• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi)

Oleh

NIDYA ISCA AGUSTIN

Koperasi merupakan suatu badan usaha yang dibangun dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Salah satu jenis koperasi adalah koperasi simpan pinjam yang menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi. Salah satu contoh koperasi simpan pinjam adalah Koperasi Wanita Melati yang berkedudukan di Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara. Untuk mendapatkan pinjaman dari Koperasi maka anggota yang bersangkutan harus mengikuti syarat dan prsedur pemberian pinjaman yang berlaku pada Koperasi Wanita Melati berdasarkan Undang-Undang No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, sedangkan mengenai ketentuan umum mengenai perjanjian pinjam meminjam diatur dalam Buku Ketiga dalam Pasal 1754 sampai 1769 KUHPdt. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan kemudian mendeskripsikan secara menyeluruh, lengkap, rinci, dan sistematis tentang syarat-syarat dan prosedur pemberian pinjaman, hak dan kewajiban, penyelesaian jika terjadi wanprestasi, serta faktor yang mempengaruhi pemenuhan prestasi oleh Debitur.

(2)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan pemberian pinjaman maka syarat untuk memperoleh pinjaman dari Koperasi Wanita Melati yaitu terdaftar sebagai anggota. Setelah terpenuhinya syarat, maka prosedur pemberian pinjaman yaitu anggota yang bersangkutan harus terlebih dahulu mengajukan surat permohonan pinjaman, jika permohonan pinjaman disetujui maka kedua belah pihak sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Debitur berhak untuk mendapat sejumlah pinjaman. Kewajiban Debitur yaitu membayar angsuran pokok dan bunga tepat waktu tiap kali angsuran. Hak Kreditur yaitu menerima angsuran tepat waktu dan menjual barang jaminan peminjam jika terjadi wanprestasi. Kewajiban Kreditur yaitu melayani dengan baik dan menjaga barang jaminan dengan sebaik-baiknya. Pada Koperasi ini belum pernah terjadi wanprestasi yang menimbulkan penjualan barang anggunan karena belum ada debitur yang menunggak selama dua tahun, wanprestasi yang pernah terjadi hanyalah berupa keterlambatan pembayaran yang dapat diselesaikan dengan teguran lisan oleh pemberi pinjaman. Faktor pendukung terpenuhinya prestasi oleh Debitur antara lain kesadaran Debitur, Kreditur yang aktif, jumlah pinjaman yang tidak terlalu besar, serta bunga yang kecil.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum dan ekonomi merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan dalam perjalanan hidup manusia, ekonomi adalah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan hukum adalah aturan-aturan atau norma dalam pelaksanaan aktivitas tersebut, oleh karena itu, hukum dan ekonomi memiliki hubungan yang saling mempengaruhi.

Banyak cara yang telah digunakan manusia untuk memecahkan berbagai permasalah ekonomi yang mereka hadapi, dalam pemecahan masalah ini manusia tidak saja melakukannya secara individu melainkan juga bersama-sama dengan manusia lainnya. Pemecahan masalah ekonomi yang mereka hadapi berbeda-beda seiring berkembangnya zaman. Salah satu cara yang dilakukan manusia dalam pemecahan masalah ekonominya secara bersama-sama adalah dengan membentuk perkumpulan atau badan usaha.

(4)

Koperasi Primer, terdiri dari sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang. Koperasi Sekunder menurut penjelasan dari undang-undang tersebut adalah meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder.

Koperasi dibagi lagi dalam beberapa jenis sesuai dengan kegiatan usahanya. Salah satu jenis koperasi adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi ini dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi. Pemberian pinjaman tersebut diatur dalam sebuah perjanjian yang dinamakan perjanjian pinjaman.

Secara umum perjanjian diatur dalam Pasal 1338 KUHPdt (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) yang menyatakan “semua persetujuan yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.

(5)

yang telah disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum, dengan kata lain perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.

Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggotanya memperoleh pinjaman dengan bunga yang ringan. Pemberian pinjaman ini dapat menjadi modal untuk kegiatan usaha anggota tersebut guna meningkatkan taraf hidupnya. Salah satu contoh koperasi simpan pinjam adalah Koperasi Wanita Melati. Koperasi ini berkedudukan di Kelurahan Kelapa Tujuh Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. Koperasi Wanita Melati telah berdiri sejak tahun 1999 dan memiliki anggota sampai saat ini sebanyak 390 (tiga ratus Sembilan puluh) orang. Selain bergerak di bidang usaha simpan pinjam koperasi ini juga menyediaan sembilan bahan pokok, melayani pembayaran rekening listrik anggota, serta kerjasama antara Koperasi, BUMN, BUMS yang saling menguntungkan. Sejak berdirinya koperasi ini kegiatan simpan pinjam berjalan cukup lancar dengan bunga yang ditetapkan sebesar 2% pada saat ini.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan pemberian pinjaman kepada anggota di Koperasi Wanita Melati Kotabumi, dengan pokok bahasan sebagai berikut :

1. Syarat dan prosedur pemberian pinjaman; 2. Hak dan kewajiban para pihak;

3. Penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjaman; 4. Faktor pendukung terpenuhinya prestasi oleh Debitur.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup Keilmuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan bidang ilmu hukum perdata khususnya pelaksanaan pemberian pinjaman pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi.

2. Ruang Lingkup Kajian

Lingkup penelitian ini akan mengkaji tentang: a. Syarat dan prosedur pemberian Pinjaman;

b. Hak dan Kewajiban para pihak;

(7)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok bahasan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan kemudian mendeskripsikan secara menyeluruh, lengkap, rinci, dan sistematis tentang :

1. Syarat dan prosedur pemberian pinjaman; 2. Hak dan kewajiban para pihak;

3. Penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjaman.

Hasil analisis tersebut kemudian dideskripsikan secara menyeluruh, lengkap, rinci dan sistematis dalam bentuk skripsi.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dibedakan dalam dua segi yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai bahan untuk memperluas cakrawala tentang hukum mengenai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian pinjaman.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan.

b. Dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan atau penelitian bagi yang memerlukan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum tentang Perjanjian

1. Pengertian Perjanjiian

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji pada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal, dari peristiwa tersebut terjadi hubungan hukum diantara mereka (R. Subekti, 1991 : 1). Perjanjian menurut (Wirjono Prodjodikoro 1993 : 9), adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjanjian adalah hubungan hukum antara para pihak untuk menimbulkan hak dan kewajiban kepada mereka yang membuatnya.

(9)

2. Asas-Asas Hukum Perjanjian

Menurut Subekti (1984. Hal: 23) azas hukum yang penting diperhatikan pada saat membuat perjanjian maupun pelaksanakannya adalah sebagai berikut :

a) Asas Konsensualisme

Asas ini dikenal sebagai azas terjadinya perjanjian. Perkataan konsensualisme berasal dari kata konsensus yang berarti sepakat. Maksud azas konsensualisme tersebut adalah bahwa kontrak sudah terjadi atau sudah dilahirkan pada saat tercapainya kata sepakat diantara para pihak tanpa disertai perbuatan hukum lain. Lazimnya asas konsensualisme tersebut disimpulkan dari ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian.

Perjanjian sudah ada dan mempunyai akibat hukum apabila sudah ada kata sepakat mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian tersebut dan untuk itu tidak diperlukan formalitas-formalitas tertentu. Kecuali apabila tegas-tegas ditentukan bahwa untuk beberapa macam perjanjian harus dituangkan dalam formalitas tertentu, misalnya perjanjian penghibahan benda tak bergerak harus dilakukan dengan akta notaris. Perjanjian perdamaian dan perjanjian pertanggungan harus diadakan secara tertulis. Perjanjian-perjanjian tersebut disebut perjanjian formal, karena harus dituangkan dalam formalitas tertentu.

b) Asas Kebebasan Berkontrak

(10)

perjanjian. Menurut ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang memberikan jaminan kebebasan, semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, jadi setiap orang boleh membuat perjanjian dengan bentuk dan isi apa saja asalkan syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut dipenuhi, dan perjanjian yang dibuat secara sah mengikat para pihak seperti undang-undang. Kebebasan tersebut bukanlah bebas yang sebebas-bebasnya, karena undang-undang memberikan batasan, yaitu terdapat dalam Pasal 1337 KUH Perdata, bahwa perjanjian tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan kesusilaan.

c) Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini berkenaan dengan azas berlakunya perjanjian, maksudnya adalah bahwa semua perjanjian yang secara sah mengikat bagi mereka yang membuatnya, jadi para pihak harus menghormati perjanjian tersebut sebagaimana menghormati undang-undang. Apabila para pihak tidak melaksanakan perjanjian maka akan mempunyai akibat seperti apabila para pihak tidak melaksanakan undang-undang, yaitu adanya sanksi tertentu.

(11)

d) Asas Iktikad Baik

Menurut ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, artinya harus sesuai dengan norma-norma kepatutan dan kesusilaan serta kejujuran, agar sesuai dengan tuntutan keadilan. Iktikad baik tersebut tidak hanya pada waktu melaksanakan perjanjian, tetapi juga pada waktu para pihak membuat perjanjian, para pihak sudah harus mempunyai ihtikad baik, artinya harus jujur dan tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu yang buruk yang dapat merugikan pihak lain.

Pada waktu melaksanakan perjanjian harus pula diingat ketentuan Pasal 1339 KUH Perdata, yang menentukan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian tapi juga harus diperhatikan Undang-undang, kebiasaan, dan kepatutan. Hal ini dipertegas lagi dengan ketentuan Pasal 1347 KUH Perdata, yang menentukan bahwa hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian yang telah lahir belum tentu perjanjian tersebut sah, karena untuk sahnya perjanjian harus memenuhi persyaratan lain. Syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

(12)

c. Suatu hal tertentu; d. Suatu sebab yang halal.

Dari keempat syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dua syarat yang pertama dinamakan syarat subyektif, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat objektif ( Subekti. 2002. Hal: 17). Yang dimaksud sebagai syarat subyektif dan obyektif, adalah:

a. Syarat subjektif, yaitu syarat yang harus dipenuhi oleh subyek dalam suatu perjanjian. Yang dimaksud dengan syarat subyektif adalah :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

b. Syarat objektif, yaitu syarat yang harus dipenuhi oleh perjanjian. Yang dimaksud syarat objektif adalah:

1) Suatu hal tertentu; 2) Suatu sebab yang halal.

(13)

4. Akibat Hukum Perjanjian

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPdt, perjanjian yang dibuat secara sah akan berakibat berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, artinya perjanjian tersebut mempunyai kekuatan mengikat antara kedua belah pihak dan memiliki sanksi bila dilanggar. Perjanjian yang dibuat secara sah tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik.

5. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Pengertian hak dan kewajiban yaitu, hak adalah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi oleh pihak lain sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanankan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain dengan pembebanan sanksi jika lalai atau dilalaikan (Abdulkadir Muhammad, 1992 : 11). Pada perikatan yang timbul karena perjanjian, pihak-pihak dengan sengaja dan bersepakat saling mengikatkan diri dalam perikatan, yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak-pihak. Hak dan Kewajiban itu berupa prestasi, debitur berkewajiban memenuhi prestasi dan kreditur berhak atas prestasi tersebut.

6. Jaminan

(14)

agunan dapat dibaca di dalam pasal 1 angka 23 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Agunan adalah jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (HS Salim. 2011. Hal:21).

Jaminan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jaminan materiil (kebendaan), dan jaminan imateriil (perorangan). Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu

dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan. Sedangkan jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertntu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.

B.Tinjauan Umum tentang Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari bahasa Inggris yaitu cooperation yang kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai koperasi. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang–orang atau badan–badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

(15)

menjalankan suatu usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya, sedangkan Moh. Hatta mendifinisikan koperasi sebagai usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan prinsip seorang buat semua dan semua buat seorang (Sitio Arifin & Haloman Tamba, 2001 : 17)

Soeriaatmadja (Hendrojogi. 2002 : 22) memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama. ILO (International Labour Organization) mendefinisakan koperasi sebagai perkumpulan orang secara sukarela yang mempunyai tujuan ekonomi yang sama kemudian membentuk organisasi bisnis yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis, dan terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan, serta anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang.

Secara yuridis Pasal 1 UU Koperasi menyatakan pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

(16)

masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Dilihat dari definisi koperasi, maka unsur-unsur koperasi dapat diuraikan seebagai berikut :

a. Koperasi adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan memperoleh keuntungan ekonomis.

b. Tujuan harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota.

c. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela, tidak boleh dipaksakan oleh siapapun dan bersifat terbuka.

d. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota dan para anggota yang melaksanakan kekuasaan tertinggi berdasarkan keputusan rapat anggota.

e. Pembagian pendapatan atau Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi ditentukan berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi. Balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah terbatas.

f. Koperasi berprinsip mandiri, mengandung arti bahwa koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain (R,T Sutantya Rahardja, 2002 : 4).

2. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia

(17)

1. Pandangan hidup dan cita-cita moral yang ingin dicapai suatu bangsa;

2. Semua ketentuan tata tertib dasar yang mengatur agar falsafah bangsa sebagai jiwa dan cita-cita moral bangsa benar-benar dihayati dan diamalkan;

3. Adanya rasa karsa untuk hidup dengan mengutamakan tindakan saling tolong menolong diantara sesama manusia berdasarkan ketinggian budi dan harga diri, serta dengan kesadaran sebagai mahluk pribadi yang harus bergaul dan bekerjasama dengan orang lain (Subandi. 2010. Hal 21).

Secara yuridis dalam ketentuan Bab II UU Koperasi, landasan idil koperasi Indonesia adalah Pancasila, sedangkan landasan strukturalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945. Asas yang dianut oleh koperasi Indonesia adalah asas kekeluargaan.

3. Prinsip Koperasi

Perbedaan koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya tidak hanya terletak pada landasan dan asasnya, tetapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan usaha koperasi merupakan penjabaran dari asas kekeluargaan yang dianut oleh koperasi (Subandi. 2010. Hal 22 ).

Ketentuan Bab III, Bagian Kedua, Pasal (5) UU Koperasi, prinsip koperasi mengatur sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

(18)

d. Pembagian balas jasa yang terbatas pada modal; e. Kemandirian.

Dengan melaksanakan keselurahan prinsip koperasi tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial (R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma.2001: 47-48).

4. Tujuan Koperasi

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU Koperasi, tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnyanya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan koperasi secara umum antara lain dapat dirinci sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah dalam berpartisipasi pada pembangunan ekonomi nasional;

2. Untuk memecahkan ketidakselarasan dalam masyarakat, dalam pengertian mengurangi atau menghilangkan perbedaan antara golongan ekonomi lemah yang merupakan mayoritas dengan golongan ekonomi kuat yang merupakan golongan minoritas;

3. Sebagai sarana atau wadah untuk mengembangkan sistem demokrasi ekonomi sekaligus sebagai alat untuk menghimpun ekonomi yang berguna bagi pengembangan yang berada pada golongan ekonomi lemah.

(19)

5. Jenis Koperasi

Koperasi tidak saja bergerak dalam satu bidang. Berdasarkan ketentuan dalam PP No 60 Tahun 1959 tentang Bentuk Koperasi , maka koperasi dibagi menjadi 7 jenis yaitu Koperasi Desa, Koperasi Pertanian, Koperasi Peternakan, Koperasi Perikanan, Koperasi Kerajinan/Industri, Koperasi Simpan Pinjam, dan Koperasi Konsumsi

6. Perangkat Organisasi Koperasi

Koperasi sebagai sebuah organisasi berbadan hukum tentunya memiliki perangkat organisasi guna menjalankan kegiatannya. Menurut UU Koperasi dalam Pasal 21 dinyatakan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas.

1. Rapat anggota

Rapat anggota merupakan suatu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan kepada anggota tentang kegiatan-kegiatan selama tahun lalu, dan bersama-sama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk meningkatkan kemajuan usaha koperasi. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Dalam rapat anggota para anggota koperasi bebas untuk berbicara, memberi usul, pandangan, dan tanggapan serta saran demi kemajuan usaha koperasi (Firdaus Muhammad dan Agus Edhi Susanto. 2004. Hal 85).

Menurut UU Koperasi dalam Pasal 23, rapat anggota menetapkan : a) Anggaran dasar;

(20)

c) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas;

d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan;

e) Pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya; f) Pembagian sisa hasil usaha;

g) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.

Salah satu yang ditetapkan dalam rapat anggota adalah anggaran dasar, anggaran dasar merupakan konstitusu koperasi. Harus dijamin bahwa semua ketentuan penting yang mengatur masalah koperasi dimuat dalam anggaran dasar (Abdulkadir Muhammad. 1982 : 46). Rapat anggota diadakan paling sedikit sekali dalam setahun atau disebut Rapat Anggota Tahunan (RAT). Apabila keadaan mengharuskan pengambilan keputusan segera maka dapat dilakukan Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) demi kepentingan koperasi.

2. Pengurus

Pengurus koperasi adalah pemegang kuasa/amanah rapat anggota dalam mengelola/memimpin, sesuai kedudukan tersebut untuk pertama kali susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian dengan masa jabatan paling lama lima tahun, bagi yang sudah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali (Koermen. 2002. Hal 137). Pengurus merupakan perangkat organisasi koperasi setingkat dibawah rapat anggota. Tugas pengurus adalah mewakili koperasi sebagai badan hukum.

(21)

a) Mengelola koperasi dan usahanya;

b) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi;

c) Menyelenggarakan rapat anggota;

d) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas; e) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

Pasal 30 ayat (2) UU Koperasi menentukan wewenang pengurus koperasi yaitu sebagai berikut :

a) Mewakili koperasi di dalam dan diluar pengadilan;

b) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar;

c) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi dengan tanggung jawabnya dan keputusan rapat anggota.

3. pengawas

Pengawas sama halnya dengan pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Pengawas tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai pengurus, karena tugas pengawas adalah mengawasi kepengurusan yang dilakukan oleh pengurus.

Tugas dan wewenang pengawas secara rinci diatur dalam Pasal 39 ayat (1) UU Koperasi, sebagai berikut :

a) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi;

(22)

Sedangkan wewenang pengawas diatur dalam Pasal 39 ayat (2) yaitu : a) Meneliti catatan yang ada pada koperasi;

b) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

7. Keanggotaan Koperasi

Setiap perkumpulan atau organisasi pasti memiliki anggota sebagai penggerak dari perkumpulan tersebut. Begitupun dengan koperasi, karena koperasi bukan merupakan kumpulan modal seperti perusahaan melainkan kumpulan orang, maka keanggotaan merupakan suatu hal yang penting karena jumlah anggota juga menentukan besarnya modal yang dimiliki oleh koperasi.

Pasal 17 ayat (1) UU Koperasi menyatakan bahwa anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi dan untuk mendirikan koperasi primer dibutuhkan sekurang-kurangnya 20 orang angota, dari pernyataan itu maka anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi, walau demikian sepanjang tidak merugikan kepentingannya, koperasi dapat pula memberi pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat kegiatan usahanya. Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku daftar anggota sebagai bukti menjadi anggota koperasi.

(23)

anggota luar biasa. Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan, namun dalam hal anggota meninggal dunia keanggotaannya dapat diteruskan oleh ahli waris yang memenuhi kepentingan ahli waris, dan mempermudah proses mereka untuk menjadi anggota. Kenggotaan seseorang akan berakhir jika yang bersangkutan :

1) Meninggal dunia;

2) Minta berhenti atas kehendak sendiri;

3) Diberhentikan karena tidak memenuhi syarat keanggotaan; 4) Dipecat karena tidak memenuhi kewajiban sebagai anggota.

8. Hak dan Kewajiban Anggota Koperasi

Menurut Pasal 20 ayat (1) UU Koperasi setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban :

1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota;

2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi; 3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

Hak anggota koperasi diatur dalam ketentuan Pasal 20 ayat (2) UU Koperasi, yaitu sebagai berikut :

1. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota; 2. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas;

(24)

4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta;

5. Memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama untuk semua anggota;

6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya

Seseorang yang tidak melaksanakan atau tidak memenuhi prestasi yang merupakan kewajiban dalam suatu perjanjian yang telah diadakannya, maka seseorang tersebut dikatakan melakukan wanprestasi. Menurut Qirom Syamsuddin Meliala (1988 : 26), bahwa apabila seorang Debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan wanprestasi, maka dalam hal demikian inilah seorang Debitur dikatakan melakukan wanprestasi.

Menurut R. Subekti (1991 : 45), wanprestasi seorang Debitur dapat berupa empat macam, yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

2. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dujanjikan;

3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

(25)

Seorang Debitur dikatakan wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian tergantung dari kontrak yang diadakannya. Apabila dalam kontrak yang diadakan ditentukan tenggang waktu pelaksanaan kontrak, maka menurut ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata, bahwa Debitur dianggap melakukan wanprestasi dengan lewatnya waktu yang telah ditentukan, jika waktu tidak ditentukan, maka untuk adanya wanprestasi tersebut perlu diberitahukan kepada Debitur, berupa peringatan tertulis berupa surat perintah atau kata sejenis itu.

Akibat hukum Debitur yang melakukan wanprestasi adalah Kreditur dapat memilih untuk:

a. Debitur harus membayar ganti rugi yang telah diderita oleh kreditur; b. Meminta pembatalan melalui putusan hakim;

c. Risiko beralih pada debitur sajak saat terjadinya wanprestasi;

d. Membayar biaya perkara jika sampai diperkarakan di depan pengadilan; e. Debitur harus memenuhi kontrak atau kontrak dibatalkan disertai ganti rugi.

Ganti rugi yang dapat dituntut atas dasar wanprestasi dapat berupa biaya, rugi dan bunga yang dalam bahasa Belanda disebut konsten, schaden en enteresten. Biaya atau konsten adalah segala pengeluaran atau biaya konkrit yang telah dikeluarkan dan yang dimaksud dengan rugi atau schaden yaitu kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta benda kepunyaan kreditur, sedangkan interesten adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang akan diperoleh seandainya pihak Debitur tidak lalai.

(26)

saat kontrak dibuat dan yang benar-benar dapat dianggap sebagai akibat langsung dari wanprestasi pihak Debitur.

D.Kerangka Pikir

Keterangan :

Perjanjian Simpan Pinjam diawali oleh permohonan pinjaman oleh anggota koperasi kepada pengurus koperasi, jika syarat dan prosedur peminjaman sudah dilengkapi dan permohonan pinjaman disetujui maka kedua belah pihak sepakat menandatangani perjanjian simpan pinjam yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak, jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya maka akan timbul masalah yang menyebabkan wanprestasi, jika terjadi wanprestasi maka sesuai dengan perjanjian Kreditur berhak untuk menjual barang anggunan milik Debitur tanpa melalui proses hukum.

Koperasi Anggota Koperasi

Pelaksanaan Perjanjian

Hak dan kewajiban para pihak

Syarat dan Prosedur Penyelesaian

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian hukum ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-terapan, yaitu penelitian hukum dengan cara mempelajari pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif pada perjanjian simpan pinjam di Koperasi Wanita Melati Kotabumi.

B.Tipe Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada pokok bahasan dalam penelitian ini, maka tipe penelitian adalah tipe deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara jelas, rinci dan sistematis mengenai syarat dan prosedur pemberian pinjaman, hak dan kewajiban para pihak, serta penyelesaiannya jika terjadi wanprestasi pada Koperasi Wanita Melati.

C.Pendekatan Masalah

(28)

1. Mengkaji ketentuan hukum positif beserta segala penjelasannya guna menentukan tolak ukur terapannya, khususnya hak dan kewajiban pada peristiwa hukum pemberian pinjaman.

2. Mengkaji pelaksanaannya dalam bentuk perbuatan hukum yang didukung dokumen guna mewujudkan hak dan kewajiban pihak-pihak dalam mencapai tujuan mereka pada peristiwa hukum pemberian pinjaman.

3. Mengkaji hasil penerapannya tentang kesesuaian dan ketidaksesuaian antara ketentuan normatif dalam penerapannya.

Dalam penerapannya dideskripsikan secara lengkap, rinci, dan sistematis dari masalah penelitian ini.

D.Data dan Sumber Data

(29)

Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan atau pihak yang terlibat dalam penyaluran pinjaman yang terdiri dari pengurus atau yang mewakili Koperasi Wanita Melati Kotabumi dan anggota yang memperoleh pinjaman.

E. Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data pada umumnya mengenal tiga jenis alat atau cara yaitu studi dokumen atau studi pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview (Soejono Soekanto. 1984: 66). Metode pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan wawancara atau interview sebagai penunjang bahan pustaka.

1. Studi Kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Teknis yang digunakan adalah mengumpulkan, mengidentifikasikan, lalu membaca untuk mencari dan memahami data yang diperlukan kemudian dilakukan pencatatan atau pengutipan. 2. Studi Dokumen

(30)

3. Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mendapat tambahan informasi serta mencari kesesuaian informasi data yang diperoleh penulis termasuk mencari perbandingan lain dari data yang telah ada. Wawancara akan dilakukan kepada Ketua Koperasi Wanita Melati Kotabumi yaitu Ibu Hj. Qomariyah sesuai dengan kebutuhan penelitian.

F. Metode Analisis

Dalam penelitian hukum. Analisis data dapat diperoleh dengan dua macam cara yaitu analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif (Soejono Soekanto. 1998 : 32). Analisa kualitatif yaitu menguraikan data ke dalam bentuk kalimat yang disusun secara terperinci, sistematis, dan analitis. Sedangkan analisa kuantitatif yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat, tabel-tabel, dan angka-angka.

(31)

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Syarat untuk memperoleh pinjaman dari Koperasi Wanita Melati yaitu terdaftar

sebagai anggota, sedangkan prosedur pemberian pinjaman pada Koperasi Wanita Melati yaitu dengan pengajuan permohonan pinjaman oleh Debitur kepada Kreditur, mengadakan perjanjian pinjaman, dan kemudian penyerahan anggunan oleh Debitur kepada Kreditur.

2. Debitur berhak untuk mendapat sejumlah pinjaman. Kewajiban Debitur yaitu membayar angsuran pokok dan bunga tepat waktu tiap kali angsuran. Hak Kreditur yaitu menerima angsuran tepat waktu dan menjual barang jaminan peminjam jika terjadi wanprestasi. Kewajiban Kreditur yaitu memberi pelayanan yang baik dan menjaga barang jaminan dengan sebaik-baiknya.

3. Penyelesaian wanprestasi dilakukan melalui teguran lisan dan teguran tertulis, bila dalam kurun waktu 2 tahun Debitur tidak beritikad baik melunasi angsurannya maka akan dilakukan penjualan barang berharga yang dijaminkan sesuai dengan jumlah tunggakan angsuran.

(32)

PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi)

(Skripsi)

Oleh

NIDYA ISCA AGUSTIN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(33)

PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi)

Oleh

NIDYA ISCA AGUSTIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Perdata Jurusan Perdata Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

(34)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati Kotabumi)

Nama Mahasiswa : Nidya Isca Agustin Nomor Pokok Mahasiswa : 0852011160

Bagian : Hukum Keperdataan Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Aprilianti, S.H.,M.H. Ahmad Zazili, S.H., M.H. NIP 19650401 199003 2 002 NIP 19740413 200501 1 001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

(35)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Aprilianti, S.H., M.H. ………..

Sekertaris : Ahmad Zazili, S.H., M.H. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Nilla Nargis, S.H., M.Hum. ………..

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H, M.S. NIP 19621109 198703 1 003

(36)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Ruang Lingkup ... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Kegunaan Penelitian. ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian.. ... 6

2. Asas-asas hukum Perjanjian ... 7

3. Syarat Sahnya Perjanjian. ... 9

4. Akibat Hukum Perjanjian... 11

5. Hak dan Kewajiban Para Pihak... 11

6. Jaminan... 11

B. Tinjauan Umum tentang Koperasi 1. Pengertian Koperasi ... 12

2. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia ... 14

3. Prinsip Koperasi ... 15

4. Tujuan Koperasi ... 16

5. Jenis Koperasi ... 17

6. Perangkat Organisasi Koperasi ... 17

7. Keanggotaan Koperasi... 20

8. Hak dan Kewajiban Anggota Koperasi... 21

C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya ... 22

(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 25

B Tipe Penelitian... 25

C. Pendekatan Masalah ... 25

D. Data dan Sumber Data... 26

E. Pengumpulan Data ... 27

F. Metode Analisis... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Syarat dan Prosedur Pemberian Pinjaman ... 29

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... 34

C. Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi ... 39

D. Faktor Pendukung Terpenuhinya Prestasi Oleh Debitur... 41

V. KESIMPULANS Kesimpulan ... 44

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto. 2004. Perkoperasian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Hadhikusuma, Sutantya Rahardja. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. Raja Grfindo Persada. Jakarta.

Hendrojogi. 2002. Koperasi Azas-Azas Teori dan Praktek. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

HS Salim. 2011. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Raja Gravindo Persada. Jakarta

Kansil, C.S.T. dan Cristine S.T. Kansil. 2002. Pokok-Pokok Badan Hukum. Muliasari. Jakarta.

Koerman. 2002. Manajemen Koperasi Terapan. Prestasi Pustakarya. Surabaya. Meliala, Qirom Syamsuddin. 1988. Pokok – Pokok Hukum Perjanjian berserta

Perkembangannya. Intermasa. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 1982. Hukum Koperasi. Alumni. Bandung. ___________. 1992. Hukum Perikatan. Alumni. Bandung.

Prodjodikoro, Wirjono. 1993. Azas-Azas Hukum Perjanjian. Sumur, Bandung. Sitio, Arifin dan Haloman Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Erlangga.

Jakarta.

Soekanto, Soejono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

S.P, Hasibuan, Malayu.1990. Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. CV. Armico. Bandung.

Subandi. 2010. Ekonomi Koperasi. Alfabeta. Jakarta.

Subekti. 1984. Pokok-pokok Hukum Perdata. Intermasa. Jakarta.

(39)

Perundangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. PP No 60 Tahun 1959 tentang Bentuk Koperasi

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 22 Agustus 1990. Penulis merupakan putrid kedua dari empat bersaudara yang merupakan lahir dari kasih saying Bapak H.Zulkifli Mihsan, S.H., M.M.dan Ibu Hj. Dra.Pipin Herawati.

Penulis memulai jenjang Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi Dharma Wanita Kotabumi pada tahun 1995-1996. Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996-2002 di Sekolah Dasar Negeri 1 Teladan Gapura Kotabumi. Pada tahun 2002-2005 peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) di SLPT Negeri 7 Kotabumi.Pada tahun 2005-2008 peneliti melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Kotabumi.

(41)

SANWACANA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (Studi Pada Koperasi Wanita Melati)” skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Lampung maupun di Lingkungan penelitian Koperasi Wanita Melati Kotabumi, dan antara lain kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. I. Gede A.B. Wiranata, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(42)

penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Hj. Nilla Nargis S.H., M.Hum., selaku Pembahas Satu sekaligus Penguji Utama pada Ujian Skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Rohaini, S.H., M.H., selaku Pembahas Dua yang telah banyak membantu dan memberi saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu DR. Dra. Hj. Nunung Rodliyah, M.A., selaku Pembimbing Akademik penulis.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan dan menjadi landasn untuk mencapai cita-cita.

9. Kedua orang tuaku tersayang H. Zulkili Mihsan, S.H., M.M. dan Hj. Dra. Pipin Herawati yang dengan cinta kasihnya selalu berjuang untuk mencukupi kebutuhan penulis, menguatkan di saat penulis butuh dukungan, serta yang tak pernah luput mendoakan kesuksesan dan kebahagian penulis. Terimakasih yang tak terhingga atas segala pengorbanan dan jasa Mama dan Papa yang telah menghantarkan ke depan pintu gerbang kesuksesan. Untuk segala sesuatu yang tak mungkin dapat Nindy balas, semoga kelak dikemudian hari dapat membahagiakan dan menjadi kebanggaan kalian. I Love You Mah, Pah,, I Love You So Much.

(43)

menjadi contoh yang baik.

11. Seluruh keluarga besar H. Zainal Mihsan dan H. Janim Atik atas doa dan dukungannya selama ini.

12. Tyas Wira Yudha yang sudah tenang di sisi Allah, terimakasih untuk motivasinya, dan Hary Adriansyah yang sudah sangat baik memberiku Cila sebagai teman sekaligus penghibur dikala jenuh, terimakasih atas bantuan dan dukungannya untuk penulis.

13. Sahabat sekaligus saudariku Sari “mamy”, Rachma “iwo”, dan Ninda “nda” yang tak pernah putus komunikasi setelah lulus SMA, terimakasih atas kebersamaan dan perhatiannya selama ini.

14. Teman seperjuangan ku selama penelitian skripsi ini Rona Ayu Edithya Margareth atas segala bantuan dan dukungannya.

15. Teman-teman HIMA Perdata Chika, Ima, Merita, Made, Selvi, Tiara, Dea, Indah, Mariska, Zulfikar, Fikri, Abdi, dan teman-teman lainnya atas motivasi dan bantuannya selama penelitian.

16. Seluruh teman-teman angkatan 2008 : Nira, Osin, Yoan, Uli, Siti, Soni, Ikhsan, dan yang tak bisa disebutkan satu per satu.

(44)

ini.

19. Mbak Siti, Pak Tarno, dan Babe yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi khususnya di bagian keperdataan.

20. Kepala dan seluruh pengurus Koperasi Wanita Melati Kotabumi yang telah membantu dalam proses pengambilan data penelitian ini.

21. Kepala pekon Tanjung Rusia tempat penulis melaksanakan KKN, pak Hedarwani beserta istri, yang telah menampung kami selama kami disana Nenek, Bapak, emak, kak Ana, Firman, dan seluruh keluarga besar Pak Hedarwani yang tidak bisa disebutkan satu persatu, serta seluruh warga Tanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu.

Akhir kata Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Februari 2012

Penulis

(45)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecilku ini kepada mereka yang sangat

berarti dalam hidupku...

Papa dan Mama atas cinta kasih yang tak pernah putus, dan segala yang telah diberikan demi kebahagiaanku.

(46)

MOTTO

“. . . Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)

yang lain, dan hanya Kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Alam Nasyrah :6-8)

Kesuksesan datang ketika mimpi kita sudah lebih besar dari pada ketakutan kita.

(Merry Riana)

(47)

WAWANCARA

Wawancara ini dilakukan di kantor Koperasi Wanita Melati yang berkedudukan di Kelurahan Kelapa Tujuh Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada Hari Sabtu, 17 Desember 2011. Narasumber yang di wawancarai adalah Ibu Hj. Qomariyah yang menjabat sebagai Ketua pada Koperasi tersebut. Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Dalam Koperasi Wanita Melati khususnya pada Unit Usaha Simpan Pinjam, apakah setiap orang bisa mendapatkan pinjaman dari Koperasi ini ?

2. Apa saja yang menjadi syarat agar seseorang dapat menikmati pinjaman dari Koperasi Wanita Melati dan bagaimana prosedurnya ?

3. Apakah ada barang yang harus dijaminkan oleh peminjam jika ia ingin mendapatkan pinjaman dari Koperasi Wanita Melati ? jika ada, barang apa yang dapat dijadikan jaminan ?

4. Berapa besar bunga yang dikenakan dalam pengembalian pinjaman pada Koperasi Wanita Melati ?

5. Bagaimana cara pengembalian pinjaman dari peminjam kepada pengurus Koperasi Wanita Melati dan berapa lama kurun waktu yang diberikan ?

6. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam Perjanjian Pinjaman pada Koperasi Wanita Melati ?

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran pelatihan gender adalah memungkinkan para peserta memahami peranan dan kebutuhan wanita dan pria yang berbeda dalam masyarakat, menentang perilaku dan struktur yang

Perbedaan pendekatan antara space faring states dan non space faring states perlu dijembatani, untuk mencegah suatu keterlambatan dalam membuat suatu aturan yang jelas dan

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan positif antara Nilai- nilai Islami dengan Pemaknaan Sholat, Budaya Perusahaan, Kepuasan Kerja dan

1) Perancangan sistem kendali PID jarak jauh yang tidak terbatas dengan jarak dan waktu melalui pola PC client dan server menggunakan internet. 2) Perancangan sistem

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,019 yang berarti p-value≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak,

Setelah dilakukan analisis konflik batin pada tokoh utama dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia ditemukan hasil yang menunjukan bahwa pada novel

Kondisi tersebutlah yang mengakibatkan profesi penyiar radio semakin banyak dilirik oleh sebagian besar kalangan di Kota Bandung, khususnya kalangan remaja yang