• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officunale Rosc.) Dan Uji Aktivitas Antibakteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officunale Rosc.) Dan Uji Aktivitas Antibakteri"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

SKRIPSI

DOMINIKA BR GINTING 090822013

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

JUDUL : IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber

officunale Rosc.) DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI

Kategori : SKRIPSI

Nama : DOMINIKA BR GINTING

Nomor Induk Mahasiswa : 090822013

Program : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Mei 2011

Komisi Pembimbing

Pembimbing II Pembimbing I

Cut Fatimah Zuhra, S.Si.M.Si Drs. Adil Ginting, M.Sc NIP: 197404051999032001 NIP: 195307041980031002

Diketahui/ Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(3)

PERNYATAAN

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc.) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2011

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains di Fakultas MIPA USU. Adapun judul skripsi ini adalah “ Identifikasi Komponen Kimia

Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officinale Rosc.) dan Uji Aktivitas Antibakteri”.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

2. Bapak Drs. Adil Ginting, M.Sc dan Ibu Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si, selaku pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan dan memberikan panduan serta pemikiran dan saran selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai.

3. Bapak dan Ibu staf pengajar FMIPA USU serta staf pegawai di Jurusan kimia. 4. Sahabat-sahabat penulis : Risna, Putri, Mutiara, Netti, Eliana, Santi, Dewi,

Widya, Helga, Floren, Mery, Juli, Susi, Dina, B’dinan, b’ian, b’osbal yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

5. Asisten Laboratorium Organik (Aspriadi, Robi, Yemima, Mery, Silo, Deni, Sion, Mutiara, Bayu, dan Samuel) dan Ricki serta rekan-rekan Mahasiswa khususnya Kimia Ekstensi angkatan 2009.

Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda N. Ginting dan Ibunda P. Perangin-angin yang senatiasa memberikan doa serta dukungan moril dan materil hingga akhirnya penulis menyelesaikan studi. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kakakq Ernesta, abangq Stepanus, adekq Sweeta serta istimewa kepada b’ Risky Sitepu yang selalu memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, Mei 2011

(5)

Abstrak

Telah dilakukan isolasi minyak atsiri dari rimpang jahe emprit (Zingiber officinale

Rosc.) melalui proses destilasi stahl. Rimpang jahe emprit didestilasi stahl selama ± 4-5 jam menghasilkan minyak atsiri jahe emprit sebesar 0,66% (v/b). Komponen kimia

minyak atsiri jahe emprit dianalisis dengan menggunakan GC-MS dan FT-IR

menunjukkan ada empat senyawa yang terbesar yaitu senyawa Benzene,

1-(1,5-dimethyl-4-hexenyl)-4-methyl (11,81%), Zingiberene (15,42%), Alpha-Farnesene

(12,96%) dan Beta-sesquiphellandrene (10,96%). Uji aktivitas antibakteri minyak

atsiri jahe emprit yang dilakukan dengan metode difusi agar dengan konsentrasi

minyak atsiri 1%, 2%, 3% dan 4% v/v dalam etanol absolut. Minyak atsiri jahe emprit

membentuk zona hambat terhadap bakteri Saphylococcus aureus, Streptococcus

(6)

INDENTIFICATION COMPOUNDS OF THE VOLATILE OIL GINGER EMPRIT RHIZOMES (Zingiber officinale Rosc.) AND ANTIBACTERIAL

ACTIVITY TEST

Abstract

(7)

DAFTAR ISI

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 4

1.7 Metodologi Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Jahe Emprit (Zingiber officinale Rosc.) 5

2.1.1 Deskripsi Tanaman 5

2.2 Kandungan Kimia 7

2.3 Minyak Atsiri 8

2.3.1 Minyak Atsiri Jahe Emprit 9

2.4 Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi 11

2.5 Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri dengan GC-MS 12

2.5.1 Kromatografi Gas 12

2.5.1.1 Gas Pembawa 13

2.5.1.2 Sistem Injeksi 14

2.5.1.3 Kolom 14

2.5.1.4 Fase Diam 15

2.5.1.5 Suhu 15

2.5.1.6 Detektor 15

2.5.2 Spektrofotometri Massa 15

2.6 Spektroskopi Inframerah 17

2.7 Bakteri 18

2.7.1 Bakteri Gram Positif 18

2.7.1.1 Streptococcus mutan 18

2.7.1.2 Staphylococcus aureus 18

2.7.2 Bakteri Gram Negatif 19

2.7.2.1 Salmonella sp 19

2.7.2.2 Shigella sp 20

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 21

3.1 Alat-alat 21

(8)

3.3 Prosedur Penelitian 22

3.3.1 Penyediaan Sampel 22

3.3.1.1 Penyediaan Rimpang Jahe Emprit 22 3.3.2 Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit dengan Alat

Destilasi Stahl 22

3.3.3 Analisis Minyak Atsiri Jahe Emprit dengan GC-MS

Dan Analisis FT-IR 23

3.3.4 Pengenceran Minyak Atsiri Jahe emprit 23 3.3.5 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Jahe Emprit 23

3.3.5.1 Pembuatan Media nutrient Agar (NA) dan

Subkultur Bakteri 23

3.3.5.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA) 24

3.3.5.3 Suspensi Bakteri 24

3.3.5.4 Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Jahe emprit 24

3.4 Bagan Penelitian 25

3.4.1 Isolasi minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit 25

3.4.2 Subkultur Bakteri 26

3.4.3 Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Jahe Emprit 27

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 28

4.1 Hasil Penelitian 28

4.1.1 Minyak atsiri dari Proses Destilasi dengan Alat Stahl 28

4.1.2 Hasil Analisis dengan GC-MS 28

4.1.3 Hasil Analisis dengan FT-IR 30

4.1.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri 31

4.2 Pembahasan 32

4.2.1 Minyak Atsiri dari Proses Destilasi dengan Alat Stahl 32

4.2.2 Analisis Minyak Atsiri Jahe Emprit 32

4.2.3 Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Jahe Emprit 49

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 51

5.1 Kesimpulan 51

5.2 Saran 51

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Kadar Komponen-komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri

Rimpang Jahe Emprit 29

Tabel 4.2 Hasil pengukuran diameter zona hambat beberapa kultur bakteri

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Zingiberen 9

Gambar 4.1 Kromatogram GC dan GC-MS Minyak Atsiri Jahe Emprit 28

Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Minyak Atsiri Jahe Emprit 30

Gambar 4.3 Zona Hambat dari Minyak Atsiri Jahe Emprit 1%, 2%, 3% dan

4% v/v dalam etanol absolut terhadap Kultur Bakteri

(a) Staphylococcus aureus,(b) Streptococcus mutan, (c) Shigella sp,

dan (d) Salmonella sp 31

Gambar 4.4 Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan

RT 6,974 menit 33

Gambar 4.5 Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan

RT 8,008 menit 34

Gambar 4.6 Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan

RT 9,057 menit 36

Gambar 4.7 Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan

RT 13,105 menit 38

Gambar 4.8 Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan

RT 14,142 menit 39

Gambar 4.9 Spektrum Massa Minyak Atsiri Jahe emprit dengan

RT 17,067 menit 41

Gambar 4.10 Spektrum Massa Minyak Atsiri Jahe emprit dengan

RT 17,271 menit 43

Gambar 4.11 Spektrum Massa Minyak Atsiri Jahe emprit dengan

RT 17,369 45

Gambar 4.12 Spektrum Massa Minyak Atsiri Jahe emprit dengan

(11)

Abstrak

Telah dilakukan isolasi minyak atsiri dari rimpang jahe emprit (Zingiber officinale

Rosc.) melalui proses destilasi stahl. Rimpang jahe emprit didestilasi stahl selama ± 4-5 jam menghasilkan minyak atsiri jahe emprit sebesar 0,66% (v/b). Komponen kimia

minyak atsiri jahe emprit dianalisis dengan menggunakan GC-MS dan FT-IR

menunjukkan ada empat senyawa yang terbesar yaitu senyawa Benzene,

1-(1,5-dimethyl-4-hexenyl)-4-methyl (11,81%), Zingiberene (15,42%), Alpha-Farnesene

(12,96%) dan Beta-sesquiphellandrene (10,96%). Uji aktivitas antibakteri minyak

atsiri jahe emprit yang dilakukan dengan metode difusi agar dengan konsentrasi

minyak atsiri 1%, 2%, 3% dan 4% v/v dalam etanol absolut. Minyak atsiri jahe emprit

membentuk zona hambat terhadap bakteri Saphylococcus aureus, Streptococcus

(12)

INDENTIFICATION COMPOUNDS OF THE VOLATILE OIL GINGER EMPRIT RHIZOMES (Zingiber officinale Rosc.) AND ANTIBACTERIAL

ACTIVITY TEST

Abstract

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hampir seluruh tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini tumbuh di

wilayah Indonesia sudah dikenal oleh sebagian masyarakat. Bahkan beberapa jenis

tanaman minyak atsiri menjadi bahan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,

batang, kulit, daun, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain

mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan

aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik

(Lutony,1994).

Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau

minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam

Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman

dengan cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo, 2004). Namun, sifat fisik

terpenting minyak atsiri tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan metode

analisis yang akan digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya

dalam minyak asal. Harus digunakan metode analisis yang dapat meminimalkan

hilangnya sebagian komponen selama proses analisa berlangsung (Agusta, 2000).

Salah satu tumbuhan atsiri yang terkenal adalah jahe (Zingiber officinale

Rosc.). Ini merupakan anggota Familia Zingiberaceae paling bermanfaat di daerah tropis. Rimpang jahe yang aromatis dan pedas dimanfaatkan sebagai rempah-rempah,

bumbu masakan, dan sumber obat. Dalam dunia pertanian, dikenal tiga Janis jahe

berdasarkan ukuran dan warna kulitnya yaitu jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah

(14)

Penelitian mengenai komponen minyak rimpang jahe sudah pernah dilakukan

oleh Setyawan dengan membandingkan kadar minyak atsiri pada tiga jenis jahe

(Zingiber officinale Rosc.) yakni jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah. Metode yang

digunakan adalah destilasi air (Hidrodestilasi) untuk mendapatkan minyak atsiri dari

rimpang jahe emprit dan untuk mengetahui kandungan minyak atsiri jahe emprit

dilakukan uji secara GC-MS untuk menentukan identitas setiap senyawa yang

dihasilkan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri jahe

gajah, merah dan emprit secara berturut-turut adalah 2%, 2,5% dan 2,5%. Jumlah

senyawa minyak atsiri ketiga secara berturut-turut adalah 18,18 dan 14 senyawa antara

lain α-pinen, kamfen, eukaliptol, borneol, sitral, benzene, 2,6-oktadiena, karyofilen dan farnesen.

Minyak atsiri sangat penting sebagai sumber rasa dan obat. Minyak atsiri

digunakan untuk memberi rasa dan aroma makanan, minuman, parfum dan kosmetik.

Sifat toksik alami minyak atsiri berguna dalam pengobatan dan minyak atsiri telah

lama dikenal sebagai sumber terapi yang penting, misalnya sebagai senyawa

antimikroba. Salah satu tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat dalam

pemakaian obat-obatan secara tradisional adalah rimpang jahe emprit (Zingiber

officinale Rosc.). Rimpang jahe emprit mengandung minyak atsiri yang banyak dipakai dalam bidang industri dan obat-obatan. Pemilihan rimpang jahe emprit sebagai

bahan penelitian didasarkan pada kemudahan untuk memperolehnya serta kandungan

minyak atsirinya yang cukup tinggi (Setyawan,2002).

Senyawa metabolik sekunder yang dihasilkan tumbuhan suku Zingiberaceae

umumnya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang merugikan

kehidupan manusia (Wulandari, 2006).

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengetahui kandungan minyak

atsiri dari rimpang jahe emprit dari spesies Zingiber officinale Rosc. dan uji aktivitas

antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutan, Shigella

(15)

1.2. Permasalahan

1. Apakah komponen kimia minyak atsiri yang diperoleh dari rimpang jahe

emprit (Zingiber officinale Rosc.)

2. Apakah minyak atsiri rimpang jahe emprit( Zingiber officinale Rosc.) dapat

bersifat sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

Streptococcus mutan, Shigella sp, dan Salmonella sp

1.3. Pembatasan Masalah

1. Penentuan komponen minyak atsiri rimpang jahe emprit (Zingiber officinale

Rosc.) yang dilakukan secara GC-MS dan FT-IR

2. Minyak atsiri rimpang jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) bersifat sebagai

antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutan,

Shigella sp, dan Salmonella sp

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui komponen kimia minyak atsiri yang terkandung di dalam

rimpang jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) dengan analisis GC-MS dan

FT-IR

2. Untuk menguji aktivitas antibakteri dari minyak atsiri rimpang jahe emprit

(Zingiber officinale Rosc.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

Streptococcus mutan, Shigella sp, dan Salmonella sp

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai komponen

kimia minyak atsiri serta memberikan informasi tentang sifat antibakteri dari rimpang

jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

(16)

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian untuk destilasi stahl dilakukan di laboratorium Kimia Organik

FMIPA USU Medan, penelitian untuk uji aktivitas antibakteri dilakukan di

laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU Medan dan analisis GC-MS dan FT-IR

dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen. Rimpang jahe emprit (Zingiber

officinale Rosc.) yang diperoleh dari Pematang Raya Kabupaten Simalungun berumur ± 8 bulan dihaluskan dan diisolasi melalui proses destilasi dengan alat stahl kemudian

minyak yang diperoleh dianalisa komponen kimianya menggunakan alat GC-MS dan

analisa FT-IR serta dilakukan uji sifat antibakteri dari rimpang jahe emprit (Zingiber

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jahe Emprit (Zingiber officinale Rosc.) 2.1.1 Deskripsi Tanaman

Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam:

Divisi : Pteridophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klas : monocotyledoneae

Ordo : scitamineae

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species : Zingiber officinale

Morfologi dari tanaman jahe adalah :

a. Akar

Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini tumbuh

tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Oleh karenanya tujuan

penanaman jahe selalu untuk memperoleh rimpangnya. Rimpang jahe memiliki aroma

khas, bila dipotong berwarna putih, kuning, atau jingga. Sementara bagian luarnya

kuning kotor, atau bila telah tua menjadi agak coklat keabuan.

b. Batang

Batang tanaman merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Bagian luar

batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua. Biasanya batang dihiasi

titik-titik berwarna putih. Batang ini biasanya basah dan banyak mengandung air,

(18)

c. Daun

Daun jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput-rumputan besar.

Pada bagian atas, daun lebar dan ujung agak lancip, bertangkai pendek, berwarna hijau

tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda dan berbulu halus.

