• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Berpotensi Sebagai Minuman Isotonik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Berpotensi Sebagai Minuman Isotonik"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (

Cocos nucifera L.

)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK

Oleh :

RIZKA RIYANA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRACT

RIZKA RIYANA. Quality and Shelf Life Coconut Water (Cocos nucifera L.)

Which Have Potential As Isotonic Beverage. Under direction of SRI ANNA MARLIYATI.

Coconut water is a part of coconut fruit, which contains sugar, minerals, minor ones are fat and nitrogenous substances. Mineral in mature coconut water have the same level of electrolytic balance as we have in our blood, so it is potential as a natural isotonic beverage. People think mature coconut water just a waste, because it can easily spoilage. Good food processing is needed to increase quality and shelf life mature coconut water. This research purposed to get the best formulation isotonic beverage from mature coconut water.

The research was started from February to June 2008 in IPB, Bogor. The experiment used completely randomized device design with three factor and two replications. The factor are natrium benzoat dose used (0% and 0.1%), storage temperature (270C and 50C) and storage time (0, 2, 7, 14, 21 and 28 day). The result indicate that using of natrium benzoat 0.1% and store at refrigerator temperature of 50C is the best formulation because have storage life is over than one month (28 days). It shows from changes major chemical constituents of coconut water (sugar, reduction sugar, pH, total acid, and minerals) and total microba during storage.

(3)

RINGKASAN

RIZKA RIYANA. Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Berpotensi Sebagai Minuman Isotonik. Dibimbingan oleh SRI ANNA MARLIYATI.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji mutu dan daya simpan air kelapa yang berpotensi sebagai minuman isotonik. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) menganalisis mutu organoleptik (warna, aroma, dan kekeruhan) dan mutu kimiawi (kadar gula total, kadar gula pereduksi dan komposisi zat mineral makro yaitu natrium dan kalium) air kelapa segar, 2) menetapkan kisaran konsentrasi bahan pengawet yang digunakan, 3) mengkaji pengaruh penggunaan bahan pengawet dan suhu selama penyimpanan terhadap mutu organoleptik, kimiawi dan mikrobiologi air kelapa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan meliputi pengamatan mutu organoleptik (warna, aroma dan kekeruhan) air kelapa segar, analisis kimiawi yaitu kadar gula total dan kandungan mineral (natrium dan kalium) air kelapa segar, pembuatan dan penentuan formula minuman air kelapa, dan pengamatan mutu organoleptik minuman air kelapa yang dihasilkan selama masa simpan. Pada penelitian lanjutan, perlakuan yang diberikan adalah penambahan pengawet (natrium benzoat) sebanyak 0.1% sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan. Sebagai perbandingan juga dibuat minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol). Selain perlakuan penambahan pengawet, minuman air kelapa juga diberi perlakuan suhu penyimpanan yaitu suhu ruang dan suhu refrigerator dan diamati pada setiap titik waktu penyimpanan dalam hari yaitu titik ke-0, 2, 7, 14, 21, dan 28.

Penelitian lanjutan bertujuan untuk menganalisis kadar mineral yang terkandung dalam minuman air kelapa dan untuk mengetahui pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan pada setiap titik penyimpanan terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologis minuman air kelapa. Analisis kadar

mineral yaitu natrium dan kalium dilakukan dengan metode AAS (Atomic

Absorptions Spectrofotometre). Adapun sifat kimia minuman air kelapa yang dianalisis selama penyimpanan meliputi kadar gula total dan gula pereduksi, derajat keasaman (pH), dan total asam tertitrasi, selain itu juga dilakukan uji total mikroba terhadap minuman air kelapa selama penyimpanan dengan metode TPC (Total Plate Count). Uji organoleptik juga dilakukan pada tahap penelitian lanjutan yang meliputi uji hedonik dan uji mutu hedonik. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Microsoft Excell 2003, SPSS 11.5 for Windows, dan SAS 6.12.

Air kelapa segar mempunyai mutu organoleptik sebagai berikut berwarna putih bening, beraroma khas kelapa dan tidak ada endapan (tidak keruh). Hasil analisis kimia yang dilakukan pada air kelapa segar adalah kandungan gula total 5-8%, natrium 4.35 mmol/l dan kalium 10.26 mmol/l. Proses pembuatan minuman air kelapa adalah penyaringan, perebusan (sterilisasi) air kelapa

selama ± 3 menit pada suhu 1000C, penambahan glukosa 4% dan natrium

benzoat 0.1% dan tahap terakhir adalah pengemasan pada gelas plastik 100ml

lalu ditutup dengan plastik seal. Pada tahap pengemasan dilakukan proses

(4)

Berdasarkan hasil sidik ragam, lama penyimpanan, penambahan pengawet dan suhu penyimpanan, tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kadar gula total, gula pereduksi, dan kandungan kalium minuman air kelapa. Sementara hasil sidik ragam lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai pH dan total mikroba. Penambahan pengawet berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kandungan natrium dan total mikroba. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai pH, total asam tertitrasi dan total mikroba.

Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan pengawet tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap daya terima warna, aroma, kekeruhan, rasa dan penerimaan umum atau keseluruhan minuman air kelapa. Hasil uji

General Linear Model pada mutu hedonik kekeruhan menunjukkan suhu penyimpanan, interaksi pengawet dengan lama penyimpanan dan interaksi suhu penyimpanan dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa selama penyimpanan. Hasil uji

General Linear Model pada mutu hedonik aroma menunjukkan suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi penambahan pengawet dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap mutu hedonik aroma minuman air kelapa selama penyimpanan.

(5)

MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (

Cocos nucifera L.

)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK

RIZKA RIYANA

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

JUDUL : Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.)

yang Berpotensi Sebagai Minuman Isotonik

Nama Mahasiswa : Rizka Riyana

Nomor Pokok : A54104009

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi NIP 131 841 753

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.

NIP 131 124 019

(7)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga proses pembuatan skripsi ini

dapat berjalan dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam penulis sampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi selaku Dosen Pembimbing yang dengan

sabar membimbing penulis selama melakukan penelitian dan penulisan

skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku Dosen Pemandu Seminar dan

Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan pada skripsi

ini.

3. Bapak Mashudi, Ibu Risqi, Ibu Nina dan Bapak Heri selaku petugas

laboratorium yang telah memberikan bantuan, saran dan masukan

selama penelitian.

4. Rekan-rekan penelitian ; Aqsa, Dewi K, Daus, Edo, Achi dan Daru yang

telah membantu selama penelitian.

5. Sahabat terbaik ; Ima, Devita, Adin, Rika, Venny, Angel, Nadiya, Any,

Devi, Ratna, Mei, Ida, Heni, Wuri, Nina, Melina dan Pangkau atas

dukungan semangat dan bantuan yang telah diberikan selama

penyelesaian tugas akhir ini.

6. Para penyemangat; GMSK 41, BKGers, Mbak Dewi Titi, Mbak Ratna,

Mbak Anita, Mbak Indah, Bapak Dian, GM 42, Alumni 4704, penghuni

Fairuz dan Lukita.

7. Keluarga besar tercinta, terutama kedua orang tua dan kakak adik yang

selalu memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan semangat kepada

penulis.

8. Seluruh pihak yang sudah membantu dan terlibat baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Bogor, Agustus 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 21 Juli 1986. Penulis adalah

anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ahmad Nafik dan Fatmawati.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD

Muhammadiyah 28 Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP

Muhammadiyah 32 Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis

melanjutkan pendidikan di SMUN 47 Jakarta. Penulis diterima sebagai

mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

(GMSK), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui

Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa kuliah penulis aktif di kepengurusan Badan Konsultasi Gizi

(BKG) periode 2006-2008. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Evaluasi Nilai Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun ajaran 2007/2008 dan aktif

mengikuti kepanitiaan beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kelapa (Cocos nucifera L.) ... 3

Air Kelapa ... 3

Kerusakan Air Kelapa ... 5

Inversi Sukrosa ... 5

Minuman Isotonik ... 6

Jenis dan Konsentrasi Karbohidrat ... 7

Natrium, Kalium dan Elektrolit Lain... 7

Osmolalitas ... 8

Persyaratan Mutu Minuman Isotonik ... 8

Bahan Pengawet ... 9

Pengemasan ... 9

Proses Termal ... 10

Penyimpanan... 11

METODE PENELITIAN ... 12

Waktu dan Tempat ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian... 13

Penelitian Pendahuluan... 13

Penelitian Lanjutan ... 15

Pengolahan dan Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Pembuatan Minuman Air Kelapa ... 18

Hasil Analisis Kimia Minuman Air Kelapa Selama Penyimpanan... 21

Kadar Gula Total... 21

Kadar Gula Pereduksi... 22

Derajat Keasamaan (pH) ... 24

Total Asam... 25

Kandungan Mineral dalam Minuman Air Kelapa ... 27

Kandungan Natrium ... 27

Kandungan Kalium... 29

Uji Mikrobiologi ... 31

Total Mikroba ... 31

Uji Organoleptik ... 34

Warna ... 35

Aroma ... 35

Kekeruhan ... 36

Rasa ... 36

(10)

Uji Mutu Hedonik ... 37

Kekeruhan ... 37

Aroma ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

Kesimpulan ... 40

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (

Cocos nucifera L.

)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK

Oleh :

RIZKA RIYANA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ABSTRACT

RIZKA RIYANA. Quality and Shelf Life Coconut Water (Cocos nucifera L.)

Which Have Potential As Isotonic Beverage. Under direction of SRI ANNA MARLIYATI.

Coconut water is a part of coconut fruit, which contains sugar, minerals, minor ones are fat and nitrogenous substances. Mineral in mature coconut water have the same level of electrolytic balance as we have in our blood, so it is potential as a natural isotonic beverage. People think mature coconut water just a waste, because it can easily spoilage. Good food processing is needed to increase quality and shelf life mature coconut water. This research purposed to get the best formulation isotonic beverage from mature coconut water.

The research was started from February to June 2008 in IPB, Bogor. The experiment used completely randomized device design with three factor and two replications. The factor are natrium benzoat dose used (0% and 0.1%), storage temperature (270C and 50C) and storage time (0, 2, 7, 14, 21 and 28 day). The result indicate that using of natrium benzoat 0.1% and store at refrigerator temperature of 50C is the best formulation because have storage life is over than one month (28 days). It shows from changes major chemical constituents of coconut water (sugar, reduction sugar, pH, total acid, and minerals) and total microba during storage.

(13)

RINGKASAN

RIZKA RIYANA. Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Berpotensi Sebagai Minuman Isotonik. Dibimbingan oleh SRI ANNA MARLIYATI.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji mutu dan daya simpan air kelapa yang berpotensi sebagai minuman isotonik. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) menganalisis mutu organoleptik (warna, aroma, dan kekeruhan) dan mutu kimiawi (kadar gula total, kadar gula pereduksi dan komposisi zat mineral makro yaitu natrium dan kalium) air kelapa segar, 2) menetapkan kisaran konsentrasi bahan pengawet yang digunakan, 3) mengkaji pengaruh penggunaan bahan pengawet dan suhu selama penyimpanan terhadap mutu organoleptik, kimiawi dan mikrobiologi air kelapa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan meliputi pengamatan mutu organoleptik (warna, aroma dan kekeruhan) air kelapa segar, analisis kimiawi yaitu kadar gula total dan kandungan mineral (natrium dan kalium) air kelapa segar, pembuatan dan penentuan formula minuman air kelapa, dan pengamatan mutu organoleptik minuman air kelapa yang dihasilkan selama masa simpan. Pada penelitian lanjutan, perlakuan yang diberikan adalah penambahan pengawet (natrium benzoat) sebanyak 0.1% sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan. Sebagai perbandingan juga dibuat minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol). Selain perlakuan penambahan pengawet, minuman air kelapa juga diberi perlakuan suhu penyimpanan yaitu suhu ruang dan suhu refrigerator dan diamati pada setiap titik waktu penyimpanan dalam hari yaitu titik ke-0, 2, 7, 14, 21, dan 28.

Penelitian lanjutan bertujuan untuk menganalisis kadar mineral yang terkandung dalam minuman air kelapa dan untuk mengetahui pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan pada setiap titik penyimpanan terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologis minuman air kelapa. Analisis kadar

mineral yaitu natrium dan kalium dilakukan dengan metode AAS (Atomic

Absorptions Spectrofotometre). Adapun sifat kimia minuman air kelapa yang dianalisis selama penyimpanan meliputi kadar gula total dan gula pereduksi, derajat keasaman (pH), dan total asam tertitrasi, selain itu juga dilakukan uji total mikroba terhadap minuman air kelapa selama penyimpanan dengan metode TPC (Total Plate Count). Uji organoleptik juga dilakukan pada tahap penelitian lanjutan yang meliputi uji hedonik dan uji mutu hedonik. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Microsoft Excell 2003, SPSS 11.5 for Windows, dan SAS 6.12.

Air kelapa segar mempunyai mutu organoleptik sebagai berikut berwarna putih bening, beraroma khas kelapa dan tidak ada endapan (tidak keruh). Hasil analisis kimia yang dilakukan pada air kelapa segar adalah kandungan gula total 5-8%, natrium 4.35 mmol/l dan kalium 10.26 mmol/l. Proses pembuatan minuman air kelapa adalah penyaringan, perebusan (sterilisasi) air kelapa

selama ± 3 menit pada suhu 1000C, penambahan glukosa 4% dan natrium

benzoat 0.1% dan tahap terakhir adalah pengemasan pada gelas plastik 100ml

lalu ditutup dengan plastik seal. Pada tahap pengemasan dilakukan proses

(14)

Berdasarkan hasil sidik ragam, lama penyimpanan, penambahan pengawet dan suhu penyimpanan, tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kadar gula total, gula pereduksi, dan kandungan kalium minuman air kelapa. Sementara hasil sidik ragam lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai pH dan total mikroba. Penambahan pengawet berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kandungan natrium dan total mikroba. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai pH, total asam tertitrasi dan total mikroba.

Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan pengawet tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap daya terima warna, aroma, kekeruhan, rasa dan penerimaan umum atau keseluruhan minuman air kelapa. Hasil uji

General Linear Model pada mutu hedonik kekeruhan menunjukkan suhu penyimpanan, interaksi pengawet dengan lama penyimpanan dan interaksi suhu penyimpanan dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa selama penyimpanan. Hasil uji

General Linear Model pada mutu hedonik aroma menunjukkan suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi penambahan pengawet dengan lama penyimpanan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap mutu hedonik aroma minuman air kelapa selama penyimpanan.

(15)

MUTU DAN DAYA SIMPAN AIR KELAPA (

Cocos nucifera L.

)

YANG BERPOTENSI SEBAGAI MINUMAN ISOTONIK

RIZKA RIYANA

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

JUDUL : Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.)

yang Berpotensi Sebagai Minuman Isotonik

Nama Mahasiswa : Rizka Riyana

Nomor Pokok : A54104009

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi NIP 131 841 753

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.

NIP 131 124 019

(17)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga proses pembuatan skripsi ini

dapat berjalan dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam penulis sampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi selaku Dosen Pembimbing yang dengan

sabar membimbing penulis selama melakukan penelitian dan penulisan

skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku Dosen Pemandu Seminar dan

Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan pada skripsi

ini.

3. Bapak Mashudi, Ibu Risqi, Ibu Nina dan Bapak Heri selaku petugas

laboratorium yang telah memberikan bantuan, saran dan masukan

selama penelitian.

4. Rekan-rekan penelitian ; Aqsa, Dewi K, Daus, Edo, Achi dan Daru yang

telah membantu selama penelitian.

5. Sahabat terbaik ; Ima, Devita, Adin, Rika, Venny, Angel, Nadiya, Any,

Devi, Ratna, Mei, Ida, Heni, Wuri, Nina, Melina dan Pangkau atas

dukungan semangat dan bantuan yang telah diberikan selama

penyelesaian tugas akhir ini.

6. Para penyemangat; GMSK 41, BKGers, Mbak Dewi Titi, Mbak Ratna,

Mbak Anita, Mbak Indah, Bapak Dian, GM 42, Alumni 4704, penghuni

Fairuz dan Lukita.

7. Keluarga besar tercinta, terutama kedua orang tua dan kakak adik yang

selalu memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan semangat kepada

penulis.

8. Seluruh pihak yang sudah membantu dan terlibat baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Bogor, Agustus 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 21 Juli 1986. Penulis adalah

anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ahmad Nafik dan Fatmawati.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD

Muhammadiyah 28 Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP

Muhammadiyah 32 Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis

melanjutkan pendidikan di SMUN 47 Jakarta. Penulis diterima sebagai

mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

(GMSK), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui

Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa kuliah penulis aktif di kepengurusan Badan Konsultasi Gizi

(BKG) periode 2006-2008. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Evaluasi Nilai Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor pada tahun ajaran 2007/2008 dan aktif

mengikuti kepanitiaan beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kelapa (Cocos nucifera L.) ... 3

Air Kelapa ... 3

Kerusakan Air Kelapa ... 5

Inversi Sukrosa ... 5

Minuman Isotonik ... 6

Jenis dan Konsentrasi Karbohidrat ... 7

Natrium, Kalium dan Elektrolit Lain... 7

Osmolalitas ... 8

Persyaratan Mutu Minuman Isotonik ... 8

Bahan Pengawet ... 9

Pengemasan ... 9

Proses Termal ... 10

Penyimpanan... 11

METODE PENELITIAN ... 12

Waktu dan Tempat ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian... 13

Penelitian Pendahuluan... 13

Penelitian Lanjutan ... 15

Pengolahan dan Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Pembuatan Minuman Air Kelapa ... 18

Hasil Analisis Kimia Minuman Air Kelapa Selama Penyimpanan... 21

Kadar Gula Total... 21

Kadar Gula Pereduksi... 22

Derajat Keasamaan (pH) ... 24

Total Asam... 25

Kandungan Mineral dalam Minuman Air Kelapa ... 27

Kandungan Natrium ... 27

Kandungan Kalium... 29

Uji Mikrobiologi ... 31

Total Mikroba ... 31

Uji Organoleptik ... 34

Warna ... 35

Aroma ... 35

Kekeruhan ... 36

Rasa ... 36

(20)

Uji Mutu Hedonik ... 37

Kekeruhan ... 37

Aroma ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

Kesimpulan ... 40

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi gizi air kelapa ... 4

2. Kandungan mineral dalam air kelapa ... 4

3. Profil komposisi beberapa produk sport drink dan minuman lain ... 6

4. Spesifikasi persyaratan mutu minuman isotonik SNI 01-4452-1998 ... 8

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Gambar buah kelapa ... 3

2. Prosedur pembuatan minuman air kelapa... 14

3. Minuman air kelapa pada penyimpanan dua hari... 20

4. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kadar gula total selama penyimpanan... 21

5. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kadar gula pereduksi selama penyimpanan ... 23

6. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap nilai pH selama penyimpanan ... 24

7. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap total asam tertitrasi selama penyimpanan ... 26

8. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kandungan natrium selama penyimpanan... 28

9. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kandungan kalium selama penyimpanan ... 30

10. Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap total mikroba selama penyimpanan... 31

11. Modus kesukaan panelis terhadap parameter penilaian organoleptik pada minuman air kelapa ... 34

12. Persentase penerimaan panelis terhadap parameter penilaian

organoleptik pada minuman air kelapa... 35

13. Skor rata-rata mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa selama

penyimpanan ... 37

14. Skor rata-rata mutu hedonik aroma minuman air kelapa selama

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Prosedur analisis kimia... 44

2. Pengujian total mikroba ... 46

3. Formulir uji kesukaan (hedonik) minuman air kelapa ... 47

4. Hasil analisis kimiawi minuman air kelapa ... 49

5. Hasil analisis ragam kadar gula total minuman air kelapa ... 51

6. Hasil analisis ragam kadar gula pereduksi minuman air kelapa... 51

7. Hasil analisis ragam nilai pH minuman air kelapa ... 51

8. Hasil uji jarak berganda Duncan untuk pengaruh lama penyimpanan

terhadap nilai pH minuman air kelapa ... 51

9. Hasil analisis ragam total asam tertitrasi minuman air kelapa... 52

10. Hasil analisis ragam kandungan natrium minuman air kelapa ... 52

11. Hasil analisis ragam kandungan kalium minuman air kelapa... 52

12. Perhitungan total mikroba minuman air kelapa ... 53

13. Hasil analisis ragam total mikroba minuman air kelapa ... 56

14. Hasil uji jarak berganda Duncan untuk pengaruh lama penyimpanan

terhadap total mikroba minuman air kelapa ... 56

15. Hasil uji Kruskal wallis terhadap parameter penilaian organoleptik minuman air kelapa ... 57

16. Hasil uji General Linear Model terhadap tingkat mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa ... 57

17. Hasil uji lanjut Tukey untuk pengaruh lama penyimpanan terhadap mutu hedonik kekeruhan minuman air kelapa... 58

18. Hasil uji General Linear Model terhadap tingkat mutu hedonik aroma minuman air kelapa ... 59

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa banyak terdapat di daerah beriklim tropis. Kelapa

diperkirakan dapat ditemukan di lebih dari 80 negara. Indonesia merupakan

negara agraris yang menempati posisi ketiga setelah Filipina dan India, sebagai

penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut Deptan (2004), rata-rata produksi

kelapa di Indonesia pada tahun 2000-2003 mencapai 15.5 milyar butir per tahun.

Tersedianya air kelapa dalam jumlah besar di Indonesia, yaitu lebih dari 3.5 juta

ton/tahun, merupakan potensi yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara

maksimum.

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman serbaguna, baik

untuk keperluan pangan maupun nonpangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa

bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Karena itu, pohon kelapa dijuluki

sebagai The Tree of Life (pohon kehidupan) dan A Heavenly Tree (pohon surga).

Buah kelapa merupakan bagian paling penting dari tanaman kelapa karena

mempunyai nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Bagian penting lain dari buah

kelapa adalah airnya, yang oleh beberapa orang masih dianggap sebagai limbah.

Satu buah kelapa rata-rata mengandung sekitar 200 ml air kelapa. Jumlah ini

dipengaruhi oleh ukuran kelapa, varietas, kematangan, dan kesegaran kelapa.

Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia, yaitu mencapai lebih dari dua

juta liter per tahun. Di Indonesia, air kelapa tua juga dimanfaatkan sebagai media

produksi nata de coco dan cuka. Namun, pemanfaatannya dalam industri pangan

belum optimal, sehingga masih banyak air kelapa yang terbuang percuma.

Perkembangan minuman isotonik mengalami kemajuan yang pesat di

pasaran. Salah satu pionir produk minuman isotonik mengalami peningkatan

penjualan yang tajam pada beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004, tercatat

total penjualan mencapai 100 juta kaleng dan 6.5 juta sachet (Hidayat 2006).

Menurut Badan Standar Nasional 1998, minuman isotonik adalah salah satu

produk minuman ringan karbonasi atau non karbonasi yang dimanfaatkan untuk

meningkatkan kebugaran, dalam minuman ini mengandung gula, asam sitrat dan

mineral. Minuman isotonik bermanfaat menggantikan cairan tubuh yang hilang

selama beraktivitas sehingga dapat mencegah terjadinya dehidrasi.

Air kelapa memiliki beberapa keistimewaan, selain cita rasa yang khas air

kelapa juga mempunyai kandungan gizi terutama mineral yang sangat memadai

(25)

alami mempunyai komposisi mineral dan gula yang menyerupai kesetimbangan

elektrolit pada cairan tubuh manusia. Oleh karena itu, air kelapa berpotensi besar

dikembangkan sebagai minuman isotonik (Hariyadi 2002). Namun air kelapa

memiliki daya tahan yang tidak lama atau mudah mengalami kerusakan. Oleh

karena itu, diperlukan penanganan pascapanen, seperti pengolahan,

pengemasan, dan teknologi penyimpanan yang tepat, karena air kelapa mudah

rusak.

Tujuan

Tujuan Umum :

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mutu dan daya simpan air kelapa

yang berpotensi sebagai minuman isotonik.

Tujuan Khusus :

1. Menganalisis mutu organoleptik (warna, aroma, dan kekeruhan) dan mutu

kimiawi (kadar gula total, kadar gula pereduksi dan komposisi zat mineral

makro yaitu natrium dan kalium) pada air kelapa segar.

2. Menetapkan kisaran konsentrasi bahan pengawet yang digunakan.

3. Mengkaji pengaruh penggunaan bahan pengawet dan suhu selama

penyimpanan terhadap mutu organoleptik, kimiawi dan mikrobiologi

minuman air kelapa.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai pemanfaatan air kelapa yang dapat dikembangkan menjadi produk

minuman isotonik. Produk ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa (Cocos nucifera L.)

Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa),

daging buah dan air kelapa. Kulit luar merupakan lapisan tipis (0.14 mm) yang

memiliki permukaan licin dengan warna bervariasi dari hijau, kuning sampai

jingga, tergantung kepada kematangan buah. Jika tidak ada goresan dan robek,

kulit luar kedap air (Esti 2001, diacu dalam Ratna 2004).

Kulit daging buah adalah lapisan tipis coklat pada bagian terluar daging

buah. Daging buah merupakan lapisan tebal (8-15mm) berwarna putih. Bagian ini

mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai

dengan tingkat kematangan buah. Daging buah tua merupakan bahan sumber

minyak nabati karena kandungan minyaknya sebesar 35% (Esti 2001, diacu

dalam Ratna 2004).

Gambar 1. Buah kelapa

Air Kelapa

Air kelapa diperoleh dari buah kelapa yaitu endosperma cair (coconut

water) dari buah kelapa. Air kelapa ini mengisi ¾ bagian rongga sebelah dalam

buah kelapa (Freemond & Ziller 1996). Jumlah air kelapa yang terkandung dalam

satu buah kelapa tua sekitar 300ml.

Selain sebagai minuman segar, air kelapa juga dimanfaatkan sebagai

media produksi nata de coco. Namun demikian, secara umum air kelapa masih

sering hanya merupakan limbah yang terbuang begitu saja. Satu buah kelapa

rata-rata mengandung sekitar 200 ml air kelapa. Jumlah ini dipengaruhi oleh

ukuran kelapa, varietas, kematangan dan kesegaran kelapa. Produksi air kelapa

cukup berlimpah di Indonesia, yaitu mencapai lebih dari dua juta liter per tahun.

Namun, pemanfaatannya dalam industri pangan belum begitu banyak, sehingga

banyak air kelapa yang terbuang percuma. Selain itu, buangan air kelapa

berbahaya karena dapat menimbulkan polusi asam asetat yang terbentuk akibat

(27)

kelapa akan menghasilkan asam yang akan mempengaruhi keasaman tanah,

sehingga akan menimbulkan pengaruh buruk pada tanaman sekitarnya.

Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula,

sejumlah vitamin, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Sedangkan unsur

mineral utama adalah kalium. Kandungan gula maksimal, yaitu 3 gram per 100

ml air kelapa, tercapai pada bulan keenam umur buah, kemudian menurun

dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung glukosa, fruktosa,

sukrosa, dan sorbitol. Gula-gula tersebut yang menyebabkan air kelapa muda

terasa lebih manis dibandingkan air kelapa tua (Anonim 2006).

Perubahan komposisi air kelapa selama proses pematangan buah dapat

dibagi ke dalam tiga tahap (Sison 1977 diacu dalam Tenda 1992). Tahap

pertama meliputi terjadinya akumulasi gula pereduksi, yaitu fruktosa dan glukosa,

dan asam amino, sedangkan daging buah belum terbentuk. Tahap kedua

ditandai dengan mulai terbentuknya daging buah, air kelapa menurun, tetapi

berat total meningkat, sukrosa mulai terbentuk dan gravitasi spesifikasi

meningkat. Pada tahap berikutnya terjadi peningkatan kandungan daging buah

dan gravitasi spesifikasi menurun. Secara umum, air kelapa memiliki komposisi

gizi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi gizi air kelapa

Komponen Kelapa Muda (%) Kelapa Tua (%)

Air 95.01 91.23

Lemak 0.120 0.150

Abu/ Mineral 0.630 1.060

Protein 0.130 0.290

Karbohidrat 4.110 7.270

Sumber : Tenda (1992)

Kandungan mineral dalam air kelapa cukup tinggi terutama kalium dan

klorida. Kandungan beberapa mineral dalam air kelapa disajikan pada Tabel 2 di

bawah ini.

Tabel 2 Kandungan mineral dalam air kelapa

Mineral Kandungan (ppm)

Kalium (K) 312

Natrium (Na) 105

Kalsium (Ca) 29

Magnesium (Mg) 30

Besi (Fe) 0.01

Tembaga (Cu) 0.14

Phospor (P) 37

Sulfur (S) 24

Klorida (Cl) 184

(28)

Kerusakan Air Kelapa

Menurut Fardiaz (1990), minuman berasam tinggi adalah minuman yang

memiliki pH di bawah 4.5. Minuman berasam tinggi jarang menimbulkan

keracunan karena bakteri patogen pada umumnya tidak dapat tumbuh pada pH

tersebut. Spora bakteri juga tidak dapat tumbuh dan bergerminasi pada kisaran

pH tersebut. Minuman ringan air kelapa memiliki pH 4.2-4.5, kaya akan nutrisi

sehingga mikroba dapat tumbuh dan berkembang. Kerusakan air kelapa ditandai

oleh terjadinya kekeruhan dan banyaknya endapan.

Penurunan pH terjadi akibat adanya akumulasi asam yang dihasilkan oleh

aktivitas mikroorganisme. Makin aktif mikroorganisme maka makin banyak asam

yang dihasilkan serta total asam meningkat sejalan dengan lamanya

penyimpanan (Tenda 1992). Menurut Phaff (1981), diacu dalam Tenda (1992),

beberapa jenis bakteri yang dapat hidup pada suasana asam adalah

Leuconostoc, Streptococcus dan Lactobacillus. Selain itu kapang dan khamir

yang pertumbuhannya optimum pada suasana asam, dikenal sebagai faktor

penyebab terjadinya proses fermentasi pada bahan makanan baik yang

diinginkan, maupun yang tidak diinginkan.

Inversi Sukrosa

Hidrolisis sukrosa akan terjadi dengan katalisis oleh senyawa asam pada

minuman. Hidrolisis sukrosa akan menghasilkan senyawa glukosa dan fruktosa.

Menurut Pennington and Baker (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi inversi

sukrosa adalah sebagai berikut :

1. pH, semakin rendah pH maka semakin cepat proses inversi. Pada

minuman dengan pH 2.5 proses inversi akan lebih cepat terjadi

daripada pada minuman pada pH 3.0.

2. Suhu, semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses inversi. Sukrosa

pada minuman yang disimpan pada suhu 900F dalam dua minggu akan

diinversi lebih cepat daripada minuman dengan pH yang sama pada

suhu penyimpanan 700F.

3. Waktu, inversi berjalan dengan sejalannya waktu. Sukrosa pada

minuman yang telah lama akan lebih tinggi gula invertnya daripada

(29)

Adanya proses inversi mempengaruhi beberapa sifat minuman, antara lain

meningkatkan total padatan terlarut minuman, meningkatkan volume minuman

dan mencapai tingkat kemanisan tertentu.

Minuman Isotonik

Pengertian minuman isotonik adalah salah satu produk minuman ringan

karbonasi atau non karbonasi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan

kebugaran, dalam minuman ini mengandung gula, asam sitrat dan mineral

(Badan Standar Nasional 1998). Menurut Murray dan J. Stofan (2001), istilah

isotonik seringkali digunakan untuk larutan atau minuman yang memiliki nilai

osmolalitas yang menyerupai cairan tubuh (darah), sekitar 280 mosm/kg H2O.

Selain itu, minuman isotonik minimal mengandung karbohidrat (gula sederhana)

sekitar 6-7%, natrium 20-60mmol/l dan elektrolit lain seperti kalium, klorida,

kalsium dan magnesium kurang dari 10 mmol/l. Minuman isotonik juga dikenal

dengan istilah sport drink yaitu minuman yang berfungsi mempertahankan cairan

dan garam tubuh serta memberikan energi dalam bentuk karbohidrat ketika

melakukan aktivitas.

Minuman isotonik atau sport drink diformulasi untuk memberikan manfaat

berguna bagi tubuh, diantaranya : 1) mendorong konsumsi cairan secara

spontan, 2) menstimulir penyerapan cairan secara cepat, 3) menyediakan

karbohidrat untuk meningkatkan performance, 4) menambah respon fisiologis,

dan 5) untuk rehidrasi yang cepat (Murray dan J. Stofan 2001).

Jika dibandingkan dengan produk minuman lain, minuman isotonik memiliki

bebrapa ketentuan khusus yang harus dipenuhi agar perannya optimal.

Aspek-aspek tersebut diantaranya : jenis dan konsentrasi karbohidrat, kandungan

elektrolit dan osmolalitas. Profil komposisi beberapa produk sport drink dan

minuman lain yang beredar di pasaran (USA) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut

ini.

Tabel 3 Profil komposisi beberapa produk sport drink dan minuman lain

Merk Minuman %Karbohidrat Natrium (mmol/L)

Kalium (mmol/L)

Osmolalitas (mosmol/kg

H2O)

Gatorade® 6 20 3 280

Isostar® 7.7 30 - 289

Cytomax® 5.5 10 10 208

Powerade® 8 23 4 381

Coca Cola® 11 - - 700

Orange juice 10.8 - 49 663

(30)

Jenis dan Konsentrasi Karbohidrat

Jenis dan konsentrasi total karbohidrat memiliki efek fisiologis dan karakter

organoleptik terhadap minuman isotonik, seperti keseimbangan flavor,

kemanisan, dan cita rasa. Secara komersial jenis karbohidrat yang sering

digunakan adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa dan maltodextrin.

Peningkatan konsentrasi karbohidrat diatas 7% dalam formula minuman, secara

potensial akan menimbulkan resiko dibanding keuntungan yang diperoleh.

Diantaranya peningkatan konsentrasi karbohidrat dalam minuman isotonik

berisiko terhadap penurunan pengosongan lambung, penyerapan dalam usus

dan meningkatkan resiko ketidaknyamanan dalam perut (Murray dan J. Stofan

2001). Selain itu jenis dan konsentrasi karbohidrat dalam minuman juga

mempengaruhi nilai osmolalitas minuman, oleh karena itu beberapa aspek

tersebut menjadi pertimbangan dalam formulasi jumlah dan jenis karbohidrat

dalam minuman isotonik.

Natrium, Kalium dan Elektrolit Lain

Keberadaan natrium memiliki peran yang sangat penting dalam minuman

isotonik sebagai zat yang mempengaruhi rasa minuman, penstimulir konsumsi

cairan, meningkatkan penyerapan cairan, mempertahankan volume plasma, dan

menjamin rehidrasi yang cepat dan sempurna. Rehidrasi tidak dikatakan

sempurna jika natrium dan air yang hilang karena keringat belum digantikan.

Seperti keringat, konsentrasi natrium dalam minuman isotonik berkisar antara

20-80 mmol/l, hal ini didasarkan pada penggantian natrium yang hilang dalam tubuh

ketika berkeringat dan untuk menstimulir penyerapan cairan dengan cepat

(Murray dan J. Stofan 2001).

Kandungan elektrolit lain (kalium, magnesium dan kalsium) dalam minuman

isotonik biasanya lebih kecil dari 10 mmol/l, dan peran kritisnya masih belum

teridentifikasi. Sejumlah penelitian telah menyelidiki peran potensialnya.

Kehilangan kalium dalam tubuh nampaknya menjadi dugaan umum penyebab

keram otot. Adapun untuk mengimbangi kehilangan elektrolit dari keringat atau

urin, sejumlah peneliti menganjurkan penambahan sejumlah kecil magnesium

dan kalsium dalam formulasi minuman isotonik (sport drink) (Murray dan J.

(31)

Osmolalitas

Istilah isotonik seringkali digunakan untuk larutan atau minuman yang

memiliki nilai osmolalitas yang mirip dengan cairan tubuh (darah), sekitar 280

mosm/kg H2O (Murray dan J. Stofan 2001). Perhitungan proporsi setiap bahan

yang memberikan kontribusi terhadap total osmolalitas produk sangat penting

dalam pengembangan formula minuman.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minuman olahraga (sport drink)

harus bersifat hipotonik atau isotonik untuk mempercepat pengosongan dalam

lambung dan penyerapan dalam usus. Konsumsi minuman yang memiliki

osmolalitas tinggi (hipertonik) akan mengurangi laju penyerapan cairan (Murray

dan J. Stofan 2001).

Persyaratan Mutu Minuman Isotonik

Persyaratan mutu untuk produk minuman isotonik yang meliputi keadaan,

[image:31.595.109.515.319.722.2]

parameter fisik, kimia dan mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Spesifikasi persyaratan mutu minuman isotonik SNI 01-4452-1998

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 1.1 1.2 Keadaan : Bau Rasa

- Normal

Normal

2 pH % Maks 4.0

3 Total gula sebagai sukrosa % Min 5

4 4.1 4.2 Mineral : Natrium Kalium mg/kg mg/kg Maks 800-1000 Maks 125-175

5 Bahan Tambahan Pangan - Sesuai SNI

01-0222-1995 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5

Cemaran logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Raksa (Hg) Timah (Sn) mg/kg Maks 0.3 Maks 2.0 Maks 5.0 Maks 0.03 Maks 40 (250*)

7 Arsen mg/kg Maks 0.1

8 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5

Cemaran mikroba : Angka lempeng total Coliform Salmonella Kapang Khamir Koloni/ml APM/ml Koloni/ml Koloni/ml

Maks 2 x 102 < 3 Negatif Maks 50 Maks 50 *) kemasan kaleng

(32)

Bahan Pengawet

Bahan pengawet ditambahkan ke dalam pangan untuk menghambat atau

menahan aktivitas mikroba, baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat

menyebabkan kebusukan, fermentasi, pengasaman maupun dekomposisi dalam

pangan. Bahan pengawet bersifat spesifik untuk menghambat pertumbuhan

mikroorganisme tertentu (Potter dan Hotchkiss 1995).

Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas

penggunannya dan sering digunakan pada bahan makanan asam. Bahan ini

digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif

pada pH 2.5 sampai 4.0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasa

digunakan dalam bentuk Na-benzoat (C7H5NaO2). Sedangkan dalam bahan,

garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu asam benzoat yang tak

terdisosiasi (Winarno 1992).

Natrium benzoat merupakan kristal putih yang dapat ditambahkan secara

langsung ke dalam makanan atau dilarutkan dahulu di dalam air. Penggunaan

natrium benzoat disarankan dalam konsentrasi kecil agar tidak menimbulkan

rasa pada produk yang dihasilkan. Bahan ini digunakan sebagai antimikosin,

penghambat khamir dan jamur dengan konsentrasi 0.05% - 0.1% asam tak

berdisosiasi (Chipley 1993). Menurut Winarno (2002), tidak ada bahaya terhadap

akumulasi benzoat dalam tubuh. Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi

terhadap asam benzoat, sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoat.

Asam benzoat akan bereaksi dengan glisin menjadi asam hipurat yang akan

dibuang oleh tubuh.

Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi

sekeliling yang tepat bagi pangan. Pengemas dalam produk pangan harus dapat

menjalani fungsi-fungsi utamanya, yaitu : 1) harus dapat mempertahankan

produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan

pencemar lainnya, 2) harus memberikan perlindungan pada pangan terhadap

kerusakan fisik, oksigen dan sinar, 3) harus berfungsi secara benar, efisien dan

ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama pemasukan pangan ke dalam

kemasan, hal ini berarti bahan pengemas harus sudah dirancang untuk siap

pakai pada mesin-mesin yang ada, 4) memberikan kemudahan dalam

rancangannya, tidak hanya untuk konsumen, tapi juga kemudahan dalam proses

(33)

mampu memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik penjualan (Potter dan

Hotchkiss 1995).

Pengemas plastik merupakan salah satu bahan pengemas yang

berkembang pesat pada saat ini. Bahan ini digunakan secara luas dalam

pengemasan produk pangan termasuk minuman. Plastik memiliki berbagai

keunggulan yakni fleksibel, transparan, tidak mudah pecah, tidak korosif dan

harganya relatif murah (Latief 2000, diacu dalam Roji 2006).

Proses Termal

Secara umum proses termal dapat diartikan sebagai suatu proses yang

mendayagunakan energi panas untuk menghasilkan perubahan pada suatu

bahan. Bahan pangan menerima panas untuk berbagai tujuan, yaitu

meningkatkan daya cerna, memperbaiki flavor, memusnahkan mikroba

pembusuk dan patogen, atau menginaktifkan enzim (Fardiaz 1992).

Perlakuan panas diantaranya dapat diklasifikasikan menjadi sterilisasi dan

pasteurisasi. Sterilisasi menunjukkan destruksi absolut untuk seluruh

mikroorganisme yang hidup. Karena sterilisasi absolut tidak dapat dilakukan

untuk beberapa olahan pangan, maka batasan sterilisasi komersial

diperkenalkan dalam industri pengalengan (Potter dan Hotchkiss 1995).

Menurut Fardiaz (1992), sterilisasi komersial didefinisikan sebagai suatu

proses untuk membunuh semua jasad renik yang dapat menyebabkan

kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan. Makanan

yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin mengandung sejumlah jasad

renik yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu berkembang biak pada

suhu penyimpanan normal.

Pasteurisasi merupakan perlakuan panas yang dapat membunuh sebagian

besar sel vegetatif mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan.

Pasteurisasi dalam beberapa produk pangan (misalnya susu) ditujukan untuk

membunuh mikroorganisme pangan, sedangkan dalam produk-produk lainnya

(bir), pasteurisasi ditujukan untuk membunuh mikroba pembusuk (Herro 1980,

diacu dalam Roji 2006).

Menurut Potter dan Hotchkiss (1995), ketahanan panas mikroorganisme

dan spora-sporanya dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk 1) umur dan keadaan

mikroorganisme atau spora sebelum dipanaskan, 2) komposisi medium dimana

organisme atau spora tumbuh, 3) pH dan aw, 4) suhu pemanasan, dan 5)

(34)

Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari

kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Menurut Fardiaz (1990),

penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan didasarkan pada

kenyataan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat atau dihentikan

pada suhu di atas suhu pembekuan dan biasanya aktivitasnya berhenti sama

sekali pada suhu pembekuan. Hal ini disebabkan reaksi-reaksi metabolisme di

dalam sel mikroorganisme dikatalis oleh enzim dan kecepatan reaksi yang

dikatalis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh suhu.

Penyimpanan makanan pada suhu rendah dapat dilakukan dengan tiga

cara, yaitu suhu chilling sekitar 10-150C, misalnya untuk beberapa buah-buahan

dan sayuran, suhu refrigerator yaitu 0-70C dan suhu pembekuan yaitu di bawah

00C. Mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik pada suhu refrigerator dan

(35)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni

2008. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah di

Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan,

Laboratorium Uji Organoleptik, dan Laboratorium Sanitasi dan Keamanan

Pangan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor; serta Laboratorium Analisis Mineral Departemen Ilmu Tanah

dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air kelapa tua

(Cocos nucifera L.). Bahan utama diperoleh dari agen kelapa di Pasar Ciherang,

Bogor. Bahan pendukung yang digunakan adalah glukosa dan natrium benzoat,

yang diperoleh dari Toko Setia Guna, Bogor.

Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimiawi antara lain larutan luff,

Pb Asetat setengah basa, Na2HPO4 10%, HCl 25%, KI 30%,H2SO4 25%, kanji

2%, larutan Tio, NaOH 4N, HNO3 pekat, HCl teknis, NaOH 0.1%, aquades,

indikator phenophtalein. Bahan yang digunakan untuk analisis mikrobiologi

adalah Plate Count Agar (merek MERCK), NaCl 0,85%, alkohol 95%, spirtus,

dan aquades.

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan minuman air kelapa antara lain

baskom, saringan, gelas ukur, timbangan, pengaduk, wadah plastik, gelas

plastik, panci, dandang, sealer dan thermometer.

Alat-alat yang digunakan untuk analisis kimiawi adalah buret, kertas saring,

erlenmeyer 100ml, tabung reaksi bertutup, labu ukur (100ml dan 250ml), labu

asah, pipet mohr, sudip, gelas piala, pH meter, bulb, corong, stirrer, dan kompor

listrik. Alat-alat yang digunakan untuk uji mikrobiologi adalah cawan petri, tabung

reaksi bertutup, erlenmeyer (100ml, 500ml, dan 1000ml), sendok pengaduk, pipet

(1ml dan 10ml), gelas ukur, neraca analitik, penangas air, bunsen, vortex,

(36)

Metode

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan

dan penelitian lanjutan.

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan meliputi pengamatan mutu organoleptik (warna,

aroma, dan kekeruhan) air kelapa segar, analisis kimiawi yaitu kadar gula total

dan kandungan mineral (natrium dan kalium) air kelapa segar, pembuatan dan

penentuan formula minuman air kelapa, serta pengamatan mutu organoleptik

(warna, aroma dan kekeruhan) minuman air kelapa yang dihasilkan selama masa

penyimpanan.

Pembuatan minuman air kelapa diawali dengan persiapan bahan yang

meliputi air kelapa tua yang kurang lebih berumur 8 bulan. Kelapa tua secara fisik

tidak dapat dibedakan berdasarkan varietasnya seperti pada kelapa muda. Pada

penelitian ini digunakan air kelapa tua dari kelapa varietas kuning dan hijau.

Jenis kelapa ini yang paling banyak dijual sebagai kelapa untuk diambil daging

buahnya (santan). Air kelapa tersebut lalu dicampur secara merata.

Pada pembuatan minuman air kelapa ini ditambahkan bahan pengawet

yaitu natrium benzoat (C7H5NaO2). Bentuk garam (natrium benzoat) lebih umum

digunakan karena kelarutan garam lebih besar. Dalam bahan, garam benzoat

terurai menjadi bentuk efektif, yaitu asam benzoat yang tak terdisosiasi (Winarno

1992). Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas

penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan asam. Bahan ini

digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif

pada pH 2.5 sampai 4.0. Penambahan pemanis juga dilakukan untuk

meningkatkan kadar gula total dan memberikan rasa manis pada minuman air

kelapa. Pemanis yang digunakan adalah glukosa, karena merupakan gula

sederhana (monosakarida) yang dapat cepat larut.

Penentuan formula minuman air kelapa terutama adalah dalam penentuan

jenis dan jumlah bahan pengawet yang sesuai dan penentuan konsentrasi

penambahan glukosa. Penentuan jenis bahan pengawet dilakukan dengan

menyesuaikan sifat beberapa jenis pengawet dengan karakteristik minuman yang

akan dibuat seperti aw, pH dan spesifikasi mikroba. Penentuan konsentrasi

bahan pengawet dilakukan secara trial and error, berdasarkan batas penggunaan

pengawet pada minuman ringan. Bahan ini digunakan sebagai antimikosin,

(37)

berdisosiasi (Chipley 1993). Adapun prosedur pembuatan minuman air kelapa

dapat dilihat pada Gambar 2.

Air kelapa Gelas plastik 100ml

Disaring Dipasteurisasi (700C)selama 3 menit

Disterilisasi (1000C) selama 3 menit

Ditambah glukosa 4%

Kontrol Na-benzoat (0.1%)

Dikemas pada suhu 800C

Exhausting selama 3 menit

[image:37.595.94.501.102.507.2]

Ditutup dengan plastik seal

Gambar 2 Prosedur pembuatan minuman air kelapa

Penelitian pendahuluan ini menghasilkan 3 formula minuman air kelapa,

yaitu tanpa penambahan pengawet, penambahan 0.05% natrium benzoat dan

penambahan 0.1% natrium benzoat. Masing-masing formula dibuat dengan

jumlah yang cukup untuk analisis mutu organoleptik minuman kelapa selama

penyimpanan.

Penentuan konsentrasi glukosa yang ditambahkan ke minuman air kelapa

dilakukan secara trial and error sampai didapatkan minuman dengan kemanisan

yang cukup. Jumlah glukosa ditentukan berdasarkan banyaknya gula yang harus

ada pada minuman yaitu minimal 5% (SNI 01-4452-1998). Taraf penambahan

glukosa yaitu kontrol (0%), 3%, 4%, dan 5%. Uji organoleptik terbatas dilakukan

dengan menggunakan uji mutu hedonik kepada 10 orang panelis agak terlatih

(mahasiswa) untuk mengetahui penerimaan tingkat kemanisan pada beberapa

(38)

lima skala penilaian, yaitu 1 (sangat tidak manis), 2 (tidak manis), 3 (biasa), 4

(manis), dan 5 (sangat manis).

Minuman air kelapa dengan berbagai taraf konsentrasi pengawet dan

penambahan glukosa diamati mutu organoleptiknya selama masa penyimpanan

pada suhu ruang (270C) dan suhu refrigerator (50C). Sifat organoleptik yang

diamati meliputi warna, aroma, dan kekeruhan. Penentuan formula terbaik

dilakukan dengan cara mengamati produk pada setiap taraf selama masa

penyimpanan mulai hari ke-0 hingga hari ke-14 untuk penyimpanan pada suhu

ruang dan hari ke-0 hingga hari ke-28 pada penyimpanan suhu refrigerator. Hasil

pengamatan mutu organoleptik (warna, aroma dan kekeruhan) selama

penyimpanan dan hasil uji mutu hedonik tingkat kemanisan digunakan untuk

menentukan satu formula (produk) terbaik. Produk terbaik tersebut kemudian

digunakan dalam penelitian lanjutan.

Penelitian Lanjutan

Pada penelitian lanjutan, perlakuan yang diberikan adalah penambahan

pengawet (natrium benzoat) sebanyak 0.1% sesuai dengan hasil penelitian

pendahuluan. Sebagai perbandingan juga dibuat minuman air kelapa tanpa

penambahan pengawet (kontrol). Selain perlakuan penambahan pengawet,

minuman air kelapa juga diberi perlakuan suhu penyimpanan yaitu suhu ruang

dan suhu refrigerator dan diamati selama penyimpanan yaitu pada hari ke-0, 2, 7,

14, 21, dan 28.

Penelitian lanjutan bertujuan untuk menganalisis kadar mineral yang

terkandung dalam minuman air kelapa dan untuk mengetahui pengaruh

penambahan pengawet dan suhu penyimpanan pada setiap titik penyimpanan

terhadap sifat kimia dan mikrobiologis minuman air kelapa. Analisis kadar mineral

yaitu natrium dan kalium dilakukan dengan metode AAS (Atomic Absorptions

Spectrofotometre). Adapun sifat kimia minuman air kelapa yang dianalisis selama

penyimpanan meliputi kadar gula total dan gula pereduksi, derajat keasaman

(pH), dan total asam tertitrasi, selain itu juga dilakukan uji total mikroba terhadap

minuman air kelapa selama penyimpanan dengan metode TPC (Total Plate

Count). Prosedur analisis kimia disajikan pada Lampiran 1 dan prosedur analisis

mikrobiologis minuman air kelapa disajikan pada Lampiran 2.

Uji organoleptik juga dilakukan pada tahap penelitian lanjutan yang

meliputi uji hedonik dan uji mutu hedonik. Panelis yang digunakan adalah panelis

(39)

anggota panel agak terlatih berkisar antara 15-25 orang. Uji hedonik dilakukan

untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap minuman air kelapa yang

dihasilkan. Skala hedonik terdiri dari lima skala penilaian, yaitu 1 (sangat tidak

suka), 2 (tidak suka), 3 (biasa), 4 (suka), dan 5 (sangat suka). Parameter yang

dinilai meliputi warna, aroma, rasa, kekeruhan dan penerimaan umum. Uji mutu

hedonik dilakukan terhadap aroma dan kekeruhan. Penentuan mutu hedonik

aroma dimulai pada 1 (segar) hingga 10 (sangat asam) sedangkan mutu hedonik

kekeruhan dimulai pada 1 (jernih) hingga 10 (sangat keruh). Rasa tidak dinilai

karena uji organoleptik ini menyangkut masa simpan minuman air kelapa.

Dikhawatirkan ada mikroorganisme penyebab penyakit yang tumbuh pada

minuman air kelapa. Formulir uji organoleptik yang digunakan disajikan pada

Lampiran 3.

Pengolahan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian lanjutan adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan tiga faktor dan dua kali

ulangan. Unit percobaan yang diamati adalah minuman air kelapa. Perlakuan

yang diberikan pada unit percobaan adalah lama penyimpanan (dalam hari) 0, 2,

7, 14, 21, dan 28; penambahan pengawet yang terdiri dari dua taraf, yaitu tanpa

penambahan pengawet (kontrol) dan penambahan natrium benzoat 0.1%; dan

perlakuan suhu penyimpanan yang terdiri dari dua taraf, yaitu suhu ruang (270C)

dan suhu refrigerator (50C). Peubah respon yang diamati adalah sifat kimia dan

mikrobiologi dari minuman air kelapa. Model matematisnya (Sudjana 1995)

adalah sebagai berikut :

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial tiga faktor

Yijk = µ + Ai + Bj + Ck + ABij + ACik + BCjk + ABCijk +εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan respon karena pengaruh lama penyimpanan taraf ke-

i, penambahan pengawet taraf ke-j, suhu penyimpanan ke-k pada

ulangan ke-l

µ = Nilai rata-rata pengamatan

Ai = Pengaruh perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-i

i : 0, 2, 7, 14, 21 dan 28 hari

Bj = Pengaruh perlakuan pengawet pada taraf ke-i

i : 1 (kontrol)

(40)

Ck = Pengaruh perlakuan suhu penyimpanan pada taraf ke-j

j : 1 (suhu ruang (270C))

j : 2 (suhu refrigerator (50C))

ABij = Pengaruh interaksi perlakuan lama penyimpanan ke-i dan penambahan

pengawetan ke-j

ACik = Pengaruh interaksi perlakuan lama penyimpanan ke-i dan suhu

penyimpanan ke-k

BCjk = Pengaruh interaksi perlakuan penambahan pengawet ke-j dan suhu

penyimpanan ke-k

ABCijk = Pengaruh interaksi perlakuan lama penyimpanan ke-i, penambahan

pengawet ke-j dan suhu penyimpanan ke-k

εijk = Galat unit percobaan dalam kombinasi perlakuan lama penyimpanan

ke-i, penambahan pengawet ke-j, suhu penyimpanan ke-k dan ulangan

ke-l

l = Banyaknya ulangan (l = 2)

Data hasil uji organoleptik pada penelitian lanjutan dianalisis secara

deskriptif berdasarkan skor modus dan persentase penerimaan panelis dari

masing-masing taraf perlakuan. Persentase penerimaan panelis dihitung dengan

menjumlahkan persentase panelis yang memberikan kriteria biasa (3), suka (4),

dan sangat suka (5). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan penambahan

pengawet terhadap daya terima panelis dilakukan analisis statistik

non-parametrik Kruskal Wallis. Jika hasil uji Kruskal Wallis berbeda nyata di antara

perlakuan, maka dilanjutkan dengan Multiple Comparison Test (Tukey) pada

taraf uji 5%.

Uji ragam terhadap data hasil uji mutu hedonik menggunakan uji Anova

dengan metode General Linear Model. Metode ini digunakan karena data yang

didapat dalam penelitian ini merupakan data yang unbalanced. Uji ragam

terhadap data hasil analisis kimiawi dan mikrobiologi menggunakan uji Anova

dengan metode General Linear Model. Jika signifikan akan diuji lanjut

menggunakan uji Duncan pada taraf uji 5%. Data yang diperoleh diolah dengan

menggunakan program Microsoft Excell 2003, SPSS 11.5 for Windows, dan SAS

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Minuman Air Kelapa

Sebelum melakukan pembuatan minuman air kelapa, dilakukan

pengamatan mutu organoleptik dan mutu kimiawi air kelapa segar. Data yang

diperoleh dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia untuk minuman

ringan (SNI 01-4452-1998), standar minuman isotonik (Murray R dan J Stofan

2001) dan kandungan gizi minuman isotonik merk A. Air kelapa segar

mempunyai mutu organoleptik sebagai berikut; berwarna putih bening, beraroma

khas kelapa dan tidak ada endapan (tidak keruh). Hasil analisis kimia yang

dilakukan pada air kelapa segar dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Hasil analisis kimia air kelapa segar dan kandungan gula dan mineral pada beberapa minuman isotonik

Mutu Kimiawi Hasil

Analisis

SNI Minuman Ringan*

Standar Minuman Isotonik**

Merk A

Gula total (%) 5.5 Min 5 6-7 7

Natrium (mmol/l) 4.35 35-43 20-60 21

Kalium (mmol/l) 10.26 3.2-4.5 < 10 5

Ket : * SNI 01-4452-1998

** Murray R dan J Stofan 2001

Pembuatan minuman air kelapa terdiri dari beberapa tahap yaitu

pencampuran dan penyaringan air kelapa untuk menghilangkan serpihan kulit

kelapa. Setelah itu sterilisasi air kelapa dalam panci selama 3 menit pada suhu

1000C. Penentuan lama dan suhu sterilisasi diperoleh dari trial and error.

Minuman yang hanya di pasteurisasi pada suhu 700C-800C selama 1-3 menit

hanya bertahan kurang dari 24 jam. Sterilisasi pada suhu 1000C selama 1 menit

hasilnya tidak jauh berbeda dengan pasteurisasi, sedangkan sterilisasi pada

suhu 1000C selama 3 menit memperoleh hasil yang lebih baik yaitu produk

menjadi lebih awet dan baru mengalami kerusakan pada penyimpanan hari

kedua (48 jam) pada suhu ruang. Jika lama pemanasan ditambah, akan timbul

rasa sepat dan aroma khas kelapa lebih menyengat. Hal ini terjadi karena

pemecahan gula terutama sukrosa yang terdapat lebih banyak pada air kelapa

tua dibandingkan air kelapa muda. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi,

yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino, dan hormon

pertumbuhan. Zat gizi tersebut dapat rusak jika mengalami pemanasan yang

(42)

Kemasan yang digunakan dalam pembuatan minuman air kelapa adalah

gelas plastik 100 ml jenis polipropilen. Jenis ini digunakan untuk memudahkan

pengamatan selama masa simpan. Sebelum ditutup dengan plastik seal, air

kelapa dalam gelas di exhausting terlebih dahulu selama ±3 menit. Exhausting

dilakukan untuk mengeluarkan gas-gas yang dapat menyebabkan perubahan

minuman yang dihasilkan selama penyimpanan. Proses exhausting yang

sederhana adalah dengan memanaskan wadah yang berisi kemasan minuman

air kelapa dengan air yang mendidih.

Penentuan formula minuman air kelapa terutama adalah dalam penentuan

jenis dan jumlah bahan pengawet yang sesuai dan penentuan konsentrasi

penambahan glukosa. Penentuan jenis dan jumlah bahan pengawet dilakukan

secara trial and error, yaitu mencari bahan pengawet yang sesuai untuk

minuman dengan spesifikasi mikroba yang cenderung mudah tumbuh pada

produk minuman tersebut dan berdasarkan batas penggunaan pengawet pada

minuman ringan. Pada pembuatan minuman air kelapa ini ditambahkan bahan

pengawet natrium benzoat. Menurut Chipley (1993), benzoat lebih efektif

terhadap khamir dan bakteri daripada kapang. Hal ini sesuai untuk minuman air

kelapa karena kadar air kelapa lebih dari 90% yang berpotensi mengalami

kerusakan akibat pertumbuhan bakteri (aw 0.99-0.75). Aktivitas optimum asam

benzoat pada kisaran pH 2.5-4.0 dengan konsentrasi maksimum adalah 0.1%.

Derajat keasaman air kelapa tua sekitar 4.2-4.5.

Hasil pengamatan terhadap 3 formula minuman air kelapa, yaitu tanpa

penambahan pengawet (kontrol), penambahan 0.05% natrium benzoat dan

penambahan 0.1% natrium benzoat menunjukkan bahwa formula kontrol hanya

bertahan ±12 jam pada suhu ruang, sedangkan pada suhu refrigerator minuman

masih tampak bening hingga hari ke-28, namun aroma mulai agak berbau asam

dan keruh pada hari ke-14. Formula dengan penambahan 0.05% natrium

benzoat pada suhu ruang rusak pada hari ke-5 dan pada suhu refrigerator mulai

keruh dan berbau asam pada hari ke-14. Formula dengan penambahan 0.1%

natrium benzoat pada suhu ruang rusak pada hari ke-7 dan pada suhu

refrigerator mutu organoleptik masih baik pada hari ke-28.

Penentuan konsentrasi glukosa yang ditambahkan ke minuman air kelapa

dilakukan secara trial and error sampai didapatkan minuman dengan kemanisan

yang cukup. Jumlah glukosa ditentukan berdasarkan banyaknya gula yang harus

(43)

ditetapkan dalam 4 konsentrasi yaitu kontrol (0%), 3%, 4% dan 5%. Persentase

tertinggi penerimaan panelis (70%) terhadap mutu hedonik tingkat kemanisan

minuman air kelapa berada pada taraf penambahan glukosa 4%.

Berdasarkan hasil pengamatan mutu organoleptik (warna, aroma dan

kekeruhan) selama penyimpanan dan hasil uji hedonik tingkat kemanisan,

formula (produk) terbaik adalah formula dengan penambahan 0.1% natrium

benzoat dan 4% glukosa. Pengamatan minuman air kelapa penyimpanan dua

hari dengan penambahan natrium benzoat 0.1% pada suhu ruang, menunjukkan

adanya perubahan menjadi agak keruh, namun aroma minuman masih agak

segar. Pada minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada

penyimpanan suhu ruang mengalami perubahan menjadi keruh dan timbul

endapan, selain itu aroma menjadi asam. Pada minuman air kelapa dengan

penambahan natrium benzoat 0.1% dan minuman air kelapa tanpa penambahan

pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu refrigerator tidak mengalami

perubahan, minuman masih jernih dan beraroma khas kelapa. Minuman air

[image:43.595.109.507.154.598.2]

kelapa pada penyimpanan dua hari disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Minuman air kelapa pada penyimpanan 2 hari

Keterangan :

1. Minuman air kelapa dengan penambahan natrium benzoat 0.1% pada penyimpanan suhu ruang.

2. Minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu ruang.

3. Minuman air kelapa dengan penambahan natrium benzoat 0.1% pada penyimpanan suhu refrigerator.

4. Minuman air kelapa tanpa penambahan pengawet (kontrol) pada penyimpanan suhu refrigerator.

1

3

(44)

Hasil Analisis Kimia Minuman Air Kelapa Selama Penyimpanan

Kadar Gula Total

Salah satu komponen zat gizi selain mineral yang dianjurkan terdapat pada

minuman isotonik adalah karbohidrat, terutama karbohidrat sederhana. Menurut

Murray R dan J. Stofan (2001), jenis dan konsentrasi total karbohidrat memiliki

efek fisiologis dan karakter organoleptik terhadap minuman isotonik, seperti

keseimbangan flavour, kemanisan dan cita rasa. Pengukuran kadar gula total

minuman air kelapa dilakukan dengan metode luff schrool setelah proses inversi.

Gula yang teranalisis adalah gula-gula sederhana yang telah mengalami proses

inversi (pemecahan) sebelumnya dalam minuman air kelapa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula total minuman air

kelapa pada awal penyimpanan adalah 8.8%, sedangkan pada akhir

penyimpanan berkisar antara 4.3 hingga 4.5%. Kadar gula total minuman air

[image:44.595.107.511.122.824.2]

kelapa selama penyimpanan cenderung mengalami penurunan (Gambar 4).

Gambar 4 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kadar gula total selama penyimpanan.

Penurunan kadar gula total selama penyimpanan terjadi karena adanya

aktivitas mikroorganisme yang menggunakan gula sebagai sumber energi,

sehingga gula sederhana dalam air kelapa mengalami degradasi menjadi asam.

Selama penyimpanan bahan pangan, mikroba melakukan aktivitasnya yang

dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan. Bakteri, kapang, dan khamir

(45)

makromolekul-makromolekul yang menyusun bahan pangan menjadi fraksi-fraksi

yang lebih kecil, misalnya karbohidrat menjadi gula sederhana atau pemecahan

lebih lanjut dari gula menjadi asam-asam (Syarief et al 1989).

Adanya penambahan glukosa dalam pembuatan minuman air kelapa pada

penelitian ini juga mempengaruhi kadar gula total. Glukosa sebagai bahan

pemanis merupakan gula sederhana yang termasuk dalam golongan

monosakarida yang bersifat larut dalam air (Winarno 1997).

Penyimpanan minuman air kelapa pada suhu refrigerator dapat

menghambat penurunan gula total selama penyimpanan. Hal ini karena aktivitas

mikroba pada suhu refrigerator dapat diperlambat. Menurut Fardiaz (1990),

penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan didasarkan pada

kenyataan bahwa aktivitas mikroorganisme dapat diperlambat atau dihentikan

pada suhu di atas suhu pembekuan. Hal ini disebabkan reaksi-reaksi

metabolisme di dalam sel mikroorganisme dikatalis oleh enzim dan kecepatan

reaksi yang dikatalis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Oleh karena itu,

pemecahan gula sederhana menjadi asam lebih rendah pada suhu refrigerator

dibandingkan dengan suhu ruang.

Berdasarkan hasil sidik ragam kadar gula total minuman air kelapa

(Lampiran 5), lama penyimpanan, penambahan pengawet, suhu penyimpanan

dan interaksi antara dua perlakuan maupun ketiganya tidak berpengaruh nyata

terhadap kadar gula total minuman air kelapa selama penyimpanan (p>0.05).

Kadar Gula Pereduksi

Pengukuran kadar gula pereduksi dilakukan dengan metode luff schrool

sebelum inversi. Gula yang teranalisis adalah gula-gula sederhana yang

merupakan gula pereduksi dalam minuman air kelapa. Menurut Winarno (1992),

ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya

gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif pada

glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor satu (anomerik),

sedangkan pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada karbon

nomor dua.

Sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya

sudah saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas pada atom C no.

1 pad

Gambar

Tabel 4 Spesifikasi persyaratan mutu minuman isotonik SNI 01-4452-1998
Gambar 2  Prosedur pembuatan minuman air kelapa
Gambar 3 Minuman air kelapa pada penyimpanan 2 hari
Gambar 4 Pengaruh penambahan pengawet dan suhu penyimpanan terhadap kadar gula
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan dalam pembuatan komposit biodegradabel dengan pengisi mikrokristal selulosa yang bersumber dari tandan kelapa (Cocos Nucifera L)

Penelitian ini telah dilakukan berjudul “Kemampuan Alfa Selulosa dari Sabut Kelapa Hijau ( Cocos nucifera L.) sebagai Bioadsorben Logam Berat Kadmium (Cd)”. Tujuan

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan air kelapa (Cocos nucifera) terhadap viabilitas kultur sel mononuklear darah tepi manusia.. Viabilitas kultur

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanin dari ekstrak air kulit batang kelapa ( Cocos nucifera var. eburnea) dapat diisolasi dengan metode

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin, Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan KaruniaNya lah penyusunan skripsi dengan judul “Uji Efek Analgesik Air Kelapa Muda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur morfologi ibu tangkai daun kelapa ( Cocos nucifera L.”Rangda”) yang terpuntir disertai dengan perubahan anatomisnya, dimana bentuk

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Air Kelapa Muda (Cocos

ix Syukur Alhamdulillah, penulisan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi yang berjudul KAJIAN RANTAI PASOK BUAH KELAPA Cocos nucifera L DI