SIKAP PENGUSAHA TERHADAP RENCANA RELOKASI
TEMPAT PEMOTONGAN AYAM
(Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)
SKRIPSI
YOGAPRASTA ADINUGRAHA
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
YOGAPRASTA ADINUGRAHA D34104065. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Hadiyanto, MS
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM
Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Pengetahuan tentang sikap pengusaha dapat menduga bagaimana respon mereka terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui karakteristik individu dan faktor eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (2) mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi adalah pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Instrumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Koefisien kontingensi.
Banyak pengusaha pemotongan berumur 40–51 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan UPA, skala pemotongan kecil, menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sehat yang tinggi, memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.
Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.
ABSTRACT
Attitude of Chicken Slaughter Entrepreneurs Towards The Relocation Plan of Chicken Slaughterhouse.
Adinugraha, Y. Hadiyanto. D. Susanto
The study about chicken slaughters attitude was conducted to identify about kinds of behavior that would be performed by them towards the local government policy to relocate them to a new place. By identifying their attitude, people could be able to estimate response from the chicken slaughters entrepreneurs about the relocation plan of chicken slaughterhouse, known as Tempat Pemotongan Ayam (TPA). The aims of this study were: 1). to identify about the internal and external factors that affects the attitude of the entrepreneurs to TPA’s relocation plan. 2). to identify the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. 3). to analyze the correlations between internal and external factors with the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. Thirty-one respondents were taken as the sample based on Census Method that requires all members of the population considered and taken as respondents. This study resulted several outputs, 1). The entrepreneurs age mostly range from 40 years to 51 years old and have the junior high to senior high school graduate education level. Most of the entrepreneurs are still beginners in running this business, and this business is considered as the main income source of most of TPAs, which are also categorized as a small-scale business. Most of the TPA’s entrepreneurs have a high awareness of healthy environment; high interaction with costumers; average interaction with the government officer; average interactions with the other TPA’s entrepreneurs; and low frequencies in attending socialization program. 2). Disagreement is shown by the TPA Entrepreneurs about the TPA’s relocation plan. 3). Most of internal and external factors have a very weak correlation to the entrepreneurs’ attitude. While business experience and business scale have a weak correlation. Age factor has a quite strong correlation to the entrepreneurs’ attitude.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Lindungan,
dan Kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini untuk
menjadi sebuah skripsi. Berbagai cobaan dan rintangan sudah mulai menghadang
sejak mulai tahap pencarian ide, saat pembuatan usulan penelitian, hingga tahap
akhir penelitian.
Penelitian ini berjudul “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat
Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes,
Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi ini berisi tentang sikap pengusaha
pemotongan ayam terhadap rencana relokasi, lebih lanjut Skripsi ini bertujuan untuk
memberikan masukan kepada pihak pemerintah Kota Bogor agar dapat memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak baik pihak Pemerintah Kota Bogor maupun
pihak pengusaha pemotongan ayam.
Skripsi ini diharapkan akan dapat membantu penulis dalam menyelesaikan
studinya dan merupakan titik awal dalam menuju kehidupan yang sebenarnya, akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak–pihak yang telah
banyak memberikan bantuan, dukungan dan inspirasi
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Bogor, April 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yogaprasta Adinugraha. Lahir di Ungaran Provinsi
Jawa Tengah pada tanggal 7 Desember 1985, sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara, putra dari Bapak Ir. Duto Nugroho, MSi., dan Ibu Ir. Nina Ratna Dewi.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sempur pada tahun 1992, kemudian
melanjutkan ke SDN Sempur Kaler dan tamat pada tahun 1998, penulis menamatkan
pendidikan di SLTPN 3 Bogor pada tahun 2001 dan untuk jenjang Sekolah
Menengah Atas penulis selesaikan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2004.
Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau yang lebih dikenal dengan sebutan USMI,
dan diterima pada pilihan pertama Program Studi Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama
menduduki bangku kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah
Ilmu Penyuluhan selama satu semester, penulis juga aktif mengikuti beberapa
kegiatan kepanitiaan dan ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan. Penulis pada
tahun 2005/2006 sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan
Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), di tahun yang
sama penulis juga menjadi anggota Departemen Informasi dan Komunikasi
HIMASEIP, pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006/2007 penulis menjabat
sebagai Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP. Besarnya hobi
dalam Olahraga Basket membuat penulis bergabung dengan Tim Basket SEIP dan
sempat meraih gelar juara ketiga pada tahun 2004/2005 dan berhasil meraih gelar
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN………... i
ABSTRACT……….. ii
RIWAYAT HIDUP……… iii
KATA PENGANTAR……… iv
LEMBAR PENGESAHAN……… v
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR GAMBAR……….... viii
DAFTAR TABEL……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….. x
PENDAHULUAN………... 1
Latar Belakang………. 1
Perumusan Masalah………. 2
Tujuan Penelitian………. 3
Kegunaan Penelitian……… 4
TINJAUAN PUSTAKA……….. 5
Sikap……… 5
Pengusaha……… 9
Tempat Pemotongan Ayam……… 9
KERANGKA PEMIKIRAN………. 12
METODE PENELITIAN………. 14
Lokasi dan Waktu Penelitian……… 14
Populasi ...………. 14
Desain Penelitian……….. 14
Data dan Instrumentasi………. 15
Pengumpulan Data………... 15
Validitas dan Reliabilitas……… 15
Analisis Data……… 17
Definisi Operasional………. 18
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24
Karakteristik Internal Pengusaha Pemotong Ayam…………..…………. 24
Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotong Ayam………... 28
Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi TPA…... 30
Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………... 32
Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………. 35
KESIMPULAN DAN SARAN……… 37
Kesimpulan………... 37
Saran……… 38
UCAPAN TERIMAKASIH………. 39
DAFTAR PUSTAKA……….. 41
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Pemikiran Sikap Pengusaha terhadap
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam ……… 24
2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 25
3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam ……….... 25
4. Sebaran Skala Pemotongan Pengusaha Pemotongan Ayam ……... 26
5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 27
6. Sebaran Kepedulian Pengusaha terhadap Lingkungan Sehat... 27
7. Karakteristik Eksternal Pengusaha………... 28
8. Sebaran Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi……... 31
9. Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha dengan sikap…... 33
10.Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha dengan sikap... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman………... 44
2. Hasil Uji Koefisien Kontingensi... 46
SIKAP PENGUSAHA TERHADAP RENCANA RELOKASI
TEMPAT PEMOTONGAN AYAM
(Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)
SKRIPSI
YOGAPRASTA ADINUGRAHA
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
YOGAPRASTA ADINUGRAHA D34104065. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Hadiyanto, MS
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM
Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Pengetahuan tentang sikap pengusaha dapat menduga bagaimana respon mereka terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui karakteristik individu dan faktor eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (2) mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi adalah pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Instrumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Koefisien kontingensi.
Banyak pengusaha pemotongan berumur 40–51 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan UPA, skala pemotongan kecil, menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sehat yang tinggi, memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.
Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.
ABSTRACT
Attitude of Chicken Slaughter Entrepreneurs Towards The Relocation Plan of Chicken Slaughterhouse.
Adinugraha, Y. Hadiyanto. D. Susanto
The study about chicken slaughters attitude was conducted to identify about kinds of behavior that would be performed by them towards the local government policy to relocate them to a new place. By identifying their attitude, people could be able to estimate response from the chicken slaughters entrepreneurs about the relocation plan of chicken slaughterhouse, known as Tempat Pemotongan Ayam (TPA). The aims of this study were: 1). to identify about the internal and external factors that affects the attitude of the entrepreneurs to TPA’s relocation plan. 2). to identify the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. 3). to analyze the correlations between internal and external factors with the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. Thirty-one respondents were taken as the sample based on Census Method that requires all members of the population considered and taken as respondents. This study resulted several outputs, 1). The entrepreneurs age mostly range from 40 years to 51 years old and have the junior high to senior high school graduate education level. Most of the entrepreneurs are still beginners in running this business, and this business is considered as the main income source of most of TPAs, which are also categorized as a small-scale business. Most of the TPA’s entrepreneurs have a high awareness of healthy environment; high interaction with costumers; average interaction with the government officer; average interactions with the other TPA’s entrepreneurs; and low frequencies in attending socialization program. 2). Disagreement is shown by the TPA Entrepreneurs about the TPA’s relocation plan. 3). Most of internal and external factors have a very weak correlation to the entrepreneurs’ attitude. While business experience and business scale have a weak correlation. Age factor has a quite strong correlation to the entrepreneurs’ attitude.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Lindungan,
dan Kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini untuk
menjadi sebuah skripsi. Berbagai cobaan dan rintangan sudah mulai menghadang
sejak mulai tahap pencarian ide, saat pembuatan usulan penelitian, hingga tahap
akhir penelitian.
Penelitian ini berjudul “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat
Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes,
Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi ini berisi tentang sikap pengusaha
pemotongan ayam terhadap rencana relokasi, lebih lanjut Skripsi ini bertujuan untuk
memberikan masukan kepada pihak pemerintah Kota Bogor agar dapat memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak baik pihak Pemerintah Kota Bogor maupun
pihak pengusaha pemotongan ayam.
Skripsi ini diharapkan akan dapat membantu penulis dalam menyelesaikan
studinya dan merupakan titik awal dalam menuju kehidupan yang sebenarnya, akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak–pihak yang telah
banyak memberikan bantuan, dukungan dan inspirasi
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Bogor, April 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yogaprasta Adinugraha. Lahir di Ungaran Provinsi
Jawa Tengah pada tanggal 7 Desember 1985, sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara, putra dari Bapak Ir. Duto Nugroho, MSi., dan Ibu Ir. Nina Ratna Dewi.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sempur pada tahun 1992, kemudian
melanjutkan ke SDN Sempur Kaler dan tamat pada tahun 1998, penulis menamatkan
pendidikan di SLTPN 3 Bogor pada tahun 2001 dan untuk jenjang Sekolah
Menengah Atas penulis selesaikan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2004.
Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau yang lebih dikenal dengan sebutan USMI,
dan diterima pada pilihan pertama Program Studi Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama
menduduki bangku kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah
Ilmu Penyuluhan selama satu semester, penulis juga aktif mengikuti beberapa
kegiatan kepanitiaan dan ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan. Penulis pada
tahun 2005/2006 sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan
Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), di tahun yang
sama penulis juga menjadi anggota Departemen Informasi dan Komunikasi
HIMASEIP, pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006/2007 penulis menjabat
sebagai Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP. Besarnya hobi
dalam Olahraga Basket membuat penulis bergabung dengan Tim Basket SEIP dan
sempat meraih gelar juara ketiga pada tahun 2004/2005 dan berhasil meraih gelar
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN………... i
ABSTRACT……….. ii
RIWAYAT HIDUP……… iii
KATA PENGANTAR……… iv
LEMBAR PENGESAHAN……… v
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR GAMBAR……….... viii
DAFTAR TABEL……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….. x
PENDAHULUAN………... 1
Latar Belakang………. 1
Perumusan Masalah………. 2
Tujuan Penelitian………. 3
Kegunaan Penelitian……… 4
TINJAUAN PUSTAKA……….. 5
Sikap……… 5
Pengusaha……… 9
Tempat Pemotongan Ayam……… 9
KERANGKA PEMIKIRAN………. 12
METODE PENELITIAN………. 14
Lokasi dan Waktu Penelitian……… 14
Populasi ...………. 14
Desain Penelitian……….. 14
Data dan Instrumentasi………. 15
Pengumpulan Data………... 15
Validitas dan Reliabilitas……… 15
Analisis Data……… 17
Definisi Operasional………. 18
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24
Karakteristik Internal Pengusaha Pemotong Ayam…………..…………. 24
Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotong Ayam………... 28
Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi TPA…... 30
Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………... 32
Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………. 35
KESIMPULAN DAN SARAN……… 37
Kesimpulan………... 37
Saran……… 38
UCAPAN TERIMAKASIH………. 39
DAFTAR PUSTAKA……….. 41
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Pemikiran Sikap Pengusaha terhadap
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam ……… 24
2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 25
3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam ……….... 25
4. Sebaran Skala Pemotongan Pengusaha Pemotongan Ayam ……... 26
5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 27
6. Sebaran Kepedulian Pengusaha terhadap Lingkungan Sehat... 27
7. Karakteristik Eksternal Pengusaha………... 28
8. Sebaran Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi……... 31
9. Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha dengan sikap…... 33
10.Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha dengan sikap... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman………... 44
2. Hasil Uji Koefisien Kontingensi... 46
PENDAHULUAN Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki prospek
yang cukup baik. Sektor usaha peternakan meliputi usaha ternak unggas, ruminansia
besar, ruminansia kecil, satwa harapan, pemasaran produk, dan pengolahan hasil
ternak.
Unggas merupakan bangsa burung yang telah mengalami domestifikasi dan
dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan maupun sebagai hiasan.
Ada berbagai macam jenis unggas yang ada di Indonesia antara lain bebek, burung
puyuh, burung dara, itik dan ayam. Dari sekian banyak jenis unggas, ayam
merupakan unggas yang paling populer di kalangan masyarakat.
Ayam merupakan ternak yang dikenal masyarakat luas karena
kemudahannya untuk ditemui di mana saja. Banyaknya lapangan usaha yang
menjadikan ayam sebagai komoditas utamanya menjadikan usaha di bidang ternak
ayam memiliki prospek yang cukup cerah bagi para pelaku usaha. Usaha yang dapat
dikembangkan dengan ayam sebagai komoditas utamanya tidak terbatas pada usaha
budidaya, tetapi juga meliputi berbagai usaha, salah satu contohnya adalah Usaha
Pemotongan Ayam (UPA).
Usaha Pemotongan Ayam (UPA) menjadi sektor usaha yang penting
mengingat besarnya jumlah produksi daging ayam broiler di Indonesia sebesar
864.246 ton (BPS, 2005) dengan tingkat konsumsi sebesar 4,6 kg per kapita per
tahun (BPS, 2005). Hal tersebut menyebabkan terus berkembangnya Usaha
Pemotongan Ayam (UPA).
Perkembangan Usaha Pemotongan Ayam (UPA) di Kota Bogor diikuti
dengan peningkatan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA). Tempat pemotongan
ayam di Kelurahan Kebon Pedes pertama kali didirikan pada tahun 1971, hingga
pada akhirnya sekarang jumlah TPA di Kelurahan Kebon Pedes mencapai 29 TPA.
Perkembangan jumlah TPA tersebut semakin meresahkan masyarakat di sekitar TPA
tersebut, karena TPA yang berada di Kelurahan Kebon Pedes merupakan tempat
pemotongan ayam yang berada di tengah–tengah lingkungan pemukiman masyarakat
yang padat. TPA sendiri menghasilkan limbah yang dapat merugikan masyarakat
mengganggu kesehatan masyarakat. Hal lain yang memperburuk citra dari
perkembangan TPA di wilayah pemukiman penduduk adalah informasi mengenai
penyebaran virus flu burung yang ada di Kota Bogor. Sejalan dengan hal tersebut
Pemerintah Kota Bogor membangun Rumah potong Hewan terpadu (RPH Terpadu)
dan berencana untuk merelokasi Usaha Pemotongan ayam di Kelurahan Kebon
Pedes atas dasar Perda Nomor 01/2000 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) di lokasi baru di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat.
Menurut Perda Nomor 01/2000, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
adalah rencana pembangunan kota yang berisikan rencana pembangunan sektoral dan
pengembangan tata ruang yang optimal, disusun secara menyeluruh dan terpadu
dengan menganalisis segala faktor dan aspek pengembangan kota. Rencana relokasi
tercantum pada RTRW Kota Bogor Tahun 1999–2009 mengenai Rencana
Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun 1999–2009 yang berbunyi
“ RPH di Kecamatan Tanah Sareal yang ada sekarang ini dilihat dari segi aktivitas
perkembangan usahanya sudah tidak layak karena lokasinya sangat berdekatan
dengan pemukiman yang cukup padat, sehingga perlu adanya perencanaan lokasi
RPH yang baru berada di luar pusat Kota Bogor”. Berdasarkan kajian dan hasil
analisis maka rencana relokasi yang sesuai untuk RPH dan pasar hewan terletak di
Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat dengan lahan yang akan dimanfaatkan seluas
10 Ha. Berlandaskan atas peraturan tersebut pemerintah Kota Bogor dalam hal ini
adalah Dinas Agribisnis, Bapeda Kota Bogor, Dinas Tata kota dan Pertamanan
membuat rencana relokasi Usaha Pemotongan Ayam ke Rumah Potong Hewan
(RPH) terpadu di Kelurahan Bubulak.
Rencana relokasi TPA telah menimbulkan sikap pro dan kontra bagi
masyarakat dan pengusaha pemotongan ayam. Rencana mengenai relokasi
sebaiknya tidak mempertimbangkan satu sisi saja, agar dampak yang timbul dari
relokasi tersebut tidak merugikan salah satu pihak, baik dari pihak pemerintah
maupun pihak pemotong ayam
Pengusaha pemotongan ayam merupakan orang yang mengusahakan,
mendirikan tempat pemotongan ayam, selain itu mereka juga sebagai roda
penggerak bagi usaha pemotongan ayam. Rencana relokasi yang dibuat oleh
Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan
langkah awal untuk mengetahui apakah rencana relokasi TPA yang dibuat oleh
Pemerintah Kota Bogor dapat diterima atau tidak oleh pengusaha pemotongan ayam.
Perumusan Masalah
Usaha pemotongan ayam merupakan salah satu usaha di bidang peternakan
yang memiliki tugas utama memotong ayam. Pemotongan ayam memiliki dampak
yang cukup serius bagi lingkungan, terutama bila Tempat Pemotongan Ayam (TPA)
tersebut berada di pemukiman warga. Rencana relokasi yang dicanangkan oleh
Pemerintah Kota Bogor bertujuan agar usaha pemotongan ayam yang baru berada di
tempat yang layak, jauh dari pemukiman warga dan tidak mengganggu lingkungan
yang ada di sekitar tempat pemotongan ayam. Rencana relokasi yang ditawarkan
oleh Pemerintah Kota Bogor kepada pihak pengusaha pemotongan ayam merupakan
solusi untuk menghindari dampak yang lebih buruk dari pertambahan jumlah Tempat
Pemotongan Ayam (TPA), tetapi rencana relokasi yang ditawarkan pemerintah
belum tentu menjadi solusi bagi pemotongan ayam.
Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana
relokasi tempat pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan
tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi
tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna
atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan tersebut. Dengan
mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga bagaimana respon pengusaha
tersebut terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota
Bogor.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana sikap pengusaha
terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam. Secara ringkas penelitian
dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik internal dan eksternal pengusaha pemotongan ayam
di Kelurahan Kebon Pedes?
2. Bagaimana sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan
3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik
eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat
pemotongan ayam?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui karakteristik internal dan karakteristik eksternal yang mendasari
timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan
ayam.
2. Mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan
ayam.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik
eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat
pemotongan ayam.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Pemerintah Kota Bogor, sebagai masukan tentang alasan di balik sikap
pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi yang ditawarkan.
2. Bagi pengusaha pemotong ayam, mengetahui sikap mereka terhadap rencana
relokasi tempat pemotongan ayam.
3. Bagi peneliti, memberikan wawasan baru tentang usaha pemotongan ayam,
dan rencana mengenai relokasi TPA.
TINJAUAN PUSTAKA Sikap
Definisi Sikap
Pengertian sikap seperti pengertian–pengertian lain, terdapat beberapa
pendapat di antara para ahli yang dimaksudkan dengan sikap itu. Thurstone dalam
Walgito (2003), memandang sikap sebagai suatu tindakan afeksi baik yang bersifat
positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek–obyek psikologis. Afeksi
yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi yang negatif adalah afeksi yang
tidak menyenangkan. Menurut Mar’at (1981), sikap merupakan suatu kondisi
psikologis yang didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan pada obyek tertentu,
menggugah motif untuk bertingkah laku.
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek
atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan
dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu
yang dipilihnya (Walgito, 2003).
Menurut Rakhmat (2005), ada lima hal yang bisa disimpulkan dari berbagai
definisi mengenai sikap. Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak,
berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai.
Sikap adalah perilaku, merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara –
cara tertentu menghadapi obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa benda, orang,
tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Jadi pada kenyataannya tidak ada sikap
yang berdiri sendiri. Sikap harus diikuti oleh kata “terhadap’’, atau pada obyek sikap.
Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukanlah sekedar
rekaman masa lalu, tetapi menentukan juga apakah orang harus pro dan kontra
terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. Ketiga sikap
relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukan bahwa sikap politik kelompok
cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap
mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir,
Struktur Sikap
Menurut Walgito (2003), sikap mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap, yaitu komponen kognitif (komponen perseptual), komponen afektif
(Komponen emosional), dan komponen konatif (komponen prilaku). Komponen
kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
keyakinan, yaitu hal yang berhubungan dengan bagaimana orang berpersepsi
terhadap obyek sikap. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan
rasa senang atau rasa tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan
hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen
konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.
Ciri – ciri sikap
Menurut Walgito (2003), sikap memiliki ciri – ciri di antaranya adalah sikap
tidak dibawa sejak lahir, sikap itu berhubungan dengan obyek sikap, sikap dapat
tertuju pada satu obyek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan obyek –
obyek, sikap bisa berlangsung lama atau sebentar, sikap itu mengandung faktor
perasaan dan motivasi.
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Ini berarti manusia pada saat dilahirkan belum membawa sikap–sikap
tertentu pada suatu obyek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu
dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan
individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap terbentuk dan dibentuk,
maka sikap dapat dipelajari, dan karena itu sikap dapat berubah.
2. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap
Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan obyek–
obyek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap obyek tersebut.
Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu,
akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek
tertentu.
3. Sikap dapat tertuju pada satu obyek saja, tetapi dapat tertuju pada
Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang, orang tersebut akan
mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap negatif pula kepada
kelompok di mana seseorang tersebut tergabung di dalamnya. Di sini terlihat
adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan obyek sikap.
4. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Kalau sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan
seseorang, secara relatif sikap itu akan bertahan lama pada diri orang yang
bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah
akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap belum
mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak
bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.
5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi
Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu obyek tertentu akan selalu diikuti
oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan)
tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap obyek
tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti
sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara
tertentu terhadap obyek yang dihadapinya.
Perubahan Sikap
Sikap bisa diubah dengan berbagai cara. Seseorang bisa menerima informasi
baru dari manusia maupun melalui media massa yang mampu mengubah komponen
pengetahuan dari sikap seseorang itu. Semenjak adanya kecederungan untuk
konsisten diantara komponen–komponen sikap, perubahan komponen kognitif akan
direfleksikan kepada perubahan komponen afektif dan juga perubahan pada
komponen konatif. Sikap juga bisa berubah melalui pengalaman langsung terhadap
suatu obyek sikap (Triandis, 1971).
Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dalam Suranto (1999), ada
empat faktor yang menentukan sikap yaitu faktor fisiologis, faktor pengalaman,
faktor kerangka acuan dan faktor komunikasi sosial.
1. Faktor fisiologis mencakup umur
Pada umumnya anak muda memiliki sikap yang lebih radikal, orang dewasa
2. Faktor pengalaman turut mempengaruhi sikap seseorang. Mereka yang
pernah mengalami peperangan yang mengerikan akan memberikan sikap
negatif terhadap peperangan.
3. Faktor kerangka acuan sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang. Sesuai
tidaknya obyek sikap terhadap kerangka acuan akan berhubungan dengan
sikap positif ataupun negatif orang tersebut terhadap suatu obyek.
4. Faktor komunikasi sosial yang berbentuk informasi dari seseorang kepada
orang lain dapat mengakibatkan perubahan sikap terhadap orang tersebut.
Menurut Suranto (1999), perubahan sikap yang mengarah kepada
pengambilan keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi, karakteristik sosial, kebutuhan akan inovasi dan sistem sosial
yang berlaku. Dalam kaitan ini yang dimaksud karakteristik pribadi mencakup aspek
seperti umur, tingkat pendidikan, dan status seseorang dalam bidangnya.
Menurut Mar’at (1981), Teori stimulus respon menitikberatkan pada
perubahan sikap yang dapat dipengaruhi “kualitas rangsangan yang berkomunikasi
dengan organisme”. Karakteristik dari komunikator (sumber) menentukan
keberhasilan tentang perubahan sikap seperti kredibilitasnya, kepemimpinannya dan
gaya komunikasi. Menurut Hosland, Janis dan Kelly dalam Mar’at (1981)
beranggapan bahwa proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar.
Dalam mempelajari sikap yang baru, ada tiga peubah penting yang menunjang proses
belajar tersebut, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Menurut Mar’at
(1981), terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang dan menghambat perubahan
sikap. Faktor-faktor yang menghambat antara lain, stimulus bersifat indeferent
sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang diberikan, tidak
memberikan harapan untuk masa depan, adanya penolakan terhadap stimulus
tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut. Faktor-faktor
yang menunjang antara lain, dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya
imbalan dan hukuman di mana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai
dengan imbalan dan hukuman, stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga
dapat terjadi perubahan sikap, stimulus mengandung prasangka bagi individu yang
mengubah sikap semula.
Pengukuran Sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya
dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung, yaitu
subyek dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah yang
dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung tidak berstruktur
dan langsung berstruktur. Secara langsung tidak berstruktur misalnya mengukur
sikap dengan wawancara bebas (free Interview), dengan pengamatan langsung atau
dengan survey (Misal public opinion survey). Sedangkan cara langsung yang
berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan–pertanyaan
yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan, dan
langsung diberikan kepada subjek yang diteliti (Walgito, 2003). Sedangkan
pengukuran sikap dengan secara tidak langsung ialah pengukuran sikap dengan
menggunakan tes.
Pengusaha
Pengusaha pemotongan ayam merupakan orang yang terkena dampak
langsung dari relokasi usaha pemotongan ayam. Menurut Sutanto (2002), pengusaha
adalah seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara tantangan dan
peluang lalu memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Pengusaha memiliki
karakteristik, menurut Rosediana (2007), karakteristik pengusaha ialah ciri–ciri yang
dimiliki oleh seorang pengusaha antara lain : pendidikan, pengalaman usaha dan
pandangan keagamaan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pengalaman usaha merupakan kegiatan usaha yang pernah dilakukan
seseorang dalam kurun waktu tertentu. Usaha yang dilakukan dapat berupa bekerja
pada orang lain maupun kegiatan memulai usahanya sendiri. Dalam perspektif
sosiologis, agama dipandang sebagai suatu sistem kepercayaan yang diwujudkan
Rencana Relokasi
Menurut Perda Nomor 01/2000, Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
adalah rencana pembangunan kota yang berisikan rencana pembangunan sektoral dan
pengembangan tata ruang yang optimal, disusun secara menyeluruh dan terpadu
dengan menganalisis segala faktor dan aspek pengembangan kota. Rencana relokasi
tercantum pada RTRW Kota Bogor Tahun 1999–2009 mengenai Rencana
Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun 1999–2009 yang berbunyi
“RPH di Kecamatan Tanah Sareal yang ada sekarang ini dilihat dari segi aktivitas
perkembangan usahanya sudah tidak layak karena lokasinya sangat berdekatan
dengan pemukiman yang cukup padat, sehingga perlu adanya perencanaan lokasi
RPH yang baru berada di luar pusat Kota Bogor”. Hal tersebut diperburuk lagi
dengan adanya isu Flu Burung (Avian Influenza) yang ada di Kota Bogor, sehingga
peningkatan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di pemukiman penduduk
sangat meresahkan masyarakat sekitar. Berdasarkan kajian dan hasil analisis maka
Pemerintah Kota Bogor mempunyai rencana untuk merelokasi TPA di Kelurahan
Kebon Pedes ke tempat yang baru. Tempat yang sesuai untuk RPH Terpadu dan
pasar hewan terletak di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat dengan lahan yang
akan dimanfaatkan seluas 10 Ha. Berlandaskan atas peraturan tersebut Pemerintah
Kota Bogor dalam hal ini adalah Dinas Agribisnis, Bapeda Kota Bogor, Dinas Tata
kota dan Pertamanan membuat rencana relokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA)
ke Rumah Potong Hewan (RPH) terpadu di Kelurahan Bubulak.
Tempat Pemotongan Ayam
Menurut SK Menteri pertanian No. 557/kpts./TN. 520/9/1987 dalam
Pambudy dan Pulungan (1993), tentang syarat–syarat rumah potong unggas dan
usaha pemotongan unggas disebutkan bahwa tempat pemotongan unggas adalah
suatu tempat atau bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang ditunjuk oleh
pihak yang berwenang sebagai tempat untuk memotong unggas bagi masyarakat
umum terbatas dalam suatu wilayah kecamatan atau pasar tertentu dengan kapasitas
Tempat pemotongan unggas yang melakukan kegiatan pelayanan
pemotongan unggas untuk memenuhi kebutuhan suatu kecamatan atau pasar tertentu
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Berlokasi di suatu tempat yang sejauh mungkin tidak mengganggu lingkungan
pemukiman dan mudah dicapai dengan kendaraan atau dekat jalan raya.
b. Kompleks tempat pemotongan unggas terdiri dari :
Bangunan utama tempat pemotongan unggas
Tempat penampungan unggas
Tempat pembuangan kotoran yang khusus dan tertutup sehingga tidak
mengganggu lingkungan, serta tempat pembuangan sementara buangan padat
sebelum diangkut
Ruang administrasi, tempat penyimpanan alat, kamar mandi dan WC.
c. Kompleks bangunan harus dipagar
d. Bangunan utama tempat pemotongan unggas harus :
Memiliki tempat penyembelihan, tempat penyelupan, dan pembuluan, tempat
pengeluaran jeroan, tempat pemeriksaan kesehatan daging, tempat
penanganan jeroan, penanganan karkas, tempat pengemasan dan tempat
pencucian peralatan.
Dilengkapi dengan alat penggantungan untuk pemotongan, alat pencelup,
pencabut bulu, wadah penanganan karkas dan jeroan.
Berdinding tembok setinggi 1,5 meter dengan dinding bagian dalam yang
licin dan kedap air, terbuat dari semen berlapis porselin atau bahan sejenis
yang berwarna terang.
Berlantai kedap air, landai ke arah saluran pembuangan agar mudah mengalir
dan tidak licin.
Dipasang kawat kasa antara dinding dan atap agar hewan (kucing dan tikus)
tidak masuk
Mempunyai pintu ventilasi yang diatur sedemikian rupa untuk menghindari
pencemaran dari luar dan menjamin pertukaran udara.
Mempunyai persediaan air bersih dan penerangan yang cukup.
KERANGKA PEMIKIRAN
Rencana relokasi TPA yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor bertujuan
agar tempat pemotongan ayam yang baru berada di tempat yang layak, jauh dari
pemukiman warga dan tidak mengganggu lingkungan yang ada di sekitar tempat
pemotongan ayam. Selain itu rencana relokasi TPA memiliki tujuan agar pemerintah
dapat mengawasi aspek kehalalan, penggunaan Nomor Kontrol Veteriner,
pemeriksaan bahan makanan tambahan, pemeriksaan antemortem (sebelum
melakukan pemotongan) khususnya terhadap penyakit Avian Influenza. Rencana
relokasi yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor merupakan solusi untuk
menghindari dampak buruk yang mungkin timbul dari perkembangan usaha
pemotongan ayam. Namun demikian rencana relokasi yang ditawarkan Pemerintah
Kota Bogor belum tentu menjadi solusi terbaik bagi pengusaha pemotongan ayam.
Pengusaha pemotong ayam merupakan subyek yang sangat terkait dengan
rencana relokasi tersebut karena akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha
mereka. Sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap relokasi tempat pemotongan
ayam tersebut merupakan langkah awal apakah rencana relokasi yang dibuat
Pemerintah Kota Bogor dapat diterima oleh pengusaha pemotongan ayam. Sikap
pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam
diduga dipengaruhi oleh karakteristik internal dalam hal ini adalah karakteristik
pengusaha yang mencakup, umur, tingkat pendidikan, lama kerja, skala usaha
pemotongan, motif berusaha, dan kepedulian terhadap lingkungan sehat. Selain itu
sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan
ayam juga dipengaruhi oleh karakteristik eksternal dalam hal ini adalah interaksi
dengan konsumen, interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha
pemotongan ayam, dan frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi. Secara rinci
Keterangan :
: Peubah yang diteliti
: Peubah yang tidak diteliti
Gambar.1 Kerangka Pemikiran “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam”
Karakteristik Internal (X1) X1.1 Umur
X1.2 Tingkat pendidikan
X1.3 Lama Usaha Pemotongan
Ayam
X1.4 Skala Usaha Pemotongan
X1.5 Motif berusaha
X1.6 Kepedulian terhadap
lingkungan sehat
Karakteristik Eksternal (X2) X2.1 Interaksi dengan konsumen
X2.2 Interaksi dengan aparat
X2.3 Interaksi dengan sesama
pengusaha pemotongan ayam X2.4 Frekuensi mengikuti
kegiatan sosialisasi
Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi Tempat
Pemotongan Ayam (Y)
Tindakan yang dilakukan pengusaha
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) yang
terletak di Kecamatan Tanah Sareal, Kelurahan Kebon Pedes. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan sengaja untuk mengetahui sikap dari pemotong ayam terhadap
rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Penelitian ini telah dilakukan selama
satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008.
Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif
korelasional. Desain ini dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan Usaha
Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes secara umum dan untuk menguji
hubungan antara peubah bebas dan peubah terikat. Peubah bebas di sini adalah umur,
tingkat pendidikan, lama usaha pemotongan ayam, skala usaha pemotongan ayam,
motif berusaha, kepedulian terhadap lingkungan sehat, interaksi dengan konsumen,
interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha pemotong ayam,
frekuensi mengikuti sosialisasi, sementara peubah terikat adalah sikap pengusaha
terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.
Populasi
Populasi adalah semua pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes
Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Data tersebut
didapatkan dari UPTD Rumah Potong Hewan.
Responden diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari
populasi diambil menjadi responden. Responden yang dipilih adalah pengusaha
pemotongan ayam. Berdasarkan data dari UPTD Rumah Potong Hewan, pemilik
usaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota
Bogor berjumlah 31 orang. Pemilihan pengusaha pemotongan ayam sebagai
responden atas dasar pemilik usaha pemotongan ayam adalah orang yang
Data dan Instrumentasi Data
Data yang akan digali dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden secara
langsung. Selain itu, data skunder diperoleh dari buku bacaan dan juga instansi
seperti Dinas Agribisnis Kota Bogor, UPTD Rumah Potong Hewan Kota Bogor,
Bapeda Kota Bogor, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.
Instrumentasi
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner yang merupakan susunan pertanyaan dan responden diwawancarai
langsung. Dasar jawaban responden adalah pertanyaan yang diajukan atau alternatif
jawaban yang sudah tersedia pada kuesioner. Pengembangan pertanyaan pertanyaan
dari kuesioner yang telah ada dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Kebon Pedes. Data dikumpulkan
melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dengan pengusaha
pemotongan ayam yang dilakukan pada sore hari (Pukul 15.30) sampai dengan
malam hari (Pukul 21.00), yakni saat responden umumnya sedang istirahat.
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumen
Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1995) mengemukakan bahwa
validitas data adalah suatu tingkatan yang menunjukan pengukuran yang tepat
meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi diupayakan dengan cara
mencermati isi instrumen yang mewakili seluruh aspek yang dinyatakan sebagai
kerangka konsep.
Validitas dalam penelitian ini didapat dengan jalan menyesuaikan
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari
ahli, termasuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Uji validitas ini dilakukan
dengan teknik korelasi Product Moment dengan hasil nilai kritis dari koefisien
Perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product moment,
menggunakan rumus sebagai berikut (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995).
Keterangan : r = Nilai koefisien validitas X = Skor pertanyaan pertama Y = Total Skor
XY = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total N = Jumlah responden
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dalam Singarimbun dan
Effendi, 1995). Teknik yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas sebagai alat
ukur yaitu teknik belah dua atau split half dengan mengkorelasikan jawaban belahan
pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap). Uji reliabilitas pada penelitian ini
menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,801 (Reliabel) pada bagian sikap
pengusaha terhadap rencana relokasi TPA, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
r.tot = Angka reliabilitas keseluruhan item
r.tt = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Analisis statistik deskriptif dilakukan terhadap karakteristik internal,
karakteristik eksternal dan sikap pengusaha pemotongan ayam.
Karakteristik internal meliputi, umur, tingkat pendidikan, persepsi, lama
usaha, skala usaha pemotongan, motif berusaha dan kepedulian terhadap
lingkungan sehat, sementara itu karakteristik eksternal meliputi interaksi
dengan konsumen, interaksi dengan aparat, frekuensi komunikasi,
pengalaman mengikuti kegiatan sosialisasi.
2. Analisis statistik non-parametrik, yaitu untuk mengetahui nilai hubungan
antara karakteristik pengusaha pemotongan ayam, karakteristik eksternal
dengan sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi
tempat pemotongan ayam, menggunakan program SPSS versi 12 dan Uji
Korelasi Koefisien Kontingensi dan Rank Spearman.
a. Chi Square dengan rumus sebagai berikut:
Analisis keeratan hubungan pada Uji Chi Square dilakukan dengan
menghitung koefisien kontingensinya dengan rumus sebagai berikut :
b. Rank Spearman
Keterangan :
r
s = Koefisien Korelasi Rank Spearmandi
=
Beda antara dua variabel berpasangan n = Jumlah Responden1 dan 6 = Bilangan koefisien
Definisi Operasional
Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam
Karakteristik pengusaha pemotong ayam adalah gambaran tentang sifat– sifat
atau ciri–ciri pribadi yang dimiliki responden sampel penelitian ini, meliputi ciri–ciri
pribadi (internal) sebagai berikut:
• Umur adalah lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun yang diukur berdasarkan skala rasio.
• Tingkat Pendidikan adalah lama responden duduk di bangku sekolah formal yang diukur berdasarkan skala ordinal.
- Tidak tamat SD–Tamat SD (Rendah) - Tamat SLTP–Tamat SLTA (Sedang) - Tamat Perguruan Tinggi (Tinggi)
• Lama Bekerja, yaitu total waktu responden bekerja sebagai pemilik usaha pemotongan ayam tersebut berdiri hingga saat penelitian dilakukan, diukur
dalam satuan tahun dengan skala ordinal.
• Skala Usaha Pemotongan, yaitu banyaknya jumlah ayam yang dipotong setiap harinya di TPA mereka yang diukur dengan menggunakan skala
ordinal.
- (40–653 ekor) - (654–1307 ekor) - (1308–2000 ekor)
• Motif berusaha, alasan atau sebab pengusaha melakukan usaha pemotongan ayam yang diukur dengan skala nominal.
- Sebagai sumber penghasilan utama - Sebagai sumber penghasilan tambahan
• Kepedulian terhadap lingkungan sehat, tingkat perhatian para pengusaha ayam terhadap lingkungan yang sehat yang diukur dengan menggunakan
skala ordinal.
- Rendah - Sedang - Tinggi
2. Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam
Faktor komunikasi adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh responden
yang mempengaruhi penambahan pengetahuan mengenai rencana relokasi tempat
pemotongan ayam bagi responden. Faktor komunikasi tersebut terdiri dari :
• Interaksi dengan konsumen, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas responden berhubungan dengan konsumen.
- Rendah - Sedang - Tinggi
• Interaksi dengan aparat, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas responden berhubungan dengan pihak kelurahan dan pihak UPTD Rumah
Potong Hewan.
- Rendah
- Sedang
• Interaksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas komunikasi responden dengan pengusaha
pemotongan ayam lainnya untuk mendapatkan informasi relokasi tempat
pemotongan ayam.
- Rendah
- Sedang
- Tinggi
• Frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi relokasi, diukur dengan skala ordinal berdasarkan jumlah mengikuti kegiatan sosialisasi tentang rencana
relokasi yang diadakan pemerintah.
- Rendah (1–3 kali)
- Sedang (4–6 kali)
- Tinggi ( > 6 kali)
3. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam
Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam adalah
kondisi psikologis pengusaha yang didasari konsep evaluasi terhadap rencana
relokasi tempat pemotongan ayam setelah dipengaruhi oleh komponen kognitif,
afektif, konatif yang berkaitan dengan rencana relokasi tersebut. Diukur dengan
skala ordinal, penelitian ini menggunakan metode Likert (Walgito, 2003).
- Setuju
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kelurahan Kebon Pedes
Berdasarkan Profil Kelurahan Kebon Pedes Tahun 2007 (Departemen Dalam
Negeri RI, 2007), Kelurahan Kebon Pedes secara administratif masuk ke dalam
wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan Kedung Badak, sebelah selatan dengan Kelurahan Cibogor, sebelah Barat
berbatasan dengan Kelurahan Ciwaringin, dan sebelah timur dengan Kelurahan
Tanah Sareal.
Topografi wilayah Kelurahan Kebon Pedes adalah datar, dengan ketinggian
sekitar 200 m dpl, suhu rata–rata berkisar antara 280C-350C dan curah hujan rata–rata
pertahun yaitu 4000–4500 mm. Luas kelurahan Kebon Pedes sekitar 104 hektar
yang terbagi menjadi 13 RW dan 74 RT, dengan jumlah penduduk mencapai 20.414
orang. Sebesar 20% dari penduduknya bermata pencaharian sebagai pegawai swasta.
Mata pencaharian penduduk lainnya adalah sebagai pedagang, peternak, dan sebagai
buruh pertukangan.
Jarak Kelurahan Kebon Pedes ke kota sekitar 1,5 Km, yang merupakan jarak
yang relatif dekat untuk usaha pemotongan ayam dan akan sangat merugikan bila
jaraknya jauh. Selain usaha pemotongan ayam, di Kelurahan Kebon Pedes juga
terdapat berbagai usaha dibidang peternakan antara lain Rumah Potong Hewan
(RPH) dan juga peternakan sapi perah.
Jarak Kelurahan Kebon Pedes yang relatif dekat dengan pusat Kota Bogor
memberikan keuntungan tersendiri pada para pengusaha pemotongan ayam dari segi
pemasaran karkas ayam, tetapi bila ditinjau dari segi lingkungan, Usaha Pemotongan
Ayam (UPA) yang berada di Kelurahan Kebon Pedes sudah tidak cocok, karena
usaha tersebut berada di lingkungan yang padat penduduk, hal seperti itu dapat
mengganggu ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Kondisi Umum Pemotongan Ayam Sejarah Berdirinya UPA
Usaha Pemotongan ayam (UPA) pertama kali dibangun pada tahun 1978 oleh
memotong ratusan ekor dengan menggunakan alat yang sederhana dan pegawai yang
seadanya.
Seiring dengan perjalanan waktu, UPA di Kelurahan Kebon Pedes terus
berkembang pesat. Menurut Puspita (2003) pada tahun 2003 terdapat 23 TPA di
Kelurahan Kebon Pedes, kemudian sekarang (Pebruari 2008) terdapat 29 UPA di
Kelurahan Kebon Pedes dengan berbagai macam skala pemotongan dari yang
berskala kecil sampai yang berskala besar per harinya, dengan menggunakan sarana
dan prasarana yang seadanya. Jumlah pemotongan total per hari lebih dari 10.000
ekor, dan merupakan pusat dari pemotongan ayam di Kota Bogor. Perkembangan
UPA yang sangat pesat di Kelurahan Kebon Pedes menimbulkan berbagai macam
masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Agar pengelolaan
pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes lebih terkendali dan terkoordinasi
dengan baik maka pada tahun 1986 dibentuklah suatu wadah yang disebut IWPA
(Ikatan Warga Pemotong Ayam). IWPA juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi
antara sesama pemotong ayam dan juga sebagai wadah untuk mengumpulkan iuran
rutin.
Letak TPA
Lokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di Kelurahan Kebon Pedes,
sebagian besar terletak di wilayah RW 02. Wilayah ini biasa disebut dengan daerah
Gamblok. Lokasi ini sangat menguntungkan bagi para pemotong ayam karena dekat
dengan aliran sungai Cibalok yang memudahkan para pemotong ayam membuang
limbah cair.
Kelas dan Kategori UPA
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 557/kpts./TN. 520/9/1987 dalam
Pambudy dan Pulungan (1993), tentang syarat–syarat rumah potong unggas dan
usaha pemotongan unggas, maka UPA yang berada di Kelurahan Kebon Pedes
dilihat dari luasan peredaran daging yang dihasilkan, termasuk ke dalam kelas D.
UPA kelas D merupakan usaha pemotongan unggas untuk penyediaan daging unggas
kebutuhan Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Hal tersebut memiliki arti bahwa
UPA di Kelurahan Kebon Pedes merupakan pemasok daging ayam untuk daerah
berada di Kelurahan Kebon Pedes termasuk kategori I. Kategori I merupakan usaha
pemotongan unggas yang melaksanakan pemotongan unggas di tempat sendiri di
tempat pemotongan milik sendiri. Hal tersebut berarti pelaksanaan pemotongan dan
penjualan karkas dilakukan oleh pemilik UPA sendiri. Kondisi tersebut cukup
beralasan karena sebagian besar UPA memiliki skala pemotongan yang kecil, untuk
UPA yang memiliki skala pemotongan yang relatif besar biasanya dalam
pelaksanaan pemotongan dan penjualan karkas melibatkan keluarga atau kerabat
yang didatangkan dari daerah asal pengusaha pemotongan ayam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam
Karakteristik internal pengusaha pemotongan ayam yang diteliti dalam
penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama usaha pemotongan ayam,
skala usaha pemotongan, motif berusaha, dan kepedulian terhadap lingkungan sehat.
Deskripsi karakteristik pengusaha pemotongan ayam ini dilihat berdasarkan ukuran
distribusi frekuensi/persentasi dan rataan.
Umur
Umur pengusaha pemotongan ayam menggunakan ukuran lamanya mereka
hidup sampai mereka menjadi responden dari penelitian ini dalam satuan tahun.
Penyebaran umur pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam
Umur
salah satu tingkatan umur, baik orang dengan umur muda maupun dengan umur tua
dapat menjadi pengusaha pemotongan ayam.
Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan,
kemampuan, dan keahlian pengusaha pemotong ayam dalam menjalankan usaha
pemotongan ayam miliknya. Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan
sampai saat penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan pengusaha pemotongan
ayam menyebar dari yang paling rendah tidak lulus SD sampai jenjang yang tertinggi
yaitu perguruan tinggi. Penyebaran tingkat pendidikan pengusaha pemotongan ayam
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
Perguruan Tinggi (Tinggi) 3 9,68
Total 31 100
Sebagian besar pendidikan formal pengusaha pemotongan ayam berada pada
kisaran tamat SLTP sampai Tamat SLTA (51,61%). Hal ini disebabkan para
pengusaha pemotong ayam beranggapan bahwa untuk dapat menjalankan usaha
pemotongan ayam tidak diperlukan pendidikan yang tinggi.
Lama Berusaha Pemotongan Ayam
Lama berusaha pemotongan ayam diukur berdasarkan lamanya usaha
pemotongan itu dimulai sampai dengan penelitian ini dilakukan. Penyebaran lama
usaha pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam
Lama Usaha Pemotongan Jumlah Responden
Banyak pengusaha pemotongan ayam bekerja sebagai pengusaha pemotongan
ayam selama 4–15 tahun atau dikategorikan sebagai pemula. Hal tersebut
disebabkan oleh dua faktor utama, yang pertama banyak pengusaha pemotong ayam
sebelum memiliki usaha pemotongan ayam milik pribadi ikut menjadi pemotong
pemula biasanya merupakan sanak keluarga yang diajak oleh pengusaha pemotongan
ayam yang lebih senior untuk datang ke Bogor untuk bekerja sebagai pemotong
ayam sebelum pada akhirnya mereka bisa mendirikan usaha pemotongan sendiri.
Skala Pemotongan Ayam
Skala pemotongan ayam diukur berdasarkan banyaknya jumlah ayam yang
dipotong per hari sampai saat penelitian dilakukan. Penyebaran skala pemotongan
ayam pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran Responden menurut Skala Pemotongan
Skala Pemotongan (Ekor)
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
40 - 653 25 80,65
654 – 1307 4 12,90
1308 - 2000 2 6.45
Total 31 100
Sebagian besar Skala Pemotongan Ayam di UPA (Usaha Pemotongan Ayam)
Kelurahan Kebon Pedes jumlah pemotongannya pada kisaran 40-653 ekor per hari
(80,65%). Keadaan ini disebabkan karena usaha pemotongan ayam di Kelurahan
Kebon Pedes merupakan usaha keluarga, di mana semua usaha pemotongan
merupakan pemotongan yang tradisional dengan menggunakan peralatan yang
sederhana dan tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga.
Motif Berusaha
Motif berusaha merupakan dorongan atau faktor yang mendasari para
pengusaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes untuk menjalankan usaha
pemotongan ayam. Motif berusaha pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu
motif berusaha sebagai penghasilan utama dan motif berusaha sebagai penghasilan
tambahan. Penyebaran motif berusaha pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat