• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA

KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

WAZNATI BASITH

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemahaman terhadap konsep sains masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep sains melalui metode penemuan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 3 siklus, setiap siklus terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, subjek penelitian siswa kelas III. Data dikumpulkan dengan pedoman observasi dan tes. Data diambil secara diskriptif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan aktivias siswa yakni semula pada siklus I mencapai rata-rata 58,85%, pada siklus II mencapai rata-rata 63,50% dan pada siklus III mencapai rata-rata 74%. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan pemahaman konsep sains yang semula pada siklus I mencapai rata-rata 57%, pada siklus II mencapai rata-rata 65,25% dan pada siklus III mencapai rata-rata 77,25%. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan penggunaan metode penemuan khususnya dalam upaya peningkatan pemahaman konsep sains.

(2)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS

MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA

KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA

KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

WAZNATI BASITH 1013109063

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS

MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA

KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA

KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PESAWARAN

SKRIPSI

Oleh

WAZNATI BASITH 1013109063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Kegiatan Siklus I ……….

Kegiatan Siklus II ………... Kegiatan Siklus III ……….

(5)

iv C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian... F. Ruang Lingkup Penelitian...

KAJIAN PUSTAKA... 2.7.Landasan Filosofi Pemanfaatan Media... 2.8.Metode Penemuan (Discovery)... 1. Pengertian Metode Penemuan... 2. Fungsi Metode Penemuan... 3. Kelebihan dan Kekeurangan... 4. Kerangka Fikir... 5. Hipotesis Tindakan ...

METODE PENELITIAN...

(6)

iv

IV

V.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A.Hasil Penelitian ... ... B.Pembahasan...

KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP Siklus I ………

Tabel Lampiran 1 Observasi Aktivitas Belajar Siswa………

Tabel Lampiran 1 Lembar Hasil Pemahaman Konsep ………..

Lampiran 2 RPP Siklus II ………..

Tabel Lampiran 2 Observasi Aktivitas Belajar Siswa………

Tabel Lampiran 2 Lembar Hasil Pemahaman Konsep………

Lampiran 2 RPP Siklus III ……….

Tabel Lampiran 2 Observasi Aktivitas Belajar Siswa……….

Tabel Lampiran 2 Lembar Hasil Pemahaman Konsep……… 66

72

73

76

83

84

88

95

(8)

iii

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Dra. Sasmiati, M.Hum

Penguji bukan Pembimbing : Dr. Herpratiwi, MPd

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1003

(9)

v

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Waznati Basith

NPM : 1013109063

Jurusan./Program Studi : FKIP S1 PGSD

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian Peningkatan Pemahaman Konsep Sains Melalui Metode Penemuan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah hasil pekerjaaan saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain, atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas/Institut lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Bandar Lampung, Mei 2012

(10)

ii

Judul : PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Nama : Waznati Basith. Nomor Pokok Mahasiswa : 1013109063. Program Studi

Jurusan

: :

SI PGSD DALAM JABATAN. Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd

(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Liwa pada tanggal 28 September 1959, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Basith dan Ibu Zarmani.

Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kotabumi Tahun kelulusan 1972, SMP Negri 1 Tanjung karang tahun kelulusan 1975, SPG Negeri 2 Tanjung karang selesai pada tahun 1979, D II PGSD Universitas Terbuka selesai tahun 1997.

(12)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, Ni’mat, hidayah dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Peningkatkan Pemahaman Konsep Sains Melalui Metode Penemuan Pada Siswa Kelas III SD Negri 2 Kurungan Nyawa Kec. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran”.

Tugas Akhir ini, ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Hi.Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila yang telah

memberikan nasehat dan montivasi selama penulis mengikuti perkuliaahan selama ini.

2. Bapak Drs. Baharudin R, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah banyak

memberikan nasihat kepada penulis, khususnya dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.

3. Bapak Dr Darsono, MPd selaku Ketua Program Bidang Studi PGSD Universitas Lampung

4. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan mencurahkan ilmu dalam Penelitian Tindakan Kelas dan penyusunan skripsi ini

(13)

ii

6. Dosen FKIP Unila yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Kepala Sekolah dan Dewan Guru serta seluruh siswa SD Negeri 2 Kurungan Nyawa

Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran

8. Keluarga yang sangat saya cintai, suami serta anak-anak yakni Syukriadi, ST, Trioctavia, SIP, Hendri Oktawahyudi, S.Kom, Irma, S.Pd dan Muhammad Azhar yang sangat saya banggakan.

9. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah banyak memberikan

dukungan baik moral maupun seperitual demi terwujudnya skripsi ini.

Semoga Tugas Akhir yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya, Amin.

Bandar lampung, Mei 2012

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Peserta didik pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga; berada pada

rentang usia dini pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan

seperti IQ, SQ, dan EQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa, pada

umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai suatu

keutuhan serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana,

proses pembelajaran masih bergantung objek-objek pengalaman yang di

alami secara langsung.

Saat ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas satu sampai kelas tiga

untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah. Misalnya IPA dua jam

pelajaran, IPS dua jam pelajaran, Bahasa Indonesia dua jam pelajaran. Dalam

pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya

mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan

dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang

masih melihat segala sesuatunya sebagai suatu keutuhan, pembelajaran yang

menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang

(15)

2

didik akibatnya anak kurang bisa memahami konsep-konsep yang di ajarkan.

Hal ini juga terjadi di SD Negeri 2 Kurungan nyawa pada anak kelas 3.

Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan guru di SD Negeri 2 Kurungan

Nyawa pada anak kelas 3, dalam proses pembelajarannya siswa belum bisa

memahami konsep-konsep sains yang diajarkan oleh guru. Hal ini disebabkan

karena guru hanya mengajarkan apa yang ada di dalam buku, sehingga

mengakibatkan siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran, aktifitas

sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran antra lain: berbicara dengan

teman, bermalas-malasan, dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh

guru. Situasi seperti ini mengakibatkan pemahaman konsep sains belum

tercapai sehingga hasil belajar belum memenuhi harapan. Hal ini terlihat dari

data yang ada, dari 25 siswa yang ada dikelas hanya 40% yang sudah bisa

memahami konsep-konsep sains semetara 60% belum bisa memahami

konsep-konsep sains dengan benar. Kondisi tersebut disebabkan guru hanya

mengajarkan materi-materi sesuai dengan urutan- urutan dalam buku tanpa

mempedulikan kesesuaian degan lingkungan belajar siswa, dengan kata lain

guru masih menggunakan metode lama yaitu metode ceramah. Ceramah

bukan metode yang efektif, hal ini disebabkan didalam ceramah hanya

berpegang kepada penggunaan kata-kata saja dan siswa jarang dilibatkan

langsung dalam kegiatan pembelajaran. Akibatnya pemahaman siswa

terhadap konsep-konsep sains menjadi rendah. Atas dasar kondisi tersebut

perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep

(16)

3

adalah dengan menggunakan metode penemuan, mengingat metode

penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa

sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya, belum diketahuinya itu

tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Sund

(dalam kartawisastra, 1980) Metode penemuan adalah proses mental dimana

siswa mengasimilasikan suatu konsep atau perinsip, penggunaan metode ini

baik untuk digunakan pada siswa kelas rendah.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat di

identivikasi adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya mengajarkan materi sesuai

dengan yang ada dibuku, tanpa mempedulikan kesesuaian dengan

lingkungan.

3. Aktivitas belajar dan pemahaman konsep sains pada siswa masih rendah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

1) Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

metode penemuan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kec.

(17)

4

2) Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep sains dengan menggunakan

metode penemuan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kec.

Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1) Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode

penemuan (discovery) pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan

Nyawa Kec. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran

2011/2012.

2) Peningkatan pemahaman konsep sains dengan menggunakan metode

penemuan (Discovery). pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan

Nyawa Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Para Guru yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam

memilih media dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

aktivitas dan penguasaan konsep siswa.

2. Siswa yaitu membantu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep

(18)

5

3. Sekolah yaitu dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas

pembelajaran.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan

dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan

Nyawa Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012

2. Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas siswa dalam mengajukan

pertanyaan, memberikan ide atau pendapat, berkomunikasi dalam

kelompok, bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok dan

menjawab pertanyaan.

3. Penguasaan konsep diperoleh dari hasil pretes dan postes aspek kognitif.

Materi pokok pada penelitian ini adalah Energi, Bumi dan Alam semesta,

(19)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep belajar

Menurut Daryanto (2010: 2), belajar adalah suatu proses perubahan yaitu

yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mendefinisikan belajar adalah suatu

proses usaha yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil suatu

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan terjadi secara

sadar, perubahan dalam belajar bersifat terus menerus dan fungsional,

perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar

bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,

perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Hendry E Garret dalam Prawiradilaga (2008: 22), berpendapat bahwa

belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama

melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri

dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Menurut

Skinner dalam prawiradilaga (2008: 22), belajar adalah suatu proses

(20)

7

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu kegiatan yang disengaja atau terencana dilakukan terus menerus

untuk mencapai perubahan (baik perubahan kognetif, psikomotorik

maupun efektif).

2.2. Prinsip-prinsip belajar

Menurut Daryanto (2010: 24), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memilki struktur,

penyajian sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk

mencapai tujuan intruksional.

4. Belajar itu proses kontinyu maka tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi ekplorasi dan discovery.

6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksioanl yang harus dicapai.

7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar

tenang.

(21)

8

9. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain, sehingga mendapat pengertian yang diharapkan,

stimulus yang diberikan response yang diharapkan.

10. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian

dan keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.

2.3 Teori Belajar Kognitivisme.

Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan

tersebut tidak harus selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang

diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah

mempunyai pengetahuan dan pengalaman, ini tertata dalam bentuk

kognitivisme yang sudah dimilki siswa, teori kognitivisme lebih

mementingkan proses belajar dari pada hasil, (Herpratiwi, 2009: 20).

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran adalah (1) guru

harus memberikan arahan agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan,

memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh

pengalaman yang optimlal dalam proses belajar, dan meningkat kemauan

belajar, (2) pendekatan pembelajaran dilakukan melalui urutan masalah,

materi pelajaran yang logis dan sistematis, dari yang umum ke yang

khusus, (3) pemberian hadiah dan hukuman harus memperhatikan ranah

kuantitas dan kualitas, (4) mengawali pemberlajaran dengan menggunakan

(22)

9

2.4 Pengertian Pembelajaran.

Alvin. W. Howard dalam Daryanto (2010: 1623), memberikan defenisi

pembelajarn sebagai berikut: “pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk

mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,

mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideal (cita-cita)

apreprections(penghargaan) danknowledge

Pendapat Waini Rasidin dalam Daryanto (2010; 164), pembelajaran yang

dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain, guru

merupakan koordinator yang melakukan aktivitas dalam interaksi

sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan, guru

hanya menyusun dan mengatur situasi belajar bukan menentukan proses

belajar.

Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sehingga sebelum dikenal

istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM). Sedangkan pembelajaran seperti yang didefinisikan Hamalik

(2001: 12), adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Prawiradilaga (2008: 19), pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan tutor dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar,

(23)

10

diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Mulyasa (2005: 12),

pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih

baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu,

maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.

Dari beberapa pendapat diatas jelas terdapat pengertian antara belajar

dengan pembelajaran, belajar lebih dititik beratkan pada proses yang

dilakukan oleh sesorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang

dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar

yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik

atau lingkungannya, untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta

didik dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru.

2.5 Prinsip-prinsip Pembelajaran.

Menurut Daryanto (2010: 165), ada 10 prinsip pembelajaran yaitu :

1. Perhatian, guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada

pelajaran.

2. Aktivitas, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir

maupun berbuat.

3. Appersepsi, guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan

(24)

11

4. Peragaan, guru harus menunjukkan benda-benda yang asli, bila

mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda

tiruan atau menggunakan media lainnya.

5. Repetisi, pelajaran itu perlu diulang.

6. Korelasi, guru wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara

setiap mata pelajaran atau dengan kenyataan.

7. Konsentrasi, hubungan antar mata pelajaran dapat diperluas mungkin,

dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa

memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam.

8. Sosialisasi, siswa disamping sebagai individu juga mempunyai segi

sosial yang perlu dikembangkan cara bergaul dengan orang lain.

9. Individualisasi, siswa merupakan makhluk individu yang unik,

mempunyai perbedaan khas, guru diharapkan dapat membantu

perkembangan siswa sesuai dengan karakter/keunikannya.

10. Evaluasi, kegiatan pembelajaran perlu dievaluasi agar dapat

memberikan motivasi bagi guru maupun siswa dalam meningkatkan

proses dan hasil belajar

2.6 Media Pembelajaran

Alat bantu (media) pengajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan

untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pencapaian tujuan dan

memperjelas serta mempermudah bahan pelajaran yang disajikan kepada

(25)

12

Umar Hamalik dan Usman (2002: 29), membagi 4 klasifikasi media

pembelajaran yaitu:

1. Alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi,

mikroprojektor, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, illustrasi,

shart, grafik, poster, peta dan globe.

2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya:

phonograph recorder.

3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi,

benda-benda tiga dimensi yang hanya biasanya dipertunjukkan

diantaranya model specimens, bak pasir, peta elektris, koleksi

diorama.

4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara, boneka dan

sebagainya.

2.7. Landasan Filosofi pemanfaatan media

Pembelajaran aktif menurut Hollingsworth (2005 : vi), adalah Flaw yaitu

keadaan sadar yang didalamnya seseorang bisa betul-betul terbenam dalam

sebuah aktivitas, sehingga dia tidak merasakan waktu yang berlalu. Artinya

pembelajaran aktif dimana peserta didik belajar secara aktif ketika mereka

secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun fisik.

Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup giat, berkesinambungan,

(26)

13

Fathurrohman (2007: 113), menyatakan “ Pembelajaran efektif terjadi jika

dengan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi senang dan mudah

memahami apa yang dipelajarinya.

2.8. Metode Penemuan (Discovery)

1. Pengertian Metode Penemuan

Metode Penemuan menurut Sund (dalam Kartawisastra, 1980) ialah

proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep

atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,

mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini

siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental

sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan

demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,

dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak

dapat belajar sendiri.

Metode Penemuan merupakan suatu metode pengajaran yang menitik

beratkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran

dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan

fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,

(27)

14

Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif

didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu

dilaksanakan melalui suatu cara yang disebutdiscovery.Discovery yang

dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk

menemukan suatu konsep atau prinsip.

2. Fungsi Metode Penemuan

Tiga Fungsi utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan

memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan

menggeneralisasi pengetahuan.(2) berpusat pada siswa (3) kegiatan

untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah

ada.

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Richard Scuhman Subroto (2002: 199) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan siswa;

2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi pengetahuan;

3. Seleksi bahan, problema/tugas-tugas;

4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta

peranan masing-masing siswa;

5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

(28)

15

8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya.

3. Kelebihan Dan Kekurangan

Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan menurut Suryosubroto

(2001: 2002) yaitu :

(a) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

(b) Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan

betul-betul dikuasai.

(c) siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna

dalam kehidupan sehari-hari.

(d) Siswa dibiasakan berfikir analitis dan memcoba memecahkan masalah

yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

(e) Metode berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau

(29)

16

Kelemahan metode discovery menurut Suryosubroto (2001: 2002) adalah:

(a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar

ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya

mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang

abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam

suatu

subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam

bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli

penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

(b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya

sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa

menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk

kata-kata tertentu.

(c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan

guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran

secara tradisional

(d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu

mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan

diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan

diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan

(30)

17

(e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide,

mungkin tidak ada

(f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir

kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi

terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah

pembinaannya.

4. Kerangka Pikir

Selama ini pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang

dianggap sulit oleh siswa SD Negeri 2 Kurungan nyawa Gedong Tataan

Pesawaran, karena banyak teori-teori dan tidak dihadirkan secara

konkrit. Proses pembelajaran sains di SD Negeri 2 Kurungan Nyawa

Gedong Tataan Pesawaran masih didominasi oleh guru melalui metode

ceramah dan tanya jawab.

Siswa lebih banyak mengandalkan informasi datang dari guru sehingga

siswa masih sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi

pelajaran. Metode pembelajaran tersebut menyebabkan kurangnya

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap

rendahnya penguasaan konsep siswa. Padahal kegiatan atau aktivitas

dalam proses pembelajaran sangat penting dilakukan untuk menunjang

(31)

18

Pengajaran yang baik membutuhkan model pembelajaran yang berpusat

kepada siswa, bukan berpusat pada guru. Pengetahuan yang baru

diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki

oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak harus berasal dari

guru, tetapi juga dapat diperoleh dari lingkungan. Salah satu model

pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered) adalah

metode Penemuan.

5. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut :

1. Dengan metode penemuan, dapat meningkatkan aktivitas belajar

pada siswa

2. Dengan metode penemuan, dapat meningkatkan pemahaman

(32)
(33)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(Classroom

Action Research).Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.

Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila

perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil

perlakuan.

Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam

menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa disekolah.

2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran dikelas.

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu, dan

sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang

digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

(34)

20

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi siswa disekolah.

Gambar : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins dalam Arikunto, 2007)

PTK terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.

Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencaaan tindakan

(planning), (b) penerapan tindakan(action),(c) observasi dan mengevaluasi proses

dan hasil tindakan, (d) refleksi dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan

(35)

21

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah : Siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa

Gedong Tataan Pesawaran. Tahun pelajaran 2011/2012. Siswa kelas III

berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki dan 8 perempuan

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kecamatan

Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, adapun lamanya penelitian mulai dari

bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan April 2012. Penelitian dilakukan

dalam tiga siklus.

D. Teknis Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat serta sesuai dengan masalah penelitian,

maka dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pengamat yang digunakan

untuk memperoleh data dari suatu penelitian sebagai upaya mengetahui

kesesuaian antara

perencanaan dan pelaksanaan. Observer dalam hal ini mengamati kegiatan

pembelajaran dan mengamati aktifitas siswa pada saat proses belajar

(36)

22

lembar obsevasi. Aktifitas diamati setiap lima menit. Pada penelitian ini tidak

hanya aktifitas siswa yang diamati.

2. Tes

Tes yang akan diberikan adalah tes setiap akhir tindakan atau siklus. Setiap

siklus terdiri dari dua pertemuan

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data tambahan mengenai

hal-hal yang terjadi selama proses belajar mengajar yang tidak terekam dalam

lembar obsevasi catatan lapangan dapat berupa prilaku siswa, maupun

permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan

pertemuan berikutnya.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung, mencari, dan mengumpulkan

data-data yang berhubungan dalam proses belajar mengajar.

E. Instrumen Penelitian

Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrument diturunkan berdasarkan definisi operasional. Tujuan

penyusunan kisi-kisi adaalah untk menentukan ruang lingkup dan sebagai

petunjuk dalam menulis butir instrument.

Kisi-kisi instrument penelitian ini untuk mengukur kemampuan pemahaman

(37)

23

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus I

Kemampuan siswa No

Mampu menyebutkan manfaat angin

Mampu menyebutkan akibat dari angin

Mampu mendiskripsikan angin yang membahayakan manusia

Mampu membuat kincir angin

1.

2.

3.

4.

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus II

Kemampuan siswa No

Mampu mengidentifikasi kenampakan bumi

Mampu menyebutkan bentuk bumi

Mampu menyebutkan kenampakan bumi yang ada didaratan

Mampu menyebutkan kenampakan bumi pada perairan

1.

2.

3.

4.

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus III

Kemampuan siswa No

Mampu mengidentifikasi cara manusia melestarikan alam

Mampu menunjukan gambar lingkungan yang baik dan lingkungan

yang rusak

Mampu memberi contoh perilaku yang menunjukkan kepedulian

terhadap lingkungan

Mampu menjelaskan dampak prilaku manusia terhadap lingkungan

1.

2.

3.

(38)

24

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, catatan lapangan,

lembar obsevasi aktivitas siswa. Indikator aktivitas siswa yang digunakan pada

lembar observasi siswa yaitu sebagai berikut :

1. Tidak melakukan kegiatan pembelajaran (mengobrol dan lain-lain)

2. Tidak berdiskusi atau bertanya dengan guru

3. Tidak berdiskusi atau bertanya dengan kelompok nya

4. Pindah ke kelompok lain

5. Tidak aktif atau diam

6. Tidak mengerjakan latihan soal

7. Tidak mendengarkan instruksi/ pertanyaan guru.

8. Perilaku siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran

Adapun indikator yang digunakan pada lembar observasi yaitu sebagai berikut

1. Menyiapkan RPP dan LKS

2. Menyiapakan sumber pembelajaran

3. Menyiapkan media pembelajaran

4. Membuka pelajaran dengan memberikan motivasi dan apresepsi

5. Menjelaskan materi

6. Penampilan guru

7. Suara dan intonasi pembicaraan

8. Penguasaan materi

(39)

25

10. Membimbing siswa

11. Kemampuan berinteraksi

12. Pengelolaan waktu

13. Membimbing siswa saat persentasi

14. Menyimpulkan materi pembelajaran memberitahu siswa materi yang akan di

pelajari pada pertemuan berikutnya.

F. Pelaksanaan Tindakan

1. Siklus I

a. Rencana

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang

kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan

penutup.

2. Menyusun skenario pembelajara menggunakan pembelajaran

berdasarkan masalah.

3. Menyusun lembar kegiatan siawa LKS.

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.

5. Mempersiapkan perangkat ujian akhir siklus.

b. Pelaksanaan

1. Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertemuan antara observer

(40)

26

serta menjelaskan secara umum pembelajaran yang akan diterapkan.

Kemudian peneliti mengumumkan kembali pembagian anggota

kelompok dalam mengatur lokasi setiap kelompok .

2. Kegiatan Inti

Kegiatan ini di awali dengan menjelaskan materi tentang berbagai

macam bentuk diagram pada data secara garis besar. Kemudian,

membagikan LKS kepada siswa. Dan kemudian memberikan masalah

kepada masing-masing kelompok, lalu siswa berdiskusi dalam

kelompoknya masing-masing. Setelah diskusi kelompok selesai,

persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh kelompok yang

ditunjuk kemudian kelompok yang lain memperhatikan atau memberi

tanggapan.

3. Penutup

Pada kegiatan ini. Peneliti bersama siswa menyimpulkan tentang

materi. Guru juga memberikan dorongan untuk siswa agar lebih aktif

berdiskusi. Pada akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mempelajari

materi yang akan datang.

c. Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

(41)

27

2. Siklus II

a. Rencana

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan

yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan penbelajara berdasarkan

masalah.

3. Menyusun lembar kegiatan siawa LKS.

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.

5. Mempersiapkan perangkat ujian akhir siklus.

b. Pelaksanaan

1. Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertemuan antara observer dengan

siswa. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran serta

menjelaskan secara umum pembelajaran yang akan diterapkan. Kemudian

peneliti mengumumkan kembali pembagian anggota kelompok dalam

mengatur lokasi setiap kelompok.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan ini di awali dengan menjelaskan materi tentang berbagai macam

bentuk diagram pada data secara garis besar. Kemudian, membagikan LKS

(42)

28

kelompok, lalu siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing.

Setelah diskusi kelompok selesai, persentasi hasil diskusi kelompok

dilakukan oleh kelompok yang ditunjuk kemudian kelompok yang lain

memperhatikan atau memberi tanggapan.

3. Penutup

Pada kegiatan ini. Peneliti bersama siswa menyimpulkan tentang materi.

Guru juga memberikan dorongan untuk siswa agar lebih aktif berdiskusi.

Pada akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang

akan datang

c. Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

2. Merumuskan rencana tindakan untuk siklus tiga.

3. Siklus III

a. Rencana

1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan

yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan penbelajara berdasarkan

masalah.

3. Menyusun lembar kegiatan siawa LKS.

(43)

29

5. Mempersiapkan perangkat ujian akhir siklus.

b. Pelaksanaan

1. Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertemuan antara observer dengan

siswa. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran serta

menjelaskan secara umum pembelajaran yang akan diterapkan. Kemudian

peneliti mengumumkan kembali pembagian anggota kelompok dalam

mengatur lokasi setiap kelompok.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan ini di awali dengan menjelaskan materi tentang berbagai macam

bentuk diagram pada data secara garis besar. Kemudian, membagikan

LKS kepada siswa. Dan kemudian memberikan masalah kepada

masing kelompok, lalu siswa berdiskusi dalam kelompoknya

masing-masing. Setelah diskusi kelompok selesai, presentasi hasil diskusi

kelompok dilakukan oleh kelompok yang ditunjuk kemudian kelompok

yang lain memperhatikan atau memberi tanggapan.

3. Penutup

Pada kegiatan ini. Peneliti bersama siswa menyimpulkan tentang materi.

(44)

30

berdiskusi. Pada akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mempelajari

materi yang akan datang.

c. Refleksi

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dan penelitian ini dikatakan berhasil jika :

1. Aktivitas semua siswa dalam semua aspek mencapai 65% keatas

(45)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Penelitian, peneliti mengambil beberapa kesimpulan antara

lain :

1. Penggunaan Metode Penemuan dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa

2. Penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan pemahaman konsep

sains pada siswa.

B. SARAN

1. Siswa hendaknya aktif dan mengamati langsung kompetensi dasar yang

akan dibahas agar siswa dapat menemukan konsep dalam pembelajaran.

2. Guru harus mampu meningkatkan semangat siswa guna untuk memotivasi

siswa dalam belajar dan beraktivitas.

3. Kepada dewan guru seyogianya menggunakan metode penemuan dalam

meningkatkan pemahaman konsep sains dan meningkatkan aktivitas

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara

Daryanto, 2010.Belajar dan mengajar. Bandung: Yrama Widya

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, Pupuh. Sobry Sutikno, 2007.Strategi Belajar Mengajar melalui Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama

Hamalik, O. 2001.Metode Mengajar dan Kesulitan Belajar. Bandung Transito

Herpratiwi, 2009,Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hollingsworth, Pat. Dkk. 2005 Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks

Mulyasa, E. 2005.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008.Prinsip Desains PembelajaranJakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rohmat.2004.Sains Sahabat ku 3. Jakarta: Ganesa exact

Sanjaya, Wina. 2007.Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sutarno, 2008.Kapita Selekta Pembelajaran Sekolah Dasar. Dirjendikti, Jakarta

Syarifudin, 2002.Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Diadit Media

Usman, Basyirudin. 2002.Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra Utama.

Gambar

Gambar : Spiral Penelitian Tindakan Kelas.(Hopkins dalam Arikunto, 2007)
Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus III

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku menonton acara televisi prime time pada masyarakat Desa Cibanteng termasuk dalam kategori yang tinggi dan memiliki hubungan dengan karakteristik

anak didiknya, melalui permainan finger painting. Dapat memberikan informasi pada pendidik bahwa kreativitas dapat. meningkatkan kualitas hidup.

Pertumbuhan dan produktivitas senyawa inhibitor α -glukosidase pada media ISP-4 menunjukkan bobot biomassa, inhibisi supernatan dan inhibisi ekstrak etil asetat

Provincial Education Department has several duties and responsibilities such as (1) doing an integrated socialization to the Local Educational Department and High School,

Proses rekonstruksi dari citra 2D tunggal dengan asumsi kedalaman berdasarkan level keabuan dengan algoritma Ball Pivoting sebagai pembentukan permukaan 3D dapat

Di pedesaan nilai koefisien korelasi variabel pemahaman gizi terhadap keputusan pembelian sayuran sebesar 0,46 yang berarti memiliki hubungan yang cukup dan positif yang

Judul KTI :ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S POST SECTIO CEASAREA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO.. Nama Penulis :

dibuatlah dinding panel dengan bahan tambah kapur yang bertulangan bambu. Dalam penelitian ini, bahan tambah yang digunakan adalah kapur. Harga. kapur yang relatif murah