• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Kata kunci: Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, jumlah modal kerja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak. Kata kunci: Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, jumlah modal kerja."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 2: Pebruari, 2019)

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keadaan perekonomian global yang terjadi saat ini di rasakan sangat merosot tajam sehingga mengakibatkan kondisi perekonomian di setiap negara menjadi tidak stabil, terutama pada negara-negara berkembang. Agar tetap mampu bertahan pada situasi seperti ini, maka diperlukan usaha yang kuat dari pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negaranya demi mencapai kesejahteraan rakyat. Maka terciptalah wadah ekonomi yang mampu bertahan di tengah-tengah situasi ekonomi yang tidak terkendali ini. Wadah yang sesuai untuk perekonomian di Indonesia tersebut adalah Koperasi, karena merupakan wadah perekonomian rakyat yang bersifat sesuai dan di laksanakan berdasarkan atas asas kekeluargaan (Astari,2015).

Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992 yang menyatakan bahwa : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atas badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“.

Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan mensejahterakan anggotanya dan masyarakat pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (Septiani,2015).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA(SHU) KOPERASI SIMPAN PINJAM(KSP) DI KODYA DENPASAR TAHUN 2013-2017

NI WAYAN INTAN NILASARI email: intannilasari41@gmail.com

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Sisa hasil usaha (SHU) koperasi juga menjadi salah satu elemen penting dalam meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, termasuk pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris apakah jumlah anggota,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja mempengaruhi sisa hasil usaha koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar tahun 2013-2017. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar tahun 2013-2017. Penentuan besarnya jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh bukti empiris bahwa jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap sisa hasil usaha (SHU), sedangkan jumlah anggota, jumlah simpanan,dan modal kerja tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha(SHU).

Kata kunci: Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, jumlah modal kerja.

(2)

Dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 menyatakan bahwa Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalamtahun buku yang bersangkutan. Salah satu bentuk keberhasilan koperasi dapat dilihat dari perolehan SHU yang lebih baik setiap tahunnya karena koperasi sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari pendapatan yang diperoleh selama satu tahun SHU.Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi setiap tahunnya menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat menupuk modal sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinyaakan memperkuat struktur finansialnya (Satriawati, 2013).

Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi adalah jumlah anggota. Anggota koperasi adalah individu-individu yang menjadi bagian dari koperasi tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Jumlah anggota koperasi adalah jumlah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (Iswari, 2016).Sebagai anggota koperasi wajib membayar sejumlah uang untuk simpanan pokok dan simpanan wajib koperasi. Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan SHU, demikian pula sebaliknya (Anggara,2010). Hasil penelitian Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010), Septiani(2015) menyatakan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.Sedangkan Sulistiowati(2012) Dewi(2017) dan Buana(2014) menyatakan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap SHU.

Faktor lainnya adalah jumlah simpanan. Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi. Jumlah simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam usaha koperasi.Dimana simpanan ini meliputi simpanan pokok,simpanan wajib, dan juga simpanan sukarela (Nurmawati, 2016). Sebagai pemilik, anggota dapat berpartisipasi menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam menginvestasikan dana tersebut disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan pemenuhan kewajiban pembayaran simpanan. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013). Hasil penelitian Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah simpanan berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni (2015) menyatakan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap SHU.

Jumlah pinjaman juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan SHU (Ayuk,2012). Jumlah pinjaman adalah jumlah hutang yang diberikan oleh masing-masing koperasi simpan pinjam berdasarkan kesepakatan pihak peminjam dengan koperasi dengan imbalan bunga yang telah ditentukan (Ayuk,2012). Sebagai pelanggan, anggota dapat berpatisipasi dengan melakukan aktivitas keuangan yaitu mendapatkan pinjaman. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013). Hasil penelitiaan Ayuk(2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah simpanan dan jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni(2015) menyatakan jumlah simpanan dan jumlah pinjaman tidak berpengaruh terhadap SHU.

Aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam

(3)

komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Wijayanti,2010). Hasil penelitian Nurfarhana(2013), Ayuk(2012), Nurmawati(2015) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Weni(2015) menyatakan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap SHU.

Semakin pesatnya kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi yang terus berkembang akan banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat dan terjadinya persaingan usaha disegala bidang. Tentunya semua perusahaan khususnya koperasi tidak ingin ketinggalan dalam memperoleh informasi yang handal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.Jadi karena adanya persaingan usaha tersebut, koperasi harus waspada terhadap kekuatan dan kelemahan koperasi, untuk itu koperasi harus mampu melihat potensi dirinya agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Adanya bantuan laporan keuangan tersebut, pengurus diharapkan mampu melihat atau menganalisa faktor-faktor mana yang mendukung dan mana yang menghambat jalannya perkembangan koperasi (Anggara,2010).

Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul :”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017”

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah Jumlah Anggota berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

2) Apakah Jumlah Simpanan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

3) Apakah Jumlah Pinjaman berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

4) Apakah Jumlah Modal Kerja berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk menguji jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar.

2) Untuk menguji jumlah simpanan terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar.

3) Untuk menguji jumlah pinjaman terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar.

4) Untuk menguji jumlah modal kerja terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis dan praktis bagi semua kalangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kegunaan-kegunaan tersebut antara lain:

1) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara teoritis di bangku kuliah, terutama ilmu pengetahuan tentang perkoperasian simpan pinjam sehingga mendapat pengalaman baru dalam pemikiran

(4)

atau pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan jumlah modal kerja terhadap sisa hasil usaha (SHU).

2) Bagi Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja untuk dapat berjalan lebih baik.

3) Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Hasil dari penelitian ini sebagai sumbangan/ tambahan kepustakaan serta referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah yang terkait.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi

2.1.1 Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari kata “cooperation” yang artinya kerjasama.Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Perkoperasian No.25 tahun 1992, yaitu badan usaha yang beranggotakan seorang atau badan hukum koperasi dengan dengan berlandaskan kegiatan pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Tujuan koperasi yang tercantum dalam UU No.25 Bab II pasal 3 tahun 1992 menyebutkan bahwa:

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Aktivitas yang dilakukan oleh koperasi berlandaskan pada tiga landasan utama koperasi, yaitu Pancasila, UUD 1945, dan Asas Kekeluargaan, sedangkan tujuan dibentuknya koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Nurmawati,2015).

2.1.2 Fungsi dan Peran Koperasi

Dalam pasal 4 UU No.25 Tahun 1992 menguraikan fungsi dan peran koperasi adalah: 1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.1.3 Prinsip Koperasi

Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu: 1) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis

c. Pembagian hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal e. Kemandirian

2) Dalam pengembangan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut:

(5)

b. Kerjasama antar koperasi.

Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakan dari badan usaha lainnya. a. Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi

anggota koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sikap kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

b. Prinsip demokrasi menunjukan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.

d. Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan sekedar untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar.

e. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung jawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.

Untuk pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan dua prinsip koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi, hal tersebut merupakan prinsip koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama dapat dilakukan antar koperasi ditingkat lokal, regional, nasional, dan internasional (Nurmawati,2015).

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip koperasi sampai saat ini masih sangat relevan sampai dengan perubahan ekonomi yang terjadi, bahwa dalam persaingan yang ketat pun, prinsip-prinsip koperasi telah diadopsi oleh organisasi-organisasi non koperasi dan terbukti telah memberikan manfaat yang lebih kepada organisasi-organisasi tersebut.

2.1.4 Landasan Koperasi

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dimana menyebutkan bahwa dasar dari perekonomian Indonesia adalah berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan landasan yang menjadi dasar dari koperasi dimana pada koperasi terdapat tiga landasan koperasi yaitu:

1) Landasan idiil

Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila.Landasan ini harus dijalankan dan diamalkan karena pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia.

2) Landasan Struktural

Landasan operasional dalam koperasi yaitu tata aturan kerja yang harus diikuti dan ditaati oleh anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer dan karyawan koperasi dalam melakukan tugas masing-masing di koperasi. Berikut ini adalah landasan operasional koperasi Indonesia yaitu:

a. UU No.25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian.

(6)

3) Landasan Mental

Landasan mental koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Sifat inilah yang harus senantiasa ada dalam aktivitas koperasi. Setiap anggota koperasi harus memiliki rasa kesetiakawanan dengan anggota koperasi yang lain.

2.1.5 Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

UU No. 17 pasal 1 tahun 2012 menyatakan koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha.

Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007) Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Menurut Burhanuddin (2010) koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan guna memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk memperoleh pinjaman atas dasar kebaikan. Pada dasarnya koperasi simpan pinjam menjalankan fungsi yang hampir sama dengan bank, yaitu menjalankan penggalian dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Yang membedakan adalah bahwa koperasi dimiliki bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham, pengendalian dana dari masyarakat luas, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun kepada masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank.

PP RI No.9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi pada Bab 1 ketentuan umum pasal 1 menerangkan bahwa kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, simpan pinjam adalah suatu kegiatan penyimpanan dan penyediaan dana dari dan untuk anggota koperasi, calon anggota koperasi, dan koperasi lain berdasarkan kesepakatan simpan menyimpan dan pinjam meminjam atas dasar kebaikan.

2.1.6 Peran Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ikut mengembangkan perekonomian masyarakat terutama bagi para anggotanya antara lain:

1) Membantu keperluan kredit para anggota dengan syarat-syarat yang ringan

2) Mendidik para anggotanya agar giat menabung secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

3) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian. 4) Menjauhkan anggotanya dari cengkeraman rentenir.

2.1.7 Prinsip Utama Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam memiliki tiga prinsip utama yaitu: 1) Swadaya

Pengertian koperasi swadaya adalah memiliki prinsip bahwa tabungan hanya diperoleh dari anggotanya.

2) Setia Kawan

Pengertian Setia Kawan adalah memiliki prinsip bahwa pinjaman hanya diberikan kepada anggota

3) Pendidikan dan Penyadaran

Pengertian pendidikan dan penyadaran adalah memiliki prinsip membangun watak adalah yang utama, jadi hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman.

(7)

2.1.8 Tujuan Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007), tujuan koperasi simpan pinjam adalah sebagai berikut :

1) Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan.

2) Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri

3) Mendidik anggota hidup hemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya. 4) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU)

2.2.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)

Sisa hasil usaha merupakan laba bersih seperti lazimnya dalam dunia usaha yang dilaporkan pada akhir tiap periode. Menurut IAI (2004) Sisa Hasil Usaha adalah penjumlahan dari partisipasi neto dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian pajak penghasilan badan koperasi. Menurut Rudianto (2010) SHU adalah selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu.

Undang-Undang No.25 tahun 1992 mengenai Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam pasal 45 mengatakan bahwa :

1) Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

2) Sisa Hasil Usaha (SHU) setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.

3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sisa hasil usaha merupakan laba bersih yang akan digunakan oleh anggota untuk memenuhi kebutuhannya. SHU disisihkan sebagian untuk cadangan dan dana-dana koperasi yang besarnya ditetapkan dalam rapat anggota. Sebagian lagi sisa hasil usaha ini dibagikan kepada anggota sesuai dengan besarnya kontribusi anggota terhadap pendapatan koperasi. Hasil dari pembagian SHU ini berarti anggota telah menerima manfaat berupa manfaat ekonomi tidak langsung. Jika pendapatan lebih kecil dari beban usaha maka akan timbul kerugian usaha. Pengelolaan usaha koperasi sebagai badan usaha yangbergerak dibidang ekonomi tidak boleh mengabaikan adanya kelebihan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau yang disebut Sisa Hasil Usaha (SHU).

2.2.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha

Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi setiap tahunnya dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga koperasi yang bersangkutan. Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa, pembagian SHU yang dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

Menurut UU Koperasi NO.25 Tahun 1992 pasal 34 menjelaskan bahwa pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota koperasi itulah yang boleh dibagikan kepada para anggota, sedangkan sisa hasil usaha yang berasal dari usaha koperasi yang diselenggarakan bukan untuk anggota, misalnya dari hasil pelayanan pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini diperoleh bukan dari jasa anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaan tertentu lainnya. Pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut:

(8)

1) Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan untuk:

a. Cadangan Koperasi

b. Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masing-masing c. Dana pengurus

d. Dana pegawai/karyawan e. Dana pendidikan koperasi f. Dana sosial

g. Dana pembangunan daerah kerja

2) Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan bukan untuk anggota, dibagikan untuk:

a. Cadangan koperasi b. Dana pengurus

c. Dana pegawai/karyawan d. Dana pendidikan koperasi e. Dana sosial

f. Dana pembangunan daerah kerja

Cara penggunaan sisa hasil usaha diatas, kecuali cadangan diatur dalam anggaran dasar dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan, oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu pembubaran (Anoraga dan Widiyanti, 2007).

Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain pada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur oleh koperasi yang bersangkutan dalamanggaran dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari koperasi. Pengguanaan dana pembangunan daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan pihak pemerintah daerah setempat (Anoraga dan Widiyanti, 2007).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan bahwa pembagian Selisih Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Menurut Sitio dan Tamba (2002) secara umum SHU koperasi dibagi untuk :

1) Cadangan Koperasi

Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi dan dapat digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk memupuk kerugian koperasi.

2) Jasa Anggota

Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang diberikan kepada anggotanya berdasar atas dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu :

a. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas penanaman modalnya (simpanan) didalam koperasi.

b.SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam koperasi.

3) Dana Pengurus

Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas jasanya dalam mengelola organisasi dan usaha koperasi.

4) Dana pegawai

Dana pegawai adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi.

(9)

5) Dana Pendidikan

Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia dalam mengelola koperasi.

6) Dana Sosial

Dana sosial adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membantu anggota dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.

7) Dana Pembangunan Daerah Kerja

Dana pembangunan daerah kerja adalah penyisihan SHU yang di pergunakan untuk mengembangkan daerah kerjanya.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pembagian SHU

Menurut Sitio dan Tamba (2002) agar tercermin asas keadilan, demokrasi, transparasi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut:

1) SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memisahkan antara SHU yang bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari nonanggota.

2) SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengankoperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.

3) Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan

Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.

4) SHU anggota dibayar secara tunai

SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

Berdasarkan prinsip-prinsip SHU diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi berasaskan kekeluargaan, bahkan dalam pembagian-pembagian SHU memiliki prinsip-prinsip yang identik dengan kekeluargaan. Hal ini dilakukan SHU yang diperoleh masing-masing anggota dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga koperasi tersebut.

2.2.4 Faktor – faktor yang Memperngaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU)

Besarnya SHU pada koperasi tergantung dari kegiatan yang dilakukan oleh koperasi itu sendiri. Menurut Yanti(2005), faktor-faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari dua faktor yaitu:

1) Faktor dari Dalam

a. Partisipasi anggota, para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidakakan berjalan lancar.

b. Jumlah Modal sendiri, SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadangan dan hibah.

(10)

c. Kinerja pengurus, kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik sesuai persyaratan dalam anggaran dasar serta UU perekonomian maka hasil yang dicapai pun juga kan baik. d. Jumlah unit usaha yang dimiliki, setiap koperasi pasti mempunyai unit usaha, hal ini juga

menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut. e. Kinerja manajer, kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan

oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.

f. Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seseorang karyawan dalam menjadi anggota koperasi.

2) Faktor dari Luar

a. Modal pinjaman dari luar

b. Para konsumen dariluar selainanggota koperasi c. Pemerintah

Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU menurut Iramani dan Kristijadi(2002) 1) Jumlah Anggota Koperasi

Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi.

2) Volume usaha

Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya, sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat menentukan pendapatannya.

3) Jumlah simpanan

Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.

4) Jumlah hutang (Pinjaman)

Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana modal yang mencukupi, baik yang berasal dari para anggota maupun modal yang digali dari luar (hutang).

2.3 Anggota Koperasi

2.3.1 Pengertian Anggota Koperasi

Menurut Sartika(2002) Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi

Masyarakat yang menjadi anggota koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Keanggotaan koperasi harus didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi, dapat diperoleh setelah syarat sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi, tidak dapat dipindahtangankan, dan setiap anggota memiliki kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi sesuai yang diatur dalam Anggaran Dasar. (UU No.25 Tahun 1992).

Dalam UU No.25 Bab IV pasal 6 Tahun 1992 tentang banyaknya anggota sebagai syarat pembentukan syarat pembentukan koperasi yaitu:

1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang 2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi

2.3.2 Hak Anggota Koperasi

Adapun Hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota. b. Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas

(11)

d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta

e. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara semua anggota

f. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

2.3.3 Kewajiban Anggota

Kewajiban yang utama dari anggota koperasi adalah kewajiban ikut serta secara perorangan dalam usaha bersama supaya tercapai tujuan bersama dalam kewajiban untuk setia kepada koperasi. Pasal 20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992 menjabarkan kewajiban anggota adalah:

a. Mematuhi anggaran dasar koperasi

b. Mematuhi anggaran rumah tangga koperasi

c. Mematuhi hasil keputusan-keputusan Rapat Anggota Koperasi d. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi

e. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.

2.4 Simpanan

2.4.1 Pengertian Simpanan

Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana. Jadi, orang yang menyimpan bukan hanya karena orang tersebut mempunyaikelebihan uang, tetapi secara sadar dan terenvana menyisihkan sebagian pendapatannya disuatu tempat yang dianggap aman, menguntungkan, sesuai dengan harapannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya dimasa yang akan datang. Sejak saat itu sampai sekarang modal koperasi adalah simpanan, berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang menggunakan istilah saham (Satriawati,2013).

Menurut Sudarsono dan Edilius(2005) sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi. Disamping itu koperasi juga memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota kepada koperasinya. Modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya berkaitan dengan besar atau kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi. Koperasi dapat juga menambah modalnya yang berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman atau simpanan dariluar keanggotaan koperasi.

Modal dari anggota itu sendiri terdiri dari simpanan-simpanan anggota atau bukan anggota. Menurut Widiyanti (2003) modal itu sendiri diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela berjangka.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal koperasi yang terdiri dari simpanan-simpanan merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi. Simpanan-simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam usaha koperasi.

2.4.2 Macam-Macam Simpanan

1) Simpanan Pokok

Simpanan pokok merupakan modal awal yang sangat penting dalam koperasi. Menurut Widiyanti (2003) simpanan pokok adalah suatu jumlah uang simpanan yang sama besarnya bagi setiap anggota dapat diangsur. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali oleh peserta selama ia menjadi anggota koperasi. Sedangkan menurut Hendrajogi(2000) berpendapat simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota dan simpanan pokok ini tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan simpanan pokok adalah simpanan tahap awal dan syarat utama untuk menjadi anggota koperasi yang harus dilakukan oleh calon

(12)

anggota dengan memberikan sejumlah dana yang telah ditetapkan oleh koperasi tersebut sesuai dalam Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga koperasi. Simpanan pokok ini akan tetap tercatat dan ada dalam koperasi selama seseorang menjadi anggota sebagai modal permanen koperasi.

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib merupakan kewajiban setiap anggota koperasi setelah simpanan pokok. Menurut Widiyanti (2003) simpanan wajib adalah simpanan yang dapat disetor setiap minggu atau bulan atau menurut waktu yang ditetapkan oleh anggota. Simpanan bisa digunakan untuk pemupukan modal dapat juga diadakan simpanan khusus dan pinjaman wajib dari anggota yang bersedia, untuk digunakan sebagai pemupukan modal investas. Sedangkan menurut Wijaya(2002) simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayar oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa simpanan wajib merupakan sumber permodalan koperasi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan operasional dan kelangsungan usaha koperasi agar koperasi tersebut dapat berkembang dan mengalami peningkatan dikemudian hari.Simpanan wajib ini, tidaklah merupakan modal permanen koperasi.Undang-undang koperasi memberikan petunjuk untuk diatur oleh koperasi sendiri, baik dalam Anggaran Dasarnya maupun Anggaran Rumah Tangganya.Simpanan wajib dapat diambil kembali setelah jangka waktun yang ditentukannya habis.

3) Simpanan Sukarela

Simpanan sukarela merupakan simpanan yang selanjutnya setelah simpanan pokok dan simpanan wajib.Menurut Widiyanti (2003) simpanan manasuka atau simpanan sukarela adalah member kesempatan kepada anggota yang dapat menyimpan dalam bentuk deposito, yang dapat diambil kembali menurut perjanjian.

Jadi dapat disimpulkan permodalan koperasi tidak hanya berasaldari simpanan pokok dan simpanan wajib tapi juga berasal dari simpanan sukarela yang diseterkan oleh anggota maupun bukan anggota.Ada pendapat yang menyatakan bahwa simpanan sukarela itu merupakan utang jangka pendek.Artinya, tidak mempunyai ikatan tentang anggota maupun bukan anggota dapat menyimpan secara sukarela dalam koperasi.Sehingga simpanan sukarela jelas bukan modal sendiri koperasi.

2.5 Modal Koperasi

2.5.1 Pengertian Modal Koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal.Adapun modal koperasi terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Pinjaman.

Menurut Riyanto(2001) ada dua macam modal yaitu modal sendiri dan modal asing.Yang dimaksud Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta).Dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan merupakan utang yang harus dibayar kembali.

Sedikitnya ada tiga alasan koperasi membutuhkan modal, antara lain untuk :

1) Membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya pra-organisasi untuk keperluan : pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar, membayar biaya administrasi pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat bekerja,ongkos transportasi, dan lain-lain. 2) Membeli barang-barang modal. Barang-barang modal ini dalam perhitungan perusahaan

digolongkan menjadi harta tetap atau barang modal jangka panjang.

3) Modal kerja, modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai operasional koperasi dalam menjalankan usahanya.

(13)

2.5.2 Modal Sendiri

Hendar dan Kusnadi(2002) berpendapat bahwa modal anggota adalah simpanan pokok dan wajib yang harus di bayar anggota kepada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi, tiap anggota memiliki hak suara yang sama. Tidak tergantung pada besarnya modal anggota pada koperasi.

Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 adalah modal yang menangung risiko atau disebut modal ekuiti. Apabila dalam satu tahun buku, koperasi menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal Sendiri. Modal Sendiri menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut:

1) Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalamwaktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kegiatan koperasi bila diperlukan.

4) Hibah

Hibah adalah pemberian yang diterima koperasi dari pihak lain berupa uang atau barang secara cuma-cuma.

Bagi koperasi, Modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal tersebut berkaitan dengan beberapa alasan (Anoraga dan Widiyanti,2007):

1) Alasan Kepemilikan

Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut.

2) Alasan Ekonomi

Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.

3) Alasan Resiko

Modal sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.

2.5.3 Modal Asing

Modal asing terdiri dari modal pinjaman dan modal penyertaan dimana modal pinjaman yaitu modal yang berasal dari :

1) Pinjaman dari Anggota

Pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi.Pinjaman dari anggota koperasi ini dapat disamakan dengan simpanan sukarela, hanya saja perbedaannya dalam simpanan sukarela besar kecilnya dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota, sedangkan dalam pinjaman koperasi meminjam sejumlah uang kepada anggota.

2) Pinjaman dari Koperasi Lain

Pada dasarnya diawali dengan adanya kerjasama yang dibuat oleh sesama badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal.

3) Sumber lain yang sah

Adalah pinjaman dari bukan anggota koperasi yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum.

(14)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun koperasi bukan merupakan bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaanya dalam koperasi tidak boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi yang lebih menekankan kemanusiaan daripada kebendaan.

2.5.4 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Hendrajogi,2000). Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu (Gitosudarmo,2002).

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa modal kerja (working capital) adalah selisih aktiva lancar setelah dikurangi kewajiban lancar. Modal kerja merupakan ukuran aktiva lancar yang penting mencerminkan pengamanan dalam pengeluaran lancar atau bisa dijelaskan sebagai usaha dalam mengefisienkan pengeluaran lancar (Sawir,2005:78).

2.5.5 Macam-Macam Modal Kerja

Menurut Gitosudarmo dan Basri(2002), Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang tetap tertanam di dalam perusahaan selama perusahaan tersebut melakukan operasinya. Modal kerja harus ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen terbagi menjadi dua :

a. Modal kerja primer adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. Aktivanya selalu datang dan keluar tetapi nilai dana yang terkait di dalamnya adalah tetap tertanam dalamperusahaan.

b. Modal kerja normal yaitu sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas ini merupakan kebutuhan rata-rata dari perusahaan jumlah ini dapat pula dihitung dengan membagi jumlah biaya dengan tingkat perputaran rata-rata dari modal kerja.

2) Modal Kerja Variabel,yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu denganjumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja variabel ini adalah bagian dari aktiva lancar yang harus ditambah atau diperluas apabila situasi menghendaki, dan dikurangi atau diperkecil apabila sudah tidak diperlukan lagi. Modal kerja variabel dapat dibedakan :

a. Modal kerja musiman yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.

b. Modal kerja siklus yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. Kebutuhan akan jenis modal kerja ini adalah akibat dari adanya dari gelombang konjungtur perekonomian nasional maupun internasional.

c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya.

2.5.6 Komponen Modal Kerja

Komponen modal kerja terdapat pada setiap neraca perusahaan yaitu pada semua perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancar. Perbedaan perkiraan biasanya disebabkan oleh perbedaan jenis perusahaan.Perusahaan manufaktur memiliki kebutuhan modal kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan jasa.

(15)

1) Kas

Kas merupakan aktiva yang paling likuid.Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan. Jumlah kas di dalam perusahaan jangan terlalu besar karena akan banyak uang yang menganggu sehingga akan memperkecil profitabilitas.

2) Piutang

Rekening piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian dari aktivitas lancar, oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat diperhitungkan dengan cara yang seefisien mungkin.Piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja.Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit.

3) Persediaan

Persediaan barang merupakan elemen utama dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terusmenerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan barang mentah dan barang dalam proses. Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan.

2.5.7 Pentingnya Modal Kerja

Setiap perusahaan pasti selalu membutuhkan modal kerja, karena modal kerja selalu dibutuhkan secara terus-menerus selama perusahaan masih beroperasi maka pimpinan perusahaan harus selalu menaruh perhatian terhadap pangaturan modal kerja.Modal kerja merupakan alat untuk mengukur likuiditas perusahaan. Pengaturan modal kerja yang baik, perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi dalam jangka pendek (Gitosudarmo,2002).

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimilik oleh perusahan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahan (Gitosudarmo,2002). Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah:

a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan

b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang .

d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap,investasi jangka panjang aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat kurangnya modal kerja.

e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

2.6 Pinjaman

2.6.1 Pengertian Pinjaman

Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah bunga yang telah disepakati. 1) Pemberian pinjaman

Pemberian pinjaman atau penyaluran dana merupakan salah satu kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana yang dimiliki koperasi simpan pinjam. Oleh karena itu pemberian pinjaman merupakan sumber utama dari pendapatan simpan pinjam, yang berupa

(16)

pendapatan jasa (bunga).Dalam pemberian pinjaman koperasi simpan pinjam harus berhati-hati agar risiko yang dihadapi dapat seminim mungkin.

2) Pengembangan Produk Pinjaman

Mengingat bahwa pemberian pinjaman (penyaluran dana) adalah sumber dari pendapatan, maka pengelola simpan pinjam harus mampu membuat berbagai jenis produk pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan para anggota dan calon anggota. Secara garis besar jenis produk pinjaman terdiri dari :

a. Pinjaman Konsumtif

Pinjaman konsumtif yaitu pinjaman untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif, misalnya :

1) Pinjaman untuk pembelian elektronik ( TV, radio, kulkas) 2) Pinjaman untuk pembelian meubel ( meja, kursi, almari) b. Pinjaman Produktif

Pinjaman produktif yaitu pinjaman untuk membiayai kebutuhan usaha, sehingga dapat memperlancar atau memperbesar kegiatan produksi atau memperbesar omset penjualan. Selanjutnya secara lebih rinci pinjaman produktif dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Pinjaman Produksi

Pinjaman produksi adalah pinjaman untuk membiayai kegiatan usaha pembuatan barang atau produksi barang pertanian, perikanan, peternakan dan lain sebagainya 2) Pinjaman Komersial

Pinjaman komersial adalah pinjaman untuk membiayai usaha perdagangan 3) Jenis Pinjaman dan Pengembangannya

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis pinjamannya. Dalam praktiknya, pinjaman yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas pinjaman koperasi simpan pinjam kepada masyarakat.Pembagian jenis ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.

Secara umum jenis-jenis pinjaman yang disalurkan oleh koperasi simpan pinjam dan dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut :

a. Dilihat dari Segi Kegunaan

Dilihat dari segi kegunaan maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dari segi ini ada dua jenis pinjaman :

1) Pinjaman Investasi

Pinjaman investasi yaitu pinjaman yang biasa digunakanuntuk keperluan perluasanusaha atau membangun proyek atau pabrik dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya pinjaman ini digunakan untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

2) Pinjaman Modal Kerja

Pinjaman Modal Kerja merupakan pinjaman yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, pinjaman modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Pinjaman modal kerja, merupakan pinjaman yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

b. Dilihat dari Segi Tujuan Peminjaman

Pinjaman jenis ini dimaksudkan apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis pinjaman ini adalah :

1) Pinjaman Produktif

Pinjaman Produktif merupakan pinjaman yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.Pinjaman ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.Artinya, pinjaman ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baikberupa barang ataupun jasa.

(17)

Pinjaman konsumtif merupakan pinjaman yang digunakan untuk dikonsumsi ataupun dipakai sevara pribadi.Dalam pinjaman ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

c. Dilihat dari Segi Jaminan

Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai pinjaman yang diberikan. Jenis pinjaman dilihat dari segi jaminan ini adalah sebagai berikut :

1) Pinjaman dengan Jaminan

Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap pinjaman yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon peminjam.

2) Pinjaman tanpa Jaminan

Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.Pinjaman jenis ini dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon peminjam selama berhubungan dengan koperasi simpan pinjam yang bersangkutan.

d. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda.Oleh karena itu pemberian fasilitas pinjamanpun berbeda pula. Jenis pinjaman jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut :

1) Pinjaman Pertanian

Pinjaman ini merupakan pinjaman yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Pinjaman Peternakan

Dalam hal ini pinjaman diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk pinjaman jangka panjang seperti kambing atau sapi.

3) Pinjaman Industri

Pinjaman industri yaitu pinjaman untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar.

4) Pinjaman Pertambangan

Pinjaman pertambangan yaitu jenis pinjaman untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang.Seperti tambang emas, minyak atau timah.

5) Pinjaman Pendidikan

Pinjaman pendidikan merupakan pinjaman yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.

6) Pinjaman Profesi

Pinjaman profesi diberikan kepada kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau pengacara.

7) Pinjaman Perumahan

Pinjaman Perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

8) Sektor-sektor usaha lainnya.

2.6.2 Analisa Pinjaman

Analisa pinjaman adalah suatu rangkaian kegiatan yang sangat besar peranan di dalam pengambilan keputusan kredit. Untuk itu ada beberapa kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P sebagai berikut (Kasmir,2012).

1) Analisis 5C

(18)

Character adalah watak / sifat dan kejujuran dari pemohon pinjaman, apakah pemohon pinjaman dapat dijamin mempunyai itikad baik untuk melunasi pinjaman atau tidak. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada KSP bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercayai. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang calon peminjam baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti, cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga,hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan calon peminjam membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. Oleh karena itu pengelola KSP harus dapat mengamati atau menganalisa kehidupan pribadi pemohon pinjaman. Sedangkan hal-hal negatif dari karakter calon peminjam yang dapat menghambat kelancaran pelunasan pinjaman diantaranya ialah : apakah ia suka berjudi, royal, kehidupan pribadi, pernah tersangkut perkara pidana atau perdata, pernah menunggak, atau mempunyai istri lebih dari satu dan sebagainya.

b. Capacity (Kemampuan)

Hal ini untuk melihat kemampuan calon peminjam dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.Sehingga diharapkan usaha pemohon dapat berjalan dengan baik, mendapatkan laba sebagai jaminan dalam pengembalian pinjamannya.

c. Capital (Modal)

Pemohon diharapkan memiliki modal sendiri (kekayaan bersih) sebagai modal awal usahanya. Dalam dunia perbankan biasanya lembaga ini tidak akan tersedia untuk membiayai suatu usaha 100% artinya setiap calon peminjam yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya ataumodal sendiri. Dengankata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki anggota terhadap usaha yang akan dibiayai KSP sedangkan pinjaman berfungsi sebagai modal tambahan. Dengan adanya kewajiban ini diharapkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab, ada terhadap usahanya.

d. Collateral (Jaminan)

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon peminjam baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Dengan kata lain, sejauh mana jaminan tersebut dapat diperhitungkan nilai jualnya. Sehingga, jaminan ini bisa berarti pula kekayaan yang dapat diikat sebagai guna kepastian pengembaliannya sesuai dengan jangka waktu jika peminjam tidak melewati pinjamannya.

e. Condition (Kondisi)

Dalam menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospekusaha tersebut di masa yang akan datang. Yang perlu dianalisis adalah kondisi ekonomi saat ini (realisasi) pinjaman sampai dengan jatuh tempo pinjaman.

2) Analisis 7P

a. Personality yaitu menilai dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.

b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

c. Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah mengambil kredit, termasuk jenis yang diinginkan nasabah yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis yang diinginkan nasabah.

(19)

d. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. e. Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah

diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. f. Profitabilitas untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. g. Protection tujuannya dalah bagaimana menjaga kredit yang dikuncurkan oleh bank

namun melalui suatu perlindungan.

2.7 Hubungan antar masing-masing Variabel

2.7.1 Hubungan antara Jumlah Anggota dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi (Sartika,2002). Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan SHU(Anggara, 2010).

2.7.2 Hubungan antara Jumlah Simpanan dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana. Jadi, dari Jumlah Simpanan tersebut digunakan oleh koperasi sebagai modal usaha.Modal Usaha merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi seperti mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan maka Modal Koperasi semakin bertambah sehingga kegiatan operasional koperasi sepertikegiatan simpan pinjam akan berjalan dengan baik dan nantinya akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)

2.7.3 Hubungan antara Jumlah Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah bunga yang telah disepakati. Pinjaman merupakan salah satu produk utama koperasi yang juga di konsumsi anggota koperasi sendiri.Dimana penghasilan utama koperasi berasal dari bunga pinjaman.Banyaknya jumlah pinjaman sangat menentukan berapa SHU yang didapatkan.Sehingga, semakin tinggi jumlah pinjaman maka semakin banyak SHU yang didapatkan oleh Koperasi. (Ayuk, 2012).

2.7.4 Hubungan antara Modal kerja dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dalam perusahaan, aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Sari ,2010)

2.8 Hasil Penelitian Sebelumnya

Suryaningrum (2007), meneliti tentang pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

(20)

linier sederhana.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri berpengaruh positif terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang.

Septiasih (2009), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal pinjaman, dan volume usaha terhadap SHUpada KPRI di Kabupaten Rebang.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri, modal pinjaman, dan volume usaha berpengaruh positif terhadap SHU pada KPRI di Kabupaten Rebang.

Setiyono (2009), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal asing, dan volume usaha terhadap SHU pada KUD Kabupaten Kebumen.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri, modal asing, dan volume usaha berpengaruh positif terhadapSHU pada KUD di Kab Kebumen

Sari (2010), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha pada SHU Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri, modal luar, dan volume usaha berpengaruh positif terhadap SHU koperasi.

Anggara (2010), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, serta pinjaman terhadap besar kecilnya perolehan SHU pada Koperasi Karyawan “SARI MANIS” PT.PG. Candi Baru-Sidoarjo. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan serta jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU.

Husin (2012), meneliti tentang pengaruh pendapatan simpan pinjam dan biaya operasional terhadapSHU Koperasi di Surya Harapan Unit S/P Sentra Madu Lebah di Desa Bagan Laguh Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positifantara pendapatan simpan pinjam dan biaya operasional terhadap SHU Koperasi Surya Harapan Unit Sentra Madu Lebah.

Sulistiowati (2012), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota dan jumlah simpanan terhadap perolehan SHU Pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota dan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap perolehan SHU.

Ayuk (2012), meneliti tentang pengaruh anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, jumlah modal kerja terhadap SHU KSP di Kabupaten Badung Provinsi Bali tahun 2007-2011. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota ,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU KSP di Kabupaten Badung.

Nurfarhana (2013), meneliti tentang pengaruh modal kerja dengan laba usaha Koperasi pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta tahun 2007-2012.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana.Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara modal kerja dengan laba usaha/SHU.

Satriawati (2013), meneliti tentang pengaruh simpanan koperasi terhadap SHU Koperasi Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tahun 2009-2011.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa simpanan koperasi mempunyai pengaruh positif terhadap SHU Koperasi Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tahun 2009-2011.

Winarko (2014), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, jumlah anggota dan asset terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri, jumlah anggota, dan asset berpengaruh positif terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri.

Buana (2014), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi SHU Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal berpengaruh positif sedangkan volume usaha dan jumlah anggota berpengaruh

Gambar

Gambar 3.1  Kerangka Berpikir
Tabel 5.2  Hasil Uji Normalitas
Tabel 5.4  Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 5.8  Hasil Uji Statistik F

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (2) Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha (3) Pengaruh

ANALISIS PERKEMBANGAN DANA SIMPANAN ANGGOTA DAN PINJAMAN YANG DI BERIKAN PADA KOPERASI PEMBINA (DI DINAS KOPERASI, UKM DAN PERINDAG).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aset, modal sendiri, modal luar, volume usaha, dan anggota terhadap sisa hasil usaha pada Koperasi Simpan

(4) Ada pengaruh yang signifikan antara modal sendiri, modal pinjaman dan kredit yang disalurkan terhadap sisa hasil usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam Rukun Ikhtiar dengan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan eksplanatif yang teruji tentang pengaruh (1) pertumbuhan kredit bermasalah dan simpanan anggota koperasi secara simultan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka penelitian ini bertujuan melihat pengaruh jumlah anggota, modal sendiri, dan modal pinjaman terhadap sisa hasil usaha

Tujuan utama didirikan koperasi adalah untuk mencegah masyarakat agar tidak terjebak dalam sistem lintah darat atau rentenir (Anaroga dan Widiyanti,1998).

Yang dimaksud ke dalam Pos ini meliputi Pendapatan Bunga baik dari pinjaman (kredit) yang diberikan kepada anggota, maupun dari simpanan di Bank atau Koperasi lain dalam bentuk