DAMPAK KREDIT USAHA KECIL TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN
PADA USAHA KECIL
.
,
(Kasus Nasabah BRI Cabang
Bogor)
Oleh
:
FIFI
DIANA
THAMRIN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Sesungguhnya sesudoh kesu/itan itu ada kemudphan Apabi/a kamu te/ah se/esai dengan suatu pekerjaan, Maka kerjakun/ah pekerjaan yang lain dengan sunggh -sun&.
(A/-quran. SurPf A/om-Nasymh 6 don 7)
....
Dedicated to.....
Deares.I n the best o f times or the worst o f times,
each of you have a/wuys been there
for me with encouragement, love. Prayers, and giving me secure up bringing.
I
can't tell you how much that means to me....
Thanks for everything and I love you a//.
€specia//y to Daddy (H. RW) who have stood
...
by me so far-.
r
truly appreciate everything youRve done.Thanks for your understanding and support
in what
I
do......
...
Sunggh atos keheodak A//ah Semua hi tenvujudABSTRAK
FIFI DIANA THAMRIN. Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil (Kasus Nasabah BEU Cabang Bogor). Di bawah bimbingan BUNASOR SANLM sebagai ketua, HARIANTO dan EKAWATf S.WAHYUN1 masing-masing sebagai anggota komisi.
Dalarn pengembangan usaha kecil, aspek permodalan merupakan salah satu kendala dari berbagai pennasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil, karena sulitnya memperoleh pinjaman dari surnber pembiayaan yang disebabkan oleh masalah aksesibilitas, tingkat bunga dan delivery. Untuk mengatasi ha1 tersebut diperlukan dukungan semua pihak, baik perbankan maupun instansillembaga terkait, guna meningkatkan kemampuan usaha kecil tersebut sehingga peranannya dalam perekonomian di Indonesia dapat ditingkatkan khususnya dalam ha1 memberikan nilai t m b a h , menciptakan lapangan kerja, mendukung swasembada pangan, meningkatkan pendapatan, mendorong kemitraan terutama yang berorientasi ekspor dan subsitusi impor, serta memberikan pemerataan kegiatan ekonomi antar sektor dan wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh garnbaran umum usaha kecil yang memperoleh Kredit Usaha Kecil dan menganalisis pengaxuh Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan pengusaha kecil.
Sampel nasabah yang diwawancarai adalah sebanyak 50 orang, yang tersebar di wilayah kerja Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Analisis data menggunakan analisis deskriptif tabulasi dm anaIisis kuantitatif. Analisis deskriptif tabulasi dilakukan untuk menjelaskan gambaran umum usaha kecil yang memanfaatkan Kredit Usaha Kecil, sedangkan analisis kuantitatif dipakai dalam menganalisis pengaruh kredit pengusaha kecil terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan. Model terdiri dari empat persamaan struktural yang terdiri dari lima peubah endogen dan delapan peubah eksogen.
SURAT
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
DAMPAK KREDIT USAHA KECIL TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PADA
USAHA KECIL (Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belurn pemah
dipublikasikan. Semua sumber data dan infomasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, 28 Januari 2002
DAMPAK KREDIT USAHA KECIL TERHADAP PENYERAPAN
TENAGA KERJA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN
PADA USAHA KECIL
(Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)
Oleh
:Fifi Diana Thamrin
EPN 99038
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapau Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil (Kasus Nasabah
BRI
Cabaug Bogor). Nama Mahasiswa : Fifi Diana ThamrinI ,
Nomor Pokok : 99038
Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
Dr. Ir. Harianto. MS Anggota
Dr. ld Ekawati S Wahvuni. MS
I
AnggotaMengetahui,
2. Ketua Program Studi am Pascasarjana
Ilmu Ekonomi Pertanian
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 24 April 1973 di Padang, Surnatera Barat,
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Thamrin
Talud dan Ibu Dra. Hj. Yulinar Nur.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar pada tahun
1986 di Padang. Pendidikan Menengah Pertarna diselesaikan pada tahun 1989 di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Padang. Pada Tahun 1992 penulis
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Don Bosco Padang.
Pada tahun 1992, penulis diterima pada Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas Padang melalui jalur UMPTN dan pada tahun
1999 penulis melanjutkan studi ke jenjang S2 pada Program Studi Ilmu Ekonomi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul
"Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil (Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor)",
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc seIaku Ketua Komisi
Pembimbing, Dr. Ir. Harianto, MS dan Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS selaku
anggota komisi pembimbing serta Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas segala bimbingan dan saran selama
penyusunan tesis ini.
Dengan penuh rasa cinta dan hormat, penulis haturkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada keluarga tercinta, Papa (alm) Drs. Thamrin Talud, Mama
Dra. Hj. Yulinar Thamrin, Tante Dra. Farida Welly M.L.S dan Kakak-kakakku
Rendy Thamrin ST. MT, Ternrny Thamrin SS. M.Hurn serta kakak iparku
dr. Arina Widya Murni dan Maulid Hariri Gani SS, dan tak lupa juga ponakanku
yang tersayang Nurul Hanifaf dan Alif Nugraha atas dorongan, kasih sayang serta
bantuan yang sangat berharga selarna penulis menyelesaikan studi pada program
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Pimpinan dan Staf Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor yang telah memberi kesempatan melaksanakan penelitian untuk penulisan tesis.
2. Pengelola Beasiswa Universitas Bung Hatta Padang atas bantuan dana
penelitian untuk penulisan tesis.
3. Responden yang telah menyediakan waktu untuk memberikan informasi dan
data yang diperlukan dalam penelitian.
4. Teman-teman EPN '99 yang telah sama-sama menempuh studi di Institut
Pzrtanian Bogor dan banyak membantu dan memberikan saran dalarn
penyelesaian tesis ini (auk unto, m ' letty, rn ' lisa, uni emil, uni rina, ita dun lia
dun uda zul). Aku harap persahabatan kita akan abadi selamanya.
.. ... .
5. Adik-adik TM-20 yang selama ini selalu memberi support (bertua, ana, novi,
echi, rani, cori, wenny, ririn, lisa, angel, evelin nurman, ayu, desti, diana dun
yuyun), harapan uni sampai kapanpun "rasa kekeluargaan yang selarna ini
telah te rjalin" tidak akan pudar walaupun jarak telah memisahkan kita
...
6. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semuabantuan yang telah &berikan.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak memiliki
keterbatasan dan kekurangan, oleh karena itu sangat diperlukan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna perbaikan dalam penelitian lanjutan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, senantiasa penulis harapkan. Namun demikian,
mudah-mudahan tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Bogor, Januari 2002
DAFTAR IS1
Hataman
...
DAFTAR TABEL xii
...
DAFTAR GAMBAR...
xiit...
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1
.
PENDAHULUAN...
1...
1.1. Latar Belakang Penelitian 1
. . ...
1.2. Masalah Penellt~an 5
...
1.3. Tuj uan dan Kegunaan Peneliti an 7
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
...
8...
I1
.
TINJAUAN PUSTAKA 10...
2.1
.
Bank Rakyat Indonesia 10...
2.2. Pengertian Kredit 11
2.3. Alokasi Kredit Menurut Sektor Ekonorni
...
13...
2.4. Kredit Usaha Kecil 14
2.5. Profil Industri Kecil
...
18...
2.6. Peranan Industri Kecil 21
...
2.7. Penelitian Terdahulu 22
I11
.
KERANGKA PEMIKIRAN...
2 53.1. Dampak Subsitusi Leisure dan Darnpak Pendapatan
Perubahan Wage
...
30...
3.2. Ketenagakerjaan di Pedesaan 32
IV
.
METODOLOG1 PENELKTIAN...
40...
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 40
...
4.2. Jenis dan Sumber Data 40
...
4.3. Metode Pengambilan Sampel 42
4.4. Metode AnaIisis Data
...
43...
4.5. Perumusan Model 44
4.5.1. Penyerapan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
...
444.5.2. Penyerapan Tenaga Kerja Luar Keluarga ... 46
...
4.5.3. Upah Tenaga Kerja 46
4.5.4. Pendapatan Pemilik Usaha
... 47
4.6. Definisi Operasional...
474.7. Prosedur Analisis Data
...
49 4.7.1.
Identifikasi Model...
504.7.2. Pendugaan Model
...
514.7.3. Evaluasi Model
...
524.7.4. Pendugaan Elastisitas
...
54V
.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN...
555.1. Letak Geografis
...
555.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 55
5.3. Sektor Ekonomi ... 56
5.4. Sektor Pertanian
...
56 5.5. Sektor Industri...
57VI
.
HASIL DAN PEMBAHASAN...
5 9...
6.1. Karakteristik Pengusaha pada Usaha Kecil Nasabah BRI 59
...
6.1
.
1. Umur Pengusaha 59...
6.1.2. Pendidikan Pemilik Usaha 60
6.2. Karakteristik Tenaga Kerja pada Usaha Kecil
... 60
...
6.2.1
.
Umur Pekerja 60...
6.2.2. Pendidikan Tenaga Kerja 61
6.2.3. Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga
... 61
...
6.2.4. Upah Tenaga Kerja 62
6.3. Karakteristik Usaha
... 63
6.3.1 . Besar Kredit yang Diambil...
636.3.2. Lama Meminjam
...
63 6.3.3. Pendapatan Pemilik Usaha ... 646.4. Hasil Dugaan Model Ekonomi Penyerapan Tenaga Kerja
dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil ... 64
6.4.1. Penyerapan Tenaga Kerja dari Dalam Keluarga
... 64
6.4.2. Penyerapan Tenaga Kerja dari Luar Keluarga ... 666.4.3. Upah Tenaga K e j a ... 67
6.4.4. Pendapatan Pemilik Usaha
...
67. .
6.5. Implikasi Kebijakan
...
69...
VII
.
KESIMPULAN DAN SARAN 71. .
7 I Kesimpulan
...
717.2. Saran
...
72DAFTAR PUSTAKA
...
74...
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto Pengusaha Kecil di Indonesia menurut
Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999 dan 2000 ... 4
2. Perkembangan Kredit Perbankan di Indonesia menurut Sektor
...
Ekonomi Tahun 1995 - 1999 1 5
3. Proporsi Kredit Usaha Kecil Menurut Sektor Ekonomi di Jawa
Barat Tahun 1993- 1 999
...
1 7 4. Jurnlah Unit Usaha Kecil Menurut Sektor Ekonomi di IndonesiaTahun 1999 dan 2000
...
205. Jurnlah dan Komposisi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor di Indonesia Tahun 1985 - 1998
...
356 . Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor Tahun
1985-1998 di Indonesia
...
367. Kontribusi Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Ke rja per Sektor Terhadap Total Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Tahun
1985-1998 di Indonesia ... 37
8. Penyerapan Tenaga Kerja Pengusaha Kecil di Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun 1999 dan 2000
...
3 89. Nilai Rata-rata Variabel Berdasarkan Sektor
...
5910. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Dalarn Keluarga Sampel Responden
...
651 1. Hasil Pendugaan Parameter Regresi Persamaan Penyerapan
...
Tenaga Kerja Luar Keluarga Sampel Responden 6612. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Upah Tenaga Kerja
... 67
13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Pemilik
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 . Pengaruh Kredit Terhadap Kombinasi Input Biaya Minimum
...
dan Jalur Perluasan Usaha 30
2. Darnpak Subsitusi Leisure Lebih Besar Dari Dampak Pendapatan ... 31
3. Darnpak Subsitusi Leisure Lebih Kecil Dari Darnpak Pendapatan
...
324. Kerangka Pemikiran Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan
...
39 5. Model Ekonomi Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap PenyerapanDAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sistem dan Prosedur Permohonan Kredit pada Bank Rakyat
Indonesia Cabang Bogor.
...
782. Analisis Aspek-aspek Kredit
...
823. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di rinci per Kecamatan di
...
Kabupaten Bogor Tahun 1999 83
4. Banyaknya Perusahaan Dagang Barang dan Jasa Sesuai Data
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Menurut Undang-undang Nomor 7/1992 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan melakukan
kegiatan penarikan atau penghimpunan dana dari masyarakat, maka dimaksudkan
agar dana yang ada pada masyarakat dan yang tidak digunakan secara produktif
atau menganggur, dapat disalurkan kedalam kegiatan usaha perekonomian,
sehingga menyebabkan dana tersebut menjadi produktif. Penggunaan dana untuk
usaha produksi di berbagai sektor seperti pertanian, pertambangan, perindustrian,
pengangkutan, jasa-jasa dan lainnya akan meningkatkan jumlah produksi barang-
barang dan jasa-jasa sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional dan
masyarakat serta akan memperluas kesempatan kerja didalam masyarakat
(Suharto, 199 1
).
Sebagaimana diketahui, konsentrasi penduduk masih di pedesaan.
Pedesaan merupakan sumber dari pada potensi human resource di samping
sumber potensi kekayaan alam. Karenanya dikatakan, betapa jelas dan pentingnya
kedudukan, fungsi dan peranan daerah pedesaan sebagai dasar atau basis
pembangunan nasional.
Akan tetapi, dari hasil-hasil penelitian selama ini mengungkapkan bahwa
pedesaan di Indonesia umurnnya masih berada dalarn kondisi yang lemah.
dilihat dari rendahnya tingkat pendapatan serta aktifitas sektor-sektor ekonomi
yang ada. Kondisi yang lemah ini disebabkan oleh miskinnya masyarakat
pedesaan dalam ha1 pemilikan modal (capital) serta skill.
Kepincangan didalam pemilikan modal (capital) serta skill mencerminkan
kepincangan didalam pembagian pendapatan. Berdasar rantai ekonomi, modal
akan menghasilkan pendapatan. Apabila pemilikan modal serta skill rendah, maka
mengakibatkan rendahnya tingkat produktifitas baik input productivity ataupun
human productivity, yang pada gilirannya menghasilkan tingkat pendapatan dan
investasi yang rendah pula (Kas~yno dan Colter, 1986).
Sejak Pelita I11 banyak program yang telah diberikan untuk membantu
industri skala kecil di seluruh tanah air, termasuk yang terpenting yaitu bantuan
dalam permodalan melalui berbagai skema kredit seperti Kredit Usaha Kecil
(KUK). Peran usaha kecil dalam Program Pembangunan Nasional dewasa ini
tidak perlu disangsikan lagi. Peran dimaksud terasa semakin meningkat dari
waktu ke waktu, khususnya dalam menciptakan kesempatan ke j a , sehingga tidak
salah lagi apabila perhatian dari semua pihak hams lebih dicurahkan agar
partisipasinya dalam derap pembangunan nasional dapat makin meningkat lagi.
Menurut Meredith, Hubbard dan Hailes (1988) dalam Sanim (1996),
peranan dasar usahdbisnis kecil, menengah, dan koperasi dalam konteks
perekonomian, sangat penting dan strategis terutama dalam kehidupan masyarakat
madani (civil society). Peranan ini bisa dalam bentuk peningkatan kualitas SDM
khususnya entrepreneurship, usaha/bisnis keciI, menengah dan koperasi yang
pencapaian kesejahteraan ekonomi (economic wellbeing), dan juga rnerupakan
syarat mutlak bagi ketahanan nasional (national security/stability).
Menurut Sanim (1999), peranan usaha kecil dapat kita lihat secara lebih
rinci pada tingkatllevel makro (analisis suatu kesatuanlagregat) yang dapat
menyebabkan, yaitu : (1) penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan
kerja baru (employment & create new job), (2) breeding Ground untuk bisnis
baru, (3) usaha bersama kekeluargaan (cooperative), dan (4) mengurangi
kecemburuan sosial (social jealousy) karena adanya kesenjangan sosial ekonomi
dan kemiskinan.
Sedangkan peranan usaha kecil pada tingkat mikro (analisis usaha kecil,
menengah & koperasi), adalah sebagai : (1) alat distribusi untuk bisnis besar
(distribution outlet for high business), (2) sumber pendapatan dan perolehan
devisa, (3) menciptakan kompetisi (creation of competition), (4) medan bagi
inovasi independen dan bakat kewirausahaan (avenue for independent innovation
and entrepreneurial talent), dan (5) kontribusi bagi desentralisasi (contribution to
decentralization) (Sanim, 1999).
Pembinaan usaha skala kecil telah dilaksanakan oleh banyak
instansi/lembaga, baik pemerintah maupun swasta. Akan tetapi efektifitasnya
masih dirasakan kurang memadai. Dengan makin terbatasnya sumber dana
pembinaan yang dimiliki pemerintah serta esensi pengembangan usaha skala
kecil dalam menunjang pembangunan nasional, perlu dirumuskan berbagai
konsep kebijakan yang dapat melandasi upaya pengembangan sektor tersebut
serta mendorong terciptanya iklim dan motivasi bagi para pengusaha kecil untuk
Pada Tabel 1, dapat terlihat Produk Domestik Bruto (PDB) pengusaha
kecil Indonesia menurut sektor ekonomi atas dasar harga berlaku yang terjadi
pada tahun 1999 dan 2000.
Tabel 1 . Produk Domestik Bruto Pengusaha Kecil Indonesia Menurut Sektor Ekonomi atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999 dan 2000
Uraian
!
1999I
2000perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. lndustri Pengolahan
I
4. Listrik, gas, dan air bersih
I
5. Bangunan
I
6. Perdagangan, hotel dan restoran
I
7 . Pengangkutan dan komunikasiI
8. Keuangan, persewaan, jasa perusahaanPDB (Persentase) PDB Tanpa Migas
(Juta Rupiah) 188 714 736
(Persentase) (99.78)
1
(99.99)1
Sumber : Bunasor Sanim. 2000
Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukkan persentase terhadap Total PDB Nasional.
Telah banyak cara dilakukan untuk menghadapi kendala yang dihadapi
oleh usaha kecil di Indonesia, seperti dalam masalah pemasaran, manajemen,
produksi maupun dalam permodalan. Namun demikian, walaupun telah banyak
upaya dilakukan disadari bahwa masih banyak lagi bantuan yang hams
diupayakan oleh semua pihak terkait dalam pengembangan usaha kecil, karena
oleh para pengusaha kecil, mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang
mereka miliki.
Oleh sebab itu dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat
mendukung program yang telah dikembangkan oleh pemerintah misalnya dengan
mengembangkan sentra yang merupakan salah satu strategi pemerintah untuk
mengembangkan industri skala kecil. Telah banyak sentra yang telah
dikembangkan dengan bantuan pemerintah pusat dan daerah dengan menyedialcan
fasilitas yang dapat dipergunakan secara bersama-sama misalnya dalam pendirian
Unit Pelayanan Teknis (UPT), yang secara regional kira-kira separuh dari sentra
tersebut terdapat di pulau Jawa. Diharapkan dengan adanya pembinaan yang telah
diberikan kepada usaha kecil ini dapat berdarnpak terhadap penyerapan tenaga
kerja dan peningkatan pendapatan.
1.2. Masalah Penelitian
Dalam pengembangan usaha kecil, aspek permodalan merupakan salah
satu kendala dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil, karena
sulitnya memperoleh pinjaman dari sumber pembiayaan yang disebabkan oleh
masalah aksesibilitas, tingkat bunga dan delivery. Untuk itu pemerintah
diharapkan memberikan bantuan dana pada usaha kecil dari program pembinaan
BUMN. Pemerintah dan lembaga keuangan hams memperbaiki prosedur, syarat
dan transparansi dalam tata cara pengajuan kredit bagi usaha kecil.
Kendala lain yang lebih mendasar dan terkait dengan masalah permodalan
adalah masalah kurangnya kewirausahawan, terbelakangnya teknis produksi dan
diperlukan dukungan semua pihak, baik perbankan maupun instansi/lembaga
terkait, guna meningkatkan kemampuan usaha kecil tersebut sehingga peranannya
dalam perekonomian di Indonesia dapat ditingkatkan khususnya dalarn ha1
memberikan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, mendukung swasembada
pangan, meningkatkan pendapatan, mendorong kemitraan terutarna yang
berorientasi ekspor dan subsitusi impor, serta memberikan pemerataan kegiatan
ekonomi antar sektor dan wilayah (TAF-ISEI-PERHEPI, 1998).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam rangka mengembangkan
usaha kecil secara terpadu, efektif dan efisien, memang diperlukan suatu
koordinasi terpadu antara berbagai instansi/lembaga terkait (sisi permintaan)
dengan perbankan (sisi penawaran), sesuai tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Tentunya ha1 ini mencakup antara lain mengenai aspek kelembagaannya
(perbankan dan lembaga keuangan lain), pemasaran dan produksi, manajemen,
dan peraturan ( l e g a l ~ a m e w o r k ) .
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan akan dapat
meningkatkan kemampuan usaha keciI dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat di pasar bebas. Pada akhirnya, diharapkan pula agar perbankan
mampu meningkatkan pemberian kredit usaha kecilnya, baik secara kuantitas
maupun kualitasnya.
Penelitian ini akan ditekankan pada usaha kecil yang secara lebih spesifik
permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana garnbaran umum usaha kecil yang memperoleh Kredit Usaha
2. Sejauh mana pengaruh Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja
pada usaha kecil ?
3. Apakah dengan pengambilan Kredit Usaha Kecil dapat meningkatkan
pendapatan kreditur pada usaha kecil ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalarn
penelitian ini yaitu :
1 . Memperoleh gambaran umum usaha kecil yang memperoleh Kredit Usaha
Kecil.
2. Menganalisis pengaruh Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja
pada usaha kecil.
3. Menganalisis pengaruh Kredit Usaha Kecil terhadap pendapatan pada
pengusaha kecil.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak. Bagi peneliti,
dapat menambah wawasan dan pengalaman. Bagi pihak pemerintah khususnya
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, dapat memberikan masukan terutarna
dalam ha1 pembinaan kepada usaha kecil, dan diharapkan juga dapat menambah
khasanah literatur bagi usaha-usaha kecil yang mengambil kredit sehingga dapat
membuka kesadaran mereka dalam pengambilan keputusan. Bagi Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi, diharapkan sebagai data dasar bagi peneliti dalam
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Cabang Bogor. Penelitian ini dibatasi hanya untuk melihat darnpaklpengaruh
Kredit Usaha Kecil terhadap peningkatan tenaga kerja dan pendapatan pada usaha
kecil khususnya pada nasabah yang mengambil kredit pada Bank Rakyat
Indonesia Cabang Bogor yang dibagi atas 3 sektor yaitu sektor pertanian, sektor
industri dan sektor perdagangan. Nasabah yang akan diteliti pada saat survei
awal mengambil kredit dengan minimal plafon kredit Rp. 25 juta dan maksimal
Rp. 350 juta.
Penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil, dalam ha1 ini yang diukur
meliputi penyerapan tenaga kerja dalam dan luar keluarga, sedangkan untuk
peningkatan pendapatan pengusaha kecil (pemilik usaha) dan pekerja yang di
analisis dalam penelitian ini, hanya dibatasi pendapatan dari usaha yang
ditekuninya tersebut.
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif tabulasi dan
analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan gambaran
umum usaha kecil yang memanfaatkan Kredit Usaha Kecil. Sedangkan analisis
kuantitatif dipakai dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan Kredit Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan pendapatan.
Analisis gambaran umum usaha kecil antara lain dilihat dari keragaan
usaha industri kecil, seperti : (1) sejarah perkembangan usaha, (2) pengalaman
usaha, (3) kegiatan atau proses produksi, dan (4) penggunaan faktor produksi
model ekonometrika dalarn bentuk persarnaan simultan. Metode pendugaan yang
digunakan disini adalah 2SLS dan pengolahan data dengan menggunakan
11.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank yang
melaksanakan penyaluran Kredit Usaha Kecil. Bank milik pemerintah tersebut
memang merupakan salah satu bank dengan jumlah kantor cabang terbanyak yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air. Dalam peranannya membantu usaha kecil,
BRI telah menggulirkan beberapa paket bantuan kredit khusus kepada usaha kecil,
seperti Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Kecil Investasi (KKI), Kredit Kecil
Modal Kerja (KKMK), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Umurn Pcdesaan
(KUPEDES) dan masih banyak lagi jenis kredit lainnya.
Dilihat secara definisi, Kredit Kecil Investasi merupakan suatu
kebijaksanaan kredit yang bersifat jangka menengah atau panjang, yang diberikan
kepada pengusaha perorangan atau perusahaan dengan persyaratan dan prosedur
khusus atau dengan pertimbangan kelayakan. Program kredit kecil investasi ini
biasanya digunakan untuk pembiayaan investasi barang modal dan jasa yang
diperlukan dalam rangka perluasan proyek lama atau baru serta rehabilitasi aset
yang sudah ada. Sedangkan program Kredit Modal Kerja Permanen hanya
diberikan untuk pembiayaan modal yang secara terus menerus digunakan untuk
kelancaran usaha.
Kredit Usaha Tani rnerupakan Kredit Modal Kerja untuk membiayai
usaha tani dalam rangka peningkatan intensifikasi padi, tanarnan holtikultura dan
tanaman obat-obatan. Kredit Usaha Tani diberikan kepada Koperasi Unit Desa
kemudian dana kredit itu disalurkan kepada petani. Sedangkan Kredit Umum
Pedesaan merupakan suatu kebijaksanaan kredit yang diberikan dalarn rangka
pengembangan dan peningkatan usaha kecil yang sudah ada atau kegiatan proyek
baru yang ada di pedesaan.
Kredit biasa (umum) merupakan kredit yang tidak ditunjang oleh kredit
likuiditas Bank Indonesia atau kredit yang dibiayai sepenuhnya oleh Bank
Pemberi Kredit, oleh karenanya persyaratan dan prosedur kredit juga ditentukan
oleh Bank Pemberi Kredit. Salah satu bentuk kredit urnum disini yaitu Kredit
Usaha Kecil. Kredit Usaha Kecil merupakan penyempurnaan dari kredit yang
sudah ada. Untuk melaksanakannya, bank diberikan likuiditas dari pemerintah.
Pemberian kredit ini mempunyai plafon atau limit kredit Rp. 350 juta dengan
prioritas penggunaan untuk kredit usaha yang bersifat produktif.
Keberhasilan BRI unit sebagai lembaga perantara keuangan terutama di
pedesaan, telah menjadi perhatian bagi banyak pihak, yang perlu diperhatikan
juga adalah masalah pembinaan usaha kecil yang hams dilakukan secara terus-
menerus dan dengan pola yang dilakukan dengan cara pembinaan kemitraan
terpadu yang mandiri, yang meliputi pembinaan dari segi sumber daya manusia,
kemampuan perusahaan, yang berkaitan dengan pasar dan administrasi
manajemen.
2.2. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin "credere" yang berarti kepercayaan.
Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang
kata lain orang yang mendapat bantuan kredit adalah mereka yang telah mendapat
kepercayaan untuk dapat membayar lunas pinjamannya dalam jangka waktu
tertentu (Suyatno, et al. 1999).
Mengacu pada pengertian kredit menurut Ronohadiwirjo (1969),
Mubyarto (1989), dan Baker (1968) dalam Kuntjoro (1983), bahwa kredit
mempunyai peranan yang sangat penting dalam memacu perkembangan usaha,
terutama dalam pembentukan modal (capital formation). Kredit juga sangat
penting untuk meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko
apabila usaha itu gaga1 memberikan penerimaan yang lebih tinggi dari biaya
yang dikeluarkan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut :
" Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi ufangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, irnbalan atau pembagian
hasil keuntungan ".
Menurut Suyatno, et al. (19991, dalam transaksi kredit terdapat unsur-
unsur kredit yaitu : (1) kepercayaan, yaitu suatu keyakinan dari pemberi kredit
baik berupa uang, barang atau jasa yang diberikan dan akan benar-benar diterima
kecuali di masa yang akan datang, (2) waktu, yaitu masa yang membatasi antara
saat pemberian prestasi dan pengembaliannya akan diterima pada waktu tertentu,
bentuk barang dan jasa dan (4) degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan
dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari.
Semakin lama kredit diberikan akan semakin besar resikonya karena adanya
ketidakpastian pada masa yang akan datang.
2.3. Alokasi Kredit Menurut Sektor Ekonomi
Kredit perbankan dapat dikelompokkan kedalam enam sektor utarna, yaitu
sektor pertanian, pertarnbangan, manufaktur, perdagangan, jasa dan sektor
lainnya. Kinerja penyaluran kredit kedalam enam sektor tersebut diatas dapat
dilihat pada Tabel 2. Selama kurun waktu antara tahun 198 1 sarnpai 1995, kinerja
penyaluran kredit di masing-masing sektor mengalami kenaikan, kecuali pada
sektor pertambangan yang justru mengalami penurunan. Rata-rata kenaikan
penyaluran tersebut berkisar antara 52 persen hingga 108 persen per tahun.
Kenaikan tertinggi terjadi pada sektor lainnya, kemudian disusul oleh sektor jasa,
perdagangan, manufaktur dan pertanian. Diantara lima sektor yang mengalami
kenaikan, kenaikan penyaluran kredit pada sektor pertanian adalah yang paling
kecil. Sedangkan pada sektor pertambangan sebagaimana telah dikemukakan
diatas, justru terjadi penurunan yang mencapai rata-rata -1 1.9 persen per tahun.
Secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan untuk semua sektor ekonomi
mengalami kenaikan sebesar rata-rata 42.2 persen per tahun selama periode waktu
yang sama. Kenaikan penyaluran kredit yang besar tersebut adalah akibat dari
adanya deregulasi di sektor perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak
Beberapa sifat usaha di sektor pertanian, yang umumnya berisiko tinggi
merupakan hambatan bagi investor untuk mengalokasikan dananya pada sektor
pertanian, oleh karena itu alokasi kredit pada sektor ini menunjukkan kinerja yang
paling rendah. Kenaikan penyaluran kredit di sektor pertanian tersebut, yang
masih diatas 50 persen per tahun, adalah akibat dari adanya perlakuan khusus
pada sektor ini. Perlakuan tersebut secara nyata disebutkan dalam menetapkan
deregulasi pada sektor perbankan, yaitu adanya prioritas yang tinggi pada kredit
pangan dan sub sektor pertanian lainnya. Artinya, kemudahan pemberian kredit di
sektor pertanian masih diberikan oleh pemerintah melalui dana Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI). Apabila ha1 tersebut tidak dilakukan oleh pemerintah,
maka dapat diduga bahwa penyaluran kredit di sektor pertanian akan menjadi
lebih rendah lagi dari kinerja yang dapat ditarnpilkan pada periode tersebut.
2.4. Kredit Usaha KeciI
Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang ditujukan untuk konsumen
usaha kecil, dengan batas kredit maksimum Rp. 350 juta per konsumen yang
ditujukan untuk membiayai usaha produktif di semua sektor ekonomi. Sejak
diperkenalkannya Kredit Usaha Kecil pada Januari 1990, pemberian Kredit Usaha
Kecil telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pemberian Kredit Usaha
Kecil telah meningkat Rp. 14 triliun pada akhir Desember 1989, menjadi sebesar
Rp. 40.9 triliun pada bulan Desember 1995 atau naik dengan rata-rata 20 persen
per tahun, sedangkan pada tahun 1997 peningkatan sebesar 32.5 persen yaitu dari
Rp. 49.7 triliun pada akhir Maret 1997 menjadi Rp. 65.9 triliun pada akhir Maret
Tabel
2.
Perkembangan Kredit Perbankan menurut Sektor Ekonomi Tahun
1981-1995
Pertanian
Pertarnbangan
Manufaktur
Perdagangan
Jasa
Linnya
No.
Catatan : Angka dalam tanda kurung ( ) menunjukan persentase
Sektor Ekonomi
Total
Tahun
1981
1
1985
1
1988
1
1990
1
1995
Sumber : Laooran Tahunan
Bank
Indonesia(4.50)
8154
Rata-rata kenaikan per tahun
(%I
(5.30)
19336
(8.70)
35081
(1
1.50)
70 873
(12.30)
194 706
[image:141.617.92.557.130.357.2]Perkembangan Kredit Usaha Kecil tersebut menunjukkan bahwa
kebijaksanaan perkreditan (Pakjan 90) telah berhasil dengan baik, karena
kebijakan tersebut mempunyai dampak positif yaitu Kredit Usaha Kecil telah
berkembang cukup pesat selarna periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1998.
Walaupun demikian disadari bahwa saat ini masih ada keluhan dari sebagian
masyarakat (usaha kecil) mengenai sulitnya memperoleh Kredit Usaha Kecil atau
akses kepada bank. Hal ini menunjukkan bahwa kredit tersebut belum dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, yang disebabkan oleh beberapa
kendala yang dihadapi baik dari pihak pengusaha kecil maupun dari pihak bank.
Dari sisi permintaan, umurnnya kendala nasabah usaha kecil untuk
memperoieh Kredit Usaha Kecil adalah belum mampu mengungkapkan kelayakan
usahanya, adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi,
manajemen dan organisasi, serta belum mampu memenuhi persyaratan bank
teknis, antara lain jaminan dan perizinan. Dari hasil laporan perbankan, kendala-
kendala utama berkisar pada kelemahan sumber daya manusia, kurangnya
pengalaman dalam pembiayaan usaha kecil dan terbatasnya jaringan kantor
cabang pada bank tersebut (Bina Wirausaha, 1997).
Untuk Kredit Usaha Kecil di Jawa Barat, sektor perdagangan memiliki
proporsi terbesar yaitu 31.74 persen, bahkan pada tahun berikutnya proporsinya
meningkat menjadi 41.45 persen. Posisi tersebut berada diurutan kedua dibawah
sektor lain-lain dan proporsi tersebut relatif tidak banyak berubah sampai Juli
Tabel 3. Proporsi Kredit Usaha Kecil Menurut Sektor Ekonomi di Jawa Barat Tahun 199311994 sld 1999
Sektor Ekonomi Pertanian dan sarana pertanian Pertambangan
Periidustrian Listrik, gas, dan air Kontruksi
Perdagangan, restoran dan hotel
Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi
*) per Juli 1999
**) Merupakan sektor yang bergerak di bidang pembiayaan
2.5. Profil IndustrVUsaha Kecil
Industri kecil merupakan sektor usaha yang cukup besar dan merata di
kebanyakan sektor usaha di Indonesia. Secara umum industri kecil diartikan
sebagai usaha yang berskda kecil. Menurut Depperindag (1997) secara garis
besar ciri-ciri umum industri kecil adalah sebagai berikut : (1) pada umumnya
berorientasi pada pasaran lokal, (2) produknya spesifik, (3) volume produksi
kecil, (4) metode produksi sederhana dan peralatannya tidak mahal, (4) modal dan
pinjaman terbatas, (5) lemah dalam keterampilan dan manajemen, dan (6) lemah
dalam motivasi keusahawanan.
Menurut Depperindag (1997), meskipun skala usahanya kecil, kadang- kadang justru industri kecil mempunyai potensi sebagai berikut : (1) mampu
memproduksi barang yang membutuhkan keterarnpilan tinggi, barang-barang
dengan kecepatan tinggi dan barang-barang seni, (2) mampu memproduksi secara
massa komponen-komponen khusus, (3) kegiatan memproduksi barang dapat
dilakukan pada tempat yang kecil, (4) mudah memilih lokasi yang meringankan
ongkos pengangkutan, (5) unggul daIarn desain dan teknis untuk produk-produk
tertentu, (6) beroperasi lebih fleksibel dan biaya-biaya urnum rendah, (7) dapat
menanggapi perubahan dengan cepat, (8) mempunyai resiko yang relatif kecil.
Disarnping mempunyai potensi, kelemahan urnum yang terdapat pada industri
kecil meliputi hal-ha1 sebagai berikut : (1) kondisi intern perusahaan tidak efisien,
(2) kurang pandai memanfaatkan kondisi ekstern, (3) kurang mampu
mencari/menembus daerah pemasaran yang baru, (4) mempunyai kualitas produk
yang rendah, (5) lemah dalam pengelolaan pinjaman dan piutang, (6) lemah
(7) tidak mampu mengatasi persaingan yang tidak sehat, dan (8) lemah dalam
perundinganlbisnis.
Menurut Sanjaya (1998), dilihat dari sisi jam kerja yang dicurahkan
selama seminggu, sekitar 61.6 persen dari pengusaha kecil mencurahkan waktu
usaha > 35 jam dalam seminggu, sekitar 30.4 persen antara 15-34 jam, dan hanya
8 persen pengusaha kecil mencurahkan waktu usaha < 14 jam per minggu.
Walaupun banyak pengusaha mencurahkan waktu diatas 35 jarnlminggu, narnun
produktivitas masih rendah. Dari segi perputaran usaha, tercatat sekitar 97.5
persen dari pengusaha kecil mempunyai omzet < Rp 50 juta. Faktor yang
mempengaruhi omzet selain kemampuan modal yang terbatas adalah rendahnya
tingkat pendidikan. Sebagian besar atau > 94 persen dari pengusaha kecil
berpendidikan paling tinggi SMP dan 5.8 persen berpendidikan rendah.
Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
256/MPP/Kep/7/1997, industri kecil dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) semua
jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya dibawah Rp. 5 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
tidak wajib memperoleh tanda daftar industri kecil bila dikehendaki oleh
perusahaan yang bersangkutan, (2) semua jenis dalam kelompok industri kecil
dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar Rp. 5 juta sampai dengan
Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan wajib
memperoleh tanda dafiar industri, (3) semua jenis industri dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya di atas Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
2.6. Peranan Industri Kecil
Melihat kebijaksanaan pengembangan industri Repelita V, dibandingkan
dengan Pelita IV, terdapat perbedaan dalam ha1 titik berat pengembangan industri.
Pada pelita IV titik berat pengembangan industri ditujukan kepada industri yang
menghasilkan mesin-mesin industri, baik industri berat maupun industri ringan.
Sedangkan pada Repelita V titik berat kebijaksanaan pengembangan industri
diletakkan pada industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan
hasil pertanian serta industri yang menghasilkan mesin-mesin industri (Tap MPR
No. 1 l/MPR/1998).
Dasar-dasar hukum yang dijadikan landasan dalarn pengembangan
Industri dan Dagang Kecil Menengah (IDKM) salah satunya GBHN tahun 1999-
2004. Misi yang diamanatkan oleh rakyat dalam GBHN 1999-2004 yang
menyangkut sistem ekonomi kerakyatan adalah sebagai berikut : "Pemberdayaan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil,
menengah, dan koperasi (UKM & K) dengan mengembangkan sistim ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada
sumberdaya aIam dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju,
berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Sanim, 2000).
Peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi sangat penting dan
strategis di negara-negara maju, lebih-lebih di negara berkembang seperti
Indonesia. Hal ini mengingat bahwa peranan pengusaha kecil, menengah dan
koperasi menyangkut pemenuhan hak asasi dasar manusia berbangsa dan
bemegara yaitu : (1) kesejahteraan masyarakat (society wellbeing), dan (2)
Dalam Repelita V telah ditetapkan kebijaksanaan strategis utama
mengembangkan industri yang dituangkan dalam enam butir kebijakan
pengembangan industri nasional. Butir ketiga dari enam butir tersebut adalah
pengembangan industri kecil. Dalam hal ini secara nasional telah ditargetkan
pertumbuhan ekonomi secara nasional dalam Repelita sebesar 5 persen per tahun,
dan sektor industri ditargetkan mempunyai pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 8 persen. Dalam Repelita V dari 11.9 juta tenaga kerja yang diperkirakan
membutuhkan lapangan kerja, sektor industri ditargetkan akan mampu menyerap
sebanyak 2.3 juta orang dan 1.5 juta diantaranya dibebankan kepada kelompok
industri kecil.
Dalam meningkatkan laju pertumbuhan industri baik berskala besar,
menengah maupun kecil akan sangat ditentukan oleh keadaan apakah usaha
tersebut menguntungkan atau tidak. Laba yang merupakan selisih antara harga
penjualan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan merupakan ha1 yang perlu
mendapat perhatian, misalnya dalam industri tekstil dan produk tekstil laba juga
dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan yaitu selisih antara nilai produksi
dengan nilai bahan baku. Nilai produksi akan dipengaruhi oleh besarnya investasi
yang ditanamkan pada jenis usaha tersebut, nilai bahan baku yang digunakan
serta jumlah tenaga ke rja yang digunakan.
2.7. Penelitian Terdahulu
Manring (1988) meneliti tentang peranan lembaga-lembaga perkreditan di
pedesaan terhadap peningkatan pendapatan petani merupakan suatu kasus
penelitiannya yaitu untuk rnengukur tingkat pendapatan petani yang memperoleh
kredit dari lembaga-lembaga perkreditan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa
lembaga-lembaga perkreditan di pedesaan berperan baik terhadap peningkatan
pendapatan petani. Pendapatan petani peserta kredit formal lebih tinggi dari pada
pendapatan petani peserta kredit informal. Tetapi pendapatan petani peserta kredit
informal lebih tinggi daripada pendapatan petani non kredit.
Kalangi (1 993) meneliti tentang Peranan Perkreditan dalam Pembangunan
Pertanian di Propinsi Sulawesi Utara yang merupakan tinjauan pada Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan
pendapatan yang diterima petani yang memperoleh kredit dari Bank Perkreditan
Rakyat dan petani yang rnemperoleh kredit dari pelepas uang lainnya. Hasilnya
menunjukkan bahwa dalam 2 tahun keberadaan Bank Perkreditan Rakyat
berpengaruh pada peningkatan usaha. Di samping itu penelitian ini juga melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi peluang peminjam dalam mengembalikan
kredit, yaitu : waktu realisasi kredit, besamya agunan, bunga kredit dan
penyuluhan pemberi kredit kepada peminjam, serta agunan. Dalarn menganalisis
data digunakan analisis regresi berganda yang bertujuan melihat jumlah kredit
dengan luas lahan dan pendapatan responden. Dari hasil olahan terlihat bahwa
luas lahan dan pendapatan petani contoh (responden) sangat mempengaruhi
jumlah kredit yang dipinjam. Selain itu anaIisis juga dilakukan secara parsial,
yang menunjukkan semakin meningkatnya luas lahan garapan petani.
Rachmina (1994) dalam penelitiannya tentang Analisis Permintaan Kredit
pada Industri Kecil di Jawa Barat dan Jawa Tengah menemukan bahwa
pembentukan modal, khususnya pada industri yang sedang menerima kredit. Pada
penelitian ini bertujuan mempelajari permintaan kredit setelah Pakjan 1990.
Dalam menganalisis permintaan terhadap kredit dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan Iangsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit
dianggap sebagai barang ekonomi. Sedangkan pendekatan tidak langsung
dilakukan melalui fungsi produksi dimana kredit dianggap sebagai sumber modal
dalam kegiatan produksinya. Pembentukan modal pada industri kecil dan industri
sedang non kredit tidak berkelanjutan bahkan terjadi pengalihan dari asset
perusahaan atau asset keluarga ke modal sendiri. Sementara itu analisisnya
terhadap permintaan kredit menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap permintaan kredit yaitu tingkat bunga, omzet, dan kelompok bank.
Ditambahkannya bahwa semakin tinggi bunga, maka permintaan terhadap kredit
semakin berkurang, sedangkan semakin besar omzet maka permintaan terhadap
kredit akan cenderung meningkat, dan permintaan terhadap kredit pada bank
pemerintah cenderung lebih besar dibandingkan dengan bank swasta.
Beda penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu adalah dalam
penelitian ini tidak hanya untuk melihat peningkatan pendapatan yang terjadi
akibat adanya kredit tetapi juga untuk melihat sejauh mana penyerapan tenaga
kerja yang terjadi akibat adanya Kredit Usaha Kecil. Persamaan bersifat simultan,
dimana antara persamaan satu dengan yang lainnya saling terkait. Alat analisis
yang digunakan adalah ekonometrika dengan menggunakan metode pendugaan
111.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pada dasarnya ada dua sumber permodalan usaha, yaitu modal dari dalam
atau modal sendiri dan modal luar atau pinjamankredit. Pengertian kredit sebagai
sumber modal usaha mencerminkan bahwa secara tidak langsung kredit terpaut
dalam kegiatan produksi, dimana kredit berperanan dalam pengadaan faktor-
faktor produksi (input produksi). Karena itu pendugaan permintaan kredit dapat
diukur melalui pendekatan pendugaan fungsi produksi. Dasar pemikirannya yaitu
pemberian kredit (dalam konteks hubungan input-output) akan menambah
likuiditas perusahaan penerima kredit. Dengan demikian perusahaan dapat
meningkatkan penggunaan input atau bahkan disertai perubahan rasio modal
(capital) dengan tenaga kerja (labor). Demikian sebaliknya, peningkatan produksi
akan memerlukan tambahan modal, baik modal ke rja maupun modal investasi.
Mengingat modal sendiri relatif terbatas, maka alternatif pemenuhan modal akan
dipenuhi dari sumber kredit. Keputusan pengusaha untuk meningkatkan produksi
umumnya didasarkan pada pengamatan harga dan keyakinan bahwa harga produk
akan naik pada waktu mendatang. Kenaikan harga bahan baku dan penolong, dan
upah tenaga kerja juga akan mempengaruhi peningkatan kebutuhan modal yang
pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan kredit untuk modal kerja.
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan
(teknis) antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dalam suatu
proses produksi. Input produksi terdiri dari input variabel dan input tetap. Secara
matematis, fungsi produksi dapat dimmuskan sebagai berikut :
dimana :
Q = Jumlah output yang dihasilkan
X, = Input variabel
Zi = Input tetap
Beberapa karakteristik fungsi produksi yaitu : ( 1 ) fimgsi produksi
merupakan fungsi kontinyu (bukan disbefe) atau limit mendekati nol, (2) fungsi
produksi bernilai tunggal (single value) yaitu setiap input berpasangan dengan
output tertentu, (3) derivasi atau turunan pertama dan kedua bersifat kontinyu, (4)
nilai yang dipakai positif atau Q = f (Xi), dimana Q dan Xi > 0 dan (5) fungsi
produksi cembung (convexs) terhadap titik nol. Sedangkan asumsi dasar yang
dibangun suatu fungsi produksi yaitu pengusaha berusaha mencari keuntungan
sebesar-besarnya dan bertujuan untuk memaksimumkan output dan
mengoptimumkan penggunaan faktor produksi. Keuntungan jangka pendek yaitu
merupakan selisih antara nilai output (total penerimaan) dengan total biaya input
variabel. Sedangkan pada konsep jangka panjang, karena semua input dianggap
variabel, maka keuntungan adalah nilai output dikurangi total biaya input. Dengan
memanfaatkan persarnaan :
Q = f (Xi)
...
( 2 )dimana :
Q = Jumlah barang/jasa yang diminta
X, = Sejumlah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan
Maka keuntungan dapat dirumuskan secara sistematis sebagai berikut :
x = p . f (Xi,.
...
X,
; Zi,..
.,
Z,)-
z
Ci. Xi...
(3)dimana :
TC = Keuntungan jangka pendek suatu perusahaan
p = Harga output per unit
C, = Harga per unit input variabel i
Keuntungan maksimum jangka pendek dicapai pada saat turunan pertama
terhadap input Xi dari fungsi produksi persamaan (3) sama dengan nol, sehingga
nilai produk marjinal input X i sama dengan harga per unit input X i . Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
&
C = p 6f (Xi :
Zi)
-
Ci = 0... (4)
6Xi 6Xi
atau :
Persamaan (6) menunjukkan bahwa keuntungan perusahaan tercapai
apabila produk marjinal sama dengan rasio harga input variabel (Ci) dengan harga
output (p).
Secara teoritis, model persamaan matematik untuk menganalisis fungsi
produksi banyak bentuknya. Setiap bentuk mempunyai asumsi-asumsi yang
kemudian menjadi pembedaan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya. Salah
fungsi produksi Cobb Douglas. Asumsi yang mendasari model Cobb Douglas,
yaitu : (1) elastisitas produksi bersifat tetap (constant elastisity), (2) fungsi
produksi Cobb Douglas hanya cocok untuk menguji hipotesis bahwa proses
produksi sedang berada pada tahap kedua fungsi produksi neo klasik (Heady dan
Dillon, 1964 dalam Rachmina, 1994).
Diasumsikan bahwa industri kecil mempunyai perencanaan output dan
penyusunan input yang dapat digambarkan dengan hngsi produksi. Dalam
penelitian ini digunakan model fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi produksi
industri kecil adalah sebagai berikut :
e
Prod = a B B ~ TKu KPTL
... ... .. ... ... ... . ... ...
...( 7)dirnana :
Prod = Total Produksi
BB = BahanBaku
TK = Tenaga Ke rja
KPTL = Kapital
Kaitan antara pendugaan fungsi produksi dengan permintaan kredit bahwa
kebutuhan modal untuk membiayai kegiatan produksi pada perusahaan industri
kecil adalah berasal dari Kredit Usaha Kecil. Ini berarti permintaan terhadap
kredit akan dipengaruhi oleh perubahan produksi dan perubahan produksi dapat
disebabkan oleh perubahan penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu,
pendugaan elastisitas faktor-faktor produksi diperlukan dalam pendugaan
Pada Gambar 1 dapat kita lihat perubahan yang terjadi sebelum dan
setelah adanya kredit. Jika harga input dibiayai dengan kredit, maka harga input
menjadi lebih mahal, karena dibebani dengan biaya kredit. Untuk mempermudah
pembahasan, katakanlah hanya input xl yang dibiayai dengan kredit. Harga satu
satuan input X I menjadi pl
+
r. Dimana r adalah biaya kredit atau bunga riil yangdibebankan tiap satu satuan input yang dibiayainya. Berdasarkan hal ini, maka
keseimbangan penggunaan input optimal akan terganggu menjadi sebagai
berikut :
Untuk mengembalikan keseimbangan semula, maka produsen harus
mengurangi jumlah pemakaian input XI. Jika jumlah produk y akan dipertahankan
pada keadaan semula, maka modal yang diperlukan perlu ditambah menjadi Ct.
Dengan mengubah-ubah jumlah Ck, maka akan diperoleh jalur perluasan usaha
yang b a n . Jalur perluasan usaha setelah dibiayai kredit akan cenderung lebih
banyak menggunakan input x2 seperti terlihat pada Garnbar 1.
Pada Gambar 1 narnpak bahwa penggunaan input untuk biaya minimum
tanpa biaya kredit di peroleh pada titik K. Jalur perluasan usaha tanpa biaya kredit
ditunjukkan dengan garis S 1. Jika input xi dibiayai dengan kredit, sehingga
harganya Iebih mahal sebesar r, maka kombinasi penggunaan input optimum
Gambar 1 : Pengaruh Kredit Terhadap Kombinasi Input Biaya Minimum dan Jalur Perluasan Usaha.
Dari uraian dapat ditunjukkan bahwa pada prinsipnya peranan kredit
produksi bagi organisasi produksi adalah sebagai penarnbah modal, sehingga
produsen dapat meningkatkan produksinya pada tingkat yang lebih tinggi. Namun
demikian jika proses produksi dibiayai dengan biaya kredit, harga input akan lebih
mahal sebesar biaya kredit tersebut. Jika ha1 ini terjadi menyebabkan adanya
perbedaan harga input, produsen akan mereorganisasi komposisi penggunaan
input optimal (Kusnadi, 1990).
3.1. D a m p a k Substitusi Leisure dan Dampak Pendapatan Perubahan Wage
Jika tingkat upah (wage) naik, maka harga leisure menjadi lebih tinggi.
Orang hams mengorbankan upah yang tidak jadi diterima karena tidak bekerja.
Makin lama ia tidak melakukan apa-apa, makin banyak jumlah pendapatan yang
tidak jadi diterimanya. Dampak substitusi peningkatan w terhadap jam
menganggur adalah negatif. Kalau biaya nganggur menjadi lebih mahal, tentu
dampak pendapatan positif karena leisure juga merupakan barang normal. Makin
tinggi pendapatan sebagai akibat semakin tingginya upah, menyebabkan
permintaan akan waktu senggang meningkat pula. Jadi