• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KETERAMPILAN GURU

MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS

AKSELERASI UNTUK MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI

SMA SWASTA AL-AZHAR MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

SURI HANDAYANI DAMANIK

061301012

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran Sosiologi di

SMA Swasta Al-Azhar Medan

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang

dan sanksi-sanksi lainnya sesuai denga peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Maret 2010

SURI HANDAYANI DAMANIK

NIM : 061301012

(3)

Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran Sosiologi di

SMA Swasta Al-Azhar Medan

Suri Handayani Damanik dan Filia Dina Anggaraeni, M.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi di SMA Swasta Azhar Medan. Studi lapangan di kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan menunjukkan bahwa dilihat dari aspek keterampilan guru mengajar, motivasi belajar siswa rendah pada mata pelajaran sosiologi walaupun kriteria kemampuan guru mengajar sama. Jika diasumsikan kemampuan guru mengajar sudah relatif baik, maka hal yang mungkin berkaitan dengan motivasi belajar siswa adalah persepsi siswa tentang kemampuan guru mengajar yang tampak pada keterampilan guru mengajar. Motivasi belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar untuk mendapatkan imbalan dan menghindari hukuman (ekstrinsik), serta karena keinginan dan tanggung jawab personal, dan untuk menghadapi tantangan (intrinsik). Persepsi tentang keterampilan guru mengajar yaitu adanya proses kognisi, afeksi, interpretasi, dan evaluasi siswa mengenai keterampilan guru melaksanakan pembelajaran yang meliputi mengulas pembelajaran sebelumnya, memberikan materi baru, memberikan latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan balik (feedback), memberikan latihan mandiri, dan mengulas kembali materi yang telah diajarkan secara berkala.

Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan tahun ajaran 2009/2010, yaitu sebanyak 34 siswa. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar, baik ekstrinsik mauipun intrinsik. Pembuatan alat ukur dan analisa data pada variabel motivasi belajar dilakukan secara terpisah antara motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik karena berdasarkan teori Santrock (2007), motivasi ekstrinsik dan intrinsik memiliki pembahasan yang berbeda (dikotomi) dan sulit untuk digabungkan sebagai suatu kesatuan (kontinum).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar ekstrinsik dan tidak ada hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar intrinsik pada siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil tambahan, yaitu: (1) rata-rata persepsi siswa tentang keterampilan guru mengajar berada pada kategori ragu-ragu, (2) rata-rata kecenderungan motivasi belajar ekstrinsik siswa pada kategori sedang, dan (3) rata-rata kecenderungan motivasi belajar intrinsik siswa pada kategori sedang.

(4)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur peneliti haturkan pada ALLAH Yang Maha Esa yang telah

memberikan kekuatan baik fisik maupun pikiran serta ketabahan kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan skripsi Psikologi Pendidikan ini. Adapun judul

skripsi ini adalah: “Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar

dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran

Sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan”.

Perlu usaha yang keras, kegigihan, dan kesabaran untuk menyelesaikan

karya ini. Bagi peneliti karya ini merupakan proses pembelajaran yang sangat

bernilai. Peneliti menyadari karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta

di sekeliling peneliti yang telah mendukung dan membantu. Untuk itu terima

kasih yang sebesar-besarnya peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

USU.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd selaku dosen pembimbing dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini. Terima kasih atas diskusi-diskusi,

kesabaran dan bimbingan, serta dukungannya.

3. Ibu Desvi Yanti, M.PSi, psikolog sebagai Kordinator Bidang Psikologi

Pendidikan. Terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk bergabung dalam keluarga Psikologi Pendidikan.

4. Ibu Etty Rahmawati, M.Si. dan Ibu Lili Garliah, M.Si, psikolog., atas

(5)

5. Buat Buya tercinta, Ibnu Hajar Damanik, atas kritik, saran, dukungan, serta

teladan dan kesabaran yang engkau tunjukkan membuat penulis kuat dalam

menyelesaikan proposal seminar ini. Ummi terkasih Yusniarti, terima kasih

telah menjadi ladang latihan kesabaran penulis, serta adik-adikku tersayang

Ulfa, Dayah, dan Nabilah atas dukungannya selama ini.

6. Ibu Lili Garliah, M. Si, psikolog. selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih buat nasehat dan tuntunan yang ibu berikan.

7. Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Psikologi yang telah mendidik

melalui berbagai disiplin ilmu selama proses perkuliahan mulai dari

semester satu hingga selesai.

8. Terima kasih terdalam buat sahabat-sahabat penulis, Tia, Wina, Ela, Dara,

Kiki, dan Bang Geri yang telah dengan penuh keikhlasan membantu penulis

dalam penyelesaian proposal ini.

9. Buat teman-teman seperjuangan di Departemen Psikologi Pendidikan,

terima kasih buat dukungan dan semangatnya selama ini.

10. Keluarga besar SMA Swasta Al-Azhar Medan, terima kasih atas bantuan

dan kesediannya dalam menerima penulis untuk melakukan penelitian

disana.

11. Para senior dan juniorku di Fakultas Psikologi USU.

Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, karena keterbatasan ilmu yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti

dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

(6)

Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Medan, serta para pembaca pada umumnya.

Medan, Maret 2010

Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

1. Manfaat Teoritis... 9

2. Manfaat Praktis... 10

E. Sistematika Penulisan... 10

BAB II LANDASAN TEORI... 12

A. Motivasi Belajar... 12

1. Pengertian Motivasi Belajar... 12

2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar... 13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar... 14

4. Motivasi Belajar pada Anak Berbakat... 15

B. Keterampilan Guru Mengajar... 16

1. Pengertian Keterampilan Guru Mengajar... 16

2. Aspek-Aspek Keterampilan Guru Mengajar... 17

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar... 19

(8)

D. Persepsi... 24

E. Hubungan Antara Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi... 25

F. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Identifikasi Variabel Penelitian... 30

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 31

1. Motivasi Belajar... 31

2. Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar... 31

C. Populasi dan Sampel... 32

1. Populasi... 32

2. Sampel... 32

D. Metode dan Alat Pengambilan Data... 32

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 38

1. Validitas... 38

2. Reliabilitas... 45

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 47

1. Tahap Persiapan... 47

2. Tahap Pelaksanaan... 49

3. Tahap Pengolahan Data... 49

G. Metode Analisa Data... 49

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 52

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian... 52

1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian... 52

2. Tingkat/Kelas Subjek Penelitian... 52

B. Hasil Penelitian... 53

1. Uji Asumsi... 53

(9)

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 70

1. Saran Metodologis... 70

2. Saran Praktis... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar... 19

Tabel 2 Distribusi Butir Kuesioner Motivasi Belajar... 33

Tabel 3 Blue Print Kuesioner Motivasi Belajar... 33

Tabel 4  Distribusi Butir Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar... 34

Tabel 5 Blue Print Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar... 36

Tabel 6 Butir Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba... 40

Tabel 7 Blue Print Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba... 40

Tabel 8  Distribusi Butir Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar Setelah Uji Coba... 41

Tabel 9 Blue Print Butir Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar Setelah Uji Coba... 43

Tabel 10 Reliabilitas Kuesioner Motivasi Ekstrinsik... 46

Tabel 11 Reliabilitas Kuesioner Motivasi Intrinsik... 47

Tabel 12 Reliabilitas Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar... 47

Tabel 13 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 52

Tabel 14 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkatan... 52

Tabel 15 Linearitas Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik... 54

Tabel 16 Linearitas Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Intrinsik... 56

Tabel 17 Gambaran Skor Motivasi Belajar Ekstrinsik... 57

Tabel 18 Kategorisasi Data Empirik Motivasi Belajar Ekstrinsik... 58

Tabel 19 Gambaran Skor Motivasi Belajar Intrinsik... 58

Tabel 20 Kategorisasi Data Empirik Motivasi Belajar Intrinsik... 59

(11)

Tabel 22 Kategorisasi Data Empirik Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar... 60

Tabel 23 Korelasi Antara Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik... 61

Tabel 24 Korelasi Antara Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Intrinsik... 63

Tabel 25 Skor Rata-Rata pada Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Guru Mengajar... 65

Tabel 26 Skor Rata-Rata pada Motivasi Belajar Ekstrinsik... 65

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Scatter Plot Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dan Motivasi Belajar Ekstrinsik... 55

(13)

Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran Sosiologi di

SMA Swasta Al-Azhar Medan

Suri Handayani Damanik dan Filia Dina Anggaraeni, M.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi di SMA Swasta Azhar Medan. Studi lapangan di kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan menunjukkan bahwa dilihat dari aspek keterampilan guru mengajar, motivasi belajar siswa rendah pada mata pelajaran sosiologi walaupun kriteria kemampuan guru mengajar sama. Jika diasumsikan kemampuan guru mengajar sudah relatif baik, maka hal yang mungkin berkaitan dengan motivasi belajar siswa adalah persepsi siswa tentang kemampuan guru mengajar yang tampak pada keterampilan guru mengajar. Motivasi belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar untuk mendapatkan imbalan dan menghindari hukuman (ekstrinsik), serta karena keinginan dan tanggung jawab personal, dan untuk menghadapi tantangan (intrinsik). Persepsi tentang keterampilan guru mengajar yaitu adanya proses kognisi, afeksi, interpretasi, dan evaluasi siswa mengenai keterampilan guru melaksanakan pembelajaran yang meliputi mengulas pembelajaran sebelumnya, memberikan materi baru, memberikan latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan balik (feedback), memberikan latihan mandiri, dan mengulas kembali materi yang telah diajarkan secara berkala.

Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan tahun ajaran 2009/2010, yaitu sebanyak 34 siswa. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar, baik ekstrinsik mauipun intrinsik. Pembuatan alat ukur dan analisa data pada variabel motivasi belajar dilakukan secara terpisah antara motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik karena berdasarkan teori Santrock (2007), motivasi ekstrinsik dan intrinsik memiliki pembahasan yang berbeda (dikotomi) dan sulit untuk digabungkan sebagai suatu kesatuan (kontinum).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar ekstrinsik dan tidak ada hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar intrinsik pada siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil tambahan, yaitu: (1) rata-rata persepsi siswa tentang keterampilan guru mengajar berada pada kategori ragu-ragu, (2) rata-rata kecenderungan motivasi belajar ekstrinsik siswa pada kategori sedang, dan (3) rata-rata kecenderungan motivasi belajar intrinsik siswa pada kategori sedang.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang

dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

dan peningkatan kualitas hidupnya. Layanan pendidikan merupakan salah satu

program strategis jangka panjang yang senantiasa memerlukan perbaikan serta

peningkatan kualitas yang tidak bisa dijalankan secara reaktif, sambil lalu dan

sekenanya, melainkan mesti dengan cara proaktif, intensif, dan strategis (Sidi,

2001).

Layanan pendidikan yang bermutu akan menentukan tinggi atau

rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Selain itu, hasil belajar siswa berkaitan

dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara

aktif dalam proses belajar. Keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam

proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki

siswa (Sidi, 2001).

Kata motivasi digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat orang

melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka

dalam menyelesaikan tugas-tugas (Pintrich, 2003). Hal ini berarti bahwa konsep

motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (yang

menunjukkan pilihan dalam berperilaku), intensitas perilaku (yang menunjukkan

(15)

sesungguhnya. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dinyatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai (Sardiman, 2000). Sejalan dengan pendapat tersebut, Brophy

(2004) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kecenderungan siswa untuk

mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk

mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Terdapat dua aspek motivasi

belajar yang dimiliki siswa, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik

(Santrock, 2007). Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk

mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik

sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya,

murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.

Sedangkan motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu

demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi

ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.

Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti harapan

guru, instruksi langsung, umpanbalik (feedback) yang tepat, hadiah, dan hukuman

(Brophy, 2004). Pemberian angka, persaingan/kompetisi, ego-involvement, memberi

ulangan, pujian, memberitahukan hasil, hasrat untuk berhasil, minat, dan tujuan yang

ingin dicapai juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa (Sardiman, 2000).

Beberapa faktor di atas yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan

(16)

langsung dan pemberian umpanbalik. Selain itu, penelitian sebelumnya juga

menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa berhubungan dengan persepsi siswa

terhadap cara mengajar guru (Tarmidi & Hadiati, 2005) dan persepsi siswa terhadap

kompetensi profesionalisme guru (Rangkuti & Anggaraeni, 2005).

Kajian yang berkenaan dengan motivasi belajar siswa sebagaimana dilakukan

oleh Susilowati (2004) pada kelas akselerasi di SMP Islam Al-Azhar 1 Jakarta

menemukan bahwa terdapat 68,2% yang berminat pada pelajaran IPA dan 25%

pada pelajaran IPS. Dari 68,2% siswa yang berminat pada pelajaran IPA, motivasi

terbesar bukan berasal dari dalam diri siswa melainkan dari faktor pelajaran itu

sendiri (53,7%). Selain faktor pelajaran, terdapat faktor cara mengajar guru bidang

studi (17%), faktor guru yang tidak berkaitan dengan cara mengajar (12,2%),

faktor suasana kelas ketika kegiatan belajar mengajar (4,9%), dan faktor lainnya

(12,2%). Selain itu, dari 25% siswa kelas akselerasi yang meminati pelajaran IPS

diketahui bahwa motivasi siswa belajar adalah faktor pelajaran itu sendiri

(38,1%). Selebihnya, karena faktor guru (33,3%), cara mengajar guru (23,8%),

suasana kelas (4,8%), dan faktor lainnya (0%).

Karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa berbakat berkaitan

dengan konsistensi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya, senang

mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya memerlukan sedikit

pengarahan, serta ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi

(Heward, 1996). Siswa-siswi berbakat memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam

hal pembelajaran, seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya

(17)

dalam menangani siswa berbakat, terutama bagi mereka yang ditempatkan dalam

kelas akselerasi, lebih berperan sebagai fasilitator, sedangkan tanggungjawab belajar

ada pada peserta didik (Widyorini, 2002).

Pencapaian hasil belajar yang tinggi oleh siswa tidak bisa dilepaskan dari

standar proses yang menampilkan kualitas layanan pembelajaran. Untuk itu

pencapaian hasil belajar siswa tidak dapat dielakkan dari keharusan menganalisis

setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran.

Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, seperti

guru, siswa, kurikulum, metode, anggaran, fasilitas, evaluasi, dan sebagainya.

Namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan

memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain

komponen-komponen itu keberadaannya terpencar, juga sulit menentukan kadar

keterpengaruhan setiap komponen. Diantara banyaknya komponen, yang selama

ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru

(Sanjaya, 2008).

Sistem pengajaran kelas telah menempatkan guru pada suatu tempat yang

sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap aktivitas

pembelajaran yang dipimpinnya. Seorang guru perlu memiliki kemampuan

merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang

dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan

siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media

pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Menurut Cooper, guru

(18)

belajar dan berperilaku dengan cara baru yang berbeda. Dengan demikian,

seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak

mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru (Sanjaya, 2008).

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia

sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam

pendidikan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari tiga puluh persen keberhasilan

pendidikan yang ditunjukkan oleh indikator prestasi belajar siswa ditentukan oleh guru

(Supriadi, 1998). Ketika banyak orang mempersoalkan masalah kualitas pendidikan,

tidak dapat dielakkan bahwa figur guru menjadi unsur yang dibicarakan, terutama

yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal ini memang wajar,

sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa

sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun baik dan idealnya kurikulum

pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam

mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh sebab

itu, untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan

menganalisis komponen guru (Sanjaya, 2008).

Terdapat beragam peranan guru yang semuanya membutuhkan pengetahuan

dan keterampilan dalam pelaksanaannya. Keterampilan guru mengajar merupakan

salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki

keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik

yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah. Terdapat enam

aspek yang menggambarkan keterampilan guru mengajar. Keenam aspek tersebut

(19)

latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan balik (feedback),

memberikan latihan mandiri kepada siswa, dan mengulas kembali materi yang

telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan atau bulanan). Dengan adanya

keenam aspek tersebut, guru diharapkan dapat menciptakan kondisi yang

mendorong atau menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan aktivitas belajar

dengan baik (Pintrich & Schunk, 2002).

Suatu studi lapangan melalui wawancara dengan beberapa siswa di SMA

Swasta Al-Azhar Medan, baik kelas X^XI (sepuluh-sebelas) maupun kelas

XI^XII (sebelas-dua belas), menunjukkan bahwa mereka tidak termotivasi untuk

belajar pada mata pelajaran sosiologi karena faktor persepsi mereka yang

cenderung negatif terhadap guru yang mengajar. Hal ini terlihat dari pernyataan

siswi yang bernama Fika (siswi kelas XI^XII), yang mengemukakan bahwa

“Bapak itu nggak enak kak ngajarnya, kami jadi ngantuk. Dia asik sendiri aja.

Ngajarnya juga ceramah aja, bosen kami. Pokoknya gak enaklah kak”. Akbar

(siswa kelas XI^XII) juga menambahkan bahwa ”Iya kak, bosen kali kalo belajar

sosiologi, nggak enak bapak itu ngajarnya”. Selain itu, Rina (siswi kelas X^XI)

juga menyatakan bahwa ”Saya nggak suka pelajaran sosiologi kak. Gurunya gak

enak. Ngajarnya cuma dari satu buku pelajaran itu aja, gak dari banyak sumber,

misalnya dari buku lain atau dari internet”. Jika dilihat berdasarkan aspek

keterampilan guru mengajar, hal ini berkaitan dengan pemberian materi baru yang

kurang terstruktur, kurang diperkaya, dan tidak mendetail, serta tidak melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran, misalnya tidak memberikan pertanyaan atau

(20)

Siswa yang berada di kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan telah

mengikuti psikotes terlebih dahulu, sehingga yang diterima memiliki kapasitas

intelektual di atas rata-rata, dengan nilai IQ 130 atau lebih. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan dari Pak Binawan, seorang manajer bagian kelas akselerasi di SMA

Swasta Al-Azhar Medan, yang mengemukakan bahwa:

“Anak-anak yang mau masuk kesini harus ikut psikotes dulu, IQ 130 atau lebih yang bisa masuk. Ada juga beberapa anak yang waktu SMP bandel dan nilainya rendah, tapi pas dites ternyata IQnya lebih dari 130, ya kami harus tetap terbuka menerimanya. Mungkin saja mereka jadi nakal karena sekolahnya yang dulu tidak bisa memfasilitasi mereka. Setelah masuk sini mereka juga harus buat kontrak, yang menyatakan kalau terjadi penurunan prestasi mereka harus bersedia dikeluarkan. Tapi alhamdulillah sampai saat ini belum ada yang dikeluarkan, karena saya lihat mereka selalu berusaha untuk mempertahankan prestasinya”.

Berdasarkan kapasitas intelektual yang mereka miliki, hal ini

menunjukkan bahwa anak-anak yang berada di dalam kelas akselerasi SMA

Swasta Al-Azhar Medan bisa dikategorikan sebagai anak-anak berbakat, yaitu

dengan IQ 130 atau lebih (Heward, 1996).

Sehubungan dengan fenomena lapangan, Pak Binawan menyatakan bahwa

guru-guru yang mengajar di kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan

memiliki kapasitas intelektual di atas rata-rata, karena guru-guru tersebut juga

harus mengikuti psikotes jika ingin mengajar di kelas akselerasi SMA Swasta

Al-Azhar Medan. Hal ini terlihat dengan pernyataan beliau yang mengemukakan

bahwa “Guru-guru disini juga ikut tes psikotes. Guru yang IQnya di atas rata-rata

baru bisa ngajar disini”.

Dilihat dari aspek keterampilan guru mengajar, motivasi belajar siswa

(21)

mengajar sama karena sebelumnya mereka mengikuti psikotes. Jika diasumsikan

kemampuan guru mengajar sudah relatif baik, maka hal yang mungkin berkaitan

dengan motivasi belajar siswa adalah persepsi siswa tentang kemampuan guru

mengajar yang tampak pada keterampilan guru mengajar. Persepsi adalah proses

dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan

(Atkinson, 1997). Ittelson (dalam Bell dkk, 1996) menyatakan bahwa terdapat

empat aspek dari persepsi, yaitu kognitif (berpikir), afektif (emosional),

interpretasi, dan evaluatif. McCombs, et al (dalam Santrock, 2007) menemukan

bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih termotivasi

untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak didukung dan

diperhatikan gurunya. Dalam kaitannya dengan bidang studi sosiologi, persepsi

tentang keterampilan guru mengajar adalah proses kognitif, afektif, interpretasi,

dan evaluatif yang diberikan siswa mengenai stimulus yang diberikan oleh guru

berupa metode dan keterampilan guru sosiologi dalam menjalankan profesi

keguruannya, terutama dalam hal melaksanakan proses belajar mengajar bidang

studi sosiologi di kelas. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa perlu

untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan

Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata

Pelajaran Sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini

(22)

mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran

sosiologi?”. Rumusan masalah tersebut dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru

mengajar dengan motivasi belajar ekstrinsik siswa kelas akselerasi untuk mata

pelajaran sosiologi?

2. Apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru

mengajar dengan motivasi belajar intrinsik siswa kelas akselerasi untuk mata

pelajaran sosiologi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan antara persepsi tentang

ketermapilan guru mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas akselerasi untuk

mata pelajaran sosiologi, dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan

motivasi belajar ekstrinsik siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran

sosiologi.

2. Hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan

motivasi belajar intrinsik siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran

sosiologi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

(23)

a. Memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan

ilmu Psikologi Pendidikan, khususnya berkaitan dengan persepsi tentang

pembelajaran, peningkatan keterampilan guru mengajar, dan motivasi belajar

siswa pada kelas akselerasi.

b. Merumuskan strategi penumbuhan motivasi belajar siswa kelas akselerasi

melalui peningkatan keterampilan guru mengajar.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:

a. Bagi guru akan menjadi masukan dalam menentukan cara meningkatkan

motivasi belajar siswa khususnya di kelas akselerasi.

b. Bagi sekolah akan menjadi masukan dalam menetapkan kebijakan pembinaan

kemampuan guru dalam pembelajaran terutama strategi meningkatkan

motivasi belajar siswa khususnya di kelas akselerasi.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan

(24)

BAB II Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang

menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang motivasi

belajar, keterampilan guru mengajar, kelas akselerasi, dan persepsi.

BAB III Metode penelitian

Bab ini menguraikan variabel penelitian, definisi operasional, populasi

dan sampel, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan

reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode

analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV Analisa Data dan Pembahasan

Berisikan gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Berisikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk pihak-pihak

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MOTIVASI BELAJAR

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan

sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam

menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan

untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas

perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang

sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,

dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku

yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan

belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

(Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan

bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan

(26)

mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang

memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,

membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi

belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan

yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari

bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah

aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.

Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang

berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh

Santrock (2007), yaitu:

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang

lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh

insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras

dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua

kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas,

dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung

(27)

b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi

sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi

ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid

termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi

tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan

yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol,

misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi

intrinsik, yaitu:

1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal.

Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan

sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan

eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai

pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas

pembelajaran mereka.

2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal

kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh

saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka

anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi

motivasi belajar siwa, yaitu:

(28)

b. Instruksi langsung

c. Umpanbalik (feedback) yang tepat

d. Penguatan dan hadiah

e. Hukuman

Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa

bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar adalah:

a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan

utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

b. Persaingan/kompetisi

c. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras

dengan mempertaruhkan harga diri.

d. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar

kalau mengetahui akan ada ulangan.

e. Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar

terutama kalau terjadi kemajuan.

f. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini

merupakan bentuk penguatan positif.

4. Motivasi Belajar pada Anak Berbakat

Menurut Heward (1996), karakteristik perilaku belajar dengan motivasi tinggi

(29)

a. Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.

b. Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya memerlukan

sedikit pengarahan.

c. Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi.

d. Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah

menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya konsentrasi baik, dan

lain sebagainya.

B. KETERAMPILAN GURU MENGAJAR

1. Pengertian Keterampilan Guru Mengajar

Keterampilan guru mengajar merupakan salah satu jenis keterampilan

yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat

mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi

belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah (Uno, 2006).

Sejalan dengan pernyataan Uno di atas, Boyer (dalam Elliot dkk, 1999)

menyatakan bahwa keterampilan guru mengajar berkaitan dengan kemampuan

berkomunikasi dengan siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana

menginformasikan pengetahuan tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi

sadar terhadap pengetahuan tersebut. Pintrich & Schunk (2002) menambahkan

bahwa guru yang memiliki keterampilan mengajar akan menerapkan

(30)

2. Aspek-Aspek Keterampilan Guru Mengajar

Terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan guru mengajar

(Pintrich & Schunk, 2002). Keenam aspek tersebut yaitu:

a. Mengulas pembelajaran sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan pengulangan

singkat mengenai pembelajaran sebelumnya, periksa tugas yang diberikan di

hari sebelumnya, dan ajarkan kembali materi tersebut jika dibutuhkan.

Keterampilan ini bertujuan untuk membantu mempersiapkan siswa dalam

belajar materi yang baru dan menciptakan kesadaran awal mengenai

kemampuan siswa dalam belajar. Selain itu, guru dapat mengeluarkan

informasi di dalam memori jangka panjang siswa dan memberikan suatu

struktur kognitif untuk memasukkan materi baru. Akan lebih mudah bagi

siswa untuk memperoses informasi jika mereka menggabungkan informasi

baru dengan pembelajaran sebelumnya karena akan membangun jaringan

pengetahuan yang lebih terorganisir.

b. Memberikan materi baru. Pemberian materi baru dilakukan dengan

menggunakan langkah-langkah sederhana serta instruksi dan penjelasan yang

jelas dan mendetail. Langkah-langkah yang sederhana bertujuan untuk

memastikan bahwa kemampuan siswa dalam memproses informasi tidak

berlebihan (overload) dan siswa dapat memproses informasi dengan efektif

dan menyimpannya dalam memori sebelum materi yang baru diberikan.

Instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail bertujuan untuk memastikan

siswa memahami isi materi dan tidak terikat dalam proses mental yang

(31)

c. Memberikan latihan. Latihan yang diberikan harus disertai dengan bimbingan

guru sehingga guru dapat memeriksa pemahaman siswa. Latihan merupakan

suatu bentuk dari pengulangan, yang akan membantu untuk

mengorganisasikan dan menyimpan informasi dalam memori. Dengan latihan

yang berulang, materi dan keahlian yang dipelajari dapat dipahami dengan

sedikit perhatian.

d. Memberikan umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan sumber lain

dari pembelajaran yang efektif. Guru yang memberitahukan kepada siswa

bahwa penampilan mereka baik, memberikan informasi yang benar saat terjadi

kesalahpahaman pada siswa, dan jika dibutuhkan mengajarkan kembali materi

yang belum dipahami siswa akan membantu memperkuat kesadaran awal

siswa mengenai kemampuan mereka dalam belajar.

e. Memberikan latihan mandiri. Latihan mandiri dapat meningkatkan

kemampuan. Siswa yang bisa mengerjakan tugas karena kemampuan mereka

sendiri akan merasa sangat mampu dalam belajar dan termotivasi untuk

meningkatkannya.

f. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval berjarak

(mingguan atau bulanan). Pengulangan secara periodik dimana siswa memiliki

penampilan yang baik menunjukkan bahwa siswa telah belajar dan

mempertahankan informasi, yang akan meningkatkan motivasi untuk

pembelajaran selanjutnya karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa

(32)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar

Borich (1996) menyatakan terdapat empat hal yang mempengaruhi

keterampilan guru dalam mengajar, yaitu karakteristik kepribadian (seperti

motivasi berprestasi, ketepatan (directness), dan fleksibilitas), sikap (seperti

motivasi untuk mengajar, empati terhadap siswa, dan komitmen), pengalaman

(seperti lama mengajar, pengalaman dalam mengajar suatu materi, dan

pengalaman pada level kelas tertentu), dan bakat atau prestasi (seperti skor pada

tes kemampuan, indeks prestasi, dan hasil evaluasi mengajar). Untuk lebih

jelasnya, keempat faktor tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar

No. Kepribadian Sikap Pengalaman Bakat/Prestasi

1. Suka memberi

kebebasan (permissiveness)

Motivasi untuk mengajar

Lama mengajar Ujian guru tingkat nasional

2. Dogmatisme Sikap terhadap

siswa

3. Otoritarian Sikap terhadap

proses Aptitude Test), terdiri dari verbal dan kuantitatif

verbal (verbal

fluency)

(33)

(abstractness )-Konkret (concreteness)

dirinya (indirectness)

Sikap terhadap papers written)

Evaluasi siswa atau hanya pada saat mengajar)

Sumber: Borich (1996)

C.KELAS AKSELERASI

Akselerasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalani

kurikulum yang ada dengan lebih cepat (Heward, 1996). Terdapat beberapa jenis

dari akselerasi, yaitu:

1. Memasuki sekolah formal pada usia dini

2. Loncat kelas

3. Mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi

4. Kurikulum yang dipadatkan atau dipersingkat

5. Memasuki sekolah menengah atas dan universitas secara bersamaan.

6. Memasuki universitas lebih awal

Bagaimanapun akselerasi ini dilakukan, pada akhirnya peserta didik tetap

menyelesaikan pendidikan sekolah, namun dalam waktu yang lebih singkat.

Menurut Silverman (dalam Heward, 1996) akselerasi adalah suatu respon dalam

menjawab kebutuhan belajar dengan lebih cepat yang dimiliki oleh anak-anak

(34)

tepat, maka ketertarikan siswa terhadap sekolah akan meningkat, mencapai level

prestasi akademis yang lebih tinggi, memiliki perhatian terhadap prestasi, dan

menyelesaikan level pendidikan yang lebih tinggi dalam waktu singkat, yang akan

meningkatkan waktu untuk berkarir di akhir sekolah.

Widyastono (dalam Tarmidi & Hadiati, 2005) menyatakan ada delapan hal

yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program akselerasi, yaitu:

1. Masukan (input, intake) siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan

kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria

yang digunakan adalah: (1) prestasi belajar, dengan indikator angka raport,

Nilai Ebtanas Murni (NEM), dan/atau hasil tes prestasi akademik, berada 2

standar deviasi (SD) di atas Mean populasi siswa; (2) skor psikotes, yang

meliputi: intelligency quotient (IQ) minimal 125, kreativitas, tanggung jawab

terhadap tugas (task commitment), dan emotional quotient (EQ) berada 2 SD

di atas Mean populasi siswa; (3) kesehatan dan kesemaptaan jasmani, jika

diperlukan.

2. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional standar, namun

dilakukan improvisasi alokasi waktunya sesuai dengan tuntutan belajar peserta

didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar lebih tinggi

dibandingkan dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa seusianya.

Dalam hal ini, misalnya SMA, yang biasanya memakan waktu selama 3 tahun,

terdiri atas 6 semester, setiap tahun 2 semester; dipercepat menjadi selama 2

(35)

3. Tenaga kependidikan. Karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan

luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinya terdiri atas tenaga

kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran,

penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.

4. Sarana-prasarana yang menunjang, yang disesuaikan dengan kemampuan dan

kecerdasan siswa, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

belajar serta menyalurkan kemampuan dan kecerdasannya, termasuk bakat dan

minatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.

5. Dana. Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu

adanya dukungan dana yang memadai, termasuk perlunya disediakan insentif

tambahan bagi tenaga kependidikan yang terlibat, berupa uang maupun

fasilitas lainnya.

6. Manajemen,bersangkut paut dengan strategi dan immplementasi seluruh

sumberdaya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh sebab itu, bentuk manajemen pada sekolah dengan sistem

kelas percepatan, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitas, dan

berorientasi jauh ke depan. Dengan demikian, pengelolaannya didasari oleh

komitmen, ketekunan, pemahaman yang sama, kebersamaan antara semua

pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.

7. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan

menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun

(36)

8. Proses belajar-mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat

dipertanggungjawabkan (accountable) kepada siswa, orangtua, lembaga,

maupun masyarakat.

Menurut Somantri (2006), bagi siswa berbakat dengan kapasitas

intelektual di atas rata-rata, program akselerasi ini memberikan beberapa

keuntungan, antara lain:

1. Terpenuhinya kebutuhan kognisi siswa akan pelajaran yang lebih menantang

2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas siswa dalam belajar

3. Memberikan kesempatan untuk memiliki “intellectual peers

4. Menambah rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi siswa

5. Memberi kesempatan untuk menghemat waktu dalam menempuh pendidikan,

sehingga lebih banyak waktu untuk mengembangkan minat, spesialisasi, dan

karir.

Guru merupakan faktor yang memiliki peran penting dalam

memberhasilkan kelas akselerasi. Dalam kelas akselerasi peran guru mengelola

pembelajaran lebih tepat disebut sebagai fasilitator, yang menunjukkan bahwa

tanggungjawab akhir belajar ada pada anak untuk mengaktualisasikan potensi

dirinya.

Namun begitu ada beberapa hal yang dapat disebut sebagai kelemahan

dalam penerapan program akselerasi ini. Salah satunya adalah materi ajar yang

padat membuat guru kurang mampu mengembangkan teknik mengajar yang

(37)

D. PERSEPSI

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola

stimulus dalam lingkungan (Atkinson, 1997). Pengertian kita akan lingkungan

atau dunia di sekitar kita melibatkan unsur interpretasi terhadap

rangsang-rangsang yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan kita menjadi subjek dari

pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang

menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses

diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa)

sampai rangsang itu disadari dan dapat dimengerti disebut persepsi (Irwanto,

2002).

Dalam kegiatan belajar, McCombs, et al (dalam Santrock, 2007)

menemukan bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih

termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak

didukung dan diperhatikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa

memiliki persepsi yang positif mengenai keterampilan guru dalam mengajar,

maka motivasi siswa dalam belajar akan meningkat.

Menurut Ittelson (dalam Bell dkk, 1996), persepsi terdiri dari empat

komponen, yaitu:

1. Kognitif (Berpikir)

Dalam proses kognitif, kita akan membandingkan situasi tersebut dengan

pengalaman kita sebelumnya atau sesuatu yang pernah kita baca. Hal ini berarti

(38)

2. Afektif (Emosional)

Komponen afektif (emosional) merupakan bagaimana perasaan kita

mengenai suatu situasi. Perasaan yang kita miliki ini akan mempengaruhi persepsi

kita tentang situasi tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan penilaian yang kita lakukan mengenai apa-apa saja

yang ada dalam suatu situasi. Menurut Hawkins dkk (2007), interpretasi

berhubungan dengan bagaimana kita memahami dan membuat pengertian tentang

informasi yang kita terima.

4. Evaluatif

Dalam proses evaluatif, kita akan menentukan apakah situasi tersebut

merupakan situasi yang baik atau buruk. Kita melakukan evaluasi terhadap suatu

situasi dan menentukan apakah elemen-elemen yang ada di dalamnya merupakan

suatu hal yang baik atau buruk.

E. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KETERAMPILAN

GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS AKSELERASI

Layanan pendidikan yang bermutu akan menentukan tinggi atau

rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa tersebut berkaitan

dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara

(39)

proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki

siswa.

Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk mencapai

aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk

mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Menurut Santrock, terdapat dua

aspek motivasi belajar yang dimiliki siswa, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi

intrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu

yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi

oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar

keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Sedangkan

motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu

itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena

dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.

Karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa berbakat di kelas

akselerasi berkaitan erat dengan konsistensi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang

menjadi minatnya, senang mengerjakan tugas secara independen dengan sedikit

pengarahan siswa ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi.

Siswa kelas akselerasi memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran,

seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, dan daya

konsentrasi baik. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas akselerasi

memang sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa kelas akselerasi, terutama pada

(40)

yaitu faktor pelajaran, faktor guru, keterampilan guru mengajar, suasana kelas,

dan lain sebagainya. Sedangkan pada siswa kelas akselerasi di SMA Swasta

Al-Azhar Medan, motivasi belajar yang mereka miliki pada mata pelajaran sosiologi

dipengaruhi oleh bagaimana interpretasi mereka terhadap keterampilan mengajar

yang dimiliki oleh guru sosiologi. Hal ini terlihat dari hasil studi lapangan yang

telah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Hasilnya menunjukkan

bahwa motivasi mereka dalam belajar sosiologi rendah, dimana siswa-siswa yang

berada di kelas akselerasi tersebut menyatakan bahwa sistem pengajaran yang

dilakukan oleh guru sosiologi membuat mereka tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Mereka merasa bosan dan mengantuk ketika mengikuti pelajaran tersebut. Walaupun

karakteristik motivasi belajar siswa kelas akselerasi terbilang sudah sangat baik,

motivasi belajar mereka terutama dalam pelajaran sosiologi tetap dipengaruhi oleh

bagaimana persepsi mereka tentang keterampilan guru mengajar.

Keterampilan guru mengajar merupakan salah satu jenis keterampilan

yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat

mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan

kualitas lulusan sekolah. Menurut Pintrich & Schunk, terdapat enam aspek yang

menggambarkan keterampilan guru mengajar. Keenam aspek tersebut yaitu

mengulas pembelajaran sebelumnya, memberikan materi baru, memberikan

latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan balik (feedback),

memberikan latihan mandiri kepada siswa, dan mengulas kembali materi yang

telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan atau bulanan). Dengan adanya

(41)

mendorong atau menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan aktivitas belajar

dengan baik. Misalnya, guru sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan memberikan

materi baru dengan kurang terstruktur dan tidak melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran, seperti tidak memberikan pertanyaan atau umpan balik kepada

siswa sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk ketika mengikuti pelajaran

tersebut. Selain dari fenomena tersebut, ketika guru memberitahukan kepada siswa

bahwa penampilan mereka baik, motivasi belajar siswa khususnya motivasi intrinsik

akan meningkat. Siswa yang diberikan latihan mandiri oleh guru diharapkan akan

memandang tugas tersebut sebagai suatu tantangan dan pengulangan secara periodik

dimana siswa yang memiliki penampilan baik menunjukkan bahwa ia telah belajar

dan mempertahankan informasi, akan meningkatkan motivasi untuk pembelajaran

selanjutnya karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa mengenai

kemampuan mereka.

Berdasarkan hal itu, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara

persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas

akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi.

F. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Terdapat hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar

dengan motivasi belajar ekstrinsik siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran

(42)

2. Terdapat hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar

dengan motivasi belajar intrinsik siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional

kuantitatif, dimana penelitian korelasional menurut Azwar (2000) bertujuan untuk

menguji hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dan motivasi

belajar siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi di SMA Swasta

Al-Azhar Medan.

Dalam penelitian jenis ini, data yang dikumpulkan hanya untuk

memverifikasi dan menggambarkan ada tidaknya hubungan antarvariabel yang

diteliti, namun tidak dapat menerangkan sebab-sebab hubungan tersebut (Hadi,

2000).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini ada dua variable yang akan diuji yakni

masing-masing satu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel yang diukur

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel terikat (dependent variable) : motivasi belajar

2. Variabel bebas (independent variable) : persepsi tentang keterampilan guru

(44)

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Motivasi belajar

Yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam kajian ini adalah

keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar untuk mendapatkan imbalan,

menghindari hukuman, karena keinginan dan tanggung jawab personal, dan untuk

menghadapi tantangan. Motivasi belajar diukur dengan menggunakan skala

motivasi belajar berdasarkan teori Santrock yang disusun sendiri oleh peneliti.

Semakin tinggi skor subjek pada skala motivasi belajar siswa, makin tinggi

kecenderungan motivasi siswa dalam belajar.

2. Persepsi tentang keterampilan guru mengajar

Batasan tentang persepsi dalam kajian ini adalah adanya proses kognisi,

afeksi, interpretasi, dan evaluasi siswa mengenai keterampilan guru melaksanakan

pembelajaran yang meliputi mengulas pembelajaran sebelumnya, memberikan

materi baru, memberikan latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan

balik (feedback), memberikan latihan mandiri, dan mengulas kembali materi yang

telah diajarkan secara berkala.

Persepsi tentang keterampilan guru mengajar diukur dengan menggunakan

skala persepsi tentang keterampilan guru mengajar berdasarkan teori Ittelson dan

Pintrich & Schunk yang disusun sendiri oleh peneliti. Semakin tinggi skor subjek

pada skala persepsi tentang keterampilan guru mengajar, makin positif

(45)

C. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan karakteristik atau unit analisis

yang menjadi perhatian dalam penelitian. Populasi penelitian merupakan subjek

yang berada pada suatu wilayah dengan syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

siswa kelas akselerasi SMA Swasta Al-Azhar Medan tahun ajaran 2009/2010,

yaitu sebanyak 34 siswa.

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan seluruh anggota populasi menjadi sampel,

yakni semua siswa dalam populasi digunakan sebagai sampel atau subjek

penelitian. Istilah yang lazim untuk pendekatan ini adalah sampel total

(Sundayana, 2009).

D. METODE DAN ALAT PENGAMBILAN DATA

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

menggunakan metode skala. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang

merupakan suatu alat ukur konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan

aspek kepribadian individu (Azwar, 2000).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner dengan skala untuk

(46)

guru mengajar. Distribusi butir penelitian untuk skala motivasi belajar siswa

seperti dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Butir Kuesioner Motivasi Belajar

No Aspek Indikator Perilaku Jlh Butir Total Bobot

(%)

Fv Unfv

1 Motivasi ekstrinsik

Untuk mendapatkan imbalan 5 5 10 50

Untuk menghindari hukuman 5 5 10 

2 Motivasi intrinsik

Karena keinginan dan tanggung jawab personal

5 5 10  50

Untuk menghadapi tantangan 5 5 10 

Total 20 20 40 100

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa untuk mengukur motivasi ekstrinsik dan

motivasi intrinsik digunakan masing-masing 20 butir dengan blue print instrumen

penelitian disajikan sebagai berikut.

Tabel 3. Blue Print Kuesioner Motivasi Belajar

No Aspek Indikator Perilaku Nomor Butir Total Bobot

(47)

Distribusi butir kuesioner penelitian untuk skala persepsi siswa tentang

keterampilan guru mengajar yaitu:

(48)
(49)

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa aspek mengulas pembelajaran

sebelumnya diukur dengan menggunakan 25 butir, memberikan materi baru

diukur dengan menggunakan 25 butir, memberikan latihan dengan bimbingan

guru diukur dengan menggunakan 10 butir, memberikan umpan balik (feedback)

diukur dengan menggunakan 20 butir, memberikan latihan mandiri diukur dengan

menggunakan 10 butir, dan mengulas kembali pembelajaran selama sebulan

diukur dengan menggunakan 10 butir. Blue print penelitian dapat disajikan

sebagai berikut.

(50)
(51)

pembel ajaran secara berkala

materi yang telah dipelajari secara berkala

Total 11 11 13 12 16 11 17 12 100 100

Penyusunan kuesioner motivasi belajar dan kuesioner persepsi tentang

keterampilan guru mengajar dibuat dalam bentuk skala Likert. Skor untuk

masing-masing butir bergerak dari STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), R

(Ragu-Ragu), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai). Semakin tinggi skor subjek pada

skala motivasi belajar siswa, makin tinggi kecenderungan motivasi siswa dalam

belajar. Semakin tinggi skor subjek pada skala persepsi tentang keterampilan guru

mengajar, makin positif kecenderungan persepsi siswa tentang keterampilan guru

dalam mengajar.

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes atau instrumental pengukur dapat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004).

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi (content

validity). Suryabrata (2008) menyatakan bahwa validitas isi ditegakkan pada

(52)

tersebut, Azwar (2004) menyatakan bahwa validitas isi bertujuan untuk

mengungkap sejauh mana soal-soal dalam alat ukur tersebut mencakup

keseluruhan kawasan isi yang diukur, berdasarkan pendapat profesional

(professional judgement).

Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan

uji daya beda butir pertanyaan/pernyataan. Uji daya beda butir

pertanyaan/pernyataan dilakukan untuk melihat sejauh mana setiap butir

pertanyaan/pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok

individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan

diukur (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda butir pertanyaan/pernyataan menghendaki

dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor butir

pertanyaan/pernyataan dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor

skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item-total ( )

yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda. Penghitungan daya beda

butir pertanyaan/pernyataan dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan

program SPSS 13.0 for Windows.

Kuesioner persepsi tentang keterampilan guru mengajar dan motivasi

belajar dalam penelitian ini diujicobakan pada 192 siswa di SMA Swasta Sutomo

1 Medan, yang terdiri dari 24 siswa kelas akselerasi, 54 siswa kelas XI, 31 siswa

kelas XII, dan 83 siswa kelas X di SMA Swasta Al-Azhar Medan.

Pada kuesioner motivasi belajar, perhitungan daya beda butir kuesioner

(53)

disebabkan karena berdasarkan teori Santrock (2007), motivasi ekstrinsik dan

intrinsik memiliki pembahasan yang berbeda (dikotomi) dan sulit untuk

digabungkan sebagai suatu kesatuan (kontinum). Pada motivasi ekstrinsik, jumlah

butir yang diujicobakan adalah 20 butir dan dari 103 butir tersebut, terdapat 13

butir yang dianggap memenuhi kriteria korelasi minimal aitem. Hasil uji coba

menunjukkan nilai butir kuesioner bergerak dari 0,363-0,634. Sedangkan pada

motivasi intrinsik, jumlah butir yang diujicobakan adalah 20 butir dan semuanya

memenuhi kriteria korelasi minimal butir pertanyaan/pernyataan. Hasil uji coba

menunjukkan nilai butir skala bergerak dari 0,345-0,613. Berikut distribusi

butir untuk skala motivasi belajar:

Tabel 6. Distribusi Butir Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Perilaku Aitem Total Bobot

(%)

Fv Unfv

1 Motivasi ekstrinsik

Untuk mendapatkan imbalan 4 4 8 39,39

Untuk menghindari hukuman - 5

2 Motivasi intrinsik

Karena keinginan dan tanggung jawab personal

5 5 10  60,60

Untuk menghadapi tantangan 5 5 10 

Total 14 19 33 100

Berdasarkan distribusi butir pada Tabel 6, blue print penelitian disajikan

(54)

Tabel 7. Blue Print Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Perilaku Aitem Total Bobot

(%) dan tanggung jawab personal

Pada kuesioner persepsi tentang keterampilan guru mengajar, jumlah butir

yang diujicobakan adalah 103 butir dan dari 103 butir tersebut, terdapat 64 butir

yang dianggap memenuhi kriteria korelasi minimal butir. Hasil uji coba kuesioner

persepsi tentang keterampilan guru mengajar menunjukkan nilai butir

kuesioner bergerak dari 0,286-0,644. Berikut ini distribusi butir kuesioner

persepsi tentang keterampilan guru mengajar:

Tabel 8. Distribusi Butir Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar Setelah Uji Coba

(55)
(56)

ck) mereka

Berdasarkan distribusi butir pada Tabel 8, blue print penelitian disajikan

sebagai berikut:

Tabel 9. Blue Print Butir Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar Setelah Uji Coba

(57)
(58)

ck) mereka

Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur

menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila

diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang sama.

Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang

merupakan indikator konsistensi butir-butir kuesioner dalam menjalankan fungsi

(59)

konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan

pengukuran (Azwar, 2004).

Reliabilitas alat ukur digunakan untuk menguji konsistensi hasil

pengukuran terhadap subjek. Uji reliabilitas digunakan pada butir-butir yang

valid. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka koefisien

reliabilitas.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat

dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan

oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya.

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang

angkanya berada dalm rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach. Teknik ini merupakan teknik yang sesuai

untuk memeriksa konsistensi internal dalam sebuah tes karena koefisien

konsistensi internal adalah indeks homogenitas isi dan kualitas setiap butir

pertanyaan/pernyataan. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengolah

data-data pada program SPSS 13.0 for Windows.

Dari hasil uji coba kuesioner motivasi belajar dan kuesioner persepsi

tentang keterampilan guru mengajar yang diujikan pada 192 siswa, diperoleh nilai

reliabilitas α 0,864 untuk motivasi ekstrinsik, α 0,883 untuk motivasi intrinsik,

(60)

keterampilan guru mengajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10, 11,

dan 12 di bawah ini:

Tabel 10. Reliabilitas Kuesioner Motivasi Ekstrinsik

Cronbach's

Tabel 11. Reliabilitas Kuesioner Motivasi Intrinsik

Cronbach's

Tabel 12. Reliabilitas Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar

Cronbach's

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap

tersebut adalah tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan peneliti adalah:

Gambar

Tabel 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar
Tabel 3. Blue Print Kuesioner Motivasi Belajar
Tabel 4. Distribusi Butir Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar
Tabel 5. Blue Print Kuesioner Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan proyek akhir berjudul Miniature Crain Otomatis Pemindah Peti Kemas Pada Truck oleh Edgar Yanuar Pratama NIM 071903102043 telah diuji dan disahkan oleh

Metode gaya lateral ekivalen adalah suatu representasi dari gaya gempa setelah disederhanakan dan dimodifikasi, dimana gaya inersia yang bekerja pada suatu massa akibat

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penelitian ini mengukur transaksi pihak-pihak istimewa hanya menggunakan penjualan kepada pihak-pihak istimewa dan pembelian dari pihak-pihak

Para obtener más información sobre las novedades de versiones anteriores de CorelDRAW Graphics Suite, haga clic en Ayuda ` Resaltar novedades , y elija una versión.. Los

Pengaruh CSR dan inovasi layanan oleh perusahaan berkontribusi dengan advokasi pelanggan, kualitas hubungan dan nilai hubungan dalam memperkuat loyalitas pelanggan.

Maka dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yaitu variabel bebas (Citra Merek) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Niat Beli)

B Kotoran sapi tingkatkan kesejahteraan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:“apakah citra merek, harga dan gaya hidup berpengaruh positif dan