebagai media dalam
penyuluhan karena keunggulannya serta sedikitnya faktor keterbatasan yang dimiliki.
2.2.4 Penyuluhan sebagai Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan
perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan.
Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku adalah penyuluhan
yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan prilaku dituntut agar sasaran
berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun
diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut
suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun
sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan
waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan
berkesinambungan (Lucie, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus
mengikuti tahap-tahap proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
dan praktek (pratice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode
penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya
perubahan perilaku.
2.2.5. Kekuatan yang mempengaruhi penyuluhan
Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan prilaku melalui suatu kegiatan
pendidikan nonformal. Oleh karena itu selalu saja ada berbagai kendala dalam
pelaksanaanya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor atau kekuatan yang
mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan, di
antaranya sebagai berikut :
1. Keadaan pribadi sasaran
Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan adalah ada
tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam melakukan suatu perubahan.
Berikutnya, adanya ketakutan atau trauma di masa lampau yang berupa
ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman ketidakberhasilan atau
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
pengetahuan, keterampilan dana, sarana, dan pengalaman, serta adanya perasaan puas
dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan.
2. Keadaan lingkungan fisik
Yang dimaksud lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang
berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan
penyuluhan.
3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat
Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabla kondisi sosial budaya di
masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan, karena kondisi sosial budaya
merupakan suatu pola prilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga
masyarakat dan diteruskan secara turun temurun, dan akan sangat sulit merubah
prilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.
4. Keadaan dan macam aktivitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang
kegiatan penyuluhan
Ada tidaknya peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan
menentukan efektivitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh
masyarakat.
2.3. Konsep Perilaku
Perilaku menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Jika dikaitkan dengan manusia
sebagai pelakunya maka perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulasi yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini berbentuk dua macam, yakni:
bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, berpendapat,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan, oleh sebab itu perilaku mereka ini masih
terselubung (covert behavior); bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat
diobservasi secara langsung. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam
bentuk tindakan nyata, maka disebut overt behavior.
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa Bloom (1980) membaginya menjadi
ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah
psikomotor (psychomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge)
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (attitude)
3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang akan terjadi setelah seseorang
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
mencium, merasa, dan juga meraba. Namun sebagian besar pengetahuan itu sendiri
diperoleh melalui mata dan telinga jadi dengan kata lain dari hasil mendengar dan
juga melihat (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan
seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang ada, ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoadmojo, 1993). Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus
tahu terlebih dahulu apa arti/manfaat perilaku tersebut (Notoadmojo, 2003).
Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif ada 6 tingkatan (Notoadmojo,
2003) yaitu:
1. Tahu ( know) atau mengetahui adalah mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari sesuatu bahan yang sudah dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengaetahuan yang paling
rendah.
2. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (aplication) adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan sutu materi atau
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Didalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkataan – tingkatan diatas (Notoadmodjo, 2003).
2.3.2 Sikap
Setelah seseorang mengetahui objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah
memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Jadi sikap adalah
pandangan, pendapat, tanggapan ataupun penilaian dan juga perasaan seseorang
terhadap stimulus atau objek yang disertai dengan kecendrungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap objek tadi (Notoadmojo, 2003).
Selanjutnya, Notoadmojo (2003), menguraikan sikap dalam tiga komponen,
yaitu komponen kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan konsep,
komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang dan komponen
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
Sikap ini terdiri dari empat tingkatan, yakni:
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulasi yang diberikan oleh objek
2. Merespon (responding) merupakan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah merupakan indikasi dari sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible) merupakan sikap yang paling tinggi, sikap
yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala
resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara tidak langsung dan secara langsung
bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek berupa
ungkapan setuju, tidak setuju dan ragu-ragu (Notoadmodjo, 2003).
2.4. Bidan
Menurut IBI (1999) bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti
pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktek
kebidanan.
Berdasarkan ICM 2005 yang dikutip oleh Soepardan (2006) bidan dikenal
sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
periode persalinan dan postpartum, melakukan pertolongan persalinan di bawah
tanggungjawabnya sendiri serta memberikan perawatan pada bayi baru lahir dan bayi.
Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya untuk wanita tapi juga keluarga dan masyarakat.
2.4.1. Tugas dan Fungsi Bidan
Berdasarkan surat edaran Dirjen Binkesmas no. 278/BM/DJBKK/1994 yang
dikutip IBI (1999) tentang tugas pokok bidan yaitu:
a. Melaksanakan pelayanan KIA khususnya dalam mendukung pelayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas, pelayanan kesehatan bayi, anak balita
serta pelayanan KB
b. Mengelola program KIA dan memantau pelayanan KIA berdasarkan data riil
sasaran dengan penggunaan pemantauan wilayah setempat KIA
c. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk berperilaku sehat
Menurut Soepardan (2006) fungsi bidan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi pelaksana dalam bimbingan dan penyuluhan,asuhan kebidanan,
persalinan normal, perawatan bayi normal atau beresiko tinggi, pelayanan KB,
pemeliharaan kesehatan ibu menyusui, dan pelayanan kesehatan balita dan anak
prasekolah
2. Fungsi pengelola dalam mengembangkan konsep kegiatan pelayanan
kebidanan, menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan, memimpin
koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan, melakukan kerja sama komunikasi
inter- dan antarsektor serat memimpin evaluasi hasil kegiatan pelayanan
Maya Maulida Sari : Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Manajemen Laktasi Di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2009, 2009.
3. Fungsi pendidik dalam memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga dan
masyarakat, membimbing dan melatih dukun bayi, bimbingan kepada peserta
didik bidan, dan mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan bidang keahlinnya
2.4.2. Peran Bidan Dalam Keberhasilan Ibu Menyusui
Menyusui adalah suatu cara yang tiada duanya dalam memberikan makanan
ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai
pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Oleh
karena itu, dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja pada pelayanan
kesehatan diharapkan melakukan segala upaya untuk melindungi, meningkatkan dan
mendukung menyusui serta memberikan penyuluhan dan nasihat yang objektif dan
konsisten pada ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan tentang masalah ASI dan
menyusui (WHO, 2000).
Agar menyusui dapat berhasil dimulai dan dimantapkan, ibu memerlukan
dukungan yang aktif selama hamil dan selanjutnya setelah melahirkan. Dukungan ini
bukan hanya dari keluarganya dan masyarakat, melainkan juga dari petugas
kesehatan. Semua petugas kesehatan terutama bidan yang memberi pelayanan pada
ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan diwajibkan untuk meningkatkan pemberian
ASI dan dapat memberi peyuluhan yang benar dengan memperagakan pengetahuan
praktis dalam penatalaksanaan menyusui.
Peranan petugas kesehatan yang sangat penting dalam melindungi,