iv
ABSTRAK
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA
KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
WAZNATI BASITH
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemahaman terhadap konsep sains masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep sains melalui metode penemuan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 3 siklus, setiap siklus terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, subjek penelitian siswa kelas III. Data dikumpulkan dengan pedoman observasi dan tes. Data diambil secara diskriptif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan aktivias siswa yakni semula pada siklus I mencapai rata-rata 58,85%, pada siklus II mencapai rata-rata 63,50% dan pada siklus III mencapai rata-rata 74%. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan pemahaman konsep sains yang semula pada siklus I mencapai rata-rata 57%, pada siklus II mencapai rata-rata 65,25% dan pada siklus III mencapai rata-rata 77,25%. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan penggunaan metode penemuan khususnya dalam upaya peningkatan pemahaman konsep sains.
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS
MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA
KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA
KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
WAZNATI BASITH 1013109063
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS
MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA
KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA
KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
SKRIPSI
Oleh
WAZNATI BASITH 1013109063
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Kegiatan Siklus I ……….
Kegiatan Siklus II ………... Kegiatan Siklus III ……….
iv C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian... F. Ruang Lingkup Penelitian...
KAJIAN PUSTAKA... 2.7.Landasan Filosofi Pemanfaatan Media... 2.8.Metode Penemuan (Discovery)... 1. Pengertian Metode Penemuan... 2. Fungsi Metode Penemuan... 3. Kelebihan dan Kekeurangan... 4. Kerangka Fikir... 5. Hipotesis Tindakan ...
METODE PENELITIAN...
iv
IV
V.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A.Hasil Penelitian ... ... B.Pembahasan...
KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 RPP Siklus I ………
Tabel Lampiran 1 Observasi Aktivitas Belajar Siswa………
Tabel Lampiran 1 Lembar Hasil Pemahaman Konsep ………..
Lampiran 2 RPP Siklus II ………..
Tabel Lampiran 2 Observasi Aktivitas Belajar Siswa………
Tabel Lampiran 2 Lembar Hasil Pemahaman Konsep………
Lampiran 2 RPP Siklus III ……….
Tabel Lampiran 2 Observasi Aktivitas Belajar Siswa……….
Tabel Lampiran 2 Lembar Hasil Pemahaman Konsep……… 66
72
73
76
83
84
88
95
iii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Penguji : Dra. Sasmiati, M.Hum
Penguji bukan Pembimbing : Dr. Herpratiwi, MPd
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1003
v
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Waznati Basith
NPM : 1013109063
Jurusan./Program Studi : FKIP S1 PGSD
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian Peningkatan Pemahaman Konsep Sains Melalui Metode Penemuan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah hasil pekerjaaan saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain, atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas/Institut lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya
Bandar Lampung, Mei 2012
ii
Judul : PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 KURUNGAN NYAWA KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Nama : Waznati Basith. Nomor Pokok Mahasiswa : 1013109063. Program Studi
Jurusan
: :
SI PGSD DALAM JABATAN. Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Liwa pada tanggal 28 September 1959, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Basith dan Ibu Zarmani.
Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kotabumi Tahun kelulusan 1972, SMP Negri 1 Tanjung karang tahun kelulusan 1975, SPG Negeri 2 Tanjung karang selesai pada tahun 1979, D II PGSD Universitas Terbuka selesai tahun 1997.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, Ni’mat, hidayah dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Peningkatkan Pemahaman Konsep Sains Melalui Metode Penemuan Pada Siswa Kelas III SD Negri 2 Kurungan Nyawa Kec. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran”.
Tugas Akhir ini, ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Hi.Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila yang telah
memberikan nasehat dan montivasi selama penulis mengikuti perkuliaahan selama ini.
2. Bapak Drs. Baharudin R, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah banyak
memberikan nasihat kepada penulis, khususnya dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
3. Bapak Dr Darsono, MPd selaku Ketua Program Bidang Studi PGSD Universitas Lampung
4. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan mencurahkan ilmu dalam Penelitian Tindakan Kelas dan penyusunan skripsi ini
ii
6. Dosen FKIP Unila yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Kepala Sekolah dan Dewan Guru serta seluruh siswa SD Negeri 2 Kurungan Nyawa
Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran
8. Keluarga yang sangat saya cintai, suami serta anak-anak yakni Syukriadi, ST, Trioctavia, SIP, Hendri Oktawahyudi, S.Kom, Irma, S.Pd dan Muhammad Azhar yang sangat saya banggakan.
9. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah banyak memberikan
dukungan baik moral maupun seperitual demi terwujudnya skripsi ini.
Semoga Tugas Akhir yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya, Amin.
Bandar lampung, Mei 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga; berada pada
rentang usia dini pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan
seperti IQ, SQ, dan EQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa, pada
umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana,
proses pembelajaran masih bergantung objek-objek pengalaman yang di
alami secara langsung.
Saat ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas satu sampai kelas tiga
untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah. Misalnya IPA dua jam
pelajaran, IPS dua jam pelajaran, Bahasa Indonesia dua jam pelajaran. Dalam
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya
mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan
dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang
masih melihat segala sesuatunya sebagai suatu keutuhan, pembelajaran yang
menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang
2
didik akibatnya anak kurang bisa memahami konsep-konsep yang di ajarkan.
Hal ini juga terjadi di SD Negeri 2 Kurungan nyawa pada anak kelas 3.
Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan guru di SD Negeri 2 Kurungan
Nyawa pada anak kelas 3, dalam proses pembelajarannya siswa belum bisa
memahami konsep-konsep sains yang diajarkan oleh guru. Hal ini disebabkan
karena guru hanya mengajarkan apa yang ada di dalam buku, sehingga
mengakibatkan siswa kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran, aktifitas
sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran antra lain: berbicara dengan
teman, bermalas-malasan, dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh
guru. Situasi seperti ini mengakibatkan pemahaman konsep sains belum
tercapai sehingga hasil belajar belum memenuhi harapan. Hal ini terlihat dari
data yang ada, dari 25 siswa yang ada dikelas hanya 40% yang sudah bisa
memahami konsep-konsep sains semetara 60% belum bisa memahami
konsep-konsep sains dengan benar. Kondisi tersebut disebabkan guru hanya
mengajarkan materi-materi sesuai dengan urutan- urutan dalam buku tanpa
mempedulikan kesesuaian degan lingkungan belajar siswa, dengan kata lain
guru masih menggunakan metode lama yaitu metode ceramah. Ceramah
bukan metode yang efektif, hal ini disebabkan didalam ceramah hanya
berpegang kepada penggunaan kata-kata saja dan siswa jarang dilibatkan
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Akibatnya pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep sains menjadi rendah. Atas dasar kondisi tersebut
perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep
3
adalah dengan menggunakan metode penemuan, mengingat metode
penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya, belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Sund
(dalam kartawisastra, 1980) Metode penemuan adalah proses mental dimana
siswa mengasimilasikan suatu konsep atau perinsip, penggunaan metode ini
baik untuk digunakan pada siswa kelas rendah.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat di
identivikasi adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya mengajarkan materi sesuai
dengan yang ada dibuku, tanpa mempedulikan kesesuaian dengan
lingkungan.
3. Aktivitas belajar dan pemahaman konsep sains pada siswa masih rendah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1) Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
metode penemuan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kec.
4
2) Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep sains dengan menggunakan
metode penemuan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kec.
Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1) Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode
penemuan (discovery) pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan
Nyawa Kec. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran
2011/2012.
2) Peningkatan pemahaman konsep sains dengan menggunakan metode
penemuan (Discovery). pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan
Nyawa Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Para Guru yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam
memilih media dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas dan penguasaan konsep siswa.
2. Siswa yaitu membantu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep
5
3. Sekolah yaitu dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas
pembelajaran.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan
dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan
Nyawa Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012
2. Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas siswa dalam mengajukan
pertanyaan, memberikan ide atau pendapat, berkomunikasi dalam
kelompok, bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok dan
menjawab pertanyaan.
3. Penguasaan konsep diperoleh dari hasil pretes dan postes aspek kognitif.
Materi pokok pada penelitian ini adalah Energi, Bumi dan Alam semesta,
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep belajar
Menurut Daryanto (2010: 2), belajar adalah suatu proses perubahan yaitu
yang dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mendefinisikan belajar adalah suatu
proses usaha yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil suatu
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan terjadi secara
sadar, perubahan dalam belajar bersifat terus menerus dan fungsional,
perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar
bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Hendry E Garret dalam Prawiradilaga (2008: 22), berpendapat bahwa
belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama
melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri
dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Menurut
Skinner dalam prawiradilaga (2008: 22), belajar adalah suatu proses
7
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu kegiatan yang disengaja atau terencana dilakukan terus menerus
untuk mencapai perubahan (baik perubahan kognetif, psikomotorik
maupun efektif).
2.2. Prinsip-prinsip belajar
Menurut Daryanto (2010: 24), prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memilki struktur,
penyajian sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk
mencapai tujuan intruksional.
4. Belajar itu proses kontinyu maka tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi ekplorasi dan discovery.
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksioanl yang harus dicapai.
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar
tenang.
8
9. Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain, sehingga mendapat pengertian yang diharapkan,
stimulus yang diberikan response yang diharapkan.
10. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian
dan keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.
2.3 Teori Belajar Kognitivisme.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan
tersebut tidak harus selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah
mempunyai pengetahuan dan pengalaman, ini tertata dalam bentuk
kognitivisme yang sudah dimilki siswa, teori kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil, (Herpratiwi, 2009: 20).
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran adalah (1) guru
harus memberikan arahan agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan,
memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh
pengalaman yang optimlal dalam proses belajar, dan meningkat kemauan
belajar, (2) pendekatan pembelajaran dilakukan melalui urutan masalah,
materi pelajaran yang logis dan sistematis, dari yang umum ke yang
khusus, (3) pemberian hadiah dan hukuman harus memperhatikan ranah
kuantitas dan kualitas, (4) mengawali pemberlajaran dengan menggunakan
9
2.4 Pengertian Pembelajaran.
Alvin. W. Howard dalam Daryanto (2010: 1623), memberikan defenisi
pembelajarn sebagai berikut: “pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk
mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideal (cita-cita)
apreprections(penghargaan) danknowledge”
Pendapat Waini Rasidin dalam Daryanto (2010; 164), pembelajaran yang
dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain, guru
merupakan koordinator yang melakukan aktivitas dalam interaksi
sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan, guru
hanya menyusun dan mengatur situasi belajar bukan menentukan proses
belajar.
Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sehingga sebelum dikenal
istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM). Sedangkan pembelajaran seperti yang didefinisikan Hamalik
(2001: 12), adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Prawiradilaga (2008: 19), pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan tutor dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar,
10
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Mulyasa (2005: 12),
pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu,
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas jelas terdapat pengertian antara belajar
dengan pembelajaran, belajar lebih dititik beratkan pada proses yang
dilakukan oleh sesorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang
dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar
yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik
atau lingkungannya, untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta
didik dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru.
2.5 Prinsip-prinsip Pembelajaran.
Menurut Daryanto (2010: 165), ada 10 prinsip pembelajaran yaitu :
1. Perhatian, guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada
pelajaran.
2. Aktivitas, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
maupun berbuat.
3. Appersepsi, guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan
11
4. Peragaan, guru harus menunjukkan benda-benda yang asli, bila
mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda
tiruan atau menggunakan media lainnya.
5. Repetisi, pelajaran itu perlu diulang.
6. Korelasi, guru wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara
setiap mata pelajaran atau dengan kenyataan.
7. Konsentrasi, hubungan antar mata pelajaran dapat diperluas mungkin,
dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa
memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam.
8. Sosialisasi, siswa disamping sebagai individu juga mempunyai segi
sosial yang perlu dikembangkan cara bergaul dengan orang lain.
9. Individualisasi, siswa merupakan makhluk individu yang unik,
mempunyai perbedaan khas, guru diharapkan dapat membantu
perkembangan siswa sesuai dengan karakter/keunikannya.
10. Evaluasi, kegiatan pembelajaran perlu dievaluasi agar dapat
memberikan motivasi bagi guru maupun siswa dalam meningkatkan
proses dan hasil belajar
2.6 Media Pembelajaran
Alat bantu (media) pengajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pencapaian tujuan dan
memperjelas serta mempermudah bahan pelajaran yang disajikan kepada
12
Umar Hamalik dan Usman (2002: 29), membagi 4 klasifikasi media
pembelajaran yaitu:
1. Alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi,
mikroprojektor, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, illustrasi,
shart, grafik, poster, peta dan globe.
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar, misalnya:
phonograph recorder.
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi,
benda-benda tiga dimensi yang hanya biasanya dipertunjukkan
diantaranya model specimens, bak pasir, peta elektris, koleksi
diorama.
4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara, boneka dan
sebagainya.
2.7. Landasan Filosofi pemanfaatan media
Pembelajaran aktif menurut Hollingsworth (2005 : vi), adalah Flaw yaitu
keadaan sadar yang didalamnya seseorang bisa betul-betul terbenam dalam
sebuah aktivitas, sehingga dia tidak merasakan waktu yang berlalu. Artinya
pembelajaran aktif dimana peserta didik belajar secara aktif ketika mereka
secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun fisik.
Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup giat, berkesinambungan,
13
Fathurrohman (2007: 113), menyatakan “ Pembelajaran efektif terjadi jika
dengan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi senang dan mudah
memahami apa yang dipelajarinya.
2.8. Metode Penemuan (Discovery)
1. Pengertian Metode Penemuan
Metode Penemuan menurut Sund (dalam Kartawisastra, 1980) ialah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep
atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental
sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan
demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri.
Metode Penemuan merupakan suatu metode pengajaran yang menitik
beratkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran
dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan
fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,
14
Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu
dilaksanakan melalui suatu cara yang disebutdiscovery.Discovery yang
dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip.
2. Fungsi Metode Penemuan
Tiga Fungsi utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan.(2) berpusat pada siswa (3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada.
Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Richard Scuhman Subroto (2002: 199) adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan siswa;
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan;
3. Seleksi bahan, problema/tugas-tugas;
4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing siswa;
5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
15
8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
3. Kelebihan Dan Kekurangan
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan menurut Suryosubroto
(2001: 2002) yaitu :
(a) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
(b) Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan
betul-betul dikuasai.
(c) siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari.
(d) Siswa dibiasakan berfikir analitis dan memcoba memecahkan masalah
yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
(e) Metode berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau
16
Kelemahan metode discovery menurut Suryosubroto (2001: 2002) adalah:
(a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar
ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang
abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam
suatu
subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam
bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli
penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
(b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk
kata-kata tertentu.
(c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional
(d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan
diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan
17
(e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide,
mungkin tidak ada
(f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi
terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah
pembinaannya.
4. Kerangka Pikir
Selama ini pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa SD Negeri 2 Kurungan nyawa Gedong Tataan
Pesawaran, karena banyak teori-teori dan tidak dihadirkan secara
konkrit. Proses pembelajaran sains di SD Negeri 2 Kurungan Nyawa
Gedong Tataan Pesawaran masih didominasi oleh guru melalui metode
ceramah dan tanya jawab.
Siswa lebih banyak mengandalkan informasi datang dari guru sehingga
siswa masih sulit untuk menemukan konsep sendiri pada materi
pelajaran. Metode pembelajaran tersebut menyebabkan kurangnya
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap
rendahnya penguasaan konsep siswa. Padahal kegiatan atau aktivitas
dalam proses pembelajaran sangat penting dilakukan untuk menunjang
18
Pengajaran yang baik membutuhkan model pembelajaran yang berpusat
kepada siswa, bukan berpusat pada guru. Pengetahuan yang baru
diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki
oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak harus berasal dari
guru, tetapi juga dapat diperoleh dari lingkungan. Salah satu model
pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered) adalah
metode Penemuan.
5. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus
dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Dengan metode penemuan, dapat meningkatkan aktivitas belajar
pada siswa
2. Dengan metode penemuan, dapat meningkatkan pemahaman
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(Classroom
Action Research).Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.
Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila
perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil
perlakuan.
Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam
menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa disekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran dikelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu, dan
sumber belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
20
6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa disekolah.
Gambar : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins dalam Arikunto, 2007)
PTK terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencaaan tindakan
(planning), (b) penerapan tindakan(action),(c) observasi dan mengevaluasi proses
dan hasil tindakan, (d) refleksi dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan
21
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah : Siswa kelas III SD Negeri 2 Kurungan Nyawa
Gedong Tataan Pesawaran. Tahun pelajaran 2011/2012. Siswa kelas III
berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki dan 8 perempuan
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kurungan Nyawa Kecamatan
Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, adapun lamanya penelitian mulai dari
bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan April 2012. Penelitian dilakukan
dalam tiga siklus.
D. Teknis Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat serta sesuai dengan masalah penelitian,
maka dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pengamat yang digunakan
untuk memperoleh data dari suatu penelitian sebagai upaya mengetahui
kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan. Observer dalam hal ini mengamati kegiatan
pembelajaran dan mengamati aktifitas siswa pada saat proses belajar
22
lembar obsevasi. Aktifitas diamati setiap lima menit. Pada penelitian ini tidak
hanya aktifitas siswa yang diamati.
2. Tes
Tes yang akan diberikan adalah tes setiap akhir tindakan atau siklus. Setiap
siklus terdiri dari dua pertemuan
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data tambahan mengenai
hal-hal yang terjadi selama proses belajar mengajar yang tidak terekam dalam
lembar obsevasi catatan lapangan dapat berupa prilaku siswa, maupun
permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan
pertemuan berikutnya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung, mencari, dan mengumpulkan
data-data yang berhubungan dalam proses belajar mengajar.
E. Instrumen Penelitian
Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrument diturunkan berdasarkan definisi operasional. Tujuan
penyusunan kisi-kisi adaalah untk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis butir instrument.
Kisi-kisi instrument penelitian ini untuk mengukur kemampuan pemahaman
23
Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus I
Kemampuan siswa No
Mampu menyebutkan manfaat angin
Mampu menyebutkan akibat dari angin
Mampu mendiskripsikan angin yang membahayakan manusia
Mampu membuat kincir angin
1.
2.
3.
4.
Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus II
Kemampuan siswa No
Mampu mengidentifikasi kenampakan bumi
Mampu menyebutkan bentuk bumi
Mampu menyebutkan kenampakan bumi yang ada didaratan
Mampu menyebutkan kenampakan bumi pada perairan
1.
2.
3.
4.
Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Sains Siklus III
Kemampuan siswa No
Mampu mengidentifikasi cara manusia melestarikan alam
Mampu menunjukan gambar lingkungan yang baik dan lingkungan
yang rusak
Mampu memberi contoh perilaku yang menunjukkan kepedulian
terhadap lingkungan
Mampu menjelaskan dampak prilaku manusia terhadap lingkungan
1.
2.
3.
24
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, catatan lapangan,
lembar obsevasi aktivitas siswa. Indikator aktivitas siswa yang digunakan pada
lembar observasi siswa yaitu sebagai berikut :
1. Tidak melakukan kegiatan pembelajaran (mengobrol dan lain-lain)
2. Tidak berdiskusi atau bertanya dengan guru
3. Tidak berdiskusi atau bertanya dengan kelompok nya
4. Pindah ke kelompok lain
5. Tidak aktif atau diam
6. Tidak mengerjakan latihan soal
7. Tidak mendengarkan instruksi/ pertanyaan guru.
8. Perilaku siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran
Adapun indikator yang digunakan pada lembar observasi yaitu sebagai berikut
1. Menyiapkan RPP dan LKS
2. Menyiapakan sumber pembelajaran
3. Menyiapkan media pembelajaran
4. Membuka pelajaran dengan memberikan motivasi dan apresepsi
5. Menjelaskan materi
6. Penampilan guru
7. Suara dan intonasi pembicaraan
8. Penguasaan materi
25
10. Membimbing siswa
11. Kemampuan berinteraksi
12. Pengelolaan waktu
13. Membimbing siswa saat persentasi
14. Menyimpulkan materi pembelajaran memberitahu siswa materi yang akan di
pelajari pada pertemuan berikutnya.
F. Pelaksanaan Tindakan
1. Siklus I
a. Rencana
1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
2. Menyusun skenario pembelajara menggunakan pembelajaran
berdasarkan masalah.
3. Menyusun lembar kegiatan siawa LKS.
4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.
5. Mempersiapkan perangkat ujian akhir siklus.
b. Pelaksanaan
1. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertemuan antara observer
26
serta menjelaskan secara umum pembelajaran yang akan diterapkan.
Kemudian peneliti mengumumkan kembali pembagian anggota
kelompok dalam mengatur lokasi setiap kelompok .
2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini di awali dengan menjelaskan materi tentang berbagai
macam bentuk diagram pada data secara garis besar. Kemudian,
membagikan LKS kepada siswa. Dan kemudian memberikan masalah
kepada masing-masing kelompok, lalu siswa berdiskusi dalam
kelompoknya masing-masing. Setelah diskusi kelompok selesai,
persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh kelompok yang
ditunjuk kemudian kelompok yang lain memperhatikan atau memberi
tanggapan.
3. Penutup
Pada kegiatan ini. Peneliti bersama siswa menyimpulkan tentang
materi. Guru juga memberikan dorongan untuk siswa agar lebih aktif
berdiskusi. Pada akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mempelajari
materi yang akan datang.
c. Refleksi
1. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
27
2. Siklus II
a. Rencana
1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
2. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan penbelajara berdasarkan
masalah.
3. Menyusun lembar kegiatan siawa LKS.
4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.
5. Mempersiapkan perangkat ujian akhir siklus.
b. Pelaksanaan
1. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertemuan antara observer dengan
siswa. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran serta
menjelaskan secara umum pembelajaran yang akan diterapkan. Kemudian
peneliti mengumumkan kembali pembagian anggota kelompok dalam
mengatur lokasi setiap kelompok.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini di awali dengan menjelaskan materi tentang berbagai macam
bentuk diagram pada data secara garis besar. Kemudian, membagikan LKS
28
kelompok, lalu siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing.
Setelah diskusi kelompok selesai, persentasi hasil diskusi kelompok
dilakukan oleh kelompok yang ditunjuk kemudian kelompok yang lain
memperhatikan atau memberi tanggapan.
3. Penutup
Pada kegiatan ini. Peneliti bersama siswa menyimpulkan tentang materi.
Guru juga memberikan dorongan untuk siswa agar lebih aktif berdiskusi.
Pada akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang
akan datang
c. Refleksi
1. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.
2. Merumuskan rencana tindakan untuk siklus tiga.
3. Siklus III
a. Rencana
1. Merancang skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
2. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan penbelajara berdasarkan
masalah.
3. Menyusun lembar kegiatan siawa LKS.
29
5. Mempersiapkan perangkat ujian akhir siklus.
b. Pelaksanaan
1. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertemuan antara observer dengan
siswa. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran serta
menjelaskan secara umum pembelajaran yang akan diterapkan. Kemudian
peneliti mengumumkan kembali pembagian anggota kelompok dalam
mengatur lokasi setiap kelompok.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini di awali dengan menjelaskan materi tentang berbagai macam
bentuk diagram pada data secara garis besar. Kemudian, membagikan
LKS kepada siswa. Dan kemudian memberikan masalah kepada
masing kelompok, lalu siswa berdiskusi dalam kelompoknya
masing-masing. Setelah diskusi kelompok selesai, presentasi hasil diskusi
kelompok dilakukan oleh kelompok yang ditunjuk kemudian kelompok
yang lain memperhatikan atau memberi tanggapan.
3. Penutup
Pada kegiatan ini. Peneliti bersama siswa menyimpulkan tentang materi.
30
berdiskusi. Pada akhir kegiatan guru meminta siswa untuk mempelajari
materi yang akan datang.
c. Refleksi
Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
G. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dan penelitian ini dikatakan berhasil jika :
1. Aktivitas semua siswa dalam semua aspek mencapai 65% keatas
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian, peneliti mengambil beberapa kesimpulan antara
lain :
1. Penggunaan Metode Penemuan dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa
2. Penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan pemahaman konsep
sains pada siswa.
B. SARAN
1. Siswa hendaknya aktif dan mengamati langsung kompetensi dasar yang
akan dibahas agar siswa dapat menemukan konsep dalam pembelajaran.
2. Guru harus mampu meningkatkan semangat siswa guna untuk memotivasi
siswa dalam belajar dan beraktivitas.
3. Kepada dewan guru seyogianya menggunakan metode penemuan dalam
meningkatkan pemahaman konsep sains dan meningkatkan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto, 2010.Belajar dan mengajar. Bandung: Yrama Widya
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh. Sobry Sutikno, 2007.Strategi Belajar Mengajar melalui Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama
Hamalik, O. 2001.Metode Mengajar dan Kesulitan Belajar. Bandung Transito
Herpratiwi, 2009,Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Hollingsworth, Pat. Dkk. 2005 Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks
Mulyasa, E. 2005.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008.Prinsip Desains PembelajaranJakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rohmat.2004.Sains Sahabat ku 3. Jakarta: Ganesa exact
Sanjaya, Wina. 2007.Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sutarno, 2008.Kapita Selekta Pembelajaran Sekolah Dasar. Dirjendikti, Jakarta
Syarifudin, 2002.Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Diadit Media
Usman, Basyirudin. 2002.Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra Utama.