• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : Tanti Susanti

20120340103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola) TERHADAP PERUBAHAN

WARNA GIGI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : Tanti Susanti

20120340103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

iii Nama : Tanti Susanti

NIM : 20120340103

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Yogyakarta, 17 Juni 2016

Yang membuat pernyataan

(4)

iv

MOTTO

Jadilah seperti karang di lautan yang tetap kokoh diterjang ombak,

walaupun demikian air laut tetap masuk ke dalam pori-porinya

Aku mengenal satu hal paling setia, yaitu HASIL.

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk ibu bapakku tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang, terimakasih untuk adikku Chandra yang selalu menjadi semangat dalam

(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Perbedaan

Konsentrasi Ekstrak Belimbing Manis (Averrhoa Carambola) Terhadap

Perubahan Warna Gigi”, dapat terselesaikan berkat dikungan banyak pihak.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. H. Andi Pramono, Sp. An., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Nia Wijayanti, Sp. KG., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan

banyak ilmu selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. drg. Erma Sofiani, Sp. KG., selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan nasehat berkaitan

(7)

vii

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY yang telah

mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Ayahanda Rusdi dan Ibunda Rohayati, yang selalu memberikan dukungan,

semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Adik penulis, Chandra Firando yang selalu memberikan dukungan, semangat,

cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

9. Chitra dan Ebi selaku teman satu bimbingan yang selalu memberikan

semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Sahabat-sahabat penulis Chitra, Ulfah, Ebi, Dinda, Osi, dan Shendy yang

tergabung dalam J_Friends, Rumpi-Rumpi dan Bengak yang selalu menjadi

sahabat terbaik dan teman belajar OSCE..

11. Paman penulis Nur Jalal, SP dan Sugeng Riyadi, S.Pd yang memberikan

semangat dan bantuan dari awal masa perkuliahan sampai terselesaikannya

Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Teman seperjuangan kelompok Skill lab 11 yang hampir 4 tahun menemani

selalu memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada

henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

13. Teman satu kost penulis, Reni yang memberikan bantuan dan dukungan bagi

penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

14. Partner Skill lab blok 23, Saira yang telah membantu menerjemahkan intisari

(8)

viii

15. Teman SMA penulis yang tergabung dalam Gastu yang selalu dijadikan

motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

16. Bapak Supardi sebagai penanggung jawab Laboratorium Teknik Tekstil

Universitas Islam Indonesia yang memberikan bantuan pada penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

17. Semua teman teman angkatan 2012 yang saling mendukung dan mendoakan

hingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

18. Semua pihak yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini, untuk itu penulis mengharapkan daran dan kritik yang bersifat membangun.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermafaat untuk semua pihak dan untuk

kemajuan Prodi Pendidikan Dokter Gigi UMY.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 17 Juni 2016

(9)

ix

DAFTAR ISI

KARYA TULIS

ILMIAH………Error!

Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN KTI………ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN………iii

4.Metode ekstraksi maserasi………..24

B. Landasan teori………...25

C. Kerangka konsep……….………..27

D. Hipotesis………28

BAB IIIMETODE PENELITIAN……….29

A.Desain penelitian………...29

B. Tempat dan waktu……….29

(10)

x

D. Kriteria inklusi dan eksklusi………..30

E. Variabel penelitian dan definisi operasional……….……….31

F. Instrumen penelitian……….32

G. Cara kerja………..34

H. Analisis data………..36

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...39

A. Hasil Penelitian……….39

B. Pembahasan……….………..44

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN……….51

A. Kesimpulan………51

B. Saran………..51

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Vitapan Classical ………..11

Gambar 2. Vitapan 3D Master……….11

Gambar 3. RGB Devices………..12

Gambar 4. Colorimeter……….12

Gambar 5. Spectrophotometer……….13

Gambar 6. Perubahan asam oksalat menjadi peroksida ……….17

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi………17

Gambar 8. Belimbing manis………22

Gambar 9. Kerangka konsep………27

Gambar 10. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer……….35

Gambar 11. Alur penelitian………38

Gambar 12. Gigi sebelum direndam ekstrak………..49

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sejarah pemutihan gigi………14

Tabel 2. Data nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendama dalam ekstrak belimbing manis………..39

Tabel 3. Uji normalitas Shapiro Wilk………40

Tabel 4. Uji Paired T-test………..40

Tabel 5. Data selisih nilai warna (dE*ab)………..41

Tabel 6. Uji Homogenitas………..41

Tabel 7. Uji Normalitas Shapiro Wilk………41

Tabel 8. Uji One Way Anova……….42

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto penelitian

Lampiran 2. Data Spectrophotometer

Lampiran 3. Data SPSS

(14)
(15)

xiv

dijadikan sebagai bahan bleaching alternatif karena di dalam buah ini mengandung asam oksalat yang mampu memutihkan gigi. Asam oksalat memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi pigmen warna pada gigi. Konsentrasi bahan bleaching merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemutihan gigi.

Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. Sampel terdiri dari 15 buah gigi premolar, semua gigi direndam larutan teh selama 12 hari untuk memperoleh efek diskolorasi, selanjutnya warna gigi diukur menggunakan Spectrophotometer. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok uji yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 buah gigi, kemudian gigi direndam dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 50%, 75%, 100% selama 88 jam. Warna gigi diukur kembali menggunakan Spectrophotometer. Analisis data menggunakan uji Paired T-test, One Way Anova, dan LSD (Least Significance Difference.

Hasil: Hasil uji Paired T-test menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada semua konsentrasi yang berarti ekstrak belimbing manis memiliki pengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih cerah. Hasil uji One Way Anova

menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada konsentrasi 50%, 75%, 100% yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan perubahan warna gigi yang bermakna antar setiap kelompok konsentrasi, kecuali pada kelompok konsentrasi 50% dan 75%.

Kesimpulan: Terdapat pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak belimbing manis maka efektivitas pemutihan gigi semakin baik, dimana hasil pemutihan gigi paling baik diperoleh pada ekstrak dengan konsentrasi 100% dibanding konsentrasi 50% dan 75%.

(16)

xv

ABSTRACT

Background. A chemical bleaching materials which widely used in dentistry have some effects. Sensitive teeth is one of the side effects from using a chemical bleaching materials. Starfruit can be used as an alternative bleaching material because these fruit contain of oxalic acid which is able to whiten the teeth. Oxalic acid whiten the teeth by oxidized the teeth colour pigments. The concentration of the bleaching materials is an important factors that affect the process of teeth whitening

Objective. The purpose of this study was to knowing the effect of difference in concentration of starfruit extract towards teeth colour change

Method. This study is experimental laboratory (in-vitro). The sample consisted of 15 premolar teeth. All the teeth soaked in tea solution for 12 days to obtain the discoloration effect, after that colour of the teeth was measured by using Spectrophotometer. Sample divided in 3 groups each group consisted 5 teeth. The teeth soaked in starfruit extract with different concentration 50%, 75%, and 100% for 88 hours. Tooth colour was measured by using the Spectrophotometer. Data analysis using Paired T-test, One Way Anova, and LSD (Least Significance Difference).

Result. The result from Paired T-test was show that the score p=0,000 (p<0,05) for all concentration that mean the starfruit extract has an influence to discoloration of the teeth become brighter. The result from One Way Anova was show a score p=0,000 (p<0,05) for concentration 50%, 75%, and 100%, which mean there are significant of different concentration of starfruit extract has influence to brighter colour of the teeth. The result from LSD test was show there are significant in every each group except 50% and 75% concentration of starfruit extract.

Conclusion. There are effects of starfruit extract concentration towards teeth colour change that is the higher the starfruit extract concentration, the effectiveness of teeth whitening is getting better. 100% extract concentration is the best result compared to 50% and 75% extract concentration in whitening the teeth.

(17)

1

A. Latar Belakang

Gigi yang putih dan bersih akan meningkatkan kepercayaan diri

seseorang, alasan tersebut menjadi satu dari berbagai faktor semakin

meningkatnya keinginan dan kebutuhan pelayanan gigi, terutama dalam

bidang esthetic dentistry (Ibiyemi dan Taiwo, 2011). Salah satu masalah

estetik yang paling sering memotivasi pasien untuk melakukan perawatan gigi

yaitu ketidakpuasan pasien terhadap warna gigi mereka akibat terjadinya

perubahan warna gigi (Manuel dkk., 2010). Studi yang dilakukan di Ankara,

Turki menyebutkan bahwa 55,1% dari 1040 pasien menyatakan tidak puas

dengan warna gigi mereka (Akarslan dkk., 2009).

Perubahan warna gigi atau diskolorasi diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu diskolorasi intrinsik dan ekstrinsik. Diskolorasi intrinsik dapat terjadi

karena trauma pada gigi yang menyebabkan gigi nekrosis, perdarahan pada

saat ekstirpasi jaringan pulpa, serta obat dan bahan yang digunakan dalam

perawatan saluran akar (Sundoro, 2005). Diskolorasi ekstrinsik yang dapat

berasal dari noda teh, noda tembakau, maupun noda wine (Kwon dkk., 2009).

Diskolorasi ekstrinsik relatif lebih mudah diatasi, karena dengan cara

membersihkan noda pada permukaan email atau melakukan pemutihan gigi

yang biasa disebut bleaching warna gigi akan kembali seperti semula

(Sundoro, 2005). Bahan pemutih gigiuntuk diskolorasi ekstrinsik yang sering

(18)

samping dari hidrogen peroksida apabila berkontak dengan jaringan tubuh

dapat menyebabkan iritasi jaringan mukosa (Walton dan Torabinejad, 2008),

sedangkan efek samping dari karbamid peroksida adalah gigi sensitif

(Jorgensen dan Carroll, 2002). Garg dan Garg (2008) menyebutkan bahwa

efek samping lain yang disebabkan oleh bahan pemutih kimia yaitu dapat

menurunkan kekerasan email, resorpsi akar gigi dan mempunyai efek

karsinogenik serta toksik.

Pada tahun 1868 Latimer telah memperkenalkan asam oksalat sebagai

bahan pemutih gigi khusus untuk gigi vital dan pada tahun 1877 Chapple

menggunakan asam oksalat sebagai bahan pemutih gigi untuk semua jenis

diskolorasi sehingga bahan ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti

hidrogen peroksida (Kwon dkk., 2009).

Asam oksalat dapat ditemukan di dalam belimbing wuluh, dimana

pengaplikasian belimbing wuluh terhadap gigi yang mengalami diskolorasi

dapat menghasilkan perubahan warna gigi menjadi lebih putih (Fauziah dkk.,

2012. Belimbing wuluh memiliki beberapa kelemahan yaitu jarang

dikonsumsi oleh masyarakat secara umum karena rasanya yang terlalu asam

dan buah ini sulit diperoleh karena jarang dijual di pasar maupun di swalayan

(Lingga, 2000 dan Soenarjono, 2004).

Belimbing manis (Averrhoa carambola) merupakan jenis buah

belimbing yang lebih mudah ditemui di pasaran dibandingkan dengan buah

belimbing wuluh (Soenarjono, 2004). Belimbing manis mengandung asam

(19)

dkk., 2010). Belimbing manis memiliki rasa manis sedikit asam, dimana rasa

asam dari buah ini berasal dari asam sitrat dan asam oksalat yang

dikandungnya (Ashari, 1995). Belimbing wuluh memiliki rasa yang sangat

asam, dimana rasa asam berasal dari kandungan asam oksalat dan vitamin C

yang dikandungnya. Kandungan asam oksalat dalam belimbing wuluh adalah

sebesar 2,88% (Dangat dkk., 2014).

Konsentrasi bahan pemutih gigi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi proses pemutihan gigi (American Dental Association, 2009).

Patil (2002) menyatakan semakin tinggi konsentrasi bahan pemutih gigi maka

semakin baik pula hasil pemutihan gigi yang diperoleh. Setianingsih (2008)

juga menemukan bahwa konsentrasi ekstrak apel 50% memiliki kemampuan

memutihkan gigi yang lebih baik dibandingkan ekstrak apel konsentrasi 10%

dan 30%. Buah apel memiliki kemampuan memutihkan gigi karena

mengandung derivat asam karboksilat berupa asam malat. Asam malat mampu

memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi warna gigi. Derivat lain dari asam

karboksilat yang mampu memutihkan gigi yaitu asam oksalat yang terdapat di

dalam belimbing manis (Patil dkk., 2010).

Manfaat dari belimbing manis tercantum di dalam Alquran surat An

Nahl ayat 11 yang berbunyi:

(20)

Artinya “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam

-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan

Allah) bagi kaum yang memikirkannya”.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui

pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak belimbing manis (Averrhoa

carambola) terhadap perubahan warna gigi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu apakah terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak

belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan

konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

D. Manfaat

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti tentang

penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang kesehatan gigi.

2. Bagi masyarakat

a. Memberikan informasi di bidang kesehatan mengenai potensi

(21)

b. Memberikan manfaat bagi masyarakat dalam membantu merubah

warna gigi menjadi lebih putih dengan memanfaatkan bahan alami yang

tersedia di lingkungan sekitar.

3. Bagi perkembangan ilmu

Memberikan tambahan masukan bagi peneliti lain mengenai manfaat

belimbing manis dalam merubah warna gigi menjadi lebih putih, sehingga

dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Belimbing

Manis (Averrhoa Carambola) Terhadap Perubahan Warna Gigi” belum

pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian pendukung, yaitu:

1. Pengaruh ekstrak buah apel (Malus sylvestris) terhadap perubahan warna

gigi dalam proses bleaching (pemutihan gigi) berdasarkan perbedaan

konsentrasi (Setianingsih, 2008). Hasil dari penelitian tersebut

membuktikan bahwa ekstrak apel dengan konsentrasi 50% memiliki

kemampuan memutihkan gigi yang lebih baik dibandingkan ekstrak apel

dengan konsentrasi 10% dan 30%. Perbedaannya terletak pada variabel

pengaruh, yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah

apel yang mengandung asam malat, sedangkan pada penelitian yang akan

dilakukan peneliti menggunakan ekstrak belimbing manis yang

mengandung asam oksalat.

2. Colour change of enamel after application of Averrhoa billimbi, (Fauziah

(22)

belimbing wuluh memiliki kemampuan memutihkan gigi, meskipun hasil

pemutihan gigi yang diperoleh masih dibawah karbamid peroksida 10%.

Perbedaannya terletak pada variabel pengaruh, yaitu pada penelitian

sebelumnya menggunakan olesan belimbing wuluh, sedangkan pada

(23)

29

A. Desain penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

B. Tempat dan waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian

Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan untuk penyinarannya

dilakukan di Laboratorium Evaluasi Teknik Tekstil Universitas Islam

Indonesia (UII). Penelitian ini dimulai pada tanggal 9 September 2015 dan

berakhir pada tanggal 24 November 2015.

C. Sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan 15 gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang

atas dan rahang bawah. Semua sampel akan dibagi sama rata ke dalam 3

kelompok uji. Jumlah sampel didapat berdasarkan perhitungan sampel

dengan menggunakan rumus (Daniel dan Cross, 2012):

n ≥ Z22 d2

n ≥ 1,962 . 2,872

2,82

n ≥ 3,8416 . 8,2369

7,84

n ≥ 4,036

(24)

keterangan:

n = jumlah sampel

Z = nilai Z pada kesalahan tertentu α, jika α = 0,05 maka Z = 1,96

σ = standar deviasi sampel = 2,87

d = kesalahan yang dapat ditoleransi = 2,8

Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel untuk setiap perlakuan

adalah ≥ 4,036, sehingga pada penelitian ini digunakan 5 sampel untuk setiap

perlakuan yang berarti untuk 3 perlakuan akan menggunakan 15 sampel.

D. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi

a. Gigi permanen

Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas maupun rahang

bawah dengan akar, mahkota utuh, tidak terjadi atrisi maupun abrasi.

b. Belimbing manis

Belimbing manis yang digunakan adalah belimbing manis demak

kunir yang sudah matang. Buah belimbing manis diperoleh dari pohon

belimbing milik bapak Budiono di Temanggung.

c. Ekstrak belimbing manis

Ekstrak belimbing manis yang masih segar.

2. Kriteria eksklusi

a. Gigi premolar karies.

(25)

c. Belimbing manis yang sudah busuk.

E. Variabel penelitian dan definisi operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel pengaruh : konsentrasi ekstrak belimbing manis

b. Variabel terpengaruh : perubahan warna gigi

c. Variabel terkendali :

a) Jenis gigi yaitu premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang

bawah

b) Jenis belimbing yaitu demak kunir

c) Waktu 88 jam

d) Konsentrasi ekstrak 50%, 75% dan 100%

e) Berat ekstrak belimbing manis pada masing-masing konsentrasi

yaitu 15 gram, 18 gram dan 20 gram.

f) Volume pelarut akuades pada masing-masing konsentrasi yaitu 30

ml, 24 ml dan 20 ml

g) Volume larutan teh yaitu 100 ml

d. Variabel tak terkendali

a) Umur gigi

b) Umur belimbing manis

c) Ketebalan email

d) Suhu ekstrak

(26)

2. Definisi operasional

a. Ekstrak belimbing manis merupakan intisari buah belimbing manis

jenis demak kunir yang diperoleh dengan teknik maserasi kinetik.

Teknik maserasi kinetik merupakan metode ekstraksi yang dilakukan

dengan cara merendam simplisia di dalam pelarut dalam waktu tertentu

yang disertai proses pengadukan dengan kecepatan konstan.

b. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yaitu perbandingan massa atau

volume ekstrak belimbing manis terhadap massa atau volume dari

pelarut atau air. Konsentrasi ekstrak dalam penelitian ini yaitu 50%,

75% dan 100%. Konsentrasi 50% diperoleh dari pelarutan 15 gram

ekstrak belimbing manis ke dalam 30 ml akuades, konsentrasi 75%

diperoleh dari pelarutan 18 gram ekstrak belimbing manis ke dalam 24

ml akuades, konsentrasi 100% diperoleh dari pelarutan 20 gram ekstrak

belimbing manis ke dalam 20 ml akuades.

c. Perubahan warna gigi yaitu perubahan kualitas warna mahkota gigi

yang akan diamati, mulai dari sebelum dilakukan penelitian sampai

dilakukan pemutihan gigi. Dalam penelitian ini perubahan warna gigi

diukur menggunakan Spectrophotometer UV 2401 PC.

F. Instrumen penelitian

1. Alat yang digunakan

a. Spectrophotometer UV-2401 PC merk Shimadzu buatan Jepang

digunakan untuk mengukur warna gigi.

(27)

c. Corong buncher digunakan untuk filtrasi buah belimbing manis setelah

buah diblender.

d. Almari pengering digunakan untuk mengeringkan ekstrak.

e. Vacuum rotary evaporator digunakan untukpenguapan filtrat ektsrak

belimbing manis.

f. Tabung/gelas plastik digunakan sebagai wadah perendaman gigi dalam

ekstrak belimbing manis.

g. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil dari perubahan warna gigi.

h. Selotip hitam digunakan untuk menutup permukaan akar gigi.

2. Bahan yang digunakan

a. Belimbing manis demak kunir digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan ekstrak belimbing manis

b. Ekstrak belimbing manis digunakan sebagai bahan untuk merendam

gigi

c. 15 gigi yang terdiri dari premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan

rahang bawah

d. Larutan teh digunakan sebagai bahan diskolorasi gigi

e. Akuades digunakan sebagai pelarut ekstrak belimbing manis

f. Cat kuku warna putih bening digunakan untuk melapisi akar gigi saat

(28)

G. Cara kerja

1. Tahap persiapan

a. Proses pengenceran ekstrak belimbing manis

Proses ekstraksi dilakukan di LPPT UGM dengan teknik maserasi

kinetik yaitu teknik ekstraksi yang disertai dengan proses pengadukan

agar zat aktif lebih cepat terlarut ke dalam pelarut (List dan Schmidt,

2000). Belimbing manis dicuci bersih lalu dipotong, kemudian

diblender selama 30 menit dan didiamkan selama 24 jam, lalu

dilakukan filtrasi menggunakan corong buncher. Filtrat yang diperoleh

dilakukan penguapan menggunakan vacuum rotary evaporator

sehingga menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh

dimasukkan ke dalam almari pengering selama 12 jam sehingga

diperoleh ekstrak yang kering. Selanjutnya dilakukan pengenceran

menggunakan pelarut Akuades dengan konsentrasi 50%, 75%, 100%.

b. Perendaman gigi ke dalam larutan teh

Larutan teh dibuat dari 2 kantong teh hitam celup yang

dimasukkan ke dalam 100 ml air panas, kemudian dibiarkan sampai

larutan dingin. Selanjutnya gigi dimasukkan ke dalam wadah larutan

dan dibiarkan selama 12 hari. Perendaman gigi ke dalam larutan teh

bertujuan untuk memberikan pewarnaan ekstrinsik pada gigi.

c. Pengukuran warna gigi menggunakan Spectrophotometer

Sesudah perendaman ke dalam larutan teh, warna gigi diukur

(29)

mempunyai sebuah 0-derajat penerangan/pengamatan dan pengukuran

pemancaran yang dipantulkan warna spektra dengan rata-rata 512 light

sensitives diodes pada 0,7 milimeter-diameter area.

Cara kerja dari spectrophotometer dalam mengukur warna gigi

terdiri beberapa proses, yaitu cahaya dijatuhkan pada permukaan email

tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email

sebagian dipantulkan dan sebagian lain diserap oleh pigmen-pigmen

yang terdapat pada gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang

dipantulkan tadi sebagian ditangkap oleh alat untuk kemudian dihitung

(Ascheim dan Dale, 2001).

Gambar 1. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer (https://wanibesak.

wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer/)

Pengendalian sinar pada Spectrophotometer yaitu dengan

menggunakan selotip hitam yang dilekatkan pada bagian akar gigi

karena selotip hitam mempunyai nilai 0 (gelap). Penembakan sinar

(30)

2. Tahap pelaksanaan

a. Perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis

1) Tiga buah tabung disiapkan, tabung 1 diisi dengan ekstrak belimbing

manis konsentrasi 50% sebanyak 20 ml, tabung 2 diisi dengan

ekstrak belimbing manis konsentrasi 75% sebanyak 20 ml dan

tabung 3 diisi dengan ekstrak belimbing manis konsentrasi 100%

sebanyak 20 ml.

2) Lima belas gigi dimasukkan ke dalam tiga buah tabung tersebut,

dengan masing-masing tabung diisi oleh lima buah gigi.

3) Gigi-gigi tersebut direndam di dalam ekstrak belimbing manis

selama 88 jam, selanjutnya gigi diambil dan dibersihkan dengan air

mengalir. Penggunaan waktu 88 jam didasarkan pada waktu home

bleaching yaitu 2-3 jam perhari selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002),

dengan kalkulasi:

2,5 jam x 35 (jumlah hari dalam 5 minggu) = 87,5 jam dibulatkan

menjadi 88 jam

b. Pengukuran warna gigi kembali menggunakan Spectrophotometer.

H. Analisis data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

inferensial parametri, yaitu suatu prosedur pengambilan kesimpulan statistik

yang didasarkan dari data interval atau rasio. Data yang diperoleh dilakukan

uji normalitas terlebih dahulu, jika sebaran data normal maka analisa data

(31)

untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman

dengan ekstrak belimbing manis pada tiap kelompok konsentrasi, namun jika

sebaran data tidak normal dapat dilakukan uji wilcoxon. Nilai perbedaan

sebelum dan sesudah perendaman dilakukan uji homogenitas yang

dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data

sampel memiliki variansi yang sama, selain itu dilakukan uji normalitas

untuk mengetahui sebaran data dan jika data normal dilakukan analisis

parametrik dengan menggunakan uji One Way Anova yang berfungsi untuk

menguji sebuah data rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua

sampel serta dilakukan uji lanjut LSD (Least Significance Difference) untuk

mengetahui beda rata-rata antar kelompok perlakuan yaitu antara konsentrasi

50% dengan 75%, 75% dengan 100% dan 50% dengan 100%. Sebaran data

(32)

I. Alur penelitian

Gambar 2. Alur penelitian

15 Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang bawah

(33)

29

A. Desain penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

B. Tempat dan waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian

Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan untuk penyinarannya

dilakukan di Laboratorium Evaluasi Teknik Tekstil Universitas Islam

Indonesia (UII). Penelitian ini dimulai pada tanggal 9 September 2015 dan

berakhir pada tanggal 24 November 2015.

C. Sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan 15 gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang

atas dan rahang bawah. Semua sampel akan dibagi sama rata ke dalam 3

kelompok uji. Jumlah sampel didapat berdasarkan perhitungan sampel

dengan menggunakan rumus (Daniel dan Cross, 2012):

n ≥ Z22 d2

n ≥ 1,962 . 2,872

2,82

n ≥ 3,8416 . 8,2369

7,84

n ≥ 4,036

(34)

keterangan:

n = jumlah sampel

Z = nilai Z pada kesalahan tertentu α, jika α = 0,05 maka Z = 1,96

σ = standar deviasi sampel = 2,87

d = kesalahan yang dapat ditoleransi = 2,8

Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel untuk setiap perlakuan

adalah ≥ 4,036, sehingga pada penelitian ini digunakan 5 sampel untuk setiap

perlakuan yang berarti untuk 3 perlakuan akan menggunakan 15 sampel.

D. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi

a. Gigi permanen

Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas maupun rahang

bawah dengan akar, mahkota utuh, tidak terjadi atrisi maupun abrasi.

b. Belimbing manis

Belimbing manis yang digunakan adalah belimbing manis demak

kunir yang sudah matang. Buah belimbing manis diperoleh dari pohon

belimbing milik bapak Budiono di Temanggung.

c. Ekstrak belimbing manis

Ekstrak belimbing manis yang masih segar.

2. Kriteria eksklusi

a. Gigi premolar karies.

(35)

c. Belimbing manis yang sudah busuk.

E. Variabel penelitian dan definisi operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel pengaruh : konsentrasi ekstrak belimbing manis

b. Variabel terpengaruh : perubahan warna gigi

c. Variabel terkendali :

a) Jenis gigi yaitu premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang

bawah

b) Jenis belimbing yaitu demak kunir

c) Waktu 88 jam

d) Konsentrasi ekstrak 50%, 75% dan 100%

e) Berat ekstrak belimbing manis pada masing-masing konsentrasi

yaitu 15 gram, 18 gram dan 20 gram.

f) Volume pelarut akuades pada masing-masing konsentrasi yaitu 30

ml, 24 ml dan 20 ml

g) Volume larutan teh yaitu 100 ml

d. Variabel tak terkendali

a) Umur gigi

b) Umur belimbing manis

c) Ketebalan email

d) Suhu ekstrak

(36)

2. Definisi operasional

a. Ekstrak belimbing manis merupakan intisari buah belimbing manis

jenis demak kunir yang diperoleh dengan teknik maserasi kinetik.

Teknik maserasi kinetik merupakan metode ekstraksi yang dilakukan

dengan cara merendam simplisia di dalam pelarut dalam waktu tertentu

yang disertai proses pengadukan dengan kecepatan konstan.

b. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yaitu perbandingan massa atau

volume ekstrak belimbing manis terhadap massa atau volume dari

pelarut atau air. Konsentrasi ekstrak dalam penelitian ini yaitu 50%,

75% dan 100%. Konsentrasi 50% diperoleh dari pelarutan 15 gram

ekstrak belimbing manis ke dalam 30 ml akuades, konsentrasi 75%

diperoleh dari pelarutan 18 gram ekstrak belimbing manis ke dalam 24

ml akuades, konsentrasi 100% diperoleh dari pelarutan 20 gram ekstrak

belimbing manis ke dalam 20 ml akuades.

c. Perubahan warna gigi yaitu perubahan kualitas warna mahkota gigi

yang akan diamati, mulai dari sebelum dilakukan penelitian sampai

dilakukan pemutihan gigi. Dalam penelitian ini perubahan warna gigi

diukur menggunakan Spectrophotometer UV 2401 PC.

F. Instrumen penelitian

1. Alat yang digunakan

a. Spectrophotometer UV-2401 PC merk Shimadzu buatan Jepang

digunakan untuk mengukur warna gigi.

(37)

c. Corong buncher digunakan untuk filtrasi buah belimbing manis setelah

buah diblender.

d. Almari pengering digunakan untuk mengeringkan ekstrak.

e. Vacuum rotary evaporator digunakan untukpenguapan filtrat ektsrak

belimbing manis.

f. Tabung/gelas plastik digunakan sebagai wadah perendaman gigi dalam

ekstrak belimbing manis.

g. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil dari perubahan warna gigi.

h. Selotip hitam digunakan untuk menutup permukaan akar gigi.

2. Bahan yang digunakan

a. Belimbing manis demak kunir digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan ekstrak belimbing manis

b. Ekstrak belimbing manis digunakan sebagai bahan untuk merendam

gigi

c. 15 gigi yang terdiri dari premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan

rahang bawah

d. Larutan teh digunakan sebagai bahan diskolorasi gigi

e. Akuades digunakan sebagai pelarut ekstrak belimbing manis

f. Cat kuku warna putih bening digunakan untuk melapisi akar gigi saat

(38)

G. Cara kerja

1. Tahap persiapan

a. Proses pengenceran ekstrak belimbing manis

Proses ekstraksi dilakukan di LPPT UGM dengan teknik maserasi

kinetik yaitu teknik ekstraksi yang disertai dengan proses pengadukan

agar zat aktif lebih cepat terlarut ke dalam pelarut (List dan Schmidt,

2000). Belimbing manis dicuci bersih lalu dipotong, kemudian

diblender selama 30 menit dan didiamkan selama 24 jam, lalu

dilakukan filtrasi menggunakan corong buncher. Filtrat yang diperoleh

dilakukan penguapan menggunakan vacuum rotary evaporator

sehingga menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh

dimasukkan ke dalam almari pengering selama 12 jam sehingga

diperoleh ekstrak yang kering. Selanjutnya dilakukan pengenceran

menggunakan pelarut Akuades dengan konsentrasi 50%, 75%, 100%.

b. Perendaman gigi ke dalam larutan teh

Larutan teh dibuat dari 2 kantong teh hitam celup yang

dimasukkan ke dalam 100 ml air panas, kemudian dibiarkan sampai

larutan dingin. Selanjutnya gigi dimasukkan ke dalam wadah larutan

dan dibiarkan selama 12 hari. Perendaman gigi ke dalam larutan teh

bertujuan untuk memberikan pewarnaan ekstrinsik pada gigi.

c. Pengukuran warna gigi menggunakan Spectrophotometer

Sesudah perendaman ke dalam larutan teh, warna gigi diukur

(39)

mempunyai sebuah 0-derajat penerangan/pengamatan dan pengukuran

pemancaran yang dipantulkan warna spektra dengan rata-rata 512 light

sensitives diodes pada 0,7 milimeter-diameter area.

Cara kerja dari spectrophotometer dalam mengukur warna gigi

terdiri beberapa proses, yaitu cahaya dijatuhkan pada permukaan email

tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email

sebagian dipantulkan dan sebagian lain diserap oleh pigmen-pigmen

yang terdapat pada gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang

dipantulkan tadi sebagian ditangkap oleh alat untuk kemudian dihitung

(Ascheim dan Dale, 2001).

Gambar 1. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer (https://wanibesak.

wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer/)

Pengendalian sinar pada Spectrophotometer yaitu dengan

menggunakan selotip hitam yang dilekatkan pada bagian akar gigi

karena selotip hitam mempunyai nilai 0 (gelap). Penembakan sinar

(40)

2. Tahap pelaksanaan

a. Perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis

1) Tiga buah tabung disiapkan, tabung 1 diisi dengan ekstrak belimbing

manis konsentrasi 50% sebanyak 20 ml, tabung 2 diisi dengan

ekstrak belimbing manis konsentrasi 75% sebanyak 20 ml dan

tabung 3 diisi dengan ekstrak belimbing manis konsentrasi 100%

sebanyak 20 ml.

2) Lima belas gigi dimasukkan ke dalam tiga buah tabung tersebut,

dengan masing-masing tabung diisi oleh lima buah gigi.

3) Gigi-gigi tersebut direndam di dalam ekstrak belimbing manis

selama 88 jam, selanjutnya gigi diambil dan dibersihkan dengan air

mengalir. Penggunaan waktu 88 jam didasarkan pada waktu home

bleaching yaitu 2-3 jam perhari selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002),

dengan kalkulasi:

2,5 jam x 35 (jumlah hari dalam 5 minggu) = 87,5 jam dibulatkan

menjadi 88 jam

b. Pengukuran warna gigi kembali menggunakan Spectrophotometer.

H. Analisis data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

inferensial parametri, yaitu suatu prosedur pengambilan kesimpulan statistik

yang didasarkan dari data interval atau rasio. Data yang diperoleh dilakukan

uji normalitas terlebih dahulu, jika sebaran data normal maka analisa data

(41)

untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman

dengan ekstrak belimbing manis pada tiap kelompok konsentrasi, namun jika

sebaran data tidak normal dapat dilakukan uji wilcoxon. Nilai perbedaan

sebelum dan sesudah perendaman dilakukan uji homogenitas yang

dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data

sampel memiliki variansi yang sama, selain itu dilakukan uji normalitas

untuk mengetahui sebaran data dan jika data normal dilakukan analisis

parametrik dengan menggunakan uji One Way Anova yang berfungsi untuk

menguji sebuah data rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua

sampel serta dilakukan uji lanjut LSD (Least Significance Difference) untuk

mengetahui beda rata-rata antar kelompok perlakuan yaitu antara konsentrasi

50% dengan 75%, 75% dengan 100% dan 50% dengan 100%. Sebaran data

(42)

I. Alur penelitian

Gambar 2. Alur penelitian

15 Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang bawah

(43)

39

A. Hasil Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan

konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Gigi

yang digunakan terlebih dahulu dilakukan diskolorasi dengan merendamnya

dalam larutan teh selama 12 hari dilanjutkan dengan merendam gigi ke dalam

ekstrak belimbing manis. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yang

digunakan adalah 50%, 75% dan 100% dengan lama waktu perendaman 88

jam. Warna gigi diukur dengan menggunakan Spectrophotometer untuk

menentukan nilai dE*ab (nilai warna). Berikut tabel data hasil pengukuran:

Tabel 1. Data nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman dalam ekstrak belimbing manis

Data dari tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai warna

(dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis dengan

konsentrasi 50%, 75% dan 100%.

Data pada tabel 2 dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk dan didapatkan hasil sebagai berikut:

No

Nilai warna (dE*ab)

Konsentrasi 50% Konsentrasi 75% Konsentrasi 100%

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 99.67 96.95 99.60 96.73 99.76 96.40

2 99.79 97.12 99.42 96.82 99.81 96.77

3 99.51 96.90 99.38 96.76 99.72 96.42

4 99.63 97.24 99.80 96.85 99.90 96.94

(44)

Tabel 3. Uji normalitas Shapiro Wilk

Konsentrasi ekstrak belimbing manis Signifikansi

Sebelum Sesudah

50% 0,870 0,429

75% 0,212 0,070

100% 0,439 0,527

Uji normalitas diatas menunjukkan bahwa pada konsentrasi

50%, 75% dan 100% didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa

sebaran data pada ketiga konsentrasi tersebut adalah normal, dengan

demikian dapat dilakukan uji Paired T-test untuk mengetahui

perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman ekstrak

belimbing manis pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%. Hasil uji

Paired T-test dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Uji Paired T-test

Nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah

perendaman ekstrak Mean Signifikansi

Konsentrasi 50% 2.54800 0.000

Konsentrasi 75% 2.73400 0.000

Konsentrasi 100% 3.14000 0.000

Tabel hasil uji Paired T-test diatas menunjukkan bahwa nilai p<0,05

pada konsentrasi 50%, 75% dan 100% yang berarti terdapat perbedaan

bermakna nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan sesudah perendaman

ekstrak pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%. Hal ini menunjukkan ekstrak

belimbing manis mampu mengubah warna gigi menjadi lebih putih.

Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova untuk menguji data

tidak berpasangan yang lebih dari 2 kelompok, sebelum dilakukan uji One

Way Anova, nilai selisih sebelum dan sesudah perendaman terlebih dahulu

(45)

dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data

sampel memiliki variansi yang sama, selain itu dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui sebaran data normal atau tidak.

Tabel 5. Data selisih nilai warna (dE*ab)

No Nilai warna (dE*ab)

Ekstrak 50% Ekstrak 75% Ekstrak 100%

1 2.72 2.87 3.36

(dE*ab) pada masing-masing konsentrasi yang berarti terjadi penurunan nilai

warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis.

Tabel 5 juga menunjukkan selisih nilai paling besar terjadi pada konsentrasi

ekstrak belimbing manis 100%.

Tabel 6. Uji Homogenitas

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Berdasarkan mean (rata-rata) 0.929

Berdasarkan median (nilai tengah) 0.989

Data diatas menunjukkan nilai p>0,05, yang berarti data sudah

homogen.

Tabel 7. Uji Normalitas Shapiro Wilk

(46)

Hasil yang didapatkan dari uji diatas menunjukkan data yang homogen

dan sebaran data normal sehingga dapat dilakukan uji One Way Anova.

Tabel 8. Uji One Way Anova

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Antar kelompok konsentrasi 0.000

Pada tabel hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai p<0,05 yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis

terhadap perubahan warna gigi

Penelitian ini menggunakan uji Post Hoc yaitu LSD (Least Significance

Difference) untuk mengetahui kelompok konsentrasi yang memiliki tingkat

keefektifan memutihkan gigi paling baik.

Tabel 9. Hasil uji Post Hoc (LSD)

Perbandingan konsentrasi Perbedaan rata-rata Signifikansi

50% 75% -0,18600 0,109

75% 100% -0,40600 0,003

100% 50% 0,59200 0,000

Dari tabel hasil uji Post Hoc terlihat bahwa perbedaan rata-rata

konsentrasi 50% terhadap 75% adalah -0,18600 dengan nilai p>0,05 yang

dapat diinterpretasikan bahwa selisih nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan

sesudah perendaman ekstrak belimbing manis pada konsentrasi 75% lebih

tinggi daripada konsentrasi 50%. Perbedaan rata-rata konsentrasi 75%

terhadap 100% adalah -0,40600 dengan nilai p<0,05 yang dapat

diinterpretasikan bahwa selisih nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan

(47)

tinggi daripada 75%. Perbedaan rata-rata konsentrasi 100% terhadap 50%

adalah 0,59200 dengan nilai p<0,05 yang dapat diinterpretasikan bahwa

selisih nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan sesudah perendaman ekstrak

belimbing manis pada konsentrasi 100% lebih tinggi dari 50%. Berdasarkan

data tersebut maka dapat diasumsikan bahwa perendaman gigi pada ekstrak

belimbing manis konsentrasi 100% memiliki efektivitas paling tinggi dalam

memutihkan gigi jika dibandingkan dengan ekstrak belimbing manis

konsentrasi 50% dan 75%, akan tetapi perbedaan bermakna hanya terdapat

pada perbandingan konsentrasi 75% terhadap 100% dan 100% terhadap 50%

(48)

B. Pembahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan

konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Teknik

pemutihan gigi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemutihan

gigi eksternal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi

premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang bawah post ekstraksi

sebanyak 15 gigi yang terlebih dahulu direndam dalam larutan teh hitam

selama 12 hari. Penentuan waktu perendaman gigi ke dalam teh selama 12

hari didapat dari perhitungan sebagai berikut:

8 menit x 365 hari x 6 tahun = 17.520 menit = 12, 167 12 hari

1440 menit 1440 menit

Keterangan:

 8 menit = rata-rata waktu konsumsi teh dalam sehari (Guller

dkk., 2005)

 365 hari = jumlah hari dalam 1 tahun

 6 tahun = rata-rata usia pencabutan gigi premolar (16 tahun)

untuk perawatan orthodontic dikurangi rata-rata usia erupsi gigi

premolar (10 tahun) (Marchelina dkk., 2016 dan Harshanur,

2012)

 1440 menit = jumlah menit dalam 1 hari ( 24 jam x 60 menit)

Pada perhitungan diatas dapat terlihat bahwa diskolorasi gigi dapat

terjadi apabila gigi berkontak dengan teh selama 17.520 menit yang setara

(49)

Penelitian ini menggunakan gigi premolar karena gigi premolar dapat

terlihat pada saat orang tersenyum. Hal ini didukung dengan survey di Los

Angeles yang menunjukkan bahwa 454 responden menunjukkan sebesar

40,5% responden memperlihatkan gigi anterior serta gigi premolar 1 dan

premolar 2 pada saat tersenyum (Jones dan Ventre, 2005). Sampel gigi

kemudian dibagi menjadi tiga kelompok dan direndam dalam ekstrak

belimbing manis selama 88 jam dengan pembagian konsentrasi ekstrak yaitu

50%, 75% dan 100%.

Pemilihan konsentrasi ekstrak belimbing manis 50%, 75% dan 100%

didasarkan pada penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa

konsentrasi ekstrak apel 50% memiliki hasil yang paling optimal jika

dibandingkan dengan konsentrasi 10% dan 30%, oleh karena itu pada

penelitian ini digunakan konsentrasi yang lebih tinggi. Penentuan lama waktu

perendaman gigi ke dalam ekstrak belimbing manis didasarkan pada rata-rata

lama waktu bleaching yaitu 2-3 jam selama kurang lebih 4-6 minggu

sehingga jika diakumulasikan akan memperoleh hasil 88 jam.

Pembuatan dan pembagian konsentrasi ekstrak belimbing manis

dilakukan di LPPT Universitas Gajah Mada. Belimbing manis yang

digunakan adalah jenis demak kunir karena jenis belimbing ini merupakan

varietas unggul yang memiliki rasa manis sedikit asam, aromanya harum dan

teksturnya halus (Soenarjono, 2004). Teknik ekstraksi yang dilakukan yaitu

teknik ekstraksi maserasi kinetik. Teknik maserasi kinetik dipilih karena

(50)

dalam belimbing manis lebih banyak dan lebih cepat larut di dalam pelarut

(List dan Schmidt, 2000).

Pengukuran warna gigi dilakukan di Laboratorium Teknik Tekstil

Universitas Islam Indonesia dengan menggunakan Spectrophotometer

UV-2401 PC. Pengukuran warna gigi dengan menggunakan Spectrophotometer

dilakukan dengan cara menjatuhkan sinar pada email gigi. Cahaya yang

mengenai email gigi sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan

diserap oleh pigmen warna gigi. Sebagian cahaya yang dihamburkan nantinya

akan muncul sebagai nilai nilai warna (dE*ab). Nilai warna (dE*ab) yang

telah diperoleh merupakan data kuantitatif yang dapat diolah dengan

menggunakan SPSS.

Penelitian ini menunjukkan terjadi penurunan nilai warna (dE*ab)

setelah dilakukan perendaman ke dalam ekstrak belimbing manis baik pada

konsentrasi 50%, 75% maupun 100%, hal ini sesuai Aschheim dan Dale

(2001) yang menyatakan bahwa nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah

menunjukkan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak,

sehingga specimen gigi akan menjadi lebih putih.

Data hasil penelitian ini diolah menggunakan uji Paired T-test untuk

mengetahui signifikansi nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah

perendaman ekstrak. Hasil pengolahan data menggunakan uji Paired T-test

menunjukkan perbedaan nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah

perendaman ekstrak belimbing manis pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%

(51)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak belimbing manis memiliki

pengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.

Terjadinya perubahan warna gigi menjadi semakin cerah setelah

dilakukan perendaman ekstrak belimbing manis dikarenakan oleh kandungan

asam oksalat sebagai oksidator di dalam belimbing manis sebesar 1,04%.

Oksidator akan mengoksidasi pigmen pada gigi dengan cara melepas oksigen

sebagai radikal bebas (Meizarini dan Rianti, 2005). Oksigen akan memecah

molekul komplek dari pigmen yang menyebabkan diskolorasi gigi menjadi

molekul sederhana yang tidak berwarna (Brenna dkk., 2012), sehingga

setelah perendaman gigi di dalam ekstrak belimbing manis maka warna gigi

akan menjadi lebih cerah.

Analisis One Way Anova digunakan untuk mengetahui signifikansi

perbedaan selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman

ekstrak belimbing manis antara kelompok konsentrasi 50%, 75% dan 100%.

Hasil analisis One Way Anova menunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05)

yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada selisih nilai warna (dE*ab)

sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis antara kelompok

50%, 75% dan 100%, yang berarti bahwa terdapat pengaruh konsentrasi

ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

Uji Post Hoc yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji LSD (Least

Significance Difference) untuk mengetahui signifikansi perbedaan selisih

nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing

(52)

100% dengan 50%. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa pada

perbandingan antara kelompok konsentrasi 50% dengan 75% memiliki nilai

p=0,109 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna pada

selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak

belimbing manis antara kelompok konsentrasi 50% dengan 75%, hal ini

sesuai dengan Supriyatna dkk. (2014) yang menyatakan bahwa ekstrak

dengan konsentrasi 100% yang dilarutkan menggunakan akuades menjadi

konsentrasi yang lebih rendah yaitu 50% dan 75%, akan mengakibatkan

konsistensi ekstrak tersebut berubah. Perubahan konsistensi pada ekstrak 50%

dan 75% akan mempengaruhi efektivitas zat aktif di dalamnya, salah satunya

yaitu asam oksalat yang akan berefek pada proses pemutihan gigi yang terjadi

pada masing-masing konsentrasi tersebut, sehingga perbedaan hasil

pemutihan gigi yang diperoleh antara konsentrasi 50% dan 75% tidak begitu

terlihat.

Hasil analisis LSD pada kelompok perbandingan konsentrasi 75%

dengan 100% menunjukkan nilai p=0,003 (p<0,05) dan perbandingan

konsentrasi 100% dengan 50% menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang

berarti terdapat perbedaan bermakna pada selisih nilai warna (dE*ab)

sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis antara kelompok

konsentrasi 75% dengan 100% dan 100% dengan 50%.

Penelitian ini menunjukkan selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan

sesudah perendaman ekstrak belimbing manis paling tinggi terjadi pada

(53)

sesudah perendaman ekstrak belimbing manis paling rendah terjadi pada

konsentrasi 50%, hal tersebut menunjukkan kemampuan pemutihan gigi

paling tinggi terjadi pada konsentrasi 100% sedangkan kemampuan

pemutihan gigi paling rendah terjadi pada konsentrasi 50%. Hasil yang telah

diperoleh sesuai dengan Patil (2002) yang menyatakan semakin tinggi

konsentrasi bahan pemutih gigi maka akan semakin baik pula hasil pemutihan

gigi yang diperoleh, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi suatu

bahan pemutih maka akan mengakibatkan proses oksidasi berjalan lebih baik

sehingga hasil pemutihan gigi yang diperoleh akan lebih baik pula.

Pengolahan data yang telah dilakukan berupa uji Paired T-test, One

Way Anova dan Post Hoc yang berupa LSD, dari hasil pengolahan data

tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang telah diajukan dapat diterima

yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap

perubahan warna gigi yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak belimbing

manis maka efektivitas pemutihan gigi semakin besar.

(54)
(55)

51 A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Belimbing manis (Averrhoa Carambola) merupakan bahan alami yang

dapat digunakan untuk pemutihan gigi secara eksternal, karena

berdasarkan hasil uji Paired T-test terlihat adanya perubahan yang

signifikan terhadap nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan sesudah

perendaman gigi ke dalam ekstrak belimbing manis.

2. Terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap

perubahan warna gigi, karena berdasarkan hasil uji One Way Anova

terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara selisih nilai warna

(dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman pada ekstrak belimbing manis

dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100%.

3. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yang semakin tinggi akan

menghasilkan efektivitas pemutihan gigi yang diperoleh semakin baik, hal

ini terlihat dari hasil uji LSD (Least Significance Difference) yang

menunjukkan ekstrak belimbing manis konsentrasi 100% memiliki

efektivitas pemutihan gigi yang paling baik dibanding ekstrak belimbing

manis konsentrasi 50% dan 75%.

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang efek ekstrak belimbing

(56)

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap penggunaan ekstrak

belimbing manis terhadap pemutihan gigi secara in vivo.

3. Sebaiknya dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak belimbing manis

dengan tingkat kematangan yang sama terhadap pemutihan gigi.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang kandungan asam oksalat

(57)

53 Blackwell Munksgaard.

Akarslan, Z., Sadik, B., Erten, H., dan Karabulut, E. (2009). Dental Esthetic Satisfication, Received and Desired Dental Treatments for Improvement of Esthetics. IJDR, 20(2): 195-200.

American Dental Association. (2009). Tooth Whitening/Bleaching: Treatment Considerations for Dentists and Their Patients. Chicago.

Ascheim, K., dan Dale, B. (2001). Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to Techniques and Materials. United States of America: Mosby, Inc.

Ashari, S. (1995). Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.

Barlett, D. dan Brunton, P. A. (2005). Aesthetic Dentistry. London: Quintessence Publishing Co. Ltd.

Basavanna, R., Gohil, C., dan Shivanna, V. (2013). Shade Selection. Int. Oral Health Sci., 3(1): 26-31.

Benbachir, N., Ardu, S., dan Krejci, I. (2008). Spectrophotometric Evaluation of The Efficacy of A New In-Office Bleaching Technique. Quintessence International, 39(4): 299-306.

Brenna, F., Breschi, L., Cavalli, G., Devoto, W., Orologio, G. D., Ferrari, P., Fiorini, A., Gagliani, M., Giani, S., Manfrini, F., Manfrini, G., Marcoli, P. A., Massai, L., Monari, A., Nuvina, M., Oddera, M., Palazzo, M., Pansecchi, D., Patroni, S., Prando, G., Robello, C., Spreafico, R., Tinti, C. dan Veneziani, M. (2012). Restorative Dentistry. St. Louis, Mo.: Elseiver/Mosby.

Dangat, B. T., Shinde, A. A., Jagtap, D. N., Desai, V. R., Shinde, P. B., dan Gurav, R. V. (2014). Mineral Analysis of Averrhoa bilimbi L. - A Potential Fruit. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 7(3): 150-151

(58)

Daryanto. (2002). Bercocok Tanam Buah-Buahan . Semarang: Aneka Ilmu.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.

Fauziah, C., Fitriyani, S., dan Diansari, V. (2012). Colour Change of Enamel after Application of Averrhoa bilimbi. Journal of Dentistry Indonesia, 19(3): 53-56.

Georgiades, C. (2003). Patent No. US 20030211052A1. United States.

Greenwall, L. (2001). Bleaching Technique Restorative Dentistry: an Illustrated Guide. London: Martin Dunitz Ltd.

Grossman, L. I., Oliet, S., dan Rio, C. E. (2010). Endodontic Practice. (Chandra, B. S. dan Krishna, V. G, Eds) Gurgaon, Haryana (India): Wolters Kluwer)

Guller, A. U., Yilmaz, F., Kulunk, T., Kurt, S. (2005). Effect of Different Drinks on Stainability of Resin Composite Provisonal Restorative Material. The Journal of Prosthetic Dentistry, 94(2): 118-124

Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G. dan Rakesh, D. D. (2008). Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy : International Centre for Science and High Technology.

Harshanur, I. (2012). Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.

Hart, H. (2002). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Ibiyemi, O. dan Taiwo, J. O., (2011). Psychosocial Aspect of Anterior Tooth Discoloration Among Adolescents in Igbo-Ora, Southwestern Nigeria,

Annals of Ibadan Postgraduate Medicine, 9(2): 94-99

Ingle, J. (2009). PDQ Endodontics. USA: PMPH-USA.

(59)

Jenssen, L., dan Tran, H. Q. (2011). Classification of Severe Tooth Discolorations and Treatment Options. Thesis, Universitetet i Tromsø, Norwegia.

Jones, W. dan Ventre, E. (2005). Biomechanics and Esthetics Strategies in Clinical Orthodontics. UK: Elseiver Inc.

Jorgensen, M., dan Carroll, W. (2002). Incidence of Tooth Sensitivity after Home Whitening Treatment [Abstrak]. JADA, 133(8): 1076-1082.

Kwon, S. R., Ko, S. H., dan Greenwall, W. B. (2009). Tooth Whitening in Esthetic Dentistry: Principles and Techniques. UK: Quintessence Publishing Co, Ltd.

Lingga, P. (2000). Bertanam Belimbing. Jakarta: Penebar Swadaya.

List, P. H., dan Schmidt, P. C. (2000). Phytopharmaceutical Technology. Institute rof Pharmaceutical Technology, University of Marburg, Germany.

Manuel, S. T., Abhisek, P., dan Kundabala, M. (2010). Etiology of Tooth Discoloration - A Review. Nig Dental Journal, 18(2): 56-63

Marchelina, G. A. R., Anindita, P. S., Waworuntu, O. A. (2016). Status Kesehatan Gingiva pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat di SMA Negeri 1 Manado.

Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 5(1): 159-157.

Meizarini, A., dan Rianti, D. (2005). Bahan Pemutih Gigi dengan Sertifikat ADA/ISO. DENT. J, 38(2): 73-76.

O'Brien, W. (2002). Dental Material and Their Selection. Chicago: Quintessence Publishing Co, Inc.

Paravina, R. D. dan Powers, J. M. (2004). Esthetic Color Training in Dentistry.

St. Louis MO: Elsevier Mosby

Patil, A., Patil, D., Phatak, A., dan Chandra, N. (2010). Physical and Chemical Characteristics of Carambola (Averrhoa carambola L.) Fruit at Three Stages of Maturity. IJABPT, 1(2): 624-629.

Patil, R. D. (2002). Esthetic Dentistry an Artists Science. India: PR Publicat.

Purwaningsih, E. (2007). Multiguna Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact.

(60)

Rohman, A. dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setianingsih, D. R. (2008). Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus sylvestris) terhadap Perubahan Warna Gigi dalam Proses Bleaching (Pemutihan Gigi) berdasarkan Perbedaan Konsentrasi . Karya Tulis Ilmiah strata satu, Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Silva, C. R., Oliveira, M. B. N., Motta, E. S., Almeida, G. S., Varanda, L. L., Padula, M., dkk. (2010). Genotoxic and Cytotoxic Safety Evaluation of Papain. Journal of Biomedicine and Biotechnology, 2010 (2010): 1-8.

Soenarjono, H. (2004). Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sundoro, E. (2005). Serba Serbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: UI Press.

Supriyatna, M.W., M., Iskandar, Y., dan Febriyanti, R. M. (2014). Prinsip Obat Herbal: Sebuah Pengantar untuk Fitoterapi. Yogyakarta: Deepublish.

Suwarto, A. (2010). 9 Buah & Sayur Sakti Tangkal Penyakit. Yogyakarta: Liberplus.

Valera, M. C., Camargo, C. H. R., Carvalho, C. A. T., Oliveira, E. D., Camargo, S. E. A., Rodrigues, C. M. (2009). Effectiveness of Carbamide Peroxide and Sodium Perborate in Non-Vital Discolored Teeth. Journal of Applied Oral Science, 17(3): 254-261.

Walton, R., dan Torabinejad, M. (2008). Prinsip dan Praktik Ilmu endodontik (3rd ed.). Jakarta: EGC.

http://dentalwebcafe.com/Digital_Color_Matching.htm. diakses 18 Juni 2016

(61)
(62)

(Pohon belimbing manis milik bapak Budiono (almari pengering)

di Temanggung)

(63)

(gigi direndam dalam larutan teh)

(64)

(gigi sesudah direndam ekstrak belimbing manis)

(komputer sebagai penampil data dari (gigi saat akan diukur menggunakan

(65)

Created:

Number of Lines: 15

III: D65 Obs: 10degree

Standard 0.00 0.00 0.00

SampleID L* a* b* dE*ab FileName

1 99.60 0.08 -0.16 99.60 ST26

2 99.42 0.00 -0.23 99.42 ST27

3 99.38 -0.03 -0.37 99.38 ST28

4 99.80 0.04 -0.09 99.80 ST29

5 99.80 0.11 0.01 99.80 ST30

6 99.67 0.10 -0.20 99.67 ST31

7 99.79 -0.01 -0.07 99.79 ST32

8 99.51 0.03 -0.37 99.51 ST33

9 99.63 0.02 -0.11 99.63 ST34

10 99.32 0.07 -0.31 99.32 ST35

11 99.76 0.01 -0.29 99.76 ST36

12 99.81 -0.11 -0.30 99.81 ST37

13 99.72 -0.13 -0.36 99.72 ST38

14 99.90 0.01 -0.22 99.90 ST39

(66)
(67)

Created:

Number of Lines: 5

III: D65 Obs: 10degree

Standard 0.00 0.00 0.00

SampleID L* a* b* dE*ab FileName

1 96.40 0.17 -0.11 96.40 S100-36

2 96.77 0.11 0.14 96.77 S100-37

3 96.42 0.06 0.03 96.42 S100-38

4 96.94 0.28 0.11 96.94 S100-39

(68)
(69)

Created:

Number of Lines: 5

III: D65 Obs: 10degree

Standard 0.00 0.00 0.00

SampleID L* a* b* dE*ab FileName

1 96.95 0.24 0.25 96.95 S50-31

2 97.12 0.12 0.15 97.12 S50-32

3 96.90 0.23 0.22 96.90 S50-33

4 97.24 0.06 0.34 97.24 S50-34

(70)

Gambar

Gambar 1. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer (https://wanibesak.
Gambar 2. Alur penelitian
Gambar 1. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer (https://wanibesak.
Gambar 2. Alur penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian didapatkan volume rata-rata urin pada kelompok perlakuan yang diberi sari buah belimbing manis tidak berbeda dengan kelompok perlakuan yang diberi

Tabel 2 menunjukkan bahwa jus belimbing pada konsentrasi 50% dengan waktu kontak 120 detik tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif (

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan puree belimbing manis dan dami nangka tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) terhadap warna pada pengujian

Buah belimbing manis dapat dijadikan alternatif untuk membantu menurunkan tekanan darah karena kandungannya yang tinggi kalium dan serat serta rendah natrium,

Didapatkan hasil penelitian adalah ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola) tidak memiliki daya antibakteri yang kuat sehingga tidak dapat menghambat

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola L) dapat digunakan sebagai larvasida terhadap larva Aedes

Hasil uji anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kombinasi perlakuan sari buah belimbing manis dan karagenan terhadap kadar serat kasar

Didapatkan hasil penelitian adalah ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola) tidak memiliki daya antibakteri yang kuat sehingga tidak dapat menghambat