• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN LAMA WAKTU PERENDAMAN GIGI DALAM EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN LAMA WAKTU PERENDAMAN GIGI DALAM EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA

CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN

WARNA GIGI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah yogyakarta

Disusun Oleh : Chitra Dwi Prastiwi

20120340056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA

CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN

WARNA GIGI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah yogyakarta

Disusun Oleh : Chitra Dwi Prastiwi

20120340056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(4)

ii Disusun oleh :

Nama : Chitra Dwi Prastiwi No Mahasiswa : 201203040056

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal: 17 juni 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

(drg. Nia Wijayanti, Sp.KG) (drg. Erma Sofiani, Sp.KG)

NIK : 19841103201404173230 NIK : 19741022200810173087

Mengetahui Ketua PSPDG

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iii

NIM : 20120340056

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 17 Juni 2016 Yang membuat pernyataan, Tanda Tangan

(6)

iv

maka kamu akan mendapatkan sesuatu yang tidak terhingga

(7)

v

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT,

Nabi Muhammad SAW

Ayahanda Prasetyo dan Ibunda Juwartini, M.Pd

drg. Nia Wijayanti Sp.KG

(8)

vi

Perendaman Gigi Dalam Ekstrak Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola)

Terhadap Perubahan Warna Gigi” ini dapat diselesaikan. Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh derajat sarjana S-1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dalam pelaksanaan penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat, kemudahan, serta karunia yang selalu diberikan.

2. dr. H. Andi Pramono, Sp. An., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

vii

6. Ayahanda Prasetyo dan Ibunda Juwartini, M.Pd yang selalu memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Saudara-saudari kandung penulis, dr. Aryanti Ambarsari , Hafidz Budi Prabowo, Desica Larasati, dan Maharani Tyas Ramadhanti yang selalu memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman satu bimbingan Tanti Susanti dan Laksmi Febriani yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Sahabat-sahabat penulis Ulfa, Dinda, Shendy, Cynintya, Osy yang selalu menjadi sahabat terbaik, teman belajar, dan selalu ada saat susah dan senang. 10.Teman seperjuangan kelompok Skill lab 6 yang selama 4 tahun selalu

menemani, memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(10)

viii

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(11)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Telaah Pustaka ... 8

1. Gigi ... 8

2. Pemutihan Gigi ... 15

3. Belimbing Manis ... 24

4. Ekstrak ... 27

B. Landasan Teori... 29

C. Kerangka Konsep ... 31

(12)

x

C. Sampel Penelitian... 33

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 34

E. Variabel penelitian dan definisi operasional ... 35

F. Definisi operasional ... 36

G. Instrumen penelitian... 37

H. Cara kerja ... 38

I. Analisis data ... 43

J. Alur penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan... 51

BAB V KESIMPULAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(13)

xi

Gambar 3. RGB Device ... 13

Gambar 4. Colorimeter (Basavanna dkk., 2013)... 14

Gambar 5. Spectrophotometer ... 14

Gambar 6. Perubahan Asam Oksalat menjadi Peroksida ... 19

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi (Patil,2002). ... 20

Gambar 8. Kerangka Konsep ... 31

Gambar 9. Mekanisme cara kerja spectrophotometer ... 40

Gambar 10. Alur Penelitian... 45

Gambar 11. Gigi sebelum perendaman dengan ekstrak belimbing manis ... 56

Gambar 12. Gigi setelah perendaman selama 56 jam ... 57

Gambar 13. Gigi setelah perendaman selama 88 jam ... 57

(14)

xii

Tabel 2. Data dE*ab sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak belimbing

manis ... 46

Tabel 3. Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 47

Tabel 4. Uji Paired T-test ... 47

Tabel 5. Selisih dE*ab... 48

Tabel 6. Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 48

Tabel 7. Uji Homogenitas ... 49

Tabel 8. Uji One wayANOVA... 49

(15)

xiii Lampiran 2. Data SPSS

(16)
(17)
(18)

xv

iritasi jaringan lunak sehingga diperlukan solusi untuk megatasi hal tersebut. Buah belimbing manis dapat dijadikan bahan alternatif pemutihan gigi karena mengandung senyawa asam oksalat yang dapat memutihkan gigi. Lamanya (waktu) bahan bleaching berkontak dengan gigi dapat mempengaruhi keberhasilan pemutihan gigi. Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro. Sampel yang digunakan yaitu 15 gigi premolar pasca ekstraksi. Semua sampel kemudian direndam dalam larutan teh selama 12 hari untuk memperoleh kesan diskolorasi. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok uji dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 buah gigi. Gigi kemudian dilakukan perendaman dalam ekstrak belimbing manis dengan waktu yang berbeda yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Pengukuran warna gigi dilakukan sebelum dan setelah perendaman dalam ekstrak belimbing manis dengan menggunakan alat spectrophotometer. Analisa data menggunakan uji paired t-test, One Way Anova, dan LSD (Least Significance Different).

Hasil : Hasil uji paired T-test diperoleh nilai signifikansi itu p<0,05 (p= 0,000) yang artinya bahwa ekstrak belimbing manis berpengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih putih. Hasil uji One Way Anova menunjukan bahwa nilai p<0,05 (p=0,000) artinya bahwa perbedaan lama waktu perendaman mempunyai pengaruh terhadap perubahan warna gigi. Hasil uji LSD menunjukan nilai p<0,05 (p=0,000) antar tiap kelompok artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam namun skor paling tinggi ditunjukan oleh kelompok perendaman selama 126 jam.

Kesimpulan : Terdapat pengaruh perbedaan lama waktu perendaman ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi yaitu semakin lama waktu perendaman maka hasil pemutihan gigi semakin baik, dimana hasil pemutihan gigi paling efektif ditunjukan oleh waktu perendaman 126 jam dibanding waktu 56 jam dan 88 jam.

(19)

xvi

alternative materials because it contains of oxalic acid that can whiten teeth. The success of tooth whitening is affected by the length of material in contact with the teeth. The whitening materials make the teeth whiter if it contacts with teeth in a long period of time.

Aim : the aim of this study was to determine the effects of different submersion period of teeth in starfruits (Averrhoa carambola) extract towards change of teeth color.

Methods: this study was an in vitro experimental laboratory study. The sample of this study was 15 post extraction premolars. All of the samples were submersed in tea for 12 days to gain discoloration of the teeth. Samples were divided into 3 groups where each groups consists of 5 teeth. Then the teeth on each groups were submersed in starfruits (Averrhoa carambola) extract for 56, 88 and 126 hours. Spectrophotometer was used to measure the color of the teeth before and after the submersion. Data analysis were done by paired t-test, One Way Anova, and LSD (Least Significance Different).

Results: the result of paired T-test is that the signification is p<0,05 (p= 0,000). This result proves that starfruits (Averrhoa carambola) extract affects the teeth color to become whiter. The result of One Way Anova test shows that p<0,05 (p=0,000). It shows that different period of teeth submersion has effect on the change of the teeth color. The LSD test result shows that p<0,05 (p=0,000). It means that there were significant differences on each group. The highest score is shown from the third group, that is the teeth that were submersed for 126 hours. So the most effective period to whiten the teeth using starfruits (Averrhoa carambola) extract is 126 hours.

Conclusion : there are effects of different submersion period of teeth in starfruits (Averrhoa carambola) extract towards change of teeth color. The whitening materials make the teeth whiter if it contacts with teeth in a long period of time. The most effective period to whiten the teeth using starfruits (Averrhoa carambola) extract is 126 hours.

(20)

1

Estetika atau kecantikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat modern saat ini. Estetika gigi merupakan kebutuhan utama bagi orang yang membutuhkan penampilan wajah menarik (Sundoro, 2005). Gigi yang mengalami perubahan warna gigi dapat menjadi masalah karena membuat banyak orang merasa tidak nyaman ketika berbicara atau tersenyum, karena setiap orang berkeyakinan bahwa gigi putih mampu membuat orang merasa lebih cantik dan percaya diri (Vanable dan LoPresti, 2004 cit Hendari, 2009).

(21)

tembakau, minuman berwarna dan sebagainya. Diskolorasi ekstrinsik ini menyebabkan warna gigi menjadi kuning atau coklat yang menutupi permukaan gigi namun biasanya diskolorasi jenis ini mempunyai respon yang baik terhadap bahan pemutih gigi (Kwon dkk., 2009).

Diskolorasi gigi dapat diatasi dengan perawatan bleaching atau pemutihan gigi.Bleaching adalah perawatan untuk mengembalikan warna asli gigi dengan menggunakan bahan kimia yang bekerja dengan cara mengoksidasi noda/stain pada gigi (Garg dan Garg, 2008). Pada tahun 1868 asam oksalat pertama kali diperkenalkan sebagai bahan pemutih gigi vital oleh Latimer kemudian pada tahun 1877 Chapple memperkenalkan asam oksalat sebagai bahan pemutih gigi untuk semua jenis diskolorasi (Kwon dkk., 2009). Bahan dental bleaching yang biasa digunakan adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida (Patil, 2002). Bleaching dengan menggunakan bahan kimia sering menimbulkan efek samping yaitu dapat mengiritasi jaringan lunak, menurunkan kekerasan email, dan menimbulkan hipersensitivitas gigi. Sebanyak 67% sampai 78% pasien yang melakukan perawatan bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida, mengeluhkan terjadinya hipersensitivitas gigi (Garg dan Garg, 2008).

(22)

mempunyai kandungan yang lebih aman dibandingkan baham kimia. Buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) merupakan tanaman buah tropis yang sangat popular di masyarakat dan harganya tergolong murah (Soenarjono, 2004). Patil dkk. (2010) menyatakan bahwa belimbing manis mempunyai kandungan asam oksalat. Kandungan asam oksalat pada belimbing manis tergantung dari tingkat kematangan buah, semakin matang buah maka semakin tinggi kandungan asam oksalat pada buah. Asam oksalat termasuk dalam bahan oksidator yang biasa digunakan untuk pemutihan gigi non-vital (Greenwall, 2001). Penelitian Fauziah dkk. (2012) menjelaskan bahwa aplikasi jus buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang mengandung asam oksalat memiliki prospek yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email, namun efektivitasnya masih di bawah 10% karbamid peroksida. Belimbing wuluh memiliki beberapa kelemahan yaitu memiliki rasa yang asam, jarang dijual dipasar atau di swalayan, dan jarang dikonsumsi sebagai buah segar melainkan biasa digunakan sebagai bumbu dalam masakan ( Soenarjono, 2004 dan Lingga, 2000).

(23)

molekul zat warna. Molekul zat warna akan teroksidasi semakin banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga noda/stain pada gigi akan semakin banyak yang hilang. Penelitian Saputra (2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh perbedaan perubahan warna sebelum dan sesudah perendaman gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada ekstrak buah apel dimana perendaman dengan waktu 72 jam menghasilkan warna yang lebih putih. Hal ini disebabkan karena buah apel mengandung derivat asam karboksilat berupa asam malat yang mempunyai kemampuan memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi stain/noda pada gigi. Derivat lain dari asam karboksilat yang mampu memutihkan gigi yaitu asam oksalat yang ditemukan dalam buah belimbing manis (Patil dkk., 2010)

Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 11 :

ۢ ني

ۢهبۢم ۢ ب

ٱ

ۢوۢع ْرَز

ٱ

ۢوۢ وتْيَز

ٱ

ۢوۢ يخَن

ٱ

ۢ نْع ْْ

ِۢ كۢ موۢب

ٱ

ۢ ر َث

ۗۢۢ

ۢ ذۢىفَۢ إ

ۢم ْوقِ ًۢ ياء ۢك

ورَ فتي

Artinya : “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

(24)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Membuktikan potensi ekstrak buah belimbing manis sebagai bahan pemutih gigi dalam proses bleaching.

2. Tujuan Khusus

Mengukur perubahan warna gigi setelah perendaman dengan ekstrak belimbing manis dengan waktu yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti.

(25)

2. Bagi masyarakat.

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat belimbing manis yang tidak saja enak dikonsumsi namun juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memutihkan gigi.

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi konstribusi pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi sebagai salah satu bahan alternatif perawatan bleaching yang alami dan lebih aman.

E. Keaslian Penelitian

(26)

pada belimbing wuluh juga terdapat pada belimbing manis sehingga diduga belimbing manis mempunyai efek dalam memutihkan gigi.

(27)

8

1. Gigi

a. Anatomi gigi

Gigi terdiri atas mahkota, serviks, dan akar. Setiap gigi mempunyai mahkota yang menonjol diatas gusi atau gingiva, dan akar gigi yang meruncing tertanam di dalam alveolus pada tulang maksila atau mandibular. Komponen gigi terdiri atas email, dentin, pulpa, dan sementum. Email gigi merupakan substansi paling keras yang berwarna putih kebiruan dan hampir transparan, 99% dari beratnya adalah mineral dalam bentuk kristal hidroksiapatit yang mempunyai rumus Ca10(PO4)6(OH)2, sedangkan matriks organiknya tidak lebih dari 1% berat

massa. Dentin terletak di bawah email dan berwarna agak kekuningan. Dentin mengandung 20% organik dan 80% anorganik. Pulpa berisi jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian akar gigi ditutupi oleh lapisan sementum tipis, yaitu jaringan yang bermineral yang sangat mirip dengan tulang. (Fawcett, 2002).

b. Warna Gigi

(28)

pulpa (Grossman dkk., 2010). Pertambahan usia mengakibatkan dentin bertambah tebal akibat terbentuknya dentin sekunder dan dentin tersier sedangkan email menjadi lebih tipis karena atrisi dan atau abrasi (Sundoro, 2005). Email gigi normal adalah berwarna putih kebiruan sedangkan dentin gigi yang normal berwarna agak kekuningan (Fawcett, 2002). Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi warna gigi dapat disebabkan oleh stain/noda yang ditimbulkan dari makanan dan minuman berwarna, rokok, plak maupun restorasi amalgam (Barlett dan Brunton, 2005).

Ascheim dan Dale (2001) menyatakan pada umumnya warna gigi memiliki beberapa dimensi diantaranya:

1) Hue

Hue merupakan nama dari warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu. Semua warna tersebut adalah penyusun spektrum warna. Variansi warna hue terjadi karena adanya pertambahan usia.

2) Chroma

Chroma adalah intensitas warna yang merupakan kualitas dari hue dan akan berkurang jika dilakukan bleaching.

3) Value

(29)

c. Diskolorasi gigi

Diskolorasi gigi dapat diklasifikasikan sebagai diskolorasi intrinsik dan diskolorasi ekstrinsik (Sundoro, 2005). Diskolorasi intrinsik adalah perubahan warna gigi yang biasanya disebabkan oleh faktor genetik dan biasanya menyebabkan gigi berwarna kuning, coklat, dan abu-abu sampai hitam. Diskolorasi instrinsik ini terjadi dibagian dalam gigi (Kwon dkk., 2009). Sundoro (2005) menjelaskan diskolorasi intrinsik dapat terjadi secara sistemik dan kongenital. Diskolorasi intrinsik dapat terjadi ketika pembentukan dentin atau ketika dentin sudah terbentuk. Diskolorasi intrinsik disebabkan oleh beberapa hal diantaranya trauma yang mengakibatkan kematian jaringan pulpa, perdarahan yang terjadi ketika ekstirpasi jaringan pulpa, serta obat dan bahan yang digunakan untuk perawatan saluran akar. Penyebab tersebut mengakibatkan masuknya warna hasil dekomposisi jaringan pulpa, darah, dan obat ke dalam tubulus dentinalis yang akan menghasilkan perubahan warna pada gigi.

(30)

2005). Diskolorasi ekstrinsik dapat dihilangkan dengan perawatan konvensional yaitu dengan tindakan skaling dan polishing gigi, namun untuk diskolorasi ekstrinsik yang sulit dihilangkan maupun untuk diskolorasi intrinsik diperlukan perawatan lain yaitu dengan proses bleaching atau pemutihan gigi (Gursoy dkk., 2008).

d. Interpretasi warna gigi

Interpretasi warna gigi dapat dilakukan dengan menggunakan shade guide dan digital shade analysis. Shade guide merupakan alat untuk mengukur tingkat kecerahan warna gigi yang paling banyak digunakan namun alat ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya gagal dalam mengukur tingkat fluoresensi, tingkat opalescence, tingkat translusensi email, ketebalan email, tekstur dan kecerahan email, serta sifatnya yang subyektif (Ahmad, 2006).

Paravina dan Powers (2004) mengungkapkan beberapa jenis shade guide yang beredar di pasaran antara lain:

1) Vitapan Classical

(31)
[image:31.612.245.478.306.452.2]

A3,5=12, B4 =13, C3 =14, A4 =15, C4 =16. Berdasarkan skor penilaian tersebut, B1=1 menunjukkan nilai yang paling rendah, sedangkan C4=16 menunjukkan nilai yang paling tinggi. Jadi semakin tinggi nilai yang dihasilkan pada shade guide maka semakin gelap warna gigi tersebut. Sebaliknya semakin rendah nilai yang dihasilkan pada shade guide maka semakin terang warna gigi tersebut.

Gambar 1. Vitapan Shade Guide (Apratim dkk., 2015) 2) Vitapan 3D Master

(32)
[image:32.612.207.521.524.609.2]

Gambar 2. Vitapan 3D Master (Agrawal dan Kapoor, 2013) Digital shade analysis terdiri atas red, green, blue (RGB) device, colorimeter, dan spectrophotometer.Digital shade analysis menghasilkan pengukuran warna yang lebih objektif. RGB device mengukur warna dengan cara menangkap warna merah, hijau, dan biru dengan cara kerja seperti kamera digital. Alat ini mempunyai tingkat keakuratan paling rendah dalam mengukur warna gigi. Colorimeter bekerja dengan cara mengukur warna secara lebih langsung dan bekerja dengan menggunakan tiga filter broadband sehingga colorimeter ini sensitif terhadap tiga warna (Kwon dkk., 2009).

Gambar 3. RGB Device

(33)

Gambar 4. Colorimeter (Basavanna dkk., 2013)

Spectrophotometer bekerja dengan cara cahaya dijatuhkan pada permukaan email tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email sebagian dipantulkan dan sebagian lainnya diserap oleh pigmen-pigmen yang terdapat dalam gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang dipantulkan tadi akan ditangkap oleh spectrophotometer dan ditampilkan dalam data nilai warna gigi (dE*ab). Nilai dE*ab adalah nilai total refleksi cahaya pada gigi yang dilakukan penyinaran. Nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah menunjukan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak sehingga spesimen gigi akan menjadi lebih putih (Aschheim dan Dale, 2001).

(34)

2. Pemutihan Gigi

a. Definisi

Pemutihan gigi (Bleaching) adalah perawatan gigi dengan mengembalikan warna asli gigi menggunakan bahan kimia bleaching yang bersifat oksidator ataupun reduktor (Walton dan Torabinejad, 2008). Bahan bleaching ini bekerja dengan cara masuk melalui perantara enamel ke dalam tubuli dentin kemudian mengoksidasi noda/stain pada dentin dan akhirnya menyebabkan warna gigi menjadi lebih putih (Meizarini dan Rianti, 2005). Pewarnaan gigi merupakan suatu perubahan warna pada gigi yang dapat disebabkan oleh faktor eksternal, internal, atau keduanya (Gursoy dkk., 2008). Tujuan utama dilakukannya bleaching/pemutihan gigi adalah mengembalikan fungsi estetika gigi pada seseorang (Paravina dan Powers, 2004).

b. Sejarah pemutihan gigi

[image:34.612.160.531.581.677.2]

Kwon dkk. (2009) menguraikan sejarah pemutihan gigi menjadi:

Tabel 1. Sejarah pemutihan gigi

Tahun Nama penemu Bahan Bleaching Diskolorasi 1848 Dwinelle Asam Klorida Gigi non vital

1868 Latimer Asam oksalat Gigi vital

1877 Chapple Asamoksalat, asam hidroklorit

Semua diskolorasi

1884 Harlan Hidrogen peroksida Semua

(35)

1958 Pearson Hidrogen peroksida 35% digunakan untuk bagian

dalam gigi dan

menyarankan penggunaan hidrogen peroksida 25% dan eter 75% yang diaktifkan dengan lampu.

Gigi non vital

1961 Spasser Teknik walking

bleach(sodium perborat+air)

Gigi non vital

1968 Klusmier Konsep Home bleaching Gigi vital 1988 Coastal dental

study club

Teknik Mouthguard bleaching

Gigi vital

c. Bahan pemutih gigi

Gursoy dkk. (2008) mengatakan bahwa bahan pemutih gigi yang dapat digunakan antara lain sodium hipoklorit, sodium perborat, hidrogen peroksida, dan karbamid peroksida. Sodium hipoklorit merupakan bahan irigasi saluran akar yang biasa diperoleh di pasaran dan dapat digunakan sebagai bahan pemutih gigi dengan konsentrasi 3% sampai 5,25%, namun bahan ini tidak melepaskan cukup oksidator yang efektif, sehingga sudah jarang digunakan (Walton dan Torabinejad, 2008). Bahan lainnya adalah sodium perborat. Sodium perborat tersedia dalam bentuk serbuk. Bahan ini mengandung 95% perborat dan 9,9% oksigen (Gursoy dkk., 2008).

(36)

30%-35% adalah yang paling umum digunakan. Contoh larutan hidrogen peroksida adalah superoxol (mengandung 30% H2O2) dan perihidrol.

Larutan ini merupakan larutan bening tidak berwarna dan tidak berbau. Penggunaan bahan ini harus hati-hati karena tidak stabil, cepat melepaskan oksigen, bersifat kaustik, dan apabila bersentuhan dengan jaringan dapat terbakar (Walton dan Torabinejad, 2008). Sebanyak 67%-78% pasien mengeluhkan terjadi gigi sensitif setelah penggunaan hidrogen peroksida dan konsentrasi tinggi hidrogen peroksida (30% sampai 35%) dapat menyebabkan iritasi mukosa (Garg dan Garg, 2008).

Karbamid peroksida merupakan bahan pemutih gigi yang berasal dari urea yang terurai menjadi CO2 dan ammonia. PH tinggi pada

ammonia akan menimbulkan efek pemutihan gigi (Garg dan Garg, 2008). Bahan ini berkontak dengan gigi dalam waktu yang lebih lama dibandingkan hidrogen peroksida. Karbamid peroksida lebih sedikit mengiritasi gingiva dibandingkan hidrogen peroksida. Efek samping penggunaan karbamid peroksida 10% akan menurunkan kekerasan enamel (Patil, 2002).

(37)

Torabinejad, 2008). Bahan asam oksalat ini termasuk dalam bahan oksidator yang biasa digunakan untuk pemutihan gigi non-vital (Greenwall, 2001).

Bahan bleaching kimiawi terkadang menimbulkan efek samping bagi penggunanya diantaranya hipersensitivitas gigi, menurunnya kekerasan enamel, resorpsi akar gigi, iritasi mukosa, dan sifatnya yang karsinogenik dan toksik. Kriteria bahan pemutih gigi yang ideal adalah mudah pengaplikasiannya, PH netral, efisien, berkontak dengan jaringan lunak tidak terlalu lama, diperlukan dalam jumlah yang minimum, tidak mengiritasi, tidak merusak gigi, dan mudah dikontrol sesuai kebutuhan pasien (Garg dan Garg, 2008).

d. Mekanisme pemutihan gigi

(38)

peroksida atau perihidrol), sodium peroksida, sodium hipofosfat, dan kalium sianida. Asam oksalat termasuk dalam bahan pemutih oksidator yang efektif untuk menghilangkan stain besi misalnya stain akibat restorasi amalgam. Bahan oksidator pada asam oksalat akan mengoksidasi noda/stain yang pada gigi. Hasil dari proses oksidasi ini dapat dilihat setelah 2 minggu lamanya penggunaan bahan bleaching (Greenwall, 2001).

Asam oksalat merupakan bahan oksidator seperti halnya hidrogen peroksida (Greenwall, 2001).

O2 + H2C2O4 H2O2 + 2CO2

(Oksigen) (Asam Oksalat) (Peroksida) (Karbondioksida)

Gambar 6. Perubahan Asam Oksalat menjadi Peroksida (Rohman dan Gandjar, 2007)

(39)

perihidrol bersifat radikal kuat, sehingga perihidrol mempunyai efek pemutihan gigi yang lebih baik (Patil, 2002).

H2O2 H2O + O +

(Peroksida) (air) (oksigen, radikal bebas yang lemah)

[image:39.612.186.517.170.278.2]

H+ + Radikal bebas yang lebih kuat (Hidrogen) (Perihidrol)

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi (Patil,2002). e. Teknik pemutihan gigi

Teknik pemutihan gigi dibedakan menjadi in- office bleaching dan at home bleaching. Prosedur in-office bleaching dapat dilakukan pada gigi vital dan non vital. Teknik in-office bleaching untuk gigi vital menggunakan 35% konsentrasi larutan hidrogen atau karbamid peroksida. Prosedur bleaching untuk gigi yang masih vital dikenal dengan istilah power bleaching. Teknik power bleaching ini biasanya dilakukan hanya dengan satu kali kunjungan menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30%-35% baik dalam bentuk cair maupun gel (Patil,2002).

Teknik bleaching untuk gigi vital lainnya adalah teknik mikroabrasi. Teknik mikroabrasi digunakan untuk mengeliminasi diskolorasi pada gigi yang masih dangkal, oleh karena itu hanya diindikasikan untuk diskolorisasi yang terjadi pada permukaan enamel gigi (diskolorisasi eksternal). Teknik ini dilakukan secara eksternal

(40)

dengan menggunakan campuran asam hidroklorik 18 % dengan bubuk pumis membentuk pasta yang padat, kemudian diletakkan pada permukaan email dan ditekankan dengan gerakan memutar menggunakan spatel kayu selama 5 detik, kemudian dicuci dengan air dan untuk menetralisir asam digunakan campuran natrium bikarbonat dan air (Halim, 2006).

Pada gigi non vital, bahan yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida dan sodium perborat. Teknik walking bleach merupakan prosedur pemutihan yang dilakukan pada gigi non vital (Patil, 2002). Bahan pemutih gigi yang paling sering digunakan untuk walking bleach adalah 30% sampai 35% hidrogen peroksida dicampur dengan sodium perborat. Campuran bahan ini diletakan pada kamar pulpa kemudian ditutup dengan bahan tumpatan sementara. Pemutihan gigi mulai bekerja ketika pasien keluar dari ruang praktik. Prosedur diulangi sebanyak 3 sampai 5 kali sampai warna gigi berubah mendekati warna gigi aslinya. Keberhasilan teknik walking bleach tergantung dari etiologi dan keparahan diskolorasi (Kwon dkk., 2009).

(41)

kapas tersebut ditekan dengan menggunakan suatu instrument yang telah dipanaskan sampai kapas tersebut mengering (Walton and Torabinejad, 2008).

At home bleaching adalah teknik pemutihan gigi yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien. O’Brien (2002) mengatakan bahwa rata-rata perawatan at home bleaching menggunakan karbamid peroksida 10%-22% adalah sekali sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu sedangkan untuk in-office bleaching hasil dapat dilihat setelah 30 menit perawatan. Kombinasi penggunaan teknik at home bleaching dan in-office bleaching akan menghasilkan pemutihan yang lebih baik (Patil, 2002).

Keuntungan yang diperoleh jika menggunakan at home bleaching diantaranya metodenya sederhana, mudah dimonitor oleh dokter gigi, harga yang terjangkau, dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien. Kerugian dari penggunaan at home bleaching adalah membutuhkan pasien yang sangat kooperatif, perubahan warna tergantung pada lamanya pemakaian trays, dan adanya kesempatan pasien untuk menggunakan bahan dengan jumlah yang berlebihan tiap harinya (Garg dan Garg, 2008).

(42)

Indikasi dari perawatan veneers yaitu malposisi ringan seperti diastema, hipoplasi enamel, dan diskolorasi intrinsik (Jacobsen, 2008).

f. Faktor yang berpengaruh pada proses pemutihan gigi.

Garg dan Garg (2008) menjelaskan bahwa perubahan warna pada gigi dipengaruhi oleh waktu, kebersihan permukaan gigi, konsentrasi larutan, bahan bleaching yang digunakan, suhu, tingkat oksigen melepaskan radikal bebas, kekentalan larutan, masa penyimpanan bahan, umur pasien, warna asli gigi, lokasi, dan kedalaman diskolorasi. Waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses bleaching.

Patil (2002) mengatakan bahwa bahan penggunaan waktu bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal, hal ini dikarenakan semakin banyak reaksi pengerusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat warna

(43)

perubahan warna sebelum dan sesudah perendaman gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada ekstrak buah apel dimana perendaman dengan waktu 72 jam menghasilkan warna yang lebih putih.

3. Belimbing Manis

a. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya, tanaman belimbing terbagi menjadi dua spesies, yaitu Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) dan Averrhoa carambola (belimbing manis) (Soenarjono, 2004). Belimbing manis (Averrhoa carambola) dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:

Super Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

(44)

Sub Divisi :Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa dan Oxalis

Species : Averrhoa carambola (belimbing manis)

(Purwaningsih, 2007).

b. Morfologi Belimbing Manis

Buah belimbing berbentuk lonjong dengan bagian pinggir yang disebut linger. Dari bagian linger terdapat lekukan ke dalam berjumlah 5 rusuk. Saat muda buah berwarna hijau, tetapi setelah matang warna berubah menyolok seperti kuning, merah, atau oranye. Buah yang matang memiliki rasa yang manis, berair, dan agak kesat (Soenarjono, 2004). Dilihat dari bawah bentuk penampang lintang buah menyerupai bintang dan ukurannya bisa sebesar gelas (Lingga, 2000).

c. Kandungan Gizi dan Kimia Belimbing Manis

(45)

fosfor, serat pektin, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Suwarto, 2010).

Patil dkk. (2010) menjelaskan kandungan kimiawi pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terdiri dari protein terlarut, gula, asam amino, asam askorbat, asam oksalat, dan pektin. Kandungan asam oksalat yang ada dalam belimbing manis tergantung dari tingkat kematangan buah. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis yang belum matang adalah 0,63% dari berat segar, untuk yang setengah matang adalah 0,85% berat segar, dan untuk buah yang matang yaitu 1,04% berat segar. Buah belimbing manis yang matang memiliki kandungan asam oksalat yang tinggi.

d. Khasiat dan kegunaan Belimbing Manis

Buah belimbing manis dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah sehingga baik untuk penderita hipertensi, selain itu juga memiliki banyak serat sehingga baik untuk pencernaan (Soenarjono, 2004). Kandungan serat pektin pada buah belimbing manis mampu memperlancar pencernaan dan menurunkan kadar kolesterol. Vitamin C pada belimbing manis berfungsi untuk mencegah sariawan (Suwarto, 2010).

(46)

bakteri E.colli dan S.aures. Patil dkk. (2010) mengatakan bahwa belimbing manis memiliki kandungan asam oksalat. Asam oksalat merupakan salah satu bahan pemutih gigi jenis oksidator (Greenwall, 2001).

e. Belimbing manis ( Averrhoa Carambola) sebagai bahan pemutih gigi Belimbing manis (Averrhoa Carambola) mempunyai kandungan asam oksalat sekitar 74% dari kandungan total asam tergantung pada tingkat kematangan buah (Borel dkk., 2014). Gursoy dkk. (2008) mengatakan bahwa asam oksalat biasa digunakan pada proses pemutihan gigi konvensional. Patil dkk. (2010) menjelaskan bahwa kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah. Penelitian Fauziah dkk. (2012) menyebutkan aplikasi jus belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki prospek yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email. Belimbing wuluh memiliki kandungan peroksida dan asam oksalat dimana peroksida dan asam oksalat ini merupakan bahan pemutih gigi.

4. Ekstrak

(47)

atau hampir seluruh pelarut dievaporasi/diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar yang telah ditetapkan. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 cara diantaranya:

a. Cara dingin yaitu ekstraksi dengan menggunakan temperatur ruangan (kamar) terdiri dari:

1) Metode maserasi adalah proses ekstrak simplisis yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar).

2) Metode perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

b. Cara panas yaitu ekstraksi dengan menggunakan temperatur panas, terdiri dari:

1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas dengan adanya pendingin balik.

(48)

3) Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan yaitu 40 0-500C.

4) Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air. Bejana infus dicelupkan dalam penangas air mendidih dengan temperatur 960-980C selama waktu 15-20 menit.

5) Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( >300C ) dan temperatur sampai titik didih air.

B. Landasan Teori

Diskolorasi atau perubahan warna gigi merupakan masalah pewarnaan gigi yang disebabkan oleh penumpukan noda/stain pada gigi. Perawatan gigi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan pemutihan gigi (bleaching). Bleaching adalah perawatan untuk mengembalikan warna asli gigi dengan menggunakan bahan kimia yang bekerja dengan cara mengoksidasi noda/ stain pada gigi.

(49)

melakukan perawatan bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida, mengeluhkan terjadinya hipersensitivitas gigi.

(50)
[image:50.612.128.530.111.680.2]

C. Kerangka Konsep

Gambar 8. Kerangka Konsep Diskolorasi

Pemutihan Gigi (Bleaching)

Suhu Waktu PH Bahan Konsentrasi

Asam Oksalat

56 jam 88 jam 126 jam

Gigi lebih putih

Bahan Alternatif Bahan Kimiawi  Hidrogen

Peroksida

 Karbamid Perokida

 Sodium Perborat

 Buah belimbing manis

(51)

D. Hipotesis

(52)

33

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris secara in vitro.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas Gajah Mada dan laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

2. Waktu

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 9 september 2015 sampai 14 desember 2015

C. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan yaitu gigi premolar permanen pasca esktraksi sebanyak 15 gigi. Semua sampel akan dibagi sama rata untuk dimasukan ke dalam 3 kelompok uji. Penentuan sampel ini didapatkan dengan menggunakan rumus Daniel (Daniel dan Cross, 2012) :

(53)

n = jumlah sampel

Z = nilai Z pada kesalahan tertentu α, jika α = 0,05 maka Z = 1,96

σ = standar deviasi sampel

d = kesalahan yang dapat ditoleransi

asumsi bahwa σ² = d²

n

n ≥n ≥ (1,96)² n ≥3,84 n ≥4 n ≈5

Maka jumlah sampel yang digunakan untuk setiap kelompok uji berjumlah 5 buah gigi.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi: a. Gigi permanen

(54)

b. Buah belimbing manis

Belimbing manis yang digunakan adalah belimbing jenis demak kunir yang sudah matang dan masih segar. Belimbing manis diambil dari sebuah pohon milik bapak Budiono di Temanggung.

c. Ekstrak belimbing manis

Ekstrak yang baru atau belum kadaluarsa. 2. Kriteria eksklusi

a. Gigi yang mengalami diskolorasi intrinsik b. Ketebalan email dan porositas email

c. Ekstrak belimbing manis yang sudah berubah warnanya.

E. Variabel penelitian dan definisi operasional

1. Variabel – variabel

a. Variabel pengaruh : Waktu perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

b. Variabel terpengaruh : Warna gigi c. Variabel pengganggu

1) Variabel terkendali

a) Jenis gigi : gigi P1 dan P2 rahang atas dan rahang bawah b) Jenis buah : belimbing manis demak kunir

(55)

e) Konsentrasi ekstrak belimbing manis : 100% f) Waktu perendaman : 56 jam, 88 jam, 126 jam g) Larutan teh : 100 ml

2) Variabel tak terkendali a) Umur gigi b) Umur buah c) Warna buah d) Warna gigi

F. Definisi operasional

a. Bleaching adalah teknik pemutihan gigi dengan menggunakan ekstrak buah belimbing manis untuk mengubah pewarnaan stain/noda pada gigi.

b. Ekstrak belimbing manis demak kunir adalah intisari dari buah belimbing manis demak kunir dengan konsentrasi 100% yang didapatkan dengan teknik maserasi kinetik.

c. Waktu yaitu periode (lama) perendaman gigi yang dibutuhkan untuk memutihkan gigi. Waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

(56)

e. Spectrophotometer UV – 2401 PC dengan merek Shimadzu adalah alat pengukur derajat warna yang bekerja dengan cara mengukur rasio cahaya yang dipantulkan dari sampel.

G. Instrumen penelitian

1. Alat yang digunakan

a. Blender : untuk menghaluskan buah belimbing manis

b. Corong Buchner : untuk filtrasi buah belimbing manis setelah buah diblender

c. Vacuum rotary evaporator : untuk evaporasi (penguapan) filtrat buah belimbing manis.

d. Almari pengering : untuk mengeringkan ekstrak

e. Spectrophotometer UV – 2401 PC merek Shimadzu : untuk mengukur derajat warna gigi sebelum dan sesudah dilakukan bleaching

f. Tabung/wadah plastik : sebagai wadah untuk merendam gigi dalam ekstrak belimbing manis

g. Lakban hitam : untuk direkatkan pada akar gigi dengan tujuan supaya tidak mempengaruhi hasil warna gigi karena lakban hitam mempunyai nilai 0 yang artinya gelap.

(57)

2. Bahan yang digunakan

a. Belimbing manis demak kunir digunakan dalam pembuatan ekstrak belimbing manis

b. Ekstrak belimbing manis digunakan sebagai bahan untuk merendam gigi c. Gigi yang digunakan sebanyak 15 gigi terdiri dari gigi P1 dan P2 rahang

atas maupun rahang bawah.

d. Larutan teh hitam digunakan sebagai bahan diskolorasi gigi e. Akuades digunakan sebagai pelarut ekstrak

f. Cat kuku warna putih bening digunakan untuk melapisi akar gigi saat sebelum perendaman dalam larutan teh dan ekstrak.

H. Cara kerja

1. Tahap persiapan

a. Proses ekstrak belimbing manis

Proses ekstrak akan dilakukan di LPPT UGM. Pembuatan ekstrak buah belimbing manis dilakukan dengan teknik maserasi kinetik karena pada teknik ini dilakukan pengadukan sehingga zat aktif di dalam bahan lebih cepat dan lebih banyak yg terlarut ke dalam pelarut (List dan Schmidt, 2000). Cara pembuatan ekstrak belimbing manis sebagai berikut :

(58)

2) Filtrasi menggunakan corong buchner dan diperoleh hasil filtrat dan residu dari buah belimbing manis tersebut.

3) Filtrat dari buah belimbing manis kemudian dievavorasi (diuapkan) menggunakan vacuum rotary evavorator dengan suhu 40o – 50oC dan tekanan dibawah 1 atmosfir, prosedur tersebut akan menghasilkan ekstrak buah belimbing manis yang kental.

4) Ekstrak kental yang diperoleh dimasukan ke dalam almari pengering selama 12 jam sehingga diperoleh ekstrak yang kering. 5) Selanjutnya dilakukan pengenceran menjadi konsentrasi 100% yang

diperoleh dari pelarutan 20 gram ekstrak belimbing manis ke dalam 20 ml akuades.

Konsentrasi ekstrak buah belimbing 100% inilah yang akan digunakan untuk penelitian.

b. Perendaman gigi dalam larutan teh hitam selama 12 hari

(59)

kesan diskolorasi karena gigi yang dipilih sebagai sampel mempunyai warna gigi yang tidak gelap atau tidak terjadi diskolorasi sehingga perlu dimunculkan terjadinya diskolorasi.

c. Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam teh hitam

[image:59.612.180.528.409.604.2]

Pengukuran warna gigi dilakukan dengan menggunakan alat spectrophotometer dengan tujuan untuk mengetahui warna asli gigi yang diperoleh. Spectrophotometer ini mempunyai sebuah 0 – derajat penerangan/pengamatan dan pengukuran pemancaran yang dipantulkan warna spektra dengan rata-rata 512 light sensitives diodes pada 0,7 milimeter-diameter area.

Gambar 1. mekanisme cara kerja spectrophotometer (https://wanibesak.wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer)

(60)

mengenai email sebagian dipantulkan dan sebagian lainnya diserap oleh pigmen-pigmen yang terdapat dalam gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang dipantulkan tadi akan ditangkap oleh spectrophotometer dan ditampilkan dalam data nilai warna gigi (dE*ab). Nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah menunjukan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak sehingga spesimen gigi akan menjadi lebih putih.

Pengendalian sinar pada spectrophotometer yaitu dengan menggunakan lakban hitam yang direkatkan pada bagian akar gigi karena lakban hitam mempunyai nilai 0 yang artinya gelap sehingga tidak mempengaruhi hasil nilai warna gigi karena arah penembakan sinar hanya ditujukan mengenai mahkota gigi. Tujuan pengukuran yang dilakukan adalah untuk mengetahui warna gigi setelah direndam dengan larutan teh hitam selama 12 hari. Ukuran warna gigi inilah yang diumpakan sebagai gigi yang mengalami diskolorasi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Proses perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis

(61)

masing-masing tabung diisi 5 buah gigi. Gigi direndam dengan waktu yang berbeda yaitu

Tabung I : 5 gigi direndam selama 56 jam Tabung II : 5 gigi direndam selama 88 jam Tabung III : 5 gigi direndam selama 126 jam

Dasar pengambilan waktu ini mengacu pada waktu perawatan at home bleaching menggunakan karbamid peroksida 10%-22% dengan rata-rata jumlah perawatan yaitu sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002). Pada konsentrasi 10% menggunakan waktu perawatan selama 6 minggu sedangkan konsentrasi 22% biasa digunakan pada waktu perawatan selama 2 minggu (Basson dkk., 2013). Pada konsentrasi 16% digunakan dengan waktu perawatan selama 4 minggu (Hatanaka dkk., 2013). Dari jumlah rata-rata perawatan tersebut maka dapat diasumsikan sebagai berikut:

2 jam x 7 hari x 4 minggu = 56 jam

2,5 jam x 7 hari x 5 minggu = 87,5 ≈ 88 jam 3 jam x 7 hari x 6 minggu = 126 jam

b. Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam ekstraksi belimbing manis

(62)

126 jam secara berlanjut, kemudian diukur derajat warnanya dengan menggunakan spectrophotometer pada setiap waktu yang telah ditentukan.

Pengukuran warna gigi setelah dilakukan perendaman ini menggunakan spectrophotometer. Caranya sama seperti mengukur warna gigi sebelum dilakukan perendaman. Bagian akar gigi diberi lakban hitam lalu dimasukan dalam spectrophotometer. Penembakan sinar diarahkan pada mahkota gigi.

I. Analisis data

(63)
(64)
[image:64.612.107.530.114.689.2]

J. Alur penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian

Gigi sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 15 gigi

Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam teh hitam menggunakan spectrophotometer

Ekstraksi buah belimbing manis (Teknik Maserasi) konsentrasi 100%

Perendaman 5 gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 100% selama 56 jam

Perendaman 5 gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 100% selama 88 jam

Perendaman 5 gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 100% selama 126 jam

Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam ekstrak belimbing manis menggunakan spectrophotometer

Data

Analisa Data

Gigi direndam dalam larutan teh hitam selama 12 hari untuk memperoleh kesan diskolorasi

(65)

46

[image:65.612.137.529.486.601.2]

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan warna gigi sebelum dan sesudah dilakukan perendaman ekstrak buah belimbing manis dengan perbedaan waktu yang telah ditentukan, yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam menggunakan konsentrasi ekstrak belimbing manis sebesar 100%. Alat yang digunakan yaitu spectrophotometer untuk menentukan nilai dE*ab (nilai warna). Gigi dilakukan penyinaran pertama setelah gigi mengalami diskolorasi dengan teh dan dilakukan penyinaran kedua setelah diberi perlakuan perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Data nilai warna gigi (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak belimbing manis

Nilai Warna Gigi (dE*ab)

No selama 56 jam selama 88 jam selama 126 jam Sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum Sesudah

1 99,71 97,98 99,76 96,40 99,81 95,20

2 99,50 98,05 99,81 96,77 99,44 95,32

3 99,74 98,13 99,72 96,42 99,53 95,40

4 99,71 98,08 99,90 96,94 99,82 95.33

5 99,91 98,20 99,71 96,67 99,85 95.48

(66)

selanjutnya dilakukan uji normalitas Shapiro wilk untuk mengetahui normalitas sebaran data pada tabel 2.

Tabel 3. Uji Normalitas Shapiro Wilk

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas, diperoleh nilai p>0,05 pada waktu perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam artinya sebaran data normal maka selanjutnya dilakukan uji paired T-test untuk mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak belimbing manis selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

Tabel 4. Uji Paired T-test

Berdasarkan hasil uji paired T-test pada waktu perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam diperoleh nilai signifikansi (p<0,05) yaitu p= 0,000

No Waktu perendaman

Signifikansi

Sebelum Sesudah

1 56 jam 0,540 0,998

2 88 jam 0,439 0,527

3 126 jam 0,096 0,926

No Nilai warna gigi Mean

Interval kepercayaan 95%

Signifikansi nilai terendah

nilai tertinggi

1 56 jam 1,62600 1,48840 1,76360 0,000

2 88 jam 3,14000 2,91928 3,36072 0,000

(67)

yang artinya terdapat perbedaan rerata yang bermakna dari nilai warna gigi (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

[image:67.612.133.526.271.397.2]

Pada penelitian ini didapatkan nilai selisih sebelum dan sesudah perendaman, sebagai berikut :

Tabel 5. Selisih nilai warna gigi

Selisih nilai warna gigi antara sebelum dan sesudah perendaman No selama 56 jam selama 88 jam selama 126 jam

1 1,73 3,36 4,61

2 1,45 3,04 4,12

3 1,61 3,3 4,13

4 1,63 2,96 4,49

5 1,71 3,04 4,37

Mean 1,626 3,14 4,344

Pada data tabel 5 dapat terlihat bahwa nilai warna gigi (dE*ab) yang direndam pada ekstrak belimbing manis mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada perendaman selama 126 jam. Hasil tabel 5 kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui normalitas sebaran data.

Tabel 2. Uji Normalitas Shapiro Wilk

No Waktu Perendaman Signifikansi

1 56 jam 0,409

2 88 jam 0,209

[image:67.612.138.529.605.679.2]
(68)

Pada tabel uji normalitas telihat bahwa P> 0,05 hal ini menunjukan bahwa sebaran data normal.

Tabel 3. Uji Homogenitas

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Mean 0,131

Median 0,450

Hal yang sama ditunjukan juga pada tabel uji homogenitas terlihat bahwa P>0,05 menunjukan sebaran data homogen maka selanjutnya dapat dilakukan uji One way ANOVA.

Tabel 4. Uji One wayANOVA

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Antar kelompok waktu 0,000

Berdasarkan hasil uji one way ANOVA diperoleh hasil signifikansi yaitu 0,000, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada nilai warna gigi (dE*ab) antara lama perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dalam ekstrak belimbing manis, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima.

(69)

mempunyai tingkat keefektifitasan paling tinggi, sedang, dan rendah dalam memutihkan gigi.

Tabel 5. Post Hoc Test Perbandingan Lama

Perendaman Perbedaan Rata-Rata Signifikansi

56 jam 88jam -1,51400 0,000

88 jam 126 jam -1,20400 0,000

126 jam 56 jam 2,71800 0,000

(70)

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Sampel pada penelitian ini menggunakan 15 gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas maupun rahang bawah pasca ekstraksi. Penelitian ini menggunakan gigi premolar karena gigi premolar dapat terlihat pada saat seseorang tersenyum. Hal ini berdasarkan survey di Los Angeles yang menyatakan bahwa dari 454 responden menunjukan sebesar 40,5% responden memperlihatkan gigi anterior serta gigi premolar 1 dan premolar 2 pada saat tersenyum (Jones dan Ventre, 2005). Semua sampel dilakukan perendaman dalam larutan teh hitam selama 12 hari. Pemilihan waktu perendaman teh selama 12 hari didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :

8 menit x 365 hari x 6 tahun = 17.520 menit = 12,167 hari ≈ 12 hari

1440 menit 1440 menit

Keterangan :

 8 menit = rata-rata waktu konsumsi teh dalam sehari (Guller dkk., 2005)

 365 hari = jumlah hari dalam 1 tahun

(71)

 1440 menit = jumlah menit dalam 1 hari

Hasil perhitungan diatas menyatakan bahwa diskolorasi gigi terjadi apabila gigi berkontak dengan larutan teh selama 17.520 menit yang setara dengan 12 hari.

Lima belas gigi premolar kemudian dibagi menjadi 3 kelompok uji, masing-masing kelompok uji direndam dalam ekstrak belimbing manis konsentrasi 100% dengan 3 perbedaan waktu yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Konsentrasi tersebut dipilih karena merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk memutihkan gigi yang didapatkan setelah dilakukan pengujian sebelumnya. Lama waktu dipilih berdasarkan pada waktu perawatan home bleaching yaitu sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu sehingga peneliti mengasumsikan waktu menjadi 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

(72)

menghasilkan ekstrak sebanyak 60 gram. Masing-masing kelompok mendapatkan ekstrak sebanyak 20 gram, kemudian dilakukan proses pengenceran. Setiap 20 gram ekstrak diberikan pelarut 20 ml, maka didapatlah konsentrasi ekstrak 100%.

Langkah selanjutnya dilakukan proses perendaman spesimen gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan menggunakan waktu yang berbeda yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Dasar pengambilan waktu ini mengacu pada waktu perawatan at home bleaching menggunakan karbamid peroksida 10%-22% dengan rata-rata jumlah perawatan yaitu sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002).

(73)

bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak sehingga spesimen gigi akan menjadi lebih putih (Aschheim dan Dale, 2001). Nilai warna gigi (dE*ab) yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan pengujian data SPSS untuk mengetahui adanya pengaruh lama waktu perendaman dengan derajat warna gigi dengan cara melihat besarnya perubahan derajat warna sebelum dan sesudah perendaman.

Hasil penyinaran sebelum dan sesudah perendaman dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji paired t-test. Pada uji paired t-test ini didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) dari sebelum perendaman dengan sesudah perendaman selama 56 jam, 88jam, dan 126 jam dengan nilai p=0,000. Hasil ini membuktikan bahwa ekstrak belimbing manis berpengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih putih. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis berpengaruh terhadap proses pemutihan gigi. Bahan oksidator yang berupa asam oksalat akan mengoksidasi noda/stain yang pada gigi (Greenwall, 2001). Asam oksalat masuk melalui perantara enamel ke dalam tubuli dentin kemudian mengoksidasi noda/stain pada dentin dan akhirnya menyebabkan warna gigi menjadi lebih putih (Meizarini dan Rianti, 2005).

(74)

data sebelum dan sesudah perendaman. Pada uji one way ANOVA didapatkan hasil signifikansi perbedaan selisih sebelum dan sesudah perendaman gigi selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Hasil menunjukan bahwa nilai p = 0,000 (p<0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai warna gigi (dE*ab) antara lama perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dalam ekstrak belimbing manis. Pengujian`data selanjutnya adalah untuk mengetahui waktu yang paling efektif diantara 3 kelompok uji yaitu 56 jam, 88 jam, 126 jam menggunakan uji LSD (Least Significance Different).

(75)

teroksidasi semakin banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga noda/stain pada gigi akan semakin banyak yang hilang.

[image:75.612.116.526.430.673.2]

Pada waktu perendaman 56 jam terlihat bahwa gigi mulai mengalami perubahan warna menjadi lebih putih dibandingkan sebelum dilakukan perendaman, hal ini dikarenakan asam oksalat pada buah belimbing manis ketika berkontak dengan permukaan gigi akan melakukan proses oksidasi sehingga noda/stain pada gigi mulai berkurang. Pada waktu 88 jam dan 126 jam noda/stain pada gigi mulai banyak yang hilang dan gigi menjadi lebih putih dari perendaman sebelumnya, hal ini dikarenakan proses oksidasi yang berjalan semakin lama maka noda/stain yang teroksidasi pun semakin banyak sehingga gigi menjadi lebih putih.

(76)
[image:76.612.179.463.113.309.2]

Gambar 2. Gigi setelah perendaman selama 56 jam

[image:76.612.174.484.340.558.2]
(77)
[image:77.612.164.468.117.318.2]
(78)

59

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis (averrhoa carambola) dapat merubah warna gigi menjadi lebih putih. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis inilah yang dapat menyebabkan gigi menjadi lebih putih.

2. Lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis mempengaruhi hasil pemutihan gigi. Berdasarkan hasil uji One way annova, terdapat perbedaan yang signifikan antara perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

3. Waktu perendaman yang semakin lama akan menghasilkan pemutihan gigi yang semakin baik, hal ini terlihat pada hasil uji LSD (least significance different) yaitu perendaman gigi selama 126 jam menghasilkan warna gigi yang lebih putih.

B. Saran

(79)

2. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaplikasian ekstrak belimbing manis pada gigi vital

3. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan buah belimbing manis dengan tingkat kematangan yang sama terhadap perubahan warna gigi.

(80)

61

Dentistry. Universal Research Journal Of Dentistry, 3(3).

Ahmad, I. (2006). Prothocol For Predictable Aesthetic Dental Restoration. UK: Blackwell Munk; gaard.

Apratim A., EachempatiP., dan Kumar KS. (2015). Digital Shade Matching : An Insight. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical, 6(2), 1072-1079.

Ascheim, K.W., Dale, B.G. (2001). Esthetic Dentistry : A Clinical Approach To Technique and Materials. United States of America : Mosby, Inc.

Barlett, D., dan Brunton, P. A. (2005). Aesthetic Dentistry. London: Quintessence publishing Co.Ltd.

Basavanna, R., Gohil, C., dan Shivanna, V. (2013). Shade Selection. Int. Oral Health Sci, 3(1): 26-31

Basson, R.A., Grobler, S. R., Kotze, T. J . V. W., dan Osman, Y.(2013 ). Guidelines for the selection of tooth whitening products amongst those available on the market. SADJ, 68(3), 122 -129.

Borel, N., Tendo, J., Yufanyi, D., Etape, E., Eko, J., and Ngolui, L. (2014). Averrhoa carambola: A Renewable Source of oxalic acid for the facile and green synthesis of divalent metal (Fe,Co,Ni,Zn,and Cu) oxalates and oxide nano particles. Journal of Applied Chemistry, 2014(1): 1-9.

Daniel, W. W., dan Cross, C.L. (2012). Biostatistics: A Foundation for Analysis the Health Sciences. US: Wiley Global Education.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

(81)

Fauziah, C., Fitriyani, S., and Diansari, V. (2012). Colour Change of Enamel after Application of Averrhoa bilimbi. Journal of Dentistry Indonesia, 19(3), 53-56.

Fawcett, D.W., 2002, Buku Ajar Histologi, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Garg, N., dan Garg, A. (2008). Textbook of Endodontic. Malaysia: Unipress

Publishing.

Greenwall, L. (2001). Bleaching Techniques In Restorative Dentistry. UK: Martin Dunitz Ltd.

Grossman, L. I., Oliet, S., dan Rio, C. E. (2010). Endodontic practice. (Chandra B.S dan Krishna V.G, Ed.) Gurgaon, Haryana (India): Wolters Kluwer.

Guller, A. U., Yilmaz, F., Kulunk, T., Kurt, S. (2005). Effect of Different Drinks on Stainability of Resin Composite Provisonal Restorative Material. The Journal of Prosthetic Dentistry, 94(2): 118-124

Gursoy, U., Eren, D., Bektas, O., Hurmuzlu, F., Bostanci, V., and Ozdemir, H. (2008). Effect of external tooth bleaching on dental plaque accumulation and tooth discoloration. Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 13(4), 266-9.

Halim, H. S. (2006). Perawatan Diskolorasi Dengan Teknik Bleaching. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

Harshanur, I. (2012). Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.

Hatanaka, G. R., Abi-Rached, F .D.O., Almeida-Júnior, A. A. D., dan Santos Cruz, C. A. (2013). Effect of Carbamide Peroxide Bleaching Gel on Composite Resin. Brazilian Dental Journal. 24(3), 263-266.

Hendari, R. (2009). Pemutihan Gigi (Tooth Whitening) Pada Gigi Yang Mengalami Pewarnaan. Sultan Agung, 44(118), 65-78.

Jacobsen, P. (2008). Restorative Dentistry : An Integrated Approach. UK: Blackwell Publishing, Ltd.

(82)

Kwon, S. R., Ko, S. H., dan Greenwall, L. H. (2009). Tooth Whitening In Esthetic Dentistry. (S. O. Wandrey, Ed.) United Kingdom: Quintessence Publishing Co, Ltd.

Lingga, P. (2000). Bertanam Belimbing. Jakarta: Penebar Swadaya.

Marchelina, G. A. R., Anindita, P. S., Waworuntu, O. A. (2016). Status Kesehatan Gingiva pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat di SMA Negeri 1 Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 5(1): 159-157.

Meizarini, A., dan Rianti, D. (2005). Bahan pemutih Gigi Dengan Sertifikat ADA/ISO. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), 38(2), 73-76.

O'Brien, W. J. (2002). Dental Material and Their Selection (3rd ed.). Chicago: Quintessence Publ Co.

Paravina, Rade D., dan Powers, M John , P. (2004). Esthetic Color Training In Dentistry. St.Louis MO : Elsevier Mosby.

Patil, A., Patil, D., Phatak, A., dan Chandra, N. (2010). physical and chemical characteristics of carambola (averrhoa carambola linn) fruit at three stage of maturity. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology, 1(2), 624-629.

Patil, R. D. (2002). Esthetic Dentistry An Artist's Science. India: PR Publicat. Purwaningsih, E. (2007). Multiguna Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact.

Rohman.,A, dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Saputra, D. (2008). Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus Sylvestris) Terhadap Perubahan Warna Gigi Dalam Proses Bleaching(Pemutihan Gigi) Berdasarkan Perbedaan Waktu. Skripsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Soenarjono, D. H. (2004). Berkebun belimbing manis. Jakarta: Penebar Swadaya. Sukadana, I.M. (2009). Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid Dari Buah

Belimbing Manis. Jurnal Kimia, 3(2), 109-116.

Sundoro, E. H. (2005). Serba Serbi Ilmu Konservasi. Jakarta: UI Press.

(83)

Walton, R.E., dan Torabinejad, M., 2008, Endodontics: Principles and Practice, 4th edition, Elsevier Health Sciences, UK

www.http://dentalwebcafe.com/Digital_Color_Matching.html diakses 18 juni 2016

https://wanibesak.wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer diakses 23 juni

(84)
[image:84.612.157.486.132.416.2]

65

Gambar : Pohon belimbing manis

[image:84.612.113.522.449.660.2]
(85)
[image:85.612.190.453.130.353.2]

Gambar: Almari pengering bahan

[image:85.612.150.465.386.599.2]
(86)
(87)
[image:87.612.150.493.112.325.2] [image:87.612.158.483.358.601.2]
(88)
[image:88.612.114.529.113.336.2] [image:88.612.159.483.397.655.2]
(89)
[image:89.612.162.481.111.339.2] [image:89.612.148.494.402.641.2]
(90)
[image:90.612.166.476.112.324.2] [image:90.612.163.468.387.588.2]
(91)
[image:91.612.151.491.113.389.2] [image:91.612.149.494.442.62

Gambar

Gambar 1.  Vitapan Shade Guide (Apratim dkk., 2015)
Gambar 2. Vitapan 3D Master (Agrawal dan Kapoor, 2013)
Tabel 1. Sejarah pemutihan gigi
Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi (Patil,2002).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar penghuni di kawasan coklat yang cenderung menggunakan fasilitas olahraga di luar kawasan perumahan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi,

Usar control m ecánico, m anual o quím ico, y/ o com binaciones de ellos, para reducir su presencia y cobertura en cafetal.. Controlar con aplicadores de herbicida por contacto

Berdasarkan deskripsi dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menyertakan kemampuan awal siswa, pada pembelajaran

Armour layer memiliki ukuran butir yang hampir s~ragam, namun bergradasi butir yang bervariasi diantara butiran penyusunnya, Struktur amlOur layer yang terbentuk,

Fokus pembahasan yang dilakukan penulis adalah tentang kebijakan bebas visa kunjungan yang diberikan kepada 45 negara tetapi tidak dikaitkan dengan keberadaan tenaga kerja asing

Metode pengobatan ini menawarkan peluang kesembuhan terbaik bagi pasien yang menderita kanker paru-paru stadium awal, yang belum menyebar keluar dari paru-  paru.

Pada Gambar 3.3 dengan sudut pertemuan sungainya sebesar 40 derajat maka terjadi penumpukan sedimen pasir pada saluran utama terletak pada jarak 3.525 m.. Gambar

Metode yang digunakan dalam perangkat lunak tersebut untuk menetapkan ketebalan lapisan pertama adalah plus minus metode Hagedorn (1959), yang meliputi analisis