• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Kerajinan Tangan Oleh Yayasan Cordia Caritas Medan Di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Program Kerajinan Tangan Oleh Yayasan Cordia Caritas Medan Di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat Kota Medan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM KERAJINAN TANGAN OLEH YAYASAN CORDIA CARITAS MEDAN DI KELURAHAN BRAYAN BENGKEL

KECAMATAN MEDAN BARAT KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial

d i s u s u n Oleh:

RISMAULI LUBIS 060902045

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Rismauli Lubis

NIM : 060902045

Judul : Implementasi Program Handicraft (Kerajinan Tangan) Oleh Yayasan Cordia Caritas Medan Di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat Kota Medan

Medan, Desember 2009 PEMBIMBING

Hairani Siregar S.Sos M,Si N I P : 19710927 19980 12 00 1

KETUA DEPARTEMEN

Drs. Matias Siagian M.Si N I P : 19610313 19930 31 00 4

DEKAN FISIP USU

(3)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Rismauli Lubis, 060902045, Handicrafts Implementation Program By Foundation Cordia Caritas Medan in Kelurahan Brayan Bengkel Medan District West.

(This thesis consists of 6 chapters, 80 pages, 22 tables, and 20 libraries).

ABSTRACT

Poverty is a problem for the people of Indonesia, one of the factors that cause is the lack of public revenue. In this poverty problem, then apply the Cordia Caritas Medan handicrafts programs in an attempt to reduce poverty and increase incomes of the poor, also empower the human resources in building the economy of poor families through the process of handicraft training. The purpose of this research is to find out how to arrange the implementation of the program in order to improve the welfare of the people who built on Brayan Bengkel and find out the implementation problems of handicraft in order to gain the objective

accordance mission that expected by Cordia Caritas Medan to empowering the poor.

This study is descriptive with a population of 18 people, based on sampling Arikunto Suharsini opinion stating that fewer than 100 subjects taken things better, so all the sample population, is 18 people. Data obtained using a questionnaire on the respondent and processed by using a single table.

These results indicate that the handicraft by the Foundation program Cordia Caritas Medan can be said to succeed because it can improve the quality and skills of community resources Brayan Bengkel built their capacity to produce handicraft products, in addition to the participation of citizens who built the craft training is also good, where people who attended the training which was built in accordance with the agreed schedule, it shows the seriousness of the two target communities gain knowledge and skills, then at least the capital provided by Cordia Caritas Medan, indeed all citizens built increasing income, but not too large, this resulted in communities Brayan Bengkel built can not raise income, living conditions and welfare independently.

(4)

KATA PENGANTAR

Kemuliaan bagi Tuhan yang Maha Kusas karena kasih karunia dan anugerah-Nya yang telah memberikan hikmat bagi penulis tetap kuat dan dimampukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Kerajinan Tangan Oleh Yayasan Cordia Caritas Medan Di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat Kota Medan”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution. MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian. M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan dorongan dan perhatian serta bimbingan kepada penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. MSP, selaku Pembimbing, yang telah memberikan masukan, saran, bimbingan serta dorongan dan perhatian untuk menyempurnakan skripsi ini.

(5)

5. Bapak Direktur Cordia Caritas Medan, Dr. Fritez Tambunan yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

6. Seluruh staff Cordia Caritas Medan terutama Pak Anang, Suster Ferina, Bang Leo Tambunan, Kak Maria Tarigan, yang banyak memberikan bantuan dan informasi dalam memperoleh data dalam mendukung skripsi ini.

7. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan.

8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang kubanggakan dan kukasihi dalam Yesus Kristus, Bapak C. Lubis dan Ibunda D. Hasibuan yang telah membesarkan dan membina penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta yang telah banyak memberikan semangat moril, materil, kasih sayang dan juga doa sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

9. Secara khusus buat kakanda Jenny Lubis dan Dewi Lubis yang selama ini sering memberikan dukungan materil dan doa yang menguatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

10.Buat adinda Nona Isabela Lubis dan Simon Boby Lubis yang telah memberikan dukungan kepada kakak, semoga kalian bisa menyelesaikan study kalian dengan baik.

(6)

12.Untuk rekan seperjuangan selama menyelesaikan skripsi ini (Nova, Echa, Mita, Yanti, Evi Yanti, Jupriadi). Terima kasih atas masukan dan sarannya serta kerjasamanya.

13.Buat rekan-rekan ku di Kesos yaitu Nora, Yoemeni, Nova Elisabeth, Hertati, Mag Aulia, Yusniar, Nobel, Dikky, Rijal, Alex, Anwar, Win Halley, Dear, Lerry, dan juga teman-teman stambuk 06 yang mungkin belum dapat penulis sebutkan satu persatu) dan Senior-Junior di Kessos, terima kasih atas perhatiannya.

14.Terima kasih untuk semua pihak yang dengan sengaja atau tidak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dalam kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yabg membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya, untuk semua orang yang mengasihi saya. Tuhan Memberkati.

Medan, Desember 2009

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian... ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... ... ...10

1.5 Sistematika Penulisan... ... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Program... 12

2.1.1 Pengertian Implementasi Program... 12

2.1.2 Model Efektivitas Program... 16

2.1.3. Pengertian Kemiskinan dan Ciri- Ciri fakir miskin... 17

2.2 Kesejahteraan sosial... 20

2.3. Pekerjaan Sosial ……… 23

2.3.1. Pengertian Pekerjaan Sosial………. 23

2.3.2. Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial ...23

(8)

2.4. Pengembangan Masyarakat ( Community Development)... 25

2.5. Pelaksanaan Program Yang Dilakukan Oleh Lembaga Yang Berada Di Luar Masyarakat ...27

2.6. Pelaksanaan Program Kerajinan Tangan ...29

2.6.1. Partisipasi Masyarakat dalam Program Kerajinan Tangan ...33

2.7.1 Kerangka Pemikiran... 35

2.7.2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran ...36

2.8. Defenisi konsep dan defenisi operasional... 37

2.8.1. Definisi Konsep... 37

2.8.2 Definisi Operasional... 37

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 39

3.2 Lokasi Penelitian. ... 39

3.3 Populasi dan Sampel... 39

3.3.1 Populasi... 39

3.3.2 Sampel... 40

3. 4 Teknik Pengumpulan Data... 40

3. 5 Teknik Analisa Data... 41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI 4.1 Sejarah Singkat Cordia Caritas Medan ...42

4.1.1 Sejarah Singkat Cordia Caritas Medan ...42

4.1.2 Profil Organisasi ...46

4.1.3 Struktur Yayasan Cordia Caritas Medan...48

(9)

4.3.1 Letak Administrasi Kecamatan Medan Barat ...51

4.3.2 Potensi Wilayah ...52

4.4 Gambaran Umum Kelurahan Brayan Bengkel ...54

4.5 Deskripsi Program Kerajinan Tangan...55

BAB V : ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Umum Responden ...57

5.2 Analisis Implementasi Program Kerajinan Tangan ...61

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan ...79

(10)

DAFTAR TABEL

1. Data umum Kecamatan Medan Barat ... 52

2. Data pelayanan umum Kecamatan Medan Barat ...52

3. Data pelayanan pendidikan Kecamatan Medan Barat ...53

4. Data pelayanan perdagangan Kecamatan Medan Barat...53

5. Distribusi responden berdasarkan umur...58

6. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir ...60

7. Distribusi responden tentang program kerajinan tangan sebagai program pengentasan kemiskinan ...62

8. Distribusi responden tentang frekuensi mengikuti pelatihan kerajinan tangan ...64

9. Distribusi responden berdasarkan bentuk pelatihan kerajinan tangan ...65

10. Distribusi responden mengenai perbandingan bentuk pelatihan kerajinan tangan...66

11. Distribusi responden berdasarkan hasil kerajinan tangan ...67

12. Distribusi responden berdasarkan waktu yang diperlukan membuat kerajinan tangan ...68

13. Distribusi responden tentang jumlah bantuan modal yang diberikan ...69

14. Distribusi responden tentang pemanfaatan modal ...70

15. Distribusi responden tentang pemanfaatan hubungan kerjasama anggota kelompok ...71

(11)

17. Distribusi penghasilan responden setelah adanya program kerajinan

tangan...73

18. Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan rumah ...74

19. Distribusi responden berdasarkan jenis rumah ...75

20. Distribusi Responden Tentang Kepemilikan MCK ...76

21. Distribusi Responden Tentang Keadaan Peralatan Rumah Tangga...77

(12)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Rismauli Lubis, 060902045, Handicrafts Implementation Program By Foundation Cordia Caritas Medan in Kelurahan Brayan Bengkel Medan District West.

