KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI
UJIAN NASIONAL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
ANINDYA SEKAR UTAMI
20120320092
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI
UJIAN NASIONAL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
ANINDYA SEKAR UTAMI
20120320092
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Nama : Anindya Sekar Utami
NIM : 20120320092
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang
penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Yang membuat pernyataan,
Papa (Bambang Eka Darutama) dan mama (Sri Juliyanti), orang tua terbaik yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat di setiap langkah anak-anaknya. Terimakasih telah mempercayakan Nindy dalam menentukan jalan
hidup dan meraih impian. Terimakasih karena selalu mendukung apa yang menjadi pilihan Nindy. Semoga papa dan mama selalu dalam lindungan Allah
SWT. Amin
Kakak tersayang, Aditya Yudha Pratama. Kakak yang selalu menyertakan adiknya dalam doa-doa yang dipanjatkan. Semoga kita menjadi anak yang berbakti pada
orang tua dan juga menjadi seseorang yang bermanfaat bagi sesama. Amin Sahabat-sahabat tersayang Hasna Mufidah dan Fariz Mujahid yang tidak pernah
absen mendoakan dan mendukung dalam hal kebaikan; Syabina Aghni Mufida, Iffianti Azka Atsani, Alda Widya Prihartini A, Imar Cindraini, Yuri Ardhya Stanny, Desi Dwidawanti, dan Marini Susanti sahabat dari SMP dan semoga sampai kita punya anak cucu; Linda Trie Amalia teman pertama di kampus dan selalu ikhlas kamar kost nya dirusuhin, Dwi Puji Putranti, Hikmah Syahputri, Agnes Widhiya
Pangesti, Dewi Pangestuti, Zulfa Ratnaningsih yang selalu bersedia menemani dari awal semester kuliah sampai jadi mahasiswa tua. Terimakasih untuk waktu,
doa, dan kasih sayang kalian. Semoga kita semua dapat meraih impian kita masing-masing. Amin
Teman- teman satu bimbingan, Dwi Sasmoko, Nawanggalih Citrasmi, Latansa Fikri, Miranda Ayu, Herka Setiadi, Ahmad Nugroho, Ilham Romadon. Terimakasih
telah berjuang bersama, maaf bila banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga kita senantiasa diberikan yang terbaik oleh-Nya. Amin
Keluarga besar UMY yang telah mengijinkan saya menuntut ilmu dan meraih impian-impian saya di kampus berkualitas Internasional ini.
PSIK UMY, terimakasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan. Semoga PSIK UMY selalu menjadi lebih baik dan menjadi terbaik. Amin Teman-teman seperjuangan PSIK UMY 2012, terimakasih sudah menerima saya
menjadi salah satu bagian dari keluarga ini. Semoga kita semua bisa lulus dan sumpah Ners bersama satu angkatan, serta menjadi perawat profesional dan
Hasbunallah wani mal wakiil
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
(QS. Ali Imran: 173)Laa Haula Wa laa Quwwata Illaa Billaah
There is no power nor might except with Allah.
(HR. Bukhari & Muslim)Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
I think that is very important if you know what you want, understand where
you are heading towards, and try your best to get it. It is only when we use
our heart to do it, and fall in love with what we are doing, then can we really
get real determination~
Emma WatsonPuji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Berwudhu Terhadap Tingkat Kecemasan pada Siswa SMA yang Menghadapi Ujian Nasional”. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Shanti Wardaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa, PhD selaku dosen
pembimbing yang telah mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis
ini dengan sabar dan teliti.
4. dr. Warih Andan Puspitasari, Sp.KJ, M.Sc selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran untuk memperbaiki
karya tulis ilmiah ini.
5. Kepala sekolah beserta guru dan karyawan, serta siswa-siswi kelas XII SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah membantu peneliti selama proses
penelitian berlangsung.
banyak. Amin. Akhirnya penulis berharap saran dan kritik untuk perbaikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO HIDUP... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
INTISARI ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9
A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Ujian Nasional ... 9
2. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 10
3. Terapi Berwudhu ... 19
B. Kerangka Konsep ... 27
C. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
J. Pengolahan Data ... 42
K. Analisis Data ... 43
L. Etik Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah... 46
B. Hasil Penelitian ... 47
C. Pembahasan ... 53
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
Tabel 3.3. Teknik Penskoran InstrumenState Anxiety Inventory form Y... 36
Tabel 3.4. Interpretasi Nilai r Reliabilitas ... 41
Tabel 4.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 48
Tabel 4.2. Distribusi Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Responden ... 49
Tabel 4.3. Skor Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 50
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data ... 51
Tabel 4.5. Hasil ujiPaired Sample t-testKelompok Intervensi ... 51
Tabel 4.6. Hasil ujiPaired Sample t-testKelompok Kontrol ... 52
Tabel 4.7. Hasil ujiIndependent t-Testpadapre-test ...... 52
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4. Surat Kelayakan Etik Penelitian Lampiran 5. Sertifikat Translasi Bahasa
Lampiran 6. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 8. Lembar Data Demografi Responden Lampiran 9. Lembar Kuisioner Kecemasan Lampiran 10. Lembar Kuisioner Spiritual Lampiran 11. Lembar Checklist Wudhu Lampiran 12. Satuan Acara Pengajaran Lampiran 13. Leaflet
INTISARI
Kecemasan menjadi jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu hal yang dapat menimbulkan kecemasan adalah Ujian Nasional karena banyak materi yang harus dipelajari dan siswa merasa takut hasil ujian tidak memuaskan. Cemas yang berlebihan dapat mengganggu secara fisik, kognitif, emosional, dan perilaku. Gangguan kecemasan dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi untuk kecemasan adalah terapi wudhu. Berwudhu memiliki prinsip penanganan kecemasan yang sama dengan hidroterapi, di samping itu juga memiliki nilai ibadah bagi yang melakukannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional.
Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan desain penelitianpre-post test with control group. Sampel yang digunakan sebanyak 70 responden, yang dipilih melalui simple random sampling. Instrumen kecemasan yang digunakan adalah S-AI (State-Anxiety Inventory). Data dianalisis signifikansinya dengan uji statistik T-Test.
Hasil analisis paired t-test menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok intervensi dan p=0,948 (p>0,05) pada kelompok kontrol, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah terapi berwudhu, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional.
ABSTRACT
Anxiety becomes the most common class of mental disorder present in the world, including Indonesia. One of the things that could cause anxiety was National Examination. The anxiety arised because there was a lot of subject to be learned and students were afraid the exam result were not satisfactory. Excessive anxiety could interfere physical, cognitive, emotional, and behavioral. Anxiety could be treated with pharmacological and non-pharmacological therapy. One of non-pharmacological therapy was wudu’ therapy. Wudu’ had the same principles with hydrotherapy in the treatment of anxiety; besides, it also had worship value for the people who did this therapy.
The purpose of this study to determine the effect of wudu’ towards anxiety
level of Senior High School students in National Examination.
This study was an quasy experiment with pre-post test with control group design. Sample of this study were 70 respondents that had been chosen by accidental sampling. This study used S-AI (State-Anxiety Inventory) instrument to measure anxiety level. The data would analyze with statistical test of T-Test.
Paired t-test results showed p value=0,000 (p<0,05) in intervention group and p=0,948 (p>0,05) in control group, it means that there were significant difference in intervention group before and after wudu’. In conclusion, wudu’
therapy affect the level of anxiety of Senior High School students in National Examination.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di
dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih
banyak dibandingkan pria (Centers for Disease Control and Prevention
[CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi
gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) di
Indonesia sebesar 6% (lebih dari 14 juta jiwa) untuk usia 15 tahun ke atas,
dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dengan
prevalensi gangguan mental emosional tertinggi. Kecemasan adalah
kondisi kejiwaan penuh kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang
mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas
maupun hal-hal aneh (Az-Zahrani, 2005). Kecemasan memiliki dua aspek
yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, tergantung pada
tingkatannya (ringan, sedang, berat dan panik) (Videbeck, 2015).
Kecemasan membantu individu memfokuskan perhatian untuk
belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, dan melindungi diri
sendiri jika masih dalam batas normal (cemas ringan). Sebaliknya,
kecemasan yang berlebihan akan sangat mengganggu kehidupan individu.
Hal ini dikarenakan cemas mempengaruhi seseorang pada empat hal; 1)
secara fisik, diantaranya: detak jantung meningkat, rasa tidak nyaman di
pendek; 2) secara kognitif, yaitu sulit konsentrasi, motivasi belajar
menurun, mudah lupa, dan disorientasi (waktu, orang, dan tempat); 3)
secara emosional, yaitu: gelisah, khawatir, bingung, tidak bisa
mengendalikan diri, dan mudah putus asa; 4) secara perilaku, seperti
komunikasi inkoheren, menjauhi benda, tempat, atau situasi tertentu, dan
menarik diri dari kehidupan sosial (Videbeck, 2015).
Kecemasan terjadi salah satunya pada saat Ujian Nasional (UN).
Beberapa media, baik media cetak maupun online telah memberitakan hal
tersebut, diantaranya yakni seorang siswi SMA 2 Salatiga tidak bisa
melanjutkan mengerjakan UN karena pingsan. Panitia Ujian Nasional
mengatakan bahwa siswi tersebut pingsan karena takut hasil ujian jelek
sehingga belajar terlalu keras dan mengakibatkan kelelahan (Kundori,
2013). Selain itu, sejumlah siswa di Kabupaten mendatangi paranormal
agar mendapat ketenangan saat mengerjakan soal, dan puluhan siswa di
Purbalingga mengalami kesurupan saat sebelum dan setelah mengerjakan
Ujian Nasional (Andrianto, 2011). Kecemasan menjelang UN juga timbul
karena nilai UN digunakan untuk seleksi masuk jenjang pendidikan
selanjutnya, salah satunya untuk masuk perguruan tinggi negeri melalui
jalur tidak tertulis (Aminah, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 23 Januari 2016 melalui
wawancara dengan 10 siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
akan mengikuti UN, 7 dari 10 siswa mengatakan merasakan cemas yang
Penyebab kecemasan antara lain karena belum melakukan banyak latihan
soal, takut soal ujian sulit, dan takut hasil ujian jelek. Tiga siswa lainnya
mengatakan merasa sedikit cemas karena banyak yang harus dipelajari.
Penanganan kecemasan terdiri dari dua macam pendekatan, yakni
farmakologi dan non-farmakologi (Videbeck, 2015). Saat ini banyak
dikembangkan terapi non-farmakologi untuk menangani kecemasan
karena terapi farmakologi memiliki banyak efek samping bagi tubuh.
Townsend (2009) menyebutkan bahwa obat-obatan anti ansietas dapat
menyebabkan depresi susunan syaraf pusat secara menyeluruh,
ketergantungan fisik atau psikologis, dan mengakibatkan toleransi obat
jika digunakan terus-menerus. Salah satu terapi non-farmakologi adalah
hidroterapi. Hidroterapi merupakan metode pengobatan menggunakan air
untuk mengobati/meringankan kondisi sakit dengan mengandalkan
respon-respon tubuh terhadap air (Damayanti, 2014).
Penelitian terkait hidroterapi yang pernah dilakukan diantaranya oleh
Damayanti (2014) tentang hidroterapi rendam hangat yang memberikan
pengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi, dan penelitian oleh Im,et al.(2013) tentang hidroterapi dengan
pusaran air (whirlpool hydrotherapy) yang efektif mengurangi nyeri dan
ansietas pada pasienmyofascial pain syndrome.
Beberapa studi juga telah menemukan adanya pengaruh hidroterapi
terhadap penurunan tingkat kecemasan, salah satunya oleh Bahadorfar
Health Benefits yang menyatakan bahwa efek massage oleh aliran
semburan air membantu mengurangi stres, ansietas, dan merilekskan otot
tubuh. Stan (2013) juga mengatakan air bekerja melalui interaksi dengan
sistem saraf untuk mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi.
Prinsip penanganan kecemasan yang dilakukan dengan hidroterapi
juga terjadi saat seseorang berwudhu. Menggosok anggota wudhu
memberikan efek massage pada tubuh (Sagiran, 2012). Air wudhu
mendinginkan ujung-ujung syaraf jari tangan dan kaki yang berguna
memantapkan konsentrasi pikiran. Selain itu, terdapat ratusan titik
akupunktur pada anggota tubuh yang terkena air wudhu yang bersifat
reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan
atau urutan ketika berwudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui
meridian ke sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang bersifat terapi
(Matheer, 2015). Membasuh tubuh menggunakan air lima kali sehari
membantu mengistirahatkan organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik
dan psikis, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Apabila engkau sedang marah, maka berwudhulah”.(HR. Ahmad)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu mengetahui lebih
lanjut tentang pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan sebagai
alternatif pengganti hidroterapi, yang tidak hanya untuk mengurangi
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
berwudhu terhadap tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi Ujian
Nasional?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada
siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden penelitian.
b. Mengetahui tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi
Ujian Nasional sebelum dan setelah berwudhu pada kelompok
intervensi.
c. Mengetahui tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi
Ujian Nasional sebelum dan setelah berwudhu pada kelompok
kontrol.
d. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa SMA yang
menghadapi Ujian Nasional sebelum berwudhu antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
e. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa SMA yang
menghadapi Ujian Nasional setelah berwudhu antara kelompok
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Mampu menjadi salah satu dasar dan tambahan pengetahuan untuk
penelitian selanjutnya di bidang keperawatan jiwa.
b. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh berwudhu
terhadap tingkat kecemasan, salah satunya pada siswa yang akan
menghadapi Ujian Nasional.
2. Bagi Masyarakat
a. Agar masyarakat dapat mengetahui pengaruh berwudhu terhadap
tingkat kecemasan.
b. Sebagai masukan program preventive dalam kesehatan jiwa.
3. Bagi Institusi
a. Institusi pendidikan secara umum terlebih bagi institusi yang
berlandaskan islam dapat menerapkan kebijakan penggunaan terapi
berwudhu dalam mengurangi kecemasan siswa maupun seluruh
anggota civitas akademika.
b. Institusi pelayanan kesehatan secara umum terlebih bagi institusi
yang berlandaskan islam dapat menerapkan kebijakan penggunaan
terapi berwudhu dalam pemberian asuhan keperawatan sebagai
4. Bagi Peneliti Lain
Menambah referensi ilmiah tentang intervensi untuk mengurangi
kecemasan, sehingga dapat digunakan oleh peneliti lain yang ingin
meneliti hal yang berhubungan dengan kecemasan.
E. Keaslian Penelitian
1. Zarghami (2012), penelitiannya selama delapan minggu terkait
pelatihan hydrotherapy di kolam renang pada sejumlah pekerja
laki-laki di salah satu perusahaan di kota Omidiyeh, Iran, berdampak positif
terhadap kesehatan mental, diantaranya yakni menurunkan tingkat
depresi dan kecemasan para pekerja tersebut. Metode penelitian ini
adalah semi experiment dengan control group design. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak
pada responden dan jenishydrotherapyyang digunakan.
2. Utomo (2015) tentang pengaruh wudhu terhadap kecemasan
mahasiswa saat menghadapi ujian praktikum keperawatan. Penelitian
ini menggunakan desain quasy-exsperimentdengan one group pre-test
and post test yang dilakukan pada 15 responden sesaat sebelum ujian
dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
wudhu terhadap penurunan kecemasan dengan nilai p=0,000 (p< 0,05).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
3. Rahmania (2010) tentang pengaruh wudhu dalam shalat tahajjud
terhadap populasi angka kuman di rongga mulut. Penelitian ini
merupakan penelitian true experimental laboratory dengan dua
kelompok independent, yaitu kelompok pengamal shalat tahajjud dan
kelompok bukan pengamal shalat tahajjud. Persamaan penelitian ini
terletak pada intervensi yang digunakan. Sedangkan perbedaannya
terletak pada variabeldependentnya.
Ketiga penelitian di atas memiliki perbedaan maupun persamaan
dengan peneliti. Baik dalam variabel dependent maupun independent.
Peneliti belum menemukan adanya penelitian yang serupa dengan
“Pengaruh Berwudhu Terhadap tingkat Kecemasan Pada SiswaSMA yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan teori dan beberapa penelitian terkait yang
mendukung topik penelitian, yakni penjelasan tentang Ujian Nasional, kecemasan,
terapi berwudhu, dan pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan.
A. Tinjauan Pustaka
1. Ujian Nasional
Ujian nasional menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No 5 tahun 2015 Pasal 1 adalah kegiatan pengukuran dan penilaian
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu. Pelaksanaan UN dapat dilakukan melalui ujian berbasis kertas
(Paper Based Test) dan/atau ujian berbasis komputer (Computer Based
Test) (Kemdikbud, 2015).
Hasil UN digunakan sebagai pemetaan mutu program dan/atau
satuan pendidikan, pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan
berikutnya, dan pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
2. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)
a. Definisi
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada objek
yang tidak spesifik yang bersifat subjektif dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati et al., 2005).
Dalam penelitian ini, kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan
saat menghadapi Ujian Nasional.
Ujian Nasional (UN) merupakan sarana evaluasi belajar siswa
secara nasional yang menentukan tingkat pemahaman siswa selama
tiga tahun proses pembelajaran. Meskipun UN tidak lagi sebagai
penentu kelulusan, UN masih menimbulkan kecemasan.
Berdasarkan hasil penelitian Lastina dan Abidin (2013), faktor
penyebab kecemasan pada UN adalah faktor internal (tidak percaya
diri, kurang persiapan, takut gagal), dan faktor eksternal
(lingkungan dan dukungan sosial). Sedangkan penelitian Walasary,
et al. (2015) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi UN
sebagian besar berada pada tingkat ringan dan sedang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi
kecemasan menghadapi UN adalah kebingungan dan kekhawatiran
siswa saat menghadapi UN dengan tingkat ringan hingga sedang
b. Bentuk Kecemasan
Spielberger (cit. Safaria, 2005) mengemukakan ada dua
bentuk kecemasan, yaitu:
1) Kecemasan Sesaat (State Anxiety) : kecemasan sebagai suatu
reaksi terhadap situasi tertentu. Jika situasi itu tidak ada maka
kecemasannya pun hilang. Misalnya cemas ketika ujian, cemas
ketika melewati tempat yang sepi dan angker.
2) Kecemasan Dasar (Trait Anxiety): kecemasan yang menetap
pada diri seseorang. Kecemasan model ini merupakan
kecemasan berupa disposisi/sifat dari individu itu sendiri yang
pencemas, sehingga kadang-kadang pada situasi yang
sebenarnya tergolong biasa, dia bereaksi cemas.
c. Penyebab Kecemasan
Menurut Maramis (2009), ada beberapa penyebab kecemasan:
1) Frustasi
Frustasi terjadi bila keinginan yang ingin dicapai terhalang
oleh sebab- sebab tertentu, bisa berasal dari individu tersebut
atau dari luar yang berhubungan dengan kebutuhan harga diri.
2) Konflik
Konflik terjadi bila tidak bisa memilih antara dua atau
3) Tekanan
Tekanan bisa berasal dari diri sendiri seperti memiliki
cita-cita yang terlalu tinggi sehingga dalam proses
pencapaiannya akan penuh dengan tekanan. Tekanan dapat
pula berasal dari lingkungan sekitar, misal: lingkungan sekolah
dan tempat tinggal yang menuntut keberhasilan gemilang dari
suatu individu.
4) Krisis
Krisis adalah suatu keadaan mendadak yang menimbulkan
stress pada seseorang, contohnya ujian mendadak, kehilangan
pekerjaan mendadak, jatuh miskin mendadak, dan sebagainya.
Penyebab kecemasan pada penelitian ini berasal dari tekanan.
Ujian Nasional dianggap sebagai tekanan karena siswa dituntut
untuk mendapatkan nilai yang baik sebagai modal bersaing pada
jenjang pendidikan selanjutnya.
d. Fisiologi Kecemasan
Kecemasan dimulai ketika stressor yang datang ditangkap
melalui panca indera. Stressor tersebut diteruskan oleh sistem saraf
panca indera ke sistem saraf pusat, yaitu pada sistem limbik di
otak, kemudian diteruskan ke sistem saraf simpatis (Hawari, 2011).
tubuh mengambil lebih banyak oksigen, mendilatasi pupil, dan
meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung, membuat
konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem
gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis
menjadi glukosa bebas untuk menyokong jantung, otot, dan sistem
saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf
parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke
kondisi normal (Videbeck, 2015).
e. Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau (cit. Videbeck, 2015), ada empat tingkat
kecemasan yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.
1) Kecemasan ringan: individu masih waspada serta lapang
persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi
individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Kecemasan sedang: individu terfokus hanya pada pikiran yang
menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi,
masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3) Kecemasan berat: lapang persepsi individu sangat sempit. Pusat
perhatiannya pada detil yang spesifik dan tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk
mengurangi kecemasan, otot-otot tegang, tanda vital
4) Panik: individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian
hilang sehingga tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas
motorik dan respon fisik fight, flight, atau freeze (menyerang,
menarik diri, atau beku tidak dapat melakukan sesuatu).
Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda vital sangat meningkat,
pupil membesar, dan satu-satunya proses kognitif berfokus
pada pertahanan individu tersebut.
f. Adaptasi Fisiologis
Tubuh memiliki adaptasi terhadap stres atau kecemasan, salah
satunya dengan sindrom adaptasi umum (General Adaptation
Syndrome/ GAS). General Adaptation Syndrome menggambarkan
bagaimana respon tubuh terhadap stresor melalui reaksi peringatan,
tahap pertahanan, dan tahap kelelahan (Potter & Perry, 2010).
General Adaptation Syndrome melibatkan beberapa sistem
tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin, serta
respon cepat terhadap stres. Ketika cemas/stres, kelenjar pituitari
memulai GAS. Kelenjar pituitari berkomunikasi dengan
hipotalamus, yang menyekresikan endorfin. Endorfin adalah
hormon yang bekerja pada otak (seperti morfin dan opiate),
menghasilkan perasaan damai dan mengurangi rasa nyeri (Potter &
a. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Respon Kecemasan
Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap suatu
stressor. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon individu
terhadap stress/kecemasan diantaranya adalah:
1) Usia. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin banyak
pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup
tersebut dapat mengurangi respon seseorang terhadap
kecemasan (Stuart & Laraia, 2005).
2) Jenis Kelamin. Gangguan kecemasan, baik akut maupun kronik
mencapai 5% dari jumlah penduduk dengan perbandingan
antara wanita dan pria 2:1 (Hawari, 2011). Perempuan lebih
cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan
laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan
lebih sensitif (Stuart & Laraia, 2005).
3) Pendidikan. Individu yang berpendidikan tinggi dapat
menggunakan koping lebih baik sehingga memiliki tingkat
kecemasan yang lebih rendah (Stuart & Laraia, 2005).
4) Keadaan Fisik. Seseorang yang mengalami gangguan fisik
seperti cedera, penyakit, operasi, lebih mudah mengalami
kelelahan fisik sehingga mudah mengalami kecemasan (Stuart
& Sundeen, 1998citSadiah, 2014).
5) Faktor Budaya. Budaya memengaruhi individu dalam menilai
pada suatu budaya dapat dipandang sebagai masalah kecil pada
budaya lain. Budaya juga memberikan cara yang berbeda untuk
beradaptasi dengan stres/kecemasan (Potter & Perry, 2010).
6) Sistem Pendukung. Sistem pendukung adalah kesatuan antara
individu, keluarga, lingkungan, dan masyarakat sekitar yang
mempengaruhi mekanisme koping individu sehingga memberi
gambaran kecemasan yang berbeda (Stuart & Laraia, 2005)
7) Spiritualitas. Individu yang menganut agama dan aliran
spiritual serta berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
dilaporkan memiliki kesehatan fisik lebih baik, depresi lebih
sedikit, dan dukungan sosial yang lebih baik (Potter & Perry,
2010). Puchalski (cit. Angelos, 2007) mengatakan bahwa
spiritualitas merupakan sumber koping bagi individu dengan
cara membuat individu memiliki keyakinan dan harapan
positif, mampu menerima kondisi, sumber kekuatan, dan
membuat hidup lebih berarti. Selain itu, Puchalski
mengemukakan bahwa spiritual dapat dikaji melalui empat
domain, yakni Faith or belief, Importance and influence,
Community, dan Address in Care (FICA) yang kemudian
dijadikan sebuah instrumen untuk memudahkan petugas
kesehatan dalam pengkajian spiritual pada klien/pasien
b. Dampak Kecemasan
1) Fisiologis. Respons tubuh terhadap kecemasan adalah
mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
Sistem saraf simpatis mengaktivasi proses tubuh, sedangkan
sistem parasimpatis meminimalkan respons tubuh. Rangsangan
yang diterima korteks otak akan dikirim melalui saraf simpatis
ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau
epinefrin sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih
dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat.
2) Psikologis. Kecemasan memengaruhi aspek interpersonal
maupun personal, yakni dapat membuat individu menarik diri
dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
3) Kognitif. Kecemasan memengaruhi kemampuan berpikir baik
proses pikir maupun isi pikir, diantaranya yaitu konsentrasi
menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan
bingung.
4) Afektif. Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam
bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi
emosi terhadap kecemasan (Stuart, 2009).
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kecemasan
berdampak pada fisiologis, psikologis, kognitif, dan afektif yang
c. Penatalaksanaan Kecemasan
Kecemasan dalam menghadapi ujian dapat diatasi dengan
pendekatan farmakologis dan non-farmakologis, diantaranya:
1) Farmakologi. Farmakologi hanya digunakan pada kecemasan
tingkat berat, yakni dengan benzodiazepin, buspiron, dan
berbagai antidepresan juga digunakan. Farmakologi untuk
kecemasan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena
pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan
(Isaac, 2005citWandi, 2013).
2) Non-Farmakologi. Penatalaksanaan pada kecemasan yang
belum parah/berat diantaranya adalah dengan olahraga teratur,
humor, nutrisi dan diet yang baik, istirahat yang cukup, teknik
relaksasi, pijat, dan spiritualitas (Potter & Perry, 2010).
a) Olahraga Teratur. Olahraga meningkatkan tonus otot dan
postur otot, mengontrol berat badan, mengurangi
ketegangan, dan meningkatkan relaksasi.
b) Humor. Menyerap hal lucu dan tertawa dapat melepaskan
endorfin ke dalam sirkulasi sehingga stress dapat hilang.
c) Nutrisi dan Diet. Setiap orang didorong untuk
memperhatikan kualitas makanan dan mempertahankan
berat badan sesuai rentang standar usia, jenis kelamin, dan
bentuk tubuh untuk menghindari masalah metabolisme.
d) Istirahat. Tidur tidak hanya menyegarkan tubuh tetapi juga
membantu merilekskan mental.
e) Teknik Relaksasi. Relaksasi progresif dengan dan tanpa
ketegangan otot dan teknik manipulasi pikiran mengurangi
komponen fisiologis dan emosional stres.
f) Terapi pijat. Terapi pijat memanipulasi jaringan ikat
melalui pukulan, gosokan, atau meremas untuk
meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot, dan
relaksasi.
g) Spiritualitas. Aktivitas spiritual mempunyai efek yang
positif dalam menurunkan stres. Praktik seperti berdoa,
meditasi, atau membaca buku keagamaan dapat menjadi
sumber kekuatan atau dukungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa wudhu
termasuk dalam terapi pijat dan spiritual. Terapi berwudhu akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
3. Terapi Berwudhu
a. Pengertian
Wudhu secara etimologi berarti bersih. Menurut istilah,
wudhu adalah mempergunakan air pada anggota tubuh tertentu
dengan maksud untuk membersihkan dan mensucikan
b. Hukum Wudhu dalam Islam
1) Fardlu/ wajib: ketika hendak melakukan shalat, memegang
mushaf Al Quran, danthawafmengelilingi Ka’bah.
2) Sunah: sebelum berdzikir dan berdoa, sebelum tidur, setiap kali
berhadast, setelah membawa jenazah, dan sebagainya.
3) Makruh: mengulang wudhu sebelum menunaikan shalat dengan
wudhu yang pertama (berwudhu di atas wudhu yang lain).
4) Mubah/ boleh: wudhu untuk kebersihan dan kesegaran.
5) Haram: berwudhu dengan air rampasan dan anak yatim
(Hasanuddin, 2007).
c. Rukun Wudhu
Rukun adalah sesuatu yang wajib dikerjakan. Rukun wudhu
menurut surat Al-Maidah ayat 6 adalah membasuh wajah,
membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala satu kali,
membasuh kaki sampai mata kaki (Jamaluddin, 2011).
d. Sunah Wudhu
Sunah wudhu diantaranya adalah bersiwak, mencuci kedua
telapak tangan, mengusap anggota wudhu, membasuh tiap anggota
wudhu sebanyak tiga kali kecuali kepala, berdoa, dan shalat dua
rakaat setelah wudhu (Sagiran, 2012).
e. Tata Cara Berwudhu
Berikut paparan tentang tata cara berwudhu yang dicontohkan
1) Niat berwudhu karena Allah semata dan mengucapkan
bismillah.
“...dan tidak dipandang wudhu orang berwudhu dengan tidak
menyebut nama Allah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah,
Ahmad, dan lainnya)
2) Membasuh tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jemari.
Beliau juga mencontohkan cara membasuh anggota wudhu
yakni dengan sedikit menggosoknya.
3) Berkumur dengan istinsyaq (memasukkan air ke hidung) dan
istinsyar (mengeluarkannya kembali) tiga kali.
4) Membasuh wajah tiga kali
5) Membasuh tangan hingga siku tiga kali
6) Mengusap kepala sekaligus dengan telinga satu kali
7) Membasuh kaki tiga kali sambil menyela-nyelai jemari
8) Tertib
9) Membaca doa
Setelah berwudhu, Nabi SAW berdoa:
Asyhadu alla ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu wa
asyhadu anna muhammadan ‘abduhuuwa rosuuluhuu.
“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhanselain Allah, yang tidak
pernah ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi pula bahwa
f. Manfaat Wudhu dalam Kesehatan
Allah dan Rasulnya membuat perintah untuk berwudhu sudah
pasti ada manfaatnya. Manfaat yang terkandung di setiap gerakan
wudhu diantaranya adalah:
1) Membasuh tangan
Tangan menjadi agen pembawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain. Mencuci
tangan saat berwudhu memutus mata rantai kuman sehingga
dapat mencegah penyakit. Selain itu, menggosok sela-sela jari
dapat memperlancar aliran darah perifer yang menjamin
pasokan makanan dan oksigen (Sagiran, 2012). Air yang
mengalir lembut dengan suhu dingin juga memberikan rasa
segar dan menenangkan pikiran (Sangkan, 2008).
2) Berkumur denganistinsyaqdanistinsyar
Berkumur dapat mencegah infeksi gigi dan mulut (Zein, 2015).
Berkumur juga dapat menggerakkan otot-otot wajah yang
memberikan efek relaksasi pada wajah (Matheer, 2015).
3) Membasuh muka
Membasuh muka dapat mengurangi depresi dan melancarkan
peredaran darah sehingga membuat wajah segar dan sehat
4) Membasuh tangan hingga siku
Titik akupunktur terdapat pada tangan sampai siku yang
menyembuhkan penyakit pada dada, paru-paru, tenggorokan,
lambung, jantung, dan organ gerak bagian atas. Titik-titik yang
dapat menghilangkan kecemasan pun terdapat pada bagian ini
(Zein, 2015).
5) Mengusap kepala
Mengusap kepala membuat pikiran jernih, ingatan tajam,
rambut tidak cepat rontok, dan terhindar dari penyakit
Alzheimer karena terdapat titik-titik yang berhubungan dengan
otak dan syaraf. Mengusap kepala juga bisa sebagai terapi stres
atau tekanan (Zein, 2015).
6) Mengusap telinga
Mengusap telinga merangsang titik pendengaran dan
keseimbangan. Pemijatan pada telinga seakan-akan melakukan
stimulasi daerah punggung dan ruas-ruas tulang belakang.
Selain itu, menggosok telinga dengan lembut dapat menambah
konsentrasi belajar (Sagiran, 2012).
7) Membasuh kaki
Kaki merupakan organ yang paling lemah peredaran darahnya
karena letaknya jauh dari jantung, sehingga membasuh kaki
dapat memperlancar peredaran darah (Zein, 2015). Sedangkan
terapi pada seluruh tubuh karena kaki merupakan cerminan
seluruh perangkat tubuh (Hasanuddin, 2007).
Manfaat berwudhu seperti di atas dapat dirasakan apabila
disertai niat yang ikhlas dan dilakukan dengan maksimal sesuai
tuntunan Rasulullah SAW (Matheer, 2015). Pemijatan dan
penggosokan anggota wudhu juga diperlukan untuk mendapatkan
manfaat dari terapi berwudhu. Hal ini disebutkan dalam sebuah
hadist, yakni:
“Sempurnakanlah dalam berwudhu dan gosoklah sela-sela jari
kalian.” (HR. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Imam Ahmad Hambali)
4. Pengaruh Berwudhu Terhadap Tingkat Kecemasan
Berwudhu memiliki prinsip penanganan kecemasan yang sama
dengan hidroterapi. Hidroterapi menggunakan air, suhu, dan teknik
massageuntuk memberikan efek relaksasi pada tubuh.
Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat
membersihkan, menyejukkan, dan syifa’(terapis) (Hasanuddin, 2007).
Berwudhu juga memberikan manfaat yang sama seperti pada terapi
mandi air dingin. Hal ini dikarenakan membasuh anggota wudhu
seakan-akan sudah membasuh seluruh tubuh (Sagiran, 2012). Jurnal
terkait hidroterapi dengan judul A Study of Hydrotherapy and Its
dingin/cold water hydrotherapy dapat mengecilkan pembuluh darah
(vasokonstriksi) yang menyebabkan darah segera kembali ke sirkulasi
pusat, sehingga tubuh menjadi segar. Tubuh yang segar dapat
mengurangi ketegangan jiwa, stress, khawatir, cemas, dan penyakit
kejiwaan lainnya. Mandi juga dapat mengurangi ketegangan otot serta
urat syaraf dan memberikan kejernihan dalam pikiran. Pernyataan ini
dibuktikan oleh Muslimah (2014) dalam penelitiannya tentang terapi
mandi terhadap pecandu narkotika. Hasil penelitiannya menemukan
bahwa terapi mandi efektif meningkatkan kesehatan mental dan fisik
pecandu sehingga mencegah untuk kembali menggunakan narkotika.
Membasuh anggota wudhu memberikan efek massage yang
merupakan salah satu teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat
membuat tubuh menjadi relaks, dan saat tubuh dalam kondisi relaks
maka yang bekerja adalah sistem parasimpatik. Sistem saraf simpatik
melepaskan epinefrin sehingga napas menjadi lebih dalam, nadi
meningkat, dan tekanan darah meningkat, sedangkan sistem saraf
parasimpatik menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh
sistem saraf simpatik dan menaikkan semua fungsi yang diturunkan
oleh sistem saraf simpatik sehingga relaksasi dapat menekan rasa
tegang dan cemas (Potter & Perry, 2010). Hal ini didukung penelitian
Wandi (2013) yang menunjukkan penurunan tingkat kecemasan siswa
kelas 3 SMP menjelang ujian nasional setelah diberikan intervensi
tubuh, efekmassagejuga dapat mendorong tubuh melepaskan endorfin
yang menghasilkan perasaan nyaman (Potter & Perry, 2010). Hal ini
dibuktikan oleh Sari dan Pantiawati (2013) yang menemukan bahwa
teknik massage lebih efektif dibandingkan terapi musik dalam
menurunkan kecemasan pada ibu bersalin primipara.
Perlu diketahui juga bahwa berwudhu merupakan kegiatan yang
mencakup spiritualitas dan kepercayaan. Studi literatur yang dilakukan
oleh Mardiyono, et al. (2011) sejak tahun 1994 hingga 2010
menemukan enam studi yang menunjukkan bahwa kegiatan spiritual
meningkatkan perasaan bahagia dan kesehatan fisik, serta menurunkan
ansietas dan depresi. Spiritualitas dan kepercayaan mengandung
harapan yang merupakan konsep multidimensional yang memberikan
kenyamanan selama individu menjalani situasi yang mengancam,
penderitaan, dan tantangan personal lainnya. Harapan adalah energi,
memberikan individu motivasi untuk mencapai keinginannya (Potter &
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka dan masalah penelitian yang telah
dirumuskan di atas, peneliti merumuskan kerangka konsep yang
menguraikan hubungan atau kaitan antara variabel yang satu dengan
variabel lain yang dalam penelitian yakni variabel terikat (tingkat
kecemasan) dan variabel bebas (berwudhu).
Keterangan:
= variabel yang diteliti
= adanya pengaruh langsung
Penyebab Kecemasan: tekanan UN
Kecemasan
Penanganan kecemasan Faktor yang memengaruhi:
- Usia
- Jenis kelamin
- Budaya
- Pendidikan
- Keadaan fisik
- Sistem pendukung
- Spiritualitas
Non Farmakologi
Farmakologi Berwudhu
Tingkat kecemasan
C. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada
siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional
H1 : Terdapat pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy
experiment) dengan pre-post test with control group design, yaitu
membagi responden penelitian menjadi kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dengan diberikanpre-testdanpost-test. Design ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Subjek Pra Intervensi Pasca-tes
K-I O1 I O2
K-K O1 - O2
Tabel 3.1. Desain non-equivalent control group Keterangan:
KI : Kelompok intervensi KK : Kelompok kontrol
O1 : Tes awal (sebelum intervensi)
I : Intervensi (berwudhu) O2 : Tes akhir (setelah intervensi)
Berdasarkan desain tersebut, kedua kelompok diberi intervensi yang
berbeda, yakni kelompok intervensi melakukan terapi berwudhu
sedangkan kelompok kontrol tidak melakukan intervensi namun diberikan
leaflet tentang tata cara berwudhu dan manfaat wudhu terhadap
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
yang menghadapi Ujian Nasional, sedangkan populasi terjangkaunya
yakni siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Jumlah
populasi pada penelitian ini adalah 235 siswa, yang terdiri dari 140
siswa kelas IPA (4 kelas), dan 95 siswa kelas IPS (3 kelas).
2. Sampel
Penentuan besar sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus Slovin. Penggunaannya adalah sebagai berikut:
= 1 + ( )
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi (235 siswa)
d = Derajat kesalahan (0,1)
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
n =1 + N(d)² =N 1 + 235(0.1) = 70235
Berdasarkan penghitungan rumus di atas, maka sampel yang
diperlukan adalah 70, yang terdiri dari 35 responden untuk kelompok
Penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling yaitu
memilih beberapa kelas (IPA dan IPS) secara acak melalui
pengundian dengan menuliskan nama setiap kelas pada kertas kecil
dan peneliti mengambil beberapa kertas tersebut dengan sembarang
(tanpa prasangka). Namun, pada pelaksanaannya, teknik simple
random sampling hanya dilakukan dengan memilih beberapa kelas
IPA secara acak untuk memudahkan pihak sekolah secara teknis.
Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria penerimaan yang
meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dan eksklusi
pada penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
menghadapi Ujian Nasional
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Siswa yang mengalami gangguan fisik (misal: sakit, cedera)
2) Siswa mengalami kecemasan berat sehingga membutuhkan
penanganan khusus
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta di
Jalan Kapten Piere Tandean No.58, Wirobrajan, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku yang memberikan nilai beda terhadap
sesuatu. Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe
untuk menjelaskan penggunaannya dalam penelitian (Nursalam, 2014).
1. Variabel bebas : berwudhu
2. Variabel terikat : tingkat kecemasan pada siswa SMA yang
menghadapi Ujian Nasional
E. Hubungan Antar Variabel
Variabel bebas: Berwudhu
Variabel terikat:
Tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional
Variabel Pengganggu:
- Usia
- Jenis kelamin
- Budaya
- Pendidikan
- Kondisi fisik
- Sistem pendukung
F. Definisi Operasional
Variabel dependent dan independent serta data demografi dalam
penelitian ini dijelaskan secara operasional agar mempermudah pembaca
dalam mengartikan makna penelitian. Definisi operasional dalam
penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data Demografi Responden
Usia Usia responden sejak lahir sampai dilakukan penelitian yang terdiri atas laki-laki dan perempuan
Jurusan yang menjadi fokus responden di SMA
Isian data SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta selama
Budaya Nilai-nilai budaya yang
diterapkan oleh
Spiritual Tingkat spiritual siswa
kelas XII SMA
Muhammadiyah 3
Yogyakarta
Tabel 3.2. Definisi Operasional (lanjutan) subjektif pada siswa kelas XII SMA 2= kurang; 3= cukup; 4=sangat merasakan
Skor kecemasan
G. Instrumen Penelitian
Salah satu instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan adalah
dengan State Trait Anxiety Inventory (STAI) form-Y. STAI disusun oleh
Spielberger, Gorsuch, and Luschene pada tahun 1964, yang terdiri dari dua
dimensi, yakni kecemasan sesaat (state) dan kecemasan dasar/yang
menetap (trait) (Shari et al, 2014). Namun, peneliti hanya menggunakan
alat ukur kecemasan state atau State Anxiety Inventory (S-AI) form-Y
karena kecemasan yang diteliti adalah kecemasan pada situasi tertentu,
yakni saat menghadapi Ujian Nasional. Selain itu, kuisioner ini
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa SMA dan tidak
membutuhkan waktu yang lama dalam pengisian. Pengukuran tingkat
kecemasan dengan S-AI form Y dilakukan dua kali, yakni sebelum dan
setelah intervensi, saat 2 minggu sebelum Ujian Nasional.
Skala S-AI form Y Spielberger terdiri dari 20 pernyataan dengan 4
respon skala likert. Sebagian dari aitem tersebut merupakan pernyataan
positif (favorable), yakni merasa aman, nyaman, tidak gelisah, dan
sebagainya, yang terdapat pada 10 nomor dengan skor: 4= tidak sama
sekali; 3= kurang; 2= cukup; 1= sangat merasakan. Sepuluh lainnya
merupakan pernyataan negatif (unfavorable), seperti ketakutan pada
sesuatu yang akan terjadi, gelisah, cemas, dan ketegangan. Pemberian skor
pada pernyataan negatif merupakan kebalikan dari skor pernyataan positif,
Teknik Penskoran instrumenState Anxiety Inventory form Y
Pernyataan Jawaban Responden
Tidak sama sekali
Kurang Cukup Sangat
merasakan
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
Tabel 3.3. Teknik Penskoran instrumenState Anxiety Inventory form Y
Penelitian ini juga menggunakan instrumen tambahan berupa
instrumen spiritual untuk digunakan sebagai data demografi. Instrumen
spiritual yang digunakan merupakan modifikasi dari instrumen Faith or
belief,Importance and influence, Community,and Address in Care(FICA)
yang disusun oleh Christina M Puchalski. Instrumen ini menggunakan
pertanyaan tertutup dengan jenis pertanyaan dichotomy questions yang
berisi dua alternatif jawaban (ya, tidak), dengan bobot 1 untuk jawaban ya
dan 0 untuk jawaban tidak.
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini diantaranya adalah melakukan
studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
berupa fenomena (masalah) dan gambaran terkait tempat penelitian,
setelah itu peneliti menyusun proposal penelitian dengan judul yang
telah disetujui dosen pembimbing. Tahap selanjutnya yakni
pengesahan proposal melalui ujian dan revisi oleh dosen pembimbing
dan penguji, kemudian peneliti mengurus surat perijinan kepada
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 dengan bantuan
asisten penelitian. Tahap-tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti dan asisten melakukan pertemuan dan diskusi sebelum
pelaksanaan untuk menyamakan persepsi.
b. Peneliti menentukan sampel menggunakan teknik simple random
sampling yang dilakukan dengan memilih beberapa kelas IPA
secara acak dan tidak menyertakan kelas IPS. Hal ini disebabkan
keinginan dari pihak sekolah untuk mempermudah secara teknis.
c. Beberapa kelas yang terpilih sebagai sampel dibagi lagi menjadi
kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan cara random.
d. Peneliti dan asisten menjelaskan etika penelitian dan memberikan
lembar persetujuan kepada responden yang menjadi sampel
penelitian.
e. Peneliti dan asisten memberikan pre-test pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi untuk mengetahui tingkat kecemasan
siswa sebelum intervensi wudhu.
f. Peneliti melakukan pelatihan berwudhu dan pemberian materi
tentang manfaat berwudhu bagi kesehatan (powerpoint) kepada
kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan
leaflet. Hal ini dilaksanakan dua minggu sebelum UN.
g. Kelas intervensi melakukan terapi berwudhu selama satu minggu,
fffff fffff
h. Peneliti dan asisten melakukan post-test pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi.
i. Pemberian leaflet pada kelompok intervensi.
j. Pelatihan berwudhu dan pemberian materi tentang manfaat
berwudhu bagi kesehatan (powerpoint) kepada kelompok kontrol.
Namun, hal ini tidak dilakukan karena waktu yang terlalu dekat
dengan ujian nasional sehingga pihak sekolah tidak mengijinkan.
3. Tahap Penilaian
Setelah semua data terkumpul, peneliti mengecek kelengkapan
data yang telah diisi oleh responden kemudian dilakukan olah data dan
dianalisa menggunakan komputer.
4. Tahap Akhir
Penyusunan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penelitian.
Gambar 3.1. Alur Penelitian fffff
Pelatihan berwudhu dan penjelasan materi pada kelompok intervensi, pemberian leaflet pada kelompok kontrol (dua minggu sebelum UN) Pre-test
pada kedua kelompok
Pelatihan berwudhu dan penjelasan materi pada kelompok kontrol, pemberian leaflet pada kelompok intervensi. Olah
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen STAI disusun oleh Spielberger, Gorsuch, dan Luschene
pada tahun 1964 dan telah distandarisasi. STAI sudah diadaptasi kedalam
48 bahasa untuk berbagai macam studi di bidang penelitian kesehatan dan
sudah digunakan pada berbagai pasien medis, bedah, neuropsychiatric,
siswa, orang dewasa di komunitas, personil militer, dan narapidana.
Instrumen ini juga sudahvaliddanreliabeldalam menilai kecemasan pada
responden siswa SMA, yakni dengan reliabilitas berkisar antara
0,86-0,94, dan validitas 0,69 (McDowell, 2006). Namun, peneliti tetap
melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen ini.
Uji validitas dan reliabilitas tetap dilakukan karena belum terdapat
instrumen S-AI form Y dengan responden siswa SMA dalam bahasa
indonesia. Instrumen terlebih dahulu diterjemahkan ke bahasa indonesia di
Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
oleh ahli bahasa terkait sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Instrumen tambahan berupa instrumen spiritual modifikasi dari FICA juga
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
sebanyak 30 siswa yang memiliki karakteristik sama dengan SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik untuk mengukur validitas
Pearson Product Moment dan diolah menggunakan aplikasi komputer
atausoftwarestatistik.
Setiap pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Nilai
signifikan yang diambil adalahp=0,05 denganrtabel 0,361, maka valid
jika r hitung > 0,361 dan tidak valid jika r hitung < 0,361. Hasil uji
validitas pada instrumen S-AI form Y ditemukan dua pernyataan tidak
valid, yaitu pernyataan nomor 11 dan nomor 16, namun karena
pernyataan tersebut dianggap penting maka pernyataan diperbaiki
strukturnya dengan back translete, sedangkan pada instrumen FICA,
semua pernyataan dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen S-AIform Yadalah menggunakanAlpha
Cronbach dengan aplikasi komputer atau softwarestatistik. Instrumen
dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach ≥ konstanta (0,6),
sedangkan jika nilai Alpha Cronbach ≤ konstanta (0,6), maka
instrumen dikatakan belum reliabel (Arikunto, 2013). Hasil uji
menyatakan bahwa instrumen S-AIform Yadalah reliabel dengan nilai
Alpha Cronbach0,910.
Instrumen FICA dilakukan uji reliabilitas dengan
Kuder-Richardson (K-R) 20 menggunakan Microsoft Excel. Hasil uji
reliabilitas Kuder-Richardson (K-R) 20 menyatakan bahwa instrumen
FICA adalah reliabel dengan nilai r 0,66. Rumus K-R 20 menurut
r = k 1k
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= varians total
P = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir
(proporsi subjek yang mendapat skor 1)
p=
q=
( )
Tabel 3.4. Interpretasi Nilai r Reliabilitas
Nilai r Interpretasi
0,81–1,00 0,61–0,80 0,41–0,60 0,21–0,40 0,00–0,20
J. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan
komputer. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Peneliti melakukan pemeriksaan ulang terhadap jumlah,
kelengkapan pengisian, dan ketepatan dalam menjawab lembar data
demografi, kuesioner tingkat spiritual dan kuisioner kecemasan.
Editingdilakukan setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode pada setiap data yang berupa
sub-variabel penelitian untuk memudahkan dalam melakukan
pengolahan dan analisis data pada komputer. Coding yang diberikan
pada penelitian ini diantaranya adalah:
a. Usia: kode 1 untuk usia≤17 tahun dan kode 2 untuk >17 tahun
b. Jenis kelamin: kode 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan
c. Suku: kode 1 untuk suku Jawa dan kode 2 untuk suku non Jawa
3. Data Entry
Data dari kuesioner dimasukkan ke dalam programcomputerizeSPSS.
4. Data Cleaning
Memastikan data yang dimasukkan tidak terdapat kesalahan. Setelah
dipastikan benar, maka dapat dilanjutkan ke tahap analisa data
K. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Notoadmodjo, 2012). Analisis dalam penelitian ini
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase untuk jenis kategorik
(usia, jenis kelamin, suku, jurusan, tinggal dengan, kondisi fisik, dan
tingkat spiritual) dan tendensi sentral untuk data numerik meliputi
mean, median, standar deviasi, min dan max (skor kecemasan sebelum
dan sesudah intervensi pada kedua kelompok).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk melihat
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan
analisa data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Data dikatakan
terdistribusi normal jika nilai kemaknaan (p) > 0,05. Jika terdistribusi
normal, data dianalisa dengan statistik parametrik, yakni menggunakan
uji Paired T-Test untuk melihat tingkat kecemasan sebelum (pre-test)
dan sesudah (post-test) pada kelompok intervensi dan kontrol, dan uji
Independent T-Test untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara
kelompok intervensi dan kontrol. Namun, jika data tidak terdistribusi
normal, peneliti menggunakan statistik non parametrik, yakni dengan
uji Wilcoxon dan uji Mann Withney (Dahlan, 2013). Hipotesis
penelitian diterima jika nilai signifikansi (p)<0,05 dan hipotesis ditolak
L. Etik Penelitian
Penelitian membutuhkan prinsip dalam pertimbangan etik untuk
menghindari adanya pelanggaran dengan melakukan tindakan tidak etis.
Prinsip etik yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. Self Determination
Prinsip self determination didasarkan atas penghormatan terhadap
responden sebagai subyek penelitian. Responden memiliki kebebasan
menentukan hak dan kesediaannya mengikuti penelitian ini tanpa
paksaan, sehingga ikut terlibat secara sukarela dan menandatangani
informed consent/ lembar persetujuan setelah mendapatkan penjelasan
tentang penelitian ini.
2. Respect For Justice and Inclusiveness
Peneliti akan menjaga prinsip keterbukaan dan keadilan dengan
menjelaskan prosedur penelitian dan tidak membeda-bedakan latar
belakang gender, agama, dan etnis dalam melakukan intervensi.
3. Anonimity dan Confidentiality
Prinsip anonimity dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak
mencantumkan nama responden dalam kuesioner, nama responden
diganti dengan kode untuk mencegah kesalahan dalam pengambilan
data. Sedangkan prinsip confidentiality (menjaga informasi yang
diberikan responden), dilaksanakan dengan cara memasukkan hasil
pre-test danpost-test dalam sebuah kotak. Data yang ditampilkan pun
4. Protection from Discomfort and Harm
Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk
menyampaikan ketidaknyamanan dan tidak melanjutkan pengisian
kuesioner bila mengalami ketidaknyamanan atau penurunan kesehatan.
Uji etik telah dilakukan oleh Komite Etik Penelitian Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dengan nomor 032/EP-FKIK-UMY/II/2016 yang menyatakan bahwa
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
terletak di daerah Wirobrajan Kota Yogyakarta. SMA Muhammadiyah 3
Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta favorit dengan akreditasi
“A” dengan jumlah siswa 721yang terbagi menjadi program IPA dan IPS. Visi SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah membentuk peserta
didik yang berimtaq, cerdas, kompetitif, dan berjiwa Muhammadiyah,
sedangkan misi sekolah ini adalah melaksanakan KBM dengan
terpenuhinya standar isi; memenuhi kualifikasi kemampuan lulusan sesuai
SKL; melaksanakan pembelajaran sesuai standar proses; meningkatkan
kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan; meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan; melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan; mewujudkan budaya
islami dan sekolah yang berkarakter Muhammadiyah.
SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta menyediakan sarana dan
prasarana memadai dalam hal proses pembelajaran, seperti ruang kelas
yangrepresentative, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Sekolah
juga memiliki fasilitas yang baik untuk berbagai kegiatan ibadah seperti
masjid yang dapat menampung lebih dari 300 siswa dan puluhan
Al-Qur’an yang tersedia di setiap kelas. Kegiatan ibadah yang ada di sekolah
tadarus Al-Quran sebelum memulai pelajaran, dan pengajian rutin. Saat
bulan ramadhan, sekolah menyelenggarakan kegiatan pesantren selama
tiga hari dan pengabdian ke masyarakat selama dua minggu dengan
kegiatan utamanya yakni berdakwah.
Siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta dituntut untuk berusaha
lebih keras dalam berkompetisi karena berada di salah satu sekolah swasta
favorit dengan akreditasi sangat baik yang dapat memunculkan masalah
psikologis, salah satunya kecemasan. Siswa memiliki banyak kegiatan
keagamaan di sekolah, namun siswa belum pernah mendapatkan intervensi
untuk mengatasi masalah psikologis yang berasal dari riset/penelitian,
khususnya pada siswa kelas XII yang menghadapi banyak tes dan ujian,
salah satu diantaranya yakni Ujian Nasional (UN).
B. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 70 siswa kelas XII
SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang menghadapi Ujian Nasional.
Responden dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok intervensi
sebanyak 35 responden yang diberikan pelatihan berwudhu dan
kelompok kontrol 35 responden yang tidak diberi intervensi namun
mendapatkanleaflet. Hasil karakteristik responden dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian
tinggal dengan siapa, kondisi fisik, dan tingkat spiritual. Data umum
karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4.1.Gambaran karakteristik responden kelompok kontrol dan intervensi berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, jurusan, tinggal dengan siapa, kondisi fisik, dan tingkat spiritual
Karakteristik
IPA 35 100,0 35 100,0
Tinggal dengan
Sehat 35 100,0 35 100,0
Tingkat Spiritual
Total 35 100 35 100
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 4.1. menunjukkan responden terbanyak berdasarkan usia
adalah≤ 17 tahun, yakni 20 orang (57,1%) pada kelompok intervensi
dan 21 orang (60,0%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan jenis
kelamin, mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 21 orang
(60,0%) di kelompok intervensi dan 19 orang (54,3%) di kelompok
kontrol. Suku Jawa adalah suku terbanyak pada responden yaitu 33
orang (94,3%) di kelompok kontrol maunpun intervensi. Responden