Panjang daun sekitar 5 - 25 cm dengan lebar 0,8 - 2,5 cm.

d. Bunga

Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berbulu, dengan panjang 5 -

7 cm dan bergaris tengah 2 - 2,5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang

keluar dari akar rimpang dengan panjang 15 – 25 cm. tangkai bulir dikelilingi daun

pelindung yang berbentuk bulat lonjong, berujung runcing, dengan tepi berwarna

merah, ungu atau hijau kekuningan.

Syarat tumbuh tanaman jahe untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari

budidaya tanaman tersebut, diantaranya adalah pertama, ketinggian tempat; tanaman

jahe sebenarnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai wilayah pegunungan, dari

ketinggian 0 – 1.500 m dari permukaan laut. Kedua, Curah hujan dan kelembapan;

tanaman jahe membutuhkan curah hujan yang tinggi, yaitu 2.500 – 3.000 mm per

tahun. Berkaitan dengan curah hujan yang relatif tinggi tersebut tanaman jahe

membutuhkan kelembapan yang tinggi untuk pertumbuhan yang optimal sekitar 80%.

Ketiga, Jenis tanah; ditanam dijenis tanah apapun jahe bisa tumbuh. Namun, untuk

mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini menghendaki tanah yang subur, gembur

dan berdranaise yang baik. Keempat; agar pertumbuhan optimal, jahe memerlukan

tempat terbuka yang mendapat sinar matahari sepanjang hari, dari pagi sampai sore

hari ( http//dhina.host22.com/page8.html).

Jahe (Zingiber officinale) mempunyai beberapa varietas. Varietas yang banyak

ditanam ada tiga macam, yaitu jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah.

a. Jahe Gajah

Varietas yang banyak ditanam masyarakat adalah jahe putih besar atau umum dikenal

dengan jahe gajah/badak. Sesuai dengan namanya, jenis ini memiliki penampilan

ukuran rimpang yang memang lebih besar disbanding jenis jahe yang lainnya,

(19)

berbuku-buku. Bagian dalam rimpang apabila diiris/dipotong/dipatahkan akan terlihat berwarna

putih kekuningan. Tinggi rimpang dapat mencapai 6 – 12 cm dengan panjang antara

15 – 35 cm, dan diameter berkisar 8,47 – 8,50 cm. Dari rimpang jahe besar ini

terkandung minyak atsiri antara 0,82 – 1,66%, kadar pati 55,10%, kadar serat 6,89%,

dan kadar abu 6,6 – 7,5%.

b. Jahe Emprit

Jahe putih kecil atau lebih dikenal dengan jahe emprit memiliki rimpang dengan bobot

berkisar 0,5 – 0,7 kg per rumpun. Struktur rimpang jahe emprit, kecil-kecil dan

berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat

mencapai 11 cm dengan panjang antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3,27 – 4,05

cm. Kandungan dalam rimpang jahe emprit antara lain minyak atsiri 1,5 – 3,5%, kadar

pati 54,70%, kadar serat 6,59%, dan kadar abu 7,39 – 8,90%.

c. Jahe Merah

Jahe merah atau jahe suntil memiliki rimpang dengan bobot antara 0,5 – 0,7 kg per

rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis dan daging rimpangnya

berwarna jingga muda sampai merah. Diameter rimpang dapat mencapai 4 cm dan

tingginya antara 5,26 – 10,40 cm. Panjang rimpang mencapai 12,50 cm. Kandungan

dalam rimpang jahe merah antara lain minyak atsiri 2,58 – 3,90%, kadar pati 44,99%,

dan kadar abu 7,46% (Syukur, 2001).

2.2 Kandungan Kimia

Kandungan rimpang jahe terdiri dari 2 komponen, yakni :

1. Komponen volatile, sebagian besar terdiri dari derivate seskuiterpen (>50%) dan

monoterpen. Komponen inilah yang ada dalam aroma jahe, dengan konsentrasi

yang cendrung konstan yakni 1–3%. Derivate seskuiterpen yang terkandung

diantaranya zingiberene (20-30%), ar-curcumene (6-19%), β-sesquiphelandrene

(7-12%) dan β-bisabolene (5-12%). Sedangkan derivate monoterpen yang

terkandung diantaranya α-pinene, bornyl asetat, borneol, camphene, ρ-cymene,

(20)

2. Komponen nonvolatile terdiri dari oleorosin (4,0-7,5%). Ketika rimpang jahe

diekstraksi dengan pelarut, maka akan didapatkan elemen pedas seperti gingerol,

elemen non pedas, serta minyak essensial lainnya.Senyawa lain yang lebih pedas

namun memiliki konsentrasi yang lebih kecil ialah shogaol. Gingerol dan shogaol

telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe. Elemen lainnya

yang juga ditemukan ialah gingediol, gingediasetat, gingerdion, dan gingerenon

(Widiyanti, 2009).

2.3 Minyak Atsiri

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan

biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik

mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester,

aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia

yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya

komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen

yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma

minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).

Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau

minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam

Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian

tanaman,akar, kulit, batang, daun, buah,biji maupun bunga dengan cara penyulingan

dengan uap (Sastrohamidjojo, 2004). Minyak atsiri juga mempunyai rasa getir, berbau

wangi sesuai tanaman penghasilnya, dan umumnya larut dalam pelarut organik dan

tidak larut dalam air.

Minyak atsiri sangat penting sebagai sumber rasa dan obat. Minyak atsiri

digunakan untuk memberi rasa dan aroma makanan, minuman, parfum dan kosmetik.

(21)

lama dikenal sebagai sumber terapi yang penting, misalnya sebagai senyawa anti

mikroba (Setyawan, 2002).

2.3.1 Minyak Atsiri Jahe

Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak

menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut minyak

atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak tak menguap

yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.

Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan

jahe, yaitu minyak atsiri dan fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin.

Kandungan minyak setiap bagian bagian rimpang jahe berbeda. Kandungan terbanyak

di bagian bawah jaringan epidermis. Semakin ke tengah kandungannya semakin

sedikit. Selain itu, umur jahe mempengaruhi kandungan minyaknya. Kandungan

minyak meningkat terus sampai mencapai umur optimum (12 bulan). Lewat usia itu

kandungan minyaknya semakin sedikit. Sedangkan bau khas jahe semakin tua

semakin menyengat.

Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.

Minyak atsiri itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering, atau oleoresin.

Jahe kering mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 %. Sedangkan jahe segar

kandungan minyak atsirinya lebih banyak daripada jahe kering, apalagi kalau tidak

dikuliti sama sekali. Komponen utama minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol.

Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe ( Paimin, 1991).

H3C

CH3 CH3 CH3

H

(22)

Bagian organ yang disuling sangat menentukan kadar minyak atsiri.

Pengamatan anatomi pada helai daun, pelepah daun, batang semu, akar dan rimpang

anggota-anggota Zingiberaceae, menunjukkan bahwa jumlah sel penyimpanan minyak

atsiri pada rimpang jauh lebih banyak dibandingkna organ lain, sehingga diperkirakan

mengandung lebih banyak minyak atsiri. Musim pemanenan sangat mempengaruhi

kadar minyak atsiri, kelembaban tanah, banyaknya sinar matahari, serta stres

lingkungan akibat kekurangan air dapat menaikkan konsentrasi senyawa kimia

berkerangka karbon, termasuk terpenoid. Selain itu, metode isolasi juga sangat

mempengaruhi kadar minyak atsiri beserta komposisi dan dan kadar senyawa-senyawa

penyusunnya. Di samping itu suhu tinggi selama destilasi akan mengubah komposisi

kimia minyak atsiri dan menghasilkan senyawa baru yang secara alami tidak

disintesis. Untuk menghindari kerusakan minyak atsiri diberi perlakuan untuk

memisahkan benda-benda asing berupa logam, harus dibebaskan dari air dan

dijernihkan,kemudian disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar dan

terlindungi dari cahaya. Minyak atsiri tersebut harus dijernihkan dan dibebaskan dari

air, karena air merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap

kerusakan minyak atsiri. Minyak dalam jumlah kecil dapat didehidrasi dengan

menambahkan natrium sulfat anhidrus, disusul dengan pengocokan, kemudian

didiamkan dan selanjutnya disaring (Guenter, 2006).

Di dalam dunia perdagangan, minyak jahe dikenal dengan nama ginger oil.

Menurut EOA, patokan mutu ginger oil sebagai berikut :

- Warna dan penampilan : cairan berwarna kuning muda sampai kuning

- Berat jenis pada 25oC : 0,871 – 0,882

- Putaran optik : (-28) – (-45)o

- Indeks refraksi, 20oC : 1.4880 – 1.4940

- Bilangan penyabunan : tidak lebih dari 20

- Kelarutan dalam alkohol : larut dengan kekeruhan

(23)

2.4 Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi

Destilasi dapat didefenisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan

perantara uap air dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya.

Destilasi merupakan metode yang paling berfungsi untuk memisahkan dua zat yang

berbeda, tetapi tergantung beberapa faktor, termasuk juga perbedaan tekanan uap air

(berkaitan dengan perbedaan titik didihnya) dari komponen-komponen tersebut.

Destilasi melepaskan uap air pada sebuah zat yang tercampur yang kaya dengan

komponen yang mudah menguap daripada zat tersebut ( Pasto, 1992).

Beberapa jenis bahan tanaman sumber minyak atsiri perlu dirajang terlebih

dahulu sebelum disuling. Hal ini untuk memudahkan proses penguapan minyak yang

terdapat di dalamnya karena perajangan ini menyebabkan kelenjer minyak dapat

terbuka selebar mungkin. Tujuan lainnya yaitu agar rendemen minyak menjadi lebih

tinggi dan waktu penyulingan lebih singkat (Lutony, 1994).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan

campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi

maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefenisikan sebagai proses

pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau

lebih berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut.

Proses penyulingan sangat penting diketahui oleh para penghasil minyak atsiri.

Penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur,

hingga membentuk dua fase atau dua lapisan. Keadaan ini terjadi pada pemisahan

minyak atsiri dengan uap air. Penyulingan dengan uap air sering disebut

hidrodestilasi. Pengertian umum ini memberikan gambaran bahwa penyulingan dapat dilakukan dengan cara mendidihkan bahan tanaman atau minyak atsiri dengan air.

(24)

Dalam pengertian industri minyak atsiri dibedakan tiga tipe hidrodestilasi, yaitu:

1.Penyulingan Air

Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung

dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengapung di atas air

atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan

diperoses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak

ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung.

2.Penyulingan uap dan air

Bahan tanaman yang akan diperoses secara penyulingan uap dan air

ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang

yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air

sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya

terkena uap, dan tidak terkena air yang mendidih.

3.Penyulingan uap

Uap yang digunakan lazim memilliki tekanan yang lebih besar daripada

tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu

pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat

penyulingan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang menyolok pada ketiga alat

penyulingan tersebut. Namun demikian pemilihan tergantung pada cara yang

digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan (Sastrohamidjojo,

2004).

2.5 Analisa Komponen Kimia Minyak atsiri dengan GC - MS 2.5.1 Kromatografi Gas

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase

(25)

adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi

sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi

(tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkar, 2003).

Dalam teknik kromatografi, semua pemisahan tergantung pada gerakan relatif

dari masing-masing komponen di antara kedua fase tesebut. Senyawa atau komponen

yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat

daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan antara komponen

yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi,

kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaaan ini cukup

besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna (Yazid,2005).

Sekarang ini sistem GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk

analisa makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia di laboratorium.

Kromatografi gas merupakan kunci dari suatu teknik anlitik dalam pemisahan

komponen mudah menguap, yaitu dengan mengkombinasikan secara cepat analisa

sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi pengoperasian. Keuntungan dari

kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan harganya lebih murah.

Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan indentitas atau struktur untuk setiap

puncak yang dihasilkan dan pada saat proses karakteristik yang didefenisikan sistem

tidak bagus (Mcnair, 2009).

2.5.1.1 Gas Pembawa

Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar),

nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbondioksida (CO2). Keuntungannya adalah

karena semua gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering

yang dikemas dalam tangki tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada

detektor yang dipakai. Gas pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara

lain harus inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom),

(26)

2.5.1.2 Sistem Injeksi

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efesien.

Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan

diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% masuk menju kolom.

b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua

sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom

karena katup pemecah ditutup; dan

d. Injeksi langsung ke kolom (on colum injection), yang mana ujung semprit

dimasukkan langsung ke dalam kolom.

Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa

yang mudah menguap, karena kalau penyuntikkannya melalui lubang suntik,

dikawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi

(Rohman, 2009)

2.5.1.3 Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya

terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada

kromatografi gas (Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama

ditentukan oleh pemilihan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan karet,

aluminium, atau gelas. Kolom dapat berbentuk lurus, melengkung, atau gulungan

spiral sehingga lebih menghemat ruang (Agusta, 2000).

2.5.1.4 Fase Diam

Fase diam disapukan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatome

dalam kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler. Berdasarkan bentuk fisiknya, fase

(27)

Berdasarkan sifatnya fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar,

sedikit polar, setengah polar (semi polar), dan sangat polar. Berdasarkan sifat minyak

atsiri yang non polar sampai sedikit polar, untuk keperluan analisis sebaiknya

digunakan kolom dalam fase diam yang bersifat sedikit polar. Jika dalam analisis

minyak atsiri digunakan kolom yang lebih polar, sejumlah puncak yang dihasilkan

menjadi lebar (lebih tajam) dan sebagai puncak tersebut juga membentuk ekor. Begitu

juga dengan garis dasarnya tidak rata dan terlihat bergelombang. Bahkan

kemungkinan besar komponen yang bersifat nonpolar tidak akan terdeteksi sama

sekali (Agusta, 2000).

2.5.1.5 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis

kromatografi gas dan spektrometri massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah

pengaturan suhu injektor dan kolom. Kondisi analisis yang cocok sangat bergantung

pada komponen minyak atsiri yang akan dianalisis. (Agusta, 2000).

2.5.1.6 Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat

keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.

Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah

sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik.

Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun

kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase

gerak (Rohman, 2009).

2.5.2. Spektrometri Massa

Pemboman molekul oleh sebuah arus elektron pada energi mendekati 70

elektron volt dapat menghasilkan banyak perubahan pada struktur molekul. Salah satu

proses yang terjadi yang disebabkan oleh pemboman dengan elektron adalah

(28)

Ion berenergi tinggi ini serta hasil fragmentasinya merupakan dasar bagi cara analisis

spektrometri massa (Pine, 1988).

Pada sistem GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer

massa itu sendiri yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi, dimana Electron

Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan (Agusta, 2000).

Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk :

1. Menentukan massa suatu molekul

2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi

Tinggi (High Resolution Mass Spectra)

3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola frakmentasinya

Ketika uap suatu senyawa dilewatkan dalam ruang ionisasi spektrometer massa, maka

zat ini dibombardir atau ditembak dengan elektron. Elektron ini mempunyai energi

yang cukup untuk melemparkan elektron dalam senyawa sehingga akan memberikan

ion positif, ion ini disebut dengan ion molekul (M+). Ion molekul cendrung tidak

stabil dan terpecah menjadi frakmen-frakmen yang lebih kecil. Frakmen-frakmen ini

yang akan menghasilkan diagram batang (Dachriyanus,2004).

Spektrometer mampu menganalisis cuplikan yang jumlahnya sangat kecil dan

menghasilkan data yang berguna mengenai struktur dan indentitas senyawa organik.

Jika efluen dari kromatofrafi gas diarahkan ke spektrometer massa, maka informasi

mengenai struktur untuk masing-masing puncak pada kromatogram dapat diperoleh.

Karena laju aliran yang rendah dan ukuran cuplikan yang kecil, cara ini paling mudah

diterapkan pada kolom kromatografi gas kapiler. Cuplikan disuntikkan ke dalam

kromatografi gas dan terkromatografi sehingga semua komponenya terpisah.

Spektrum massa diukur secara otomatis pada selang waktu tertentu atau pada

maksimum atau tengah-tengah puncak ketika keluar dari kolom. Kemudian data

disimpan di dalam komputer, dan daripadanya dapat diperoleh hasil kromatogram

disertai integrasi semua puncak. Disamping itu, kita dapat memperoleh spektrum

(29)

senyawa yang pernah diketahui dan sebagai sumber informasi struktur dan bobot

molekul senyawa baru (Gritter, 1991).

Peningkatan penggunaan GC-MS banyak digunakan yang dihubungkan

dengan komputer dimana dapat merekam dan menyimpan data dari sebuah analisis

akan berkembang pada pemisah yang lebih efesien. Karena komputer dapat diprogram

untuk mencari spektra library yang langka, membuat indentifikasi dan menunjukkan

analisis dari campuran gas tersebut (Willett, 1987).

2.6. Spektroskopi Inframerah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi inframerah pada

pelbagai panjang gelombang absorpsi masing-masing gugus fungsi disebut

Spektroskopi inframerah. Suatu spektrum inframerah ialah suatu grafik dari panjang gelombang atau frekuensi, yang secara berkesinambungan berubah sepanjang suatu

daerah sempit dari spektrum elektromagnetik, versus transmisi-persen (%T) atau

absorbansi (A) (Fessenden, 1986). Spektroskopi inframerah digunakan untuk penentuan struktur, khususnya senyawa organik dan juga analisis kuantitatif.

Spektrum inframerah memberikan puncak-puncak maksimal yang jelas sebaik puncak

minimumnya (Khopkar, 2003). Indentifikasi pita absorpsi khas yang disebabkan oleh

berbagai gugus fungsi merupakan dasar penafsiran spektrum inframerah (Creswell,

2005).

Pancaran inframerah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum

elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro.

Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang daripada 100 cm-1 diserap oleh sebuah

molekul organik dan diubah menjadi energi utaran molekul. Penyerapan ini tercatu

dan dengan demikian spektrum rotasi molekul terdiri dari garis-garis yang tersendiri

(Silverstein, 1981).

Spektrum inframerah dapat diperoleh dari gas, cairan atau padatan. Spektrum

gas atau cairan yang mudah menguap dapat diperoleh dengan memuaikan cuplikan

(30)

nisibi sejumlah besar senyawa tidak mempunyai tekanan uap cukup tinggi agar

menghasilkan spektrum yang dapat dimanfaatkan (Silverstein, 1981).

2.7. Bakteri

Kelompok mikroorganisme yang paling penting dan beraneka ragam, yang

berhubungan dengan makanan dan manusia adalah bakteri. Adanya bakteri dalam

bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau

menimbulkan panyakit yang ditularkan melalui makanan (Buckle, 2007). Sel bakteri

secara keseluruhan atau bagian dari sel memungkinkan untuk dicat dengan berbagai

cat atau warna. Cat yang umum dipakai adalah cat Gram. Kemampuannya untuk

mengikat cat tergantung atas spesies bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

(Gaman,1992).

2.7.1 Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metal

unggu sewaktu pewarnaan gram dan lebih tahan terhadap ketahanan terhadap

perlakuan fisik daripada bakteri gram negatif.

2.7.1.1 Streptococcus mutan

Spesies Streptococcus berbentuk bulat yang dapat dijumpai secara tunggal,

berpasangan atau berbentuk rantai. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif.

(Tortora,2001).Bakteri ini berperan nyata dalam produksi susu dan sayur-sayuran

(Buckle, 2007). Pengamatan bahwa kerusakan gigi salah satunya disebabkan oleh

Streptococcus mutan. Glukan melekat erat pada permukaan gigi dan pada bakteri, yang membawa streptococcus berhubungan sangat erat dengan email gigi (Volk dan

(31)

2.7.2.2 Staphylococcus aureus

Spesies Staphylococcus khususnya berbentuk seperti tandan anggur. Dimana

sesuai namanya aureus memiliki pigmen koloni berwarna kuning. Kelompok ini

bersifat anaerob fakultatif. Beberapa karakteristik dari staphylococcus ini memiliki

banyak bentuk. Mereka dapat tumbuh pada kondisi di bawah tekanan osmosis atau

daerah lembab. Bakteri ini juga dapat tumbuh pada makanan di atas tekanan osmosis

seperti pada daging. Staphylococcus aureus bersifat sebagai toksin bahwa kontribusi

bakteri patogen ini dapat menyerang tubuh dan merusak memberan (Tortora, 2001).

Pada waktu pertumbuhan, organism ini mampu memproduksi suatu enterotoksin yang

cukup berbahanya yang menyebabkan terjadinya peristiwa keracunan makanan

(Buckle, 2007).

2.7.2 Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna

metil unggu pada metode pewarnaan gram. Ketahanan bakteri ini terhadap perlakuan

fisik kurang tahan.

2.7.2.1 Salmonella sp

Salmonella merupakan salah satu genus dari Enetrobacteriaceae, berbentuk

batang gram negatif, anaerob fakultatif dan aerogenik. Bakteri dari genus Salmonella

merupakan bakeri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan

menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu

antara 5 - 47oC, dengan suhu optimum 35 - 37oC. Beberapa sel tetap dapat hidup

selama penyimpanan beku. Di samping itu,salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1 - 9,0

dengan pH optimum 6,5 - 7,5. Nilai pH minimum bervariasi bergantung kepada

serotipe, suhu inkubasi, komposisi media dan jumlah sel. Pada pH di bawah 4,0 dan di

atas 9,0 salmonella akan mati secara perlahan.

Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak

selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan

(32)

dari hasil olahannya,ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi, serta susu

dan hasil olahannya seperti es krim dan keju (Supardi,1999).

2.7.2.2 Shigella

Shigella merupakan suatu bakteri patogen yang dapat menyebabkan gejala

penyakit shigellosis atau sering disebut disentri. Shigella adalah suatu bakteri dari

familia Enterobacteriacea, bersifat gram negatif bentuk batang. Shigella dapat tumbuh

pada suhu 37oC. Bakteri ini sensitif terhadap panas dan tahan terhadap konsentrasi

garam 5 - 6% (Supardi,1999).

Usaha menjaga agar mikroorganisme perusak tidak mencemari bahan makanan

dapat mengurangi kerusakan makanan, memudahkan pengawetan pangan dan

memperkecil kemungkinan adanya patogen. Pengepakan (kemasan) makanan,

pengalengan makanan yang telah diolah dan pelaksanaan metode yang telah

memenuhi syarat kebersihan dalam menangani bahan makanan merupakan contoh

(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat-alat

Alat stahl

GC-MS Shimadzu

Spektrofotometri Inframerah (FT-IR) Shimadzu

Belender

Gelas ukur 100 ml Pyrex

Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex

Gelas ukur 100 ml Pyrex

Labu destilasi 1000 ml Pyrex

Pipet serologi Pyrex

Pipet tetes

Cawan petri

Bunsen

Tabung reaksi Pyrex

Kertas cakram Oxoid

(34)

3.2 Bahan-bahan

Jahe Emprit

Na2SO4 anhidrus p.a. Merck

Etanol absolut p.a. Merck

Alkohol 70%

Aquadest

Nutrien Agar (NA) p.a. Oxoid

Mueller Hinton Agar (MHA) p.a. Oxoid

Larutan Standar Mcfarland

3.3.1.1 Penyediaan Rimpang Jahe Emprit

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rimpang jahe emprit (Zingiber

officinale Rosc.) yang diperoleh dari Pematang Raya Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Jahe diambil dari tumbuhan yang berumur ± 8 bulan. Rimpang jahe

emprit dibersihkan dan diperkecil ukurannya dengan cara diblender.

3.3.2 Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit dengan Alat Destilasi Stahl

Sebanyak 255 gram rimpang jahe emprit dihaluskan dengan cara dibelender dan

dimasukkan ke dalam labu destilasi 1000 ml ditambahkan air sampai kira-kira ± ¾ isi

labu, dipasang pada alat penyuling stahl, dan dididihkan selama ± 4-5 jam hingga

minyak atsiri menguap sempurna. Destilat yang diperoleh merupakan campuran

minyak dengan air yang selanjutnya dipisahkan dengan corong pisah. Kemudian

ditambah sedikit Na2SO4 anhidrus pada botol vial untuk memastikan minyak atsiri

(35)

minyak yang diperoleh dianalisa kandungan kimianya menggunakan alat GC-MS dan

analisis FT-IR dan dilakukan uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus,

Streptococcus mutan, Shigella sp, dan Salmonella sp dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 1%, 2%, 3% dan 4% v/v dalam etanol absolut.

3.3.3 Analisis Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit dengan GC-MS dan Analisis FT-IR

Analisis ini dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta,

menggunakan GC-MS dengan jenis pengion EI (Elektron Impack), kolom Rastek

RXi-5MS, panjang 30 meter, suhu kolom 60oC, dan gas pembawa Helium dan

dilakukan anlisis spektrofotometri inframerah.

3.3.4 Pengenceran Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit

Minyak atsiri rimpang jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) diencerkan dengan

pelarut etanol absolut dengan masing-masing konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4% v/v.

3.3.5 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit 3.3.5.1 Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) dan Subkultur Bakteri

Dimasukkan 5,6 g media NA ke dalam gelas erlenmeyer, dilarutkan dengan 200 ml

aquadest yang diikuti dengan pemanasan dan pengadukan, lalu disterilkan di dalam

autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit. Kemudian dibagi ke dalam empat cawan

petri, dibiarkan media memadat. Digoreskan bakteri Staphylococcus aureus,

Streptococcus mutan, Shigella sp, dan Salmonella sp yang berasal dari isolat secara aseptik kedalam media yang sudah memadat. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37°C.

3.3.5.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Dimasukkan 7,6 g media MHA ke dalam gelas erlenmeyer, dilarutkan dengan 200 ml

aquadest yang diikuti dengan pemanasan dan pengadukan lalu disterilkan di dalam

(36)

3.3.5.3 Suspensi Bakteri

Dimasukkan 10 ml aquadest yang telah disterilkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus mutan, Shigella sp dan

Salmonella sp yang sudah disubkultur ke dalam aquadest dengan menggunakan jarum ose yang sudah steril. Dimasukkan bakteri hingga kekeruhan aquadest sama dengan

kekeruhan standar mcfarland.

3.3.5.4 Uji Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit

Dimasukkan 0,1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus ke dalam media MHA

yang sebelumnya telah dibiarkan memadat didalam cawan petri lalu diratakan dengan

menggunakan hockey stick dan dibiarkan sesaat. Dimasukkan kertas cakram yang

telah dibasahi oleh minyak atsiri rimpang jahe emprit yang telah diencerkan dengan

etanol absolut dengan masing-masing konsentrasi kedalam cawan petri yang telah

berisi bakteri dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah itu diukur zona

bening yang ada di sekitar kertas cakram dengan menggunakan jangka sorong.

Dilakukan perlakuan yang sama untuk suspensi dari bakteri Streptococus mutan,

(37)

3.4Bagan Penelitian

3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri dari Rimpang Jahe Emprit

255 g rimpang jahe emprit yang telah dihaluskan

Dimasukkan ke dalam labu destilasi

Ditambahkan airsampai + 3/4 labu destilasi

Didestilasi dengan alat stahl selama 4-5 jam

Residu Destilat

Dimasukkan ke dalam corong pisah

Lapisan bawah Lapisan atas

Ditambahkan Na2SO4 anhidrous

Disaring

Residu Minyak atsiri rimpang jahe emprit

Uji aktivitas antibakteri Analisa GC-MS

Analisa FT-IR Ditentukan kadar

(38)

3.4.2 Subkultur Bakteri

Dilakukan perlakuan yang sama untuk bakteri Streptococcus mutan, Shigella sp dan

Salmonella sp.

5,6 g media NA (Nutrient Agar)

Dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml

Dilarutkan dalam 200 ml aquadest sambil diaduk dan dipanaskan

Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC

Media NA (Nutrient Agar) steril

Dituangkan ke dalam cawan petri steril

Dibiarkan memadat

Digoreskan bakteri Staphylococcus aureus secara aseptik ke dalam media NA yang telah memadat

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC

(39)

3.4.3 Uji Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit

7,6 g media MHA (Meuller Hilton Agar)

Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml

Dilarutkan dengan 200 ml aquadest sambil dipanaskan dan diaduk Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC

10 ml aquadest steril

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang steril

Dimasukkan bakteri Staphylococcus aureus yang sudah disubkultur dengan menggunakan jarumose

Disamakan kekeruhanya dengan standar Mcfarland

Suspensi Bakteri

Dimasukkan 0,1 ml suspensi bakteri ke dalam media MHA

Media MHA ( Meuller Hilton Agar) steril

Dituang ke dalam cawan petri yang steril

Dibiarkan memadat

Disebarkan dengan menggunakan hockey stick

Dimasukkan kertas cakram yang ditetesi dengan minyak atsiri rimpang jahe emprit dengan penambahan pelarut etanol absolut dengan konsentrasi masing-masing 1%, 2%, 3%, dan 4% v/v di atas permukaan media yang berisi bakteri

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC

Diukur zona bening antibakteri disekitar cakram dengan jangka sorong

Hasil

Dilakukan perlakuan yang sama untuk pembuatan suspensi bakteri Streptococcus mutan, Shigella sp dan

(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Minyak Atsiri dari Proses Destilasi dengan Alat Stahl

Dari hasil destilasi rimpang jahe emprit sebanyak 255 g diperoleh 1,7 ml

(0,66 v/b) minyak atsiri berwarna kuning pucat.

4.1.2 Hasil Analisis dengan GC – MS

Minyak atsiri yang diperoleh secara hidrodestilasi dianalisis dengan Gas

Chromatography – Mass Spectroscopy (GC –MS). Data kromatogram GC dari

rimpang jahe emprit hasil hidrodestilasi adalah sebanyak 42 puncak dengan data

kromatogram MS sebanyak 9 senyawa yang dianalisis berdasarkan persentase yang

terbesar yaitu sebagai berikut :

(41)

Tabel 4.1. Kadar Komponen-komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri

Puncak Fragmen Senyawa

(42)

4.1.3 Hasil Analisis dengan FT-IR

Gambar 4.2. Spektrum FT-IR Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit

Hasil analisis spektrofotometri inframerah (FT-IR) dari minyak atsiri jahe

emprit menghasilkan pita-pita serapan pada bilangan gelombang (cm-1) sebagai

berikut :

1. Pada bilangan gelombang 3402,43 cm-1 puncak melebar menunjukkan adanya

vibrasi ulur –OH

2. Pada bilangan gelombang 2924,09-2870,08 cm-1 puncak kuat menunjukkan

adanya vibrasi ikatan C-H

3. Pada bilangan gelombang 1720,5-1604,17 cm-1 puncak sedang menunjukkan

adanya vibrasi ikatan rangkap C=C

4. Pada bilangan gelombang 1450,47-1033,85 cm-1 puncak sedang menunjukkan

adanya vibrasi ikatan CH3

5. Pada bilangan gelombang 1720,50 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya

vibrasi ikatan rangkap C=O

6. Pada bilangan gelombang 1234, 44 – 1033,85 cm-1 puncak sedang

(43)

4.1.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Minyak atsiri rimpang jahe emprit diencerkan dengan etanol absolut (95%) dengan

variasi konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4% v/v. Sifat antibakteri minyak atsiri rimpang

jahe emprit menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri patogen

yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus mutan, Shigella sp dan Salmonella sp.

(a) Staphylococcus aureus (b) Streptococcus mutan

(c) Shigella sp (d) Salmonella sp

Gambar 4.3. Zona hambat dari minyak atsiri rimpang jahe emprit 1%, 2%, 3%

dan 4 % v/v dalam etanol absolut terhadap kultur bakteri (a) Staphylococcus

aureus, (b) Streptococcus mutan, (c) Shigella sp dan (d) Salmonella sp

Hasil pengujian minyak atsiri rimpang jahe emprit terhadap pertumbuhan

bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan Strptococcus mutan serta

pertumbuhan bakteri gram negatif Shigella sp dan Salmonella sp setelah inkubasi 1 x

(44)

Tabel 4.2. Hasil pengukuran diameter zona hambat beberapa kultur bakteri

oleh minyak atsiri rimpang jahe emprit

Bakteri uji Konsentrasi minyak atsiri rimpang jahe (% v/v) dengan pelarut etanol

4.2.1 Minyak Atsiri dari Proses Destilasi dengan Alat Stahl

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh penentuan kadar minyak

atsiri rimpang jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) sebanyak 0,66% v/b dan minyak

atsiri berwarna kuning pucat. Kecilnya kadar minyak atsiri jahe emprit yang diperoleh

kemungkinan disebabkan karena rimpang jahe emprit yang diperoleh dari Pematang

Raya masih berumur ± 8 bulan. Kadar minyak atsiri tumbuhan dipengaruhi oleh

tingkat kematangan atau umur panen, bagian organ yang disuling, musim pemanenan,

tanah dan iklim tempat pemanenan, varietas atau spesies yang ditanam, serta faktor

lingkungan lainnya (Setyawan, 2002).

4.2.2 Analisis Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit

1. Puncak dengan RT 6,975 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C10H16 data spektrum menunjukkan ion molekul 136. Dengan membandingkan

data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library, yang lebih mendekati

(45)

Gambar 4.4. Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 6,974 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 136 yang merupakan

berat molekul camphene. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu puncak serapan

pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1 menunjukkan gugus fungsi

alkena dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap C=C dan

pada bilangan gelombang 2924,09 – 2870,08 cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya

vibrasi ikatan C-H.

Me

Me

CH2

+.

(C10H16)+

m/z 136

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 121 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(C10H16)+

Me

CH2

+

(C9H13)+

(46)

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 93 sebagai hasil terlepasnya C2H4 dari (C9H13)+

CH2

+

(C7H9)+

m/z 93

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 41 sebagai hasil lepasnya C4H4 dari (C7H9)+

(CH2=CH-CH2)+

(C3H5)+

m/z 41

2. Puncak dengan RT 8,008 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C8H14O. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 126. Dengan

membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan spektrum pada library yang

lebih mendekati adalah 5-Hepten-2-one,6-metyl sebanyak 2,39%.

(47)

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 126 yang merupakan

berat molekul 5-Hepten-2-one,6-metyl. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu

puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1 menunjukkan

gugus fungsi alkena dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan

rangkap C=C dan pada bilangan gelombang 1720,50 cm-1 menunjukkan gugus fungsi

keton dengan adanya vibrasi ikatan C=O.

o +.

(C8H14O)+

m/z 126

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 108 sebagai hasil terlepasnya H2O dari (C8H14O)+

+

C

.

(C8H12)+

m/z 108

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 69 sebagai hasil terlepasnya C3H3 dari (C8H12)+

+

CH2

(C5H9)+

m/z 69

Selanjutnya diikuti fragmen 5m/z 43 sebagai hasil terlepasnya C2H2 dari (C5H9)+

(CH3CHCH3)+

(C3H7)+

m/z 43

3. Puncak dengan RT 9,057 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

(48)

membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum pada library

yang mendekati adalah 1,8-Cineole sebanyak 5,27%.

Gambar 4.6. Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 9,057 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 154 yang merupakan

berat molekul 1,8-Cineole. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu puncak

serapan pada daerah bilangan gelombang 1234,44 – 1033,85 cm-1 puncak sedang

menunjukkan adanya vibrasi ikatan C-O dan bilangan gelombang 1450,47-1033,85

cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan CH3.

o

Me Me

Me +.

(C10H18O)+

m/z 154

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 139 sebaga hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(C10H18O)+

o

Me Me

(49)

(C9H15O)+

m/z 139

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 125 sebagai hasil terlepasnya CH2 dari (C9H15O)+

o

Me Me

+

(C8H13O)+

m/z 125

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 108 sebagai hasil terlepasnya OH dari (C8H13O)+

+

Me Me

(C8H12)+

m/z 108

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 43 sebagai hasil terlepasnya C5H5 dari (C8H12)+

(CH3CHCH3)+

(C3H7)+

m/z 43

4. Puncak dengan RT 13,105 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C10H20O. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 156. Dengan

membandingkan data spektrum yang lebih mendekat yang diperoleh dengan data

(50)

Gambar 4.7.Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 13,105 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 156 yang merupakan

berat molekul 6-Okten-1-ol3,7-dimethyl. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu

puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1 menunjukkan

gugus alkena dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap C=C

dan daerah bilangan gelombang 3402,43 cm-1 menunjukkan gugus fungsi alkohol

dengan puncak melebar menunjukkan adanya vibrasi ulur –OH.

+

OH

.

(C10H20O)+

m/z 156

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 138 sebagai hasil terlepasnya H2O dari (C10H20O)+

+.

(C10H18)+

(51)

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 123 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(C10H18)+

+

(C9H15)+

m/z 123

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 41 sebagai hasil terlepasnya C6H10 dari (C9H15)+

(CH2=C-CH3)+

( C3H5)+

m/z 41

5. Puncak dengan RT 14,142 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C11H22O. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 170. Dengan

membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum pada library

yang lebih mendekati adalah 2-Undecanone sebanyak 2,09%.

(52)

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 170 yang merupakan

berat molekul 2-Undecanone. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu puncak

serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,50 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi

ikatan rangkap C=O menunjukkan gugus fungsi keton dan bilangan gelombang

1450,47-1033,85 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan CH3.

+

O .

(C11H22O)+

m/z 170

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 155 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(C11H20O)+

O

+

(C10H19O)+

m/z 155

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 127 sebagai hasil terlepasnya C2H4 dari (C10H19O)+

+

O

(C8H15O)+

m/z 127

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 58 sebagai hasil terlepasnya C5H9 dari (C8H15O)+

CH3-C-CH3

O

(C3H6O)+

(53)

6. Puncak dengan RT 17,067 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C15H22. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 202. Dengan

membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum pada library

yang lebih mendekati adalah Benzene,1-(1,5-dimetyl-4-hexenyl sebanyak 11,81%.

Gambar 4.9. Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 17,067 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 202 yang merupakan

berat molekul Benzene,1-(1,5-dimetyl-4-hexenyl. Data ini didukung oleh analisis

FT-IR yaitu puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1

puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap C=C dan daerah bilangan

gelombang 2924,09 – 2870,08 cm-1 puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi ikatan

C-H.

H3C

C-CH2-CH2-CH=C CH3

CH3 CH3

H

+.

(C15H22)+

m/z 202

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 187 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(54)

H3C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 145 sebagai hasil terlepasnya C3H6 dari (C14H19)+

H3C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 119 sebagai hasil terlepasnya C2H2 dari (C11H13)+

H3C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 41 sebagai hasil terlepasnya C6H6 dari (C9H11)+

(CH2=CHCH2)+

(C3H5)+

m/z 41

7. Puncak dengan RT 17,271 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C15H24. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 204. Dengan

membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum pada library

(55)

Gambar 4.10. Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 17,271 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 204 yang merupakan

berat molekul Zingiberene. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu puncak

serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1 menunjukkan gugus

fungsi alkena dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap

C=C.

H3C

C-CH2-CH2-CH=C CH3

CH3 CH3

H

+.

(C15H24)+

m/z 204

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 189 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(56)

H3C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 147 sebagai hasil terlepasnya C3H6 dari (C14H21)+

H3C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 93 sebagai hasil terlepasnya C4H6 dari (C11H15)+

H3C

+

(C7H9)+

m/z 93

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 41 sebagai hasil terlepasnya C6H6 dari (C7H9)+

(CH2=CHCH2)+

(C3H5)+

m/z 41

8. Puncak dengan RT 17,369 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C15H24. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 204. Dengan

(57)

yang lebih mendekati adalah Alpha-Farnesene sebanyak 12,96%.

Gambar 4.11. Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 17,369 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 204 yang merupakan

berat molekul Alpha-Farnesene. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu puncak

serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1 menunjukkan gugus

fungsi alkena dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap

C=C.

+.

(C15H24)+

m/z 204

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 161 sebagai hasil terlepasnya C3H7 dari (C15H24)+

+ CH

CH

(C12H17)+

m/z 161

(58)

+

(C10H13)+

m/z 133

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 119 sebagai hasil terlepasnya CH2 dari (C10H13)+

+

(C9H11)+

m/z 119

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 93 sebagai hasil terlepasnya C2H2 dari (C9H11)+

+

(C7H9)+

m/z 93

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 41 sebagai hasil terlepasnya C4H9 dari (C7H9)+

(CH2=CH-CH2)+

(C3H5)+

m/z 41

9. Puncak dengan RT 17,658 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul

C15H24. Data spektrum massa menunjukkan ion molekul 204. Dengan

(59)

yang lebih mendekati adalah Beta-Sesquiphellandrene sebanyak 10,96%.

Gambar 4.12. Spektrum massa minyak atsiri jahe emprit dengan RT 17,658 menit

Spektrum massa memberikan puncak ion molekul pada m/z 204 yang merupakan

berat molekul Beta-Sesquiphellandrene. Data ini didukung oleh analisis FT-IR yaitu

puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,5 – 1604,17 cm-1 menunjukkan

gugus fungsi alkena dengan puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan

rangkap C=C dan daerah bilangan gelombang 1450,47 – 1033,85 cm-1 puncak sedang

menunjukkan adanya vibrasi tekuk ikatan CH3.

H2C

C-CH2-CH2-CH=C CH3

CH3

CH3

H

+.

(C15H24)+

m/z 204

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 189 sebagai hasil terlepasnya radikal CH3 dari

(60)

H2C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 161 sebagai hasil terlepasnya C2H4 dari (C14H21)+

H2C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 147 sebagai hasil terlepasnya CH2 dari (C12H17)+

H2C

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 133 sebagai hasil terlepasnya CH2 dari (C11H15)+

H2C

(61)

CH2

+

(C6H11)+

m/z 69

Selanjutnya diikuti fragmen m/z 41 sebagai hasil terlepasnya C2H4 dari (C6H11)+

(CH2=CH-CH2)+

(C3H5)+

m/z 41

4.2.3 Uji Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa minyak atsiri jahe emprit pada konsentrasin1 %

telah dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus,

Streptococcus mutan, Salmonella sp, dan Shigella sp. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang jahe emprit aktif menghambat pertumbuhan koloni bakteri

Staphylococcus aureus, Streptococcus mutan, Shigella sp dan Salmonella sp. Pada konsentrasi 1% pertumbuhan koloni bakteri mulai dapat dihambat dengan luas daerah

hambat yang berbeda. Hal ini disebabkan karena struktur dinding sel bakteri yang

dicegah dan merusak dinding sel yang menyebabkan tekanan osmotik dalam sel lebih

tinggi daripada lingkungan luar sel sehingga sel akan mengalami lisis. Komponen

senyawa pada jahe emprit mengandung gugus polar –OH seperti Citronellol dan

hidrokarbon teroksigenasi seperti 1,8-Cieole dan 2-Undecanone yang bersifat sebagai

antibakteri. Kepolaran senyawa inilah yang mengakibatkan senyawa lebih mudah

menembus dinding sel bakteri (Yanotama, 2009). Minyak atsiri yang aktif pada

umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol

berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan

hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein dengan ikatan yang lemah

dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan

Gambar

Gambar 2.1  Struktur Zingiberen
Gambar 4.1. Kromatogram GC dan GC-MS Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit
Tabel 4.1. Kadar Komponen-komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri
Gambar 4.2. Spektrum FT-IR Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian adalah ekstrak etanol rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) memiliki efek antimikroba terhadap Enterococcus faecalis dan memiliki

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antibakteri minyak atsiri rimpang jahe merah terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans

AROMATERAPI MINYAK JAHE (Zingiber officinale Rosc.) TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT DALAM PENGGUNAANNYA.. SEBAGAI ANTIDEPRESAN Iva

Efek Kombinasi Minyak Bangle ( Zingiber purpureum Roxb.) dan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) sebagai Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan

AROMATERAPI KOMBINASI MINYAK KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis Osb.) DAN MINYAK RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Rosc.) (1:1) TERHADAP LIBIDO MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN..

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian dosis bertingkat ekstrak etanol rimpang jahe merah ( Zingiber officinale Rosc. rubrum) memberikan aktivitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian dosis bertingkat ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. rubrum) memberikan aktivitas

Kesimpulan penelitian adalah infusa rimpang jahe [(Zingiber officinalis)Rosc.] berefek sebagai penghalau nyamuk dan infusa rimpang jahe [(Zingiber officinalis)Rosc.]