Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
KLASIFIKASI TANAH DI KECAMATAN BARUS JAHE
KABUPATEN KARO MENURUT
KEYS TO SOIL TAXONOMY 2006
SKRIPSI
OLEH :
JAMESLIN SARAGIH 030303023
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
KLASIFIKASI TANAH DI KECAMATAN BARUS JAHE
KABUPATEN KARO MENURUT
KEYS TO SOIL TAXONOMY 2006
SKRIPSI
OLEH :
JAMESLIN SARAGIH 030303023
Disetujui Oleh Disetujui Oleh
(Ir. Razali, MP) (Dr.Ir. Tengku Sabrina, MAgr)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
ABSTRACT
Classification of soil is a process to select the soil according to the characteristic and their ability. This study aims to determine the classification of land in District Jahe Barus, Karo Regency based on USDA Keys to Soil Taxonomy in 2006.
This research was conducted in District Jahe Barus, Regency Karo, which has a height of 800 - 1500 m above sea level. Laboratory analysis conducted in the Central Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan.
Research activities include studies on the soil type library Sub Jahe Barus, broad observation, determining location based on a profile that represents the type of soil maps, the observed nature of land on the profile of land, the soil sample. Analysis of soil observed in the laboratory include: C-organic, base saturation, base can exchange,cation exchange capacity, phosfat retention and bulk density.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
ABSTRAK
Klasifikasi tanah adalah suatu proses pemilahan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi tanah di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo berdasarkan USDA Keys to Soil Taxonomy 2006.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, yang memiliki ketinggian tempat 800 – 1500 m diatas permukaan laut. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kegiatan penelitian ini meliputi studi pustaka jenis tanah di Kecamatan Barus Jahe, pengamatan kelapangan, penentuan letak profil yang mewakili berdasarkan peta jenis tanah, pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah, pengambilan sample tanah. Analisa tanah di laboratorium yang diamati antara lain : C-organik, Kejenuhan basa, basa-basa dapat tukar, Kapasitas Tukar Kation,Retensi Phosfat dan Bulk density.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat mengerjakan skripsi ini dengan judul “Klasifikasi Tanah
di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys to Soil Taxonomy 2006” yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Razali, MP sebagai
ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, juga
kepada Dr.Ir. Tengku Sabrina, MAgr sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan usulan penelitian
ini.
Akhir kata penullis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu.
Medan, Juni 2009
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tanah- Tanah Utama di Indonesia 14
Sejarah Andisol 15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian 17
Bahan dan Alat 17
Metode Penelitian 18
Tahapan Penelitian 18
Tahapan Persiapan 18
Pengamatan di Lapangan ` 18
Analisa Laboratorium 19
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 35
Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
DAFTAR TABEL
1. Tanah-tanah Utama dan Sebenarnya (x 1000ha) di Indonesia 14
2. Data Curah Hujan dan Temperatur Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo 21
3. Data Curah Hujan Rata-rata Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo 22
4. Hasil Analisis Sifat Kimia Pedon Pertama 26
5. Hasil Analisis Sifat Kimia Pedon Kedua 29
6. Hasil Analisis Sifat Kimia Pedon Kedua 32
7. Klasifikasi Tanah Berdasarkan
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Informasi Data Curah Hujan dan Temperatur
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo 37
2. Hasil Analisa Sifat Fisik Tanah 38
3. Hasil Analisa Sifat Kimia Tanah 39
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
DAFTAR GAMBAR
1. Penampang Profil Tanah di Desa Serdang
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo 25
2. Penampang Profil Tanah di Desa Sukanalu
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo 28
3. Penampang Profil Tanah di Desa Sinaman
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Barus Jahe merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tanah Karo dan merupakan
salah satu daerah pertanian yang luas yang khususnya untuk tanaman semusim. Mayoritas mata
pencarian masyarakat di kecamatan Barus Jahe adalah bertani. Pentaksonomian atau
pengklasifikasian tanah di daerah ini yang telah dilakukan adalah Klasifikasi Pusat Penelitian
Tanah Bogor, 1989. Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengklasifikasikan tanah di
daerah ini berdasarkan Taksonomi Tanah 2006, mengingat bahwa taksonomi tanah 1989 ordo
tanah masih 11 ordo, sedangkan taksonomi tanah 2003 ordo tanah telah menjadi 12, kemudian
pada tahun 2006 tidak terdapat perkembangan ordo, sehingga masih terdapat 12 ordo tanah saja.
Klasifikasi jenis tanah didaerah penelitian menurut Pusat Penelitian Tanah, Bogor
terdapat tiga jenis tanah yaitu (1) Dystropepts ; Tropudults ; Troporthents, (2) Dystropepts ;
Dystrandepts ; Tropudults, (3) Dystropepts ; Dystrandepts ; Haplorthox.
Pada edisi kesepuluh (2006), terjadi penambahan isi dari Keys to Soil Taxonomy,
dimana pada edisi ini dibuat analisa laboratorium yang mendukung dalam pemberian kategori
tanah. Diantaranya analisa sifat fisik seperti Bulk Density, COLE, Sifat kimia seperti pH, KTK,
Kejenuhan Basa, dan analisa mineral. Pada edisi kesepuluh ini juga terdapat beberapa
pengertian tentang horison-horison yang ada pada suatu profil tanah secara umum. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada edisi kesepuluh ini telah terjadi penyempurnaan baik tiap
kategori maupun isinya.
Klasifikasi merupakan pengkelasan tanah yang ditetapkan berdasarkan suatu standar tata
nama yang telah disepakati oleh semua negara di dunia. Dalam penelitian ini standar tata nama
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
USDA singkatan dari United State Departement of Agriculture, merupakan panduan
untuk taksonomi tanah. USDA pertama ada pada tahun 1975 kemudian berkembang terus.
Hingga tahun 2003, ditemukan ordo tanah yang baru yaitu Gleisol, kemudian hingga
berkembang lagi hingga tahun 2006.
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah
satu sama lain, dan mengelompokkan tanah kedalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas
kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah-tanah yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dapat dimasukkan kedalam satu kelas yang sama, dan demikian juga sebaliknya.
Klasifikasi tanah sangat erat kaitannya dengan pedogenesis atau proses pembentukan tanah
karena proses yang berbeda akan menghasilkan tanah yang berbeda pula.(Hardjowigeno,2003)
Hasil pengklasifikasian jenis tanah pada suatu wilayah biasanya disimpan dalam bentuk
peta. Peta adalah gambaran rupa bumi yang digambarkan secara dua dimensi dengan skala yang
telah ditetapkan. Proses pembuatan peta disebut dengan pemetaan. Sementara ilmu tentang
pembuatan peta disebut kartografi. Peta merupakan alat utama didalam kartografi, disamping
foto udara dan citra satelit. Dengan menggunakan peta, seseorang dapat mengamati kenampakan
permukaan bumi lebih luas dari batas pandang manusia (Sinulingga, 2004).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi tanah di Kecamatan Barus
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah,
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi Tanah adalah pemilahan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang
dimilikinya tanpa menghubungkannya dengan tujuan penggunaaan tanah tersebut. Klasifikasi
ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan mineral tanah yang dimiliki
masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi
pengguna tanah (Hardjowigeno,1986).
Klasifikasi tanah disusun untuk tujuan-tujuan tertentu dan menggunakan faktor atau
karakteristik tanah yang kadang-kadang bukan sifat-sifat dari tanah itu sendiri sebagai pembeda.
Pada tahun 1853, Thaer menggunakan tekstur tanah sebagai pembeda. Untuk kategori tinggi,
dan produktifitas tanah untuk pembeda kategori rendah (Hardjowigeno,1993).
Pada tahun 1883, Dokuchaev mengklasifikasikan tanah yang didasarkan pada
faktor-faktor pembentuk tanah, Proses-prosesnya dan horizon-horizon pencirinya. Pengklasifikasian
tanahnya lebih didekatkan kepada ganesa tanah. Pada tahun 1892 di Amerika Serikat, Hilgard
menekankan hubungan antara tanah dan iklim. Pada tahun 1912, Coffey membuat system
klasifikasi yang pertama di Amerika Serikat berdasarkan prinsip ganesa tanah Dokuchaev dan
Glinka (
Di Indonesia, klasifikasi tanah dikemukakan pertama kali oleh Mohr Pada tahun 1910.
Klasifikasi tanah ini didasarkan pada kombinasi macam-macam bahan induk dan cara
pelapukannya dititikberatkan pada intensitas-intensitas pelindian (leaching) dalam
hubungannya dengan iklim. Susunan klasifikasi tanahnya dititikberatkan pada formasi
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Semenjak tahun 1955, di Indonesia dipergunakan sistem klasifikasi tanah berdasarkan
Thorp dan Smith (1942), yang merupakan perbaikan system dari system klasifikasi yang berlaku
di Indonesia, Walaupun telah mengalami beberapa modifikasi (Abdullah,1992).
Suatu sistem klasifikasi harus memiliki dasar pemikiran sebagai berikut :
1. Harus jelas untuk setiap kategori / tingkat. Misalnya pembeda yang digunakan dapat
diuraikan dengan jelas
2. Satu kelas akan selalu dibagi lagi menjadi subkelas-subkelas yang
nonverlapping.(Abdullah,1992).
Prinsip umum klasifikasi tanah adalah :
1. Sistem penggolongan yang menyatakan hubungan secara universal
2. Susunan harus berdasarkan pada karakteristik tanah yang diklasifikasikan
3. Tidak menggunakan sifat tanah secara keseluruhan tetapi menggunakan bahan tanah
yang dianggap penting.
Taksonomi Tanah
Pada tahun 1975, Soil Survey Staff membuat sistem klasifikasi tanah yang sama sekali
baru, baik dalam tata nama maupun rancangannya. Sifat-sifat penciri dari masing-masing tanah
adalah sifat tanah yang memang terdapat pada tanah itu sendiri. Sistem klasifikasi ini dikenal
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) dalam kongres yang ke-5 di Medan tahun 1989
telah memutuskan untuk menggunakan taksonomi tanah secara nasional di Indonesia
(Hardjowigeno,1993).
Taksonomi tanah bertujuan untuk membedakan tanah mineral dengan tanah organik.
Untuk melakukan hal ini, pertama kali adalah perlu membedakan bahan tanah mineral dari
bahan organik. Yang kedua adalah perlu untuk mendefenisikan bagian minimal dari suatu tanah
yang harus merupakan bahan mineral, apabila suatu tanah diklasifikasikan sebagai suatu tanah
mineral dan bagian minimal yang harus merupakan bahan tanah organik apabila suatu tanah
diklasifikasikan sebagai tanah organik (Soil Survey Staff, 1998)
Prinsip taksonomi tanah adalah :
1. Pengklasifikasian tanah didasarkan kepada sifat-sifat tanah.
2. Sifat-sifat tanah mudah diobservasi.
3. Sifat-sifat tanah mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Sifat umum taksonomi tanah yaitu :
1. Taksonomi tanah merupakan sifat multi kategori.
2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuan-penemuan
baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.
3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasi semua tanah dimanapun ditemukan.
4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survey tanah. Kemampuan
penggunaan tanah untuk survey tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Dalam sistem taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat pembeda mulai
dari kategori tertinggi hingga kategori rendah.
1. Order, mempunyai faktor pembeda ada atau tidaknya unsur penciri serta jenis/sifat dari
horizon penciri tersebut.
2. Sub-order, faktor pembeda adalah keseragaman genetis. Misalnya ada atau tidaknya
sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, rezim kelembaban, bahan
induk utama.
3. Great group, memberi faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan
dan susunan horizon, kejenuhan basa, rejim suhu dan kelembaban.
4. Sub group, mempunyai faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti great group.
Sifat-sifat tanah peralihan ke great group lain, sub-order atau order.
5. Family, faktor pembeda adalah sifat tanah antara lain ukuran partikel dan susunan
mineral.
6. Seri, faktor pembeda adalah jenis dan susunan horizon, warna, tekstur, struktur,
konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horizon. Sifat-sifat kimia dan mineral
masing-masing horizon (Munir, 1996).
Keys to Soil Taxonomy 2006
Menurut taksonomi tanah 2006 (Soil Survey Staff, 2006) terdapat 8 epipedon penciri
yaitu : Antropik, Foloistik, Histik, Melanik, Mollik, Okrik, Plagen, dan Umbrik.
A. Epipedon Mollik
Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, mempunyai
value warna (lembab) ≤ 3 dan kroma warna (lembab)≤ 3Kejenuhan basa sebesar 50 % atau
lebihKandungan C-organik 0,6 % atau lebih.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia , dan
memenuhi persyaratan epipedon mollik.
C. Epipedon Umbrik
Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat,
mempunyai value warna (lembab) ≤ 3 dan kroma warna (lembab)≤ 3,Kejenuhan basa kecil dari
50 %,Kandungan C-organik 0,6 % atau lebih.
Taksonomi tanah 2006 (Soil Survey Staff, 2006) terdapat 19 horison bawah penciri,
yaitu horison Agrik, Albik, Argilik, Kalsik, Kambik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kandik,
Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik, dan Spodik.
A. Horison Kambik
Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil proses alterasi secara fisik,
transformasi secara kimia,atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua
atau lebih proses-proses tersebut
B. Horison Argilik
Horison argilik secara normal merupakan suatu horizon bawah-permukaan dengan kandungan
liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horizon tersebut mempunyai sifat adanya gejala
iluviasi liat, KTK tinggi (>6 cmol/kg ).
C. Horison Kandik
Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi
KTK rendah (<6 cmol/kg )
D. Horison Agrik
Horizon agrik adalah suatu horizon iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah,
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
E. Horison Oksik
Horizon oksik merupakan horizon bawah-permukaan yang tidak memiliki sifat-sifat
tanah andik dan KTK rendah (<6 cmol/kg ).
Kategori Ordo
Berdasarkan Keys to Soil taxonomy 2006, Ordo tanah terdiri dari 12 ordo. Yaitu Alfisol,
Andisol, Aridisol, Entisol, Gelisol, Histosol, Inceptisol, Mollisol, Oksisol, Spodosol, Ultisol,
dan Vertisol.
A. Alfisol
Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horizon argilik, kandik, dan
natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih dibeberapa
bagian.
B. Andisol
Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat Andik pada 60 % atau lebih dari ketebalannya.
C. Aridisol
Tanah yang mempunyai rejim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik
atau mempunyai horizon salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di dalam 100 cm dari
permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.
D. Gelisol
Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan gelik didalam
100 cm dari permukaan tanah.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60 % atau lebih ketebalan
diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.
F. Inceptisol
Tanah yang mempunyai sifat penciri horizon kambik epipedon plaggen, umbrik, mollik
serta rejim suhu cryik dan tidak terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah
mineral.
G. Mollisol
Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50 % atau lebih pada keseluruhan horizon.
H. Oksisol
Tanah lain yang memiliki horizon oksik (tanpa horizon kandik) yang mempunyai batas
atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40 % atau
lebih dalam fraksi tanah.
I. Spodosol
Tanah lain yang memiliki horizon spodik, albik pada 50 % atau lebih dari setiap pedon,
dan rejim suhu cryik
J. Ultisol
Tanah lain yang memiliki horizon argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan
kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 % pada kedalaman 180 cm.
K. Vertisol
Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih,dengan batas atas didalam
100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan
rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30 % atau lebih.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik, atau albik tetapi tidak ada horizon penciri
lain.
Sub Ordo
Ordo Andisol terbagi atas 8 sub ordo yaitu : Aquands, Gelands, Cryands, Torrands,
Xerands, Vitrands, Ustands, Udands..
A. Aquands
Sub ordo Aquands mempunyai sifat epipedon Histik,
B. Gelands
Sub ordo Gelands mempunyai sifat penciri berdasarkan iklim sub tropis.
C. Cryands
Sub ordo Cryands mempunyai sifat rezim suhu tanah Cryik.
D. Torrands
Sub ordo Torrands mempunyai sifat rezim kelembaban Aridik.
E. Xerands
Sub ordo Xerands mempunyai sifat rezim kelembaban Xerik.
F. Vitrands
Sub ordo Vitrands memiliki sifat penciri jika memiliki retensi air pada 1500 kPa kurang
dari 15 % pada contoh tanah kering udara, dan kurang dari 30 % pada contoh tanah tanpa
pengering udara.
G. Ustands
Sub ordo Ustands mempunyai sifat rezim kelembaban Ustik.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Andisol yang lain.
Great Group
Sub ordoUdands terdiri dari enam Great Group yaitu : Placudands, Durudands,
Melanudands, Hydrudands, Fluvudands, dan Hapludands.Berdasarkan hasil analisa sifat fisik
maupun kimia syarat great group pertama sampai kelima tidak dapat dipenuhi, maka pedon
pertama,kedua, dan ketiga diklasifikasikan sebagai udands yang lain yaitu great group
Hapludands.
Sub Group
Great group Hapludands terdiri dari : Lithic Hapludands, Anthraquic Hapludands, Aquic
Duric Hapludands, Duric Hapludands, Aquic Hapludands, Oxyaquic Hapludands, Alic
Hapludands, Aerudoxic Hydric Hapludands, Aerudoxic Thaptic Hapludands, Aerudoxic Ultic
Hapludands, Aerudoxic Hapludands, Vitric Hapludands, Hydric Thaptic Hapludands, Hydric
Hapludands, Eutric Thaptic Hapludands, Thaptic Hapludands, Eutric Hapludands, Oxic
Hapludands, Ultic Hapludands, Alfic Hapludands, Typic Hapludands. Karena horison
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tanah-Tanah di Indonesia
Adapun tanah-tanah utama yang terdapat di Indonesia menurut Sutanto (2005)
ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 1: Tanah-tanah Utama dan Sebenarnya ( x 1000ha) di Indonesia
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
SEJARAH ANDISOL
Menurut Tan (1998), Andisol merupakan tanah yang baru saja menarik perhatian
ilmuwan tanah sedunia. Tadinya tanah tersebut dianggap penting secara lokal saja, dan karena
itu dipandang tak memenuhi syarat untuk menempati kategori tertinggi sederajat dengan
Oksisol, Mollisol, Alfisol, dan lain-lain yaitu kategori order tanah dari Taksonomi Tanah
Amerika Serikat. Andisol dimasukkan kedalam suborder Andept, yaitu bagian bawah dari
Inceptisol.
Nama Ando soil, tanah Ando, adalah nama yang pertama diajukan oleh ahli-ahli tanah
USA ditahun 1947 untuk tanah-tanah di Jepang berwarna hitam. Menurut Simonson (1979)
istilah Ando diambil dari bahasa Jepang, Anshokudo, dimana an = gelap, shoku =
warna, dan do = tanah. Ilmuan tanah Jepang sebetulnya lebih suka memakai nama Kurobokudo
(kuro = hitam, boku = lunak, gembur, dan do = tanah) daripada nama Anshokudo atau
Kurotsuchi, yaitu nama lain untuk tanah hitam ini, dan menyatakan bahwa istilah Ando
merupakan istilah yang tak biasa (uncommon) dalam bahasa Jepang (Ohmasa, 1964; Shoji et
al.,1993). Sebetulnya nama Ando soil itu agak salah—Ando = tanah-hitam, dan Soil = tanah —
jadi pemakaian soil dibelakang Ando adalah berkelebihan. Nama Ando soil dipersingkat
menjadi Andosol, dan diguakan dengan interpretasi secara bebas didunia untuk menggantikan
nama –nama local, seperti Tanah Debu Hitam (Indonesia), tanah Kuroboku, Kurotsuchi, dan
Tanah Humik-Alofan (Jepang), Tanah Trumao (Amerika Selatan), Tanah Talpetate
(Nicaragua), Tanah Alvic dan Subaltic atau Tanah Lempung Kuning-Coklat (Yellow Brown
Loam, Selandia Baru) dan Tanah Coklat (Antilles ).
Untuk menghapuskan perbedaan-perbedaan yang timbul, diselenggarakan oleh FAO
suatu pertemuan internasional pertama mengenai Klasifikasi dan Korelasi Tanah Debu Volkanik
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
permufakatan dan berhasil merumuskan defenisi serta merestui pemakaian nama Andosol
nampaknya digemari dan lebih terpakai oleh ahli-ahli tanah diberbagai negara daripada nama
Andept dan nama Ando soil. Ketika itu usaha-usaha klasifikasi tanah dan pemberian nama tanah
di USA dikuasai oleh Divisi Survey Tanah dari USDA dibawah pimpinan otokratis dari Guy
D.Smith, yang tadinya ingin mempertahankan nama Andept. Karena akhirnya terasa juga bahwa
nama Andept tak bias dipertahankan lagi, untuk memecahkan persoalan ini golongan ahli-ahli
USDA yang di dirikan dalam tahun 1978 suatu panitia yang dikenal dengan nama ICOMAND,
International Committee on Andosol, diketuai oleh M.L. Leamy, dari Biro Tanah, Selandia
Baru. Panitia ICOMAND menyetujui usul Guy D.Smith, tahun 1979, untuk memakai nama
Andisol, menggantikan nama Andosol, dengan alasan bahwa istilah Andosol bukanlah bahasa
Inggris yang tepat, dan huruf “o” dalam Andosol katanya dibataskan pemakaiannya pada
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, dengan
ketinggian tempat 800 – 1500 m diatas permukaan laut dengan luasan daerah yang akan diamati
adalah sekecamatan Barus Jahe. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Sentral,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah Peta Jenis Tanah dengan skala 1: 50.000, Peta
Administrasi Kecamatan Barus Jahe skala 1: 50.000, peta kemiringan lereng dengan skala 1:
50.000, lembar isian profil, aquades, data curah hujan dan bahan-bahan penunjang lainnya.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah GPS (Global Posision System)
untuk menentukan letak titik koordinat dari profil penelitian, meteran untuk mengukur profil
tanah, kamera untuk mendokumentasikan profil yang diteliti, kantong plastik untuk tempat
sample tanah, Munsell Soil Color Chart untuk menentukan warna tanah, cangkul untuk
menggali profil, pisau untuk menentukan batas horizon, bor tanah untuk pengambilan sample
tanah dan alat-alat tulis.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
tanah yang ada. Dan setelah dilakukan pengamatan, ditentukan profil tanah pada setiap jenis
tanah yang mewakili untuk membandingkan jenis tanah yang ada dengan Soil Taxonomy 2006.
Tahapan Penelitian
Adapun tahapan kegiatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahapan persiapan
Sebelum penelitian dilapangan dilakukan, terlebih dahulu diadakan rencana penelitian
seperti konsultasi dengan dosen pembimbing, pengadaan prasurvey dilapangan, persiapan
alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Pengamatan dilapangan
Kegiatan dilapangan meliputi penentuan lubang profil yang mewakili berdasarkan peta jenis
tanah Kecamatan Barus Jahe. Hal yang dilakukan dilapangan antara lain:
a) Pemilihan daerah penelitian
Daerah penelitian ini terdiri dari daerah landai dan berbukit, tetapi daerah yang
akan digunakan untuk penggalian profil tanah dan pengambilan sampel tanah adalah
daerah landai dengan kemiringan lereng 5-8 %.
b) Pembuatan profil tanah
Profil tanah dibuat dengan menggali sampai kedalaman maksimal (
solum tanah ) dan digambarkan menurut lapisan atau horizon tanahnya.
c) Pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah
Pengamatan sifat-sifat tanah yang meliputi batas horizon, warna tanah, tekstur,
struktur, dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Pengambilan sample tanah dari profil adalah tiap lapisan atau horizon dan pada saat
pengambilan tanah, dicatat juga data-data dari daerah penelitian yang meliputi
vegetasi, fisiografi, ketinggian tempat, letak geografis, dan penggunaan lahan.
3. Analisa Laboratorium
Analisa laboratorium yang diamati antara lain
- C-organik dengan metode Walkey and Black
- Kejenuhan basa dengan metode NH4OAc pH 7
- Basa-basa dapat tukar ( Ca2+, Mg2+, K+ , dan Na+ ) dengan metode NH4OAc pH 7
- Kapasitas Tukar Kation dengan metode NH4OAc pH 7
- Retensi Phosfat dengan metode Blackmore
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Daerah Penelitian
Penelitiian ini dilaksanakan di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Kecamatan ini
berjarak ± 170 km dari kota Medan dan mempunyai ketinggian ±1273 meter diatas permukaan
laut(dpl). Berdasarkan Kasifikasi Pusat Penelitian Tanah, jenis tanah yang terdapat didaerah
penelitian (1) Dystropepts ; Tropudults ; Troporthents, (2) Dystropepts ; Dystrandepts ;
Tropudults, (3) Dystropepts ; Dystrandepts ; Haplorthox.
Penggunaan Lahan
Pengunaan lahan pada daerah penelitian adalah tanaman jeruk (Citrus sinensis), padi
gogo(Oryza sativa), dan jagung (Zea mays).
Iklim
Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan dan temperatur. Data ini diperoleh
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali, Medan, Sumatera Utara dari tahun 1999-2008
yang tertera pada lampiran.
Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), bahwa bulan basah terjadi jika curah hujan
dalam satu bulan mencapai ≥100 mm, Sedangkan jika curah hujan ≤60 mm dalam satu bulan
disebut bulan kering.
Daerah penelitian di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo mempunyai zona iklim B
(basah), dimana rata-rata bulan basah mencapai 7 sampai 9 bulan dalam setahun.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Sampali
Temperatur (°C)
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Sampali
Dari data curah hujan dan temperatur, diperoleh rezim kelembaban tanah yaitu Udik,
karena pada daerah penelitian curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2598,8 mm dimana
kelembaban tanah tidak kering disembarang bagiannya, selama 90 hari kumulatif dalam tahun
normal.,dan memiliki suhu tanah tahunan rata-rata lebih rendah dari 22°C. Sedangkan untuk
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
suhu tanah tahunan rata-rata adalah 19,1°C, ini termasuk kedalam rezim suhu tanah Isotermik,
yaitu suhu tanah tahunan rata-rata adalah 15°C atau lebih tinggi, tetapi lebih rendah dari 22°C.
Tabel 3. Data Curah Hujan Rata-rata Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo
BULAN Rata-Rata Bulanan (mm)
Januari 226.5
Rata-rata Tahunan (mm) 2598.8
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Sampali
Relief
Pada umumnya relief Kecamatan Barus Jahe , Kabupaten Karo adalah landai sampai
agak curam. Pada profil penelitian satu, reliefnya adalah datar sampai agak datar dengan
kemiringan lereng 0-3 %. Pada profil penelitian kedua reliefnya adalah agak miring atau
bergelombang dengan kemiringan lereng 8-15 %. Sedangkan pada profil penelitian tiga
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
A. Profil Pertama :
Adapun deskripsi morfologi dari pedon daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Lokasi : Desa Serdang, Kecamatan Barus Jahe,Kabupaten Karo
Letak Geografis : 03°07’13,5”LU dan 98°35’34,9”BT
Kemiringan Lereng : 0-3 %
Fisiografi : Datar
Tinggi Tempat : 1266 m dpl
Drainase : Baik
Vegetasi : Jeruk, padi gogo, bambu, jagung.
Erosi : Ada
Kedalaman Efektif : 100 – 150 cm
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Gambar 1. Penampang Profil Tanah di desa Serdang Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo
Hor
(10 YR 2/3), tekstur liat berdebu, struktur remah,tanpa
karatan, perakaran banyak.
Pada kedalaman 25-55 cm berwarna coklat kekuning-kuningan (10 YR 4/6), tekstur liat berdebu, struktur
gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran banyak, dan
adanya akumulasi illuvial humus berupa serlaput
partikel pasir atau debu.
Pada kedalaman 55-82 cm berwarna kuning kecoklatan (10 YR 5/8), tekstur liat berdebu, struktur gumpal
bersudut, tanpa karatan, perakaran sedikit.
Pada kedalaman 82-107 cm berwarna kuning kemerah-merahan (7,5 YR 6/8), tekstur liat berdebu, struktur
gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran sedikit, dan
adanya perkembangan warna.
Pada kedalaman 107-116 cm berwarna coklat
(10 YR 4/6), tekstur liat berpasir, struktur gumpal
bersudut, tanpa karatan, perakaran sedikit.
Pada kedalaman 116-136 cm berwarna coklat
kekuningan (10 YR 5/6), tekstur lempung liat berpasir,
struktur gumpal, tanpa karatan, perakaran sedikit.
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tabel 4. Hasil analisis sifat kimia pedon pertama
No
C-Dari hasil analisa sifat fisik maupun kimia diperoleh horison atas penciri adalah
epipedon Umbrik, karena :
2. Mempunyai value warna 2 – 6
3. Memiliki kejenuhan basa < 50 %
4. Memilki kandungan C-Organik 4,24 %
5. Tergolong lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif dalam tahun-tahun normal
Dari data tersebut diperoleh horizon atas penciri adalah Umbrik. Sedangkan horison
bawah penciri adalah Kandik, karena adanya iluviasi, persentase liat tinggi dan KTK rendah(<6
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
B. Profil Kedua :
Adapun deskripsi morfologi dari pedon daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Lokasi : Desa Sukanalu,Kecamatan Barus Jahe,Kabupaten Karo
Letak Geografis : 03°05’0,9”LU dan 98°32’45”BT
Kemiringan Lereng : 8-15 %
Fisiografi : Bergelombang
Tinggi Tempat : 1225 m dpl
Drainase : Baik
Vegetasi : Padi gogo, bambu
Erosi : Ada
Kedalaman Efektif : 50 – 100 cm
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Gambar 2. Penampang Profil Tanah di desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo
Hor
Pada kedalaman 0-53 cm berwarna sangat hitam (10 YR 2/2), tekstur lempung berpasir, struktur
gumpal bersudut, tanpa karatan, perakaran banyak
Pada kedalaman 53-67 cm berwarna coklat
kekuning-kuningan (10 YR 3/4), tekstur lempung,
struktur gumpal bersudut, tanpa karatan,
perakaran banyak, dan adanya akumulasi illuvial
humus berupa serlaput partikel pasir atau debu.
Pada kedalaman 67-102 cm berwarna kuning
kecoklatan (10 YR 6/6),tekstur lempung
berliat,struktur gumpal bersudut, tanpa karatan,
perakaran sedikit.
Pada kedalaman 102-138 cm berwarna kuning
kemerah-merahan (7,5 YR 7/6), tekstur lempung
liat berpasir, struktur gumpal bersudut, tanpa
karatan, perakaran tidak ada, dan adanya
perkembangan warna.
Pada kedalaman ≥138 cm berwarna coklat kekuning-kuningan (10 YR 5/6), tekstur liat
berpasir, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan,
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tabel 5. Hasil analisis sifat kimia pedon kedua
No
C-Organik
Retensi-P Al-dd KTK
Basa-Basa Tukar
KB BD
K Ca Na Mg
1 4.2467 77.81 0.25 10.90 17.947 1.3360 1.7818 4.3649 8.6877 0.64
2 2.9879 93.73 0.15 7.50 18.479 0.6502 2.5098 3.4322 11.7590 1.08
3 2.3435 100 0.10 6.40 17.568 0.4461 1.4309 2.4663 11.3216
4 0.2832 99.78 0.15 6.40 11.332 0.6630 2.5838 3.2996 10.8655
5 0.3829 100 0.00 4.50 17.074 0.0046 3.1276 4.0700 19.8487
Dari hasil analisa sifat fisik maupun kimia dapat diperoleh epipedon penciri adalah
Umbrik,karena :
1 Mempunyai value warna 2 – 6
2 Memiliki kejenuhan basa < 50 %
3 Memilki kandungan C-Organik 4,24 %
4 Tergolong lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif dalam tahun-tahun normal
Dari data tersebut diperoleh horizon atas penciri adalah Umbrik. Sedangkan horison
bawah penciri adalah Kandik, karena adanya iluviasi, persentase liat tinggi dan KTK rendah (<6
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
C. Profil Ketiga :
Adapun deskripsi morfologi dari pedon daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Lokasi : Desa Sinaman, Kecamatan Barus Jahe,Kabupaten Karo
Letak Geografis : 03°03’36,4”LU dan 98°33’24,3”BT
Kemiringan Lereng : 3-8 %
Fisiografi : Berombak
Tinggi Tempat : 1250 m dpl
Drainase : Baik
Vegetasi : Padi gogo, bambu, rumput
Erosi : Ada
Kedalaman Efektif : 100 – 150 cm
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Gambar 3. Penampang Profil Tanah di desa Sinaman Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo
Hor
Pada kedalaman 0-47 cm berwarna sangat hitam (7,5 YR 2/2), tekstur lempung liat
berdebu,struktur gumpal bersudut,tanpa karatan,
perakaran banyak.
Pada kedalaman 47-107 cm berwarna kuning
kemerah-merahan (7,5 YR 7/8), tekstur lempung
berliat, struktur gumpal bersudut, tanpa karatan,
perakaran sedang, dan adanya akumulasi illuvial
humus berupa serlaput partikel pasir atau debu.
Pada kedalaman 107-118 cm berwarna coklat kuat (7,5 YR 5/6), tekstur lempung liat
berdebu, struktur gumpal bersudut, tanpa
karatan, perakaran sedang, dan adanya
perkembangan warna.
Pada kedalaman ≥138 cm berwarna coklat kekuning-kuningan (10 YR 5/6),tekstur lempung,
struktur gumpal bersudut, tanpa karatan,
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tabel 6. Hasil analisis kimia pedon ketiga
No
C-Organik
Retensi-P Al-dd KTK
Basa-Basa Tukar
KB BD
K Ca Na Mg
1 4.9792 97.2 0.15 10.30 2.826 1.0736 1.9210 0.9006 2.6863 0.61
2 2.5484 97.76 0.20 11.90 1.351 0.1895 2.9064 2.3779 3.0275 0.76
3 0.2832 97.43 0.05 8.60 0.678 0.4202 1.5941 3.9613 4.9700
4 0.9666 97.43 0.00 7.60 0.392 0.2099 2.4873 2.0981 3.9016
Dari hasil analisa sifat fisik maupun kimia dapat diperoleh epipedon penciri sama
dengan horison bawah penciri kedua yaitu Umbrik,karena :
1 Mempunyai value warna 2 – 6
2 Memiliki kejenuhan basa < 50 %
3 Memilki kandungan C-Organik 4,97 %
4 Tergolong lembab selama 90 hari atau lebih secara kumulatif dalam tahun-tahun normal
Dari data tersebut diperoleh horizon atas penciri adalah Umbrik. Sedangkan horison
bawah penciri adalah Kandik, karena adanya iluviasi, persentase liat tinggi dan KTK rendah(<6
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Pembahasan
Klasifikasi tanah berdasarkan analisa sifat fisik dan kimia
Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dan kimia diperoleh bahwa pedon penelitian
pertama, kedua, dan ketiga di Kecamatan Barus Jahe memiliki sifat penciri yang sama yaitu :
a. Memiliki bulk density < 0.90 g/cm3
b. Memiliki retensi fosfat sebesar 85 % atau lebih
c. Memiliki kandungan C-Organik < 25 %
d. Terdapat rasa smeary di beberapa horizon
Dimana sifat ini merupakan sifat penciri Andik
Sifat penciri andik ini terdapat pada ketebalan 75 cm atau lebih pada kedalaman 60 cm
dari permukaan tanah atau batas atas lapisan organik. Sehingga dapat diperoleh ordo tanah yaitu
Andisol.
Dari data curah hujan, Kecamatan Barus Jahe diketahui rezim kelembaban yaitu Udik,
karena pedon penelitian pertama, kedua, dan ketiga memiliki rezim kelembaban yang sama
sehingga Sub Ordo dari ordo andisol ini memiliki ciri-ciri yang memenuhi syarat sub ordo
Udands.
Dari sub ordo dapat diperoleh Great Group. Pedon penelitian pertama, kedua, dan
ketiga sama-sama memiliki ciri-ciri udands yang memiliki sifat penciri yang lain, yaitu memiliki
rejim kelembaban tanah Udik dan rejim suhu tanah Isotermik sehingga great group dari sub ordo
udands termasuk pada great group Hapludands.
Dari great group hapludands, dapat diperoleh Sub Group dengan syarat merupakan
hapludands yang lain, sehingga sub group dari ordo andisol ini termasuk pada sub group Typic
Hapludands, karena pedon penelitian pertama, kedua, dan ketiga horison pencirinya adalah
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
Tabel 7. Klasifikasi tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2006
PROFIL ORDO SUB ORDO
GREAT
GROUP SUB GROUP
Profil 1 Andisol Udands Hapludands Typic Hapludands
Profil 2 Andisol Udands Hapludands Typic Hapludands
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan satuan peta tanah sistem Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, bahwa
tanah di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, terdapat tiga jenis tanah yaitu:
1. Dystropepts ; Tropudults ; Troporthents
2. Dystropepts ; Dystrandepts ; Tropudults
3. Dystropepts ; Dystrandepts ; Haplorthox
Setelah dilakukan penelitian klasifikasi tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2006, hanya
terdapat satu jenis tanah yaitu
Ordo : Andisol
Sub Ordo : Udands
Great Group : Hapludands
Sub Group : Typic Hapludands
Saran
Setelah dilakukan penelitian, pemberian nama tanah pada daerah penelitian tidak lagi
berdasarkan Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, tetapi berdasarkan Keys to Soil
Taxonomy 2006 yaitu Andisol, dan perlu dilakukan klasifikasi tanah pada daerah Kecamatan
Jameslin Saragih : Klasifikasi Tanah Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Menurut Keys To Soil Taxonomy 2006, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S., 1992. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta
Darmawidjaya, I., 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan
Pertanian di Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta
, 1992. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan
Pertanian di Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta
Hakim, N.,M.Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S.G. Nugroho., M. A. Diha., G. B. Hong., dan H. H.
Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung
Hardjowigwno, S., 1986. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta
, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo, Jakarta
, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo, Jakarta
Marpaung, P., 2005. Genesis dan Taksonomi Tanah, Practice Guide Book. Laboratorium
Mineralogi Tanah, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
Munir, M, 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan
Pemanfaatannya. Pustaka Jaya, Jakarta
Sutanto, R, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan kenyataan. Kanesius, Yogyakarta
Sinulingga, A.B., 2004. Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan Kartografi. USU Press
Medan
Soil Survey Staff, 1998. Soil Taxonomy. 8th Edition, United State Departement of Agriculture. Soil Conservation Service. Washington
,2006. Soil Taxonomy. 10th Edition, United State Departement of Agriculture. Soil Conservation Service. Washington
Tan, K. Hm, 1998. Andosol. Capita Selecta With Extended English Summary. Program Studi