• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERWUDHU TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BERWUDHU TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI UJIAN NASIONAL"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI

UJIAN NASIONAL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

ANINDYA SEKAR UTAMI

20120320092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI

UJIAN NASIONAL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

ANINDYA SEKAR UTAMI

20120320092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

Nama : Anindya Sekar Utami

NIM : 20120320092

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang

penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Juli 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

Papa (Bambang Eka Darutama) dan mama (Sri Juliyanti), orang tua terbaik yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat di setiap langkah anak-anaknya. Terimakasih telah mempercayakan Nindy dalam menentukan jalan

hidup dan meraih impian. Terimakasih karena selalu mendukung apa yang menjadi pilihan Nindy. Semoga papa dan mama selalu dalam lindungan Allah

SWT. Amin

Kakak tersayang, Aditya Yudha Pratama. Kakak yang selalu menyertakan adiknya dalam doa-doa yang dipanjatkan. Semoga kita menjadi anak yang berbakti pada

orang tua dan juga menjadi seseorang yang bermanfaat bagi sesama. Amin Sahabat-sahabat tersayang Hasna Mufidah dan Fariz Mujahid yang tidak pernah

absen mendoakan dan mendukung dalam hal kebaikan; Syabina Aghni Mufida, Iffianti Azka Atsani, Alda Widya Prihartini A, Imar Cindraini, Yuri Ardhya Stanny, Desi Dwidawanti, dan Marini Susanti sahabat dari SMP dan semoga sampai kita punya anak cucu; Linda Trie Amalia teman pertama di kampus dan selalu ikhlas kamar kost nya dirusuhin, Dwi Puji Putranti, Hikmah Syahputri, Agnes Widhiya

Pangesti, Dewi Pangestuti, Zulfa Ratnaningsih yang selalu bersedia menemani dari awal semester kuliah sampai jadi mahasiswa tua. Terimakasih untuk waktu,

doa, dan kasih sayang kalian. Semoga kita semua dapat meraih impian kita masing-masing. Amin

Teman- teman satu bimbingan, Dwi Sasmoko, Nawanggalih Citrasmi, Latansa Fikri, Miranda Ayu, Herka Setiadi, Ahmad Nugroho, Ilham Romadon. Terimakasih

telah berjuang bersama, maaf bila banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga kita senantiasa diberikan yang terbaik oleh-Nya. Amin

Keluarga besar UMY yang telah mengijinkan saya menuntut ilmu dan meraih impian-impian saya di kampus berkualitas Internasional ini.

PSIK UMY, terimakasih atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan. Semoga PSIK UMY selalu menjadi lebih baik dan menjadi terbaik. Amin Teman-teman seperjuangan PSIK UMY 2012, terimakasih sudah menerima saya

menjadi salah satu bagian dari keluarga ini. Semoga kita semua bisa lulus dan sumpah Ners bersama satu angkatan, serta menjadi perawat profesional dan

(5)

Hasbunallah wani mal wakiil

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.

(QS. Ali Imran: 173)

Laa Haula Wa laa Quwwata Illaa Billaah

There is no power nor might except with Allah.

(HR. Bukhari & Muslim)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al-Insyirah: 5-6)

I think that is very important if you know what you want, understand where

you are heading towards, and try your best to get it. It is only when we use

our heart to do it, and fall in love with what we are doing, then can we really

get real determination~

Emma Watson

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Berwudhu Terhadap Tingkat Kecemasan pada Siswa SMA yang Menghadapi Ujian Nasional”. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Shanti Wardaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa, PhD selaku dosen

pembimbing yang telah mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis

ini dengan sabar dan teliti.

4. dr. Warih Andan Puspitasari, Sp.KJ, M.Sc selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran untuk memperbaiki

karya tulis ilmiah ini.

5. Kepala sekolah beserta guru dan karyawan, serta siswa-siswi kelas XII SMA

Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah membantu peneliti selama proses

penelitian berlangsung.

(7)

banyak. Amin. Akhirnya penulis berharap saran dan kritik untuk perbaikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 18 Juli 2016

Penulis

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO HIDUP... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

INTISARI ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Ujian Nasional ... 9

2. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) ... 10

3. Terapi Berwudhu ... 19

B. Kerangka Konsep ... 27

C. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

(9)

J. Pengolahan Data ... 42

K. Analisis Data ... 43

L. Etik Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 53

D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(10)

Tabel 3.3. Teknik Penskoran InstrumenState Anxiety Inventory form Y... 36

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai r Reliabilitas ... 41

Tabel 4.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 48

Tabel 4.2. Distribusi Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Responden ... 49

Tabel 4.3. Skor Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 50

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data ... 51

Tabel 4.5. Hasil ujiPaired Sample t-testKelompok Intervensi ... 51

Tabel 4.6. Hasil ujiPaired Sample t-testKelompok Kontrol ... 52

Tabel 4.7. Hasil ujiIndependent t-Testpadapre-test ...... 52

(11)

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4. Surat Kelayakan Etik Penelitian Lampiran 5. Sertifikat Translasi Bahasa

Lampiran 6. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 8. Lembar Data Demografi Responden Lampiran 9. Lembar Kuisioner Kecemasan Lampiran 10. Lembar Kuisioner Spiritual Lampiran 11. Lembar Checklist Wudhu Lampiran 12. Satuan Acara Pengajaran Lampiran 13. Leaflet

(12)
(13)

INTISARI

Kecemasan menjadi jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu hal yang dapat menimbulkan kecemasan adalah Ujian Nasional karena banyak materi yang harus dipelajari dan siswa merasa takut hasil ujian tidak memuaskan. Cemas yang berlebihan dapat mengganggu secara fisik, kognitif, emosional, dan perilaku. Gangguan kecemasan dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi untuk kecemasan adalah terapi wudhu. Berwudhu memiliki prinsip penanganan kecemasan yang sama dengan hidroterapi, di samping itu juga memiliki nilai ibadah bagi yang melakukannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional.

Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan desain penelitianpre-post test with control group. Sampel yang digunakan sebanyak 70 responden, yang dipilih melalui simple random sampling. Instrumen kecemasan yang digunakan adalah S-AI (State-Anxiety Inventory). Data dianalisis signifikansinya dengan uji statistik T-Test.

Hasil analisis paired t-test menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok intervensi dan p=0,948 (p>0,05) pada kelompok kontrol, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah terapi berwudhu, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional.

(14)

ABSTRACT

Anxiety becomes the most common class of mental disorder present in the world, including Indonesia. One of the things that could cause anxiety was National Examination. The anxiety arised because there was a lot of subject to be learned and students were afraid the exam result were not satisfactory. Excessive anxiety could interfere physical, cognitive, emotional, and behavioral. Anxiety could be treated with pharmacological and non-pharmacological therapy. One of non-pharmacological therapy was wudu’ therapy. Wudu’ had the same principles with hydrotherapy in the treatment of anxiety; besides, it also had worship value for the people who did this therapy.

The purpose of this study to determine the effect of wudu’ towards anxiety

level of Senior High School students in National Examination.

This study was an quasy experiment with pre-post test with control group design. Sample of this study were 70 respondents that had been chosen by accidental sampling. This study used S-AI (State-Anxiety Inventory) instrument to measure anxiety level. The data would analyze with statistical test of T-Test.

Paired t-test results showed p value=0,000 (p<0,05) in intervention group and p=0,948 (p>0,05) in control group, it means that there were significant difference in intervention group before and after wudu’. In conclusion, wudu’

therapy affect the level of anxiety of Senior High School students in National Examination.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di

dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih

banyak dibandingkan pria (Centers for Disease Control and Prevention

[CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi

gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas) di

Indonesia sebesar 6% (lebih dari 14 juta jiwa) untuk usia 15 tahun ke atas,

dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dengan

prevalensi gangguan mental emosional tertinggi. Kecemasan adalah

kondisi kejiwaan penuh kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang

mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas

maupun hal-hal aneh (Az-Zahrani, 2005). Kecemasan memiliki dua aspek

yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, tergantung pada

tingkatannya (ringan, sedang, berat dan panik) (Videbeck, 2015).

Kecemasan membantu individu memfokuskan perhatian untuk

belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, dan melindungi diri

sendiri jika masih dalam batas normal (cemas ringan). Sebaliknya,

kecemasan yang berlebihan akan sangat mengganggu kehidupan individu.

Hal ini dikarenakan cemas mempengaruhi seseorang pada empat hal; 1)

secara fisik, diantaranya: detak jantung meningkat, rasa tidak nyaman di

(16)

pendek; 2) secara kognitif, yaitu sulit konsentrasi, motivasi belajar

menurun, mudah lupa, dan disorientasi (waktu, orang, dan tempat); 3)

secara emosional, yaitu: gelisah, khawatir, bingung, tidak bisa

mengendalikan diri, dan mudah putus asa; 4) secara perilaku, seperti

komunikasi inkoheren, menjauhi benda, tempat, atau situasi tertentu, dan

menarik diri dari kehidupan sosial (Videbeck, 2015).

Kecemasan terjadi salah satunya pada saat Ujian Nasional (UN).

Beberapa media, baik media cetak maupun online telah memberitakan hal

tersebut, diantaranya yakni seorang siswi SMA 2 Salatiga tidak bisa

melanjutkan mengerjakan UN karena pingsan. Panitia Ujian Nasional

mengatakan bahwa siswi tersebut pingsan karena takut hasil ujian jelek

sehingga belajar terlalu keras dan mengakibatkan kelelahan (Kundori,

2013). Selain itu, sejumlah siswa di Kabupaten mendatangi paranormal

agar mendapat ketenangan saat mengerjakan soal, dan puluhan siswa di

Purbalingga mengalami kesurupan saat sebelum dan setelah mengerjakan

Ujian Nasional (Andrianto, 2011). Kecemasan menjelang UN juga timbul

karena nilai UN digunakan untuk seleksi masuk jenjang pendidikan

selanjutnya, salah satunya untuk masuk perguruan tinggi negeri melalui

jalur tidak tertulis (Aminah, 2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 23 Januari 2016 melalui

wawancara dengan 10 siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang

akan mengikuti UN, 7 dari 10 siswa mengatakan merasakan cemas yang

(17)

Penyebab kecemasan antara lain karena belum melakukan banyak latihan

soal, takut soal ujian sulit, dan takut hasil ujian jelek. Tiga siswa lainnya

mengatakan merasa sedikit cemas karena banyak yang harus dipelajari.

Penanganan kecemasan terdiri dari dua macam pendekatan, yakni

farmakologi dan non-farmakologi (Videbeck, 2015). Saat ini banyak

dikembangkan terapi non-farmakologi untuk menangani kecemasan

karena terapi farmakologi memiliki banyak efek samping bagi tubuh.

Townsend (2009) menyebutkan bahwa obat-obatan anti ansietas dapat

menyebabkan depresi susunan syaraf pusat secara menyeluruh,

ketergantungan fisik atau psikologis, dan mengakibatkan toleransi obat

jika digunakan terus-menerus. Salah satu terapi non-farmakologi adalah

hidroterapi. Hidroterapi merupakan metode pengobatan menggunakan air

untuk mengobati/meringankan kondisi sakit dengan mengandalkan

respon-respon tubuh terhadap air (Damayanti, 2014).

Penelitian terkait hidroterapi yang pernah dilakukan diantaranya oleh

Damayanti (2014) tentang hidroterapi rendam hangat yang memberikan

pengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi, dan penelitian oleh Im,et al.(2013) tentang hidroterapi dengan

pusaran air (whirlpool hydrotherapy) yang efektif mengurangi nyeri dan

ansietas pada pasienmyofascial pain syndrome.

Beberapa studi juga telah menemukan adanya pengaruh hidroterapi

terhadap penurunan tingkat kecemasan, salah satunya oleh Bahadorfar

(18)

Health Benefits yang menyatakan bahwa efek massage oleh aliran

semburan air membantu mengurangi stres, ansietas, dan merilekskan otot

tubuh. Stan (2013) juga mengatakan air bekerja melalui interaksi dengan

sistem saraf untuk mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi.

Prinsip penanganan kecemasan yang dilakukan dengan hidroterapi

juga terjadi saat seseorang berwudhu. Menggosok anggota wudhu

memberikan efek massage pada tubuh (Sagiran, 2012). Air wudhu

mendinginkan ujung-ujung syaraf jari tangan dan kaki yang berguna

memantapkan konsentrasi pikiran. Selain itu, terdapat ratusan titik

akupunktur pada anggota tubuh yang terkena air wudhu yang bersifat

reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan

atau urutan ketika berwudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui

meridian ke sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang bersifat terapi

(Matheer, 2015). Membasuh tubuh menggunakan air lima kali sehari

membantu mengistirahatkan organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik

dan psikis, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Apabila engkau sedang marah, maka berwudhulah”.(HR. Ahmad)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu mengetahui lebih

lanjut tentang pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan sebagai

alternatif pengganti hidroterapi, yang tidak hanya untuk mengurangi

(19)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

berwudhu terhadap tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi Ujian

Nasional?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada

siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden penelitian.

b. Mengetahui tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi

Ujian Nasional sebelum dan setelah berwudhu pada kelompok

intervensi.

c. Mengetahui tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi

Ujian Nasional sebelum dan setelah berwudhu pada kelompok

kontrol.

d. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa SMA yang

menghadapi Ujian Nasional sebelum berwudhu antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

e. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa SMA yang

menghadapi Ujian Nasional setelah berwudhu antara kelompok

(20)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Mampu menjadi salah satu dasar dan tambahan pengetahuan untuk

penelitian selanjutnya di bidang keperawatan jiwa.

b. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh berwudhu

terhadap tingkat kecemasan, salah satunya pada siswa yang akan

menghadapi Ujian Nasional.

2. Bagi Masyarakat

a. Agar masyarakat dapat mengetahui pengaruh berwudhu terhadap

tingkat kecemasan.

b. Sebagai masukan program preventive dalam kesehatan jiwa.

3. Bagi Institusi

a. Institusi pendidikan secara umum terlebih bagi institusi yang

berlandaskan islam dapat menerapkan kebijakan penggunaan terapi

berwudhu dalam mengurangi kecemasan siswa maupun seluruh

anggota civitas akademika.

b. Institusi pelayanan kesehatan secara umum terlebih bagi institusi

yang berlandaskan islam dapat menerapkan kebijakan penggunaan

terapi berwudhu dalam pemberian asuhan keperawatan sebagai

(21)

4. Bagi Peneliti Lain

Menambah referensi ilmiah tentang intervensi untuk mengurangi

kecemasan, sehingga dapat digunakan oleh peneliti lain yang ingin

meneliti hal yang berhubungan dengan kecemasan.

E. Keaslian Penelitian

1. Zarghami (2012), penelitiannya selama delapan minggu terkait

pelatihan hydrotherapy di kolam renang pada sejumlah pekerja

laki-laki di salah satu perusahaan di kota Omidiyeh, Iran, berdampak positif

terhadap kesehatan mental, diantaranya yakni menurunkan tingkat

depresi dan kecemasan para pekerja tersebut. Metode penelitian ini

adalah semi experiment dengan control group design. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak

pada responden dan jenishydrotherapyyang digunakan.

2. Utomo (2015) tentang pengaruh wudhu terhadap kecemasan

mahasiswa saat menghadapi ujian praktikum keperawatan. Penelitian

ini menggunakan desain quasy-exsperimentdengan one group pre-test

and post test yang dilakukan pada 15 responden sesaat sebelum ujian

dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

wudhu terhadap penurunan kecemasan dengan nilai p=0,000 (p< 0,05).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

(22)

3. Rahmania (2010) tentang pengaruh wudhu dalam shalat tahajjud

terhadap populasi angka kuman di rongga mulut. Penelitian ini

merupakan penelitian true experimental laboratory dengan dua

kelompok independent, yaitu kelompok pengamal shalat tahajjud dan

kelompok bukan pengamal shalat tahajjud. Persamaan penelitian ini

terletak pada intervensi yang digunakan. Sedangkan perbedaannya

terletak pada variabeldependentnya.

Ketiga penelitian di atas memiliki perbedaan maupun persamaan

dengan peneliti. Baik dalam variabel dependent maupun independent.

Peneliti belum menemukan adanya penelitian yang serupa dengan

“Pengaruh Berwudhu Terhadap tingkat Kecemasan Pada SiswaSMA yang

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan teori dan beberapa penelitian terkait yang

mendukung topik penelitian, yakni penjelasan tentang Ujian Nasional, kecemasan,

terapi berwudhu, dan pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan.

A. Tinjauan Pustaka

1. Ujian Nasional

Ujian nasional menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

No 5 tahun 2015 Pasal 1 adalah kegiatan pengukuran dan penilaian

pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran

tertentu. Pelaksanaan UN dapat dilakukan melalui ujian berbasis kertas

(Paper Based Test) dan/atau ujian berbasis komputer (Computer Based

Test) (Kemdikbud, 2015).

Hasil UN digunakan sebagai pemetaan mutu program dan/atau

satuan pendidikan, pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan

berikutnya, dan pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian

bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk

(24)

2. Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

a. Definisi

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada objek

yang tidak spesifik yang bersifat subjektif dan dihubungkan dengan

perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati et al., 2005).

Dalam penelitian ini, kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan

saat menghadapi Ujian Nasional.

Ujian Nasional (UN) merupakan sarana evaluasi belajar siswa

secara nasional yang menentukan tingkat pemahaman siswa selama

tiga tahun proses pembelajaran. Meskipun UN tidak lagi sebagai

penentu kelulusan, UN masih menimbulkan kecemasan.

Berdasarkan hasil penelitian Lastina dan Abidin (2013), faktor

penyebab kecemasan pada UN adalah faktor internal (tidak percaya

diri, kurang persiapan, takut gagal), dan faktor eksternal

(lingkungan dan dukungan sosial). Sedangkan penelitian Walasary,

et al. (2015) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi UN

sebagian besar berada pada tingkat ringan dan sedang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi

kecemasan menghadapi UN adalah kebingungan dan kekhawatiran

siswa saat menghadapi UN dengan tingkat ringan hingga sedang

(25)

b. Bentuk Kecemasan

Spielberger (cit. Safaria, 2005) mengemukakan ada dua

bentuk kecemasan, yaitu:

1) Kecemasan Sesaat (State Anxiety) : kecemasan sebagai suatu

reaksi terhadap situasi tertentu. Jika situasi itu tidak ada maka

kecemasannya pun hilang. Misalnya cemas ketika ujian, cemas

ketika melewati tempat yang sepi dan angker.

2) Kecemasan Dasar (Trait Anxiety): kecemasan yang menetap

pada diri seseorang. Kecemasan model ini merupakan

kecemasan berupa disposisi/sifat dari individu itu sendiri yang

pencemas, sehingga kadang-kadang pada situasi yang

sebenarnya tergolong biasa, dia bereaksi cemas.

c. Penyebab Kecemasan

Menurut Maramis (2009), ada beberapa penyebab kecemasan:

1) Frustasi

Frustasi terjadi bila keinginan yang ingin dicapai terhalang

oleh sebab- sebab tertentu, bisa berasal dari individu tersebut

atau dari luar yang berhubungan dengan kebutuhan harga diri.

2) Konflik

Konflik terjadi bila tidak bisa memilih antara dua atau

(26)

3) Tekanan

Tekanan bisa berasal dari diri sendiri seperti memiliki

cita-cita yang terlalu tinggi sehingga dalam proses

pencapaiannya akan penuh dengan tekanan. Tekanan dapat

pula berasal dari lingkungan sekitar, misal: lingkungan sekolah

dan tempat tinggal yang menuntut keberhasilan gemilang dari

suatu individu.

4) Krisis

Krisis adalah suatu keadaan mendadak yang menimbulkan

stress pada seseorang, contohnya ujian mendadak, kehilangan

pekerjaan mendadak, jatuh miskin mendadak, dan sebagainya.

Penyebab kecemasan pada penelitian ini berasal dari tekanan.

Ujian Nasional dianggap sebagai tekanan karena siswa dituntut

untuk mendapatkan nilai yang baik sebagai modal bersaing pada

jenjang pendidikan selanjutnya.

d. Fisiologi Kecemasan

Kecemasan dimulai ketika stressor yang datang ditangkap

melalui panca indera. Stressor tersebut diteruskan oleh sistem saraf

panca indera ke sistem saraf pusat, yaitu pada sistem limbik di

otak, kemudian diteruskan ke sistem saraf simpatis (Hawari, 2011).

(27)

tubuh mengambil lebih banyak oksigen, mendilatasi pupil, dan

meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung, membuat

konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem

gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis

menjadi glukosa bebas untuk menyokong jantung, otot, dan sistem

saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf

parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke

kondisi normal (Videbeck, 2015).

e. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau (cit. Videbeck, 2015), ada empat tingkat

kecemasan yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.

1) Kecemasan ringan: individu masih waspada serta lapang

persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi

individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah

secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Kecemasan sedang: individu terfokus hanya pada pikiran yang

menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi,

masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3) Kecemasan berat: lapang persepsi individu sangat sempit. Pusat

perhatiannya pada detil yang spesifik dan tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk

mengurangi kecemasan, otot-otot tegang, tanda vital

(28)

4) Panik: individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian

hilang sehingga tidak mampu melakukan apapun meskipun

dengan perintah. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas

motorik dan respon fisik fight, flight, atau freeze (menyerang,

menarik diri, atau beku tidak dapat melakukan sesuatu).

Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda vital sangat meningkat,

pupil membesar, dan satu-satunya proses kognitif berfokus

pada pertahanan individu tersebut.

f. Adaptasi Fisiologis

Tubuh memiliki adaptasi terhadap stres atau kecemasan, salah

satunya dengan sindrom adaptasi umum (General Adaptation

Syndrome/ GAS). General Adaptation Syndrome menggambarkan

bagaimana respon tubuh terhadap stresor melalui reaksi peringatan,

tahap pertahanan, dan tahap kelelahan (Potter & Perry, 2010).

General Adaptation Syndrome melibatkan beberapa sistem

tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin, serta

respon cepat terhadap stres. Ketika cemas/stres, kelenjar pituitari

memulai GAS. Kelenjar pituitari berkomunikasi dengan

hipotalamus, yang menyekresikan endorfin. Endorfin adalah

hormon yang bekerja pada otak (seperti morfin dan opiate),

menghasilkan perasaan damai dan mengurangi rasa nyeri (Potter &

(29)

a. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Respon Kecemasan

Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap suatu

stressor. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon individu

terhadap stress/kecemasan diantaranya adalah:

1) Usia. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin banyak

pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup

tersebut dapat mengurangi respon seseorang terhadap

kecemasan (Stuart & Laraia, 2005).

2) Jenis Kelamin. Gangguan kecemasan, baik akut maupun kronik

mencapai 5% dari jumlah penduduk dengan perbandingan

antara wanita dan pria 2:1 (Hawari, 2011). Perempuan lebih

cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan

laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan

lebih sensitif (Stuart & Laraia, 2005).

3) Pendidikan. Individu yang berpendidikan tinggi dapat

menggunakan koping lebih baik sehingga memiliki tingkat

kecemasan yang lebih rendah (Stuart & Laraia, 2005).

4) Keadaan Fisik. Seseorang yang mengalami gangguan fisik

seperti cedera, penyakit, operasi, lebih mudah mengalami

kelelahan fisik sehingga mudah mengalami kecemasan (Stuart

& Sundeen, 1998citSadiah, 2014).

5) Faktor Budaya. Budaya memengaruhi individu dalam menilai

(30)

pada suatu budaya dapat dipandang sebagai masalah kecil pada

budaya lain. Budaya juga memberikan cara yang berbeda untuk

beradaptasi dengan stres/kecemasan (Potter & Perry, 2010).

6) Sistem Pendukung. Sistem pendukung adalah kesatuan antara

individu, keluarga, lingkungan, dan masyarakat sekitar yang

mempengaruhi mekanisme koping individu sehingga memberi

gambaran kecemasan yang berbeda (Stuart & Laraia, 2005)

7) Spiritualitas. Individu yang menganut agama dan aliran

spiritual serta berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

dilaporkan memiliki kesehatan fisik lebih baik, depresi lebih

sedikit, dan dukungan sosial yang lebih baik (Potter & Perry,

2010). Puchalski (cit. Angelos, 2007) mengatakan bahwa

spiritualitas merupakan sumber koping bagi individu dengan

cara membuat individu memiliki keyakinan dan harapan

positif, mampu menerima kondisi, sumber kekuatan, dan

membuat hidup lebih berarti. Selain itu, Puchalski

mengemukakan bahwa spiritual dapat dikaji melalui empat

domain, yakni Faith or belief, Importance and influence,

Community, dan Address in Care (FICA) yang kemudian

dijadikan sebuah instrumen untuk memudahkan petugas

kesehatan dalam pengkajian spiritual pada klien/pasien

(31)

b. Dampak Kecemasan

1) Fisiologis. Respons tubuh terhadap kecemasan adalah

mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).

Sistem saraf simpatis mengaktivasi proses tubuh, sedangkan

sistem parasimpatis meminimalkan respons tubuh. Rangsangan

yang diterima korteks otak akan dikirim melalui saraf simpatis

ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau

epinefrin sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih

dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat.

2) Psikologis. Kecemasan memengaruhi aspek interpersonal

maupun personal, yakni dapat membuat individu menarik diri

dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.

3) Kognitif. Kecemasan memengaruhi kemampuan berpikir baik

proses pikir maupun isi pikir, diantaranya yaitu konsentrasi

menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan

bingung.

4) Afektif. Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam

bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi

emosi terhadap kecemasan (Stuart, 2009).

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kecemasan

berdampak pada fisiologis, psikologis, kognitif, dan afektif yang

(32)

c. Penatalaksanaan Kecemasan

Kecemasan dalam menghadapi ujian dapat diatasi dengan

pendekatan farmakologis dan non-farmakologis, diantaranya:

1) Farmakologi. Farmakologi hanya digunakan pada kecemasan

tingkat berat, yakni dengan benzodiazepin, buspiron, dan

berbagai antidepresan juga digunakan. Farmakologi untuk

kecemasan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena

pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan

(Isaac, 2005citWandi, 2013).

2) Non-Farmakologi. Penatalaksanaan pada kecemasan yang

belum parah/berat diantaranya adalah dengan olahraga teratur,

humor, nutrisi dan diet yang baik, istirahat yang cukup, teknik

relaksasi, pijat, dan spiritualitas (Potter & Perry, 2010).

a) Olahraga Teratur. Olahraga meningkatkan tonus otot dan

postur otot, mengontrol berat badan, mengurangi

ketegangan, dan meningkatkan relaksasi.

b) Humor. Menyerap hal lucu dan tertawa dapat melepaskan

endorfin ke dalam sirkulasi sehingga stress dapat hilang.

c) Nutrisi dan Diet. Setiap orang didorong untuk

memperhatikan kualitas makanan dan mempertahankan

berat badan sesuai rentang standar usia, jenis kelamin, dan

bentuk tubuh untuk menghindari masalah metabolisme.

(33)

d) Istirahat. Tidur tidak hanya menyegarkan tubuh tetapi juga

membantu merilekskan mental.

e) Teknik Relaksasi. Relaksasi progresif dengan dan tanpa

ketegangan otot dan teknik manipulasi pikiran mengurangi

komponen fisiologis dan emosional stres.

f) Terapi pijat. Terapi pijat memanipulasi jaringan ikat

melalui pukulan, gosokan, atau meremas untuk

meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot, dan

relaksasi.

g) Spiritualitas. Aktivitas spiritual mempunyai efek yang

positif dalam menurunkan stres. Praktik seperti berdoa,

meditasi, atau membaca buku keagamaan dapat menjadi

sumber kekuatan atau dukungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa wudhu

termasuk dalam terapi pijat dan spiritual. Terapi berwudhu akan

dijelaskan pada bagian selanjutnya.

3. Terapi Berwudhu

a. Pengertian

Wudhu secara etimologi berarti bersih. Menurut istilah,

wudhu adalah mempergunakan air pada anggota tubuh tertentu

dengan maksud untuk membersihkan dan mensucikan

(34)

b. Hukum Wudhu dalam Islam

1) Fardlu/ wajib: ketika hendak melakukan shalat, memegang

mushaf Al Quran, danthawafmengelilingi Ka’bah.

2) Sunah: sebelum berdzikir dan berdoa, sebelum tidur, setiap kali

berhadast, setelah membawa jenazah, dan sebagainya.

3) Makruh: mengulang wudhu sebelum menunaikan shalat dengan

wudhu yang pertama (berwudhu di atas wudhu yang lain).

4) Mubah/ boleh: wudhu untuk kebersihan dan kesegaran.

5) Haram: berwudhu dengan air rampasan dan anak yatim

(Hasanuddin, 2007).

c. Rukun Wudhu

Rukun adalah sesuatu yang wajib dikerjakan. Rukun wudhu

menurut surat Al-Maidah ayat 6 adalah membasuh wajah,

membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala satu kali,

membasuh kaki sampai mata kaki (Jamaluddin, 2011).

d. Sunah Wudhu

Sunah wudhu diantaranya adalah bersiwak, mencuci kedua

telapak tangan, mengusap anggota wudhu, membasuh tiap anggota

wudhu sebanyak tiga kali kecuali kepala, berdoa, dan shalat dua

rakaat setelah wudhu (Sagiran, 2012).

e. Tata Cara Berwudhu

Berikut paparan tentang tata cara berwudhu yang dicontohkan

(35)

1) Niat berwudhu karena Allah semata dan mengucapkan

bismillah.

“...dan tidak dipandang wudhu orang berwudhu dengan tidak

menyebut nama Allah.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah,

Ahmad, dan lainnya)

2) Membasuh tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jemari.

Beliau juga mencontohkan cara membasuh anggota wudhu

yakni dengan sedikit menggosoknya.

3) Berkumur dengan istinsyaq (memasukkan air ke hidung) dan

istinsyar (mengeluarkannya kembali) tiga kali.

4) Membasuh wajah tiga kali

5) Membasuh tangan hingga siku tiga kali

6) Mengusap kepala sekaligus dengan telinga satu kali

7) Membasuh kaki tiga kali sambil menyela-nyelai jemari

8) Tertib

9) Membaca doa

Setelah berwudhu, Nabi SAW berdoa:

Asyhadu alla ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu wa

asyhadu anna muhammadan ‘abduhuuwa rosuuluhuu.

“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhanselain Allah, yang tidak

pernah ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi pula bahwa

(36)

f. Manfaat Wudhu dalam Kesehatan

Allah dan Rasulnya membuat perintah untuk berwudhu sudah

pasti ada manfaatnya. Manfaat yang terkandung di setiap gerakan

wudhu diantaranya adalah:

1) Membasuh tangan

Tangan menjadi agen pembawa kuman dan menyebabkan

patogen berpindah dari satu orang ke orang lain. Mencuci

tangan saat berwudhu memutus mata rantai kuman sehingga

dapat mencegah penyakit. Selain itu, menggosok sela-sela jari

dapat memperlancar aliran darah perifer yang menjamin

pasokan makanan dan oksigen (Sagiran, 2012). Air yang

mengalir lembut dengan suhu dingin juga memberikan rasa

segar dan menenangkan pikiran (Sangkan, 2008).

2) Berkumur denganistinsyaqdanistinsyar

Berkumur dapat mencegah infeksi gigi dan mulut (Zein, 2015).

Berkumur juga dapat menggerakkan otot-otot wajah yang

memberikan efek relaksasi pada wajah (Matheer, 2015).

3) Membasuh muka

Membasuh muka dapat mengurangi depresi dan melancarkan

peredaran darah sehingga membuat wajah segar dan sehat

(37)

4) Membasuh tangan hingga siku

Titik akupunktur terdapat pada tangan sampai siku yang

menyembuhkan penyakit pada dada, paru-paru, tenggorokan,

lambung, jantung, dan organ gerak bagian atas. Titik-titik yang

dapat menghilangkan kecemasan pun terdapat pada bagian ini

(Zein, 2015).

5) Mengusap kepala

Mengusap kepala membuat pikiran jernih, ingatan tajam,

rambut tidak cepat rontok, dan terhindar dari penyakit

Alzheimer karena terdapat titik-titik yang berhubungan dengan

otak dan syaraf. Mengusap kepala juga bisa sebagai terapi stres

atau tekanan (Zein, 2015).

6) Mengusap telinga

Mengusap telinga merangsang titik pendengaran dan

keseimbangan. Pemijatan pada telinga seakan-akan melakukan

stimulasi daerah punggung dan ruas-ruas tulang belakang.

Selain itu, menggosok telinga dengan lembut dapat menambah

konsentrasi belajar (Sagiran, 2012).

7) Membasuh kaki

Kaki merupakan organ yang paling lemah peredaran darahnya

karena letaknya jauh dari jantung, sehingga membasuh kaki

dapat memperlancar peredaran darah (Zein, 2015). Sedangkan

(38)

terapi pada seluruh tubuh karena kaki merupakan cerminan

seluruh perangkat tubuh (Hasanuddin, 2007).

Manfaat berwudhu seperti di atas dapat dirasakan apabila

disertai niat yang ikhlas dan dilakukan dengan maksimal sesuai

tuntunan Rasulullah SAW (Matheer, 2015). Pemijatan dan

penggosokan anggota wudhu juga diperlukan untuk mendapatkan

manfaat dari terapi berwudhu. Hal ini disebutkan dalam sebuah

hadist, yakni:

“Sempurnakanlah dalam berwudhu dan gosoklah sela-sela jari

kalian.” (HR. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i,

Imam Ahmad Hambali)

4. Pengaruh Berwudhu Terhadap Tingkat Kecemasan

Berwudhu memiliki prinsip penanganan kecemasan yang sama

dengan hidroterapi. Hidroterapi menggunakan air, suhu, dan teknik

massageuntuk memberikan efek relaksasi pada tubuh.

Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat

membersihkan, menyejukkan, dan syifa’(terapis) (Hasanuddin, 2007).

Berwudhu juga memberikan manfaat yang sama seperti pada terapi

mandi air dingin. Hal ini dikarenakan membasuh anggota wudhu

seakan-akan sudah membasuh seluruh tubuh (Sagiran, 2012). Jurnal

terkait hidroterapi dengan judul A Study of Hydrotherapy and Its

(39)

dingin/cold water hydrotherapy dapat mengecilkan pembuluh darah

(vasokonstriksi) yang menyebabkan darah segera kembali ke sirkulasi

pusat, sehingga tubuh menjadi segar. Tubuh yang segar dapat

mengurangi ketegangan jiwa, stress, khawatir, cemas, dan penyakit

kejiwaan lainnya. Mandi juga dapat mengurangi ketegangan otot serta

urat syaraf dan memberikan kejernihan dalam pikiran. Pernyataan ini

dibuktikan oleh Muslimah (2014) dalam penelitiannya tentang terapi

mandi terhadap pecandu narkotika. Hasil penelitiannya menemukan

bahwa terapi mandi efektif meningkatkan kesehatan mental dan fisik

pecandu sehingga mencegah untuk kembali menggunakan narkotika.

Membasuh anggota wudhu memberikan efek massage yang

merupakan salah satu teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat

membuat tubuh menjadi relaks, dan saat tubuh dalam kondisi relaks

maka yang bekerja adalah sistem parasimpatik. Sistem saraf simpatik

melepaskan epinefrin sehingga napas menjadi lebih dalam, nadi

meningkat, dan tekanan darah meningkat, sedangkan sistem saraf

parasimpatik menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh

sistem saraf simpatik dan menaikkan semua fungsi yang diturunkan

oleh sistem saraf simpatik sehingga relaksasi dapat menekan rasa

tegang dan cemas (Potter & Perry, 2010). Hal ini didukung penelitian

Wandi (2013) yang menunjukkan penurunan tingkat kecemasan siswa

kelas 3 SMP menjelang ujian nasional setelah diberikan intervensi

(40)

tubuh, efekmassagejuga dapat mendorong tubuh melepaskan endorfin

yang menghasilkan perasaan nyaman (Potter & Perry, 2010). Hal ini

dibuktikan oleh Sari dan Pantiawati (2013) yang menemukan bahwa

teknik massage lebih efektif dibandingkan terapi musik dalam

menurunkan kecemasan pada ibu bersalin primipara.

Perlu diketahui juga bahwa berwudhu merupakan kegiatan yang

mencakup spiritualitas dan kepercayaan. Studi literatur yang dilakukan

oleh Mardiyono, et al. (2011) sejak tahun 1994 hingga 2010

menemukan enam studi yang menunjukkan bahwa kegiatan spiritual

meningkatkan perasaan bahagia dan kesehatan fisik, serta menurunkan

ansietas dan depresi. Spiritualitas dan kepercayaan mengandung

harapan yang merupakan konsep multidimensional yang memberikan

kenyamanan selama individu menjalani situasi yang mengancam,

penderitaan, dan tantangan personal lainnya. Harapan adalah energi,

memberikan individu motivasi untuk mencapai keinginannya (Potter &

(41)

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan masalah penelitian yang telah

dirumuskan di atas, peneliti merumuskan kerangka konsep yang

menguraikan hubungan atau kaitan antara variabel yang satu dengan

variabel lain yang dalam penelitian yakni variabel terikat (tingkat

kecemasan) dan variabel bebas (berwudhu).

Keterangan:

= variabel yang diteliti

= adanya pengaruh langsung

Penyebab Kecemasan: tekanan UN

Kecemasan

Penanganan kecemasan Faktor yang memengaruhi:

- Usia

- Jenis kelamin

- Budaya

- Pendidikan

- Keadaan fisik

- Sistem pendukung

- Spiritualitas

Non Farmakologi

Farmakologi Berwudhu

Tingkat kecemasan

(42)

C. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada

siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional

H1 : Terdapat pengaruh berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy

experiment) dengan pre-post test with control group design, yaitu

membagi responden penelitian menjadi kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan diberikanpre-testdanpost-test. Design ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Subjek Pra Intervensi Pasca-tes

K-I O1 I O2

K-K O1 - O2

Tabel 3.1. Desain non-equivalent control group Keterangan:

KI : Kelompok intervensi KK : Kelompok kontrol

O1 : Tes awal (sebelum intervensi)

I : Intervensi (berwudhu) O2 : Tes akhir (setelah intervensi)

Berdasarkan desain tersebut, kedua kelompok diberi intervensi yang

berbeda, yakni kelompok intervensi melakukan terapi berwudhu

sedangkan kelompok kontrol tidak melakukan intervensi namun diberikan

leaflet tentang tata cara berwudhu dan manfaat wudhu terhadap

(44)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

yang menghadapi Ujian Nasional, sedangkan populasi terjangkaunya

yakni siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Jumlah

populasi pada penelitian ini adalah 235 siswa, yang terdiri dari 140

siswa kelas IPA (4 kelas), dan 95 siswa kelas IPS (3 kelas).

2. Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus Slovin. Penggunaannya adalah sebagai berikut:

= 1 + ( )

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar populasi (235 siswa)

d = Derajat kesalahan (0,1)

Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

n =1 + N(d)² =N 1 + 235(0.1) = 70235

Berdasarkan penghitungan rumus di atas, maka sampel yang

diperlukan adalah 70, yang terdiri dari 35 responden untuk kelompok

(45)

Penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling yaitu

memilih beberapa kelas (IPA dan IPS) secara acak melalui

pengundian dengan menuliskan nama setiap kelas pada kertas kecil

dan peneliti mengambil beberapa kertas tersebut dengan sembarang

(tanpa prasangka). Namun, pada pelaksanaannya, teknik simple

random sampling hanya dilakukan dengan memilih beberapa kelas

IPA secara acak untuk memudahkan pihak sekolah secara teknis.

Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria penerimaan yang

meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dan eksklusi

pada penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi

1) Siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang

menghadapi Ujian Nasional

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Siswa yang mengalami gangguan fisik (misal: sakit, cedera)

2) Siswa mengalami kecemasan berat sehingga membutuhkan

penanganan khusus

(46)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta di

Jalan Kapten Piere Tandean No.58, Wirobrajan, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu. Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe

untuk menjelaskan penggunaannya dalam penelitian (Nursalam, 2014).

1. Variabel bebas : berwudhu

2. Variabel terikat : tingkat kecemasan pada siswa SMA yang

menghadapi Ujian Nasional

E. Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas: Berwudhu

Variabel terikat:

Tingkat kecemasan siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional

Variabel Pengganggu:

- Usia

- Jenis kelamin

- Budaya

- Pendidikan

- Kondisi fisik

- Sistem pendukung

(47)

F. Definisi Operasional

Variabel dependent dan independent serta data demografi dalam

penelitian ini dijelaskan secara operasional agar mempermudah pembaca

dalam mengartikan makna penelitian. Definisi operasional dalam

penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data Demografi Responden

Usia Usia responden sejak lahir sampai dilakukan penelitian yang terdiri atas laki-laki dan perempuan

Jurusan yang menjadi fokus responden di SMA

Isian data SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta selama

Budaya Nilai-nilai budaya yang

diterapkan oleh

Spiritual Tingkat spiritual siswa

kelas XII SMA

Muhammadiyah 3

Yogyakarta

(48)

Tabel 3.2. Definisi Operasional (lanjutan) subjektif pada siswa kelas XII SMA 2= kurang; 3= cukup; 4=sangat merasakan

Skor kecemasan

(49)

G. Instrumen Penelitian

Salah satu instrumen untuk mengukur tingkat kecemasan adalah

dengan State Trait Anxiety Inventory (STAI) form-Y. STAI disusun oleh

Spielberger, Gorsuch, and Luschene pada tahun 1964, yang terdiri dari dua

dimensi, yakni kecemasan sesaat (state) dan kecemasan dasar/yang

menetap (trait) (Shari et al, 2014). Namun, peneliti hanya menggunakan

alat ukur kecemasan state atau State Anxiety Inventory (S-AI) form-Y

karena kecemasan yang diteliti adalah kecemasan pada situasi tertentu,

yakni saat menghadapi Ujian Nasional. Selain itu, kuisioner ini

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa SMA dan tidak

membutuhkan waktu yang lama dalam pengisian. Pengukuran tingkat

kecemasan dengan S-AI form Y dilakukan dua kali, yakni sebelum dan

setelah intervensi, saat 2 minggu sebelum Ujian Nasional.

Skala S-AI form Y Spielberger terdiri dari 20 pernyataan dengan 4

respon skala likert. Sebagian dari aitem tersebut merupakan pernyataan

positif (favorable), yakni merasa aman, nyaman, tidak gelisah, dan

sebagainya, yang terdapat pada 10 nomor dengan skor: 4= tidak sama

sekali; 3= kurang; 2= cukup; 1= sangat merasakan. Sepuluh lainnya

merupakan pernyataan negatif (unfavorable), seperti ketakutan pada

sesuatu yang akan terjadi, gelisah, cemas, dan ketegangan. Pemberian skor

pada pernyataan negatif merupakan kebalikan dari skor pernyataan positif,

(50)

Teknik Penskoran instrumenState Anxiety Inventory form Y

Pernyataan Jawaban Responden

Tidak sama sekali

Kurang Cukup Sangat

merasakan

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Tabel 3.3. Teknik Penskoran instrumenState Anxiety Inventory form Y

Penelitian ini juga menggunakan instrumen tambahan berupa

instrumen spiritual untuk digunakan sebagai data demografi. Instrumen

spiritual yang digunakan merupakan modifikasi dari instrumen Faith or

belief,Importance and influence, Community,and Address in Care(FICA)

yang disusun oleh Christina M Puchalski. Instrumen ini menggunakan

pertanyaan tertutup dengan jenis pertanyaan dichotomy questions yang

berisi dua alternatif jawaban (ya, tidak), dengan bobot 1 untuk jawaban ya

dan 0 untuk jawaban tidak.

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini diantaranya adalah melakukan

studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

berupa fenomena (masalah) dan gambaran terkait tempat penelitian,

setelah itu peneliti menyusun proposal penelitian dengan judul yang

telah disetujui dosen pembimbing. Tahap selanjutnya yakni

pengesahan proposal melalui ujian dan revisi oleh dosen pembimbing

dan penguji, kemudian peneliti mengurus surat perijinan kepada

(51)

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 dengan bantuan

asisten penelitian. Tahap-tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti dan asisten melakukan pertemuan dan diskusi sebelum

pelaksanaan untuk menyamakan persepsi.

b. Peneliti menentukan sampel menggunakan teknik simple random

sampling yang dilakukan dengan memilih beberapa kelas IPA

secara acak dan tidak menyertakan kelas IPS. Hal ini disebabkan

keinginan dari pihak sekolah untuk mempermudah secara teknis.

c. Beberapa kelas yang terpilih sebagai sampel dibagi lagi menjadi

kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan cara random.

d. Peneliti dan asisten menjelaskan etika penelitian dan memberikan

lembar persetujuan kepada responden yang menjadi sampel

penelitian.

e. Peneliti dan asisten memberikan pre-test pada kelompok kontrol

dan kelompok intervensi untuk mengetahui tingkat kecemasan

siswa sebelum intervensi wudhu.

f. Peneliti melakukan pelatihan berwudhu dan pemberian materi

tentang manfaat berwudhu bagi kesehatan (powerpoint) kepada

kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan

leaflet. Hal ini dilaksanakan dua minggu sebelum UN.

g. Kelas intervensi melakukan terapi berwudhu selama satu minggu,

(52)

fffff fffff

h. Peneliti dan asisten melakukan post-test pada kelompok kontrol

dan kelompok intervensi.

i. Pemberian leaflet pada kelompok intervensi.

j. Pelatihan berwudhu dan pemberian materi tentang manfaat

berwudhu bagi kesehatan (powerpoint) kepada kelompok kontrol.

Namun, hal ini tidak dilakukan karena waktu yang terlalu dekat

dengan ujian nasional sehingga pihak sekolah tidak mengijinkan.

3. Tahap Penilaian

Setelah semua data terkumpul, peneliti mengecek kelengkapan

data yang telah diisi oleh responden kemudian dilakukan olah data dan

dianalisa menggunakan komputer.

4. Tahap Akhir

Penyusunan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penelitian.

Gambar 3.1. Alur Penelitian fffff

Pelatihan berwudhu dan penjelasan materi pada kelompok intervensi, pemberian leaflet pada kelompok kontrol (dua minggu sebelum UN) Pre-test

pada kedua kelompok

Pelatihan berwudhu dan penjelasan materi pada kelompok kontrol, pemberian leaflet pada kelompok intervensi. Olah

(53)

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen STAI disusun oleh Spielberger, Gorsuch, dan Luschene

pada tahun 1964 dan telah distandarisasi. STAI sudah diadaptasi kedalam

48 bahasa untuk berbagai macam studi di bidang penelitian kesehatan dan

sudah digunakan pada berbagai pasien medis, bedah, neuropsychiatric,

siswa, orang dewasa di komunitas, personil militer, dan narapidana.

Instrumen ini juga sudahvaliddanreliabeldalam menilai kecemasan pada

responden siswa SMA, yakni dengan reliabilitas berkisar antara

0,86-0,94, dan validitas 0,69 (McDowell, 2006). Namun, peneliti tetap

melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen ini.

Uji validitas dan reliabilitas tetap dilakukan karena belum terdapat

instrumen S-AI form Y dengan responden siswa SMA dalam bahasa

indonesia. Instrumen terlebih dahulu diterjemahkan ke bahasa indonesia di

Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

oleh ahli bahasa terkait sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Instrumen tambahan berupa instrumen spiritual modifikasi dari FICA juga

dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

sebanyak 30 siswa yang memiliki karakteristik sama dengan SMA

Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Teknik untuk mengukur validitas

(54)

Pearson Product Moment dan diolah menggunakan aplikasi komputer

atausoftwarestatistik.

Setiap pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Nilai

signifikan yang diambil adalahp=0,05 denganrtabel 0,361, maka valid

jika r hitung > 0,361 dan tidak valid jika r hitung < 0,361. Hasil uji

validitas pada instrumen S-AI form Y ditemukan dua pernyataan tidak

valid, yaitu pernyataan nomor 11 dan nomor 16, namun karena

pernyataan tersebut dianggap penting maka pernyataan diperbaiki

strukturnya dengan back translete, sedangkan pada instrumen FICA,

semua pernyataan dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen S-AIform Yadalah menggunakanAlpha

Cronbach dengan aplikasi komputer atau softwarestatistik. Instrumen

dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach ≥ konstanta (0,6),

sedangkan jika nilai Alpha Cronbach konstanta (0,6), maka

instrumen dikatakan belum reliabel (Arikunto, 2013). Hasil uji

menyatakan bahwa instrumen S-AIform Yadalah reliabel dengan nilai

Alpha Cronbach0,910.

Instrumen FICA dilakukan uji reliabilitas dengan

Kuder-Richardson (K-R) 20 menggunakan Microsoft Excel. Hasil uji

reliabilitas Kuder-Richardson (K-R) 20 menyatakan bahwa instrumen

FICA adalah reliabel dengan nilai r 0,66. Rumus K-R 20 menurut

(55)

r = k 1k

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= varians total

P = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir

(proporsi subjek yang mendapat skor 1)

p=

q=

( )

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai r Reliabilitas

Nilai r Interpretasi

0,81–1,00 0,61–0,80 0,41–0,60 0,21–0,40 0,00–0,20

(56)

J. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan

komputer. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Peneliti melakukan pemeriksaan ulang terhadap jumlah,

kelengkapan pengisian, dan ketepatan dalam menjawab lembar data

demografi, kuesioner tingkat spiritual dan kuisioner kecemasan.

Editingdilakukan setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode pada setiap data yang berupa

sub-variabel penelitian untuk memudahkan dalam melakukan

pengolahan dan analisis data pada komputer. Coding yang diberikan

pada penelitian ini diantaranya adalah:

a. Usia: kode 1 untuk usia≤17 tahun dan kode 2 untuk >17 tahun

b. Jenis kelamin: kode 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan

c. Suku: kode 1 untuk suku Jawa dan kode 2 untuk suku non Jawa

3. Data Entry

Data dari kuesioner dimasukkan ke dalam programcomputerizeSPSS.

4. Data Cleaning

Memastikan data yang dimasukkan tidak terdapat kesalahan. Setelah

dipastikan benar, maka dapat dilanjutkan ke tahap analisa data

(57)

K. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoadmodjo, 2012). Analisis dalam penelitian ini

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase untuk jenis kategorik

(usia, jenis kelamin, suku, jurusan, tinggal dengan, kondisi fisik, dan

tingkat spiritual) dan tendensi sentral untuk data numerik meliputi

mean, median, standar deviasi, min dan max (skor kecemasan sebelum

dan sesudah intervensi pada kedua kelompok).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk melihat

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan

analisa data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Data dikatakan

terdistribusi normal jika nilai kemaknaan (p) > 0,05. Jika terdistribusi

normal, data dianalisa dengan statistik parametrik, yakni menggunakan

uji Paired T-Test untuk melihat tingkat kecemasan sebelum (pre-test)

dan sesudah (post-test) pada kelompok intervensi dan kontrol, dan uji

Independent T-Test untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan antara

kelompok intervensi dan kontrol. Namun, jika data tidak terdistribusi

normal, peneliti menggunakan statistik non parametrik, yakni dengan

uji Wilcoxon dan uji Mann Withney (Dahlan, 2013). Hipotesis

penelitian diterima jika nilai signifikansi (p)<0,05 dan hipotesis ditolak

(58)

L. Etik Penelitian

Penelitian membutuhkan prinsip dalam pertimbangan etik untuk

menghindari adanya pelanggaran dengan melakukan tindakan tidak etis.

Prinsip etik yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Self Determination

Prinsip self determination didasarkan atas penghormatan terhadap

responden sebagai subyek penelitian. Responden memiliki kebebasan

menentukan hak dan kesediaannya mengikuti penelitian ini tanpa

paksaan, sehingga ikut terlibat secara sukarela dan menandatangani

informed consent/ lembar persetujuan setelah mendapatkan penjelasan

tentang penelitian ini.

2. Respect For Justice and Inclusiveness

Peneliti akan menjaga prinsip keterbukaan dan keadilan dengan

menjelaskan prosedur penelitian dan tidak membeda-bedakan latar

belakang gender, agama, dan etnis dalam melakukan intervensi.

3. Anonimity dan Confidentiality

Prinsip anonimity dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak

mencantumkan nama responden dalam kuesioner, nama responden

diganti dengan kode untuk mencegah kesalahan dalam pengambilan

data. Sedangkan prinsip confidentiality (menjaga informasi yang

diberikan responden), dilaksanakan dengan cara memasukkan hasil

pre-test danpost-test dalam sebuah kotak. Data yang ditampilkan pun

(59)

4. Protection from Discomfort and Harm

Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

menyampaikan ketidaknyamanan dan tidak melanjutkan pengisian

kuesioner bila mengalami ketidaknyamanan atau penurunan kesehatan.

Uji etik telah dilakukan oleh Komite Etik Penelitian Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dengan nomor 032/EP-FKIK-UMY/II/2016 yang menyatakan bahwa

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang

terletak di daerah Wirobrajan Kota Yogyakarta. SMA Muhammadiyah 3

Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta favorit dengan akreditasi

“A” dengan jumlah siswa 721yang terbagi menjadi program IPA dan IPS. Visi SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah membentuk peserta

didik yang berimtaq, cerdas, kompetitif, dan berjiwa Muhammadiyah,

sedangkan misi sekolah ini adalah melaksanakan KBM dengan

terpenuhinya standar isi; memenuhi kualifikasi kemampuan lulusan sesuai

SKL; melaksanakan pembelajaran sesuai standar proses; meningkatkan

kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan; meningkatkan

sarana dan prasarana pendidikan; melaksanakan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan; mewujudkan budaya

islami dan sekolah yang berkarakter Muhammadiyah.

SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta menyediakan sarana dan

prasarana memadai dalam hal proses pembelajaran, seperti ruang kelas

yangrepresentative, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Sekolah

juga memiliki fasilitas yang baik untuk berbagai kegiatan ibadah seperti

masjid yang dapat menampung lebih dari 300 siswa dan puluhan

Al-Qur’an yang tersedia di setiap kelas. Kegiatan ibadah yang ada di sekolah

(61)

tadarus Al-Quran sebelum memulai pelajaran, dan pengajian rutin. Saat

bulan ramadhan, sekolah menyelenggarakan kegiatan pesantren selama

tiga hari dan pengabdian ke masyarakat selama dua minggu dengan

kegiatan utamanya yakni berdakwah.

Siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta dituntut untuk berusaha

lebih keras dalam berkompetisi karena berada di salah satu sekolah swasta

favorit dengan akreditasi sangat baik yang dapat memunculkan masalah

psikologis, salah satunya kecemasan. Siswa memiliki banyak kegiatan

keagamaan di sekolah, namun siswa belum pernah mendapatkan intervensi

untuk mengatasi masalah psikologis yang berasal dari riset/penelitian,

khususnya pada siswa kelas XII yang menghadapi banyak tes dan ujian,

salah satu diantaranya yakni Ujian Nasional (UN).

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 70 siswa kelas XII

SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang menghadapi Ujian Nasional.

Responden dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok intervensi

sebanyak 35 responden yang diberikan pelatihan berwudhu dan

kelompok kontrol 35 responden yang tidak diberi intervensi namun

mendapatkanleaflet. Hasil karakteristik responden dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian

(62)

tinggal dengan siapa, kondisi fisik, dan tingkat spiritual. Data umum

karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.1.Gambaran karakteristik responden kelompok kontrol dan intervensi berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, jurusan, tinggal dengan siapa, kondisi fisik, dan tingkat spiritual

Karakteristik

IPA 35 100,0 35 100,0

Tinggal dengan

Sehat 35 100,0 35 100,0

Tingkat Spiritual

Total 35 100 35 100

Sumber: Data Primer 2016

Tabel 4.1. menunjukkan responden terbanyak berdasarkan usia

adalah≤ 17 tahun, yakni 20 orang (57,1%) pada kelompok intervensi

dan 21 orang (60,0%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan jenis

kelamin, mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 21 orang

(60,0%) di kelompok intervensi dan 19 orang (54,3%) di kelompok

kontrol. Suku Jawa adalah suku terbanyak pada responden yaitu 33

orang (94,3%) di kelompok kontrol maunpun intervensi. Responden

Gambar

Tabel 3.1. Desain Non-equivalent Control Group ..............................................
Tabel 3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.2. Definisi Operasional (lanjutan)
Tabel 3.3. Teknik Penskoran instrumen State Anxiety Inventory form Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan terdapat perbedaan rerata perubahan kecemasan antara kelompok yang diberikan intervensi ZAH dengan kelompok kontrol (p= 0,001).. Simpulan, intervensi ZAH berpengaruh

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada tabel 6 dapat diketahui nilai tengah tingkat stres sebelum diberikan senam yoga kelompok kontrol yaitu 20,00 dengan nilai minimum

Hasil analisis denyut nadi sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol memperlihatkan bahwa denyut nadi kelompok intervensi (65 kali/ menit)

Hasil uji paired test diperoleh pada kelompok intervensi p=1,000 dan kelompok kontrol p=0,273 sehingga tidak terdapat pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan

Hasil analisis denyut nadi sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol memperlihatkan bahwa denyut nadi kelompok intervensi (65 kali/ menit)

Hasil analisis statistik dengan uji wilcoxon didapatkan nilai kelompok intervensi dan kontrol masing-masing p=0,0863 dan p=0,677 (p&gt;0,05) yang artinya tidak

Rata-rata perbedaan mean antara kedua kelompok kontrol 0,62 dan pada kelompok intervensi 0,46 Dan p value untuk kelompok kontrol dan intervensi untuk variabel usia adalah

5 Hasil Uji Maan-Whitney Kecemasan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Kategori Variabel Mean Rank p-Value Kecemasan Intervensi 17,75 0,001 Kontrol 31,25 Sumber: