• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH, TENAGA KERJA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2007-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH, TENAGA KERJA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2007-2014"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH, TENAGA KERJA DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2007-2014

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH AT REGENCY/CITY IN

RIAU YEAR 2007-2014

Disusun Oleh :

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

(2)

i

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH

AT REGENCY/CITY IN RIAU YEAR 2007-2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH:

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

FAKULTAS EKONOMI

(3)

ii

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH, TENAGA KERJA, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2007-2014

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH

AT REGENCY/CITY IN RIAU YEAR 2007-2014

Diajukan oleh

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

(4)

iii

THE ANALYSIS OF EFFECTS REGIONAL EXPENDITURE, LABOUR AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX ON THE ECONOMIC GROWTH

AT REGENCY/CITY IN RIAU YEAR 2007-2014

Diajukan oleh

THOMIRIANO RAMADHANOE 20120430148

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal, 20 Agustus 2016

Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, S.E., M.Si Ketua Tim Penguji

Agus Tri Basuki, SE., M.Si. Ayif Fathurahman, SE.,M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Thomiriano Ramadhanoe Nomor Mahasiswa : 20120430148

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul ”Analisis Pengaruh Belanja Daerah, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014” tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 05 Agustus 2016

(6)

v

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(Qs. Al-Mujadallah :11)

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang maha mendengar dan mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

 Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan perhatiannya serta yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan yang terbaik.

 Kakak dan adik tercinta yang selalu memberi dukungan.

 Terimakasih untuk simbah kakung dan simbah putri yang selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti.

 Terimakasih untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang memberikan banyak pengalaman, pelajaran, dan pengetahuan.

 Terimakasih untuk seluruh dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan banyak pengetahuan dan bimbingan selama ini.

 Terimakasih untuk teman-temanku EKPI C khususnya dan teman-teman IE secara keseluruhan

 Keluarga UKM RPC yang memberikan pengalaman menjadi organisator.  Keluarga Komunitas Generasi Bakti Negeri yang selalu berjuang untuk

masyarakat.

 Terimakasih untuk Kontrakan Ceria (Adit, Rangga dan Adin) yang mau dijadikan kontrakannya untuk bernaung dan istirahat.

(8)

vii

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014. Model analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan model Fixed Effect.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(9)

viii

ABSTRACT

This study aims to analysis the effect of regional expenditure, labour and human development index to economic growth in 12 Regencies/City in Riau Province in 2007-2014.

This study uses a quantitative approach. The research data were secondary data from 12 regencies/city in Riau Province in 2007-2014. The analysis model was panel data analysis with the Fixed Effect model.

The results showed that the variables of regional expenditure, labour and human development index have a positive effect and significant impact on economic growth.

(10)

ix

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Belanja Daerah, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014”. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan tuntunan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, yang sangat sabar memberikan arahan dan masukan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Ekonomi, yang telah memberikan dorongan serta semangat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Bidik misi, yang telah memberikan kesempatan untuk bisa melanjutkan

sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi.

Yogyakarta, 05 Agustus 2016 Penulis

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

(12)

xi

C. Penelitian Terdahulu ... 32

D. Kerangka Berfikir ... 36

E. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Objek Penelitian ... 37

B. Jenis Data ... 37

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

D. Alat Analisis ... 38

E. Model Penelitian ... 40

1. Uji Asumsi Klasik ... 41

a. Uji Heteroskedastisitas ... 41

b. Uji Multikolinearitas ... 41

2. Estimasi Model Regresi Panel ... 42

a. Metode Common Effect ... 42

b. Metode Fixed Effect ... 43

c. Metode Random Effect ... 43

d. Pemilihan Model Estimasi Data Panel ... 44

1) Uji Chow ... 44

2) Uji Hausman ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46

A. Kondisi Geografis Provinsi Riau ... 46

B. Profil Kabupaten/Kota Provinsi Riau ... 49

1. Kota Pekanbaru ... 49

2. Kabupaten Bengkalis ... 49

3. Kabupaten Indragiri Hulu ... 50

4. Kabupaten Indragiri Hilir ... 51

(13)

xii

2. Uji Simultan (F-statistik)... 75

F. Pembahasan (Interpensi Ekonomi) ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

Tabel 1.2 Persentase Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun

2013-2014 ………... 7

Tabel 1.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2013-2015 ... 8

Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014 ... 10

Tabel 2.1 Tabel Kelompok Tingkat Pembangunan Manusia ... 27

Tabel 4.1 PDRB Provinsi Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota 2007-2014 (Milyar Rupiah) ... 59

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Menurut Jenis Pengeluaran 2007-2014 (Juta rupiah) ……….. 61

Tabel 4.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 4.4 Persentase Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota Perovinsi Riau Tahun 2007-2014 ...………..……….. 64

Tabel 5.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ……… 65

Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ……….…….. 66

Tabel 5.3 Hasil Test Fixed Effect-Likelihood Ratio ………. 67

Tabel 5.4 Hasil Uji Hausman Test ………….….. 68

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect ... 69

Tabel 5.6 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Cross-section SUR (GLS) ..………. 71

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(16)
(17)
(18)
(19)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014. Model analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan model Fixed Effect.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(20)

This study uses a quantitative approach. The research data were secondary data from 12 regencies/city in Riau Province in 2007-2014. The analysis model was panel data analysis with the Fixed Effect model.

The results showed that the variables of regional expenditure, labour and human development index have a positive effect and significant impact on economic growth.

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, makmur dan adil. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2004). Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994).

(22)

Indonesia sebagai negara berkembang terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap. Pembangunan ekonomi suatu negara dapat dikatakan meningkat dengan hanya melihat pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya meningkat maka dapat dikatakan pembangunan ekonomi meningkat (Arsyad, 2004).

(23)

3

TABEL 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sepuluh Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2007-2013 (Milyar Rupiah)

Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

(24)

Jika diamati, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Provinsi Riau meningkat terus menerus dan stabil. Terlihat bahwa sektor-sektor yang ada di Provinsi Riau seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki kontribusi yang sangat besar. Hal ini memberikan pandangan bahwa perubahan pada sektor-sektor tersebut akan memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila suatu sektor melemah pastinya akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau. Dengan hal ini, maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) saling berkaitan antar variabel seperti belanja daerah, tenaga kerja dan investasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, kebijakan pembangunan ekonomi dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dengan mengelola potensi dan sumber daya yang ada bagi masing-masing daerah sehingga mampu untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di daerah tersebut.

(25)

5

Keynesian) dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi baik pada skala nasional maupun pada skala perekonomian makro daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota).

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pasal 26 dan 27 dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi belanja menurut urusan wajib, urusan pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja. Sedangkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihan atau klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.

(26)

b. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan meliputi: pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.

c. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pemerintahan, Organisasi, Fungsi, Program dan Kegiatan, serta Jenis Belanja.

Belanja daerah tersebut mencakup:

1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga.

2. Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang, meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.

(27)

7

Disamping belanja daerah, salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan memungkinkan suatu daerah untuk menambah produksi.

Tabel 1.2

Persentase Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2013-2014

Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 Jumlah

Bengkalis 63.59 64.78 65.25 169.14 Kepulauan Meranti 64.90 65.61 56.29 186.80

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

(28)

banyaknya pengangguran terserap di sektor informal yang tidak berkualitas. seperti ikut orang lain atau keluarganya yang menjadikan mereka tidak termasuk golongan tenaga kerja.

Tabel 1.3

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2013-2015

Lapangan Usaha

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Februari

Sumber : Riau Dalam Angka, 2015

(29)

9

diprioritaskan seperti pertanian kelapa sawit, karet, minyak dan gas, dll. Diikuti dengan sektor jasa, perdagangan, rumah makan dan hotel walaupun semua sektor lapangan usaha bersifat fluktuaktif. Semakin banyak angkatan kerja semakin meningkat tenaga produktif, sehingga akan meningkatkan produksi. Dengan demikian semakin bertambah jumlah penduduk akan meningkatkan produksi barang dan jasa yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi pasar.

Salah satu variabel yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu indeks pembangunan manusia. Indeks pembangunan manusia merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembagian manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu kesehatan yang diukur dari rata-rata usia harapan hidup, pengetahua dan pendidikan yang diukur dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf dan standar hidup layak (kesejahteraan) secara keseluruhan Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

(30)

Tabel 1.4

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Provinsi Riau seperti juga Provinsi lainnya melaksanakan pembangunan secara bertahap sebagaimana yang telah diatur dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun daerah. Pelaksanaan pembangunan bertahap tersebut pada dasarnya dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan nasional yang merata dan berkelanjutan.

(31)

11

Sedangkan jumlah indeks pembangunan terendah yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Provinsi Riau tidak lepas dari kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Sementara itu, PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti belanja daerah, tenaga kerja dan indeks pembangunan manusia di masing-masing daerah. Banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel yang sama seperti penelitian Santi Nurmainah (2013) yang berjudul Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah,Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah)” Oleh sebab itu, penulis penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh Belanja Daerah, Tenaga Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2007-2014”.

B. Batasan Masalah

(32)

langsung, tenaga kerja yang meliputi penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha utama dan indeks pembangunan manusia. Sedangkan pertumbuhan ekonomi menggunakan data Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan harga konstan seri 2000.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh nilai belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014?

2. Bagaimana pengaruh nilai tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2007-2014?

3. Bagaimana pengaruh nilai indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2007-2014?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas dapat kita simpulkan beberapa tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan

(33)

13

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2007-2014

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengimplikasikan dan mensosialisasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi tentang besarnya belanja daerah, tenaga kerja dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Daerah

(34)

b. Bagi Masyarakat

(35)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun (Prasetyo, 2009). Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun–tahun sebelumnya. Dengan demikian pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu.

Suatu perekonomian dikatakan tumbuh jika terjadi kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga bisa didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2004).

(36)

pendekatan dan pengeluaran (Tambunan, 2003). Pendekatan produksi dan pendapatan adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat (Aggregate Supply)

sedangkan pendketan pengeluaran adalah pendekatan dari sisi permintaan agregat (Aggregate Demand).

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik (Adam Smith)

Adam Smith merupakan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan kebijaksanaan laissez-faire, dan merupakan ahli ekonomi yang banyak berfokus pada permasalahan pembangunan. Dalam bukunya An Inquiry into the Natural and Causes of the Wealth of Nation (1776) ia menemukan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang yang sistematis. Inti dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibagi menjadi dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.

a. Pertumbuhan Output

Sistem produksi nasional suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: (1) Sumber daya alam (faktor produksi tanah)

(2) Sumber daya manusia (jumlah penduduk) (3) Stok kapital yang tersedia.

(37)

17

pertumbuhan ekonomi akan berhenti. Sumber daya manusia atau jumlah penduduk dianggap mempunyai peranan yang pasif di dalam pertumbuhan output. Artinya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja di suatu masyarakat, berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi. Dengan demikian, faktor tenaga kerja bukan kendala di dalam proses produksi nasional. Faktor kapital merupakan faktor yang aktif dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu akumulasi kapital sangat berperanan dalam proses pertumbuhan ekonomi.

b. Pertumbuhan Penduduk

Mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, Adam Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, maka akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena adanya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi (Sukirno, 2010).

1) Pandangan David Ricardo

(38)

a) Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam masih melimpah sehingga para pengusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, maka laba yang tinggi tersebut akan diikuti dengan pembentukan modal yang tinggi pula. Pada tahap ini maka akan terjadi kenaikan produksi dan peningkatan permintaan tenaga kerja.

b) Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing-masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah. c) Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada

(39)

19

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik (Yoseph Schumpeter)

Ahli ekonomi Neo-Klasik yang terkenal, yaitu Yoseph Schumpeter, dalam bukunya The Theory of Economics Development menekankan tentang peranan pengusaha dalam pembangunan. Menurutnya pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus (discountinuos). Pembangunan ekonomi disebabkan oleh karena adanya perubahan-perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Sebagai kunci dari teori Schumpeter adalah bawa untuk perkembangan ekonomi, faktor yang terpenting adalah

entrepreneur, yaitu orang yang memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional.

Yoseph Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif golongan pengusaha yang inovatif, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasikan barang-barang yang diperlukan masyarakat secara keseluruhan. Merekalah yang menciptakan inovasi dan pembaharuan dalam perekonomian. Pembaharuan yang diciptakan para pengusaha itu dalam bentuk (Suryana, 2000) :

1) Memperkenalkan barang baru.

2) Menggunakan cara-cara baru dalam memproduksi barang. 3) Memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru.

4) Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru.

(40)

Menurut teori Schumpeter, semakin tinggi tingkat kemajuan perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat dan pada akhirnya akan terjadi keadaan yang tidak berkembang (stationary state). Namun, berbeda dengan pandangan Klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah dan kualitas penduduk, sumber daya modal dan teknologi, sistem sosial dan sikap masyarakat, sumber daya alam, luas pasar atau pangsa pasar.

(41)

21

2. Belanja Daerah

a. Teori Adolf Wanger (Hukum Wagner)

Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian akan menyebabkan hubungan antara industri dengan industri dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks. Sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif semakin besar. Berkaitan dengan hukum Wagner, ada beberapa penyebab semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah ada 5 hal yaitu perkembangan ekonomi, tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

3. Tenaga Kerja

a. Teori Pertumbuhan Solow-Swan

(42)

ini, pertumbuhan ekonomi jangka panjang ditentukan secara eksogen, atau dengan kata lain ditentukan di luar model. Model ini memprediksi bahwa pada akhirnya akan terjadi konvergensi dalam perekonomian menuju kondisi pertumbuhan

steady-state yang bergantung hanya pada perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam hal ini, kondisi steady-state menunjukkan equilibrium perekonomian jangka panjang (Mankiw, 2006).

Asumsi utama yang digunakan dalam model Solow adalah bahwa modal mengalami diminishing returns. Jika persediaan tenaga kerja dianggap tetap, dampak akumulasi modal terhadap penambahan output akan selalu lebih sedikit dari penambahan sebelumnya, mencerminkan produk marjinal modal (marginal product of capital) yang kian menurun. Jika diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja, maka diminishing return

pada modal mengindikasikan bahwa pada satu titik, penambahan jumlah modal (melalui tabungan dan investasi) hanya cukup untuk menutupi jumlah modal yang susut karena depresiasi. Pada titik ini perekonomian akan berhenti tumbuh, karena diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja (Mankiw, 2006).

(43)

23

teragumentasi pada faktor-faktor produksi seperti kapital dan labor, sebagaimana terlihat pada model di bawah ini:

Y = F (K, AL) …………...………...… (1) Y = F (AK, L) ………...………...… (2) Pada persamaan (1) terlihat bahwa teknologi melekat pada variabel labor, yang nantinya akan berdampak pada penerapan pola produksi yang di suatu negara yang lebih labor intensive. Persamaan (1) ini di sebut sebagai purely labor augmenting, sedangkan pada persamaan (2) terlihat bahwa teknologi melekat pada kapital, yang nantinya berdampak pada pola produksi yang cenderung lebih

capital intensive. Persamaaan (2) ini disebut sebagai purely capital augmenting. b. Teori Pertumbuhan David Ricardo

Proses pertumbuhan ekonomi masih memacu antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga mengungkapkan adanya keterbatasan faktor produksi tanah yang bersifat tetap sehingga akan menghambat proses pertumbuhan ekonomi (the law of demishing return). Proses pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo dalam Sukirno (2010) yaitu :

(44)

2) Pada tahapan kedua, karena jumlah tenaga kerja diperkerjakan bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah tersebut akan mendorong pertambahan penduduk. Karena luas tanah tetap, maka makin lama tanah yang digunakan mutunya akan semakin rendah. Akibatnya, setiap tambahan hasil yang diciptakan oleh masing-masing pekerja akan semakin berkurang. Dengan semakin terbatasnya jumlah tanah yang dibutuhkan, maka harga sewa lahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mengurangi keuntungan pengusaha yang menyebabkan pengusaha tersebut mengurangi pembentukan modal dan menurunkan permintaan tenaga kerja yang berakibat pada turunnya tingkat upah.

3) Tahap ketiga ditandai dengan menurunnya tingkat upah dan pada akhirnya akan berada pada tingkat minimal. Pada tingkat ini, perekonomian akan mencapai stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi lagi karena sewa tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

(45)

25

Product/Upah W

Y P3 P4

S P

W3 P1

W2 W1

X O N1 N2 N3 N4 N5 Tenaga Kerja

Sumber : Suryana, 2000

Gambar 2.1

Gerakan Ke arah Stasioner

Pada Gambar 2.1, tenaga kerja diukur sepanjang garis horizontal (X), dan jumlah produk dikurangi sewa sumbu vertikal (Y), kurva OP adalah fungsi produksi yang menunjukkan total produk dikurangi sewa sebagai fungsi dari penduduk. Karena penduduk meningkat, maka kurva OP mendatar sesuai dengan

Law of deminshing return. Garis lurus yang melalui titik pusat OW mengukur upah nyata konstan. Jarak vertikal antara garis horizontal OX dan garis singkat keseluruhan upah OW mengukur jumlah rekening upah pada tingkat penduduk. Jadi W1 N1, W2 N2, dan W3 N3 adalah jumlah rekening upah pada tingkat penduduk ON1, ON2, ON3. Pada waktu rekening upah adalah W1 N1, keuntungan adalah P1 W1 (yaitu jumlah keseluruhan produk dikurangi sewa dibagi jumlah rekening upah atau P1 N1 – WI N1). Pada waktu keuntungan P1

(46)

W1 investasi terangsang. Permintaan terhadap buruh meningkat menjadi ON2, dan tingkat upah naik menjadi W2 N2. Ini akan meningkatkan investasi dan kemajuan teknik lebih lanjut dan kenaikan permintaan akan buruh menjadi ON3. Tetapi keuntungan akan menurun menjadi P3 W3. Proses penumpukan modal, kemajuan teknik, peningkatan penduduk, dan tingkat upah ini akan berlangsung sampai keuntungan lenyap sama sekali pada titik S, dan timbul stasioner (Suryana, 2000).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 2010). Persamaanya adalah sebagai berikut:

Y = f (K, L, R, T) Keterangan:

Y : Tingkat pertumbuhan ekonomi

K : Jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan L : Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan R : Jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan T : Tingkat teknologi yang digunakan

4. Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM)

Upaya terkini untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial ekonomi secara komprehensif dalam negara berkembang maupun negara maju telah dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) dalam Human Development Report

(47)

27

Pembangunan Manusia (HDI atau Human Development Indeks). HDI mencoba untuk memeringkat semua Negara dari skala 0 (tingkat pembangunan manusia paling rendah) hingga 1 (tingkat pembangunan manusia yang tertinggi) berdasarkan tiga tujuan atau produk akhir.

Produk akhir pembangunan tersebut yaitu pertama, masa hidup (longevity) yang diukur dengan usia harapan hidup, kedua pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata tahun bersekolah (sepertiga). Ketiga adalah standar kehidupan (standart of living) yang diukur dengan pendapatan riil per kapita disesuaikan dengan paritas daya beli. Dengan menggunakan ketiga ukuran pembangunana tersebut, HDI memeringkat semua negara menjadi tiga kelompok yang terlihat dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Tabel Kelompok Tingkat Pembangunan Manusia Peringkat Skala

Rendah 0.0 sampai 0.499 Menengah 0.50 sampai 0.799

Tinggi 0.80 sampai 1.0 Sumber : Todaro, 2003

(48)

Indeks yang disusun UNDP memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman mengenai komponen-komponen penyusun pembangunan, berbagai negara yang berhasil dalam pembangunan (dicerminkan oleh peningkatan HDI sepanjang waktu) dan perbandingan kelompok dan kawasan di dalam suatu negara. Dengan mengkombinasikan data sosial dan ekonomi, HDI membuat banyak negara menerapkan ukuran yang lebih luas dalam kinerja pembangunannya, dan untuk memfokuskan kebijakan ekonomi dan sosialnya secara lebih langsung ke dalam berbagai bidang yang membutuhkan perbaikan (Todaro, 2003:73). Nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut:

IPMj = 1/3 Σ Indeks X(i,j)

j

Dimana:

Indeks X(i,j) = Indeks Komponen IPM ke-i untuk wilayah ke-j i = 1, 2, 3

j = 1, 2 ... k wilayah

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Belanja Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi

(49)

29

Pengeluaran Pemerintah khususnya belanja daerah adalah untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda pemerintahan sehari-hari meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang) dan jumlah pengeluaran lain. Anggaran belanja rutin memegang peran yang penting untuk menunjang kelancaran sistem pemerintahan dan upaya peningkatan efisiensi serta produktivitas, yang pada akan tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut diupayakan melalui penajaman alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan koordinasi pelaksaanan pembelian barang dan jasa kebutuhan departemen/lembaga negara non departemen, dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap (Dumairy, 2001).

(50)

Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap pendapatan nasional semakin besar, tetapi rasio investasi pemerintah terhadap pendapatan nasional akan semakin mengecil. Sementara itu Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi peralihan aktivitas pemerintah, dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

Pengeluaran-pengeluaran pemerintah untuk jaminan sosial, pembayaran bunga dan bantuan pemerintah lainnya akan menambah pendapatan dan daya beli. Secara keseluruhan pengeluaran pemerintah ini akan memperluas pasaran hasil-hasil perusahaan dari industri yang pada gilirannya akan memperbesar pendapatan. Dengan bertambahnya pendapatan yang diperoleh pemerintah, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Suparmoko, 1996). Peningkatan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan semakin meningkatkan pendapatan daerah, karena peningkatan aggregat demand akan mendorong kenaikan investasi dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan produksi.

2. Hubungan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

(51)

31

penduduk tergantung pada kemampuan system perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Lewis (1954) dalam Todaro (2004) angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Keadaan demikian, penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. 3. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

(52)

Tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dan konsekuensinya adalah peningkatan produktivitas dan kreativitas masyarakat. Dengan meningkatnya produktivitas dan kreativitas tersebut, penduduk dapat menyerap dan mengelola sumberdaya yang penting bagi pertumbuhan ekonomi (Brata, 2004).

Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia atau dalam ilmu ekonomi lazim disebut mutu modal manusia (Ranis, 2004). Peningkatan kualitas modal manusia dapat tercapai apabila memperhatikan 2 faktor penentu yang seringkali disebutkan dalam beberapa literatur, yaitu pendidikan dan kesehatan.

C. Penelitian Terdahulu

(53)

33

TABEL 2.2

Peneliti Judul Model

(54)

Peneliti Judul Model

(55)

35

Penulis Judul Model

(56)

D. Kerangka Berfikir

Berdasaran latar belakang penelitian, tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu bahwa penulis memiliki skema hubungan antara variabel sebagai berikut :

(+)

(+)

(+)

GAMBAR 2.3

Skema Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Variabel yang Mempengaruhinya

E. Hipotesis

i. Diduga Belanja Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

ii. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

iii. Diduga Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

BELANJA DAERAH (X1)

TENAGA KERJA (X2)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (X3)

PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)

(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi yang terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode tahun 2007 hingga 2014.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah polling data, yaitu yang terdiri dari runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 8 tahun dan data data silang (Cross Section) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Provinsi Riau yaitu dengan Kabupaten Kuansing, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pertumbuhan Ekonomi

(58)

ekonomi adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan seri 2000 di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2007-2014.

2. Belanja Daerah

Data belanja daerah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2007-2014.

3. Tenaga Kerja

Data tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha utama di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2007-2014.

4. Indeks Pembangunan Manusia

Data indeks pembangunan manusia yang digunakan berupa nilai persentase di 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2007-2014.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan data panel dengan cara menguji secara statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan program EViews 9. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan untuk meneliti pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

(59)

39

memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar individu dalam variabel yang bisa saja berbeda-beda.

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data panel adalah sebagai berikut (Gujarati, 2004) :

1. Data panel mampu mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh

degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik.

2. Data panel mampu mengurangi kolinieritas variabel.

3. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. 4. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section

dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilangan variabel (ommited varible).

5. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni maupuncross section murni.

(60)

E. Model Penelitian

Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian dan estimasi empiris. Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang (cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan demikian, jumlah data observasi dalam data panel merupakan hasil kali data observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Yit= β0+ β1 X1it+ β2 X2it+ β3 X3it + eit

Keterangan:

Yit = Variabel dependen, yaitu PDRB

β0, β1, β2, β3 = Koefisien

X1 = Variabel belanja daerah X2 = Variabel tenaga kerja

X3 = Variabel indeks pembangunan ekonomi

i = Kabupaten/Kota

t = Tahun

(61)

41

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda adalah adanya hubungan linier antara perubah bebas X dalam model regresi ganda. Jika hubungan linier antara peubah bebas X dalam model regresi ganda adalah korelasi sempurna maka peubah-peubah tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicollinearity).

Adapun beberapa cara mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu : 1) R2 cukup tinggi (0,7-0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing

koefisien regresinya tidak signifikan.

(62)

3) Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel independen yang lain, kemudian menghitung R2 dengan uji F: Jika F hitung > F tabel berarti Ho di tolak, ada multikolinearitas Jika F hitung < F tabel berarti Ho di terima, tidak ada multikolinearitas.

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien hasil output dari komputer. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikoliearitas.

Untuk mengatasi masalah multikolinearitas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam ini model fixed effect yang ditransformasikan kedalam model GLS, model ini sudah diantisipasi dari terjadinya multikolinearitas.

2. Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain :

a. Metode Common Effect

(63)

43

pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi dalam model Common Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + Xit β + ∑it

Dimana :

i = Cross section (Kabupaten Kuansing, Indragiri Hulu, Indragiri

Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai)

t = Periode waktu (2007-2014)

b. Metode Fixed Effect

Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel, model ini menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu dengan objek yang lainnya. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable

(LSDV).

c. Metode Random Effect Model

(64)

component model). Dengan menggunakan Random Effect, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan jadi semakin efisien. Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun acak ditentukan dengan menggunakan uji hausman.

d. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Untuk memilih model estimasi yang dianggap paling tepat diantara ketiga jenis model, maka perlu dilakukan serangkaian uji, diantaranya adalah :

1) Uji Chow

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effect

atau Random Effect yang paling tepat digunakan mengestimasi data panel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka hipotesis nul diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Common Effect.

2) Uji Hausman

(65)

45

(66)

46

Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi perekonomian, kondisi belanja daerah, kondisi ketenagakerjaan dan kondisi investasi.

A. Kondisi Geografis Provinsi Riau

Berikut ini merupakan peta Provinsi Riau yang terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota :

GAMBAR 4.1

(67)

47

Berdasarkan data dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Riau, Provinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.915.016 Hektar. Keberadaannya mem-bentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01°05'00’’ Lintang Selatan sampai 02°25'00’’ Lintang Utara atau antara 100°00'00’’ Bujur Timur sampai 105°05'00’’ Bujur Timur.

Di daerah daratan terdapat 15 sungai, di antaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8-12 meter, Sungai Rokan (400 km) dengan kedalaman 6-8 meter, Sungai Kampar (400 km) dengan kedalaman lebih kurang 6 meter dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6-8 meter. Ke empat sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Batas-batas daerah Riau adalah:

- Sebelah Utara:

Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara - Sebelah Selatan:

Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat - Sebelah Timur:

Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka - Sebelah Barat:

(68)

Pada Tahun 2013 penduduk Provinsi Riau mengalami peningkatan sebesar 3,79 persen dari tahun 2012 sebesar 5.929.173 jiwa menjadi 6.146.664 jiwa Tahun 2013. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.159.524 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.987.139 jiwa atau dengan kata lain rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 105,77. Kondisi ini melampaui jumlah proyeksi penduduk Provinsi Riau yang diperkirakan berjumlah 5.764.700 jiwa (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional).

Pertumbuhan penduduk Provinsi Riau yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat migrasi penduduk dari luar Provinsi Riau, sementara penduduk yang keluar dari Provinsi Riau relatif sedikit. Jika diimbangi dengan kemampuan serta kemampaun untuk membuka lapangan usaha baru, migrasi penduduk ke Provinsi Riau akan menjadi potensi yang positif bagi perkembangan daerah, namun pada umumnya migrasi penduduk ke Provinsi Riau datang dengan bekal keterampilan yang kurang memadai sehingga tidak jarang menimbulkan persoalan-persoalan sosial yang kurang menguntungkan bagi pelaksanaan proses pembangunan.

Besaran jumlah penduduk sebanyak 6.146.664 jiwa dan luas wilayah Provinsi Riau sebesar 8.915.016 ha atau seluas 89.150,16 Km2, maka

(69)

49

B. Profil Kabupaten/Kota Provinsi Riau 1. Kota Pekanbaru

Luas wilayah Kota Riau meliputi 632,26 km² dan letak kota pun strategis, berada di simpul segi tiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura, dan di jalur lalu lintas angkutan lintas timur Sumatera.

Pekanbaru diproyeksikan menjadi kota jasa. Sehingga konsekuensinya kota harus membenahi diri dengan meningkatkan fasilitas penunjang perkotaan. Saat ini Pekanbaru sudah memiliki fasilitas penunjang yang lumayan memadai. Selain perusahaan jasa seperti perbankan, asuransi, perusahaan perdagangan valuta asing, serta jasa industri lainnya, banyak pula perusahaan besar membuka kantor pusat dan kantor cabang di sini.

Sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Pakanbaru adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 26 persen dari PDRB. Sektor yang juga berkontribusi besar lainnya adalah sektor keuangan, sewa, dan jasa sebesar 20 persen.Sektor angkutan dan komunikasi sebesar 18 persen. Berikut kecamatan di Kabupaten Bengkalis: Tampan, Bukit Raya, Lima Puluh, Sail, Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan dan Rumbai.

2. Kabupaten Bengkalis

(70)

100º52´-102°10´ Bujur Timur, Wilayah Kabupaten Bengkalis terdiri dari pulai dan daratan serta memiliki kawasan pesisir dan laut dengan garis pantai sepanjang 446 Km.

Kabupaten Bengkalis memiliki letak yang sangat strategis, berada di tepi alur pelayaran internasional, yang paling sibuk di dunia, yakni Selat Malaka serta berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-GT). Berikut kecamatan di Kabupaten Bengkalis: Bantan, Bengkalis, Bukitbatu, Mandau, Rupat, Rupat Utara, Pinggir dan Siak Kecil.

3. Kabupaten Indragiri Hulu

Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) resmi menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948.

Luas wilayah Indragiri Hulu meliputi 8.198.26 km² (819.826,0 Ha) yang terdiri dari daratan rendah, daratan tinggi rawa-rawa dengan ketinggian 50-100m di atas permukaan laut. Kabupaten Indragiri Hulu terletak di 0°15’ Lintang Utara, 1°5’ Lintang Selatan, 101°10’ Bujur

Timur, dan 102°48’ Bujur Timur.

(71)

51

Seberida, Kecamatan Batang Gansal, Kecamatan Batang Cenaku, Kecamatan Kuala Cenaku, Kecamatan Batang Peranap, Kecamatan Rakit Kulim, Kecamatan Lubuk Batu Jaya dan Kecamatan Sungai Lala.

4. Kabupaten Indragiri Hilir

Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) resmi menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-undang No. 6 Tahun 1965 tanggal 14 Juni 1965 (LN RI No. 49).

Indragiri Hilir terletak di pantai Timur pulau Sumatera, merupakan gerbang selatan Provinsi Riau, dengan luas daratan 11.605,97 km² dan peraiaran 7.207 Km² berpenduduk kurang lebih 683.354 jiwa yang terdiri dari berbagai etnis, Indragiri Hilir yang sebelumnya dijuluki ”Negeri Seribu Parit” yang sekarang terkenal dengan julukan “NEGERI SERIBU

JEMBATAN” dikelilingi perairan berupa sungai-sungai besar dan kecil, parit, rawa-rawa dan laut, secara fisiografis Kabupaten Indragiri Hilir beriklim tropis merupakan sebuah daerah dataran rendah yang terletak diketinggian 0-4 meter di atas permukaan laut dan dipengaruhi oleh pasang surut.

(72)

5. Kabupaten Kampar

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah Nomor: 10/GM/STE/49 Tanggal 9 November 1949, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Riau terdiri dari Kewedanaan Palalawan, Pasir Pangarayan, Bangkinang dan Pekanbaru Luar Kota dengan Ibu Kota Pekanbaru. Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1956 Ibu Kota Kabupaten Kampar dipindahkan ke Bangkinang dan baru terlaksana tanggal 6 Juni 1967.

Semenjak terbentuk Kabupaten Kampar pada tahun 1949 sampai tahun 2006 sudah 21 kali masa jabatan bupati kepala daerah. Sampai jabatan bupati yang keenam (H. Soebrantas S) Ibu Kota Kabupaten Kampar dipindahkan ke Bangkinang berdasarkan UU No. 12 tahun 1956.

Berikut daftar kecamatan di Kabupaten Kampar: Bangkinang, Bangkinang Barat, Bangkinang Seberang, Gunung Sahilan, Kampar, Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Hulu, Kampar Timur, Kampar Utara, Perhentian Raja, Rumbio Jaya, Salo, Siak Hulu, Tambang, Tapung, Tapung Hilir, Tapung Hulu, Kota Kampar, Kampar Kiri Tengah dan Koto Kampar Hulu.

6. Kota Dumai

(73)

53

Pada era tahun 1930-an, Dumai merupakan suatu dusun nelayan kecil yang terdiri atas beberapa rumah nelayan.Penduduknya bertambah ketika Jepang mendatangkan kaum romusha (pekerja paksa zaman penjajahan Jepang) dari Jawa. Berikut daftar kecamatan di Kota Dumai: Dumai Kota, Dumai Selatan, Sungai Sembilan, Medang Kampai, Bukitkapur, Dumai Timur dan Dumai Barat.

7. Kabupaten Kuantan Singingi

Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur tengah lintas sumatera dan berada dibagian selatan Provinsi Riau, yang mempunyai peranan yang cukup strategis sebagai simpul perdagangan untuk menghubungkan daerah produksi dan pelabuhan, terutama pelabuhan Kualaenok.

Dengan demikian Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai peluang untuk mengembangkan sektor-sektor pertanian secara umum, perdagangan barang dan jasa, transportasi dan perbankan serta pariwisata.

(74)

Inuman, Kuantan Hilir, Kuantan Mudik, Kuantan Tengah, Logas Tanah Darat, Pangean, Singingi dan Singingi Hilir.

8. Kabupaten Pelalawan

Kabupaten Pelalawan dibentuk berdasarkan UU. No. 53 Tahun 1999, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kampar, dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 12 Oktober 1999. Sementara peresmian operasionalnya dilakukan oleh Bapak Gubernur Riau pada tanggal 5 Desember 1999, dengan Pangkalankerinci sebagai Ibu Kota Kabupaten Pelalawan.

Pembentukan Kabupaten Pelalawan atas dasar kesepakatan dan kebulatan tekad bersama yang dilakukan melalui musyawarah besar masyarakat Kampar Hilir pada tanggal 11 s/d 13 April 1999 di Pangkalankerinci.

(75)

55

9. Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kampar, yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan kepada UU Nomor 53 tahun 1999 dan UU No 11 tahun 2003 tentang perubahan UU RI No 53 tahun 1999, yang diperkuat dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004.

Kabupaten yang diberi julukan sebagai ”Negeri Seribu Suluk” ini mempunyai penduduk sebanyak 515.724 jiwa dengan luas wilayah 7.449,85 km2, dimana 85% terdiri dari dataran dan 15% rawa-rawa dan perairan. Berikut daftar kecamatan di Kabupaten Rohul: Bangun Purba, Bonai Darussalam, Kabun, Kepenuhan, Kepenuhan Hulu, Kunto Darussalam, Pagaran Tapah Darussalam, Pendalian Koto, Rambah, Rambah Hilir, Rambah Samo, Rokan Koto, Tambusai, Tambusai Utara, Tandun dan Ujung Batu.

10. Kabupaten Rokan Hilir

Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dibentuk dari tiga kenegerian, yaitu negeri Kubu, Bangko dan Tanahputih. Negeri-negeri tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Kerajaan Siak. Distrik pertama didirikan Belanda di Tanahputih pada saat menduduki daerah ini pada tahun 1980.

(76)

Kontroleur-nya ke Kota Bagansiapiapi pada tahun 1901. Bagansiapiapi semakin berkembang setelah Belanda membangun pelabuhan modern dan terlengkap dikota Bagansiapiapi guna mengimbangi pelabuhan lainya di Selat Malaka hingga Perang Dunia Pertama usai.Setelah kemerdekaan Indonesia, Rokan Hilir digabungkan kedalam Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

Bekas wilayah Kewedanaan Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanahputih, Kubu dan Bangko serta kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah kemudian pada tanggal 4 Oktober 1999 ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai Kabupaten Baru di Provinsi Riau sesuain dengan Undang-undang Nomor 53 tahun 1999. Selanjutnya dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2008 ditetapkan Bagansiapiapi sebagai Ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Berikut daftar kecamatan di Kabupaten Rohil: Bangko, Sinaboi, Rimbamelintang, Bangkopusako, Tanahputih Tanjungmelawan, Tanahputih, Bagansinembah, Pujud, Simpang Kanan, Pasirlimau Kapas, Batuhampar, Rantaukopar dan Pekaitan.

11. Kabupaten Siak

(77)

57

Lahan semacam ini subur untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara antara 25° - 32° Celsius, dengan kelembaban dan curah hujan cukup tinggi.

Sungai Siak sendiri terkenal sebagai sungai terdalam di tanah air, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama sebagai sarana transportasi dan perhubungan. Namun potensi banjir diperkirakan juga terdapat pada daerah sepanjang Sungai Siak, karena morfologinya relatif datar. Berikut daftar kecamatan di Kabupaten Siak: Siak, Sungai Apit, Pusako, Bungaraya, Dayun, Sungai Mandau, Sabak Auh, Mempura, Kotogasib, Tualang, Kerinci Kanan, Minas dan Kandis.

12. Kabupaten Kepulauan Meranti

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) atas nama Presiden Susilo Bambang Yudoyono secara resmi melantik enam bupati dan satu wali kota daerah pemekaran pada tahun 2009 di Jakarta. Salah satu yang menjabat bupati daerah pemekaran baru tersebut adalah Drs Syamsuar untuk Plt Bupati Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

(78)

Rangsang, Rangsang Barat, Merbau, Pulau Merbau, Tebingtinggi Timur dan Putri Puyu.

C. Kondisi Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambil keputusan.

(79)

59

Provinsi Riau tahun 2007 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kabupaten Bengkalis menghasilkan nilai PDRB terbesar setiap tahunnya dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Sementara nilai PDRB terkecil ada di Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2014 hal ini disebabkan karena Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang dibentuk pada tanggal 19 Desember 2008, dasar hukum berdirinya kabupaten Kepulauan Meranti adalah Undang-undang nomor 12 tahun 2009 pada tanggal 16 Januari. Berikut ini merupakan tabel PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Riau dalam Milyar Rupiah:

Tabel 4.1

PDRB Provinsi Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota 2007-2014 (Milyar Rupiah)

No Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 data diolah

(80)

urutan kedua setelah Kabupaten Indragiri Hilir dan ternyata malah memiliki nilai PDRB yang paling tinggi, hal ini disebabkan di Kabupaten Bengkalis kaya akan sumber daya alam sepertisektor pertambangan dan pertanian. Dalam sektor pertambangan, minyak mentah menjadi penyumbang utama dari PDRB tetapi peningkatan dan penurunan pendapatan tergantung pada hasil produksi minyak mentah pada setiap tahunnya. Disusul dari sektor pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang menjadi penyumbang kedua dari sektor pertambangan yaitu minyak mentah.

D. Kondisi Belanja Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan penyusunan APBD berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang merupakan kesepakan bersama antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.

(81)

61

Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang dilaksanakan secara terukur dengan capaian prestasi kerja yang telah ditetapkan.

Tabel 4.2

Realisasi Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Menurut Jenis Pengeluaran 2007-2014 (Juta rupiah)

No Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 data diolah

(82)

produksi tertentu agar harga jual yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat, serta belanja hibah dianggarkan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang yang bersifat spesifik dan telah ditetapkan peruntukkannya.

E. Kondisi Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk Provinsi Riau menurut hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) adalah 5.538.367 jiwa, terdiri dari 2.853.168 laki-laki dan 2.685.199 perempuan. Sementara banyaknya rumah tangga yang terdapat di Provinsi Riau pada tahun 2014 tercatat 1.485.232 rumah tangga dengan rata-rata penduduk 4 jiwa per rumah tangga.

Sensus Penduduk (SP) dilaksanakan 10 tahun sekali. Dan berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 sampai 2020, proyeksi penduduk Riau tahun 2014 berjumlah 6.188.442 jiwa. Distribusi penduduk 2014 menurut Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa penduduk Riau terkonsentrasi di Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dengan jumlah penduduk 1.011.467 jiwa atau sekitar 16,34 persen dari seluruh penduduk Riau. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 179.894 jiwa.

Gambar

TABEL 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut
Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 134 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Berdasarkan latar belakang yang diatas maka penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana kesiapan Lingkungan secara fisik dan

Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik bidan dalam pemberian magnesium sulfat (MgSO4) pra rujukan pada preeklampsiadi Kabupaten Pekalongan dengan arah

Indomaret memberikan kemudahan dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, Indomaret juga menyediakan fasilitas- fasilitas antara lain, penyejuk ruangan (AC), ruangan luas

Ada beberapa pandangan mengenai keyakinan orang tua bahwa anak pada dasarnya jahat. Beberapa tindakan kekerasan dilakukan oleh orang tua dengan keyakinan bahwa anak tidak

Saxony-Anhalt Eight subjects are required to be considered equivalent to the Saxony-Anhalt Secondary Level Qualification (Realschulabschluss): First Language, Second

Dalam tahapan ini, didapatkan permasalahannya adalah menurunnya produktivitas kedelai edamame dan terbatasnya jumlah tenaga pakar yang tersedia untuk membantu

Jika nilai tegangan referensi dan modulasi serat optik sama besarnya, maka dapat dipastikan intensitas cahaya kedua serat optik tersebut dipantulkan dengan sempurna.. Kasus ini