• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Tentang Pertumbuhan Dan Produksi Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan Dan Pengaturan Penanaman Di Lapangan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG (Solanum tuberosum L.)

VARIETAS GRANOLA ASAL BIJI BOTANI MELALUI UJI PERKECAMBAHAN

DAN PENGATURAN PENANAMAN DI LAPANGAN

T E S I S

Oleh

LANNA RENI GUSTIANTY 992101008/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG (Solanum tuberosum L.)

VARIETAS GRANOLA ASAL BIJI BOTANI MELALUI UJI PERKECAMBAHAN

DAN PENGATURAN PENANAMAN DI LAPANGAN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agronomi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LANNA RENI GUSTIANTY 992101008/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : KAJIAN TENTANG PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA ASAL BIJI BOTANI MELALUI UJI PERKECAMBAHAN DAN PENGATURAN PENANAMAN DI LAPANGAN Nama Mahasiswa : Lanna Reni Gustianty

Nomor Pokok : 992101008 Program Studi : Agronomi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc) Ketua

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc) (Ir. Dartius, MS) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ir.B. Sengli. J. Damanik, MSc.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc.)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 14 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc Anggota : Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc

Ir. Dartius, MS

Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc

(5)

ABSTRAK

Lanna Reni Gustianty “ Kajian tentang Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan dan Pengaturan Penanaman di Lapangan " (Di bawah bimbingan T. Chairun Nisa B. sebagai ketua, J.A. Napitupulu dan Dartius sebagai anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media dan kerapatan tabur benih TPS serta kombinasi antara media dan kerapatan tabur benih TPS di persemaian terhadap perkecambahan dan petumbuhan bibit kentang varietas Granola dan untuk mengetahui pengaruh umur pindah bibit dan jarak tanam serta interaksi antara umur pindah bibit dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang varietas Granola di lapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Pertanian Berastagi, yang terletak ± 1.340 m dpl, berlangsung selama 6 (enam) bulan, yaitu bulan Mei sampai bulan Oktober 2003.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian di persemaian dan lapangan adalah Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan 3 ulangan. Di persemaian RPT terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama sebagai petak utama adalah media tanam (M) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : M0 (tanah : pupuk kandang = 1 : 0 ), M1 (tanah :

pupuk kandang = 1 : 0,5 kg/kg tanah), M2 (tanah : pupuk kandang = 1 : 0,75 kg/kg

tanah) dan M3 (tanah : pupuk kandang = 1 : 1 kg/kg tanah). Faktor kedua sebagai

anak petak adalah kerapatan tabur benih (K) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : K1 = 10 x

1.5 cm, K2 = 10 x 3.0 cm, K3 = 10 x 4.5 cm dan K4 = 10 x 6 cm. Di lapangan RPT

terdiri dari dua faktor. Faktor pertama sebagai petak utama adalah jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : J1 = 70 cm x 25 cm, J2 = 70 cm x 30 cm dan J3 = 70

cm x 35cm. Faktor kedua sebagai anak petak adalah umur pindah bibit (U) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : U1 = 21 hari, U2 = 25 hari, U3 = 29 hari dan U4 = 33 hari.

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis ragam yang dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan dan Analisa Regresi bila pengaruh perlakuan nyata atau sangat nyata.

Parameter yang diamati di persemaian adalah laju perkecambahan (%/hari), persentase tumbuh (%), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot segar tanaman (g), jumlah dan panjang akar (cm). Parameter yang diamati di lapangan adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), jumlah klorofil (butir/6 mm2), analisis pertumbuhan (Laju Pertumbuhan Relatif dan Laju Asimilasi Bersih), bobot umbi pertanaman (g) dan per plot, jumlah umbi per tanaman dan per plot berdasarkan klas-kals umbi.

Hasil penelitian menunjukkan pada perkecambahan benih di persemaian bahwa pemberian pupuk kandang 0.5 kg/kg tanah (M1) meningkatkan laju

(6)

Kerapatan tabur benih pada perlakuan 10 x 1.5 cm (K1) meningkatkan jumlah

daun, bobot segar tanaman, jumlah akar dan panjang akar, menurunkan tinggi bibit serta cenderung menurunkan laju perkecambahan dan persentase tumbuh. Pupuk kandang dan kerapatan tabur benih saling berinteraksi dalam mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman, jumlah akar dan panjang akar, tetapi tidak berinteraksi dalam mempengaruhi laju perkecambahan dan persentase tumbuh.

Hasil pertumbuhan dan produksi di lapangan menunjukkan bahwa jarak tanam 70 x 30 cm (J2) dapat meningkatkan luas daun, jumlah klorofil, laju

pertumbuhan realatif, bobot umbi per plot, jumlah umbi per plot dan jumlah umbi berbobot lebih kecil dari 5 g per plot.

Umur pindah bibit 33 hari (U4) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi

tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah klorofil serta cenderung meningkatkan jumlah umbi per tanaman dan per plot, jumlah umbi per tanaman berbobot >80 g dan 5 - 19 g, jumlah umbi per plot berbobot > 80 g, 41 - 59 g dan 5 - 19 g. Jarak tanam dan umur pindah bibit saling berinteraksi dalam mempengaruhi jumlah daun, luas daun, jumlah klorofil, jumlah umbi per tanaman berbobot 5-19 g.

(7)

ABSTRACT

Lanna Reni Gustianty "Study on the Growth and Production of Potato (Solanum tuberosum L.) of Granola Variety Developed from Botanical Seed through Germination Test and Planting Arrangement on the Research Field". Under the supervision of T. Chairun Nisa B. (chair), and J.A. Napitupulu and Dartius (members).

This research is intended to examine the influence of the media and distance of TPS seeds dissemination and the combination between the media and distance of TPS seed dissemination in the seed germinating area on the germination and growth of the potato seeds of Granola Variety and to find out the influence of the age of seeds when they are moved and the planting distance on the growth and production of the potato of Granola Variety in the research field.

This research was conducted for 6 (six) month from May to October 2003 in Berastagi Agricultural Area which is located about 1.340 meters above sea level.

The research done either in the seed germinating area or in the research field used the Split Plot Design (RPT) with 3 (three) repetitions. The RPT used in the seed germinating area consists of 2 (two) factors. The first factor as the main plot is planting media (M) comprising 4 (four) stages such as: M0 (soil: manure = 1 : 0), M1

(soil: manure = 1 : 0,5 kg/kg soil), M2 (soil : manure = 1 : 0,75 kg/kg soil), and M3

soil: manure = 1 : 1 kg/kg soil). The second factor as the sub-plot is the density of seed dissemination (K) which also consists of 4 (four) stages such as: K1 = 10 x 1,5

cm, K2 = 10 x 3,0 cm, K3 = 10 x 4,5 cm, and K4 = 10 x 6 cm. The RPT used in the

research field consists of 2 (two) factors. The first factor as the main plot is the planting distance (J) which consists of 3 (three) stages such as: J1 = 70 cm x 25 cm, J2

= 70 cm x 30 cm and J3 = 70 cm x 35 cm. The second factor as the sub-plot is the age

of seeds when they are moved (U) comprising 4 (four) stages such as: U1 = 21 days,

U2 = 25 days, U3 = 29 days and U4 = 33 days. The data obtained from the research

were analyzed through manner analysis followed with Duncan's Distance Test and Regression Analysis if the influence of the treatment is significant and very significant.

The parameters observed in the seed germinating area were germination rate (% day), growth percentage (%), plant height (cm), number of leaf (piece), plant fresh weight (g), number and length of roots (cm). The parameters observed in the field research were plant height, number of leaves (pieces), leaf area (cm2), number of chlorophyll (grain/6 mm2), growth analysis (relative growth rate and net assimilation rate), tuber weight per plant (g), and per plot, number of tubers per plant and per plot are based on the classification of tuber.

The result of this study shows that during seed germination in the seed germinating area, the administration of manure of 0,5 kg/kg soil (M1) increases the

(8)

number and length of roots. Optimum germination rate and growth percentage were obtained at the doses of 0,21 and 0,61 kg/kg soil respectively.

The distance of seeds at the treatment of 10 x 1,5 cm (K1) increases the number

of leaf, plant fresh weight, the number and length of roots, decrease plant height and tends to decrease the germination rate and growth percentage. manure and seed distance interacted to each other in influencing the height of plant, number of leaf, plant fresh weight, number and lenghth of roots, but they do not interact in influencing the germination rate and growth percentage.

the result of growth and production in the research field shows that the planting distance of 70 x 30 cm (J2) increases leaf area, number of chlorophyll, ralative

growth rate, weight of tuber per plot, number of tuber per plot and number of tuber with weight less than 5 g per plot.

the age of seed when they were moved which was 33 days (U4) increase the

growth and plant height, number of leaf, lear area, number of chlorophyll and tends to increase the number of tuber per plant and per plot, number of tuber per plant with weight of > 80 g, 41 - 59 g ang 5 - 19 g. planting distance and the age of seed when they were moved significantly interacted on the number of leaf, leaf area, number or chlorophyll, number of tuber per plant with weight of 5 - 19 g.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga berkat Izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Kajian tentang Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola Asal Biji Botani Melalui Uji Perkecambahan dan Pengaturan Penanaman di Lapangan” .

Permasalahan rendahnya produksi tanaman kentang adalah disebabkan bibit

yang bermutu sulit didapat dan harganya pun relatif mahal. Upaya untuk

meningkatkan produksi tanaman kentang yaitu dengan menggunakan biji botanis

(True Potato Seed) sebagai bibit tanaman melalui uji perkecambahan dan pengaturan pertanaman di lapangan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan

arahan selama ini, terutama kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc sebagai

ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu, MSc, serta Bapak

Ir. H. Dartius, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran-saran demi perbaikan tulisan ini. Semoga

tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Agustus 1972 di Medan dan merupakan anak ke

empat dari enam bersaudara dari pasangan Papa Drs. H.M.O. Hasibuan dan Mama

Hj. Yenny Farida Nasution, S.Pd.

Pendidikan :

Pada Tahun 1979-1985 : Mengikuti Pendidikan di SD Negeri 1 Palangkaraya

Kalimantan Tengah.

Pada Tahun 1985-1988 : Mengikuti Pendidikan di SMP Negeri 2

Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Pada Tahun 1988-1991 : Mengikuti Pendidikan di SMA Negeri 3

Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Pada Tahun 1991-1996 : Mengikuti Pendidikan di Fakultas Pertanian

Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Pada Tahun 1999 : Mengikuti Pendidikan di Program Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman Kerja :

Pada Tahun 1995-1998 : Sebagai staf administrasi dan asisten instruktur pada

Lembaga Pendidikan Duta Komputer Palangkaraya

Kalimantan Tengah.

Pada Tahun 1998-2006 : Sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian

Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah.

Pada Tahun 2006-Sekarang : Sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Beasiswa Program Pascasarjana yang telah memberikan bantuan financial, sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, DSAK atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Master

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc sekaligus sebagai ketua komisi pembimbing

3. Bapak Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu, MSc, serta Bapak Ir. H. Dartius, MS selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan memberikan dorongan dan saran sejak penelitian hingga selesainya tulisan ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa Agronomi 1999 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu baik dalam penyelesaian studi di Pascasarjana maupun selama penelitian berlangsung

5. Papa Drs. H. M. O. Hasibuan dan Mama Hj. Yenny Farida Nasution, SPd., tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang, selalu memberikan bimbingan, dorongan dan doa. Amang boru H. Muhammad Lian (almarhum) dan Bou Hj. Rosna Dewi Hasibuan (almarhumah) tercinta yang semasa hidup senantiasa mendoakan penulis agar selalu tabah dan tawakal selama menjalankan studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

6. Suami Irpan, SE dan anak-anak tercinta M. Hafizh Indraizh Sutanmuda, Rossdiva Nabiilah Indrani Namora, Syafiq Rizqi Indraji Raja'alaam, yang dengan tulus dan iklas memberikan dorongan, semangat dan doa kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Medan, Juni 2008

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... . iii

KATA PENGANTAR ... ... . v

RIWAYAT HIDUP ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... . vii

DAFTAR ISI ... . viii

DAFTAR TABEL ... . x

DAFTAR GAMBAR ... .... . xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Permasalahan ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Hipotesis Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

True Potato Seed (TPS) ... 9

Pertumbuhan Tanaman Kentang ... 11

Faktor Lingkungan Tanaman Kentang ... 13

Peranan Pupuk Kandang ... 15

Kerapatan Tabur Benih ... 17

Umur Pindah Bibit ... 18

Jarak Tanam ... 20

BAHAN DAN METODE ... ... 21

Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 21

Bahan dan Alat ... ... 21

(13)

Analisa Data ... 24

Pelaksanaan Penelitian ... ... 25

Peubah yang Diamati ... ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Hasil ... 33

Pembahasan ... 98

KESIMPULAN DAN SARAN... 116

Kesimpulan ... 116

Saran ... 118

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Perbandingan antara Penggunaan TPS sebagai Bahan Tanaman dengan

Umbi Bibit ... 10

2. Rata-rata Laju Perkecambahan dan Persentase Tumbuh Akibat Perlakuan Pupuk Kandang ... 33

3. Rata-rata Tinggi Bibit umur 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk

Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan... 38

4. Rata-rata Jumlah Daun umur 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan... 45

5. Rata-rata Bobot Segar Tanaman 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan

Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan. 56

6. Rata-rata Jumlah Akar 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan... 56

7. Rata-rata Panjang Akar 21 sampai 33 hss Akibat Perlakuan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tabur Benih serta Kombinasi Perlakuan... 62

8. Rata-rata Tinggi Tanaman Umur 21 sampai 63 hst Akibat Perlakuan

Umur Pindah Bibit ... 67

9. Rata-rata Jumlah Daun Umur 21 sampai 56 hst Akibat Perlakuan Jarak

Tanam dan Umur Pindah Bibit serta Kombinasi Perlakuan ... 71

10.Rata-rata Jumlah Daun Umur 63 sampai 91 hst Akibat Perlakuan Jarak

Tanam dan Umur Pindah Bibit serta Kombinasi Perlakuan ... 72

11.Rata-rata Luas Daun Umur 35 sampai 77 hst Akibat Perlakuan Jarak

Tanam dan Umur Pindah Bibit serta Kombinasi Perlakuan ... 76

12.Rata-rata Jumlah Klorofil Umur 35 sampai 77 hst Akibat Perlakuan

(15)

13.Rata-rata Laju Pertumbuhan Relatif dan Laju Asimilasi Bersih dari Umur 35 hst ke 56 hst dan umur 56 hst ke 77 hst Akibat Perlakuan Jarak

Tanam dan Umur Pindah Bibit ... 87

14.Rata-rata Bobot dan Jumlah Umbi per Tanaman dan per Plot Umur 105

hst ... 91

15.Rata-rata Jumlah Umbi Berdasarkan Kelompok Bobot Umbi per Tanaman Umur 105 hst ... 94

16.Rata-rata Jumlah Umbi Berdasarkan Kelompok Bobot Umbi per Plot

Umur 105 hst ... 96

Lampiran

1. Rata-rata Laju Perkecambahan (% per hari) dan Persentase Tumbuh (%)

pada Umur 21 hss ………... 123

2. Daftar Sidik Ragam Laju Perkecambahan dan Persentase Tumbuh pada

Umur 21 sampai 33 hss……….. 123

3. Rata-rata Tinggi Bibit (cm ) Kentang pada Umur 21 sampai 33

hss……….. ... 124

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit Kentang pada Umur 21 sampai 33 hss. 125

5. Rata-rata Jumlah Daun pada Umur 21 sampai 33 hss ... 126

6. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Bibit Kentang pada Umur 21 sampai

33 hss ... 127

7. Rata-rata Bobot Segar Tanaman Kentang pada Umur 21 sampai 33 hss... 128

8. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Tanaman Kentang pada Umur 21 sampai 33 hss... 129

9. Rata-rata Jumlah Akar Kentang pada Umur 21 sampai 33 hss ... 130

10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Akar Tanaman Kentang pada Umur 21

sampai 33 hss... 131

(16)

12. Daftar Sidik Ragam Panjang Akar Kentang pada Umur 21 sampai 33

hss ... 133

13. Rata-rata Tinggi Tanaman Kentang (cm) pada Umur 21 sampai 63 hst . 134

14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kentang pada Umur 21 sampai 63

hst . ... 134

15. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kentang pada Umur 21 sampai 91 hst . 135

16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Kentang pada Umur 21

sampai 91 hst ... 136

17. Rata-rata Luas Daun Tanaman (cm2) Kentang pada Umur 35 sampai 77

hst… ... 137

18. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Kentang pada Umur 35 sampai 77 hst ... ... 138

19. Rata-rata Jumlah Klorofil (butir/6 mm2) pada Umur 35 sampai 77 hst . 139

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil pada Umur 35 sampai 77 hst... 140

21. Rata-rata Laju Pertumbuhan Relatif (%) dan laju Asimilasi Bersih pada

Umur 35 sampai 77 hst... 141

22. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif dan laju Asimilasi Bersih

pada Umur 35 sampai 77 hst ... 141

23. Rata-rata Bobot dan Jumlah Umbi per Tanaman dan per Plot pada Umur

105 hst ... 142

24. Daftar Sidik Ragam Bobot dan Jumlah Umbi per Tanaman dan per Plot

pada Umur 105 hst... 142

25. Rata-rata Jumlah Umbi per Tanaman Berdasarkan Bobot pada Umur

105 hst ... 143

26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi per Tanaman Berdasarkan Bobot pada Umur 105 hst... 144

27. Rata-rata Jumlah Umbi per Plot Berdasarkan Bobot pada Umur 105

hst.. ... 145

28. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi per Plot Berdasarkan Bobot pada

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1. Hubungan Laju Perkecambahan (% per hari) dengan beberapa Dosis

Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 34

2. Hubungan Persentase Tumbuh (%) dengan beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 35

3. Perkembangan Tinggi Bibit Tanaman Kentang (cm) Umur 21-33 hss

pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 36

4. Perkembangan Tinggi Bibit Tanaman Kentang (cm) Umur 21-33 hss

pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) ... 37

5. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang dengan Kerapatan Tabur Benih pada berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 29 hss ... 40

6. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang dengan Dosis Pupuk Kandang pada beberapa Kerapatan Tabur Benih Umur 29 hss ... 41

7. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang (cm) dengan Kerapatan Tabur Benih (cm) pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah)

pada Umur 33 hss... 41

8. Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang (cm) dengan Dosis Pupuk Kandang ( kg/kg tanah ) pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm)

pada Umur 33 hss ... 42

9. Perkembangan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang (helai) Umur

21-33 hss pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 43

10.Perkembangan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang (helai) Umur

21-33 hss pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) ... 44

(18)

12.Hubungan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang (helai) dengan Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) pada

Umur 33 hss ... 47

13.Perkembangan Bobot Segar Tanaman Kentang (g) Umur 21-33 hss

pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 48

14.Perkembangan Bobot Segar Tanaman Kentang (g) Umur 21-33 hss

pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) ... 49

15.Hubungan Bobot Segar Tanaman (g) dengan beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada Umur 33 hss... 51

16.Hubungan Bobot Segar Tanaman (g) dengan beberapa Kerapatan Tabur

Benih (cm) pada Umur 33 hss... 52

17.Hubungan Bobot Segar Tanaman (g) dengan Beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada

Umur 29 hss ... 53

18.Hubungan Bobot Segar Tanaman (g) dengan Pupuk Kandang (kg/kg

tanah) pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) pada Umur 29 hss... 54

19.Perkembangan Jumlah Akar Tanaman Kentang Umur 21-33 hss pada

beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 55

20.Perkembangan Jumlah Akar Tanaman Kentang Umur 21-33 hss pada

beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) ... 55

21.Hubungan Jumlah Akar Tanaman Kentang dengan Kerapatan Tabur Benih pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada Umur

33 hss ... 58

22.Hubungan Jumlah Akar Tanaman Kentang dengan Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) pada Umur

33 hss... 59

23.Perkembangan Panjang Akar Tanaman Kentang (cm) Umur 21-33 hss

pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) ... 60

24.Perkembangan Panjang Akar Tanaman Kentang (cm) Umur 21-33 hss

(19)

25.Hubungan Panjang Akar (cm) dengan Kerapatan Tabur Benih (cm) pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada Umur 29 hss.. 63

26.Hubungan Panjang Akar Tanaman (cm) dengan Pupuk Kandang (kg/kg

tanah) pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) pada Umur 29 hss.... 64

27.Hubungan Panjang Akar (cm) dengan Kerapatan Tabur Benih (cm) pada beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada Umur 33 hss.... 64

28.Hubungan Panjang Akar Tanaman (cm) dengan Pupuk Kandang (kg/kg

tanah) pada beberapa Kerapatan Tabur Benih (cm) pada Umur 33 hss.... 65

29.Perkembangan Tinggi Tanaman Kentang (cm) Umur 21-63 hst pada

Beberapa Jarak Tanam (cm) ... 66

30.Perkembangan Tinggi Tanaman Kentang (cm0 Umur 21-63 hst pada

Umur Pindah Bibit (hari) ... 67

31.Hubungan Tinggi Tanaman (cm) dengan Umur Pindah Bibit (hari) pada

Umur 63 hst... 68

32.Perkembangan Jumlah Daun Tanaman Kentang (helai) Umur 21-91 hst

pada beberapa Jarak Tanam (cm) ... 70

33.Perkembangan Jumlah Daun Tanaman Kentang (helai) Umur 21-91 hst

pada Beberapa Umur Pindah Bibit (hari) ... 70

34.Hubungan Jumlah Daun (helai) dengan Umur pindah Bibit (hari) pada

beberapa Jarak Tanam (cm) pada Umur 91 hst ... 73

35.Perkembangan Luas Daun Tanaman Kentang (cm2) Umur 35-77 hst

pada Beberapa Jarak Tanam (cm) ... 74

36.Perkembangan Luas Daun Tanaman Kentang (cm2) Umur 35-77 hst pada Beberapa Umur Pindah Bibit (hari) ... 75

37.Hubungan Luas Daun (cm2) dengan Jarak Tanam pada (cm) pada Umur Bibit 35 hst... 77

(20)

39.Hubungan Luas Daun (cm2) dengan Beberapa Jarak Tanam (cm) pada

Umur Bibit 56 hst ... 78

40.Hubungan Luas Daun (cm2) dengan Umur Bibit (hari) pada beberapa

Jarak Tanam (cm) pada Umur 56 hst ... ... 79

41.Hubungan Luas Daun (cm2) dengan Beberapa Jarak Tanam (cm) pada

Umur Bibit 77 hst ... 80

42.Hubungan Luas Daun (cm2) dengan Umur Pindah Bibit (hari) pada beberapa Jarak Tanam (cm) pada Umur 77 hst ... 81

43.Perkembangan Jumlah Klorofil Tanaman Kentang (butir/6mm2) Umur

35-77 hst pada beberapa Jarak Tanam (cm) ... 82

44.Perkembangan Jumlah Klorofil Tanaman Kentang (butir/6mm2) Umur 35-77 hst pada Beberapa Umur Pindah Bibit (hari)

... 83

45.Hubungan Jumlah Klorofil (butir/6mm2) dengan Jarak Tanam (cm) pada beberapa Umur Bibit (hari) pada Umur 77 hst ... 86

46.Hubungan Jumlah Klorofil (butir/6mm2) dengan Umur Pindah Bibit

(hari) pada beberapa Jarak Tanam (cm) pada Umur 77 hst ... 86

47.Hubungan Laju Pertumbuhan Relatif dengan Jarak Tanam (cm) dari

Umur 35 ke Umur 56 hst ... 88

48.Hubungan Laju Pertumbuhan Relatif dengan Umur Pindah Bibit (hari)

dari Umur 35 ke Umur 56 hst ... 89

49.Hubungan Laju Asimilasi Bersih dengan Umur Pindah Bibit (hari) dari

Umur 35 ke Umur 56 hst ... 89

50.Hubungan Bobot Umbi per Plot dengan Jarak Tanam (cm) Umur 105

hst ... 91

51.Hubungan Jumlah Umbi per Plot dengan Jarak Tanam (cm) Umur 105

hst ... 92

52.Hubungan Jumlah Umbi Berbobot 5 - 19 g per Tanaman dengan Umur

(21)

53.Hubungan Jumlah Umbi Berbobot < 5 g per plot dengan beberapa Jarak

Tanam (cm) dari Umur 105 hst ... 97

Lampiran 1. Bagan penelitian di persemaian ... 147

2. Bagan penelitian di lapangan ... 148

3. Bagan tanaman di persemaian... 149

4. Bagan tanaman di lapangan ... 150

5. Foto perlakuan M2K1 di persemaian ... 151

6. Foto perlakuan M1K1 di persemaian ... 151

7. Foto perlakuan M3K1 di persemaian ... 152

8. Foto perlakuan M0K1 di persemaian ... 152

9. Foto perlakuan J2U2 di lapangan ... 153

10. Foto perlakuan J3U1 di lapangan ... 153

11. Foto umbi kentang pada perlakuan J2U4 ……… 154

12. Foto umbi kentang pada perlakuan J1U3 ... 154

13. Foto umbi kentang pada perlakuan J3U4 ... 155

(22)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan utama dunia sesudah padi, gandum dan jagung (Wattimena, 2000). Di Indonesia walaupun

kentang masih digunakan sebagai sayuran tetapi telah masuk sebagai salah satu

tanaman hortikultura utama yang dianjurkan untuk dikembangkan (Wattimena,

1995). Menurut Kusumo dan Adiyoga dalam Asandhi, dkk (1989) tanaman kentang

merupakan salah satu pilihan dari hasil tanaman hortikultura yang potensial, karena

umbi kentang mengandung sumber kalori berupa protein (263 kg/ha), lemak (13

kg/ha), karbohidrat (2171 kg/ha), besi (76 kg/ha) dan vitamin seperti B1 (12,7 g/ha),

B2 (5,1 g/ha), Niacin (90,5 g/ha) dan Vitamin C (2,540 g/ha).

Armini, Wattimena dan Gunawan (1991) menyatakan bahwa di Indonesia

kentang masih dikonsumsi sebagai sayur dan panganan ringan dan belum sebagai

makanan pokok pengganti beras. Walaupun demikian di Indonesia mulai menjamur

berbagai jenis makanan ”fast food” dimana kentang merupakan salah satu jenis

makanan fast food yang utama. Kebutuhan bahan mentah kentang untuk fast food masih didatangkan dari luar negeri. Melihat gaya hidup modern terutama di

perkotaan maka fast food ini makin hari makin populer dan kebutuhan akan kentang

ini makin hari makin meningkat. Disamping kebutuhan dalam negeri yang

meningkat, permintaan ekspor kentang mentah maupun olahan ke Malaysia dan

Singapura pun meningkat.

(23)

sayuran terbesar di Indonesia, dimana lebih dari 70% ekspor sayuran Indonesia

berasal dari daerah ini. Jika dilihat ekspor per jenis sayuran, kentang merupakan

sayuran ekspor andalan di Sumatera Utara dan cukup penting peranannya dalam

menyanggah agroindustri dan ekspor non migas (Nur, dkk, 1998). Walaupun ekspor

kentang dari Sumatera Utara cenderung meningkat setiap tahunnya, namun pasokan

komoditas kentang ke Singapura masih relatif kecil dibandingkan dengan negara

pemasok lainnya seperti Taiwan, Belanda dan RRC. Hal ini disebabkan rendahnya

produksi kentang di Sumatera Utara khususnya di Indonesia umumnya, baik kuantitas

maupun kualitas. Sebagai gambaran produktivitas kentang rata-rata Indonesia 12,6

ton/ha dan di Sumatera Utara 13,5 ton/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat

I Sumatera Utara dalam Nur, dkk, 1998). Rata-rata produktivitas per hektar di

Indonesia masih rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia yaitu 15,1 ton/ha,

apalagi bila dibandingkan dengan rata-rata Eropa yaitu 40 ton/ha. Sementara di

Indonesia potensinya dapat mencapai 30-40 ton/ha bila dikelola dengan baik.

Di Indonesia, rendahnya produksi kentang antara lain disebabkan penggunaan

bibit yang kurang baik oleh petani karena bibit bermutu tidak tersedia dalam jumlah

yang cukup dan teknik bercocok tanam yang kurang tepat (Napitupulu, dkk, 1997).

Selanjutnya Nur, dkk, (1998) menambahkan bahwa selain bibit bermutu sulit didapat

petani, harganyapun relatif mahal, tingkat pengetahuan petani masih beragam dalam

menerapkan teknologi termasuk teknik pengendalian hama dan penyakit yang rendah

serta tingginya biaya produksi untuk usaha tani kentang. Menurut Gunadi (1993)

(24)

masih merupakan bibit import. Biaya untuk bibit dapat mencapai 40-70 % dari total

biaya produksi.

Penggunaan umbi sebagai bibit tanaman kentang memerlukan jumlah sekitar

1-2 ton/ha yang merupakan jumlah yang sangat besar dan memerlukan biaya produksi

yang besar pula. Oleh karena itu, penggunaan biji botanis atau True Potato Seed

(TPS) mereduksi jumlah ini menjadi sebanyak 100 g/ha saja sehingga jumlah bibit

untuk umbi dapat dialihkan ke konsumsi, juga menurunkan biaya produksi. Selain

itu, TPS mudah disimpan dan dapat ditanam dalam jangka waktu yang lama,

sehingga siap ditanam setiap saat diperlukan (Wattimena, 1995; Gunadi, 2000).

Menurut Asandhi (1996), keuntungan penggunaan TPS dalam produksi kentang

adalah kebanyakan penyakit yang ditularkan melalui umbi tidak ditransmisi oleh TPS

dan biaya bibit atau bahan tanaman dapat dikurangi, tidak memakan tempat, mudah

dalam penyimpanan dan pengangkutan serta dapat disemai setiap waktu.

Granola adalah varietas kentang yang umum ditanam di Indonesia. Varietas ini

diperkirakan meliputi area sebesar 85-90% pertanaman kentang di Indonesia.

Varietas ini beradaptasi dengan baik terhadap sistem perakaran yang intensif di

dataran tinggi, merupakan varietas genjah dan mempunyai masa dormansi yang

relatif pendek yaitu 3-4 bulan. Kultivar ini peka terhadap penyakit busuk daun yang

disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans, tetapi tahan terhadap penyakit virus daun menggulung (PLRV) dan virus X atau PVX. Granola sangat baik untuk

digunakan sebagai kentang segar yaitu untuk sayur, namun karena kurangnya varietas

(25)

kripik kentang (Asandhi, 1996).

Keberhasilan pertanaman di lapangan tergantung dari keberhasilan bibit di

persemaian (Satjadipura dan Asandhi dalam Asandhi, dkk., 1989). Media untuk

persemaian harus bebas dari biji rumput, porous dan mengandung nutrisi. Sebaiknya

media yang digunakan adalah humus, pupuk kandang yang sudah matang dan tanah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa penggunaan campuran pupuk kandang dapat

menghasilkan bobot umbi/m2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa pupuk

kandang. Penggunaan pupuk kandang selain sebagai sumber unsur hara, dapat pula

memperbaiki struktur tanah.

Salah satu usaha mengatur lingkungan untuk menghindari kompetisi diantara

tanaman dalam menggunakan air dan zat hara serta efisiensi penggunaan cahaya di

persemaian dilakukan dengan mengatur kerapatan tanaman (Karjadi, dkk, 1988).

Upaya peningkatan produksi kentang khususnya di persemaian, dapat dilakukan

dengan menanam serapat mungkin tetapi akan menimbulkan kompetisi antar tanaman

serta mengganggu perakaran tanaman. Maka perlu diketahui sampai kerapatan tabur

berapa yang dapat didukung oleh media hingga didapatkan bibit kentang dengan

umur pindah bibit yang tepat ke lapangan.

Pemindahan bibit ke lapangan sebaiknya dilakukan pada umur empat minggu

(Satjadipura dan Asandhi dalam Asandhi, dkk., 1989). Dari hasil penelitian Gunadi

(1996) tentang umur persemaian terhadap hasil tanaman kentang yang berasal dari

biji botanis didapat bahwa umur persemaian empat minggu merupakan yang terbaik

(26)

Pada budidaya kentang upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat

terjadinya kompetisi antara tanaman di lapangan dapat dilakukan dengan mengatur

jarak tanamnya. Jarak tanam akan mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi

penggunaan cahaya, juga mempengaruhi persaingan diantara tanaman dalam

penggunaan air dan zat hara, sehingga akan mempengaruhi hasilnya (Aliudin, 1995).

Populasi tanaman di lapangan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman (Karjadi dalam Napitupulu, dkk, 1997).

Penentuan jarak tanam yang tepat sangat penting artinya, karena hal ini

berhubungan erat terhadap populasi tanaman per satuan luas areal. Populasi tanaman

yang terlalu rapat dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat

antara satu tanaman dengan tanaman yang lainnya. Faktor tingkat kesuburan tanah,

kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanam semakin

besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan yang lainnya,

harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman

(Jumin dalam Napitupulu, dkk, 1997). Populasi optimum per satuan luas untuk

pertanaman kentang dipengaruhi oleh kultivar, kesuburan tanah, macam bibit, iklim

dan tujuan penanaman.

Penggunaan TPS sebagai propagul alternatif dari umbi bibit tanaman kentang

belum banyak dilakukan, karena kurang tersedianya informasi dan teknologi TPS di

masyarakat. Berdasarkan keadaan ini, perlu dilakukan penelitian mengenai media

dan kerapatan tabur benih di persemaian untuk menunjang perkecambahan dan

(27)

diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi TPS kentang varietas

Granola.

Rumusan Permasalahan

Tanaman kentang umumnya diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan

umbinya. Kebaikan dari penggunaan propagul umbi bibit adalah akan diperoleh sifat

yang baik seperti hasil tinggi secara turun-temurun pada generasi berikutnya (Gunadi,

1993). Adapun kendalanya adalah sulit mendapatkan umbi bibit yang berkualitas

baik karena pada umumnya petani menggunakan umbi kentang selain untuk

konsumsi juga digunakan sebagai bibit pada pertanaman berikutnya; jumlah bibit

yang dibutuhkan per hektar adalah 1-2 ton/ha; bibit bermutu masih diimport dari luar

negeri sehingga harganya mahal; kultivar kentang yang diimport belum tentu cocok

dengan selera konsumen maupun lingkungan tumbuh; penyakit-penyakit sistemik

yang berada di negara penghasil umbi bibit akan terbawa masuk ke Indonesia melalui

umbi bibit tersebut; dan ongkos transport dan penyimpanan menjadi sangat mahal

(Wattimena, 2000).

Dengan banyaknya kelemahan yang dimiliki propagul umbi bibit perlu

dikembangkan propagul alternatif. Propagul alternatif setidak-tidaknya mempunyai

kemampuan produksi sama dengan umbi bibit tetapi tidak memiliki

kelemahan-kelemahan dari umbi bibit. Salah satu sumber pengembangan propagul alternatif

adalah menggunakan sumber biji botanis atau True Potato Seed atau TPS

(Wattimena, 2000). Namun belum ada informasi terperinci di masyarakat tentang

(28)

bibit dan jarak tanam yang paling tepat di lapangan.

Bagaimana pengaruh media dan kerapatan tabur benih TPS di persemaian serta

interaksi keduanya bagi perkecambahan dan pertumbuhan bibit kentang, juga

bagaimana pengaruh umur pindah bibit asal biji botanis dan jarak tanam di lapangan

serta interaksi keduanya bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kentang,

merupakan masalah-masalah yang diharapkan terjawab setelah diadakan penelitian.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh informasi tentang pengaruh media dan kerapatan tabur benih TPS di

persemaian yang paling tepat bagi perkecambahan dan pertumbuhan bibit kentang

Varietas Granola.

2. Mengetahui interaksi antara media dan kerapatan tabur benih TPS di persemaian

terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit kentang Varietas Granola.

3. Memperoleh informasi tentang pengaruh umur pindah bibit asal biji botanis dan

jarak tanam di lapangan yang paling tepat bagi pertumbuhan dan produksi

tanaman kentang Varietas Granola.

4. Mengetahui interaksi antara umur pindah bibit asal biji botanis dan jarak tanam di

lapangan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang Varietas Granola.

Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh media dan kerapatan tabur benih TPS di persemaian terhadap

(29)

2. Ada interaksi antara media dan kerapatan tabur benih TPS di persemaian terhadap

perkecambahan dan pertumbuhan bibit kentang varietas Granola.

3. Ada pengaruh umur pindah bibit asal biji botanis dan jarak tanam di lapangan

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang varietas Granola.

4. Ada interaksi antara umur pindah bibit asal biji botanis dan jarak tanam di

lapangan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang varietas Granola.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan di bidang hortikultura yaitu

sebagai metode alternatif dalam budidaya kentang yang akan meminimalkan masalah

dalam penggunaan umbi sebagai bahan tanaman. Juga sebagai bahan untuk

penyusunan tesis yang menjadi syarat untuk mengikuti ujian Magister Pertanian pada

(30)

TINJAUAN PUSTAKA True Potato Seed (TPS)

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) digolongkan ke dalam kelas

Dicotyledone, ordo Tubiflorae dan famili Solanaceae (Anwar, 1993). Tanaman ini bersifat semusim, berbentuk semak/herba dan pada umumnya ditanam dari umbi

(vegetatif) sehingga sifat tanaman generasi berikutnya sama dengan induknya

(Permadi, dkk, 1989). Cara ini di negara-negara berkembang merupakan faktor

pembatas pengembangan kentang, karena biaya produksi yang tinggi sebagian besar

digunakan untuk penyediaan bibit (Accatino dalam Satjadipura dan Asandhi, 1989).

Alternatif lain untuk menanam kentang adalah dengan menggunakan biji botani

atau True Potato Seed (TPS). Penggunaan TPS di masa mendatang merupakan salah satu pilihan di dalam usaha memecahkan kekurangan bibit kentang yang dirasakan

setiap tahun oleh Petani (Satjadipura dan Asandhi, 1989). Perbandingan antara

penggunaan TPS sebagai bahan tanaman dengan umbi bibit disajikan dalam Tabel 1

(International Potato Center, 1987).

Selanjutnya Gunadi (2000) menambahkan bahwa TPS mudah diintroduksi ke

pola tanam yang ada karena TPS tidak tergantung pada sifat fisiologis seperti pada

umbi bibit sehingga TPS dapat ditanam kapan saja; kurangnya keseragaman tanaman

(umbinya juga kurang seragam); hasil lebih rendah; terbatasnya kapasitas tanaman

semaian (seedling) terhadap cekaman lingkungan; dan ukuran tanaman agak besar

(31)

Tabel 1. Perbandingan antara Penggunaan TPS sebagai Bahan Tanaman dengan Umbi Bibit (CIP, 1987)

TPS (True Potato Seed) Umbi Bibit (Seed Tubers) 1. Kebutuhan bibit per hektar 80-

120 g

2. Bebas Nematoda, insekta, bakteri, cendawan dan virus kecuali virus APLV, PVT dan PSTV yang belum ada di Indonesia.

3. Memerlukan tenaga kerja lebih banyak pada awal pertumbuhan. 4. Pada awal pertumbuhan lebih peka

terhadap gulma, hama, penyakit dan cekaman lingkungan.

5. Umurnya 10-21 hari lebih lambat. Hasil lebih tinggi, umbi kecil lebih banyak dan kurang seragam.

6. Tidak cocok untuk keperluan processing industri makanan.

7. Biaya penyimpanan dan peng-angkutan sangat kecil.

8. Total biaya produksi rendah.

1. Kebutuhan bibit per hektar 1-2 ton. 2. Adanya penyakit yang berbahaya

yang terbawa melalui umbi, seperti nematoda, cendawan, bakteri dan virus.

3. Tenaga kerja lebih sedikit karena penanaman dapat dilakukan secara mekanisasi.

4. Pada awal pertumbuhan lebih tahan terhadap cekaman lingkungan karena pertumbuhan yang lebih segar.

5. Lebih genjah.

6. Baik untuk industri processing. 7. Biaya penyimpanan dan

peng-angkutan sangat besar. 8. Total biaya produksi tinggi.

Kentang biasanya membentuk bunga dibawah kondisi hari panjang. Karena itu

untuk daerah tropis hal ini merupakan faktor penghambat dalam mendapatkan benih

botani. Namun demikian, dari beberapa hasil penelitian telah berhasil diinduksi

pembentukan bunga pada kentang (Anwar, 1993).

Ada beberapa cara untuk menginduksi pembentukan bunga pada kentang yaitu

dengan jalan menyetek batang dan menanamnya pada media tumbuh tertentu untuk

mendorong pembentukan biji. Juga dengan memperpanjang lama penyinaran sampai

16 jam. Di Indonesia dilaporkan bahwa dengan pemangkasan dan penyemprotan

(32)

kentang. Di India dilaporkan pembentukan buah dan biji kentang dapat dirangsang

dengan kombinasi penyemprotan GA dan panjang hari (Anwar, 1993).

Potensi pengembangan TPS di Indonesia cukup tinggi (Satjadipura dan

Asandhi, 1989) karena :

1. Telah didapatkan progeni baik HP (Hibrida Pollinated/ Controlled Pollinated/

tanaman hasil hybridisasi) maupun OP (Open Pollinated/ tanaman hasil penyerbukan alam) yang berdaya hasil tinggi, seragam dan dapat beradaptasi baik

dengan iklim tropika,

2. Kultur teknis telah dikuasai, ini penting karena penanaman kentang yang berasal

dari biji berbeda dengan penanaman kentang yang berasal dari umbi, dimana

penanaman yang berasal dari biji pertumbuhannya lambat dan kurang tegar,

3. Biaya produksi yang lebih rendah sehingga harga jual relatif lebih rendah akan

dapat mendorong pengembangan kentang di Indonesia sebagai salah satu

alternatif sumber karbohidrat menunjang usaha pemerintah dalam program

diversifikasi pangan,

4. Merupakan jalan keluar dari keterbatasan penyediaan bibit bermutu baik,

terutama bibit yang bebas penyakit.

Pertumbuhan Tanaman Kentang

Pertumbuhan tanaman kentang dibagi dalam empat stadia yaitu stadium

vegetatif, stadium pembentukan umbi, stadium pertumbuhan umbi dan stadium

(33)

Stadium vegetatif, dimulai saat daun pertama membuka dan munculnya

daun-

daun tunas baru sehingga mencapai bobot kering maksimum bagian atas tanaman.

Lamanya pertumbuhan vegetatif ini ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu suhu,

panjang hari, intensitas cahaya, pemupukan nitrogen, kelembaban tanah dan faktor

keseimbangan hormon tumbuh endogen maupun eksogen, serta faktor genetik atau

varietas tanaman (Cutter dalam Wattimena, 1995).

Pada stadium pembentukan umbi, dimulai dengan terbentuknya beberapa tunas

lateral yang muncul dari bagian bawah tanaman, berkembang dalam tanah,

pertumbuhannya secara horizontal dan tumbuh di awal pertumbuhan tanaman, yaitu

7-10 hari setelah tanaman mucul di atas permukaan tanah. Bagian ini disebut stolon.

Panjang stolon bervariasi dari 2,5 sampai 45 cm, tergantung kultivarnya. Umbi

kentang terbentuk pada ujung stolon, diawali dengan penebalan ruas pertama

dibelakang kuncup apikal stolon. Pembesaran umbi merupakan hasil pembelahan dan

pembesaran sel, meskipun pembelahan sel lebih berperan dalam peningkatan ukuran

umbi dari pada pembesaran umbi (Cutter and Smith dalam Wattimena, 1995).

Pada stadium pertumbuhan umbi, ini berhubungan dengan aktivitas

pertumbuhan tanaman di atas permukaan tanah. Kelebihan hasil fotosintesis atau

asimilat yang dihasilkan oleh daun disimpan di dalam bagian stolon (Smith dalam

Permadi, dkk., 1989). Dalam hal ini keseimbangan antara sumber (source) dan

(34)

tertentu pertambahan luas daun selalu diikuti dengan bertambahan umbi. Menurut

Wasito dalam Permadi, dkk (1989) dengan volume lingkungan tumbuh yang lebih

kecil akan dihasilkan jumlah umbi yang lebih banyak tetapi dengan ukuran umbi

yang lebih kecil. Pertumbuhan umbi yang sangat cepat terjadi antara minggu ke 4 - 8

minggu setelah tanam, pada minggu ke 11 pertumbuhannya mulai lambat, akhirnya

tidak berkembang lagi (Permadi, dkk, 1989).

Pada stadium pemasakan umbi, terjadi proses perkembangan umbi yang

terakhir yaitu saat umbi telah mecapai maksimum, secara morfologi ditandai dengan

menguningnya seluruh daun, umbi terputus dari stolon dan matinya tanaman.

Menurut Van Es dan Hartmans dalam Wattimena (1995) secara fisiologis pemasakan

umbi ditandai ukuran umbi yang optimal dan kandungan pati telah mencapai 97%.

Pembentukan bagian atas tanaman dan proses fotosintesis telah mulai menurun

dan berhenti. Pemasakan umbi ditandai dengan turunnya kandungan gula-gula

reduksi pada akhir pembungaan. Hal ini berlanjut hingga tanaman layu, kandungan

gula reduksi minimum, sementara kandungan pati berada dalam keadaan maksimum.

Pada saat pematangan umbi, 75-85% bahan kering tanaman terakumulasi pada umbi

(Cutter dalam Wattimena, 1995).

Faktor Lingkungan Tanaman Kentang

Faktor lingkungan yang mempengaruhi proses pembentukan umbi kentang

adalah suhu dan tanah, lama penyinaran, intensitas cahaya, media tumbuh juga

(35)

Pertumbuhan dan hasil tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh suhu, yaitu

untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu

optimum yang relatif rendah, terutama untuk pembentukan umbi yaitu 15,6ºC sampai

17,8ºC dan suhu malam 6,1ºC sampai 12,2ºC. Pada tanaman kentang suhu malam

lebih penting daripada suhu siang hari. Suhu tinggi dapat menghambat

perkembangan umbi, karena laju respirasi yang tinggi menyebabkan jumlah

karbohidrat yang tersedia menjadi berkurang. Pada suhu yang tinggi terutama pada

malam hari, pertumbuhan lebih banyak pada bagian atas tanaman daripada bagian

bawah, dimana tanaman lebih banyak menghasilkan daun baru, cabang dan bunga.

Stolon yang juga muncul di permukaan tanah membentuk batang dan daun sehingga

jumlah umbi yang terbentuk menjadi berkurang (Permadi, dkk., 1989).

Suhu tanah juga berperan dalam pembentukan umbi. Suhu tanah optimum

untuk pembentukan umbi besar adalah antara 16-20ºC, ada juga kultivar yang dapat

beradaptasi dengan membentuk umbi pada suhu 30ºC. Tanaman kentang

membutuhkan curah hujan berkisar 2000-3000 m per bulan untuk pertumbuhannya

(Smith dalam Permadi, dkk, 1989).

Pertumbuhan vegetatif dan produksi umbi juga dipengaruhi oleh suhu dan

fotoperioda, dimana tanggapannya berbeda-beda. Untuk pertumbuhan vegetatif,

dibutuhkan suhu rendah dan hari yang panjang, tetapi untuk pertumbuhan umbi

dibutuhkan suhu yang rendah dan hari yang pendek. Hasil umbi terbesar diproduksi

pada suhu yang rendah dan panjang hari sedang. Pada suhu tinggi dan hari panjang,

(36)

terbentuk. anjang hari relatif lebih pendek di daerah tropika, apabila dikombinasikan

dengan suhu yang dingin, dapat memberikan pembentukan dan perkembangan umbi

kentang yang baik.

Selain itu perrtumbuhan dan produksi kentang juga dipengaruhi oleh intensitas

cahaya matahari. Pada intensitas cahaya yang berkurang, jumlah energi yang tersedia

untuk fotosintesis akan rendah, sehingga kadar karbohidrat juga rendah. Juga pada

intensitas cahaya yang terlalu tinggi produksi juga rendah, dimana transpirasi yang

tinggi tidak dapat diimbangi oleh penyerapan air dari dalam tanah, sehingga hasil

fotosintesis menjadi berkurang intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman kentang belum dipastikan, tetapi tanaman kentang

diperkirakan hanya membutuhkan intensitas cahaya yang sedang (Bodleander dalam

Asandhi dan Gunadi, 1989).

Di Indonesia tanaman kentang banyak diusahakan di dataran tinggi dengan

ketinggian berkisar 500-3.000 m dpl dan yang terbaik pada ketinggian 1.300 m dpl

(Asandhi dan Gunadi, 1989). Menurut Gunadi (2000), tanaman kentang asal biji

botani (TPS) tumbuh dan memberikan hasil umbi terbaik di daerah dengan ketinggian

tempat di atas 1.500 m dpl.

Peranan Pupuk Kandang

Tanah yang sesuai untuk budidaya kentang harus cukup mengandung bahan

organik dan unsur hara yang mudah diserap oleh tanaman. Peranan bahan organik

yang paling penting adalah daya pegang airnya yang tinggi (Smith dan Harjadi dalam

(37)

terutama dalam memperbaiki struktur tanah. Pada tanah-tanah berpasir penambahan

bahan organik akan mengikat butir-butir tanah menjadi agregat-agregat sehingga

mempertinggi kapasitas menahan air, sedangkan pada tanah liat membentuk pori-pori

yang lebih besar sehingga akar tanaman dapat masuk ke lapisan yang lebih dalam.

Menurut Husain dan Kyuma dalam Anwar (1993), penambahan bahan organik

dapat meningkatkan ketersediaan fosfat bagi tanaman. Nyakpa, dkk., (1985)

mengatakan bahwa bahan organik memperbesar ketersediaan fosfat tanah, melalui

hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Sedangkan

menurut Rinsema (1986) bahan organik juga merupakan salah satu sumber nitrogen,

disamping unsur hara lainnya.

Dalam memperbesar ketersediaan P tanah bahan organik dapat (1) membentuk

P yang mudah diambil tanaman, (2) menyelimuti seskuioksida dan dapat menyangga

pengikatan P oleh tanah, dan (3) memungkinkan terjadinya pertukaran antara ion P

dengan ion humus (Nyakpa, dkk., 1985).

Salah satu usaha penambahan bahan organik ke dalam tanah adalah dengan cara

pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan bahan organik yang berasal

dari kotoran hewan (padat dan cair) yang bercampur dengan sisa-sisa makanannya.

Pupuk kandang telah lama dikenal para petani sayuran di Indonesia. Hasil-hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang dalam budidaya kentang

sampai saat ini masih tetap merupakan salah satu kebutuhan pokok disamping

penggunaan pupuk buatan untuk mendapatkan hasil produksi kentang secara

(38)

Lebih lanjut Suwandi, dkk (1989) mengatakan bahwa pemberian pupuk

kandang dapat meningkatkan hasil kentang, karena pupuk kandang disamping

menambah unsur hara, juga mempertahankan keadaan tanah tetap gembur. Hasil

penelitian Anwar (1993) menunjukkan bahwa sumber bahan organik yang berbeda

menunjukkan pengaruh yang berbeda pula terhadap hasil kentang dari TPS. Pada

penelitian ini dosis pupuk kandang 0, 10 dan 30 ton/ha dengan menggunakan progeni

Atzimba x DTO-28, Serrana XLT-7 dan Serrana x DTO-28. Hasil penelitian

menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hasil umbi untuk setiap progeni.

Sedangkan menurut Satjadipura dan Asandhi (1989), pada suatu penelitian digunakan

dosis pupuk kandang 5, 10, 15, 20 dan 25 ton/ha dengan menggunakan progeni Greta

x 1284/17. Hasil penelitian bahwa perlakuan dosis pupuk kandang tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hasil umbi. Dari data ini perlu dicari

dosis pupuk kandang di persemaian yang paling tepat untuk tanaman kentang asal biji

botani agar dapat menghasilkan produksi yang maksimum.

Kerapatan Tabur Benih

Keberhasilan pertanaman kentang di lapangan tergantung dari keberhasilan bibit

di persemaian (Satjadipura dan Asandhi, 1989). Di persemaian usaha mengatur

lingkungan untuk menghindari kompetisis di antara tanaman dalam menggunakan air

dan zat hara serta efisiensi penggunaan cahaya dilakukan dengan mengatur kerapatan

tanaman. Jika tanaman ditanam serapat mungkin maka akan menimbulkan kompetisi

(39)

Akar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanaman dan mempunyai fungsi

yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Tajuk khususnya jaringan

fotosintesis berfungsi menyerap CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan akar

berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme

tanaman. Peranan akar yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman tersirat

dalam konsep keseimbangan morfologi atau keseimbangan morfogenetik yang

dikembangkan Hellriegel pada tahun 1883 (De Willingen dan Van Noordwijk dalam

Sitompul dan Guritno, 1995). Konsep ini menekankan bahwa potensi perkembangan

akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas

tanaman. Ini berarti bahwa semakin banyak dan bagus kondisi akar maka semakin

tinggi hasil tanaman.

Dari uraian di atas diketahui bahwa perakaran tanaman harus dalam keadaan

baik, sehingga perlu dicari kerapatan tabur di persemaian yang paling tepat agar tidak

mengganggu pertumbuhan tanaman kentang di persemaian dan pada saat

transplantasi tanaman ke lapangan.

Umur Pindah Bibit

Sejak awal penelitian di Pusat Kentang Internasional (CIP) di Peru, TPS telah

digunakan dalam produksi kentang dengan tiga cara, yaitu penanaman langsung di

lapangan, transplantasi semaian dari persemaian ke lapangan dan penanaman umbi

semaian (Gunadi, 1996). Menurut Gunadi (2000), cara transplantasi semaian dari

(40)

ini mirip dengan cara tanaman sayuran lainnya yang berasal dari biji seperti tomat,

kubis, cabai dan sebagainya.

Satu masalah yang berhubungan dengan cara ini adalah kejutan transplantasi

(Transplanting Shock) ketika tanaman dipindahkan ke lapangan. Pada tingkat ini, tanaman semaian sangat sensitif terhadap cekaman lingkungan (Gunadi, 1996).

Metode yang mungkin menghindari atau mengurangi kejutan ini adalah melakukan

transplantasi semaian dengan hati-hati dan pada umur semaian yang tepat agar

perakaran tanaman tidak terganggu dan dapat beradaptasi dengan lingkungan di

lapangan.

Umur pindah tanaman berhubungan dengan perakaran dan jumlah daun.

Menurut Accatino and Malagamba dalam Gunadi (1996), di bawah kondisi yang

terkontrol di persemaian, transplantasi ke lapangan dapat dilakukan dalam 4 sampai 5

minggu setelah semai, ketika semaian mempunyai 4 sampai 5 daun.

Tanaman semaian kentang yang dipindah pada umur yang tepat akan

mempunyai persentase hidup yang tinggi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan

adalah jumlah akar apakah sudah banyak atau masih sedikit, kerusakan akar pada saat

pindah dan kemampuan tanaman untuk kembali normal di lapangan. Jika umur

pindah tanam kurang diduga akar belum kokoh, sedangkan jika umur pindah tanam

lebih perakaran akan terganggu dan stolon sudah keluar.

Gunadi (1996) menambahkan bahwa tanaman semaian pada umur 3, 4 dan 5

minggu setelah semai (mss), tidak berpengaruh terhadap hasil umbi tanaman kentang

(41)

progeni HPS 7/13. Sedangkan menurut Asandhi dan Satjadipura (1989), umur

persemaian yang terbaik untuk tanaman kentang biji botani adalah 4 mss. Dari data

ini perlu dicari umur pindah tanam yang paling tepat untuk tanaman kentang asal biji

botani agar dapat meningkatkan produksi tanaman.

Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan

faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap individu

tanaman dan untuk mengoptimasi penggunaan faktor lingungan yang tersedia

(Sitompul dan Guritno, 1995). Sehingga jumlah tanaman tiap satuan luas merupakan

salah satu faktor penentu terhadap besarnya produksi yang dapat dicapai. Perubahan

jarak tanam akan menimbulkan beberapa gejala biologis, antara lain perbedaan

beratnya persaingan, baik antara tanaman yang sama maupun tanaman yang berbeda.

Jarak tanam di lapangan akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan produksi

tanaman kentang asal biji botani, karena ini akan mempengaruhi tanaman dalam

mendapatkan hara, air dan cahaya. Populasi optimum per satuan luas untuk

pertanaman kentang dipengaruhi oleh kultivar, kesuburan tanah, macam bibit, iklim

dan tujuan penanaman.

Untuk tanaman kentang asal biji botani yang menghasilkan umbi bibit, menurut

Asandhi dan Satjadipura (1989) berdasarkan hasil penelitian bahwa progeni Atzimba

x R-128.6 mampu menghasilkan 25 ton/ha dengan jarak 15x70 cm, dan untuk progeni

(42)

tanaman yang menghasilkan umbi konsumsi, perlu dicari jarak tanam yang paling

tepat agar dihasilkan produksi yang maksimal karena untuk tujuan ini jarak tanam

harus lebih besar.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Pertanian Berastagi, yang terletak ± 1.340

meter di atas permukaan laut (m dpl). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei

sampai bulan Oktober 2003.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih TPS F1 Bejo

BSS 296 varietas Granola, asam Gibberelat, pupuk Urea, pupuk NPK, pupuk

Amophos, Rubby 10G, Curater, Curacron 500 EC, Curzet 64 WP, pupuk Gandasil D

dan Gandasil B, Basamid-G, medium tanah dan pupuk kandang ayam yang sudah

matang, aquadest, air dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.

Alat yang digunakan antara lain adalah bak kayu untuk persemaian, ayakan,

ember, handsprayer, meteran, timbangan analitik, Leaf Area Meter, Chlorophyll

Meter dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini.

(43)

Penelitian secara keseluruhan terdiri dari dua penelitian yang masing-masing

berdiri sendiri. Penelitian pertama merupakan penelitian pendahuluan, dilakukan di

persemaian. Penelitian kedua merupakan penelitian lanjutan, dilakukan di lapangan.

1. Penelitian Pendahuluan (Perkecambahan Benih di Persemaian)

Metode penelitian di persemaian disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbagi

(Split Plot Design) yang terdiri dari dua faktor.

Faktor pertama atau sebagai petak utama adalah perlakuan jenis media yang

terdiri dari 4 taraf, yaitu :

M0 = Tanah : Pupuk Kandang = 1 : 0

M1 = Tanah : Pupuk Kandang = 1 : 0,5

M2 = Tanah : Pupuk Kandang = 1 : 0,75

M3 = Tanah : Pupuk Kandang = 1 : 1

Faktor kedua atau sebagai anak petak adalah perlakuan kerapatan tabur benih

yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

K1 = 10 x 1,5 cm

K2 = 10 x 3 cm

K3 = 10 x 4,5 cm

K4 = 10 x 6 cm

Dengan demikian di persemaian terdapat 16 kombinasi perlakuan dimana setiap

kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 48 unit

percobaan. Satuan percobaan berupa bak-bak kayu sesuai dengan kerapatan tabur

(44)

20 cm; 50 cm x 46 cm x 20 cm; 50 cm x 60 cm x 20 cm dengan jumlah populasi

tanaman setiap petak percobaan adalah 50 tanaman. Jadi jumlah tanaman di

persemaian adalah 2.400 tanaman.

Dari setiap petak percobaan diambil sebagai sampel tetap secara acak sebanyak

10 tanaman sehingga dengan 48 satuan percobaan ada 480 tanaman sampel; dan

sampel destruktif 16 tanaman dalam setiap petak yang diamati sehingga dengan

48 satuan percobaan ada 768 tanaman sampel . Bagan percobaan terdapat pada

Lampiran 29-30.

2. Penelitian Lanjutan (Pertumbuhan dan Produksi Tanaman di Lapangan)

Metode penelitian di lapangan disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbagi

(Split Plot Design), yang terdiri dari dua faktor.

Faktor pertama atau sebagai petak utama adalah perlakuan jarak tanaman yang

terdiri dari 3 taraf, yaitu :

J1 = 70 cm x 25 cm

J2 = 70 cm x 30 cm

J3 = 70 cm x 35 cm

Dan faktor kedua atau sebagai anak petak yaitu perlakuan umur pindah bibit yang

terdiri dari 4 taraf, yaitu :

U1 = 21 hari

U2 = 25 hari

U3 = 29 hari

(45)

Dengan demikian di lapangan terdapat 12 kombinasi perlakuan dimana setiap

kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 36 unit

percobaan. Satuan percobaan berupa petak atau bedengan yang berukuran 280

cm x 180 cm dengan jumlah tanaman setiap petak percobaan sesuai dengan jarak

tanam, yaitu J1 = 28 tanaman, J2 = 24 tanaman dan J3 = 20 tanaman. Jadi jumlah

tanaman di lapangan adalah 864 tanaman.

Dari setiap petak percobaan diambil sampel tetap sebanyak 5 tanaman sehingga

dengan 36 satuan percobaan ada 180 tanaman sampel tetap dan sampel destruktif

sebanyak 6 tanaman sehingga dengan 36 satuan percobaan ada 216 tanaman

sampel destruktif. Bagan percobaan terdapat pada Lampiran 31-32.

Analisa Data

Data hasil penelitian pendahuluan di persemaian dianalisis berdasarkan Model

Linier adalah sbb :

Yijk = µ + i + Mj + ij + Kk + (MK)jk + ijk (1)

Dimana :

Yijk = Nilai peubah yang diamati

µ = Nilai rataan umum

i = Faktor petak ke - i

Mj = Faktor jenis media ke – j

ij = Pengaruh galad yang timbul pada petak ke-i dan faktor jenis media

ke-j

(46)

(MK)jk = Interaksi faktor jenis media ke – j dengan kerapatan tabur ke – k

ijk = Pengaruh galad yang timbul pada petak ke – i faktor jenis media ke –

j dan faktor kerapatan tabur benih ke – k.

Data hasil penelitian lanjutan di lapangan dianalisis berdasarkan Model Linier

sbb:

Yijk = µ + i + Jj + ij + Uk + (JU)jk + ijk (2)

Dimana :

Yijk = Nilai peubah yang diamati

µ = Nilai rataan umum

i = Faktor petak ke - i

Jj = Faktor jarak tanam ke – j

ij = Pengaruh galad yang timbul pada petak ke-i dan faktor jarak tanam

ke- j

Uk = Faktor umur pindah tanam ke – k

(JU)jk = Interaksi faktor jarak tanam ke – j dengan umur pindah ke – k

ijk = Pengaruh galad yang timbul pada petak ke – i faktor jarak tanam ke –

j dan faktor umur pindah tanam ke – k.

Untuk penelitian di persemaian dan di lapangan perlakuan yang menunjukkan

pengaruh yang nyata terhadap peubah yang diamati dilanjutkan dengan Uji Jarak

(47)

untuk melihat perbedaan pengaruh setiap perlakuan maupun kombinasi perlakuan

terhadap peubah yang diamati.

Pelaksanaan Penelitian 1. Di Persemaian

Pelaksanaan penelitian di persemaian terdiri dari dua yaitu persemaian untuk

penelitian pertama dan persemaian untuk penelitian kedua. Dimana pelakasanaan

dari masing-masing persemaian adalah sama, kecuali untuk persemaian penelitian

kedua pada saat berumur 2 mss dilakukan transplantasi semaian dengan akarnya

ke blok substrat yang berbentuk bubungan terbuat dari kertas koran berdiameter

± 3 cm, dengan media yang sama.

Perkecambahan

Biji-biji kentang yang didapat baik dari tanaman hybrid (HP) dan Open Pollinated

(OP) akan mengalami masa dormansi selama enam bulan. Oleh karena itu, untuk

mempercepat masa dormansi biji-biji kentang direndam dulu dalam 1.500 ppm

asam gibberelat selama 24 jam (Satjadipura dan Asandhi, 1989).

Pembuatan Media

Media yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang dalam

perbandingan sesuai dengan perlakuan. Sebelum digunakan, media terlebih

dahulu dibersihkan dengan diayak. Kemudian media disterilkan dengan Ruby

10G dan dimasukkan ke dalam bak-bak percobaan sesuai dengan perlakuan.

(48)

Sebelum dilakukan penanaman, bak-bak kayu sesuai dengan kerapatan tabur

benih yang masing berukuran 50 cm x 16 cm x 20 cm; 50 cm x 30 cm x 20 cm;

50 cm x 46 cm x 20 cm; 50 cm x 60 cm x 20 cm; yang berisi media dengan tinggi

20 cm (campuran tanah dan pupuk kandang sesuai perlakuan), dibuat lubang

garis memanjang sedalam 0,5 cm dengan jarak antar garis 10 cm. Benih TPS

ditaburkan di dalam lubang garis sesuai dengan perlakuan. Air bersih

disemprotkan menggunakan handsprayer halus, lalu benih TPS ditutup dengan

sisa media semi halus, kemudian permukaan media semai disiram kembali

dengan air secukupnya. Bak-bak kayu persemaian diberi pelindung agar

terhindar dari

hujan dan panas.

Pemeliharaan di Persemaian

Penyiraman dilakukan 2-3 kali sehari (tergantung keadaan media semai) dengan

menggunakan handsprayer. Diusahakan media semai tidak dalam keadaan

kering. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang baik, 2 minggu setelah tanam

tanaman disemprotkan 0.1 % urea (1 g Urea dicampur 1 liter air), penyemprotan

dapat diulangi 2-3 hari sekali selama 4 kali penyemprotan.

2. Di Lapangan

Penanaman di Lapangan

Lahan diolah dengan ukuran sesuai dengan perlakuan. Bedengan dibuat

berukuran 280 cm x 180 cm dengan jarak tanam sesuai dengan perlakuan. Bagan

(49)

kandang 350 g dan pupuk dasar yaitu 25 g NPK per lubang. Ditabur Curater 2 g

per lubang. Selanjutnya tanaman dari persemaian bumbungan ditanam ke

lapangan sesuai dengan umur pindah perlakuan (Hartus, 2001).

Pemeliharaan di Lapangan

Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari (tergantung keadaan di lapangan).

Diusahakan agar tanah tidak dalam keadaan kering. Umur 7 hari setelah tanam

tanaman diberi pupuk Gandasil D. Umur 25 hari setelah tanam, pembumbunan

pertama dilakukan dan diberi pupuk Amophos 40 g per lubang tanam.

Pembumbunan kedua dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam. Selanjutnya

umur 50 hari setelah tanam, tanaman diberi pupuk Gandasil B.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang

tumbuh di dalam petak percobaan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan 2

kali seminggu dalam mencampur Curacron 500 EC dan Curzet 64 WP dengan

dosis masing-masing 2 ml/l air.

Pemanenan

Pematian tanaman dilakukan setelah tanaman kentang berumur 91 hari setelah

tanam dengan cara bagian atas tanaman di pangkas untuk mempercepat

pematangan umbi. Selanjutnya 14 hari setelah pemangkasan dilakukan

pemanenan umbi.

Peubah yang Diamati 1. Peubah yang diamati pada penelitian pendahuluan.

(50)

Laju perkecambahan diperoleh dengan menghitung tanaman yang tumbuh

setiap hari dibagi jumlah tanaman yang ditanam lalu dikalikan 100 %.

Perhitungan dilakukan untuk mencari beberapa hari yang diperlukan untuk

mencapai 50 % tanaman tumbuh. Dilakukan pada umur 1 sampai 21 hss.

jumlah tanaman yang tumbuh/hari

Laju Perkecambahan = x 100% (3)

(% per hari) jumlah tanaman seluruhnya

2. Persentase Tumbuh (%)

Persentase tumbuh diukur dengan menghitung jumlah tanaman yang tumbuh

dibagi jumlah tanaman yang ditanam lalu dikalikan 100%. Pengukuran

dilakukan pada umur 21 hss.

jumlah tanaman yang tumbuh

Persentase Tumbuh (%) = x 100% (4)

jumlah tanaman seluruhnya

3. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi

tanaman. Pengukuran dilakukan pada umur 21, 25, 29 dan 33 hss.

4. Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna yaitu

daun yang laminanya telah membuka dan posisinya sudah horizontal.

Perhitungan dilakukan pada umur 21, 25, 29 dan 33 hss.

5. Bobot Segar (g)

Bobot segar diukur dengan menimbang tanaman segar setelah berumur 21, 25,

Gambar

Gambar 1.  Hubungan Laju Perkecambahan (% /hari) dengan Beberapa Dosis Pupuk
Gambar 7.  Hubungan Tinggi Bibit Tanaman Kentang (cm) dengan  Kerapatan Tabur Benih (cm) pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang  (kg/kg tanah) pada Umur 33  hss
Gambar 11. Hubungan Jumlah Daun Bibit Tanaman Kentang (helai) dengan
Gambar 15. Hubungan Bobot Segar Tanaman (g) dengan  Beberapa Dosis Pupuk Kandang (kg/kg tanah) pada Umur 33 hss
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, hasil penelitian Wulandari (2012) men- jelaskan penggunaan bobot umbi bibit 41- 60 g/umbi berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi/tanaman disebabkan oleh

Hasil penelitian menun- jukan penggunaan berbagai macam mulsa plastik mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering

Perbanyakan dengan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki banyak keuntungan di antaranya adalah untuk memproduksi bibit unggul dalam jumlah besar serta dengan

Upaya untuk menghasilkan produksi kentang yang tinggi selain tergantung pada pemeliharaan tanaman, varietas, dan juga sangat tergantung dari penyedian bibit yang

Selain itu, hasil penelitian Wulandari (2012) men- jelaskan penggunaan bobot umbi bibit 41- 60 g/umbi berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi/tanaman disebabkan oleh

(1991), penentuan jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi kentang karena dalam jarak tanam yang semakin rapat maka jumlah populasi tanaman pun

Selain itu, hasil penelitian Wulandari (2012) men- jelaskan penggunaan bobot umbi bibit 41- 60 g/umbi berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi/tanaman disebabkan oleh

Hasil penelitian menun- jukan penggunaan berbagai macam mulsa plastik mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering