• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP PENGUSAHA TERHADAP RENCANA RELOKASI

TEMPAT PEMOTONGAN AYAM

(Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

SKRIPSI

YOGAPRASTA ADINUGRAHA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

YOGAPRASTA ADINUGRAHA D34104065. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hadiyanto, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM

Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Pengetahuan tentang sikap pengusaha dapat menduga bagaimana respon mereka terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui karakteristik individu dan faktor eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (2) mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi adalah pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Instrumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Koefisien kontingensi.

Banyak pengusaha pemotongan berumur 40–51 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan UPA, skala pemotongan kecil, menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sehat yang tinggi, memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.

Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.

(3)

ABSTRACT

Attitude of Chicken Slaughter Entrepreneurs Towards The Relocation Plan of Chicken Slaughterhouse.

Adinugraha, Y. Hadiyanto. D. Susanto

The study about chicken slaughters attitude was conducted to identify about kinds of behavior that would be performed by them towards the local government policy to relocate them to a new place. By identifying their attitude, people could be able to estimate response from the chicken slaughters entrepreneurs about the relocation plan of chicken slaughterhouse, known as Tempat Pemotongan Ayam (TPA). The aims of this study were: 1). to identify about the internal and external factors that affects the attitude of the entrepreneurs to TPA’s relocation plan. 2). to identify the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. 3). to analyze the correlations between internal and external factors with the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. Thirty-one respondents were taken as the sample based on Census Method that requires all members of the population considered and taken as respondents. This study resulted several outputs, 1). The entrepreneurs age mostly range from 40 years to 51 years old and have the junior high to senior high school graduate education level. Most of the entrepreneurs are still beginners in running this business, and this business is considered as the main income source of most of TPAs, which are also categorized as a small-scale business. Most of the TPA’s entrepreneurs have a high awareness of healthy environment; high interaction with costumers; average interaction with the government officer; average interactions with the other TPA’s entrepreneurs; and low frequencies in attending socialization program. 2). Disagreement is shown by the TPA Entrepreneurs about the TPA’s relocation plan. 3). Most of internal and external factors have a very weak correlation to the entrepreneurs’ attitude. While business experience and business scale have a weak correlation. Age factor has a quite strong correlation to the entrepreneurs’ attitude.

(4)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Lindungan,

dan Kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini untuk

menjadi sebuah skripsi. Berbagai cobaan dan rintangan sudah mulai menghadang

sejak mulai tahap pencarian ide, saat pembuatan usulan penelitian, hingga tahap

akhir penelitian.

Penelitian ini berjudul “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat

Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes,

Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi ini berisi tentang sikap pengusaha

pemotongan ayam terhadap rencana relokasi, lebih lanjut Skripsi ini bertujuan untuk

memberikan masukan kepada pihak pemerintah Kota Bogor agar dapat memberikan

keuntungan bagi kedua belah pihak baik pihak Pemerintah Kota Bogor maupun

pihak pengusaha pemotongan ayam.

Skripsi ini diharapkan akan dapat membantu penulis dalam menyelesaikan

studinya dan merupakan titik awal dalam menuju kehidupan yang sebenarnya, akhir

kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak–pihak yang telah

banyak memberikan bantuan, dukungan dan inspirasi

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bogor, April 2008

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yogaprasta Adinugraha. Lahir di Ungaran Provinsi

Jawa Tengah pada tanggal 7 Desember 1985, sebagai anak kedua dari tiga

bersaudara, putra dari Bapak Ir. Duto Nugroho, MSi., dan Ibu Ir. Nina Ratna Dewi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sempur pada tahun 1992, kemudian

melanjutkan ke SDN Sempur Kaler dan tamat pada tahun 1998, penulis menamatkan

pendidikan di SLTPN 3 Bogor pada tahun 2001 dan untuk jenjang Sekolah

Menengah Atas penulis selesaikan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2004.

Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau yang lebih dikenal dengan sebutan USMI,

dan diterima pada pilihan pertama Program Studi Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama

menduduki bangku kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah

Ilmu Penyuluhan selama satu semester, penulis juga aktif mengikuti beberapa

kegiatan kepanitiaan dan ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan. Penulis pada

tahun 2005/2006 sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan

Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), di tahun yang

sama penulis juga menjadi anggota Departemen Informasi dan Komunikasi

HIMASEIP, pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006/2007 penulis menjabat

sebagai Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP. Besarnya hobi

dalam Olahraga Basket membuat penulis bergabung dengan Tim Basket SEIP dan

sempat meraih gelar juara ketiga pada tahun 2004/2005 dan berhasil meraih gelar

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………... i

ABSTRACT……….. ii

RIWAYAT HIDUP……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

LEMBAR PENGESAHAN……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….... viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang………. 1

Perumusan Masalah………. 2

Tujuan Penelitian………. 3

Kegunaan Penelitian……… 4

TINJAUAN PUSTAKA……….. 5

Sikap……… 5

Pengusaha……… 9

Tempat Pemotongan Ayam……… 9

KERANGKA PEMIKIRAN………. 12

METODE PENELITIAN………. 14

Lokasi dan Waktu Penelitian……… 14

Populasi ...………. 14

Desain Penelitian……….. 14

Data dan Instrumentasi………. 15

Pengumpulan Data………... 15

Validitas dan Reliabilitas……… 15

Analisis Data……… 17

Definisi Operasional………. 18

(7)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24

Karakteristik Internal Pengusaha Pemotong Ayam…………..…………. 24

Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotong Ayam………... 28

Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi TPA…... 30

Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………... 32

Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………. 35

KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

Kesimpulan………... 37

Saran……… 38

UCAPAN TERIMAKASIH………. 39

DAFTAR PUSTAKA……….. 41

(8)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Sikap Pengusaha terhadap

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam ……… 24

2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 25

3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam ……….... 25

4. Sebaran Skala Pemotongan Pengusaha Pemotongan Ayam ……... 26

5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 27

6. Sebaran Kepedulian Pengusaha terhadap Lingkungan Sehat... 27

7. Karakteristik Eksternal Pengusaha………... 28

8. Sebaran Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi……... 31

9. Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha dengan sikap…... 33

10.Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha dengan sikap... 35

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman………... 44

2. Hasil Uji Koefisien Kontingensi... 46

(11)

SIKAP PENGUSAHA TERHADAP RENCANA RELOKASI

TEMPAT PEMOTONGAN AYAM

(Kasus Pengusaha Pemotong Ayam Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor)

SKRIPSI

YOGAPRASTA ADINUGRAHA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

YOGAPRASTA ADINUGRAHA D34104065. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hadiyanto, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM

Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan ayam tersebut. Pengetahuan tentang sikap pengusaha dapat menduga bagaimana respon mereka terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota Bogor.

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui karakteristik individu dan faktor eksternal yang mendasari timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (2) mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi adalah pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Responden dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari populasi diambil menjadi responden. Instrumentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis statistika nonparametrik dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan Koefisien kontingensi.

Banyak pengusaha pemotongan berumur 40–51 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP–tamat SLTA, masih pemula dalam menjalankan UPA, skala pemotongan kecil, menjadikan usaha pemotongan ayam sebagai sumber penghasilan utama, memiliki tingkat kepedulian terhadap lingkungan sehat yang tinggi, memiliki interaksi yang tinggi dengan konsumen, interaksi yang sedang dengan aparat pemerintahan, interaksi yang sedang dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, dan rendah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi.

Sebagian besar karakteristik internal dan eksternal memiliki hubungan yang sangat lemah dengan sikap terhadap rencana relokasi TPA, lama usaha dan skala usaha yang memiliki hubungan lemah, dan umur yang memiliki hubungan yang cukup kuat.

(13)

ABSTRACT

Attitude of Chicken Slaughter Entrepreneurs Towards The Relocation Plan of Chicken Slaughterhouse.

Adinugraha, Y. Hadiyanto. D. Susanto

The study about chicken slaughters attitude was conducted to identify about kinds of behavior that would be performed by them towards the local government policy to relocate them to a new place. By identifying their attitude, people could be able to estimate response from the chicken slaughters entrepreneurs about the relocation plan of chicken slaughterhouse, known as Tempat Pemotongan Ayam (TPA). The aims of this study were: 1). to identify about the internal and external factors that affects the attitude of the entrepreneurs to TPA’s relocation plan. 2). to identify the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. 3). to analyze the correlations between internal and external factors with the entrepreneurs attitude about TPA’s relocation plan. Thirty-one respondents were taken as the sample based on Census Method that requires all members of the population considered and taken as respondents. This study resulted several outputs, 1). The entrepreneurs age mostly range from 40 years to 51 years old and have the junior high to senior high school graduate education level. Most of the entrepreneurs are still beginners in running this business, and this business is considered as the main income source of most of TPAs, which are also categorized as a small-scale business. Most of the TPA’s entrepreneurs have a high awareness of healthy environment; high interaction with costumers; average interaction with the government officer; average interactions with the other TPA’s entrepreneurs; and low frequencies in attending socialization program. 2). Disagreement is shown by the TPA Entrepreneurs about the TPA’s relocation plan. 3). Most of internal and external factors have a very weak correlation to the entrepreneurs’ attitude. While business experience and business scale have a weak correlation. Age factor has a quite strong correlation to the entrepreneurs’ attitude.

(14)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Lindungan,

dan Kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini untuk

menjadi sebuah skripsi. Berbagai cobaan dan rintangan sudah mulai menghadang

sejak mulai tahap pencarian ide, saat pembuatan usulan penelitian, hingga tahap

akhir penelitian.

Penelitian ini berjudul “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat

Pemotongan Ayam (Kasus Pengusaha Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes,

Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi ini berisi tentang sikap pengusaha

pemotongan ayam terhadap rencana relokasi, lebih lanjut Skripsi ini bertujuan untuk

memberikan masukan kepada pihak pemerintah Kota Bogor agar dapat memberikan

keuntungan bagi kedua belah pihak baik pihak Pemerintah Kota Bogor maupun

pihak pengusaha pemotongan ayam.

Skripsi ini diharapkan akan dapat membantu penulis dalam menyelesaikan

studinya dan merupakan titik awal dalam menuju kehidupan yang sebenarnya, akhir

kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak–pihak yang telah

banyak memberikan bantuan, dukungan dan inspirasi

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bogor, April 2008

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yogaprasta Adinugraha. Lahir di Ungaran Provinsi

Jawa Tengah pada tanggal 7 Desember 1985, sebagai anak kedua dari tiga

bersaudara, putra dari Bapak Ir. Duto Nugroho, MSi., dan Ibu Ir. Nina Ratna Dewi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sempur pada tahun 1992, kemudian

melanjutkan ke SDN Sempur Kaler dan tamat pada tahun 1998, penulis menamatkan

pendidikan di SLTPN 3 Bogor pada tahun 2001 dan untuk jenjang Sekolah

Menengah Atas penulis selesaikan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2004.

Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB atau yang lebih dikenal dengan sebutan USMI,

dan diterima pada pilihan pertama Program Studi Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama

menduduki bangku kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah

Ilmu Penyuluhan selama satu semester, penulis juga aktif mengikuti beberapa

kegiatan kepanitiaan dan ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan. Penulis pada

tahun 2005/2006 sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan

Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), di tahun yang

sama penulis juga menjadi anggota Departemen Informasi dan Komunikasi

HIMASEIP, pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006/2007 penulis menjabat

sebagai Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi HIMASEIP. Besarnya hobi

dalam Olahraga Basket membuat penulis bergabung dengan Tim Basket SEIP dan

sempat meraih gelar juara ketiga pada tahun 2004/2005 dan berhasil meraih gelar

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………... i

ABSTRACT……….. ii

RIWAYAT HIDUP……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

LEMBAR PENGESAHAN……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR GAMBAR……….... viii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang………. 1

Perumusan Masalah………. 2

Tujuan Penelitian………. 3

Kegunaan Penelitian……… 4

TINJAUAN PUSTAKA……….. 5

Sikap……… 5

Pengusaha……… 9

Tempat Pemotongan Ayam……… 9

KERANGKA PEMIKIRAN………. 12

METODE PENELITIAN………. 14

Lokasi dan Waktu Penelitian……… 14

Populasi ...………. 14

Desain Penelitian……….. 14

Data dan Instrumentasi………. 15

Pengumpulan Data………... 15

Validitas dan Reliabilitas……… 15

Analisis Data……… 17

Definisi Operasional………. 18

(17)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN………. 24

Karakteristik Internal Pengusaha Pemotong Ayam…………..…………. 24

Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotong Ayam………... 28

Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi TPA…... 30

Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………... 32

Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam dengan Sikap terhadap Rencana Relokasi TPA………. 35

KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

Kesimpulan………... 37

Saran……… 38

UCAPAN TERIMAKASIH………. 39

DAFTAR PUSTAKA……….. 41

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Sikap Pengusaha terhadap

(19)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam ……… 24

2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 25

3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam ……….... 25

4. Sebaran Skala Pemotongan Pengusaha Pemotongan Ayam ……... 26

5. Sebaran Motif Berusaha Pengusaha Pemotongan Ayam ………... 27

6. Sebaran Kepedulian Pengusaha terhadap Lingkungan Sehat... 27

7. Karakteristik Eksternal Pengusaha………... 28

8. Sebaran Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi……... 31

9. Hubungan Karakteristik Internal Pengusaha dengan sikap…... 33

10.Hubungan Karakteristik Eksternal Pengusaha dengan sikap... 35

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman………... 44

2. Hasil Uji Koefisien Kontingensi... 46

(21)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki prospek

yang cukup baik. Sektor usaha peternakan meliputi usaha ternak unggas, ruminansia

besar, ruminansia kecil, satwa harapan, pemasaran produk, dan pengolahan hasil

ternak.

Unggas merupakan bangsa burung yang telah mengalami domestifikasi dan

dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan maupun sebagai hiasan.

Ada berbagai macam jenis unggas yang ada di Indonesia antara lain bebek, burung

puyuh, burung dara, itik dan ayam. Dari sekian banyak jenis unggas, ayam

merupakan unggas yang paling populer di kalangan masyarakat.

Ayam merupakan ternak yang dikenal masyarakat luas karena

kemudahannya untuk ditemui di mana saja. Banyaknya lapangan usaha yang

menjadikan ayam sebagai komoditas utamanya menjadikan usaha di bidang ternak

ayam memiliki prospek yang cukup cerah bagi para pelaku usaha. Usaha yang dapat

dikembangkan dengan ayam sebagai komoditas utamanya tidak terbatas pada usaha

budidaya, tetapi juga meliputi berbagai usaha, salah satu contohnya adalah Usaha

Pemotongan Ayam (UPA).

Usaha Pemotongan Ayam (UPA) menjadi sektor usaha yang penting

mengingat besarnya jumlah produksi daging ayam broiler di Indonesia sebesar

864.246 ton (BPS, 2005) dengan tingkat konsumsi sebesar 4,6 kg per kapita per

tahun (BPS, 2005). Hal tersebut menyebabkan terus berkembangnya Usaha

Pemotongan Ayam (UPA).

Perkembangan Usaha Pemotongan Ayam (UPA) di Kota Bogor diikuti

dengan peningkatan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA). Tempat pemotongan

ayam di Kelurahan Kebon Pedes pertama kali didirikan pada tahun 1971, hingga

pada akhirnya sekarang jumlah TPA di Kelurahan Kebon Pedes mencapai 29 TPA.

Perkembangan jumlah TPA tersebut semakin meresahkan masyarakat di sekitar TPA

tersebut, karena TPA yang berada di Kelurahan Kebon Pedes merupakan tempat

pemotongan ayam yang berada di tengah–tengah lingkungan pemukiman masyarakat

yang padat. TPA sendiri menghasilkan limbah yang dapat merugikan masyarakat

(22)

mengganggu kesehatan masyarakat. Hal lain yang memperburuk citra dari

perkembangan TPA di wilayah pemukiman penduduk adalah informasi mengenai

penyebaran virus flu burung yang ada di Kota Bogor. Sejalan dengan hal tersebut

Pemerintah Kota Bogor membangun Rumah potong Hewan terpadu (RPH Terpadu)

dan berencana untuk merelokasi Usaha Pemotongan ayam di Kelurahan Kebon

Pedes atas dasar Perda Nomor 01/2000 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) di lokasi baru di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat.

Menurut Perda Nomor 01/2000, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

adalah rencana pembangunan kota yang berisikan rencana pembangunan sektoral dan

pengembangan tata ruang yang optimal, disusun secara menyeluruh dan terpadu

dengan menganalisis segala faktor dan aspek pengembangan kota. Rencana relokasi

tercantum pada RTRW Kota Bogor Tahun 1999–2009 mengenai Rencana

Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun 1999–2009 yang berbunyi

“ RPH di Kecamatan Tanah Sareal yang ada sekarang ini dilihat dari segi aktivitas

perkembangan usahanya sudah tidak layak karena lokasinya sangat berdekatan

dengan pemukiman yang cukup padat, sehingga perlu adanya perencanaan lokasi

RPH yang baru berada di luar pusat Kota Bogor”. Berdasarkan kajian dan hasil

analisis maka rencana relokasi yang sesuai untuk RPH dan pasar hewan terletak di

Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat dengan lahan yang akan dimanfaatkan seluas

10 Ha. Berlandaskan atas peraturan tersebut pemerintah Kota Bogor dalam hal ini

adalah Dinas Agribisnis, Bapeda Kota Bogor, Dinas Tata kota dan Pertamanan

membuat rencana relokasi Usaha Pemotongan Ayam ke Rumah Potong Hewan

(RPH) terpadu di Kelurahan Bubulak.

Rencana relokasi TPA telah menimbulkan sikap pro dan kontra bagi

masyarakat dan pengusaha pemotongan ayam. Rencana mengenai relokasi

sebaiknya tidak mempertimbangkan satu sisi saja, agar dampak yang timbul dari

relokasi tersebut tidak merugikan salah satu pihak, baik dari pihak pemerintah

maupun pihak pemotong ayam

Pengusaha pemotongan ayam merupakan orang yang mengusahakan,

mendirikan tempat pemotongan ayam, selain itu mereka juga sebagai roda

penggerak bagi usaha pemotongan ayam. Rencana relokasi yang dibuat oleh

(23)

Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam merupakan

langkah awal untuk mengetahui apakah rencana relokasi TPA yang dibuat oleh

Pemerintah Kota Bogor dapat diterima atau tidak oleh pengusaha pemotongan ayam.

Perumusan Masalah

Usaha pemotongan ayam merupakan salah satu usaha di bidang peternakan

yang memiliki tugas utama memotong ayam. Pemotongan ayam memiliki dampak

yang cukup serius bagi lingkungan, terutama bila Tempat Pemotongan Ayam (TPA)

tersebut berada di pemukiman warga. Rencana relokasi yang dicanangkan oleh

Pemerintah Kota Bogor bertujuan agar usaha pemotongan ayam yang baru berada di

tempat yang layak, jauh dari pemukiman warga dan tidak mengganggu lingkungan

yang ada di sekitar tempat pemotongan ayam. Rencana relokasi yang ditawarkan

oleh Pemerintah Kota Bogor kepada pihak pengusaha pemotongan ayam merupakan

solusi untuk menghindari dampak yang lebih buruk dari pertambahan jumlah Tempat

Pemotongan Ayam (TPA), tetapi rencana relokasi yang ditawarkan pemerintah

belum tentu menjadi solusi bagi pemotongan ayam.

Penelitian mengenai sikap pengusaha pemotong ayam terhadap rencana

relokasi tempat pemotongan ayam merupakan langkah awal untuk memperkirakan

tindak lanjut dari para pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi

tempat pemotongan ayam. Sikap yang ada pada pengusaha akan memberikan warna

atau corak perilaku yang akan diambil oleh pengusaha pemotongan tersebut. Dengan

mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga bagaimana respon pengusaha

tersebut terhadap rencana relokasi TPA yang ditawarkan oleh Pemerintah Kota

Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana sikap pengusaha

terhadap rencana relokasi usaha pemotongan ayam. Secara ringkas penelitian

dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik internal dan eksternal pengusaha pemotongan ayam

di Kelurahan Kebon Pedes?

2. Bagaimana sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan

(24)

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik

eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat

pemotongan ayam?

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui karakteristik internal dan karakteristik eksternal yang mendasari

timbulnya sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan

ayam.

2. Mengetahui sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan

ayam.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik internal dan karakteristik

eksternal dengan sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat

pemotongan ayam.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kota Bogor, sebagai masukan tentang alasan di balik sikap

pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi yang ditawarkan.

2. Bagi pengusaha pemotong ayam, mengetahui sikap mereka terhadap rencana

relokasi tempat pemotongan ayam.

3. Bagi peneliti, memberikan wawasan baru tentang usaha pemotongan ayam,

dan rencana mengenai relokasi TPA.

(25)

TINJAUAN PUSTAKA Sikap

Definisi Sikap

Pengertian sikap seperti pengertian–pengertian lain, terdapat beberapa

pendapat di antara para ahli yang dimaksudkan dengan sikap itu. Thurstone dalam

Walgito (2003), memandang sikap sebagai suatu tindakan afeksi baik yang bersifat

positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek–obyek psikologis. Afeksi

yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi yang negatif adalah afeksi yang

tidak menyenangkan. Menurut Mar’at (1981), sikap merupakan suatu kondisi

psikologis yang didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan pada obyek tertentu,

menggugah motif untuk bertingkah laku.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek

atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan

dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu

yang dipilihnya (Walgito, 2003).

Menurut Rakhmat (2005), ada lima hal yang bisa disimpulkan dari berbagai

definisi mengenai sikap. Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak,

berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai.

Sikap adalah perilaku, merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara –

cara tertentu menghadapi obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa benda, orang,

tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Jadi pada kenyataannya tidak ada sikap

yang berdiri sendiri. Sikap harus diikuti oleh kata “terhadap’’, atau pada obyek sikap.

Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukanlah sekedar

rekaman masa lalu, tetapi menentukan juga apakah orang harus pro dan kontra

terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan;

mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. Ketiga sikap

relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukan bahwa sikap politik kelompok

cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap

mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak

menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir,

(26)

Struktur Sikap

Menurut Walgito (2003), sikap mengandung tiga komponen yang membentuk

struktur sikap, yaitu komponen kognitif (komponen perseptual), komponen afektif

(Komponen emosional), dan komponen konatif (komponen prilaku). Komponen

kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,

keyakinan, yaitu hal yang berhubungan dengan bagaimana orang berpersepsi

terhadap obyek sikap. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan

rasa senang atau rasa tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan

hal positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen

konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak

terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.

Ciri – ciri sikap

Menurut Walgito (2003), sikap memiliki ciri – ciri di antaranya adalah sikap

tidak dibawa sejak lahir, sikap itu berhubungan dengan obyek sikap, sikap dapat

tertuju pada satu obyek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan obyek –

obyek, sikap bisa berlangsung lama atau sebentar, sikap itu mengandung faktor

perasaan dan motivasi.

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti manusia pada saat dilahirkan belum membawa sikap–sikap

tertentu pada suatu obyek. Karena sikap tidak dibawa sejak individu

dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan

individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap terbentuk dan dibentuk,

maka sikap dapat dipelajari, dan karena itu sikap dapat berubah.

2. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap

Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan obyek–

obyek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap obyek tersebut.

Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu,

akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek

tertentu.

3. Sikap dapat tertuju pada satu obyek saja, tetapi dapat tertuju pada

(27)

Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang, orang tersebut akan

mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap negatif pula kepada

kelompok di mana seseorang tersebut tergabung di dalamnya. Di sini terlihat

adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan obyek sikap.

4. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar

Kalau sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan

seseorang, secara relatif sikap itu akan bertahan lama pada diri orang yang

bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah

akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap belum

mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak

bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.

5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu obyek tertentu akan selalu diikuti

oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan)

tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap obyek

tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti

sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara

tertentu terhadap obyek yang dihadapinya.

Perubahan Sikap

Sikap bisa diubah dengan berbagai cara. Seseorang bisa menerima informasi

baru dari manusia maupun melalui media massa yang mampu mengubah komponen

pengetahuan dari sikap seseorang itu. Semenjak adanya kecederungan untuk

konsisten diantara komponen–komponen sikap, perubahan komponen kognitif akan

direfleksikan kepada perubahan komponen afektif dan juga perubahan pada

komponen konatif. Sikap juga bisa berubah melalui pengalaman langsung terhadap

suatu obyek sikap (Triandis, 1971).

Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dalam Suranto (1999), ada

empat faktor yang menentukan sikap yaitu faktor fisiologis, faktor pengalaman,

faktor kerangka acuan dan faktor komunikasi sosial.

1. Faktor fisiologis mencakup umur

Pada umumnya anak muda memiliki sikap yang lebih radikal, orang dewasa

(28)

2. Faktor pengalaman turut mempengaruhi sikap seseorang. Mereka yang

pernah mengalami peperangan yang mengerikan akan memberikan sikap

negatif terhadap peperangan.

3. Faktor kerangka acuan sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang. Sesuai

tidaknya obyek sikap terhadap kerangka acuan akan berhubungan dengan

sikap positif ataupun negatif orang tersebut terhadap suatu obyek.

4. Faktor komunikasi sosial yang berbentuk informasi dari seseorang kepada

orang lain dapat mengakibatkan perubahan sikap terhadap orang tersebut.

Menurut Suranto (1999), perubahan sikap yang mengarah kepada

pengambilan keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi, karakteristik sosial, kebutuhan akan inovasi dan sistem sosial

yang berlaku. Dalam kaitan ini yang dimaksud karakteristik pribadi mencakup aspek

seperti umur, tingkat pendidikan, dan status seseorang dalam bidangnya.

Menurut Mar’at (1981), Teori stimulus respon menitikberatkan pada

perubahan sikap yang dapat dipengaruhi “kualitas rangsangan yang berkomunikasi

dengan organisme”. Karakteristik dari komunikator (sumber) menentukan

keberhasilan tentang perubahan sikap seperti kredibilitasnya, kepemimpinannya dan

gaya komunikasi. Menurut Hosland, Janis dan Kelly dalam Mar’at (1981)

beranggapan bahwa proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar.

Dalam mempelajari sikap yang baru, ada tiga peubah penting yang menunjang proses

belajar tersebut, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Menurut Mar’at

(1981), terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang dan menghambat perubahan

sikap. Faktor-faktor yang menghambat antara lain, stimulus bersifat indeferent

sehingga faktor perhatian kurang berperan terhadap stimulus yang diberikan, tidak

memberikan harapan untuk masa depan, adanya penolakan terhadap stimulus

tersebut, sehingga tidak ada pengertian terhadap stimulus tersebut. Faktor-faktor

yang menunjang antara lain, dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya

imbalan dan hukuman di mana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai

dengan imbalan dan hukuman, stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga

dapat terjadi perubahan sikap, stimulus mengandung prasangka bagi individu yang

mengubah sikap semula.

(29)

Pengukuran Sikap

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya

dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung, yaitu

subyek dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah yang

dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung tidak berstruktur

dan langsung berstruktur. Secara langsung tidak berstruktur misalnya mengukur

sikap dengan wawancara bebas (free Interview), dengan pengamatan langsung atau

dengan survey (Misal public opinion survey). Sedangkan cara langsung yang

berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan–pertanyaan

yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan, dan

langsung diberikan kepada subjek yang diteliti (Walgito, 2003). Sedangkan

pengukuran sikap dengan secara tidak langsung ialah pengukuran sikap dengan

menggunakan tes.

Pengusaha

Pengusaha pemotongan ayam merupakan orang yang terkena dampak

langsung dari relokasi usaha pemotongan ayam. Menurut Sutanto (2002), pengusaha

adalah seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara tantangan dan

peluang lalu memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Pengusaha memiliki

karakteristik, menurut Rosediana (2007), karakteristik pengusaha ialah ciri–ciri yang

dimiliki oleh seorang pengusaha antara lain : pendidikan, pengalaman usaha dan

pandangan keagamaan.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Pengalaman usaha merupakan kegiatan usaha yang pernah dilakukan

seseorang dalam kurun waktu tertentu. Usaha yang dilakukan dapat berupa bekerja

pada orang lain maupun kegiatan memulai usahanya sendiri. Dalam perspektif

sosiologis, agama dipandang sebagai suatu sistem kepercayaan yang diwujudkan

(30)

Rencana Relokasi

Menurut Perda Nomor 01/2000, Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

adalah rencana pembangunan kota yang berisikan rencana pembangunan sektoral dan

pengembangan tata ruang yang optimal, disusun secara menyeluruh dan terpadu

dengan menganalisis segala faktor dan aspek pengembangan kota. Rencana relokasi

tercantum pada RTRW Kota Bogor Tahun 1999–2009 mengenai Rencana

Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun 1999–2009 yang berbunyi

“RPH di Kecamatan Tanah Sareal yang ada sekarang ini dilihat dari segi aktivitas

perkembangan usahanya sudah tidak layak karena lokasinya sangat berdekatan

dengan pemukiman yang cukup padat, sehingga perlu adanya perencanaan lokasi

RPH yang baru berada di luar pusat Kota Bogor”. Hal tersebut diperburuk lagi

dengan adanya isu Flu Burung (Avian Influenza) yang ada di Kota Bogor, sehingga

peningkatan jumlah Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di pemukiman penduduk

sangat meresahkan masyarakat sekitar. Berdasarkan kajian dan hasil analisis maka

Pemerintah Kota Bogor mempunyai rencana untuk merelokasi TPA di Kelurahan

Kebon Pedes ke tempat yang baru. Tempat yang sesuai untuk RPH Terpadu dan

pasar hewan terletak di Desa Bubulak Kecamatan Bogor Barat dengan lahan yang

akan dimanfaatkan seluas 10 Ha. Berlandaskan atas peraturan tersebut Pemerintah

Kota Bogor dalam hal ini adalah Dinas Agribisnis, Bapeda Kota Bogor, Dinas Tata

kota dan Pertamanan membuat rencana relokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA)

ke Rumah Potong Hewan (RPH) terpadu di Kelurahan Bubulak.

Tempat Pemotongan Ayam

Menurut SK Menteri pertanian No. 557/kpts./TN. 520/9/1987 dalam

Pambudy dan Pulungan (1993), tentang syarat–syarat rumah potong unggas dan

usaha pemotongan unggas disebutkan bahwa tempat pemotongan unggas adalah

suatu tempat atau bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang ditunjuk oleh

pihak yang berwenang sebagai tempat untuk memotong unggas bagi masyarakat

umum terbatas dalam suatu wilayah kecamatan atau pasar tertentu dengan kapasitas

(31)

Tempat pemotongan unggas yang melakukan kegiatan pelayanan

pemotongan unggas untuk memenuhi kebutuhan suatu kecamatan atau pasar tertentu

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berlokasi di suatu tempat yang sejauh mungkin tidak mengganggu lingkungan

pemukiman dan mudah dicapai dengan kendaraan atau dekat jalan raya.

b. Kompleks tempat pemotongan unggas terdiri dari :

Bangunan utama tempat pemotongan unggas

Tempat penampungan unggas

Tempat pembuangan kotoran yang khusus dan tertutup sehingga tidak

mengganggu lingkungan, serta tempat pembuangan sementara buangan padat

sebelum diangkut

Ruang administrasi, tempat penyimpanan alat, kamar mandi dan WC.

c. Kompleks bangunan harus dipagar

d. Bangunan utama tempat pemotongan unggas harus :

Memiliki tempat penyembelihan, tempat penyelupan, dan pembuluan, tempat

pengeluaran jeroan, tempat pemeriksaan kesehatan daging, tempat

penanganan jeroan, penanganan karkas, tempat pengemasan dan tempat

pencucian peralatan.

Dilengkapi dengan alat penggantungan untuk pemotongan, alat pencelup,

pencabut bulu, wadah penanganan karkas dan jeroan.

Berdinding tembok setinggi 1,5 meter dengan dinding bagian dalam yang

licin dan kedap air, terbuat dari semen berlapis porselin atau bahan sejenis

yang berwarna terang.

Berlantai kedap air, landai ke arah saluran pembuangan agar mudah mengalir

dan tidak licin.

Dipasang kawat kasa antara dinding dan atap agar hewan (kucing dan tikus)

tidak masuk

Mempunyai pintu ventilasi yang diatur sedemikian rupa untuk menghindari

pencemaran dari luar dan menjamin pertukaran udara.

Mempunyai persediaan air bersih dan penerangan yang cukup.

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Rencana relokasi TPA yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor bertujuan

agar tempat pemotongan ayam yang baru berada di tempat yang layak, jauh dari

pemukiman warga dan tidak mengganggu lingkungan yang ada di sekitar tempat

pemotongan ayam. Selain itu rencana relokasi TPA memiliki tujuan agar pemerintah

dapat mengawasi aspek kehalalan, penggunaan Nomor Kontrol Veteriner,

pemeriksaan bahan makanan tambahan, pemeriksaan antemortem (sebelum

melakukan pemotongan) khususnya terhadap penyakit Avian Influenza. Rencana

relokasi yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor merupakan solusi untuk

menghindari dampak buruk yang mungkin timbul dari perkembangan usaha

pemotongan ayam. Namun demikian rencana relokasi yang ditawarkan Pemerintah

Kota Bogor belum tentu menjadi solusi terbaik bagi pengusaha pemotongan ayam.

Pengusaha pemotong ayam merupakan subyek yang sangat terkait dengan

rencana relokasi tersebut karena akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha

mereka. Sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap relokasi tempat pemotongan

ayam tersebut merupakan langkah awal apakah rencana relokasi yang dibuat

Pemerintah Kota Bogor dapat diterima oleh pengusaha pemotongan ayam. Sikap

pengusaha pemotong ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam

diduga dipengaruhi oleh karakteristik internal dalam hal ini adalah karakteristik

pengusaha yang mencakup, umur, tingkat pendidikan, lama kerja, skala usaha

pemotongan, motif berusaha, dan kepedulian terhadap lingkungan sehat. Selain itu

sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi tempat pemotongan

ayam juga dipengaruhi oleh karakteristik eksternal dalam hal ini adalah interaksi

dengan konsumen, interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha

pemotongan ayam, dan frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi. Secara rinci

(33)

Keterangan :

: Peubah yang diteliti

: Peubah yang tidak diteliti

Gambar.1 Kerangka Pemikiran “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam”

Karakteristik Internal (X1) X1.1 Umur

X1.2 Tingkat pendidikan

X1.3 Lama Usaha Pemotongan

Ayam

X1.4 Skala Usaha Pemotongan

X1.5 Motif berusaha

X1.6 Kepedulian terhadap

lingkungan sehat

Karakteristik Eksternal (X2) X2.1 Interaksi dengan konsumen

X2.2 Interaksi dengan aparat

X2.3 Interaksi dengan sesama

pengusaha pemotongan ayam X2.4 Frekuensi mengikuti

kegiatan sosialisasi

Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi Tempat

Pemotongan Ayam (Y)

Tindakan yang dilakukan pengusaha

(34)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) yang

terletak di Kecamatan Tanah Sareal, Kelurahan Kebon Pedes. Pemilihan lokasi

dilakukan dengan sengaja untuk mengetahui sikap dari pemotong ayam terhadap

rencana relokasi tempat pemotongan ayam. Penelitian ini telah dilakukan selama

satu bulan mulai 15 Januari 2008 hingga 30 Februari 2008.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif

korelasional. Desain ini dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan Usaha

Pemotongan Ayam di Kelurahan Kebon Pedes secara umum dan untuk menguji

hubungan antara peubah bebas dan peubah terikat. Peubah bebas di sini adalah umur,

tingkat pendidikan, lama usaha pemotongan ayam, skala usaha pemotongan ayam,

motif berusaha, kepedulian terhadap lingkungan sehat, interaksi dengan konsumen,

interaksi dengan aparat, interaksi dengan sesama pengusaha pemotong ayam,

frekuensi mengikuti sosialisasi, sementara peubah terikat adalah sikap pengusaha

terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam.

Populasi

Populasi adalah semua pengusaha pemotong ayam di Kelurahan Kebon Pedes

Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor yaitu sebanyak 31 orang. Data tersebut

didapatkan dari UPTD Rumah Potong Hewan.

Responden diambil berdasarkan metode sensus yaitu seluruh jumlah dari

populasi diambil menjadi responden. Responden yang dipilih adalah pengusaha

pemotongan ayam. Berdasarkan data dari UPTD Rumah Potong Hewan, pemilik

usaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor berjumlah 31 orang. Pemilihan pengusaha pemotongan ayam sebagai

responden atas dasar pemilik usaha pemotongan ayam adalah orang yang

(35)

Data dan Instrumentasi Data

Data yang akan digali dalam penelitian ini adalah data primer dan data

skunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden secara

langsung. Selain itu, data skunder diperoleh dari buku bacaan dan juga instansi

seperti Dinas Agribisnis Kota Bogor, UPTD Rumah Potong Hewan Kota Bogor,

Bapeda Kota Bogor, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.

Instrumentasi

Instrumen adalah alat bantu yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner yang merupakan susunan pertanyaan dan responden diwawancarai

langsung. Dasar jawaban responden adalah pertanyaan yang diajukan atau alternatif

jawaban yang sudah tersedia pada kuesioner. Pengembangan pertanyaan pertanyaan

dari kuesioner yang telah ada dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Kebon Pedes. Data dikumpulkan

melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dengan pengusaha

pemotongan ayam yang dilakukan pada sore hari (Pukul 15.30) sampai dengan

malam hari (Pukul 21.00), yakni saat responden umumnya sedang istirahat.

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumen

Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1995) mengemukakan bahwa

validitas data adalah suatu tingkatan yang menunjukan pengukuran yang tepat

meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi diupayakan dengan cara

mencermati isi instrumen yang mewakili seluruh aspek yang dinyatakan sebagai

kerangka konsep.

Validitas dalam penelitian ini didapat dengan jalan menyesuaikan

pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari

ahli, termasuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Uji validitas ini dilakukan

dengan teknik korelasi Product Moment dengan hasil nilai kritis dari koefisien

(36)

Perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product moment,

menggunakan rumus sebagai berikut (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1995).

Keterangan : r = Nilai koefisien validitas X = Skor pertanyaan pertama Y = Total Skor

XY = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total N = Jumlah responden

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dalam Singarimbun dan

Effendi, 1995). Teknik yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas sebagai alat

ukur yaitu teknik belah dua atau split half dengan mengkorelasikan jawaban belahan

pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap). Uji reliabilitas pada penelitian ini

menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,801 (Reliabel) pada bagian sikap

pengusaha terhadap rencana relokasi TPA, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan

r.tot = Angka reliabilitas keseluruhan item

r.tt = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan

prosedur sebagai berikut:

1. Analisis statistik deskriptif dilakukan terhadap karakteristik internal,

karakteristik eksternal dan sikap pengusaha pemotongan ayam.

Karakteristik internal meliputi, umur, tingkat pendidikan, persepsi, lama

usaha, skala usaha pemotongan, motif berusaha dan kepedulian terhadap

(37)

lingkungan sehat, sementara itu karakteristik eksternal meliputi interaksi

dengan konsumen, interaksi dengan aparat, frekuensi komunikasi,

pengalaman mengikuti kegiatan sosialisasi.

2. Analisis statistik non-parametrik, yaitu untuk mengetahui nilai hubungan

antara karakteristik pengusaha pemotongan ayam, karakteristik eksternal

dengan sikap pengusaha pemotongan ayam terhadap rencana relokasi

tempat pemotongan ayam, menggunakan program SPSS versi 12 dan Uji

Korelasi Koefisien Kontingensi dan Rank Spearman.

a. Chi Square dengan rumus sebagai berikut:

Analisis keeratan hubungan pada Uji Chi Square dilakukan dengan

menghitung koefisien kontingensinya dengan rumus sebagai berikut :

(38)

b. Rank Spearman

Keterangan :

r

s = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di

=

Beda antara dua variabel berpasangan n = Jumlah Responden

1 dan 6 = Bilangan koefisien

Definisi Operasional

Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam

Karakteristik pengusaha pemotong ayam adalah gambaran tentang sifat– sifat

atau ciri–ciri pribadi yang dimiliki responden sampel penelitian ini, meliputi ciri–ciri

pribadi (internal) sebagai berikut:

Umur adalah lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun yang diukur berdasarkan skala rasio.

Tingkat Pendidikan adalah lama responden duduk di bangku sekolah formal yang diukur berdasarkan skala ordinal.

- Tidak tamat SD–Tamat SD (Rendah) - Tamat SLTP–Tamat SLTA (Sedang) - Tamat Perguruan Tinggi (Tinggi)

Lama Bekerja, yaitu total waktu responden bekerja sebagai pemilik usaha pemotongan ayam tersebut berdiri hingga saat penelitian dilakukan, diukur

dalam satuan tahun dengan skala ordinal.

(39)

Skala Usaha Pemotongan, yaitu banyaknya jumlah ayam yang dipotong setiap harinya di TPA mereka yang diukur dengan menggunakan skala

ordinal.

- (40–653 ekor) - (654–1307 ekor) - (1308–2000 ekor)

Motif berusaha, alasan atau sebab pengusaha melakukan usaha pemotongan ayam yang diukur dengan skala nominal.

- Sebagai sumber penghasilan utama - Sebagai sumber penghasilan tambahan

Kepedulian terhadap lingkungan sehat, tingkat perhatian para pengusaha ayam terhadap lingkungan yang sehat yang diukur dengan menggunakan

skala ordinal.

- Rendah - Sedang - Tinggi

2. Karakteristik Eksternal Pengusaha Pemotongan Ayam

Faktor komunikasi adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh responden

yang mempengaruhi penambahan pengetahuan mengenai rencana relokasi tempat

pemotongan ayam bagi responden. Faktor komunikasi tersebut terdiri dari :

Interaksi dengan konsumen, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas responden berhubungan dengan konsumen.

- Rendah - Sedang - Tinggi

Interaksi dengan aparat, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas responden berhubungan dengan pihak kelurahan dan pihak UPTD Rumah

Potong Hewan.

- Rendah

- Sedang

(40)

Interaksi dengan sesama pengusaha pemotongan ayam, diukur dengan skala ordinal berdasarkan intensitas komunikasi responden dengan pengusaha

pemotongan ayam lainnya untuk mendapatkan informasi relokasi tempat

pemotongan ayam.

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Frekuensi mengikuti kegiatan sosialisasi relokasi, diukur dengan skala ordinal berdasarkan jumlah mengikuti kegiatan sosialisasi tentang rencana

relokasi yang diadakan pemerintah.

- Rendah (1–3 kali)

- Sedang (4–6 kali)

- Tinggi ( > 6 kali)

3. Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam

Sikap pengusaha terhadap rencana relokasi tempat pemotongan ayam adalah

kondisi psikologis pengusaha yang didasari konsep evaluasi terhadap rencana

relokasi tempat pemotongan ayam setelah dipengaruhi oleh komponen kognitif,

afektif, konatif yang berkaitan dengan rencana relokasi tersebut. Diukur dengan

skala ordinal, penelitian ini menggunakan metode Likert (Walgito, 2003).

- Setuju

(41)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kelurahan Kebon Pedes

Berdasarkan Profil Kelurahan Kebon Pedes Tahun 2007 (Departemen Dalam

Negeri RI, 2007), Kelurahan Kebon Pedes secara administratif masuk ke dalam

wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Sebelah utara berbatasan dengan

Kelurahan Kedung Badak, sebelah selatan dengan Kelurahan Cibogor, sebelah Barat

berbatasan dengan Kelurahan Ciwaringin, dan sebelah timur dengan Kelurahan

Tanah Sareal.

Topografi wilayah Kelurahan Kebon Pedes adalah datar, dengan ketinggian

sekitar 200 m dpl, suhu rata–rata berkisar antara 280C-350C dan curah hujan rata–rata

pertahun yaitu 4000–4500 mm. Luas kelurahan Kebon Pedes sekitar 104 hektar

yang terbagi menjadi 13 RW dan 74 RT, dengan jumlah penduduk mencapai 20.414

orang. Sebesar 20% dari penduduknya bermata pencaharian sebagai pegawai swasta.

Mata pencaharian penduduk lainnya adalah sebagai pedagang, peternak, dan sebagai

buruh pertukangan.

Jarak Kelurahan Kebon Pedes ke kota sekitar 1,5 Km, yang merupakan jarak

yang relatif dekat untuk usaha pemotongan ayam dan akan sangat merugikan bila

jaraknya jauh. Selain usaha pemotongan ayam, di Kelurahan Kebon Pedes juga

terdapat berbagai usaha dibidang peternakan antara lain Rumah Potong Hewan

(RPH) dan juga peternakan sapi perah.

Jarak Kelurahan Kebon Pedes yang relatif dekat dengan pusat Kota Bogor

memberikan keuntungan tersendiri pada para pengusaha pemotongan ayam dari segi

pemasaran karkas ayam, tetapi bila ditinjau dari segi lingkungan, Usaha Pemotongan

Ayam (UPA) yang berada di Kelurahan Kebon Pedes sudah tidak cocok, karena

usaha tersebut berada di lingkungan yang padat penduduk, hal seperti itu dapat

mengganggu ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Kondisi Umum Pemotongan Ayam Sejarah Berdirinya UPA

Usaha Pemotongan ayam (UPA) pertama kali dibangun pada tahun 1978 oleh

(42)

memotong ratusan ekor dengan menggunakan alat yang sederhana dan pegawai yang

seadanya.

Seiring dengan perjalanan waktu, UPA di Kelurahan Kebon Pedes terus

berkembang pesat. Menurut Puspita (2003) pada tahun 2003 terdapat 23 TPA di

Kelurahan Kebon Pedes, kemudian sekarang (Pebruari 2008) terdapat 29 UPA di

Kelurahan Kebon Pedes dengan berbagai macam skala pemotongan dari yang

berskala kecil sampai yang berskala besar per harinya, dengan menggunakan sarana

dan prasarana yang seadanya. Jumlah pemotongan total per hari lebih dari 10.000

ekor, dan merupakan pusat dari pemotongan ayam di Kota Bogor. Perkembangan

UPA yang sangat pesat di Kelurahan Kebon Pedes menimbulkan berbagai macam

masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Agar pengelolaan

pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes lebih terkendali dan terkoordinasi

dengan baik maka pada tahun 1986 dibentuklah suatu wadah yang disebut IWPA

(Ikatan Warga Pemotong Ayam). IWPA juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi

antara sesama pemotong ayam dan juga sebagai wadah untuk mengumpulkan iuran

rutin.

Letak TPA

Lokasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA) di Kelurahan Kebon Pedes,

sebagian besar terletak di wilayah RW 02. Wilayah ini biasa disebut dengan daerah

Gamblok. Lokasi ini sangat menguntungkan bagi para pemotong ayam karena dekat

dengan aliran sungai Cibalok yang memudahkan para pemotong ayam membuang

limbah cair.

Kelas dan Kategori UPA

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 557/kpts./TN. 520/9/1987 dalam

Pambudy dan Pulungan (1993), tentang syarat–syarat rumah potong unggas dan

usaha pemotongan unggas, maka UPA yang berada di Kelurahan Kebon Pedes

dilihat dari luasan peredaran daging yang dihasilkan, termasuk ke dalam kelas D.

UPA kelas D merupakan usaha pemotongan unggas untuk penyediaan daging unggas

kebutuhan Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Hal tersebut memiliki arti bahwa

UPA di Kelurahan Kebon Pedes merupakan pemasok daging ayam untuk daerah

(43)

berada di Kelurahan Kebon Pedes termasuk kategori I. Kategori I merupakan usaha

pemotongan unggas yang melaksanakan pemotongan unggas di tempat sendiri di

tempat pemotongan milik sendiri. Hal tersebut berarti pelaksanaan pemotongan dan

penjualan karkas dilakukan oleh pemilik UPA sendiri. Kondisi tersebut cukup

beralasan karena sebagian besar UPA memiliki skala pemotongan yang kecil, untuk

UPA yang memiliki skala pemotongan yang relatif besar biasanya dalam

pelaksanaan pemotongan dan penjualan karkas melibatkan keluarga atau kerabat

yang didatangkan dari daerah asal pengusaha pemotongan ayam.

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Internal Pengusaha Pemotongan Ayam

Karakteristik internal pengusaha pemotongan ayam yang diteliti dalam

penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama usaha pemotongan ayam,

skala usaha pemotongan, motif berusaha, dan kepedulian terhadap lingkungan sehat.

Deskripsi karakteristik pengusaha pemotongan ayam ini dilihat berdasarkan ukuran

distribusi frekuensi/persentasi dan rataan.

Umur

Umur pengusaha pemotongan ayam menggunakan ukuran lamanya mereka

hidup sampai mereka menjadi responden dari penelitian ini dalam satuan tahun.

Penyebaran umur pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam

Umur

salah satu tingkatan umur, baik orang dengan umur muda maupun dengan umur tua

dapat menjadi pengusaha pemotongan ayam.

Pendidikan

Secara umum tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan,

kemampuan, dan keahlian pengusaha pemotong ayam dalam menjalankan usaha

pemotongan ayam miliknya. Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan

(45)

sampai saat penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan pengusaha pemotongan

ayam menyebar dari yang paling rendah tidak lulus SD sampai jenjang yang tertinggi

yaitu perguruan tinggi. Penyebaran tingkat pendidikan pengusaha pemotongan ayam

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

Perguruan Tinggi (Tinggi) 3 9,68

Total 31 100

Sebagian besar pendidikan formal pengusaha pemotongan ayam berada pada

kisaran tamat SLTP sampai Tamat SLTA (51,61%). Hal ini disebabkan para

pengusaha pemotong ayam beranggapan bahwa untuk dapat menjalankan usaha

pemotongan ayam tidak diperlukan pendidikan yang tinggi.

Lama Berusaha Pemotongan Ayam

Lama berusaha pemotongan ayam diukur berdasarkan lamanya usaha

pemotongan itu dimulai sampai dengan penelitian ini dilakukan. Penyebaran lama

usaha pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Lama Usaha Pengusaha Pemotongan Ayam

Lama Usaha Pemotongan Jumlah Responden

Banyak pengusaha pemotongan ayam bekerja sebagai pengusaha pemotongan

ayam selama 4–15 tahun atau dikategorikan sebagai pemula. Hal tersebut

disebabkan oleh dua faktor utama, yang pertama banyak pengusaha pemotong ayam

sebelum memiliki usaha pemotongan ayam milik pribadi ikut menjadi pemotong

(46)

pemula biasanya merupakan sanak keluarga yang diajak oleh pengusaha pemotongan

ayam yang lebih senior untuk datang ke Bogor untuk bekerja sebagai pemotong

ayam sebelum pada akhirnya mereka bisa mendirikan usaha pemotongan sendiri.

Skala Pemotongan Ayam

Skala pemotongan ayam diukur berdasarkan banyaknya jumlah ayam yang

dipotong per hari sampai saat penelitian dilakukan. Penyebaran skala pemotongan

ayam pengusaha pemotongan ayam disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Responden menurut Skala Pemotongan

Skala Pemotongan (Ekor)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

40 - 653 25 80,65

654 – 1307 4 12,90

1308 - 2000 2 6.45

Total 31 100

Sebagian besar Skala Pemotongan Ayam di UPA (Usaha Pemotongan Ayam)

Kelurahan Kebon Pedes jumlah pemotongannya pada kisaran 40-653 ekor per hari

(80,65%). Keadaan ini disebabkan karena usaha pemotongan ayam di Kelurahan

Kebon Pedes merupakan usaha keluarga, di mana semua usaha pemotongan

merupakan pemotongan yang tradisional dengan menggunakan peralatan yang

sederhana dan tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga.

Motif Berusaha

Motif berusaha merupakan dorongan atau faktor yang mendasari para

pengusaha pemotongan ayam di Kelurahan Kebon Pedes untuk menjalankan usaha

pemotongan ayam. Motif berusaha pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu

motif berusaha sebagai penghasilan utama dan motif berusaha sebagai penghasilan

tambahan. Penyebaran motif berusaha pengusaha pemotongan ayam dapat dilihat

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………………………………..
Gambar.1 Kerangka Pemikiran “Sikap Pengusaha terhadap Rencana Relokasi Tempat Pemotongan Ayam”
Tabel 1. Sebaran Umur Pengusaha Pemotongan Ayam
Tabel 2.  Sebaran Tingkat Pendidikan Pengusaha Pemotongan Ayam
+6

Referensi

Dokumen terkait

(1991) menyatakan perkembangan luas daun pada tanaman budidaya semusim akan meningkat dengan laju eksponensial saat vegetatif dan menurun saat fase berbunga atau

Metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

Mengetahui tingkat kecemasan menghadapi persalinan pada suami dari

Peraturan Bupati Bantul Nomor 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15 April 2015... selanjutnya untuk membuat pemirsa SCTV lebih bersemangat

Alor Tahun Anggaran 2016 melalui Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Umum Nomor: 501.ULP/POKJA KONST/VI/2016 tanggal 24 Juni 2016 telah menetapkan Pemenang Pelelangan Umum

Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan kinerja FEC Reed solomon dengan mengubah beberapa parameter komunikasi antara lain; kode rate, jenis modulasi, coding gain,

Pada konteks revolusi industri dapat diterjemahkan proses yang terjadi sebenarnya adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan