Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Tanti Susanti
20120340103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola) TERHADAP PERUBAHAN
WARNA GIGI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Tanti Susanti
20120340103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii Nama : Tanti Susanti
NIM : 20120340103
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Yogyakarta, 17 Juni 2016
Yang membuat pernyataan
iv
MOTTO
Jadilah seperti karang di lautan yang tetap kokoh diterjang ombak,
walaupun demikian air laut tetap masuk ke dalam pori-porinya
Aku mengenal satu hal paling setia, yaitu HASIL.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk ibu bapakku tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang, terimakasih untuk adikku Chandra yang selalu menjadi semangat dalam
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Perbedaan
Konsentrasi Ekstrak Belimbing Manis (Averrhoa Carambola) Terhadap
Perubahan Warna Gigi”, dapat terselesaikan berkat dikungan banyak pihak.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. dr. H. Andi Pramono, Sp. An., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
4. drg. Nia Wijayanti, Sp. KG., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan
banyak ilmu selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. drg. Erma Sofiani, Sp. KG., selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan nasehat berkaitan
vii
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY yang telah
mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Ayahanda Rusdi dan Ibunda Rohayati, yang selalu memberikan dukungan,
semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Adik penulis, Chandra Firando yang selalu memberikan dukungan, semangat,
cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Chitra dan Ebi selaku teman satu bimbingan yang selalu memberikan
semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Sahabat-sahabat penulis Chitra, Ulfah, Ebi, Dinda, Osi, dan Shendy yang
tergabung dalam J_Friends, Rumpi-Rumpi dan Bengak yang selalu menjadi
sahabat terbaik dan teman belajar OSCE..
11. Paman penulis Nur Jalal, SP dan Sugeng Riyadi, S.Pd yang memberikan
semangat dan bantuan dari awal masa perkuliahan sampai terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Teman seperjuangan kelompok Skill lab 11 yang hampir 4 tahun menemani
selalu memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada
henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Teman satu kost penulis, Reni yang memberikan bantuan dan dukungan bagi
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
14. Partner Skill lab blok 23, Saira yang telah membantu menerjemahkan intisari
viii
15. Teman SMA penulis yang tergabung dalam Gastu yang selalu dijadikan
motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
16. Bapak Supardi sebagai penanggung jawab Laboratorium Teknik Tekstil
Universitas Islam Indonesia yang memberikan bantuan pada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
17. Semua teman teman angkatan 2012 yang saling mendukung dan mendoakan
hingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
18. Semua pihak yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, untuk itu penulis mengharapkan daran dan kritik yang bersifat membangun.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermafaat untuk semua pihak dan untuk
kemajuan Prodi Pendidikan Dokter Gigi UMY.
Wassalamualikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 17 Juni 2016
ix
DAFTAR ISI
KARYA TULIS
ILMIAH………Error!
Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN KTI………ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN………iii
4.Metode ekstraksi maserasi………..24
B. Landasan teori………...25
C. Kerangka konsep……….………..27
D. Hipotesis………28
BAB IIIMETODE PENELITIAN……….29
A.Desain penelitian………...29
B. Tempat dan waktu……….29
x
D. Kriteria inklusi dan eksklusi………..30
E. Variabel penelitian dan definisi operasional……….……….31
F. Instrumen penelitian……….32
G. Cara kerja………..34
H. Analisis data………..36
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...39
A. Hasil Penelitian……….39
B. Pembahasan……….………..44
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN……….51
A. Kesimpulan………51
B. Saran………..51
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Vitapan Classical ………..11
Gambar 2. Vitapan 3D Master……….11
Gambar 3. RGB Devices………..12
Gambar 4. Colorimeter……….12
Gambar 5. Spectrophotometer……….13
Gambar 6. Perubahan asam oksalat menjadi peroksida ……….17
Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi………17
Gambar 8. Belimbing manis………22
Gambar 9. Kerangka konsep………27
Gambar 10. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer……….35
Gambar 11. Alur penelitian………38
Gambar 12. Gigi sebelum direndam ekstrak………..49
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sejarah pemutihan gigi………14
Tabel 2. Data nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendama dalam ekstrak belimbing manis………..39
Tabel 3. Uji normalitas Shapiro Wilk………40
Tabel 4. Uji Paired T-test………..40
Tabel 5. Data selisih nilai warna (dE*ab)………..41
Tabel 6. Uji Homogenitas………..41
Tabel 7. Uji Normalitas Shapiro Wilk………41
Tabel 8. Uji One Way Anova……….42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto penelitian
Lampiran 2. Data Spectrophotometer
Lampiran 3. Data SPSS
xiv
dijadikan sebagai bahan bleaching alternatif karena di dalam buah ini mengandung asam oksalat yang mampu memutihkan gigi. Asam oksalat memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi pigmen warna pada gigi. Konsentrasi bahan bleaching merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemutihan gigi.
Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. Sampel terdiri dari 15 buah gigi premolar, semua gigi direndam larutan teh selama 12 hari untuk memperoleh efek diskolorasi, selanjutnya warna gigi diukur menggunakan Spectrophotometer. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok uji yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 buah gigi, kemudian gigi direndam dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 50%, 75%, 100% selama 88 jam. Warna gigi diukur kembali menggunakan Spectrophotometer. Analisis data menggunakan uji Paired T-test, One Way Anova, dan LSD (Least Significance Difference.
Hasil: Hasil uji Paired T-test menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada semua konsentrasi yang berarti ekstrak belimbing manis memiliki pengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih cerah. Hasil uji One Way Anova
menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada konsentrasi 50%, 75%, 100% yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan perubahan warna gigi yang bermakna antar setiap kelompok konsentrasi, kecuali pada kelompok konsentrasi 50% dan 75%.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak belimbing manis maka efektivitas pemutihan gigi semakin baik, dimana hasil pemutihan gigi paling baik diperoleh pada ekstrak dengan konsentrasi 100% dibanding konsentrasi 50% dan 75%.
xv
ABSTRACT
Background. A chemical bleaching materials which widely used in dentistry have some effects. Sensitive teeth is one of the side effects from using a chemical bleaching materials. Starfruit can be used as an alternative bleaching material because these fruit contain of oxalic acid which is able to whiten the teeth. Oxalic acid whiten the teeth by oxidized the teeth colour pigments. The concentration of the bleaching materials is an important factors that affect the process of teeth whitening
Objective. The purpose of this study was to knowing the effect of difference in concentration of starfruit extract towards teeth colour change
Method. This study is experimental laboratory (in-vitro). The sample consisted of 15 premolar teeth. All the teeth soaked in tea solution for 12 days to obtain the discoloration effect, after that colour of the teeth was measured by using Spectrophotometer. Sample divided in 3 groups each group consisted 5 teeth. The teeth soaked in starfruit extract with different concentration 50%, 75%, and 100% for 88 hours. Tooth colour was measured by using the Spectrophotometer. Data analysis using Paired T-test, One Way Anova, and LSD (Least Significance Difference).
Result. The result from Paired T-test was show that the score p=0,000 (p<0,05) for all concentration that mean the starfruit extract has an influence to discoloration of the teeth become brighter. The result from One Way Anova was show a score p=0,000 (p<0,05) for concentration 50%, 75%, and 100%, which mean there are significant of different concentration of starfruit extract has influence to brighter colour of the teeth. The result from LSD test was show there are significant in every each group except 50% and 75% concentration of starfruit extract.
Conclusion. There are effects of starfruit extract concentration towards teeth colour change that is the higher the starfruit extract concentration, the effectiveness of teeth whitening is getting better. 100% extract concentration is the best result compared to 50% and 75% extract concentration in whitening the teeth.
1
A. Latar Belakang
Gigi yang putih dan bersih akan meningkatkan kepercayaan diri
seseorang, alasan tersebut menjadi satu dari berbagai faktor semakin
meningkatnya keinginan dan kebutuhan pelayanan gigi, terutama dalam
bidang esthetic dentistry (Ibiyemi dan Taiwo, 2011). Salah satu masalah
estetik yang paling sering memotivasi pasien untuk melakukan perawatan gigi
yaitu ketidakpuasan pasien terhadap warna gigi mereka akibat terjadinya
perubahan warna gigi (Manuel dkk., 2010). Studi yang dilakukan di Ankara,
Turki menyebutkan bahwa 55,1% dari 1040 pasien menyatakan tidak puas
dengan warna gigi mereka (Akarslan dkk., 2009).
Perubahan warna gigi atau diskolorasi diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu diskolorasi intrinsik dan ekstrinsik. Diskolorasi intrinsik dapat terjadi
karena trauma pada gigi yang menyebabkan gigi nekrosis, perdarahan pada
saat ekstirpasi jaringan pulpa, serta obat dan bahan yang digunakan dalam
perawatan saluran akar (Sundoro, 2005). Diskolorasi ekstrinsik yang dapat
berasal dari noda teh, noda tembakau, maupun noda wine (Kwon dkk., 2009).
Diskolorasi ekstrinsik relatif lebih mudah diatasi, karena dengan cara
membersihkan noda pada permukaan email atau melakukan pemutihan gigi
yang biasa disebut bleaching warna gigi akan kembali seperti semula
(Sundoro, 2005). Bahan pemutih gigiuntuk diskolorasi ekstrinsik yang sering
samping dari hidrogen peroksida apabila berkontak dengan jaringan tubuh
dapat menyebabkan iritasi jaringan mukosa (Walton dan Torabinejad, 2008),
sedangkan efek samping dari karbamid peroksida adalah gigi sensitif
(Jorgensen dan Carroll, 2002). Garg dan Garg (2008) menyebutkan bahwa
efek samping lain yang disebabkan oleh bahan pemutih kimia yaitu dapat
menurunkan kekerasan email, resorpsi akar gigi dan mempunyai efek
karsinogenik serta toksik.
Pada tahun 1868 Latimer telah memperkenalkan asam oksalat sebagai
bahan pemutih gigi khusus untuk gigi vital dan pada tahun 1877 Chapple
menggunakan asam oksalat sebagai bahan pemutih gigi untuk semua jenis
diskolorasi sehingga bahan ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti
hidrogen peroksida (Kwon dkk., 2009).
Asam oksalat dapat ditemukan di dalam belimbing wuluh, dimana
pengaplikasian belimbing wuluh terhadap gigi yang mengalami diskolorasi
dapat menghasilkan perubahan warna gigi menjadi lebih putih (Fauziah dkk.,
2012. Belimbing wuluh memiliki beberapa kelemahan yaitu jarang
dikonsumsi oleh masyarakat secara umum karena rasanya yang terlalu asam
dan buah ini sulit diperoleh karena jarang dijual di pasar maupun di swalayan
(Lingga, 2000 dan Soenarjono, 2004).
Belimbing manis (Averrhoa carambola) merupakan jenis buah
belimbing yang lebih mudah ditemui di pasaran dibandingkan dengan buah
belimbing wuluh (Soenarjono, 2004). Belimbing manis mengandung asam
dkk., 2010). Belimbing manis memiliki rasa manis sedikit asam, dimana rasa
asam dari buah ini berasal dari asam sitrat dan asam oksalat yang
dikandungnya (Ashari, 1995). Belimbing wuluh memiliki rasa yang sangat
asam, dimana rasa asam berasal dari kandungan asam oksalat dan vitamin C
yang dikandungnya. Kandungan asam oksalat dalam belimbing wuluh adalah
sebesar 2,88% (Dangat dkk., 2014).
Konsentrasi bahan pemutih gigi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses pemutihan gigi (American Dental Association, 2009).
Patil (2002) menyatakan semakin tinggi konsentrasi bahan pemutih gigi maka
semakin baik pula hasil pemutihan gigi yang diperoleh. Setianingsih (2008)
juga menemukan bahwa konsentrasi ekstrak apel 50% memiliki kemampuan
memutihkan gigi yang lebih baik dibandingkan ekstrak apel konsentrasi 10%
dan 30%. Buah apel memiliki kemampuan memutihkan gigi karena
mengandung derivat asam karboksilat berupa asam malat. Asam malat mampu
memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi warna gigi. Derivat lain dari asam
karboksilat yang mampu memutihkan gigi yaitu asam oksalat yang terdapat di
dalam belimbing manis (Patil dkk., 2010).
Manfaat dari belimbing manis tercantum di dalam Alquran surat An
Nahl ayat 11 yang berbunyi:
Artinya “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam
-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkannya”.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui
pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak belimbing manis (Averrhoa
carambola) terhadap perubahan warna gigi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu apakah terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak
belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan
konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti tentang
penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang kesehatan gigi.
2. Bagi masyarakat
a. Memberikan informasi di bidang kesehatan mengenai potensi
b. Memberikan manfaat bagi masyarakat dalam membantu merubah
warna gigi menjadi lebih putih dengan memanfaatkan bahan alami yang
tersedia di lingkungan sekitar.
3. Bagi perkembangan ilmu
Memberikan tambahan masukan bagi peneliti lain mengenai manfaat
belimbing manis dalam merubah warna gigi menjadi lebih putih, sehingga
dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang “Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Belimbing
Manis (Averrhoa Carambola) Terhadap Perubahan Warna Gigi” belum
pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian pendukung, yaitu:
1. Pengaruh ekstrak buah apel (Malus sylvestris) terhadap perubahan warna
gigi dalam proses bleaching (pemutihan gigi) berdasarkan perbedaan
konsentrasi (Setianingsih, 2008). Hasil dari penelitian tersebut
membuktikan bahwa ekstrak apel dengan konsentrasi 50% memiliki
kemampuan memutihkan gigi yang lebih baik dibandingkan ekstrak apel
dengan konsentrasi 10% dan 30%. Perbedaannya terletak pada variabel
pengaruh, yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah
apel yang mengandung asam malat, sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan peneliti menggunakan ekstrak belimbing manis yang
mengandung asam oksalat.
2. Colour change of enamel after application of Averrhoa billimbi, (Fauziah
belimbing wuluh memiliki kemampuan memutihkan gigi, meskipun hasil
pemutihan gigi yang diperoleh masih dibawah karbamid peroksida 10%.
Perbedaannya terletak pada variabel pengaruh, yaitu pada penelitian
sebelumnya menggunakan olesan belimbing wuluh, sedangkan pada
29
A. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.
B. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian
Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan untuk penyinarannya
dilakukan di Laboratorium Evaluasi Teknik Tekstil Universitas Islam
Indonesia (UII). Penelitian ini dimulai pada tanggal 9 September 2015 dan
berakhir pada tanggal 24 November 2015.
C. Sampel penelitian
Penelitian ini menggunakan 15 gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang
atas dan rahang bawah. Semua sampel akan dibagi sama rata ke dalam 3
kelompok uji. Jumlah sampel didapat berdasarkan perhitungan sampel
dengan menggunakan rumus (Daniel dan Cross, 2012):
n ≥ Z2.σ2 d2
n ≥ 1,962 . 2,872
2,82
n ≥ 3,8416 . 8,2369
7,84
n ≥ 4,036
keterangan:
n = jumlah sampel
Z = nilai Z pada kesalahan tertentu α, jika α = 0,05 maka Z = 1,96
σ = standar deviasi sampel = 2,87
d = kesalahan yang dapat ditoleransi = 2,8
Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel untuk setiap perlakuan
adalah ≥ 4,036, sehingga pada penelitian ini digunakan 5 sampel untuk setiap
perlakuan yang berarti untuk 3 perlakuan akan menggunakan 15 sampel.
D. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi
a. Gigi permanen
Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas maupun rahang
bawah dengan akar, mahkota utuh, tidak terjadi atrisi maupun abrasi.
b. Belimbing manis
Belimbing manis yang digunakan adalah belimbing manis demak
kunir yang sudah matang. Buah belimbing manis diperoleh dari pohon
belimbing milik bapak Budiono di Temanggung.
c. Ekstrak belimbing manis
Ekstrak belimbing manis yang masih segar.
2. Kriteria eksklusi
a. Gigi premolar karies.
c. Belimbing manis yang sudah busuk.
E. Variabel penelitian dan definisi operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel pengaruh : konsentrasi ekstrak belimbing manis
b. Variabel terpengaruh : perubahan warna gigi
c. Variabel terkendali :
a) Jenis gigi yaitu premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang
bawah
b) Jenis belimbing yaitu demak kunir
c) Waktu 88 jam
d) Konsentrasi ekstrak 50%, 75% dan 100%
e) Berat ekstrak belimbing manis pada masing-masing konsentrasi
yaitu 15 gram, 18 gram dan 20 gram.
f) Volume pelarut akuades pada masing-masing konsentrasi yaitu 30
ml, 24 ml dan 20 ml
g) Volume larutan teh yaitu 100 ml
d. Variabel tak terkendali
a) Umur gigi
b) Umur belimbing manis
c) Ketebalan email
d) Suhu ekstrak
2. Definisi operasional
a. Ekstrak belimbing manis merupakan intisari buah belimbing manis
jenis demak kunir yang diperoleh dengan teknik maserasi kinetik.
Teknik maserasi kinetik merupakan metode ekstraksi yang dilakukan
dengan cara merendam simplisia di dalam pelarut dalam waktu tertentu
yang disertai proses pengadukan dengan kecepatan konstan.
b. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yaitu perbandingan massa atau
volume ekstrak belimbing manis terhadap massa atau volume dari
pelarut atau air. Konsentrasi ekstrak dalam penelitian ini yaitu 50%,
75% dan 100%. Konsentrasi 50% diperoleh dari pelarutan 15 gram
ekstrak belimbing manis ke dalam 30 ml akuades, konsentrasi 75%
diperoleh dari pelarutan 18 gram ekstrak belimbing manis ke dalam 24
ml akuades, konsentrasi 100% diperoleh dari pelarutan 20 gram ekstrak
belimbing manis ke dalam 20 ml akuades.
c. Perubahan warna gigi yaitu perubahan kualitas warna mahkota gigi
yang akan diamati, mulai dari sebelum dilakukan penelitian sampai
dilakukan pemutihan gigi. Dalam penelitian ini perubahan warna gigi
diukur menggunakan Spectrophotometer UV 2401 PC.
F. Instrumen penelitian
1. Alat yang digunakan
a. Spectrophotometer UV-2401 PC merk Shimadzu buatan Jepang
digunakan untuk mengukur warna gigi.
c. Corong buncher digunakan untuk filtrasi buah belimbing manis setelah
buah diblender.
d. Almari pengering digunakan untuk mengeringkan ekstrak.
e. Vacuum rotary evaporator digunakan untukpenguapan filtrat ektsrak
belimbing manis.
f. Tabung/gelas plastik digunakan sebagai wadah perendaman gigi dalam
ekstrak belimbing manis.
g. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil dari perubahan warna gigi.
h. Selotip hitam digunakan untuk menutup permukaan akar gigi.
2. Bahan yang digunakan
a. Belimbing manis demak kunir digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan ekstrak belimbing manis
b. Ekstrak belimbing manis digunakan sebagai bahan untuk merendam
gigi
c. 15 gigi yang terdiri dari premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan
rahang bawah
d. Larutan teh digunakan sebagai bahan diskolorasi gigi
e. Akuades digunakan sebagai pelarut ekstrak belimbing manis
f. Cat kuku warna putih bening digunakan untuk melapisi akar gigi saat
G. Cara kerja
1. Tahap persiapan
a. Proses pengenceran ekstrak belimbing manis
Proses ekstraksi dilakukan di LPPT UGM dengan teknik maserasi
kinetik yaitu teknik ekstraksi yang disertai dengan proses pengadukan
agar zat aktif lebih cepat terlarut ke dalam pelarut (List dan Schmidt,
2000). Belimbing manis dicuci bersih lalu dipotong, kemudian
diblender selama 30 menit dan didiamkan selama 24 jam, lalu
dilakukan filtrasi menggunakan corong buncher. Filtrat yang diperoleh
dilakukan penguapan menggunakan vacuum rotary evaporator
sehingga menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh
dimasukkan ke dalam almari pengering selama 12 jam sehingga
diperoleh ekstrak yang kering. Selanjutnya dilakukan pengenceran
menggunakan pelarut Akuades dengan konsentrasi 50%, 75%, 100%.
b. Perendaman gigi ke dalam larutan teh
Larutan teh dibuat dari 2 kantong teh hitam celup yang
dimasukkan ke dalam 100 ml air panas, kemudian dibiarkan sampai
larutan dingin. Selanjutnya gigi dimasukkan ke dalam wadah larutan
dan dibiarkan selama 12 hari. Perendaman gigi ke dalam larutan teh
bertujuan untuk memberikan pewarnaan ekstrinsik pada gigi.
c. Pengukuran warna gigi menggunakan Spectrophotometer
Sesudah perendaman ke dalam larutan teh, warna gigi diukur
mempunyai sebuah 0-derajat penerangan/pengamatan dan pengukuran
pemancaran yang dipantulkan warna spektra dengan rata-rata 512 light
sensitives diodes pada 0,7 milimeter-diameter area.
Cara kerja dari spectrophotometer dalam mengukur warna gigi
terdiri beberapa proses, yaitu cahaya dijatuhkan pada permukaan email
tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email
sebagian dipantulkan dan sebagian lain diserap oleh pigmen-pigmen
yang terdapat pada gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang
dipantulkan tadi sebagian ditangkap oleh alat untuk kemudian dihitung
(Ascheim dan Dale, 2001).
Gambar 1. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer (https://wanibesak.
wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer/)
Pengendalian sinar pada Spectrophotometer yaitu dengan
menggunakan selotip hitam yang dilekatkan pada bagian akar gigi
karena selotip hitam mempunyai nilai 0 (gelap). Penembakan sinar
2. Tahap pelaksanaan
a. Perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis
1) Tiga buah tabung disiapkan, tabung 1 diisi dengan ekstrak belimbing
manis konsentrasi 50% sebanyak 20 ml, tabung 2 diisi dengan
ekstrak belimbing manis konsentrasi 75% sebanyak 20 ml dan
tabung 3 diisi dengan ekstrak belimbing manis konsentrasi 100%
sebanyak 20 ml.
2) Lima belas gigi dimasukkan ke dalam tiga buah tabung tersebut,
dengan masing-masing tabung diisi oleh lima buah gigi.
3) Gigi-gigi tersebut direndam di dalam ekstrak belimbing manis
selama 88 jam, selanjutnya gigi diambil dan dibersihkan dengan air
mengalir. Penggunaan waktu 88 jam didasarkan pada waktu home
bleaching yaitu 2-3 jam perhari selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002),
dengan kalkulasi:
2,5 jam x 35 (jumlah hari dalam 5 minggu) = 87,5 jam dibulatkan
menjadi 88 jam
b. Pengukuran warna gigi kembali menggunakan Spectrophotometer.
H. Analisis data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
inferensial parametri, yaitu suatu prosedur pengambilan kesimpulan statistik
yang didasarkan dari data interval atau rasio. Data yang diperoleh dilakukan
uji normalitas terlebih dahulu, jika sebaran data normal maka analisa data
untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman
dengan ekstrak belimbing manis pada tiap kelompok konsentrasi, namun jika
sebaran data tidak normal dapat dilakukan uji wilcoxon. Nilai perbedaan
sebelum dan sesudah perendaman dilakukan uji homogenitas yang
dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data
sampel memiliki variansi yang sama, selain itu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui sebaran data dan jika data normal dilakukan analisis
parametrik dengan menggunakan uji One Way Anova yang berfungsi untuk
menguji sebuah data rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua
sampel serta dilakukan uji lanjut LSD (Least Significance Difference) untuk
mengetahui beda rata-rata antar kelompok perlakuan yaitu antara konsentrasi
50% dengan 75%, 75% dengan 100% dan 50% dengan 100%. Sebaran data
I. Alur penelitian
Gambar 2. Alur penelitian
15 Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang bawah
29
A. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.
B. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian
Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan untuk penyinarannya
dilakukan di Laboratorium Evaluasi Teknik Tekstil Universitas Islam
Indonesia (UII). Penelitian ini dimulai pada tanggal 9 September 2015 dan
berakhir pada tanggal 24 November 2015.
C. Sampel penelitian
Penelitian ini menggunakan 15 gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang
atas dan rahang bawah. Semua sampel akan dibagi sama rata ke dalam 3
kelompok uji. Jumlah sampel didapat berdasarkan perhitungan sampel
dengan menggunakan rumus (Daniel dan Cross, 2012):
n ≥ Z2.σ2 d2
n ≥ 1,962 . 2,872
2,82
n ≥ 3,8416 . 8,2369
7,84
n ≥ 4,036
keterangan:
n = jumlah sampel
Z = nilai Z pada kesalahan tertentu α, jika α = 0,05 maka Z = 1,96
σ = standar deviasi sampel = 2,87
d = kesalahan yang dapat ditoleransi = 2,8
Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel untuk setiap perlakuan
adalah ≥ 4,036, sehingga pada penelitian ini digunakan 5 sampel untuk setiap
perlakuan yang berarti untuk 3 perlakuan akan menggunakan 15 sampel.
D. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi
a. Gigi permanen
Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas maupun rahang
bawah dengan akar, mahkota utuh, tidak terjadi atrisi maupun abrasi.
b. Belimbing manis
Belimbing manis yang digunakan adalah belimbing manis demak
kunir yang sudah matang. Buah belimbing manis diperoleh dari pohon
belimbing milik bapak Budiono di Temanggung.
c. Ekstrak belimbing manis
Ekstrak belimbing manis yang masih segar.
2. Kriteria eksklusi
a. Gigi premolar karies.
c. Belimbing manis yang sudah busuk.
E. Variabel penelitian dan definisi operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel pengaruh : konsentrasi ekstrak belimbing manis
b. Variabel terpengaruh : perubahan warna gigi
c. Variabel terkendali :
a) Jenis gigi yaitu premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang
bawah
b) Jenis belimbing yaitu demak kunir
c) Waktu 88 jam
d) Konsentrasi ekstrak 50%, 75% dan 100%
e) Berat ekstrak belimbing manis pada masing-masing konsentrasi
yaitu 15 gram, 18 gram dan 20 gram.
f) Volume pelarut akuades pada masing-masing konsentrasi yaitu 30
ml, 24 ml dan 20 ml
g) Volume larutan teh yaitu 100 ml
d. Variabel tak terkendali
a) Umur gigi
b) Umur belimbing manis
c) Ketebalan email
d) Suhu ekstrak
2. Definisi operasional
a. Ekstrak belimbing manis merupakan intisari buah belimbing manis
jenis demak kunir yang diperoleh dengan teknik maserasi kinetik.
Teknik maserasi kinetik merupakan metode ekstraksi yang dilakukan
dengan cara merendam simplisia di dalam pelarut dalam waktu tertentu
yang disertai proses pengadukan dengan kecepatan konstan.
b. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yaitu perbandingan massa atau
volume ekstrak belimbing manis terhadap massa atau volume dari
pelarut atau air. Konsentrasi ekstrak dalam penelitian ini yaitu 50%,
75% dan 100%. Konsentrasi 50% diperoleh dari pelarutan 15 gram
ekstrak belimbing manis ke dalam 30 ml akuades, konsentrasi 75%
diperoleh dari pelarutan 18 gram ekstrak belimbing manis ke dalam 24
ml akuades, konsentrasi 100% diperoleh dari pelarutan 20 gram ekstrak
belimbing manis ke dalam 20 ml akuades.
c. Perubahan warna gigi yaitu perubahan kualitas warna mahkota gigi
yang akan diamati, mulai dari sebelum dilakukan penelitian sampai
dilakukan pemutihan gigi. Dalam penelitian ini perubahan warna gigi
diukur menggunakan Spectrophotometer UV 2401 PC.
F. Instrumen penelitian
1. Alat yang digunakan
a. Spectrophotometer UV-2401 PC merk Shimadzu buatan Jepang
digunakan untuk mengukur warna gigi.
c. Corong buncher digunakan untuk filtrasi buah belimbing manis setelah
buah diblender.
d. Almari pengering digunakan untuk mengeringkan ekstrak.
e. Vacuum rotary evaporator digunakan untukpenguapan filtrat ektsrak
belimbing manis.
f. Tabung/gelas plastik digunakan sebagai wadah perendaman gigi dalam
ekstrak belimbing manis.
g. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil dari perubahan warna gigi.
h. Selotip hitam digunakan untuk menutup permukaan akar gigi.
2. Bahan yang digunakan
a. Belimbing manis demak kunir digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan ekstrak belimbing manis
b. Ekstrak belimbing manis digunakan sebagai bahan untuk merendam
gigi
c. 15 gigi yang terdiri dari premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan
rahang bawah
d. Larutan teh digunakan sebagai bahan diskolorasi gigi
e. Akuades digunakan sebagai pelarut ekstrak belimbing manis
f. Cat kuku warna putih bening digunakan untuk melapisi akar gigi saat
G. Cara kerja
1. Tahap persiapan
a. Proses pengenceran ekstrak belimbing manis
Proses ekstraksi dilakukan di LPPT UGM dengan teknik maserasi
kinetik yaitu teknik ekstraksi yang disertai dengan proses pengadukan
agar zat aktif lebih cepat terlarut ke dalam pelarut (List dan Schmidt,
2000). Belimbing manis dicuci bersih lalu dipotong, kemudian
diblender selama 30 menit dan didiamkan selama 24 jam, lalu
dilakukan filtrasi menggunakan corong buncher. Filtrat yang diperoleh
dilakukan penguapan menggunakan vacuum rotary evaporator
sehingga menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh
dimasukkan ke dalam almari pengering selama 12 jam sehingga
diperoleh ekstrak yang kering. Selanjutnya dilakukan pengenceran
menggunakan pelarut Akuades dengan konsentrasi 50%, 75%, 100%.
b. Perendaman gigi ke dalam larutan teh
Larutan teh dibuat dari 2 kantong teh hitam celup yang
dimasukkan ke dalam 100 ml air panas, kemudian dibiarkan sampai
larutan dingin. Selanjutnya gigi dimasukkan ke dalam wadah larutan
dan dibiarkan selama 12 hari. Perendaman gigi ke dalam larutan teh
bertujuan untuk memberikan pewarnaan ekstrinsik pada gigi.
c. Pengukuran warna gigi menggunakan Spectrophotometer
Sesudah perendaman ke dalam larutan teh, warna gigi diukur
mempunyai sebuah 0-derajat penerangan/pengamatan dan pengukuran
pemancaran yang dipantulkan warna spektra dengan rata-rata 512 light
sensitives diodes pada 0,7 milimeter-diameter area.
Cara kerja dari spectrophotometer dalam mengukur warna gigi
terdiri beberapa proses, yaitu cahaya dijatuhkan pada permukaan email
tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email
sebagian dipantulkan dan sebagian lain diserap oleh pigmen-pigmen
yang terdapat pada gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang
dipantulkan tadi sebagian ditangkap oleh alat untuk kemudian dihitung
(Ascheim dan Dale, 2001).
Gambar 1. Mekanisme cara kerja Spectrophotometer (https://wanibesak.
wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer/)
Pengendalian sinar pada Spectrophotometer yaitu dengan
menggunakan selotip hitam yang dilekatkan pada bagian akar gigi
karena selotip hitam mempunyai nilai 0 (gelap). Penembakan sinar
2. Tahap pelaksanaan
a. Perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis
1) Tiga buah tabung disiapkan, tabung 1 diisi dengan ekstrak belimbing
manis konsentrasi 50% sebanyak 20 ml, tabung 2 diisi dengan
ekstrak belimbing manis konsentrasi 75% sebanyak 20 ml dan
tabung 3 diisi dengan ekstrak belimbing manis konsentrasi 100%
sebanyak 20 ml.
2) Lima belas gigi dimasukkan ke dalam tiga buah tabung tersebut,
dengan masing-masing tabung diisi oleh lima buah gigi.
3) Gigi-gigi tersebut direndam di dalam ekstrak belimbing manis
selama 88 jam, selanjutnya gigi diambil dan dibersihkan dengan air
mengalir. Penggunaan waktu 88 jam didasarkan pada waktu home
bleaching yaitu 2-3 jam perhari selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002),
dengan kalkulasi:
2,5 jam x 35 (jumlah hari dalam 5 minggu) = 87,5 jam dibulatkan
menjadi 88 jam
b. Pengukuran warna gigi kembali menggunakan Spectrophotometer.
H. Analisis data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
inferensial parametri, yaitu suatu prosedur pengambilan kesimpulan statistik
yang didasarkan dari data interval atau rasio. Data yang diperoleh dilakukan
uji normalitas terlebih dahulu, jika sebaran data normal maka analisa data
untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman
dengan ekstrak belimbing manis pada tiap kelompok konsentrasi, namun jika
sebaran data tidak normal dapat dilakukan uji wilcoxon. Nilai perbedaan
sebelum dan sesudah perendaman dilakukan uji homogenitas yang
dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data
sampel memiliki variansi yang sama, selain itu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui sebaran data dan jika data normal dilakukan analisis
parametrik dengan menggunakan uji One Way Anova yang berfungsi untuk
menguji sebuah data rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua
sampel serta dilakukan uji lanjut LSD (Least Significance Difference) untuk
mengetahui beda rata-rata antar kelompok perlakuan yaitu antara konsentrasi
50% dengan 75%, 75% dengan 100% dan 50% dengan 100%. Sebaran data
I. Alur penelitian
Gambar 2. Alur penelitian
15 Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang bawah
39
A. Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan
konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Gigi
yang digunakan terlebih dahulu dilakukan diskolorasi dengan merendamnya
dalam larutan teh selama 12 hari dilanjutkan dengan merendam gigi ke dalam
ekstrak belimbing manis. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yang
digunakan adalah 50%, 75% dan 100% dengan lama waktu perendaman 88
jam. Warna gigi diukur dengan menggunakan Spectrophotometer untuk
menentukan nilai dE*ab (nilai warna). Berikut tabel data hasil pengukuran:
Tabel 1. Data nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman dalam ekstrak belimbing manis
Data dari tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai warna
(dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis dengan
konsentrasi 50%, 75% dan 100%.
Data pada tabel 2 dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk dan didapatkan hasil sebagai berikut:
No
Nilai warna (dE*ab)
Konsentrasi 50% Konsentrasi 75% Konsentrasi 100%
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 99.67 96.95 99.60 96.73 99.76 96.40
2 99.79 97.12 99.42 96.82 99.81 96.77
3 99.51 96.90 99.38 96.76 99.72 96.42
4 99.63 97.24 99.80 96.85 99.90 96.94
Tabel 3. Uji normalitas Shapiro Wilk
Konsentrasi ekstrak belimbing manis Signifikansi
Sebelum Sesudah
50% 0,870 0,429
75% 0,212 0,070
100% 0,439 0,527
Uji normalitas diatas menunjukkan bahwa pada konsentrasi
50%, 75% dan 100% didapatkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa
sebaran data pada ketiga konsentrasi tersebut adalah normal, dengan
demikian dapat dilakukan uji Paired T-test untuk mengetahui
perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman ekstrak
belimbing manis pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%. Hasil uji
Paired T-test dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Uji Paired T-test
Nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah
perendaman ekstrak Mean Signifikansi
Konsentrasi 50% 2.54800 0.000
Konsentrasi 75% 2.73400 0.000
Konsentrasi 100% 3.14000 0.000
Tabel hasil uji Paired T-test diatas menunjukkan bahwa nilai p<0,05
pada konsentrasi 50%, 75% dan 100% yang berarti terdapat perbedaan
bermakna nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan sesudah perendaman
ekstrak pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%. Hal ini menunjukkan ekstrak
belimbing manis mampu mengubah warna gigi menjadi lebih putih.
Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova untuk menguji data
tidak berpasangan yang lebih dari 2 kelompok, sebelum dilakukan uji One
Way Anova, nilai selisih sebelum dan sesudah perendaman terlebih dahulu
dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data
sampel memiliki variansi yang sama, selain itu dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui sebaran data normal atau tidak.
Tabel 5. Data selisih nilai warna (dE*ab)
No Nilai warna (dE*ab)
Ekstrak 50% Ekstrak 75% Ekstrak 100%
1 2.72 2.87 3.36
(dE*ab) pada masing-masing konsentrasi yang berarti terjadi penurunan nilai
warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis.
Tabel 5 juga menunjukkan selisih nilai paling besar terjadi pada konsentrasi
ekstrak belimbing manis 100%.
Tabel 6. Uji Homogenitas
Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi
Berdasarkan mean (rata-rata) 0.929
Berdasarkan median (nilai tengah) 0.989
Data diatas menunjukkan nilai p>0,05, yang berarti data sudah
homogen.
Tabel 7. Uji Normalitas Shapiro Wilk
Hasil yang didapatkan dari uji diatas menunjukkan data yang homogen
dan sebaran data normal sehingga dapat dilakukan uji One Way Anova.
Tabel 8. Uji One Way Anova
Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi
Antar kelompok konsentrasi 0.000
Pada tabel hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai p<0,05 yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis
terhadap perubahan warna gigi
Penelitian ini menggunakan uji Post Hoc yaitu LSD (Least Significance
Difference) untuk mengetahui kelompok konsentrasi yang memiliki tingkat
keefektifan memutihkan gigi paling baik.
Tabel 9. Hasil uji Post Hoc (LSD)
Perbandingan konsentrasi Perbedaan rata-rata Signifikansi
50% 75% -0,18600 0,109
75% 100% -0,40600 0,003
100% 50% 0,59200 0,000
Dari tabel hasil uji Post Hoc terlihat bahwa perbedaan rata-rata
konsentrasi 50% terhadap 75% adalah -0,18600 dengan nilai p>0,05 yang
dapat diinterpretasikan bahwa selisih nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan
sesudah perendaman ekstrak belimbing manis pada konsentrasi 75% lebih
tinggi daripada konsentrasi 50%. Perbedaan rata-rata konsentrasi 75%
terhadap 100% adalah -0,40600 dengan nilai p<0,05 yang dapat
diinterpretasikan bahwa selisih nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan
tinggi daripada 75%. Perbedaan rata-rata konsentrasi 100% terhadap 50%
adalah 0,59200 dengan nilai p<0,05 yang dapat diinterpretasikan bahwa
selisih nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan sesudah perendaman ekstrak
belimbing manis pada konsentrasi 100% lebih tinggi dari 50%. Berdasarkan
data tersebut maka dapat diasumsikan bahwa perendaman gigi pada ekstrak
belimbing manis konsentrasi 100% memiliki efektivitas paling tinggi dalam
memutihkan gigi jika dibandingkan dengan ekstrak belimbing manis
konsentrasi 50% dan 75%, akan tetapi perbedaan bermakna hanya terdapat
pada perbandingan konsentrasi 75% terhadap 100% dan 100% terhadap 50%
B. Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan
konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Teknik
pemutihan gigi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemutihan
gigi eksternal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi
premolar 1 dan premolar 2 rahang atas dan rahang bawah post ekstraksi
sebanyak 15 gigi yang terlebih dahulu direndam dalam larutan teh hitam
selama 12 hari. Penentuan waktu perendaman gigi ke dalam teh selama 12
hari didapat dari perhitungan sebagai berikut:
8 menit x 365 hari x 6 tahun = 17.520 menit = 12, 167 ≈ 12 hari
1440 menit 1440 menit
Keterangan:
8 menit = rata-rata waktu konsumsi teh dalam sehari (Guller
dkk., 2005)
365 hari = jumlah hari dalam 1 tahun
6 tahun = rata-rata usia pencabutan gigi premolar (16 tahun)
untuk perawatan orthodontic dikurangi rata-rata usia erupsi gigi
premolar (10 tahun) (Marchelina dkk., 2016 dan Harshanur,
2012)
1440 menit = jumlah menit dalam 1 hari ( 24 jam x 60 menit)
Pada perhitungan diatas dapat terlihat bahwa diskolorasi gigi dapat
terjadi apabila gigi berkontak dengan teh selama 17.520 menit yang setara
Penelitian ini menggunakan gigi premolar karena gigi premolar dapat
terlihat pada saat orang tersenyum. Hal ini didukung dengan survey di Los
Angeles yang menunjukkan bahwa 454 responden menunjukkan sebesar
40,5% responden memperlihatkan gigi anterior serta gigi premolar 1 dan
premolar 2 pada saat tersenyum (Jones dan Ventre, 2005). Sampel gigi
kemudian dibagi menjadi tiga kelompok dan direndam dalam ekstrak
belimbing manis selama 88 jam dengan pembagian konsentrasi ekstrak yaitu
50%, 75% dan 100%.
Pemilihan konsentrasi ekstrak belimbing manis 50%, 75% dan 100%
didasarkan pada penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa
konsentrasi ekstrak apel 50% memiliki hasil yang paling optimal jika
dibandingkan dengan konsentrasi 10% dan 30%, oleh karena itu pada
penelitian ini digunakan konsentrasi yang lebih tinggi. Penentuan lama waktu
perendaman gigi ke dalam ekstrak belimbing manis didasarkan pada rata-rata
lama waktu bleaching yaitu 2-3 jam selama kurang lebih 4-6 minggu
sehingga jika diakumulasikan akan memperoleh hasil 88 jam.
Pembuatan dan pembagian konsentrasi ekstrak belimbing manis
dilakukan di LPPT Universitas Gajah Mada. Belimbing manis yang
digunakan adalah jenis demak kunir karena jenis belimbing ini merupakan
varietas unggul yang memiliki rasa manis sedikit asam, aromanya harum dan
teksturnya halus (Soenarjono, 2004). Teknik ekstraksi yang dilakukan yaitu
teknik ekstraksi maserasi kinetik. Teknik maserasi kinetik dipilih karena
dalam belimbing manis lebih banyak dan lebih cepat larut di dalam pelarut
(List dan Schmidt, 2000).
Pengukuran warna gigi dilakukan di Laboratorium Teknik Tekstil
Universitas Islam Indonesia dengan menggunakan Spectrophotometer
UV-2401 PC. Pengukuran warna gigi dengan menggunakan Spectrophotometer
dilakukan dengan cara menjatuhkan sinar pada email gigi. Cahaya yang
mengenai email gigi sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan
diserap oleh pigmen warna gigi. Sebagian cahaya yang dihamburkan nantinya
akan muncul sebagai nilai nilai warna (dE*ab). Nilai warna (dE*ab) yang
telah diperoleh merupakan data kuantitatif yang dapat diolah dengan
menggunakan SPSS.
Penelitian ini menunjukkan terjadi penurunan nilai warna (dE*ab)
setelah dilakukan perendaman ke dalam ekstrak belimbing manis baik pada
konsentrasi 50%, 75% maupun 100%, hal ini sesuai Aschheim dan Dale
(2001) yang menyatakan bahwa nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah
menunjukkan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak,
sehingga specimen gigi akan menjadi lebih putih.
Data hasil penelitian ini diolah menggunakan uji Paired T-test untuk
mengetahui signifikansi nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah
perendaman ekstrak. Hasil pengolahan data menggunakan uji Paired T-test
menunjukkan perbedaan nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah
perendaman ekstrak belimbing manis pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak belimbing manis memiliki
pengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.
Terjadinya perubahan warna gigi menjadi semakin cerah setelah
dilakukan perendaman ekstrak belimbing manis dikarenakan oleh kandungan
asam oksalat sebagai oksidator di dalam belimbing manis sebesar 1,04%.
Oksidator akan mengoksidasi pigmen pada gigi dengan cara melepas oksigen
sebagai radikal bebas (Meizarini dan Rianti, 2005). Oksigen akan memecah
molekul komplek dari pigmen yang menyebabkan diskolorasi gigi menjadi
molekul sederhana yang tidak berwarna (Brenna dkk., 2012), sehingga
setelah perendaman gigi di dalam ekstrak belimbing manis maka warna gigi
akan menjadi lebih cerah.
Analisis One Way Anova digunakan untuk mengetahui signifikansi
perbedaan selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman
ekstrak belimbing manis antara kelompok konsentrasi 50%, 75% dan 100%.
Hasil analisis One Way Anova menunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05)
yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada selisih nilai warna (dE*ab)
sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis antara kelompok
50%, 75% dan 100%, yang berarti bahwa terdapat pengaruh konsentrasi
ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.
Uji Post Hoc yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji LSD (Least
Significance Difference) untuk mengetahui signifikansi perbedaan selisih
nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing
100% dengan 50%. Hasil analisis LSD menunjukkan bahwa pada
perbandingan antara kelompok konsentrasi 50% dengan 75% memiliki nilai
p=0,109 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna pada
selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak
belimbing manis antara kelompok konsentrasi 50% dengan 75%, hal ini
sesuai dengan Supriyatna dkk. (2014) yang menyatakan bahwa ekstrak
dengan konsentrasi 100% yang dilarutkan menggunakan akuades menjadi
konsentrasi yang lebih rendah yaitu 50% dan 75%, akan mengakibatkan
konsistensi ekstrak tersebut berubah. Perubahan konsistensi pada ekstrak 50%
dan 75% akan mempengaruhi efektivitas zat aktif di dalamnya, salah satunya
yaitu asam oksalat yang akan berefek pada proses pemutihan gigi yang terjadi
pada masing-masing konsentrasi tersebut, sehingga perbedaan hasil
pemutihan gigi yang diperoleh antara konsentrasi 50% dan 75% tidak begitu
terlihat.
Hasil analisis LSD pada kelompok perbandingan konsentrasi 75%
dengan 100% menunjukkan nilai p=0,003 (p<0,05) dan perbandingan
konsentrasi 100% dengan 50% menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang
berarti terdapat perbedaan bermakna pada selisih nilai warna (dE*ab)
sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis antara kelompok
konsentrasi 75% dengan 100% dan 100% dengan 50%.
Penelitian ini menunjukkan selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan
sesudah perendaman ekstrak belimbing manis paling tinggi terjadi pada
sesudah perendaman ekstrak belimbing manis paling rendah terjadi pada
konsentrasi 50%, hal tersebut menunjukkan kemampuan pemutihan gigi
paling tinggi terjadi pada konsentrasi 100% sedangkan kemampuan
pemutihan gigi paling rendah terjadi pada konsentrasi 50%. Hasil yang telah
diperoleh sesuai dengan Patil (2002) yang menyatakan semakin tinggi
konsentrasi bahan pemutih gigi maka akan semakin baik pula hasil pemutihan
gigi yang diperoleh, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi suatu
bahan pemutih maka akan mengakibatkan proses oksidasi berjalan lebih baik
sehingga hasil pemutihan gigi yang diperoleh akan lebih baik pula.
Pengolahan data yang telah dilakukan berupa uji Paired T-test, One
Way Anova dan Post Hoc yang berupa LSD, dari hasil pengolahan data
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang telah diajukan dapat diterima
yang berarti terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap
perubahan warna gigi yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak belimbing
manis maka efektivitas pemutihan gigi semakin besar.
51 A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Belimbing manis (Averrhoa Carambola) merupakan bahan alami yang
dapat digunakan untuk pemutihan gigi secara eksternal, karena
berdasarkan hasil uji Paired T-test terlihat adanya perubahan yang
signifikan terhadap nilai warna (dE*ab) antara sebelum dan sesudah
perendaman gigi ke dalam ekstrak belimbing manis.
2. Terdapat pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap
perubahan warna gigi, karena berdasarkan hasil uji One Way Anova
terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara selisih nilai warna
(dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman pada ekstrak belimbing manis
dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100%.
3. Konsentrasi ekstrak belimbing manis yang semakin tinggi akan
menghasilkan efektivitas pemutihan gigi yang diperoleh semakin baik, hal
ini terlihat dari hasil uji LSD (Least Significance Difference) yang
menunjukkan ekstrak belimbing manis konsentrasi 100% memiliki
efektivitas pemutihan gigi yang paling baik dibanding ekstrak belimbing
manis konsentrasi 50% dan 75%.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang efek ekstrak belimbing
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap penggunaan ekstrak
belimbing manis terhadap pemutihan gigi secara in vivo.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak belimbing manis
dengan tingkat kematangan yang sama terhadap pemutihan gigi.
4. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang kandungan asam oksalat
53 Blackwell Munksgaard.
Akarslan, Z., Sadik, B., Erten, H., dan Karabulut, E. (2009). Dental Esthetic Satisfication, Received and Desired Dental Treatments for Improvement of Esthetics. IJDR, 20(2): 195-200.
American Dental Association. (2009). Tooth Whitening/Bleaching: Treatment Considerations for Dentists and Their Patients. Chicago.
Ascheim, K., dan Dale, B. (2001). Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to Techniques and Materials. United States of America: Mosby, Inc.
Ashari, S. (1995). Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.
Barlett, D. dan Brunton, P. A. (2005). Aesthetic Dentistry. London: Quintessence Publishing Co. Ltd.
Basavanna, R., Gohil, C., dan Shivanna, V. (2013). Shade Selection. Int. Oral Health Sci., 3(1): 26-31.
Benbachir, N., Ardu, S., dan Krejci, I. (2008). Spectrophotometric Evaluation of The Efficacy of A New In-Office Bleaching Technique. Quintessence International, 39(4): 299-306.
Brenna, F., Breschi, L., Cavalli, G., Devoto, W., Orologio, G. D., Ferrari, P., Fiorini, A., Gagliani, M., Giani, S., Manfrini, F., Manfrini, G., Marcoli, P. A., Massai, L., Monari, A., Nuvina, M., Oddera, M., Palazzo, M., Pansecchi, D., Patroni, S., Prando, G., Robello, C., Spreafico, R., Tinti, C. dan Veneziani, M. (2012). Restorative Dentistry. St. Louis, Mo.: Elseiver/Mosby.
Dangat, B. T., Shinde, A. A., Jagtap, D. N., Desai, V. R., Shinde, P. B., dan Gurav, R. V. (2014). Mineral Analysis of Averrhoa bilimbi L. - A Potential Fruit. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 7(3): 150-151
Daryanto. (2002). Bercocok Tanam Buah-Buahan . Semarang: Aneka Ilmu.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.
Fauziah, C., Fitriyani, S., dan Diansari, V. (2012). Colour Change of Enamel after Application of Averrhoa bilimbi. Journal of Dentistry Indonesia, 19(3): 53-56.
Georgiades, C. (2003). Patent No. US 20030211052A1. United States.
Greenwall, L. (2001). Bleaching Technique Restorative Dentistry: an Illustrated Guide. London: Martin Dunitz Ltd.
Grossman, L. I., Oliet, S., dan Rio, C. E. (2010). Endodontic Practice. (Chandra, B. S. dan Krishna, V. G, Eds) Gurgaon, Haryana (India): Wolters Kluwer)
Guller, A. U., Yilmaz, F., Kulunk, T., Kurt, S. (2005). Effect of Different Drinks on Stainability of Resin Composite Provisonal Restorative Material. The Journal of Prosthetic Dentistry, 94(2): 118-124
Handa, S. S., Khanuja, S. P. S., Longo, G. dan Rakesh, D. D. (2008). Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy : International Centre for Science and High Technology.
Harshanur, I. (2012). Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
Hart, H. (2002). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Ibiyemi, O. dan Taiwo, J. O., (2011). Psychosocial Aspect of Anterior Tooth Discoloration Among Adolescents in Igbo-Ora, Southwestern Nigeria,
Annals of Ibadan Postgraduate Medicine, 9(2): 94-99
Ingle, J. (2009). PDQ Endodontics. USA: PMPH-USA.
Jenssen, L., dan Tran, H. Q. (2011). Classification of Severe Tooth Discolorations and Treatment Options. Thesis, Universitetet i Tromsø, Norwegia.
Jones, W. dan Ventre, E. (2005). Biomechanics and Esthetics Strategies in Clinical Orthodontics. UK: Elseiver Inc.
Jorgensen, M., dan Carroll, W. (2002). Incidence of Tooth Sensitivity after Home Whitening Treatment [Abstrak]. JADA, 133(8): 1076-1082.
Kwon, S. R., Ko, S. H., dan Greenwall, W. B. (2009). Tooth Whitening in Esthetic Dentistry: Principles and Techniques. UK: Quintessence Publishing Co, Ltd.
Lingga, P. (2000). Bertanam Belimbing. Jakarta: Penebar Swadaya.
List, P. H., dan Schmidt, P. C. (2000). Phytopharmaceutical Technology. Institute rof Pharmaceutical Technology, University of Marburg, Germany.
Manuel, S. T., Abhisek, P., dan Kundabala, M. (2010). Etiology of Tooth Discoloration - A Review. Nig Dental Journal, 18(2): 56-63
Marchelina, G. A. R., Anindita, P. S., Waworuntu, O. A. (2016). Status Kesehatan Gingiva pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat di SMA Negeri 1 Manado.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 5(1): 159-157.
Meizarini, A., dan Rianti, D. (2005). Bahan Pemutih Gigi dengan Sertifikat ADA/ISO. DENT. J, 38(2): 73-76.
O'Brien, W. (2002). Dental Material and Their Selection. Chicago: Quintessence Publishing Co, Inc.
Paravina, R. D. dan Powers, J. M. (2004). Esthetic Color Training in Dentistry.
St. Louis MO: Elsevier Mosby
Patil, A., Patil, D., Phatak, A., dan Chandra, N. (2010). Physical and Chemical Characteristics of Carambola (Averrhoa carambola L.) Fruit at Three Stages of Maturity. IJABPT, 1(2): 624-629.
Patil, R. D. (2002). Esthetic Dentistry an Artists Science. India: PR Publicat.
Purwaningsih, E. (2007). Multiguna Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact.
Rohman, A. dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setianingsih, D. R. (2008). Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus sylvestris) terhadap Perubahan Warna Gigi dalam Proses Bleaching (Pemutihan Gigi) berdasarkan Perbedaan Konsentrasi . Karya Tulis Ilmiah strata satu, Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Silva, C. R., Oliveira, M. B. N., Motta, E. S., Almeida, G. S., Varanda, L. L., Padula, M., dkk. (2010). Genotoxic and Cytotoxic Safety Evaluation of Papain. Journal of Biomedicine and Biotechnology, 2010 (2010): 1-8.
Soenarjono, H. (2004). Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sundoro, E. (2005). Serba Serbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: UI Press.
Supriyatna, M.W., M., Iskandar, Y., dan Febriyanti, R. M. (2014). Prinsip Obat Herbal: Sebuah Pengantar untuk Fitoterapi. Yogyakarta: Deepublish.
Suwarto, A. (2010). 9 Buah & Sayur Sakti Tangkal Penyakit. Yogyakarta: Liberplus.
Valera, M. C., Camargo, C. H. R., Carvalho, C. A. T., Oliveira, E. D., Camargo, S. E. A., Rodrigues, C. M. (2009). Effectiveness of Carbamide Peroxide and Sodium Perborate in Non-Vital Discolored Teeth. Journal of Applied Oral Science, 17(3): 254-261.
Walton, R., dan Torabinejad, M. (2008). Prinsip dan Praktik Ilmu endodontik (3rd ed.). Jakarta: EGC.
http://dentalwebcafe.com/Digital_Color_Matching.htm. diakses 18 Juni 2016
(Pohon belimbing manis milik bapak Budiono (almari pengering)
di Temanggung)
(gigi direndam dalam larutan teh)
(gigi sesudah direndam ekstrak belimbing manis)
(komputer sebagai penampil data dari (gigi saat akan diukur menggunakan
Created:
Number of Lines: 15
III: D65 Obs: 10degree
Standard 0.00 0.00 0.00
SampleID L* a* b* dE*ab FileName
1 99.60 0.08 -0.16 99.60 ST26
2 99.42 0.00 -0.23 99.42 ST27
3 99.38 -0.03 -0.37 99.38 ST28
4 99.80 0.04 -0.09 99.80 ST29
5 99.80 0.11 0.01 99.80 ST30
6 99.67 0.10 -0.20 99.67 ST31
7 99.79 -0.01 -0.07 99.79 ST32
8 99.51 0.03 -0.37 99.51 ST33
9 99.63 0.02 -0.11 99.63 ST34
10 99.32 0.07 -0.31 99.32 ST35
11 99.76 0.01 -0.29 99.76 ST36
12 99.81 -0.11 -0.30 99.81 ST37
13 99.72 -0.13 -0.36 99.72 ST38
14 99.90 0.01 -0.22 99.90 ST39
Created:
Number of Lines: 5
III: D65 Obs: 10degree
Standard 0.00 0.00 0.00
SampleID L* a* b* dE*ab FileName
1 96.40 0.17 -0.11 96.40 S100-36
2 96.77 0.11 0.14 96.77 S100-37
3 96.42 0.06 0.03 96.42 S100-38
4 96.94 0.28 0.11 96.94 S100-39
Created:
Number of Lines: 5
III: D65 Obs: 10degree
Standard 0.00 0.00 0.00
SampleID L* a* b* dE*ab FileName
1 96.95 0.24 0.25 96.95 S50-31
2 97.12 0.12 0.15 97.12 S50-32
3 96.90 0.23 0.22 96.90 S50-33
4 97.24 0.06 0.34 97.24 S50-34