• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Manipulator Tipe Koordinat Silinder Untuk Robot Pemanen Komoditas Pertanian dalam Greenhouse

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modifikasi Manipulator Tipe Koordinat Silinder Untuk Robot Pemanen Komoditas Pertanian dalam Greenhouse"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

MO

TIPE KOORDINA

KOMODITAS

DEP

FAKU IN

ODIFIKASI MANIPULATOR

NAT SILINDER UNTUK ROBOT PEM

AS PERTANIAN DALAM GREENHOU

SKRIPSI

Oleh :

RAHMAT SALEH F14103084

2008

PARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

KULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER UNTUK ROBOT PEMANEN KOMODITAS PERTANIAN

DALAM GREENHOUSE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RAHMAT SALEH F14103084

2008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MODIFIKASI MANIPULATOR TIPE KOORDINAT SILINDER

UNTUK ROBOT PEMANEN KOMODITI PERTANIAN

DALAM GREENHOUSE

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : RAHMAT SALEH

F14103084

Dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1985

di Magelang

Tanggal Lulus : Januari 2008

Menyetujui,

Bogor, Januari 2008 Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr. NIP. 131 685 548

Mengetahui,

(4)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 6

Mei 1985 yang merupakan anak pertama dari bapak yang

bernama Purwantoro dan ibu bernama Nurhidayah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD

Negeri Wates 1, Magelang pada tahun 1997. Penulis lalu

melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Negeri 3

Magelang dan tamat pada tahun 2000. Setelah itu, penulis

melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMU Negeri 2

Magelang dan tamat pada tahun 2003. Pada tahun 2003 itu juga, penulis melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) diterima di Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan memilih

bagian Ergonomika dan Elektronika.

Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif

berorganisasi di Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian

(DPM-Fateta) di Departemen Informasi dan Komunikasi pada tahun

kepengurusan 2004 – 2005 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi

Pertanian (BEM-Fateta) sebagai ketua Sub-Divisi Biro Pengembangan Organisasi

pada tahun kepengurusan 2005 – 2006.

Penulis juga pernah mewakili IPB di ajang Kontes Robot Cerdas Indonesia

2006 sebagai Anggota tim Robot “Run-Tank” (divisi beroda).

Penulis melakukan praktek lapangan di PT Perkebunan Nusantara VIII pada

tahun 2006 dengan judul “Aspek Keteknikan dalam Pengolahan Teh di PTPN

VIII Gedeh, Cianjur, Jawa Barat ”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan Skripsi yang berjudul

”Modifikasi Manipulator Tipe Koordinat Silinder untuk Robot Pemanen Buah

(5)

i KATA PENGANTAR

Syukur dan pujian bagi pemilik segala kesempurnaan, Allah SWT yang

Maha Agung. Sholawat dan salam bagi manusia yang termulia dan suri tauladan

hidup bagi umat manusia, Muhammad SAW. Karena dengan izin dan atas segala

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian yang berjudul

Modifikasi Manipulator Tipe Koordinat Silinder Untuk Robot Pemanen Komoditas Pertanian Dalam Greenhouse. Penyusunan usulan penilitian ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan penelitian pada Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Usulan Penelitian ini tersusun atas kerjasama dan bimbingan orang-orang

yang telah membantu penulis selama penyusunan. Kepada mereka penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr., selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan

skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suroso. M.Agr. dan Ir. Mad Yamin, M.T. selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan berharga kepada penulis demi perbaikan skripsi

ini.

3. Orang tua dan saudara atas segala do’a dan dukungannya.

4. Teman-teman dari keluarga besar TEP ’40 atas do’a dan motivasinya.

5. Semua pihak yang telah banyak membantu namun tidak dapat disebutkan

satu-persatu.

Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dan penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan karya tulis ini. Terima kasih.

Bogor , Januari 2008

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. ROBOT BIO-PRODUKSI ... 4

B. MANIPULATOR ... 4

C. ROBOT BIO-PRODUKSI (penelitian sebelumnya) ... 9

D. GREENHOUSE ... 9

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 11

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 11

B. ALAT DAN BAHAN ... 11

C. TAHAPAN PENELITIAN ... 12

D. METODE MODIFIKASI ... 12

E. METODE PENGUJIAN ... 14

IV. PENDEKATAN DISAIN ... 19

A. KRITERIA DISAIN ... 19

B. RANCANGAN FUNGSIONAL... 20

C. RANCANGAN STRUKTURAL ... 24

D. ANALISIS TEKNIK ... 30

E. ANALISIS MODIFIKASI MANIPULATOR... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. KONSTRUKSI PROTOTIPE MANIPULATOR ... 36

B. KALIBRASI ... 44

(7)

iii

E. PENGUJIAN POINT TO POINT ... 55

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. KESIMPULAN ... 61

B. SARAN ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Robot pemanen Apel ... 4

Gambar 2. Simbol Joint (JIS) ... 5

Gambar 3. Manipulator Tipe Cartesian-Coordinate ... 6

Gambar 4. Manipulator Tipe Cylindrical-Coordinate ... 7

Gambar 5. Manipulator Tipe Polar-Coordinate ... 7

Gambar 6. Manipulator Tipe Scara ... 8

Gambar 7. Manipulator Tipe Articulated/Anthropomorphic ... 9

Gambar 8. Perhitungan koordinat manipulator tipe cylindrical-coordinate ... 17

Gambar 9. Mekanisme penyusun joint manipulator ... 19

Gambar 10. Manipulator robot pemanen yang telah dibuat ... 36

Gambar 11. Roda caster yang dipasang pada plat besi ... 37

Gambar 12. Joint sudut beserta bagian-bagiannya ... 38

Gambar 13. Link vertikal beserta bagian-bagiannya. ... 39

Gambar 14. Joint vertikal beserta bagian-bagiannya... 40

Gambar 15. Link horizontal beserta bagian-bagiannya ... 41

Gambar 16. Joint horizontal beserta bagian-bagiannya ... 42

Gambar 17. Sistem pemanenan dari arah depan ... 43

Gambar 18. Sistem pemanenan dari arah menyamping... 43

Gambar 19. Grafik hubungan antara nilai pulsa masukan ke motor stepper dengan putaran sudut joint 1 ... 44

Gambar 20. Grafik hubungan antara nilai hasil konversi bilangan heksadesimal dengan jarak jangkauan joint 2 ... 45

Gambar 21. Grafik hubungan antara nilai hasil konversi bilangan heksadesimal dengan jarak jangkauan joint 3 ... 45

Gambar 22. Perbandingan jarak input dengan jarak aktual joint 1 ... 46

Gambar 23. Perbandingan jarak input dengan jarak aktual joint 2 ... 47

Gambar 24. Perbandingan jarak input dengan jarak aktual joint 3 ... 48

Gambar 25. Perbandingan nilai input dengan nilai aktual koordinat X ... 51

(9)

v Gambar 27. Perbandingan nilai input dengan nilai aktual koordinat Z ... 53

Gambar 28. Grafik perbandingan antara titik pergerakan manipulator dengan

simpangan pada koordinat X ... 57

Gambar 29. Grafik perbandingan antara titik pergerakan manipulator dengan

simpangan pada koordinat Y ... 58

Gambar 30. Grafik perbandingan antara titik pergerakan manipulator dengan

simpangan pada koordinat Z ... 59

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Spesifikasi motor stepper... 25

(11)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tahapan penelitian ... 66

Lampiran 2. Diagram alir program pengendalian manipulator robot pemanen . 67 Lampiran 3. Program pengendalian manipulator ... 68

Lampiran 4. Gambar rangkaian pengendali motor stepper ... 75

Lampiran 5. Gambar rangkaian pengendali motor DC vertikal ... 76

Lampiran 6. Gambar rangkaian pengendali motor DC horisontal ... 77

Lampiran 7. Gambar rangkaian pengendali semua motor ... 78

Lampiran 8. Gambar Relay driver DC servo motor translasi vertikal ... 80

Lampiran 9. Gambar rangkaian relay pengendali servo DC translasi horizontal 81 Lampiran 10. Gambar rangkaian interface digital input output jenis PPI8255 .. 82

Lampiran 11.Gambar rangkaian penguat encoder motor DC horizontal…... 83

Lampiran 12. Gambar konstruksi manipulator ... 84

Lampiran 12. Gambar konstruksi manipulator (lanjutan) ... 85

Lampiran 12. Gambar konstruksi manipulator (lanjutan) ... 86

Lampiran 13. Data pengujian pada joint 1 ... 87

Lampiran 14. Data pengujian pada joint 2 ... 88

Lampiran 15. Data pengujian pada joint 3 ... 89

Lampiran 16. Data hasil pengujian manipulator dengan end-effector ... 90

Lampiran 16. Data hasil pengujian manipulator dengan end-effector(lanjutan) 91 Lampiran 17. Data hasil pengujian manipulator tanpa end-effector ... 92

Lampiran 17. Data hasil pengujian manipulator tanpa end-effector(lanjutan) .. 93

Lampiran 18. Data hasil pengujian manipulator dengan beban 200 gr ... 94

Lampiran 18. Data hasil pengujian manipulator dengan beban 200 gr (lanjutan) ... 95

Lampiran 19. Data hasil pengujian manipulator dengan beban 1200 gr ... 96

Lampiran 19. Data hasil pengujian manipulator dengan beban 1200 gr (lanjutan) ... 97

Lampiran 20. Data pengujian point to point dengan end-effector ... 98

(12)

Lampiran 21. Data pengujian point to point dengan beban 1200 gr ... 100 Lampiran 21. Data pengujian point to point dengan beban 1200 gr (lanjutan) .. 101 Lampiran 22. Gambar perbandingan manipulator sebelum dan sesudah

(13)

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi di bidang elektronika dan penginderaan

(machine vision) yang semakin pesat memicu perkembangan di bidang pengendalian (otomatisasi) yang memiliki nalar tinggi yang dikenal sebagai

robot.

Dewasa ini pemakaian robot secara komersial terjadi di bidang industri

manufacture khususnya di negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Pemakaian yang paling mencolok adalah di bidang perakitan mobil dan

peralatan elektronik seperti komputer, radio, televisi, dan lain-lain.

Tingginya minat angkatan kerja muda untuk bekerja di bidang industri

non pertanian, ditambah kesan jorok dan kotor lingkungan kerja pertanian

menjadi ancaman akan berkurangnya ketersediaan tenaga kerja di bidang

pertanian di masa yang akan datang. Permintaan pasar pun pada produk

pertanian yang memiliki tingkat higienis maupun kebersihan yang tinggi,

membuat para petani lebih memikirkan cara penanganan produk pertanian

yang lebih bersih dan higienis seperti di dalam greenhouse yang bebas dari

campur tangan biologis seperti manusia.

Adanya kecenderungan tersebut menjadi tantangan bagi tenaga ahli di

bidang teknik pertanian untuk menyediakan tenaga mekanis yang mampu

menggantikan peran manusia dalam melakukan pekerjaan di bidang pertanian.

Namun kompleksnya pekerjaan di bidang pertanian menyebabkan tidak semua

pekerjaan bisa dilakukan dengan mesin konvensional. Untuk pekerjaan yang

memerlukan tingkat selektifitas yang tinggi, dibutuhkan mesin yang lebih

canggih yang mampu membedakan target dan non target. Mesin yang bisa

melakukan tugas seperti itu adalah robot pertanian atau robot bioproduksi.

Beberapa alasan yang dapat mendukung pentingnya robot bioproduksi

yaitu : (1) Meskipun banyak pekerjaan di bidang pertanian yang telah

dimekanisasi, masih terjadi banyak kecelakaan, masih banyak pekerjaan

monoton yang tidak cocok untuk dikerjakan oleh manusia; (2) Tenaga kerja

(14)

dengan industri lain, pertanian kurang mendatangkan minat sebagai usaha

yang berprospek cerah; (3) Permintaan pasar untuk kualitas produk merupakan

faktor penting dalam bioproduksi. Evaluasi produk yang dilakukan melalui

pengamatan manusia tidak dapat dipercaya terutama dalam hal stabilitas dan

keseragaman, walaupun kemampuan manusia dalam memberi persepsi dan

alasan belum sepenuhnya dapat diterapkan pada robot.

Berikut ini adalah beberapa proyek pengembangan robot-robot

pertanian yang sedang dan terus dikembangkan di universitas di Jepang,

bekerjasama dengan pusat penelitian milik pemerintah dan

perusahaan-perusahaan produksi alat-alat pertanian. Beberapa diantaranya adalah sebagai

berikut:

Robot pemangkas dan pemetik buah anggur

Robot pemetik mentimun

Robot pembersih lapangan rumput

Robot pemetik buah strawberry

Robot pemetik tomat besar

Robot pemetik tomat mini

Robot penanam bunga potong

Untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan robotika internasional,

maka di Indonesia juga perlu adanya pengembangan di bidang robotika

khususnya robot bioproduksi. Dengan adanya pembuatan manipulator

koordinat silinder untuk robot AERO I ini diharapkan mampu

mengembangkan pengetahuan di bidang robotika khususnya robot

bioproduksi di Indonesia.

Untuk pengembangan selanjutnya, robot AERO I perlu adanya

modifikasi agar sistem kerjanya menjadi lebih baik. Robot AERO I perlu

untuk dimodifikasi karena pergerakan joint masih bergerak secara

sendiri-sendiri dan bertahap. Selain itu juga, pergerakan pada joint horisontal masih lambat serta positioning accuracy-nya masih terlalu besar. Oleh karena itu, dikembangkan robot AERO II yang diharapkan dapat mengatasi masalah

(15)

3 B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memodifikasi manipulator robot pemanen komoditas pertanian dalam greenhouse yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu manipulator tipe cylindrical-coordinate. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu memodifikasi dan menguji kemampuan

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. ROBOT BIO-PRODUKSI

Secara garis besar, robot bio-produksi memiliki struktur dasar antara

lain: manipulator, end-effector, vision sensor, traveling device, control device, dan actuator (Rochim, 2004).

Definisi robot bio-produksi, bagaimanapun, belumlah jelas di kalangan

profesional yang berhubungan dengan bidang ini. Dengan demikian

pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan robot bio-produksi masih

menjadi subjek diskusi (Kondo dan Ting, 1998).

Robot bio-produksi dirancang untuk menangani: tanaman, binatang,

makanan dan objek biologi lainnya. Oleh karena itu, perlu pengetahuan

mengenai karakteristik objek biologi. Aspek sosial seperti ekonomi,

manajemen, pemasaran, dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap

teknologi ini juga perlu dipertimbangkan. Beberapa contoh robot bio-produksi

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Robot pemanen apel

B. MANIPULATOR

Berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS B0134-1986, Terms for Industrial Robots), manipulator adalah peralatan yang mempunyai fungsi sama dengan lengan manusia dan dapat memindahkan benda dalam ruang tiga

(17)

5 Banyak yang mengira bahwa manipulator sama seperti lengan manusia, karena mempunyai fungsi hampir sama dengan lengan manusia. Tetapi pada

kenyataan mekanismenya tidak sama dengan lengan manusia, misalnya saja

jenis mekanisme dari manipulator terdiri dari berbagai tipe, seperti: cartersian coordinate, cylindrical cooordinate, scara, dan lain sebagainya, sehingga manipulator tidak selalu dapat disebut dengan lengan.

Manipulator tersusun dari joint dan link. Mobilitas dari manipulator dijamin dengan adanya joint (sambungan) antara dua lengan (link). Joint yang membentuk manipulator dibedakan secara umum menjadi dua, yaitu

rotationaljoint” dan “prismatic joint”. Rotationaljoint menyediakan gerakan berputar, sedangkan prismatic joint untuk menyediakan gerakan translasi. Simbol untuk joint terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Simbol Joint (JIS)

Menurut (Okamoto et al., 1992) banyaknya sambungan (joint) dan mata rantai (link) disebut derajat bebas (degree of freedom/ DOF). Supaya dapat

bergerak dalam ruang tiga dimensi, manipulator membutuhkan minimal tiga derajat bebas. Semakin besar jumlah derajat bebas, akan semakin kompleks

konstruksi robot dan semakin sulit untuk mengontrol sistem. Mekanisme dasar

manipulator dapat diubah sesuai dengan derajat bebas, tipe joint, panjang link, dan panjang offset.

(18)

yang satu bebas dan ujung yang lain tetap. Manipulator tersusun atas link dan joint. Mobilitas dari manipulator dijamin dengan adanya joint (sambungan) antara dua titik. Pada suatu rantai kinematik terbuka, tiap sambungan

prismatik atau sambungan putar menyediakan derajat mobilitas tunggal.

Derajat mobilitas manipulator tersalur sepanjang struktur mekanisnya untuk menyediakan derajat bebas yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan.

Umumnya manipulator memerlukan 6 DOF agar dapat menggerakkan end-effector ke posisi dan postur yang tepat dalam ruang 3D. Tetapi jumlah DOF bisa berapa saja sesuai keperluan. Semakin banyak DOF akan makin

fleksibel, tetapi mekanisme dan cara mengontrolnya akan makin kompleks

dan makin berat.

Manipulator robot bio-produksi dalam operasinya harus mampu menghindari benturan dengan penghalang dan mencapai sasaran dengan baik

meskipun lokasi sasaran cukup kompleks.

Jenis-jenis manipulator antara lain:

1. Manipulator Tipe Cartesian-Coordinate/ Rectangular-Coordinate

Manipulator tipe cartesian-coordinate mempunyai 3 prismatic joint yang berperan dalam menetapkan posisi dalam ruang. mekanisme dan kontrol dari manipulator ini mudah, tetapi kurang fleksibel. Manipulator jenis ini mempunyai nilai keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dangan manipulator jenis lain. Positioning accuracy adalah tetap diseluruh lokasi workspace. Manipulator jenis ini banyak digunakan untuk material handling dan assembly. Bentuk dari manipulator tipe

(19)

7 Gambar 3. Manipulator Tipe Cartesian-Coordinate

2. Manipulator Tipe Cylindrical-Coordinate

Manipulator tipe cylindrical-coordinate mempunyai 2 prismatic joint dan 1 rotationaljoint yang kurang berperan dalam menentukan posisi dalam ruang. Manipulator jenis ini lebih fleksibel dibanding jenis yang pertama. Positioning accuracy menurun dengan bertambahnya stroke

horizontal. Bentuk dari manipulator tipe cylindrical-coordinate dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Manipulator Tipe Cylindrical-Coordinate

3. Manipulator Tipe Polar-Coordinate/ Spherical-Coordinate

Manipulator tipe spherical-coordinate mempunyai 1 prismatic joint dan 2 rotationaljoint yang berperan dalam menentikan posisi dalam ruang. Manipulator jenis ini lebih fleksibel dari dua tipe sebelumnya. Positioning accuracy menurun dengan bertambahnya stroke radial.

spherical-coordinate manipulator umum digunakan untuk machining. Untuk

End-Effector

Joint putar Prismatik Joint

(20)

Bentuk dari manipulator tipe spherical-coordinate dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Manipulator Tipe Polar-Coordinate 4. Manipulator Tipe Scara

Manipulator tipe scara memiliki kekuatan relatif tinggi untuk pembebanan vertikal dan lentur untuk pembebanan horizontal. Umum

digunakan untuk menangani benda kecil. (SCARA = Selective Compliance Assembly Robot Arm). Bentuk dari manipulator tipe scara dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Manipulator Tipe Scara

5. Manipulator Tipe Articulated/Anthropomorphic

Manipulator tipe articulated/anthropomorphic mempunyai 3 joint yang berperan dalam menentukan posisi dalam ruang. Joint-joint tersebut

adalah tipe rotational joint. Ditambah dengan joint lainnya untuk mengatur lengan dan end-effector. Manipulator jenis ini mempunyai joint

-Untuk

End-effector

Joint Putar Prismatik

Joint putar End-effector

Untuk

(21)

9 tangan. Manipulator ini paling fleksibel dan cepat tetapi mekanisme dan cara kontrol makin sulit serta akurasi posisi lebih rendah dibanding

jenis-jenis manipulator sebelumnya. Bentuk umum dari manipulator dengan tipe articulated/anthropomorphic dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Manipulator Tipe Articulated/Anthropomorphic

C. ROBOT BIO-PRODUKSI ( Penelitian Sebelumnya)

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Basuki (2007) menyimpulkan bahwa

hasil pengujian manipulator didapatkan simpangan rata-rata untuk koordinat X 3.19 mm dan ketepatan rata-rata 87.86 %, koordinat Y simpangan rata-rata

1.32 mm dan ketepatan rata-rata 95.15 %, koordinat Z simpangan rata-rata 0.3

mm dan ketepatan rata-rata 99.88 %. Simpangan pada jarak antara titik acuan

dengan titik koordinat tujuan didapatkan simpangan rata-rata sebesar 0.44 dan

ketepatan rata-rata 99.72 %.

Dari data di atas, diharapkan untuk penelitian ini diperoleh simpangan

rata-rata yang lebih kecil atau ketepatan yang lebih besar.

D. GREENHOUSE

Greenhouse berasal dari kata “green” yang berarti hijau dan “house

yang berarti rumah. Oleh karena itu greenhouse bisa diterjemahkan sebagai rumah hijau, karena tanaman yang ditanam didalamnya selalu tampak hijau

sepanjang tahun (Widyastuti, 1993). Untuk

End-Effector

Joint Putar Elbow

Shoulder

(22)

Menurut Nelson (1981) greenhouse didefinisikan sebagai suatu bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus

cahaya, sehingga tanaman tetap memperoleh cahaya matahari dan terhindar

dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Greenhouse berfungsi melindungi tanaman dari kondisi yang kurang menguntungkan, sehingga tanaman yang tumbuh di dalam greenhouse dapat

tumbuh dengan baik dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di lahan

terbuka. Lingkungan di dalam greenhouse merupakan areal tertutup sehingga kondisi di dalamnya dapat dikendalikan sesuai dengan kondisi lingkungan

yang optimum bagi tanaman. Greenhouse dapat melindungi tanaman dari

hujan, angin kencang dan juga serangan hama. Kondisi-kondisi lingkungan

yang mempengaruhi pertumbuhan bagi tanaman seperti temperatur,

kelembapan udara, intensitas cahaya matahari, dan kecepatan angin juga dapat

diatur sedemikian rupa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.

Ada banyak tanaman yang sekarang diusahakan untuk ditanam di dalam

greenhouse. Tanaman tersebut kebanyakan adalah tanaman yang sebelumnya ditanam di areal perkebunan. Contoh dari tanaman tersebut adalah paprika.

Paprika ini cocok sekali ditanam di dalam greenhouse. Paprika merupakan salah satu tanaman yang buahnya menggantung dan penanamannya

membutuhkan jarak tanam tertentu. Sebagai acuan, pada penanaman paprika

(23)

11 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dilaksanakan mulai Juni 2007 s/d Desember 2007.

Modifikasi, kalibrasi serta pengujian dilakukan di Bagian Ergonomika dan

Elektronika, lab. kontrol otomatik (di lab. lapangan Leuwikopo), Departemen

Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Penelitian

a. Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran koordinat ruang terdiri

dari penggaris, meteran dan busur derajat.

b. Alat untuk pembuatan prototipe antara lain gerinda potong, las listrik,

gerinda tangan, bor listrik, mesin bubut, gergaji, taps, skrap, obeng,

tang, kunci pas dan kunci ring.

c. Alat untuk pembuatan rangkaian elektronik antara lain solder, solder

sucker, tang potong, multitester digital dan osiloskop.

d. Peralatan untuk pembuatan program yaitu seperangkat komputer (PC)

PentiumTM, 100MHz dengan slot ISA.

2. Bahan Penelitian

a. Bahan untuk konstruksi manipulator antara lain:

Caster (roda bebas) ukuran tinggi 34 mm dan dimeter roda 25 mm. • Slider, rack-pinion, poros berulir, dan worm-gear.

Gear box dengan perbandingan 1:10.

• Plat besi ukuran 400 x 400 mm dan tebal 20 mm.

• Selang besar (ukuran 15 mm ) dan kecil (ukuran 5 mm)

(NB : bahan yang ditambahkan. Fungsinya untuk merapikan kabel)

• Plat Alumunium tebal 12 mm.

• Besi silinder pejal diameter 30 mm.

• Besi siku ukuran 92 x 92 mm dan 60 x 60 dengan tebal 5 mm

(24)

• Motor Stepper merk Vexta model ASM66AC-T3.6 produksi

Oriental Motor, tegangan 2.69 volt dan arus 1.7 ampere.

• 2 buah Motor DC daya 60 Watt, tegangan 65 volt, arus 1.3 ampere

(NB : motor sebelumnya menggunakan sebuah motor AC dan

motor DC. Dan sekarang motor AC diganti dengan motor DC.)

b. Bahan untuk pembuatan rangkaian elektronik antara lain PCB, resistor,

kapasitor, dioda, trimpot, LED, transistor, mosfet, trafo, relay, limit

switch, IC (Intregated Circuit), PPI 8255, dan kabel

c. Bahan untuk pembebanan pada joint 3 dengan massa 200 gr, 1200 gr

dan end-effector (+ 600 gr ).

C. TAHAPAN PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan

rancangan secara umum yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional

dan pendekatan rancangan struktural. Tahapan dari penelitian yang

dilaksanakan dapat dilihat pada Lampiran 1.

D. METODE MODIFIKASI 1. Modifikasi program

Pada pemrograman sebelumnya, program yang dibuat hanya

mengeksekusi masing-masing joint. Maksudnya joint akan bergerak secara bertahap, yaitu dari joint putar lalu joint vertikal dan eksekusi yang terakhir adalah joint horisontal. Dengan demikian, dapat dikatakan dalam

menjangkau target, robot AERO I masih terlalu lambat.

Pada pemrograman selanjutnya, program yang dibuat akan

mengeksekusi joint secara bersama-sama. Maksudnya, joint akan menjangkau target secara bersamaan. Untuk modifikasi ini, program yang

digunakan masih sama, yaitu bahasa-C. Namun, dalam pemrogramannya

ada bagian yang harus diubah.

Bagian yang paling banyak diubah adalah pada bagian pengeksekusian

motor. Pada pemrograman sebelumnya, eksekusi motor dibuat pada

(25)

13 dibuat pada sub-main yang sama sehingga diharapkan motor akan bergerak bersama-sama. Untuk sub-main yang lain, masih sama dengan sub-main pada pemrograman sebelumnya.

2. Modifikasi motor

Pada robot AERO I, motor yang digunakan pada joint horisontal

adalah motor AC. Motor ini bergerak atau berputar secara bertahap dan

cenderung lambat. Sehingga dapat dikatakan penjangkauan target pada

joint horisontal sangat lambat.

Pada robot AERO II, motor yang digunakan pada joint horisontal

adalah motor DC. Motor ini bergerak atau berputar secara continue dan cepat sehingga dengan motor ini diharapkan pergerakan dari joint

horisontal menjadi lebih cepat dalam menjangkau target.

Motor AC yang sebelumnya digunakan, langsung dicopot dan diganti

dengan motor DC. Penempatan dari motor DC masih sama dengan

penempatan dari motor AC.

3. Modifikasi rangkaian elektronika

Pada robot AERO I, rangkaian yang digunakan dapat dikatakan cukup

rumit dan complicated. Rangkaian yang dibuat antara lain power supply, rangkaian pengendali motor stepper, rangkaian pengendali motor AC,

rangkaian pengendali motor DC, rangkaian penghitung pulsa encoder, rangkaian pembaca pulsa penghitung encoder,dan rangkaian pengendali

lama putaran motor DC. IC yang digunakan adalah IC 555, gerbang

NAND IC 74LS10, IC 4070, IC 74LS138, IC 74LS245, IC 74LS373 dan,

IC 74LS688.

Pada robot AERO II, rangkaian yang digunakan lebih sederhana

dibandingkan dengan robot AERO I. Rangkaian yang dibuat antara lain

power supply, rangkaian pengendali motor stepper, rangkaian pengendali motor DC vertikal, rangkaian pengendali motor DC horisontal, Rangkaian

penguat encoder motor DC horizontal. IC yang digunakan adalah IC 555,

(26)

Penggantian rangkaian sebenarnya adalah imbas dari penggantian

motor. Dengan demikian, dapat dikatakan rangkaian yang digunakan harus

sesuai dengan motor yang digunakan. Rangkaian yang digunakan

sebelumnya diubah total kecuali power supply yang masih dapat digunakan dengan penambahan output tegangan yaitu 24 V, 40 V dan 64 V.

E. METODE PENGUJIAN

Pengujian yang dilakukan pada manipulator robot yaitu antara lain: 1. Kalibrasi

Kalibrasi dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara jarak atau

sudut jangkauan yang diinginkan dengan nilai masukan untuk pergerakan

dari joint, yang dihasilkan oleh putaran dari motor listrik. Kalibrasi ini dilakukan berulang-ulang dengan memasukkan nilai heksadesimal yang

berbeda-beda dimulai dari yang terkecil hingga terbesar sampai pergerakan

joint mencapai jangkauan maksimum. Data-data kalibrasi tersebut kemudian dicari persamaan linearnya sehingga persamaan tersebut dapat

dimasukkan kedalam program pengendalian manipulator.

Karena manipulator yang dibuat menggunakan 2 jenis motor yang berbeda yaitu motor servo dan motor stepper, maka teknik pengkalibrasian

antara dua jenis motor tersebut berbeda.

Kalibrasi pada motor stepper dilakukan untuk mendapatkan hubungan

antara sudut jangkauan yang diinginkan dengan pulsa masukan ke motor

stepper. Kalibrasi pada motor stepper dilakukan dengan terlebuh dahulu

joint 1 digerakkan ke posisi limit switch (titik acuan). Kemudian nilai pulsa keluaran dimasukkan ke dalam program pengendalian pergerakan motor

stepper. Setelah itu, program tersebut dijalankan dan motor berputar

sehingga joint 1 berputar menuju sudut jangkauan tertentu. Setelah itu, sudut jangkauan perputaran dari joint 1 diukur dengan menggunakan busur derajat.

Kalibrasi pada motor servo dilakukan untuk mendapatkan hubungan

(27)

15 encoder. Kalibrasi pada motor servo dilakukan dengan terlebih dahulu menggerakkan joint 2 atau 3 ke posisi limit switch (titik acuan). Kemudian nilai pulsa dimasukkan ke dalam program pengendalian motor servo.

Setelah itu, program tersebut dijalankan dan motor berputar sehingga joint 2 atau 3 bergerak. Nilai pulsa tersebut akan dibandingkan dengan nilai

pembacaan pulsa encoder, jika sama maka pergerakan joint akan terhenti.

Setelah itu, jarak jangkauan dari joint 2 dan joint 3 diukur dengan menggunakan penggaris atau meteran.

2. Pengujian pada masing-masing joint

Pengujian dilakukan dengan menghitung simpangan dan ketepatan

antara nilai masukan dengan nilai aktual. Simpangan dihitung dengan

mengikuti persamaan berikut ini.

i

Ketepatan dihitung dengan mengikuti persamaan berikut ini.

Ketepatan = 1− − ×100%

H = jarak seharusnya (mm)

X = jarak aktual (mm)

Pengujian pada masing-masing joint dilakukan untuk mendapatkan simpangan (error) dan ketepatan jarak atau sudut target jangkauan pada masing-masing joint. Dengan adanya pengujian ini, dapat diketahui ketepatan jangkauan dari masing-masing joint dan juga dapat diketahui joint

yang menyumbangkan simpangan (error) terbesar pada pergerakan manipulator.

Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan nilai jarak atau sudut

(28)

(penggaris atau busur derajat) jarak atau sudut jangkauan diukur (jangkauan

aktual). Pada masing-masing pengujian dilakukan tiga kali pengulangan.

3. Pengujian manipulator

Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu membuat program

pengendalian pergerakan manipulator menuju titik sasaran dalam koordinat

tiga dimensi. Program pengendalian ini dibuat berbeda dengan penelitian

sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada pengeksekusian joint. Jika pada

penelitian sebelumnya joint dijalankan secara bertahap dari joint 1

(stepper), joint 2 (vertikal) lalu joint 3 (horisontal), pada program

pengendalian yang baru joint dijalankan secara bersamaan sehingga

memungkinkan terjadinya error. Namun, dengan pengeksekusian secara

bersamaan tersebut diharapkan pencapaian ke titik tujuan jadi lebih cepat.

Diagram alir program pengendalian pergerakan manipulator menuju titik sasaran dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dalam pengukuran ini diberi dua perlakuan yaitu dengan pembebanan

dan tanpa pembebanan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil

perbandingan antara kedua perlakuan tersebut. Selain itu juga, untuk

perlakuan dengan pembebanan diharapkan dapat diperoleh berat maksimum

yang dapat diangkat oleh lengan manipulator. Pembebanan yang akan

diberikan adalah 200 gr dan 1200 gr serta pembebanan dengan end effector yang memiliki massa + 600 gr.

Manipulator yang dibuat merupakan manipulator dengan tipe cylindrical-cordinate sehingga perhitungan posisi tiga dimensinya dapat dilihat pada Gambar 8. Pehitungan ini lalu dimasukkan ke dalam program

(29)

17 Gambar 8. Perhitungan koordinat manipulator tipe cylindrical-coordinate

Pengujian manipulator dilakukan untuk mendapatkan simpangan (error) dan ketepatan jangkauan antara titik koordinat yang harus dituju (titik koordinat masukan) dengan pencapaian titik koordinat tujuan (titik

koordinat aktual). Uji kinerja ini dilakukan melalui titik acuan, dalam artian

setiap pergerakan manipulator dimulai dari titik acuan. Setiap manipulator sudah mencapai titik koordinat tujuan, maka manipulator tersebut harus kembali lagi ke titik acuan, sebelum bermanuver ke titik koordinat tujuan

berikutnya.

Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan nilai koordinat tiga

dimensi X,Y, dan Z. Penentuan nilai koordinat ini dilakukan secara random.

Setelah itu diukur pergerakan jangkauan masing-masing joint. Pengukuran tidak dilakukan melalui pengukuran koordinat X dan Y, kecuali koordinat

Z. Hal ini dikarenakan pengukuan koordinat X dan Y sulit dilakukan karena

mengukur koordinat ruang dan tidak mengukur pergerakan atau jangkauan

dari joint sehingga kesalahan pengukuran dapat terjadi. Berbeda halnya dengan mengukur koordinat Z dimana pengukuran dilakukan pada

pergerakan vertikal dari joint horizontal, sehingga kesalahan pada saat pengukuran sangat kecil.

(30)

Kemudian dengan memasukkan nilai r dan besar sudut tersebut ke dalam

rumus koordinat dua dimensi didapatkan nilai koordinat X dan Y jika

dilakukan dengan perhitungan. Untuk memperoleh nilai aktual maka setelah

diperoleh nilai r ditarik garis pada sumbu X dan pada sumbu Y dengan

menggunakan penggaris atau meteran. Penentuan jarak X dan Y haruslah

siku-siku dengan garis r. Lihat pada gambar 8.

4. Pengujian point to point

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan simpangan (error) pada pergerakan manipulator dari titik koordinat yang satu ke titik koordinat berikutnya tanpa adanya koreksi ke titik acuan. Pengujian ini dimaksudkan

untuk mengetahui seberapa besar simpangan dan ketepatan manipulator ketika harus bermanuver dari satu titik ke titik berikutnya tanpa harus

kembali ke titik acuan. Hal ini menuntut programmer untuk membuat

program yang dapat menyimpan dan mengingat titik-titik koordinat target

dari manipulator, baik titik koordinat sebelum maupun titik koordinat yang akan dijangkau oleh manipulator.

Pengujian hanya dilakukan pada enam titik koordinat jangkauan pada

satu kali pengujian dengan pertimbangan agar error yang diperoleh masih

dalam toleransi yaitu kurang dari 2 mm. Penentuan titik koordinat target

dipilih secara random. Pengujian dilakukan dengan cara pertama-tama

manipulator di arahkan ke titik acuan. Kemudian nilai koordinat tiga dimensi X,Y, dan Z dimasukkan kedalam program. Setelah itu diukur

pergerakan jangkauan masing-masing joint. Metode pengukuran sama

seperti pada pengujian manipulator yaitu tidak dilakukan melalui pengukuran koordinat X dan Y, kecuali koordinat Z tetapi dengan

mengukur link horizontal (nilai r) dan joint sudut (besar sudut). Lihat pada gambar 8.

(31)

IV. PENDEKATAN DISAIN

A. KRITERIA DISAIN

Persyaratan yang harus dimiliki oleh manipulator adalah manipulator ini harus mampu menjangkau benda dalam ruang tiga dimensi sesuai dengan

koordinat yang telah ditentukan. Manipulator yang dibuat merupakan manipulator tipe cylindrical coordinate. Pemilihan tipe manipulator ini

didasarkan pada kemudahan dalam perancangan, kemudahan dalam pembuatan

dan perakitan, jumlah joint sedikit (3 buah joint), kemudahan dalam perhitungan matematis untuk pencapaian titik koordinat target tujuan.

Manipulator yang dibuat terdiri dari 3 derajat bebas (3 DOF) atau 3 buah joint. Ketiga joint tersebut terdiri dari 2 prismatic joint dan 1 rotationaljoint.

Rotational joint menggerakkan manipulator dalam arah putaran mendatar sehingga dapat disebut joint sudut. Prismaticjoint yang pertama menyediakan gerak translasi pada manipulator dalam arah vertikal atau manipulator bekerja naik atau turun. Prismatic joint yang kedua menggerakkan manipulator menjangkau target dalam arah horizontal, dalam hal ini manipulator bekerja merentang atau memendek. Mekanisme joint yang menyusun manipulator tipe

cylindrical coordinate disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Mekanisme joint penyusun manipulator. Prismatik joint horizontal

Rotational joint Prismatik joint

(32)

B. RANCANGAN FUNGSIONAL

Manipulator yang dibuat berfungsi untuk menjangkau benda dalam ruang tiga dimensi sesuai dengan koordinat yang diinginkan. Karena merupakan robot

pemanen maka benda disini merupakan buah yang masih terdapat di pohonnya,

sehingga ujung manipulator ini nantinya akan dipasangi dengan end-effector untuk memanen buah tersebut.

Untuk mendukung fungsi tersebut maka diperlukan komponen-komponen

lain yang saling berkaitan agar manipulator yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Komponen-komponen tersebut beserta fungsinya antara lain:

1. Dudukan Bawah

Dudukan bawah berfungsi sebagai tempat menopang seluruh bagian

manipulator. Dudukan bawah terdiri dari komponen dengan fungsi masing-masing antara lain:

• Roda bebas (caster)

Roda bebas (caster) berfungsi untuk mempermudah dalam pemindahan manipulator (portable).

• Plat Besi

Plat besi berfungsi sebagai dudukan dari gearbox, sehingga

boleh dikatakan plat besi ini menopang seluruh bagian manipulator. 2. Joint Sudut

Joint sudut berfungsi memutar manipulator pada sumbu putar atau titik poros pada bidang datar horizontal. Bidang datar horizontal mencakup koordinat x dan y juga koordinat –x dan y. Sehingga titik poros putaran

manipulator merupakan titik acuan yaitu koordinat (0,0). Komponen yang menyusun joint sudut antara lain:

Gearbox

Gearbox berfungsi untuk merubah arah putaran poros dari arah mendatar menjadi tegak lurus terhadap sumber putaran. Gearbox juga berfungsi sebagai sumbu putar atau titik poros dari manipulator. Gearbox

juga mereduksi putaran yang dihasilkan oleh motor stepper dengan

(33)

21 • Motor stepper

Motor stepper berfungsi sebagai aktuator pada joint sudut yang memutar manipulator pada sumbu putar atau titik poros pada bidang datar horizontal.

• Dudukan motor stepper

Dudukan motor stepper berfungsi untuk menahan motor stepper

sehingga dapat menyalurkan dayanya ke gearbox.

• Kopel

Kopel berfungsi menghubungkan poros motor stepper yang

berdiameter 8 mm dengan poros gearbox yang berdiameter 10 mm.

• Plat poros besi

Plat poros besi berfungsi menggabungkan poros output dari gearbox

dengan plat dudukan dari manipulatorvertikal. 3. Link Vertikal

Link vertikal berfungsi sebagai dudukan dari link horizontal. Link vertikal menopang manipulator horizontal yang bekerja naik atau turun untuk menjangkau koordinat dalam arah vertikal (koordinat z).

Komponen-komponen penyusun linkvertikal antara lain:

• Plat dudukan

Plat dudukan terdapat dibagian atas maupun bagian bawah dari link vertikal. Plat dudukan ini berfungsi sebagai dudukan bearing (penopang ulir) dan plat siku (penopang slider vertikal).

• Plat siku

Plat siku berfungsi sebagai penumpu dari slider vertikal.

• Bantalan (bearing)

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,

sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung

secara halus, aman, dan panjang umur (Sularso dan Suga, 1987).

Bantalan pada rancangan ini berfungsi sebagai komponen yang

(34)

Slider Vertikal

Slider vertikal berfungsi sebagai track (lintasan) bagi gerakan naik dan turunnya link horizontal.

• Ulir

Ulir berfungsi sebagai sistem transmisi pendorong turun atau naik

bagi joint horizontal. Putaran dari ulir ini yang dapat menyebabkan

jointhorizontal dapat bergerak naik atau turun. 4. JointVertikal

Jointvertikal berfungsi memutar poros ulir, sehingga dudukan dari link horizontal dapat bergerak naik atau turun. Jointvertikal menggerakkan link

horizontal naik atau turun untuk menjangkau koordinat dalam arah vertikal (koordinat z). Jointvertikal terdiri dari:

• Motor servo DC

Motor servo DC berfungsi sebagai actuator pada joint vertikal yang memutar poros berulir melalui worm-gear. Motor servo DC sudah dilengkapi encoder dan brake (rem). Encoder berfungsi untuk mengetahui sudut putar dari motor servo DC, sehingga pergerakan

joint horizontal dalam arah vertikal dapat diketahui atau diukur. Rem berfungsi untuk menghentikan, mengatur dan mencegah putaran yang

tidak dikehendaki pada putaran motor servo DC.

• Dudukan motor servo DC

Dudukan motor servo DC berfungsi untuk menahan motor servo

sehingga dapat menyalurkan dayanya ke worm-gear.

Worm-gear

Worm-gear berfungsi mereduksi putaran dari motor servo DC untuk disalurkan ke poros berulir.

5. LinkHorizontal

Link horizontal berfungsi menjangkau koordinat dari sasaran r melalui gerakan translasi. Koordinat r merupakan titik pada koordinat x dan y. Titik

(35)

23 • Kotak segiempat

Kotak segiempat berfungsi sebagai penghubung antara linkvertikal dengan link horizontal. Kotak segiempat juga berfungsi sebagai dudukan motor servo DC ( ditambah selenoid sebagai breaker) dan dudukan dari sliderhorizontal.

Slider Horizontal

Slider horizontal berfungsi sebagai track (lintasan) bagi gerakan maju dan mundurnya rack.

6. Joint horizontal

Joint horizontal berfungsi menggerakkan rack dan slider horizontal

maju atau mundur. Joint horizontal terdiri dari:

• Motor servo DC

Motor servo DC berfungsi sebagai actuator pada joint horizontal yang terhubung ke rack-pinion. Motor servo DC sudah dilengkapi dengan encoder tetapi belum dilengkapi dengan brake (rem). Encoder berfungsi untuk mengetahui sudut putar dari motor servo DC, sehingga

pergerakan jointhorizontal dalam arah horizontal dapat diketahui atau

diukur. Rem berfungsi untuk menghentikan, mengatur dan mencegah

putaran yang tidak dikehendaki pada putaran motor servo DC.

Rack-pinion

Rack-pinion berfungsi merubah gerak rotasi (pinion dari putaran motor servo DC menjadi gerak translasi (rack)).

7. Sistem Kendali

Power supply

Power supply berfungsi memberikan catu daya bagi rangkaian-rangkaian elektronika penunjang dan motor-motor penggerak pada

manipulator.

• Rangkaian pengendali motor stepper

Rangkaian pengendali motor stepper berfungsi mengendalikan

motor stepper melalui amplifier dari motor stepper dalam hal pemberian sinyal pulsa dan arah putaran motor. Rangkaian ini

(36)

• Rangkaian pengendali motor servo DC ( Horizontal )

Rangkaian pengendali motor servo DC berfungsi mengendalikan

motor servo DC melalui amplifier dari motor servo DC dalam hal pemberian sinyal pulsa dan arah putaran motor. Rangkaian ini tidak

mengendalikan secara langsung brake untuk keamanan dan limit switch sebagai titik acuan.

• Rangkaian pengendali motor servo DC ( Vertikal )

Rangkaian pengendali motor servo DC berfungsi mengendalikan

motor servo DC dalam hal penyalaan, arah putaran, brake atau rem, dan limit switch untuk keamanan dan sebagai titik acuan.

• Rangkaian pembaca dan penghitung pulsa encoder

Rangkaian pembaca dan penghitung pulsa encoder berfungsi

membaca pulsa yang sudah dihitung oleh rangkaian penghitung pulsa

encoder dan menghitung atau mencacah pulsa keluaran dari encode. 8. Sistem Interface

Interface berfungsi sebagai penghubung antara komputer (controller) dengan rangkaian luar seperti rangkaian pengendali motor dan rangkaian

pembaca pulsa encoder. 9. Kontroller

Kontroller berfungsi sebagai pengendali seluruh kinerja dari manipulator.

C. RANCANGAN STRUKTURAL

Rancangan struktural dari masing-masing komponen pembentuk

manipulator antara lain: 1. Dudukan bawah

Struktur komponen penyusun dudukan bawah antara lain:

• Roda bebas (caster)

Roda bebas yang digunakan memiliki tinggi sekitar 34 mm dengan

(37)

25 • Plat besi

Plat besi yang digunakan mempunyai ukuran 400 x 400 mm

dengan ketebalan 20 mm. Plat besi ini memiliki berat sekitar 18 kg.

2. Joint sudut

Struktur komponen penyusun joint sudut antara lain:

Gearbox

Gearbox yang digunakan merupakan sistem transmisi worm-gear yang mereduksi putaran dengan perbandingan 1:10. Putaran motor

stepper berkurang 10 kali setelah melewati gear box, sebaliknya daya

yang dihasilkan meningkat 10 kali dari daya yang dihasilkan oleh

motor stepper.

• Motor stepper

Motor stepper yang digunakan adalah jenis motor stepperunipolar

dengan merk Vexta model ASM66AC-T3.6 produksi Oriental Motor.

Motor stepper ini dilengkapi dengan amplifier tipe ASD12B-C Tabel 1. Spesifikasi motor stepper

Tegangan 2.69 Volt

Arus 1.7 Ampere

Torsi maksimum 1.25 Nm

Batas kecepatan 0 - 500 rpm

Rasio gir 3.6 : 1

Resolusi 0.10/pulsa

• Dudukan motor stepper

Dudukan motor stepper terbuat dari besi siku ukuran 92 x 92 mm

dan tebal 5 mm yang dipotong, sehingga ukurannya menjadi 92 x 50

mm.

• Kopel

Kopel terbuat dari poros besi pejal yang mempunyai diameter 30

mm. Dengan lubang untuk poros dari motor stepper berukuran 8 mm

(38)

• Plat poros besi

Plat poros besi terbuat dari plat besi ukuran 220 x 90 mm dan

poros besi dengan diameter 30 mm. Plat dengan poros ini disatukan

dengan cara dilas.

3. Link Vertikal

Struktur komponen penyusun link vertikal sudut antara lain:

• Plat dudukan

Plat dudukan bawah terbuat dari plat alumunium dengan ukuran

180 x 180 mm dan tebal 15 mm. Plat dudukan atas terbuat dari plat

alumunium dengan ukuran 210 x 125 mm dan tebal 13 mm.

• Plat siku

Plat siku terbuat dari besi siku ukuran 60 x 60 mm dan tebal 5 mm.

Salah satu bagiannya dipotong, sehingga ukurannya menjadi 60 x 25

mm.

• Bantalan (bearing)

Bantalan yang digunakan berjumlah dua. Bantalan pertama

digunakan untuk menumpu poros pada bagian bawah ulir dengan

diameter dalamnya berukuran 20 mm. Bantalan kedua digunakan

untuk menahan poros pada bagian atas ulir dengan diameter dalamnya

berukuran 15 mm. Kedua bantajan ini berjenis plan bearing.

Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, bantalan yang

digunakan adalah bantalan gelinding (rolling bearing). Sedangkan

berdasarkan arah beban terhadap poros merupakan jenis bantalan

radial. Berdasarkan alurnya, bantalan ini masuk ke dalam jenis

bantalan arus dalam baris tunggal.

Slider Vertikal

(39)

27

(Sularso dan Suga, 1987). Jarak baginya yaitu 10 mm. Diameter dalam

ulir 20 mm dan diameter luar 25 mm dengan sudut ulir sebesar 900.

4. JointVertikal

Struktur komponen penyusun joint vertikal antara lain:

• Motor servo DC

Motor servo DC yang digunakan memiliki spesifikasi daya 60

Watt, tegangan 65 volt, arus 1,3 ampere dan putaran maksimum 3000

RPM. Encoder pada motor ini memiliki spesifikasi tegangan 5 volt dengan output keluaran pulsa A dan pulsa B. Keluaran pada pulsa A

menghasilkan 200 pulsa per satu putaran, sama halnya dengan

keluaran pada pulsa B juga menghasilkan 200 pulsa per satu putaran.

• Dudukan motor servo DC

Dudukan motor servo DC terbuat dari siku 60 x 60 mm dan tebal 5

mm. Salah satu bagiannya dipotong, sehingga ukurannya menjadi 60 x

35 mm.

• Roda gigi cacing (worm gear)

Roda gigi cacing terdiri atas sebuah roda gigi dan pasangannya

berupa cacing. Spesifikasi dari roda gigi dan cacingnya yaitu roda gigi

memiliki diameter dalam 45 mm dengan jumlah gigi 30 buah. Cacing

memiliki diameter dalam 10 mm dan jarak bagi 5 mm.

5. Link Horizontal

Struktur komponen penyusun linkhorizontal antara lain:

• Kotak segiempat

Kotak segiempat terdiri dari 4 plat alumunium yang tersusun

(40)

alumunium yang digunakan mempunyai tebal 11 mm. Plat

dikencangkan dengan menggunakan baut pengencang.

Slider Horizontal

Slider yang digunakan memiliki ukuran 936 x 20 x 16 mm.

6. JointHorizontal

Struktur komponen penyusun manipulatorhorizontal antara lain:

• Motor servo DC

Motor servo DC yang digunakan adalah motor DC merk National

tipe TS 1982 N123 E6 dengan spesifikasi tegangan DC 60 V, arus 0.3

A, daya output 60 W, dan putaran maksimum 3000 rpm. Motor servo

DC ini belum dilengkapi dengan brake (rem) maka harus dibuat rem

buatan.

Motor telah di lengkapi encoder. Encoder pada motor ini memiliki spesifikasi tegangan 5 volt dengan output keluaran pulsa A dan pulsa

B. Keluaran pada pulsa A menghasilkan 200 pulsa per satu putaran,

sama halnya dengan keluaran pada pulsa B juga menghasilkan 200

pulsa per satu putaran.

Rack-Pinion

Rack-pinion terdiri dari rack yaitu batang besi yang bergerigi dan pinion yaitu pasangan roda giginya. Rack berukuran panjang 100 cm, lebar 3 cm dan tebal 7 mm. Pinion mempunyai dimeter dalam 41 mm dan jumlah gigi sebanyak 19 buah. Tipe roda gigi yang digunakan

adalah tipe roda gigi lurus dimana letak giginya berjajar pada dua

bidang silinder.

7. Sistem Kendali

• Power supply

Power supply berfungsi memberikan catu daya bagi

rangkaian-rangkaian elektronika penunjang dan motor-motor penggerak pada

manipulator. Unit ini berupa transformator dan jembatan dioda yang berfungsi untuk merubah tegangan AC menjadi DC. Tegangan yang

(41)

29 • Rangkaian pengendali motor stepper

Rangkaian ini berupa IC 555, IC 4023, IC 4049, rangkaian switch

transistor, dan limit switch untuk keamanan dan titik acuan. Gambar

rangkaian dapat dilihat pada Lampiran 4.

• Rangkaian pengendali servo motor DC vertikal

Rangkaian ini terdiri dari IC 4023, IC 4049, rangkaian switch

transistor, relay, dan limit switch. Unit ini terhubung dengan driver dari motor DC sebelum terhubung dengan motor DC. Gambar

rangkaian dapat dilihat pada Lampiran 5.

• Rangkaian pengendali servo motor DC horizontal

Rangkaian ini terdiri dari IC 4023, IC 4049, rangkaian switch

transistor, relay ON-OFF motor dan rem, relay untuk H-bridge motor,

dan limit switch. Gambar rangkaian dapat dilihat pada Lampiran 6.

• Rangkaian penguat encoder motor DC horizontal

Rangkaian ini terdiri dari IC 555 dan resistor. Dari rangkaian ini

CN kaki 6 dapat berupa sinyal segi empat yang dibangkitkan dari

komputer sehingga kecepatan putar motor stepper bisa diatur. Gambar

rangkaian dapat dilihat pada Lampiran 7.

8. Interface

Interface terhubung pada slot ISA komputer dengan alamat 0X 300. Unit ini terdiri dari PPI 8255, buffer IC 74LS245, IC 74LS688 dengan saklar untuk keperluan pengalamatan. Untuk lebih jelasnya, lihat

Lampiran 10.

9. Kontroller

Sebagai unit kontroler digunakan komputer jenis Pentium I yang

dilengkapi dengan slot ISA untuk pemasangan sistem interface. Komputer ini dilengkapi dengan program bahasa-C untuk pemrograman algoritma

(42)

D. ANALISIS TEKNIK

Analisis teknik diperlukan untuk mengetahui tingkat keamanan dari

kekuatan bahan yang digunakan dalam perancangan. Analisis teknik juga

diperlukan untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada rancangan alat,

sehingga alat dapat melakukan fungsinya dengan baik.

1. Analisis keamanan plat poros besi dan diameter poros gearbox

Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya

diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kW) dengan rumus :

fcP

Pd

=

(kW) ... (3)

dimana : P = Daya nominal out put dari motor penggerak (kW).

fc = Faktor koreksi diambil dari tabel faktor koreksi daya (Tabel 2).

Tabel 2. Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc

Daya yang akan ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1.2 – 2.0

Daya maksimum yang diperlukan 0.8 – 1.2

Daya normal 1.0 – 1.5

Untuk mengetahui momen puntir atau disebut juga momen rencana (T) dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

(43)

31

Dari persamaan diatas diperoleh rumus untuk menghitung diameter

poros yaitu : besarnya antara 1.0 sampai 3.0

Cb = Faktor pengaruh beban adanya beban lentur oleh transmisi lain, besarnya antar 1.2 sampai 2.3, bila tidak ada, Cb = 0

Daya yang dihasilkan oleh motor stepper dapat diketahui dengan persamaan:

P = T x ………...……...… (8)

Dari persamaan 8 di atas daya yang dihasilkan oleh motor stepper:

(44)

Momen puntir : tegangan geser yang diijinkan :

a = dikenakan secara halus dengan faktor lenturan adalah Cb = 2. Dari nilai-nilai tersebut diameter poros dapat ditentukan :

ds = ×1.5×2×153

gearbox 15 mm, sehingga cukup aman dalam penggunaannya.

2. Torsi yang dihasilkan oleh joint sudut

Torsi pada joint 1 dapat dihitung dengan persamaan reduksi dari

(45)

33 10. efisiensi ( ) penyaluran tenaga reduction gear sebesar 99 %, sehingga torsi yang dihasilkan oleh joint 1 dapat dihitung

T2=

Jadi torsi yang dihasilkan pada joint sudut sebesar 12.474 Nm.

3. Gaya dorong ulir yang diperlukan untuk mendorong link horizontal

Besarnya gaya dorong yang diperlukan untuk menaikkan link horizontaldapat dihitung dengan menggunakan rumus:

g

Besarnya massa dari link dan joint horizontal sebesar 4.84 kg. Gaya grafitasi sebesar 9,8 m/s2., sehingga besarnya gaya dorong yang diperlukan

F = 3.23 x 9.8 F = 31.654 N

Jadi gaya yang diperlukan untuk mendorong ke atas link dan joint horizontalharus lebih besar dari 31.654 N

Gaya dorong ulir dapat diketahui dengan perhitungan ulir tenaga

(power screw). Persamaan yang digunakan untuk menghitung gaya dorong ulir adalah (Shigley dan Mischke, 2001):

f = koefisien gesek permukaan ulir l = kisar/pitch (m)

(46)

Torsi pada ulir dapat diketahui dengan menghitung torsi motor DC

rpm, kecepatan sudut dapat diketahui dengan persamaan berikut:

= 2 x x n

Maka besar torsi motor DC

T = tenaga reduction gear sebesar 99 %, sehingga torsi pada ulir dapat dihitung

T2 =

Torsi pada ulir didapatkan sebesar 5.672 Nm. Ulir yang digunakan

pada disain ini adalah ulir recirculating ball screws. Terdapat bola atau rol

yang berputar di antara ulir dengan nut, sehingga gesekan di antaranya akan jauh lebih kecil. Gesekan yang terjadi ini diperkecil lagi dengan

pemberian pelumas pada bola atau rol tersebut. Maka koefisien gesek

antara ulir dengan nut sebesar 0.11 yang merupakan koefisien gesek antara baja dengan baja atau besi yang diberi pelumas (Kurtus, 2005). Ulir

(47)

35 diambil diameter efektif 23 mm. Sudut ulir sebesar 900 dan panjang kisar

10 mm Berdasarkan persamaan gaya dorong ulir:

untuk menggerakkan link dan joint horizontalkearah atas adalah 34.818 N. Nilai ini lebih besar dari gaya ke bawah dari link dan joint horizontalyang besarnya 31.654 N .

E. ANALISIS MODIFIKASI MANIPULATOR

Modifikasi manipulator dari segi konstruksi hanya dilakukan pada bagian

motor. Motor yang digunakan sebelumnya adalah motor AC dan diganti

dengan motor DC. Untuk penjelasannya ada dipembahasan.

Modifikasi manipulator dari segi elektronika dan pemrograman dilakukan

pada hardware dan software-nya. Pada hardware, rangkaian elektronika yang

digunakan sebelumnya (khusus yang dimodifikasi) adalah rangkaian

pengendali motor AC, rangkaian penghitung pulsa encoder, rangkaian pembaca pulsa penghitung encoder, sertarangkaian pengendali lama putaran motor servo AC dan diganti dengan rangkaian pengendali servo motor DC

vertikal dan horisontal, dan rangkaian penguat servo motor DC horisontal.

Pada software, pemrograman sebelumnya dibuat untuk mengeksekusi joint

secara sendiri-sendiri dan diganti dengan pemrograman untuk mengeksekusi

(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KONSTRUKSI PROTOTIPE MANIPULATOR

Manipulator yang telah dibuat dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Manipulator yang telah dibuat

Bagian-bagian konstruksi penyusun manipulator yaitu antara lain: 1. Dudukan Bawah

Dudukan bawah menggunakan plat besi dengan ukuran 400 mm x 400

mm dan ketebalan 20 mm. Plat besi ini kemudian di lubangi pada sisi-sisi

sikunya dengan ukuran diameter 4 mm. Diameter lubang ini disesuaikan

dengan diameter lubang pemasangan pada roda caster. Plat besi ini di lubangi pada sisi-sisinya sebagai tempat untuk memasang empat roda

caster yang memiliki ukuran tinggi sekitar 34 mm dengan diameter roda 25 mm.

Pada bagian tengah plat besi ini juga dilubangi untuk pemasangan

gearbox. Plat besi ini dilubangi dengan diameter lubang 8 mm yang disesuaikan dengan lubang pemasangan pada gearbox. Komponen

Joint sudut

Dudukan bawah Link Vertikal

(49)

Gambar 11. Roda caster yang dipasang pada plat besi.

2. Joint Sudut

Joint sudut terdiri dari gearbox, kopel, dudukan motor stepper, motor stepper, dan plat poros besi. Gearbox dipasang pada plat besi pada

dudukan bawah dengan pengencangan menggunakan baut berdiameter 8

mm sebanyak empat buah pada masing-masing sisinya.

Dudukan motor stepper terbuat dari besi siku ukuran 92 mm x 92 mm

yang pada salah satu bagiannya dipotong, sehingga ukurannya menjadi 92

mm x 50 mm. Pada bagian dengan ukuran 50 mm dilubangi dengan

diameter 8 mm sebanyak dua buah untuk pemasangan pada plat besi pada

dudukan bawah yang kemudian dikencangkan dengan baut berdiameter 8

mm. Pada bagian yang ukurannya 92 mm dilubangi dengan ukuran 4 mm

sebanyak empat buah yang disesuaikan dengan lubang pemasangan pada

motor stepper yang kemudian dikencangkan dengan baut berdiameter 4

mm.

Kopel terbuat dari poros besi pejal yang berdiameter 30 mm. Pada

salah satu bagiannya dilubangi dengan diameter 8 mm mrnyesuaikan

dengan poros motor stepper dan pada bagian lainnya dilubangi dengan

diameter 10 mm menyesuaikan dengan poros masukan dari gearbox. Pengencangan antara kopel dengan poros motor stepper dan poros

masukan gearbox yaitu menggunakan baut berdiameter 6 mm sehingga

kopel harus dilubangi dengan diameter 5.5 mm dan ditaps dengan ukuran

diameter 6 mm.

(50)

Plat poros besi terbuat dari plat besi ukuran 220 mm x 90 mm dan vertikal. Komponen penyusun dudukan bawah dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Joint sudut beserta bagian-bagiannya

3. Link Vertikal

Link vertikal terdiri dari plat dudukan bawah, plat dudukan atas, plat siku, bearing, slider vertikal dan ulir. Plat dudukan bawah dilubangi dengan diameter 12 mm sebanyak empat buah untuk dipasang dengan plat

poros besi. Plat dudukan bawah juga dilubangi dengan diameter 12 mm

sebanyak empat buah disesuaikan dengan lubang pemasangan pada

bearing dan dilubangi 6 mm untuk dipasang dengan plat siku sebanyak

empat buah. Plat dudukan atas juga dilubangi dengan diameter 12 mm

sebanyak empat buah disesuaikan dengan lubang pemasangan pada

(51)

dilubangi dengan diameter 20 mm untuk dilewati dengan poros bagian atas

ulir yang berdiameter 15 mm

Plat siku terbuat dari besi siku ukuran 60 mm x 60 mm dan tebal 5

mm. Salah satu bagiannya dipotong, sehingga ukurannya menjadi 60 mm

x 25 mm. Plat siku yang dibutuhkan sebanyak 4 buah untuk menopang

memanjang sebanyak dua buah untuk dipasang pada plat dudukan atas dan

bawah. Slider vertikal dipasang secara vertikal dengan empat buah plat siku dan dikencangkan dengan baut berdiameter 6 mm.

Bearing yang digunakan jenis plan bearing segi empat sebanyak dua

Panjang poros bagian bawah ulir dipotong sehingga berukuran panjang

32 mm sesuai dengan tinggi dari bearing, sehingga poros bagian bawah ulir tidak menembus plat dudukan bawah. Komponen-komponen

penyusun link vertikal dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar

Gambar 1. Robot pemanen apel
Gambar 4. Manipulator Tipe Cylindrical-Coordinate
Gambar 5. Untuk
Gambar 7. Manipulator Tipe Articulated/Anthropomorphic
+7

Referensi

Dokumen terkait