(This thesis consists of 6 chapters, 80 pages, 22 tables, and 20 libraries).

ABSTRACT

Poverty is a problem for the people of Indonesia, one of the factors that cause is the lack of public revenue. In this poverty problem, then apply the Cordia Caritas Medan handicrafts programs in an attempt to reduce poverty and increase incomes of the poor, also empower the human resources in building the economy of poor families through the process of handicraft training. The purpose of this research is to find out how to arrange the implementation of the program in order to improve the welfare of the people who built on Brayan Bengkel and find out the implementation problems of handicraft in order to gain the objective

accordance mission that expected by Cordia Caritas Medan to empowering the poor.

This study is descriptive with a population of 18 people, based on sampling Arikunto Suharsini opinion stating that fewer than 100 subjects taken things better, so all the sample population, is 18 people. Data obtained using a questionnaire on the respondent and processed by using a single table.

These results indicate that the handicraft by the Foundation program Cordia Caritas Medan can be said to succeed because it can improve the quality and skills of community resources Brayan Bengkel built their capacity to produce handicraft products, in addition to the participation of citizens who built the craft training is also good, where people who attended the training which was built in accordance with the agreed schedule, it shows the seriousness of the two target communities gain knowledge and skills, then at least the capital provided by Cordia Caritas Medan, indeed all citizens built increasing income, but not too large, this resulted in communities Brayan Bengkel built can not raise income, living conditions and welfare independently.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah.

Kegiatan pembangunan dilaksanakan melalui berbagai penyempurnaan, namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi. Ketimpangan ini pada gilirannya menciptakan kelompok-kelompok penduduk yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya-sumberdaya pembangunan. Kelompok tersebut sering disebut kelompok penduduk atau masyarakat miskin.

Secara umum penyebab rakyat Indonesia miskin antara lain karena tidak memiliki pendidikan yang cukup, tidak memiliki ketrampilan, tidak mempunyai kesempatan kerja dan tidak memiliki modal usaha. Setiap menit rakyat Indonesia rentan dan terancam kemiskinan. Hal tersebut disebabkan perekonomian di Indonesia yang kian tidak menentu hingga setiap tahun terjadi PHK dan jutaan masyarakat Indonesia menganggur. Bekerja pun hanya sebagai karyawan kontrak yang setiap saat dapat diberhentikan. Sementara di jaman modern ini individu tidak dapat bekerja hanya dengan bermodalkan background pendidikan, tetapi harus memiliki ketrampilan tambahan, pengalaman yang cukup, bahkan terkadang modal materi juga sangat diperlukan.

(14)

ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada 1996 menjadi 47,97 juta pada 1999. Presentase jumlah penduduk miskin meningkat dari 17,47% menjadi 23,43% pada periode yang sama. Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga penurunan presentase jumlah penduduk miskin dari 19,14% pada tahun 2000 menjadi 15,97% pada tahun 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta orang (15,97%) pada bulan februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75%) pada maret 2006. Peningkatan jumlah dan presentase penduduk miskin terjadi karena adanya kenaikan BBM. Pada Maret 2008, jumlah penduduk miskin mencapai 34,96 juta orang (15,42%). Dibanding dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Dan angka terakhir perhitungan BPS pada maret 2009 jumlah penduduk miskin 32,53 juta jiwa (14,15%) yang artinya jumlah penduduk miskin menurun. Merujuk data dari lembaga multilateral tersebut, dengan kriteria miskin yaitu orang dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari (Makmur,2008.http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5CMakmun-2.pdf. diakses 10 sepetember 2009, pukul: 20.30 wib).

(15)

kebutuhan minimum untuk perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan, dan transportasi merupakan kebutuhan bukan minimum yang harus dipenuhi (Silalahi, 2001: 3), dan menurut Kriteria Bank Dunia, kemiskinan adalah keadaan tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan USD 1,00 per hari

(Makmur,2008.http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5CMakmun2.pdf. diakses 10 september 2009 pukul 20.30 wib).

Dalam menyusun program penanggulangan kemiskinan yang efektif atau ingin mengukur keberhasilan dari program anti kemiskinan maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengindetifikasi kemiskinan berdasarkan tolak ukur yang disebut dengan garis kemiskinan. Dengan demikian masalah penanggulangan kemiskinan sangat tergantung pada perfect targeting. Perfect

targeting adalah situasi dimana pengambil kebijakan dapat mengindentifikasi

secara benar siapa saja yang miskin, dimana mereka berada, dan mengetahui secara benar urutan kemiskinan penduduk miskin tersebut (Silalahi, 2001:5).

(16)

Berdasarkan pengalaman program pengentasan kemiskinan selama ini, bahwa berbagai program pengentasan kemiskinan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan, ternyata kurang mampu mengatasi kemiskinan secara menyeluruh. Berbagai bimbingan, pembinaan, bantuan dana dan fasilitas disalurkan untuk meningkatkan kelembagaan, partisipasi, dan swadaya atau kemandirian dalam program kemiskinan. Justru sebaliknya menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan tersebut.

Di Sumatera Utara khususnya di Medan terdapat banyak lembaga-lembaga atau yayasan-yayasan yang dikelolah oleh pemerintah ataupu Non-pemerintah (NGO) yang khusus menangani kemiskinan, diantaranya adalah BITRA, YAKMI, Bina Bangsa, Peduli Pembangunan dan Pendidikan (PEDINA), PERINTIS, SOS Desa Taruna Medan, Cordia Caritas Medan.

Setiap organisasi mengemban satu tugas dan kemudian menjadi misi atau

raison d’entre (alasan keberadaan), maka Cordia Caritas Medan dapat

diklasifikasikan dalam tugas pemberdayaan yaitu berperan untuk membuat setiap warga masyarakat mampu meningkatkan kualitas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas bersifat non-for-profit, artinya organisasi nirlaba merupakan organisasi yang memiliki kompetensi pokok (core competence) di bidang pemberdayaan (Nugroho, 2003: 77).

(17)

pemberdayaan bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan Cordia tersebut berpedoman pada visi dan misinya di dalam melakukan perannya sebagai organisasi sosial.

Cordia Caritas Medan sebagai organisasi sosial kemanusiaan atau organisasi nirlaba sesuai dengan visi dan misinya sangat ingin menempatkan rasa pedulinya dengan memberdayakan masyarakat yang miskin, agar mereka yang lemah dapat bebas dari kemiskinan dan memiliki martabat sebagai manusia seutuhnya. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan pada masyarakat, Cordia Caritas Medan telah melaksanakan program khusus yang didasarkan pada visi dan misinya tentang program pemberdayaan kaum miskin. Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan sumber daya manusia dalam membangun ekonomi keluarga miskin. Kemiskinan menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia, salah satu faktor yang menyebabkan adalah kurangnya pendapatan masyarakat. Dalam permasalahan kemiskinan ini, maka fokus kerajinan tangan bagaimana meningkatkan pendapatan pada masyarakat. Cordia memiliki dua program yaitu Livestock (pengadaan ternak) dan Handicraft (kerajinan tangan).

(18)

peningkatan ekonomi keluarga miskin melalui program kerajinan tangan oleh Yayasan Cordia Caritas Medan.

Tujuan Cordia Caritas Medan menerapkan program kerajinan tangan selain sebagai upaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, juga ikut memberdayakan sumber daya manusia dalam membangun ekonomi keluarga miskin melalui proses pelatihan kerajinan tangan yang dilaksanakan Cordia Caritas Medan. Memiliki keahlian dan modal sebagai cara/alat mencapai tujuan, dalam hal mengatasi masalah kemiskinan dan kurangnya pendapatan masyarakat merupakan kondisi penting bagi berbagai perencanaan strategis untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memberikan ketrampilan kerajinan tangan dan bantuan modal dalam mengelola usaha mikro dengan melihat sumber daya yang dimiliki.

Program kerajinan tangan direalisasikan sejak tanggal 3 Mei 2007 s/d sekarang, dimana 7 bulan awal untuk pelatihan dan menghasilkan hasil kerajinan. Awalnya Cordia Caritas Medan mendatangkan dua orang tenaga ahli dalam kerajinan tangan, Bapak Anang dari Pasuruan dan Ibu Fransisca Winanti dari Yogyakarta. Tujuan mereka adalah melatih kelompok masyarakat binaan yang bersedia untuk mendapatkan ketrampilan kerajinan tangan. Pelatihan ini direncanakan hingga Desember 2007, sehingga dengan adanya ketrampilan kerajinan tangan tersebut masyarakat miskin dapat meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri (Tambunan, 2007: 6).

(19)

penanggulangan kemiskinan untuk mempercepat perkembangan sosial ekonomi penduduk miskin/marginal dalam meningkatkan taraf hidupnya dengan memiliki keterampilan kerajinan tangan, dan bantuan modal. Dalam kaitan ini, program kerajinan tangan diarahkan pada pengembangan mata pencaharian masyarakat marginal/kumuh/miskin dengan menerapkan prinsip keswadayaan, partisipasi, membangun semangat kebersamaan, persaudaraan untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi, dan pemasaran yang sumber dayanya tersedia dilingkungan masyarakat itu sendiri dengan bantuan pelatihan ketrampilan dan modal dari Cordia Caritas Medan.

(20)

menyediakan tempat dan dana untuk pengadaan bahan, Cordia juga menyediakan pelatih, peralatan, bahan, dan transportasi.

Kelompok masyarakat yang menjadi target binaan adalah daerah yang tingkat ekonominya menengah kebawah, Cordia Caritas Medan menemukan area/daerah tersebut yaitu Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat, tepatnya mereka merupakan kaum marginal/miskin yang berada di tengah perkotaan .

Mengamati dan merasakan keadaan kaum marginal yang berada di daerah tersebut, didukung oleh visi dan misi Cordia Empowering The Poor, maka tim sosial Cordia mencoba menghadirkan diri diantara mereka. Melalui asessment yang dilakukan Cordia, diperolehlah suatu kebijakan untuk memberdayakan masyarakat Brayan Bengkel dengan mengembangkan potensi ketrampilan yang sudah mereka miliki.

Setelah kelompok masyarakat sudah dibentuk, diberikan pelatihan dan bimbingan. Pelatihan dan bimbingan ini diarahkan pada hal-hal yang berhubungan dengan upaya peningkatan ketrampilan kerajinan tangan, peningkatan wawasan dan sikap kerjasama, peningkatan demokrasi partisipatif, dan pengarahan kelompok sebagai wahana/wadah proses belajar kelompok masyarakat. Masyarakat Brayan Bengkel yang miskin akan terlibat langsung dalam program kerajinan tangan tersebut, dengan demikian masyarakat tidak hanya sebagai objek program ini tetapi mampu memberdayakan sumber daya secara mandiri dalam meningkatkan kondisi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.

(21)

masyarakat miskin sesuai dengan misinya memberdayakan kaum miskin, maka dengan sedikit deskripsi diawal penulis tertarik dan tertantang untuk mengetahui proses pelaksanaan program dan evaluasi program kerajinan tangan di Brayan Bengkel. Bagaimana pelaksanaan program pelatihan ketrampilan kerajinan tangan dan bantuan modal dari Cordia Caritas Medan dapat mempengaruhi perkembangan atau tingkat kesejahteraan/pendapatan masyarakat binaan di Brayan Bengkel, sehingga dengan adanya usaha-usaha yang berkompeten tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat binaan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik membahas skripsi yang berjudul “ Implementasi Program Kerajinan Tangan Oleh Yayasan Cordia Caritas Medan di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat Kota Medan”.

I.2. Perumusan Masalah.

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian, berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan adalah :

“ Bagaimana Implementasi Program Kerajinan Tangan oleh Yayasan Cordia Caritas Medan di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat Kota Medan”.

I. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian

(22)

1. Untuk mengetahui Implementasi program kerajinan tangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat binaan di Brayan Bengkel.

2. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan pelaksanaan program kerajinan tangan dalam mencapai tujuan sesuai dengan misi yang diharapkan Cordia Caritas Medan yaitu memberdayakan kaum miskin (Empowering the poor).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi organisasi terkait dalam mengambil kebijakan yang ada kaitannya dengan beberapa program Cordia Caritas Medan khususnya pada program kerajinan tangan.

2. Sebagai pengembangan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah.

(23)

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

Bab III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran tentang lokasi penelitian secara umum dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian berserta analisanya.

Bab VI : PENUTUP

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi Program

2.1.1. Pengertian Implementasi Program

Dalam proses pembangunan, ada sekelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai kehidupan yang layak, sehingga mencerminkan usaha dan prakarsa masyarakat sendiri/kegiatan organisasi/kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, budaya dan mengubah keterbelakangan akibat kemiskinan. Pembangunan masyarakat bertujuan mengatasi permasalahan seperti adanya kemiskinan, keterbelakangan, dan sebagainya. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari program-program peningkatan kesejahteraan keluarga, yang sampai saat ini masih dinaungi oleh program-program pemerintah, namun demikian lembaga-lembaga/organisasi-organisasi pun telah banyak mengambil peran, seperti pada sektor pemberdayaan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya, sehingga untuk mewujudkan program secara nyata diperlukan adanya pelaksanaan.

(25)
(26)

Tahapan-tahapan dalam pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut: Identifikasi program

Pengembangan program

Proses pengambilan keputusan

Hasil-hasil program

Implementasi

Evaluasi (Jones, 1996: 67)

Program adalah rencana yang telah diolah dengan memperhatikan faktor-faktor kemampuan ruang waktu dan urutan penyelenggaraanya secara tegas dan teratur sehingga menjawab pertanyaan tentang siapa, dimana, sejauhmana dan bagaimana.

Dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur utama yang harus ada agar tercapainya kegiatan implementasi program akan menunjang implementasi atau pelaksanaannya, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek antara lain:

1. Adanya tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.

(27)

3. Adanya aturan dan prosedur yang harus dilalui. 4. Adanya perkiraan anggaran yang akan dibutuhkan. 5. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Tambunan, 2007: 3).

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat ikut dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dengan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksananya. Unsur yang melaksanakannya adalah unsur ketiga, artinya pelaksana penting karena pelaksana baik organisasi maupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.

Dalam mencapai tujuan implementasi program secara efektif, Cordia Caritas Medan melakukan aksi atau tindakan yaitu:

1. Pemberian ketrampilan dan modal.

2. Pengolahan sumber daya alam dan manusia.

Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input program, sementara aksi kedua disebut sebagai proses implementasi program.

(28)

tidak jelas maka para pelaksana program akan bingung tentang apa yang seharusnya mereka lakukan dan akhirnya mereka akan mempunyai keputusan tersendiri dalam memandang, melaksanakan dan serta menerapkan program tersebut.

