PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GI DAN STAD
PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS DI KELAS VIII SMP SWASTA SINAR HUSNI MEDAN T.A 2016/2017
Oleh: Gunawan NIM. 4123111026
Program StudiPendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GI DAN
STAD PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS DI KELAS VIII SMP SWASTA SINAR HUSNI MEDAN
T.A 2016/2017 Gunawan (4123111026)
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Matematis Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran GI dan STAD pada Materi Teorema Phytagoras di Kelas VIII SMP Swasta Sinar Husni Medan T.A. 2016-2017”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.
5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.
v
7. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan. 8. Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan
Bapak Dr. Syafari, M.Pd, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.
10. Bapak Drs. H. Juliardi, sebagai Kepala Madrasah yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Swasta Sinar Husni Medan. 11. Ibu Wardiana Khairat, S.Pd sebagai guru bidang studi matematika di SMP
Swasta Sinar Husni Medan dan peserta didik kelas VIII atas kerjasama dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.
12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Subari dan Ibunda Siti Aisyah Saragih untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan terima kasih untuk perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.
13. Kepada Abang-abang, kakak-kakak dan adikku tersayang Heri Susanto, ST, Heny Hariyani, Amd, Yuliana, Amk, Yohan, M.Si, Andi Wijaya, SH dan Indriani untuk dukungan, semangat, dan perhatian yang diberikan.
14. Kepada keluarga besar saya yang telah memberikan doa, semangat, serta dukungan.
15. Kepada kakak-kakak dan abang-abang, Ahmad Rifa’i, Sobhan, S.Si dan Khairil Muarief Hsb, S.Pd yang telah memberikan semangat yang luarbiasa dan dukungan yang tiap detiknya dalam pengerjaan skripsi ini.
16. Teman seperjuangan Matematika terkhusus Philips Siagian, S.Pd, Wiarno Suyadi Silaban, Timbul Panjaitan untuk support dan canda tawa yang telah dilewati bersama.
vi
18. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita dan membekaskan kenangan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Medan, April 2017 Penulis,
Gunawan
vii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
1.7. Definisi Operasional 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Belajar dan pembelajaran Matematika 10
2.1.2. Komunikasi 11
2.1.2.1 Komunikasi Matematis 12
2.1.2.2 Kemampuan Komunikasi Matematis 15 2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi
Matematis 17
viii
2.1.3.2. Model Pembelajaran Tipe STAD 27
2.2. Kajian Materi Teorema Phytagoras 32
2.2.1. Menemukan Teorema Phytagoras 32
2.2.2. Menggunakan Teorema Phytagoras 34
2.3. Penelitian yang Relevan 39
2.4. Penerapan Model GI dan STAD dalam Materi Teorema Phytagoras 40 2.4.1 Penerapan Model GI dalam Materi Teorema Phytagoras 40 2.4.2 Penerapan Model STAD dalam Materi Teorema Phytagoras 41
2.5. Kerangka Konseptual 43
2.6. Hipotesis 44
BAB III. METODE PENELITIAN 45
3.1. Lokasi Penelitian 45
3.2. Populasi dan Sampel 45
3.2.1. Populasi 45
3.2.2. Sampel 45
3.3. Jenis dan Desain Penelitian 45
3.3.1. Jenis Penelitian 45
3.3.2. Desain Penelitian 46
3.4. Variabel Penelitian 46
3.5. Prosedur Penelitian 47
3.5.1. Tahap Persiapan Penelitian 47
3.5.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian 47
3.6 Alat Pengumpul Data 49
3.6.1. Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 49
3.6.1.1 Tes Kemampuan Awal 49
3.6.1.2 Postes 49
3.7. Teknik Analisis Data 49
3.7.1. Uji Normalitas 50
3.7.2. Uji Homogenitas 51
ix
BAB IV PEMBAHASAN 54
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 54
4.2. Data Kemampuan Komunikasi 54
4.2.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Pretes Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 58 4.2.2. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Postes
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 59
4.3. Analisis Data Hasil Penelitian 660
4.3.1. Uji Normalitas 60
4.3.2. Uji Homogenitas 61
4.3.3. Uji Hipotesis 62
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64
5.1. Kesimpulan 64
5.2. Saran 64
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis 20
Tabel 2.2 Rubrik Penskoran Komunikasi Matematika Siswa 21
Tabel 2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 25
Tabel 2.4 Perhitungan Skor Perkembangan 30
Tabel 2.5. Perhitungan Skor Perkembangan 31
Tabel 2.6 Tingkat Penghargaan Kelompok 31
Tabel 3.1 Desain Penelitian 48
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi 46
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Tes Kemampuan Awal dengan
Pembelajaran Model GI (Kelas Eksperimen I) 55
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Postes dengan Pembelajaran Model
GI (Kelas Eksperimen I) 55
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Tes Kemampuan Awal dengan
Pembelajaran Model STAD (Kelas Eksperimen II) 57
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Postes dengan Pembelajaran Model
STAD (Kelas Eksperimen II) 57
Tabel 4.6 Hasil Analisis Normalitas Data Penelitian 61
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
29
Gambar 2.2 Model Menemukan Teorema Pythagoras
33
Gambar 2.3 Segitiga Siku-Siku
35
Gambar 2.4 Perhitungan Jarak Antara Dua Titik
36
Gambar 2.5 Segitiga Siku-Siku dengan Sudut Lancip 30
odan 60
o36
Gambar 2.6 Segitiga Siku-siku dengan Sudut Lancip 45
o37
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
48
Gambar 4.1 Diagram Skor Tes Kemampuan Awal dengan Pembelajaran
Model GI
56
Gambar 4.2 Diagram Skor Postes dengan Pembelajaran Model GI
56
Gambar 4.3 Diagram Skor Tes Kemampuan Awal dengan Pembelajaran
Model STAD
57
Gambar 4.4 Diagram Skor Postes dengan Pembelajaran Model STAD
58
Gambar 4.5 Diagram Data Kemampuan Rata-rata Siswa dalam Setiap
Aspek Komunikasi Matematis pada Pretes
59
Gambar 4.5 Diagram Data Kemampuan Rata-rata Siswa dalam Setiap
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen I
67
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen I
71
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen II
85
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen II
90
Lampiran 5. Lembar Aktifitas Siswa I Kelas Eksperimen I
106
Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa I Kelas Eksperimen II
109
Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa I
112
Lampiran 8. Lembar Aktifitas Siswa II Kelas Eksperimen I
114
Lampiran 9. Lembar Aktifitas Siswa II Kelas Eksperimen II
117
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa II
120
Lampiran 11. Lembar Aktifitas Siswa III Kelas Eksperimen I
122
Lampiran 12. Lembar Aktifitas Siswa III Kelas Eksperimen II
125
Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa III
128
Lampiran 14. Lembar Aktifitas Siswa IV Kelas Eksperimen I
130
Lampiran 15. Lembar Aktifitas Siswa IV Kelas Eksperimen II
133
Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa IV
136
Lampiran 17. Kisi-Kisi Test Komunikasi Awal
138
Lampiran 18. Kisi-Kisi Test Komunikasi Akhir
139
Lampiran 19. Lembar Validitas Test Komunikasi Awal
140
Lampiran 20. Lembar Validitas Test Komunikasi Akhir
143
Lampiran 21. Test Komunikasi Awal
146
xiii
Lampiran 23. Test Komunikasi Akhir
149
Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Test Komunikasi Akhir
157
Lampiran 25. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis-Pretes
154
Lampiran 26. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis-Postes
156
Lampiran 27. Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen I
158
Lampiran 28. Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi Data Nilai Pretes dan
Postes Kelas Eksperimen I
159
Lampiran 29. Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen II
161
Lampiran 30. Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi Data Nilai Pretes dan
Postes Kelas Eksperimen II
162
Lampiran 31. Uji Normalitas Data Pretes dan Postes pada Kelas
Eksperimen I
164
Lampiran 32. Uji Normalitas Data Pretes dan Postes pada Kelas
Eksperimen II
167
Lampiran 33. Perhitungan Rata-rata Selisih Nilai Pretes dan Postes pada
Kelas Eksperimen I
170
Lampiran 34. Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi Perubahan Nilai Pretes
dan Postes Kelas Eksperimen I
171
Lampiran 35. Perhitungan Rata-rata Selisih Nilai Pretes dan Postes pada
Kelas Eksperimen II
172
Lampiran 36. Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi Perubahan Nilai Pretes
dan Postes Kelas Eksperimen I
173
Lampiran 37. Uji Homogenitas
174
xiv
Lampiran 39. Tabel Distribusi t
179
Lampiran 40. Tabel Distribusi F
181
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Matematika tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika dapat melatih seseorang berfikir secara logis, kreatif dan terampil. Erman dkk (dalam Dwirachmayani, 2014:14) menyatakan bahwa matematika juga berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan artinya selain tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, matematika juga melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.
Mata pelajaran matematika sering dipandang oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik sehingga pada akhirnya berakibat terhadap sikap siswa yang kurang aktif dan tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Padahal mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena mata pelajaran ini di samping menjadi salah satu mata pelajaran ujian akhir nasional juga mencakup komponen kemampuan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri
National Council of Teacher of Mathematics, Irjayanti Putri (dalam
Dwirachmayani, 2014:14) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga kelas XII memerlukan standar pembelajaran yang berfungsi untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berfikir, kemampuan penalaran matematis, memiliki pengetahuan serta keterampilan dasar yang bermanfaat.
2
proses adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk
mencapai standar isi. Standar proses meliputi: pemecahan masalah (problem
solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), penelusuran pola atau hubungan (connections), dan representasi (representatiation).
Salah satu dari standar proses pembelajaran adalah komunikasi (communication). Komunikasi dalam hal ini adalah tidak sekedar komunikasi secara lisan atau verbal tetapi juga komunikasi secara tertulis. Siswa dan guru dalam pembelajaran matematika seharusnya senantiasa berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi matematik merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dikembangkan pada setiap topik matematika. Menurut Guerreiro (dalam izzati dan suryadi, 2010:2) bahwa komunikasi matematik merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Komunikasi memungkinkan berfikir matematis dapat diamati dan karena itu komunikasi memfasilitasi pengembangan berfikir.
Selain itu (MES, 2009), komunikasi matematik merupakan salah satu komponen proses pemecahan masalah matematis. Komunikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa matematik untuk mengekspresikan gagasan matematik dan argument dengan tepat, singkat dan logis. Komunikasi membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka terhadap matematika dan mempertajam berfikir matematis mereka.
Salah satu isu penting yang menjadi fokus perhatian berbagai organisasi tersebut adalah pengembangan aspek komunikasi dalam pembelajaran matematika.
Terkait dengan komunikasi matematik, dalam Principles and Standards for School
Mathematics (NCTM, 2000) disebutkan bahwa standar kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut.
1. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika dan
mengkomunikasikan kepada siswa lain
2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa
lain,guru, dan lainnya.
3
memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika.
Komunikasi matematik juga merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi lulusan siswa sekolah dari pendidikan dasar sampai menengah sebagaimana tertuang dalam Permen 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan dalam bidang matematika yang secara lengkap disajikan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Baroody (dalam Ansari, 2009:4) menyebutkan :
Sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam matematika perlu dikembangkan di kalangan siswa. Pertama mathematics as language artinya matematika bukan hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan tetapi matematika juga merupakan alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas dan tepat. Kedua mathematics learning as social activity artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga merupakan wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antar guru dan siswa.
4
Kesalahan komunikasi atau miss communication akan menyebabkan tidak
tercapainya tujuan dari pembelajaran. Siswa juga akan mengalami kesulitan memahami konsep dari materi yang diajarkan.
Ansari (2009:5) yang menyatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematika belum sepenuhnya dikembangkan secara tegas, padahal sebagaimana diungkapkan oleh para matematikawan bahwa komunikasi matematika merupakan salah satu kompetensi yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kompetensi lainnya, seperti bernalar dan pemecahan masalah. Suatu cara untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematika di kalangan siswa pada semua tingkat sekolah adalah dengan representasi yang relevan. Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau idea atau translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam symbol atau kata-kata.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Swasta Sinar Husni Medan pada tanggal 30 Maret 2016, peneliti mendapatkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa belum berkembang dengan baik. Jika dipandang dari segi minat belajar, siswa masih menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga minat belajar siswa sangat kurang dalam belajar matematika. Kurangnya minat belajar matematika siswa berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa di sekolah. Dari hasil temuan-temuan ini, betapa bermasalahnya kemampuan komunikasi matematis siswa, hal ini menjadi sebuah permasalahan serius yang harus segera ditangani. Sehingga kemampuan siswa terhadap kompetensi dasar yang diinginkan dapat tercapai pada saat ini.
Proses komunikasi yang kurang akan menyebabkan siswa tidak mampu berkomunikasi secara matematika, sehingga siswa tidak mampu mengungkapkan ide-ide yang ada pada mereka. menurut Arenawa (2011):
5
Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan siswa secara aktif akan menyebabakan siswa tidak dapat menggunakan komunikasi matematikanya. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas intelektual serta kehidupan yang lebih baik adalah dengan pembelajaran matematika yang bermakna, siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi juga belajar memahami permasalahan yang ada. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation learning) agar dapat mengkonstuksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi.
Berdasarkan hal di atas, menurut penulis salah satu solusi untuk mengatasi masalah dia atas adalah melalui pembelajaran yang kooperatif. Mengapa pembelajaran kooperatif? Karena menurut Sanjaya (dalam Sapitri & Hartono, 2015 : 3) pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Metode pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang demokratis dan terbuka.
Model Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam mengidentifikasi topik, maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi di dalam kelompok. Model Group Investigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran .Ibrahim, dkk
(2000:23) menyatakan dalam model Group Investigation guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 siswa dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu.
Pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk menyusun dan mengorganisir suatu data yang diberikan guru. Sehingga siswa dituntut untuk menggunakan ide dan pemahaman yang telah dimiliki untuk menemukan sesuatu yang baru, sehingga pemahaman konsep matematis siswa dapat meningkat.
6
konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran,kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Penelitian oleh Nova Fahradina, dkk (2014), dengan judul Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok, hasilnya ditemukan bahwa peningkatan kemampuan matematis dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional baik secara keseluruhan maupun berdasarkan level siswa.
Penelitian oleh Tria Muharom (2014), dengan judul Pengaruh Pembelajaran
dengan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Peserta Didik di SMK Negeri Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik peserta didik yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran langsung.
Penelitian oleh Sapitri & Hartono (2015), dengan judul Keefektifan Cooperative Learning STAD dan GI Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis, menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI merupakan alternatif metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Bertitik tolak dengan hal di atas penulis melakukan penelitian mengenai
”Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran GI dan STAD Pada Materi Teorema Phytagoras di
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Matematika dipandang sebagai pelajaran yang kurang menarik
2. Belum dikembangkan sepenuhnya kemampuan komunikasi siswa
3. Hasil belajar siswa masih rendah
4. Model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru
5. Penerapan model pembelajaran kooperatif masih jarang diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran
1.3Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang berasal dari identifikasi masalah agar masalah tidak meluas, maka peneliti merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisa hasil penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan terarah. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Group Investigation dan
Student-Teams-Achievements-Divisions pada materi Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP
Swasta Sinar Husni Medan T.A. 2016/2017”.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang diajar dengan model pembelajaran GI dan STAD pada materi
Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP Swasta Sinar Husni Medan
T.A. 2016/2017?
2. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan
GI lebih baik daripada yang diajar dengan STAD?
3. Apakah perbedaan model pembelajaran GI dan STAD ditinjau dari
8
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Group
Investigation dan Student-Teams-Achievements-Divisions pada materi
Teorema Phytagoras di kelas VIII SMP Swasta Sinar Husni Medan
T.A. 2016/2017
2. Untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih baik antara GI dan
STAD untuk menigkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
3. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran GI dan STAD
ditinjau dari hasil belajar siswa
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :
1. Bagi siswa : siswa diharapkan mampu melaksanakan serta menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan
Student-Teams-Achievement-Divisions ini guna lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematis sehingga siswa dapat secara aktif mengungkapkan ide-ide mereka dalam bahasa matematika.
2. Bagi Guru / calon guru : menambah wawasan terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan
Student-Teams-Achievement-Divisions dan dapat menerapkannya di kelas dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Sekolah : meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama di bidang
matematika serta dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa yang lebih aktif, terampil dan kreatif dalam pembelajaran matematika.
4. Bagi Peneliti : menambah ilmu dan pengalaman tentang pembelajaran
9
Investigation dan Student-Teams-Achievement-Divisions dan
mengimplementasikannya dikelas-kelas.
1.7.Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan untuk
menggunakan bahasa matematik dalam aspek representasi, menggambar dan menulis.
2. Model pembelajaran Group Investigation adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dan membimbing siswa untuk melakukan suatu investigasi
sebuah kasus atau permasalahan. Langkah-langkah dalam Group
Investigation yaitu mengidentfikasi topik, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir dan evaluasi.
3. Model pembelajaran STAD adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran,kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa ditinjau dari aspek representasi, menulis dan menggambar yang diajar dengan GI dan siswa yang diajar STAD pada SMP Swasta Sinar Husni Medan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata selisih nilai kemampuan awal dan postes siswa yang diberi GI adalah 19,02 dan rata-rata selisih nilai kemampuan awal dan postes siswa yang diberi STAD adalah 16,93. 2. Model pembelajaran GI lebih baik jika dibandingkan dengan model
STAD untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 3. Ditinjau dari hasil belajar, model GI lebih baik daripada model STAD.
Hal tersebut terlihat pada selisih nilai kemampuan awal siswa dengan nilai postes masing-masing kelas.
5.2.Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Kepada guru matematika jika memilih antara model GI dan STAD, lebih baik menggunakan model GI dibandingkan model STAD untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Pena, Banda Aceh.
Fahradina, Nova dkk, (2014), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model
Investigasi Kelompok, Jurnal Didaktik Matematika, Universitas Syiah
Kuala
Isjoni., (2011), Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung.
Izzati, Nur & Didi Suryadi, (2010), Komunikasi Matematik Dan Pendidikan
Matematika Realistik, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika,Yogyakarta
Rachmayani, Dwi (2014), Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian
Belajar Matematika, Jurnal Pendidikan UNSIKA, Universitas
Muhamadiyah Jakarta.
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta
Sapitri & Hartono, (2015), Keefektifan Cooperative Learning STAD dan GI
Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematika,
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Yogyakarta
Siahaan, S., (2014), Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Medan
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
educations Pada Siswa SMP Di Kota Bandung, Jurnal Ilmiah ,STKIP Siliwangi Bandung
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.
ii