2.1.2. Model Efektivitas Program

Model efektivitas implementasi program yang ditawarkan oleh Charles O. Jones, menyebutkan bahwa program efektif atau tidak efektif maka standar penilaian dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, dan penerapan (Jones, 1996: 296).

1. Organisasi

Organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana didukung dengan legalitas organisasi tersebut.

2. Interpretasi

Maksudnya agar program kerajinan tangan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan keputusan yang berlaku di Cordia Caritas Medan, harus dilihat apakah pelaksanaannya dalam memberikan pelatihan dan modal sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh Cordia Caritas Medan.

3. Penerapan

(29)

dilengkapi dengan adanya prosedur kerja, program kerja, serta jadwal kegiatan.

2.1.3 Pengertian Kemiskinan dan Ciri- Ciri Fakir Miskin

(30)

(makmur,2008.http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5C Makmun-2.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib).

Pengertian Kemiskinan, meliputi:

a. Menurut Gunawan Sumodiningrat, masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan/ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal:

1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan (basic need deprivation). 2. Melakukan kegiatan usaha produktif (unproductiveness).

3. Menjangkau sumber daya sosial dan ekonomi (inacceribility).

4. Menentukan nasibnya diri sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik (vulnerability).

5. Membebaskan diri dari mental budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah (no freedom for poor). Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan tersebut menumbuhkan perilaku miskin yang bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha dan menikmati kesejahteraan secara bermartabat (Makmun, 2008: 5, http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5C Makmun-2.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib).

b. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002: 3).

(31)

disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh

setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002: 4).

d. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

e. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.

(32)

2.2. Kesejahteraan sosial

Kesejahteraan Sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 1, adalah: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar tetap hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli : 1. Arthur Dunham

Kesejahteraan Sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan Kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas, pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan (Nurdin, 1989:28).

2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

(33)

memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Nurdin, 1989:28). 3. Walter A.Friendlander

Kesejahteraan Sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat (Nurdin, 1989:28).

4. Perserikatan Bangsa-Bangsa

(34)

2.3. Pekerjaan Sosial

2.3.1. Pengertian Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial adalah suatu pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perseorangan maupun didalam kelompok, untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan secara pribadi dan sosial (Friedlander, dalam Muhidin, 1992:7)

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pekerjaan sosial adalah suatu profesi yang bukan hanya merupakan kegiatan akdemis, tetapi juga mempunyai tujuan yang praktis.

2. Seorang pekerja sosial profesional mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah laku manusia serta lingkungan sosial atau kondisi sosial dimana manusia itu hidup.

3. Kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial adalah dua hal yang tidak sama, walaupun lembaga-lembaga sosial dan bidang praktek dimana keahlian pekerjaan sosial dilaksanakan.

4. Pekerjaan sosial memiliki proses, metoda, dan tehnik tersendiri.

5. Pekerjaan sosial sesuai dengan sifat kegiatannya dan keragaman bidang prakteknya mempunyai atau melaksanakan bentuk pelayanan yang berbeda-beda.

(35)

2.3.2. Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial :

Prinsip-prinsip pekerjaan sosial bersumber pada nilai-nilai masyarakat, prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar bagi praktek pekerjaan sosial serta menjadi pedoman untuk mencapai tujuan pekerjaan sosial.

Prinsip-prinsip umum pekerjaan sosial tersebut adalah : 1. Keyakinan akan integritas dan harga diri dari setiap individu.

2. Hak untuk menentukan diri sendiri atau hak untuk menentukan kebutuhannya sendiri dan cara bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. 3. Keyakinan akan kesempatan yang sama bagi setiap orang yang hanya

dibatasi oleh kemampuannya.

4. Tanggungjawab sosial terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat (Muhidin, 1992:13).

2.3.3. Masalah-masalah Kesejahteraan Sosial

Masalah sosial adalah suatu cara bertingkahlaku yang menentang satu atau beberapa norma yang telah diterima dan berlaku didalam masyarakat, sedangkan masalah sosial adalah terbatas pada masalah-masalah yang timbul dalam keluarga, kelompok atau tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya (Davis, dalam Nurdin,1989:53).

Masalah-masalah sosial dapat berupa : 1. masalah kemiskinan.

2. kejahatan.

(36)

4. masalah generasi mudah.

5. masalah-masalah sebagai akibat peperangan.

6. pelanggaran norma-norma masyarakat seperti pelacuran, kenakalan anak, pencurian.

7. masalah kependudukan.

8. masalah lingkungan hidup (Nurdin, 1989:55).

Dalam perkembangan sosiologi, masalah-masalah sosial menjadi 5 yaitu: 1. Masalah sosial sebagai patologi organik individual.

2. Masalah sosial sebagai patologi sosial.

3. Masalah sosial sebagai disorganisasi personal dan sosial.

4. Masalah sosial sebagai konflik-konflik nilai (Burgess, dalam Nurdin, 1989:56).

2.4. Pengembangan Masyarakat ( Community Development)

Dari berbagai macam definisi dapat dilihat bahwa definisi pengembangan masyarakat sangat bervariasi, akan tetapi banyak persamaan, yaitu:

1. Adanya campur tangan dari pihak luar masyarakat.

2. Adanya usaha agar masyarakat dapat beradaptasi terhadap perubahan sosial.

3. Adanya unsur partisipasi masyarakat terhadap usaha-usaha yang diberikan atau dilakukan (Suriadi, 2005: 31).

Dalam menjalankan metode pengembangan masyarakat yang harus diingat oleh lembaga/organisasi yaitu:

(37)

2. Metode pengembangan masyarakat dapat dilengkapi dengan cara memberikan kepentingan-kepentingan yang tujuannya agar masyarakat melalui kepentingan-kepentingan tersebut beradaptasi dengan perubahan sosial.

3. Metode pengembangan masyarakat dapat dijalankan dengan cara memberikan pendidikan non-formal bagi orang dewasa (Suriadi, 2005:32). Berdasarkan tiga hal di atas maka haruslah diingat kemungkinan kegagalan dalam menjalankan program-program pengembangan masyarakat. Kegagalan ini sering terjadi misalnya karena pekerja sosial/pelaksana program yang bertugas membangun masyarakat kurang mengerti maupun kurang mengenal di lingkungannya, jadi agar mengurangi kegagalan pelaksana program harus menyesuaikan diri dengan lapangan/lingkungannya.

Beberapa prinsip pengembangan masyarakat menurut PBB yang berhubungan dengan kesuksesan program kerajinan tangan yaitu:

(38)

2. Adanya pemanfaatan sumber daya dan dana secara efesien baik berupa sumber-sumber dari pemerintah maupun swasta dalam program-program ditingkat lokal, nasional dan internasional (Suriadi, 2005: 36).

Melihat dari beberapa hal di atas, maka ada hubungan antara program yang dilaksanakan Cordia dengan konsep pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat yang potensial diberdayakan Cordia Caritas Medan adalah kaum wanita.

2.5. Pelaksanaan Program Yang Dilakukan Oleh Lembaga Yang Berada Di Luar Masyarakat

Lembaga sosial adalah sebagai wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan, sasaran, dan misi yang sesuai dengan bidang kegiatannya. Demikian pula dengan organisasi-organisasi sosial, baik formal maupun nonformal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial (Nurdin, 1989:41).

Pada prinsipnya dikatakan bahwa jika pelaksanaan program dilakukan oleh lembaga dari luar masyarakat, misal: program pertanian, perikanan, dan segala macam program harus mengutamakan keuntungan masyarakat.

Kemudian lembaga yang datang dari luar masyarakat harus mengingat beberapa hal, yaitu (Suriadi, 2005: 2):

(39)

2. Lembaga jika akan menerapkan program tidak boleh sikapnya memberikan perintah, tetapi harus menawarkan program kepada masyarakat, program mana yang akan dipilih.

3. Jika suatu lembaga akan masuk kedalam masyarakat, pada awalnya dapat menggunakan cara-cara bujukan misalnya dengan cara memberikan penerangan, ceramah dan memberikan bahan bacaan, agar masyarakat mempunyai waktu untuk memikirkan program yang akan diterapkan kepada masyarakat.

Lembaga sebagai proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap, yaitu:

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan berpikir atau pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004, http//www.damandiri.or.id/ file/dasminsiduipbbab2.pdf, diakses 15 September 2009 pukul 20.00 wib).

(40)

menyesatkan, ataupun merugikan komunitas masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala/biasan pemberdayaan, sebagai berikut:

1. Anggapan bahwa pendekatan pembangunan masyarakat yang berasal dari lembaga/pemerintah lebih sempurna daripada pengalaman dan aspirasi pembangunan masyarakat dari tingkat bawah (grass-root), akibatnya banyak kebijaksanaan menjadi kurang efektif karena mempertimbangkan kondisi nyata dan kehidupan masyarakat.

2. Orang miskin dapat miskin karena bodoh dan malas, dengan demikan cara menanganinya harus dengan cara paternalistik seperti melakukan orang yang bodoh dan miskin. Dengan anggapan demikian, masalah kemiskinan dipandang sebagai usaha sosial (chariti) dan bukan usaha penguatan ekonomi.

3. Bahwa ukuran efesiensi pembangunan masyarakat yang kadang salah diterapkan, misalnya dalam investasi harus selalu diarahkan pada tahap segera menghasilkan bagi pertumbuhannya. Padahal upaya pemberdayaan masyarakat akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih lestari (suistainable) dalam kerangka waktu yang panjang (Kartasasmita, dalam Suriadi, 2005: 59).

2.6. Pelaksanaan Program Kerajinan Tangan

Pelaksanaan program kerajinan tangan bersifat berkelanjutan/jangka panjang (sustainable) dan fleksibel dalam penerapannya dengan melalui beberapa pendekatan antara lain:

(41)

Pendekatan program menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan. Fokus pada masyarakat ini sama pentingnya baik pada tingkat yang lebih tinggi (ketika membahas pencapaian tujuan-tujuan seperti pengentasan kemiskinan, pembaruan ekonomi atau pembangunan yang berkelanjutan) maupun pada tingkat mikro atau masyarakat.

2. Dinamis

Sebagaimana program masyarakat dan faktor kelembagaan dan struktur yang membentuk/mengkondisikannya adalah sangat dinamis, demikian pula halnya dengan pendekatan ini. Pendekatan ini berusaha memahami dan belajar dari perubahan sehingga bisa mendukung pola-pola perubahan yang positif dan membantu menghilangkan pola-pola yang negatif. Secara nyata pendekatan ini melihat adanya efek-efek yang berasal dari kejadian-kejadian yang mengejutkan di luar masyarakat dan perubahan perubahan yang lebih bisa diramalkan, meskipun terkadang bersifat merusak.

3. Keswadayaan

Menitikberatkan pada kegiatan usaha berdasarkan ketrampilan kerajinan tangan yang dikembangkan Cordia Caritas Medan untuk masyarakat sehingga dapat menunjang keberhasilan dan diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih mandiri.

4. Membangun kekuatan dan kapasitas lokal

(42)

pendekatan ini menyiratkan pengakuan akan potensi yang melekat pada semua orang, apakah potensi itu berasal dari jaringan kerja sosial mereka yang kuat, akses mereka pada sumberdaya dan prasarana fisik, kemampuan mereka untuk mempengaruhi lembaga-lembaga kunci maupun faktor lain yang berpotensi mengurangi kemiskinan. Dalam upaya pembangunan yang menitikberatkan peningkatan masyarakat, tujuan kuncinya adalah menghilangkan hambatan-hambatan untuk mewujudkan potensi tersebut. Jadi masyarakat akan dibantu agar mereka menjadi lebih berdaya, lebih kuat, dan lebih mampu untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

5. Dimensi Keberlanjutan Ekonomi

Meskipun kita sering mendengar dan menggunakan istilah keberlanjutan adalah kunci bagi pendekatan ini. Ide ini tidak boleh diabaikan atau dikesampingkan. Keberlanjutan ekonomi dicapai ketika tingkat satuan ekonomi tertentu (rumah tangga) mempertahankan tingkat pengeluaran tertentu secara stabil (pengeluaran sering menjadi indikator utama dalam menilai kesejahteraan rumah tangga, ketimbang pemasukan karena lebih mudah diukur). Keberlanjutan ekonomi kaum miskin tercapai jika tingkat dasar kesejahteraan ekonomi bisa dicapai dan dipertahankan.

6. Pembangunan partisipatif

(43)

dibangun di atas kekuatan dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Sekali lagi, hal ini hanya mungkin jika metode/pendekatan partisipatif digunakan untuk menentukan siapa yang mempunyai akses pada jenis pendapatan (capital) mana dan bagaimana akses ini dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan, sosial dan organisasi (Saragih&Ramli,2007:2329,http://www.zef.de/module/register/media/239 0_SL-Chapter1.pdf, diakses 10 September 2009 pukul 20.30 wib).

Dilihat dari sudut organisasinya maka program kerajinan tangan adalah program pemberdayaan masyarakat miskin yang dilaksanakan Cordia Caritas Medan. Dalam pelaksanaanya, Cordia Caritas Medan mendapatkan dana untuk mendukung realisasi program dari proposal berbagai Caritas seperti Caritas Germany, Caritas Austria, Trocaire Caritas Ireland, Catholic Relief Service (CRS), Caritas Czech Republic, Caritas Italy.

Akan tetapi penulis tidak bisa mengetahui lebih rinci karena adanya prinsip kerahasiaan pada lembaga, tetapi menurut proposal program yang telah disetujui oleh Caritas Czech Republic, total target pembelanjaan program ini sebesar Rp. 588.604.500.00 (Eur 50.000,-). Anggaran ini ditujukan untuk program kerajinan tangan yang direncanakan dalam bentuk pelatihan dan pemberian modal selama tujuh bulan (Tambunan, 2007: 7)

(44)

Keberhasilan program kerajinan tangan sangat tergantung pada peranan Cordia Caritas Medan dan partisipasi aktif masyarakat binaan tersebut.

Mengingat dalam tiap-tiap program pemberdayaan masyarakat seperti program kerajinan tangan terdapat permasalahan yang berbeda, sistem evaluasi perlu dilakukan dan penelitian tentang program kerajinan tangan ini sangat membantu upaya perbaikan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan lainnya di masa yang akan datang. Dari sistem evaluasi dan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dilakukan penilaian secara tepat dan sistematis mengenai perkembangan dan hasil yang telah dicapai oleh kelompok masyarakat binaan dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Untuk mengetahui pelaksanaan dan perkembangan program kerajinan tangan dengan tujuan memberdayakan kaum miskin dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan melalui diskusi dan komunikasi terbuka, pertemuan tersebut berada di ruangan rapat Yayasan Cordia Caritas Medan. Setiap pertemuan harus dihadiri oleh pimpinan Cordia, koordinator program kerajinan tangan, beserta staff-staffnya, pelatih ketrampilan kerajinan tangan, dan koordinator lapangan sebagai pengawas lapangan yang memberikan laporan harian dan bulanan pada koordinator program kerajinan tangan.

Dalam menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan program kerajinan tangan, sistem evaluasi telah dikembangkan oleh kebijakan Cordia Caritas Medan.

Beberapa indikator keberhasilan yang dipakai dalam evaluasi antara lain: 1. Masyarakat tidak lagi digolongkan sebagai masyarakat yang marginal/miskin. 2. Masyarakat ini dapat trampil dalam kerajinan tangan.

(45)

4. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha mikro yang produktif pada anggota kelompok, makin kuatnya permodalan dan administrasi kelompok, serta makin luas interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

5. Peningkatan kesejahteraan keluarga miskin/marginal di lingkungan tersebut (Tambunan, 2007:8).

2.6.1. Partisipasi Masyarakat dalam Program Kerajinan Tangan

Keberhasilan suatu program sangat bergantung pada partisipasi masyarakat bahwa tanpa ada partisipasi dari masyarakat maka program yang akan diterapkan akan mengalami kegagalan. Demikian halnya dalam program kerajinan tangan yang direaliasikan oleh Cordia Caritas Medan, maka sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat yang berusaha mengurangi masalah kemiskinan dalam pelaksanaan memerlukan partisipasi yang aktif kepada masyarakat itu sendiri.

Menurut kamus bahasa Indonesia kata partisipasi berarti setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.

Partisipasi masyarakat dapat dibangkitkan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

(46)

2. Memberikan bimbingan/pelatihan dan kepercayaan kepada masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial sehingga motivasi masyarakat untuk berpatisipasi semakin kuat.

3. Kegiatan harus bersifat sebagai stimulan/rangsangan yang mampu meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat.

4. Rancangan kegiatan harus sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk berpartisipasi.

5. Menyelaraskan segala program dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat.

(47)

2.7.1 Kerangka Pemikiran

Masalah kemiskinan merupakan sumber muncul dan berkembangnya permasalah-permasalahan sosial lainnya, seperti anak terlantar, pengemis, gelandangan, keluarga berumah tak layak huni, tuna susila, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masalah kemiskinan yang harus ditangani secara serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat, kemudian harus diakui bahwa saat ini kesejahteraan masyarakat masih belum maksimal.

Upaya penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari program-program peningkatan kesejahteraan keluarga, yang sampai saat ini masih dinaungi oleh program-program pemerintah. Namun demikian lembaga-lembaga/organisasi-organisasi pun telah banyak mengambil peran, seperti pada sektor pemberdayaan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Dan untuk mewujudkan program secara nyata diperlukan adanya pelaksanaan.

(48)

2.7.2. Bagan alur kerangka pemikiran.

Cordia Caritas Medan

Program Handicraft (kerajinan tangan) a. Pelatihan ketrampilan.

b. Pemberian modal.

c. Pengolahan sumber daya alam dan manusia.

Implementasi a. Pencapaian tujuan. - Pelaksanaan -Partisipasi. b. Durasi waktu.

- Jangka waktu pelatihan. - Pemberian modal usaha. c. Manfaat program.

- Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

(49)

2.8. Defenisi konsep dan defenisi operasional. 2.8.1. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, untuk menghindari kesalapahaman dalam penelitian ini maka terlebih dahulu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan :

a. Implementasi adalah pelaksanaan dari suatu kebijakan dan strategi organisasi yang dilakukan oleh individu atau anggota organisasi.

b. Program kerajinan tangan merupakan pemberdayaan masyarakat miskin demi menanggulangi kemiskinan masyarakat binaan dengan tujuan untuk meningkatkan keahlian nonformal dan peningkatan pendapatan masyarakat tersebut.

c. Yayasan Cordia Caritas Medan adalah suatu organisasi sosial kemanusiaan atau organisasi nirlaba sesuai dengan visi dan misinya sangat ingin menempatkan rasa pedulinya dengan memberdayakan masyarakat miskin.

2.8.2. Definisi Operasional

(50)

Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah Implementasi program, yaitu pencapaian tujuan, durasi waktu, manfaat program. Indikator-indikator yang ada dalam penelitian ini, yaitu:

A. Pencapaian tujuan yaitu tercapainya tujuan/sasaran/target yang ditentukan sebelumnya dalam program kerajinan tangan, yakni:

1. Pelaksanaan, yaitu program dilaksanakan menurut kebijakan dan strategi Cordia Caritas Medan sebagai lembaga yang melaksanakan usaha-usaha kesejahteraan sosial, dimana terdapat kelompok masyarakat binaan dengan memberikan pelatihan dan pemberian modal. 2. Partisipasi, artinya dalam proses pelaksanaan program diupayakan agar masyarakat binaan dapat berperan aktif dalam pelatihan ketrampilan sehingga hasil yang dihasilkan dapat optimal sesuai dengan target-target program yang telah ditentukan sebelumnya.

B. Durasi waktu, proses waktu yang diperlukan dalam pencapaian tujuan/sasaran/target program sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya, meliputi:

1. Jangka waktu pelatihan ketrampilan kerajinan tangan. 2. Pemberian modal usaha.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu yang dapat diartikan sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian, lembaga, masyarakat, dan lain- lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1995:67).

3.2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kelurahan Brayan Bengkel kecamatan Medan Barat Kota Medan, lebih tepatnya di aula gereja St Paulus Jl. Asrama no.11, alasan pemilihan lokasi karena yang menjadi sasaran program merupakan anggota masyarakat Brayan Bengkel dan sebagian besar aktivitas pelaksanaan program banyak dilakukan ditempat tersebut.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(52)

3.3.2. Sampel

Sementara itu sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam suatu penelitian sering timbul pertanyaan akan besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang sifatnya harus representatif (mewakili), maka dalam mengambil sampel penelitian ini, penulis berpedoman pada pendapat Suharsini Arikunto yang menyatakan bahwa untuk subjek yang kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya (Arikunto, 1992: 45), dengan demikian semua populasi dijadikan sampel, yakni 18 orang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (field reseach)

Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung terjun kelapangan untuk mengumpulkan data-data melalui :

a. Kuesioner yaitu dengan menyusun daftar pertanyaan/angket kepada masyarakat binaan yang menjadi responden/informan dalam penelitian ini.

b. Wawancara (interview) : Pengumpulan data dengan pihak-pihak Cordia Caritas Medan dibidang kerajinan tangan yang secara langsung berhubungan dengan pelaksanaan program kerajinan tangan.

(53)

Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan melalui buku-buku, karya ilmiah, artikel, bulletin, dan lain-lain, yang ada relevansinya dengan penelitian.

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data dengan memeriksa data yang diperoleh dari responden, kemudian dicari frekuensinya dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif, bagaimana tingkat kesejahteraan dan pendapatan masyarakat binaan Brayan Bengkel akibat pelatihan dan pemberian modal dari program kerajinan tangan tersebut.

(54)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1. Sejarah Singkat Cordia Caritas Medan. 4.1. 1 Sejarah Singkat Cordia Caritas Medan.

Cordia Caritas Medan merupakan organisasi sosial kemanusiaan yang banyak bergerak dalam bidang pelayanan dan pengembangan sosial, membantu korban bencana alam dan segala bidang sosial kemanunusiaan lainnya. Organisasi ini berpegang pada prinsip Caritas yang artinya kata Caritas di Indonesia berhubungan dengan aktivitas sosial amal dari beberapa perkumpulan Gereja Katolik di Indonesia. Keberadaan Cordia Caritas Medan tidak terlepas dari Gempa Bumi diikuti Tsunami yang menghancurkan Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias pada tanggal 24 Desember 2004.

Berdirinya Cordia Caritas Medan tidak lepas dari konsultasi dan diskusi yang mendalam. Diawali dengan persetujuan nama organisasi oleh Keuskupan Agung Medan dengan nama Cordia Caritas Medan. Langkah berikutnya adalah membuka rekening bank atas nama Cordia Caritas Medan. Pembentukan organisasi ini didukung oleh Caritas Germany dari Jerman dalam menentukan struktur organisasi dengan memilih Dr. Frietz R. Tambunan sebagai Direktur Utama.

(55)

Kemudian Cordia berkembang dan mendirikan kantor yang beralamat di Jl. Sei Asahan No. 42. Medan, sebagai permulaan hanya ada dua staff pimpinan kantor kantor yang dipekerjakan yaitu pimpinan kantor dan staff administrasi, kemudian diikuti perekrutan staff yang lain.

Akhirnya Cordia Caritas Medan dibentuk oleh kedudukan hukum yang resmi. Keputusan ditetapkan oleh Keuskupan Agung Medan pada tanggal 18 Agustus 2005 dengan No Provinsi 578/Cordia/KAM/KA/2005. Atas keputusan ini, kedudukan hukum dari Cordia Medan adalah suatu pelayanan sosial amal dan kesatuan bagi setiap manusia. Sebagai institusi publik seperti suatu yayasan sosial, diharapkan Cordia Caritas Medan dapat berperan melayani masyarakat (Tambunan, 2005:4). Peran Cordia Caritas Medan sebagai organisasi kemanusiaan yang merupakan bagian dari Keuskupan Agung Medan adalah melayani tiap-tiap individu, masyarakat, dan kelompok yang sedang kekurangan sehingga ada peningkatan mutu dan kesejahteraannya, dan membangun masyarakat yang sejahtera didasarkan pada keadilan, kebenaran, cinta kasih, damai dan kebebasan (Tambunan, 2005: 7).

(56)

Visi : Cordia Caritas Medan menjadi suatu oraganisasi sosial kemanusiaan yang profesional demi terwujudnya masyarakat yang lebih baik lewat dukungan kasih dan penuh perhatian bagi mereka yang miskin, menderita dan terlupakan.

Misi : Memberdayakan mereka yang menderita akibat malapetaka, kemiskinan, keterasingan, dan penindasan agar martabat kemanusiaan mereka dipulihkan dalam semangat kerjasama, solidaritas, subsidiaritas, transformasi, transparansi, dan akuntabilitas.

Sesuai dengan visi dan misinya, maka Cordia Caritas Medan dalam perancangan strateginya menciptakan program kerajinan tangan. Program ini berusaha memulihkan mata pencaharian masyarakat miskin dengan pelaksanaannya dalam bentuk bantuan pelatihan kerajinan tangan dan pemberian modal bagi pemulihan perekonomian masyarakat miskin sehingga tercipta kemandirian dan mapan secara ekonomi di komunitas terkecil masyarakat /keluarga.

Program kerajinan tangan adalah program untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat binaan yang miskin dalam hal ini yang menjadi masyarakat binaan adalah beberapa keluarga di Kelurahan Brayan Bengkel Kecamatan Medan Barat, tertarik dengan kemampuan dalam membuat kerajinan, Uskup Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFM Cap, dari Gereja Paroki Katedral mengusulkan kerjasama dengan Cordia Caritas Medan untuk menyelenggarakan pelatihan kerajinan kepada masyarakat binaan di Kelurahan Brayan Bengkel.

(57)

uang untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan bagi anak-anak mereka, dan lain-lain. Meskipun mereka menghadapi banyak masalah, mereka masih memiliki semangat dan ingin berjuang untuk menjadi maju. Itu terbukti dengan tanggapan yang baik yang mereka berikan saat Cordia Caritas menawarkan untuk memberikan peningkatan kapasitas dalam membuat kerajinan tangan.

Dalam pelaksanaannya Gereja Paroki Katedral menyediakan tempat dan dana untuk pengadaan bahan, Cordia Caritas Medan menyediakan pelatih, peralatan, bahan dan transportasi. Oleh karena itu secara khusus Cordia mendatangkan tenaga pengrajin dari Jogyakarta untuk meningkatkan ketrampilan mereka agar menjadi pengrajin yang handal. Proyek ini masih dalam waktu yang sama dengan program kerajinan tangan di Mandala, sehingga dalam pelatihan ini Pak Anang yang melatih mereka dan didukung oleh Suster Ina sebagai koordinator lapangan. Selain itu, beberapa peserta dari Mandala seperti Pak Bram dan Rentina diminta untuk membantu Pak Anang untuk melatih masyarakan binaan Brayan Bengkel.

(58)

menghasilkan berbagai jenis hasil anyaman pandan dan eceng gondok di rumah (Tambunan, 2007: 1-3).

4.1.2.

Profil Organisasi

Logo Organisasi

Codia berasal dari kata Italia misericordia berarti rasa belas kasihan Cordia kata adalah kombinasi dari COR (Latin) yaitu hati/jantung dan kata DIA mengacu pada Deus (Latin) atau Dio (Italia). Singkatnya, CORDIA berarti Hati Tuhan yang selalu penuh dengan rasa kasihan pada setiap manusia.

Sedangkan logo yang digunakan CORDIA sebagai organisasi Caritas adalah serupa dengan logo Caritas internasional yang dimana terdiri dari tiga unsur-unsur: Ketuhanan, Cordia, dan nama dari Caritas Medan dimana untuk menunjukkan Cordia itu adalah suatu organisasi Caritas dari Keuskupan Agung Medan.

Cordia Caritas Medan memiliki identitas sebagai organisasi kemanusiaan untuk pengembangan keutuhan manusia. Nilai-nilainya meliputi persekutuan, martabat sebagai manusia, kemakmuran, pengembangan, solidaritas, transparansi, peningkatan kapasitas, tujuan universal demi bumi yang Baik.

(59)

seutuhnya maka dibentuklah program-program sebagai kegiatan dalam menangani masalah-masalah sosial yang ada. Dalam hal ini maka sasaran-sasaran program yang akan dicapai adalah:

1. Untuk memperkuat kapasitas masyarakat lokal dan mitra untuk pengembangan suatu perilaku dan lingkungan demi keselamatan semua masayarakat yang rentan bencana, dengan mengurangi resiko bencana yang tidak bisa terdeteksi di masa depan melalui implementasi dari pelatihan, dokumentasi, dan praktek yang terbaik (DRR).

2. Untuk mencapai pengembangan diri dan jaminan pekerjaan melalui peningkatan pendapatan dan implementasi usaha kecil sehingga masyarakat bertahan, seimbang dan sejahtera (Livelihood).

3. Untuk menjalankan pusat rehabilitasi narkoba dengan tujuan untuk melayani dan membantu orang yang kecanduan untuk disembuhkan dan dapat kembali pada masyarakat dan lingkungannya (Drug and drugs-Related Problems).

4. Untuk membangun kembali dan memperkuat kapasitas dan hubungan dari dan antar masyarakat, pemerintah, masyarakat sipil menggolongkan dan kelompok sosial untuk keikutsertaan dan rasa hormat dari semua, dengan penekanan yang tertentu di paling peka, dalam memutuskan isu yang mempengaruhi masyarakat melalui/sampai berbagai program acara pekerjaan yang bagian dalam, tempat kerja, seminar, forum, dan symposia. ( Peacebuilding).

(60)

4.1.3. Struktur Yayasan Cordia Caritas Medan.

DIREKTUR Dr. Frietz R. Tambunan

ASISTEN DIREKTUR Kepler Silaban

Finance Coordinator Denny Lee

Koordinator Sosial Franciska. M. D Koordinator Kantor

Dokrina Simbolon

Koordinator DRR &ERC Josepha Tarigan

Koordinator Livelihood Maria S. Tarigan

STAFF

STAFF STAFF STAFF

YAYASAN CORDIA CARITAS MEDAN

Alamat : Jl. Sei Asahan No. 42 – Kel. Medan Selayang I – Medan 20131 Telepon : +62-61-8227004 – Flexi +62-61-77818191 * Fax +62-61-8200115 Email : cordiamedan@yahoo.com; Cc cordiamedan@cordia.or.id;

(61)

Composition of Executive Body (2005-2009)

Chairperson : Mgr.Dr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap. Executive Secretary : Fr. Dr. Frietz R. Tambunan, Pr Treasurer : Steve Goei King An

Member : Fr. Wiro, OFMCap.

Member : Sr. Vinsensia Naibaho, KSSY Member : Antonius Sujata, SH

Member : Jonas Hudaya, MBA Member : Ninfa Hermanto Member : Dr. Bruno Suriyadi

Cordia's Staff

Dr. Frietz R. Tambunan, Pr. (Director) Kepler Silaban (Director’s Assistant) Doktrina Simbolon (OfficeCoordinator) Denny (Finance Coordinator)

Citra Tongli (Accountant)

Irene Frista Hutabarat (Finance Assistant /Cashier)

Josepha Tarigan (Disaster Risk & Reduction & Emergency Response Coordinator)

Sagrina Bangun (DRR Assistant) Sutan Tobing (DRR Assistant)

Francisca Maharsi Dewi (Social Coordinator) Andreas Ridwan (Social Officer)

Maria Selvi Anita Tarigan (Livelihood Coordinator) Ferina Natali (Program Office)

Leonardo Tambunan (Program Officer)

Elisa M. Banjarnahor (Administrative Assistant & IT) Fransedes Simamora (Logistic and Procurement) Sohatin Sinaga (Driver)

(62)

Abner Tambunan (Security Guard) Lamria Silaen (Housekeeper) Masrika Lase (Housekeeper)

4.2. Sekilas Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 77.867 Jiwa (Pemko Medan, 2006). Di Kecamatan Medan Barat ini terdapat sebuah bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara (PT.KAI-ESU). Selain itu di Kecamatan Medan Barat ini banyak terdapat industri-industri kecil dan menengah yang menjadi unggulannya seperti, Bika Ambon/Roti/Kue Kering, Tepung Ikan, Pengolahan Kopi, Minyak Goreng dari CPO, Makanan Ternak. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Barat ini terdapat 39 unit usaha industri kecil & menegah.

(63)

milik mereka di Brayan Medan kepada pengembang perumahan dan pusat bisnis (Kompas, Harian. 2009).

Menurut Daftar Kelurahan Tertinggal PNPM Perkotaan Berdasarkan Surat Penetapan Lokasi Kegiatan PNPM Mandiri Tahun 2008 No: B.189/MENKO/KESRA/10/2007 terdiri atas Kelurahan Brayan Bengkel dan Kelurahan Brayan Kota. Dengan melihat gambaran ini maka dapat diketahui bahwa masyarakat Kecamatan Medan Barat terutama masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Brayan Bengkel adalah masyarakat yang kesejahteraannya kurang.

4.3. Tinjauan Geografis Kecamatan Medan Barat 4.3.1. Letak Administrasi Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Barat dengan luas wilayahnya 6,82 KM². Kecamatan Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 77.867 Jiwa (2006). Di Kecamatan Medan Barat ini terbagi atas 6 kelurahan yaitu Kelurahan Glugur Kota, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, Kelurahan Sei Agul, Kelurahan Silalas, dan Kelurahan Kesawan.

(64)

4.3.2 Potensi Wilayah A. Data Umum

Tabel 1.1

Data Umum Kecamatan Medan Barat

No Data Umum Keterangan

1 Luas 6,82 km²

2 Jumlah Kelurahan 6 kelurahan 3 Jumlah Penduduk 77.839 jiwa 4 Jumlah Lingkungan -

Sumber: Pemkomedan, 2006: 2

B. Pelayanan Umum

Tabel 1.2

Data Pelayanan Umum Kecamatan Medan Barat

No Jenis Pelayanan Keterangan

1 Puskesmas 3 unit

2 Rumah Ibadah 81 unit

3 Rumah Sakit 5 unit

4 Lapangan Olahraga 30 persil

Sumber: Pemkomedan, 2006: 2

(65)

Tabel 1.3

Data Pelayanan Pendidikan Kecamatan Medan Barat

No Jenis Pendidikan Keterangan

1 SD / Sederajat 32 unit

2 SLTP / Sederajat 7 unit

3 SMU / Sederajat 6 unit

4 Akademi 4 unit

5 Universitas 1 unit

Sumber: Pemkomedan, 2006: 3

D. Perdagangan

Tabel 1.4

Data Pelayanan Perdagangan Kecamatan Medan Barat

No Jenis perdagangan Keterangan

1 Pasar Tradisional 3 unit

2 Plaza/ Mall 4 unit

3 Pasar Grosir 7 unit

Sumber: Pemkomedan, 2006: 3

(66)

Menurut PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumut dan NAD akan menyewakan lahan seluas 60 Ha di Brayan Bengkel kepada pengembang (developer), bahkan PT KAI tidak menjamin perlindungan bangunan bersejarah di

lahan itu. Hal itu dikatakan Kepala PT KAI Divisi I Sumut NAD Albert Tarra kepada wartawan, Kamis (22/1) di Kantor PT KA Divisi I Sumut-NAD (Kompas, Harian. 2009). Dari berbagai kalangan menolak perusakan bangunan bersejarah di Brayan Bengkel Medan, Sumatera Utara. Penyewaan lahan milik PT Kereta Api harus dilakukan dengan melindungi jejak sejarah di kawasan itu, tetapi keputusan rencana ini ada di tangan pusat.

Kelurahan Brayan Bengkel memiliki sejarah dimana gedung-gedung di kawasan tersebut memiliki sejarah untuk dijadikan sebagai museum. Gedung-gedung dimaksud adalah rumah tua, menara air, stasiun Pulo Brayan, Gudang Perbekalan, dan perbengkelan. Pendudukan kawasan Brayan Bengkel ini, sebagian besar dari kalangan yang tidak sah. Berdasarkan data PT KA Sumut, mereka yang tercatat menduduki bangunan di kawasan itu di antaranya 108 keluarga pegawai aktif, 234 pensiunan karyawan, 85 keluarga anak pensiunan, dan pihak swasta, selebihnya, warga yang tidak jelas identitasnya (Kompas, Harian. 2009).

(67)

perhubungan darat, kereta api, listrik, telekomunikasi dan air bersih. Kelurahan Medan Barat memiliki bidang usaha yang industri-industri kecil dan menengah yang menjadi unggulannya seperti, Bika Ambon/Roti/Kue Kering, Tepung Ikan, Pengolahan Kopi, Minyak Goreng dari CPO, Makanan, dan industri rumah tangga.

4.5. Deskripsi Program Kerajinan Tangan

Fokus program kerajinan tangan adalah kelompok masyarakat binaan yang merupakan individu/kelompok dari sejumlah penduduk/keluarga dikatagorikan miskin/marginal. Masyarakat binaan ini memiliki kemauan untuk dilatih dalam rangka memberdayakan (empower) sumber daya manusia dan peningkatan ekonomi keluarga miskin melalui program kerajinan tangan oleh Yayasan Cordia Caritas Medan.

Tujuan Cordia Caritas Medan menerapkan program kerajinan tangan selain sebagai upaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di Brayan Bengkel, juga ikut memberdayakan sumber daya manusia dalam membangun ekonomi keluarga miskin melalui proses pelatihan kerajinan tangan yang dilaksanakan Cordia Caritas Medan. Memiliki keahlian dan modal sebagai cara/alat mencapai tujuan, dalam hal mengatasi masalah kemiskinan dan kurangnya pendapatan masyarakat merupakan kondisi penting bagi berbagai perencanaan strategis untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memberikan ketrampilan kerajinan tangan dan bantuan modal dalam mengelola usaha mikro dengan melihat sumber daya yang dimiliki.

(68)

a. Turut mendukung pelaksanaan pembangunan dalam penanggulangan masalah kemiskinan di daerah Brayan Bengkel.

b. Memberdayakan masyarakat yang miskin, sehingga membuka peluang bagi mereka untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan cara memperluas ketrampilan kerajinan tangan, menciptakan lapangan kerja potensial yang baru dan adanya peningkatan pendapatan.

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan ekonomi keluarga.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel  1.3
Tabel 1
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait