• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMATANGAN KARIR MAHASISWA YANG BEKERJA PART TIME DENGAN MAHASISWA YANG TIDAK BEKERJA PART TIME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMATANGAN KARIR MAHASISWA YANG BEKERJA PART TIME DENGAN MAHASISWA YANG TIDAK BEKERJA PART TIME"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMATANGAN KARIR MAHASISWA YANG

BEKERJA

PART TIME

DENGAN MAHASISWA YANG

TIDAK BEKERJA

PART TIME

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

Anton Radian W 04810133

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

2011

PERBEDAAN KEMATANGAN KARIR MAHASISWA YANG

BEKERJA

PART TIME

DENGAN MAHASISWA YANG

TIDAK BEKERJA

PART TIME

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

Anton Radian W 04810133

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Ini Telah Diuji Oleh Dewan Penguji

Tanggal, 5 Februari 2011

Dewan Penguji

1. Ketua Penguji : Zakarija Achmat, S.Psi M.Si ____________

2. Anggota Penguji : Dra. Djudiah, M.si ____________

: Adib Asrori, S.Psi, M. Psi ____________

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Kematangan Karir ... 9

1. Pengertian Kematangan Karir ... 9

2.Konsep Kematangan Karir... 10

3.Faktor-faktor Kematangan Karir... 11

B. Mahasiswa Yang Bekerja Part Time... 13

1.Pengertian Mahasiswa Yang Bekerja Part Time... 13

2. Pengaruh Bekerja Part TimePada Mahasiswa ... 15

C. Perbedaan Kematangan Karir MahasiswaYang Bekerja Part Time Dengan Mahasiswa Yang Tidak Bekerja Part Time... ... 16

D. Kerangka Pemikiran... 18

E. Hipotesis... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

A. Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel Penelitian ... 20

1. Identifikasi variabel penelitian...21

2. Devinisi Operasional Variabel Penelitian...21

a. Kematangan Karir...21

b. Mahasiswa Yang Bekerja Part TimeDan Yang Tidak Bekerja Part Time...22

C. Populasi Dan Sampel ... 22

(5)

E. Prosedur Penelitian... 25

1. Tahap Persiapan...25

2. Tahap Penelitian...25

3. Tahap Akhir...25

F. Validitas Dan Reliabilitas ... 26

1. Validitas... 26

2. Reliabilitas... 27

G. Metode Analisis Data... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN... 29

A. Deskripsi Data... 29

B. Analisa Data ... 31

C. Pembahasan... 33

BAB V PENUTUP... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA...xii

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perhitungan T-ScoreKematangan Karir Secara Keseluruhan (mahasiswa bekerja part timedan mahasiswa yang tidak bekerja part time) ... 30 Tabel 2 Perhitungan T-ScoreKematangan Karir Pada

Mahasiswa Yang Bekerja Part Time... 31 Tabel 3 Perhitungan T-ScoreKematangan Karir Pada

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Data Kasar...

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, dkk. 2007. Pengaruh Locus of Control dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Skripsi Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi No. 2. Proceding PESAT Universitas Gunadarma.

http://ejournal.gunadarma.ac.id/files//Anita%20Z%20Taganing%20Pengaru h%20Locus%2of.pdf. Diakses tanggal 31 Agustus 2010.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azhar, dkk. 2006. Gambaran Kematangan Karir Pada Para Calon Sarjana Di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Skripsi Bandung: Penelitian Tidak diterbitkan.

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron. 2007. Hospitality and Tourism Students’ Part-time Employment: Patterns, Benefits and Recognition. Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education.

Brown, Steven D.,& Lent, Robert W. 2005. Career Development and Counseling, Putting Theory and Research to Work. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Hoboken.

Charles, C. 1987. Career Development, Counseling Throught the Life Span. Los Angeles: University of California.

Dekker, dkk. 1998. Predicting Union Attitudes In Student Part Time Workers. Canadian Journal Of Behavioral Science, Quen’s University.

Fatrianti, A. (2007). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Antara Mahasiswa Aktifis dengan Mahasiswa Non Aktifis di Organisasi Kemahasiswaan. SkripsiUniversitas Muhammadiyah Malang.

http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/221/jiptummpp-gdl-s1-2007-estiraayuf-11025-1.+Penda-n.pdf. Diakses tanggal 10 Agustus 2010.

Holland. 1985. Self Directed Search. Odessa, FL: Psychological Assessment Resources.

(9)

Kerlinger, Fred N. 2000. Asas-Asas Penelitian Behaviora Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Made. 2007. Pengaruh Kerja Paruh Waktu Terhadap Kondisi Perkuliahan. Malang: Laporan Penelitian Teknik Informatika, Tidak Diterbitkan.

Manhiru, Mohammad Thayeb. 2005. Studi Tentang Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa Di Sulawesi Selatan. Disertasi

Fakultas Pasca Sarjana Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Naido, Anthony. 1998. Karir Maturity: A Review of Empat Dasawarsa Penelitian. Jurnal Penilaian Karir, v18 n2 p207-219.

Patton, Wendy, and Erica Smith. 2010. “Part-Time Work of High School Students: Impact on Employability, Employment Outcomes and Career Development.” Australian Journal of Career Development: 54+. Gale Arts, Humanities and Education Standard Package. Web. 22 Apr. 2010

Poerwanti, Endang. 2000. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang: Pusat Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Rahmawati, A. 2006. Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau Dari Pola Asuh.

SkripsiUniversitas Sumatra Utara.

Robinson, L. 1996. School Students and Part Time Work. Australian: Research Report Number 2.

Savickas, M.L. 1993. The Predictive Validity of Career Development Measures. Journal of Career Assessment, 1, 93-104.

Seligman, L. 1994. Assessment in Developmental Career Counselling. Handbook of Vocational Psychology , 1, 1-194.

Stern, D. 1997. Paid Employment Among U.S. College Students: Trends, Effects, and Possible Causes. The Journal of Higher Education, 62(1), 25-43.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Let’s talk about education!

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/05/perkembangankarier/. Diakses tanggal 7 Agustus 2010.

(10)

Super, D.E. 1990. A Life-Span Approach to Career Development. In D. Brown & L. Brooks (Eds.), Career Choice and Development. San Francisco: Jossey-Bass.

Taganing K., N.M., dkk. 2006. Adaptasi, Uji Validitas dan Realibilitas Career Maturity Inventory (CMI) Pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi no 2 Jilid 11 Desember 2006 Universitas Gunadarma

Winarsunu, Tulus. 2004. Statistik, Dalam Penelitian Psikologi Dan Pendidikan. Malang: UMM Press.

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa usia 18-25 tahun merupakan tahapan usia dewasa awal dimana

seseorang telah memahami arti kehidupan yang sesungguhnya dan orangtua mulai

memberi lebih banyak peluang bagi seseorang dalam mengambil keputusan pada

setiap permasalahan yang juga bersifat lebih kompleks (www.wordpress.com).

Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka

sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan

yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier

yang berkelanjutan (Tri Muji, 2009).

Pada usia ini seseorang seharusnya telah mengambil keputusan karir. Untuk

dapat memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan kematangan karir.

Kematangan karir ini meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan pekerjaan,

kemampuan memilih suatu pekerjaan, dan kemampuan untuk merencanakan

langkah-langkah menuju karir yang diharapkan. Pilihan karir dan langkah-langkah

pendidikan dan pelatihan yang tepat akan mengantar seseorang menjadi individu

yang memiliki daya saing dalam bursa kerja. Sebaliknya, rendahnya kematangan

karir dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karir, termasuk

kesalahan dalam menentukan pendidikan lanjutan (Anita, dkk, 2007).

Pengambilan keputusan karier yang dibuat dengan perencanaan matang

(12)

2

pemahaman dan analisis lingkungan karier yang akan dipilih secara mendalam

dan tajam, dan mengintegrasikan keduanya sebagai dasar keputusan karier

(Carney, 1987). Terkait dengan kematangan karir tersebut maka definisi dari

kematangan karir sebagai keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan tertentu. Definisi ini

menunjukkan bahwa kematangan karir berkaitan dengan tugas perkembangan

karir pada tiap-tiap tahap perkembangan karir.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anita dkk, maka efikasi

pemilihan karir tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan locus of

control memiliki pengaruh yang signifika terhadap kematangan karir. Hal ini

dikarenakan orang yang memiliki locus of control yang internal, ketika

dihadapkan pada pemilihan karir, maka ia akan melakukan usaha untuk mengenal

diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta

berusaha mengatasi masalah yang berkaitan (Anita, dkk, 2007).

Namun berbeda dalam penelitian Azhar dkk menganai kematangan karir

dimana penelitian tersebut menggunakan metode survey terhadap 123 responden

dengan rincian 55 responden merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi dan 68

responden merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi yang tengah

menyelesaikan skripsinya. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa ternyata

52,8% dari responden berada pada kategori belum matang dan 47,2% berada pada

taraf matang. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir

secara umum masih berada pada taraf belum siap untuk menentukan arah karirnya

(13)

3

perencanaan, mengambil keputusan dan juga wawasannya mengenai dunia kerja.

Jika dilihat berdasarkan aspek-aspek yang membentuk kematangan karir, maka

secara umum seluruh aspek masih tergolong rendah. Para mahasiswa merasa

belum cukup memiliki pengetahuan yang memadai tentang pekerjaan guna

menunjang bagi perencanaan karirnya, belum mampu memanfaatkan

sumber-sumber informasi secara maksimal untuk melakukan eksplorasi mengenai

pekerjaan dan karir serta masih kurang memiliki wawasan yang memadai

mengenai dunia kerja. Meski secara umum, mereka mampu mengambil keputusan

secara mandiri, namun jika melihat aspek-aspek lainnya, tampak keputusan yang

diambil pun masih kurang dilandasi oleh pengetahuan, wawasan dan perencanaan

yang memadai terkait dengan karir yang akan dicapai (Azhar, dkk, 2006).

Apabila hal tersebut dikaitkan dengan bekerja sambil kuliah, dimana bagi

orang-orang tertentu mungkin bisa lancar dan membagi waktu dengan baik. Tapi

bagi yang kurang bisa memanejemennya dengan baik, justru bisa membunuhnya.

Resiko yang ada cukup besar, seperti, susah bagi waktu, sering telat kuliah, sering

bolos kuliah, tidak lulus ujian, lama lulusnya, atau malah mungkin sampai DO

(drop out). Pekerjaanya pun tidak bisa maksimal, karena waktunya pun

terbagi-bagi (Yoga. H, 2007).

Seseorang yang dapat menikmati pendidikan tinggi mempunyai kebanggaan

diri dan kepercayaan diri dalam bergaul dibanding mereka yang tidak punya

kesempatan melanjutkan studi. Teman-teman sebaya di perkuliahan akan

mengembangkan potensi sosial mereka. Proses pembelajaran di perkuliahan yang

(14)

4

brinteraksi sosial di masyarakat. Keaktifan berorganiasasi pada kegiatan ekstra

kurikuler (intra organisasi kemahasiswaan) juga dapat mengembangkan

kepemimpinannya dalam berorganisasi dan bermasyarakat.

Salah satu determinan sukses karier adalah kongruensi (kesesuaian) antara

disposisi diri personal dengan karakter lingkungan karier. Kongruensi atau

kesesuaian antara karakter diri berhubungan dengan kualitas keterlibatan individu

dalam karier (dan studi), prestasi studi/kerja, stabilitas individu dalam menjalani

(studi) dan kariernya, dan kepuasan karier (studi dan kerja) (Holland, 1985).

Pilihan karier individu seharusnya adalah hasil dari proses pengenalan diri,

peluang-peluang karier, dan tindakan mengintegrasikan secara rasional dua

domain ini untuk menentukan pilihan karier, dan perjalanan sepanjang rentang

usia tertentu hingga mencapai kematangan karier. Tahap perkembangan karir bagi

mahasiswa di usia dewasa awal merupakan tahapan yang bukan lagi tentatif tapi

realistis. Mahasiswa tetap bersikap eksploratif tetapi sasarannya lebih mengarah

tajam dan realistis pada karir yang ingin dicapai sesuai dengan jurusan studi di

perguruan tinggi.

Lebih dari 20 tahun yang lalu, Steinberg (dalam Dekker, 1998) menemukan

bahwa bekerja sambil belajar secara alamiah memberikan indikasi siswa dengan

persyaratan yang akan diperlukan untuk berfungsi secara efektif dalam karier

selanjutnya. Secara khusus, ia telah menemukan bahwa siswa bekerja paruh waktu

mengembangkan kerja tim, komunikasi, layanan pelanggan dan keterampilan

praktis. Pengembangan keterampilan ini nampaknya lebih penting bagi siswa

(15)

5

2007) mempertimbangkan bahwa siswa dapat langsung menghubungkan

pengalaman bekerja paruh waktu, pada waktunya mampu meningkatkan

pengetahuan akademis mereka, motivasi akademik dan prospek pekerjaan. Oleh

karena itu mungkin akan menyarankan bahwa siswa yang terlibat dalam

program-program yang spesifik dan kejuruan yang bekerja paruh waktu di industri tertentu

di samping akan mendapatkan uang, pengalaman berbagai akademis, masa depan

karir dan pengembangan keterampilan manfaat. Akibatnya, sejumlah peneliti telah

menyimpulkan bahwa kombinasi dari kebutuhan keuangan dan kesempatan untuk

mendapatkan pengalaman dan pada akhirnya meningkatkan kesempatan karir

telah mendorong siswa untuk mencari pekerjaan selama waktu di samping

pekerjaan liburan yang lebih tradisional (Harvey dkk, dalam Baron, 2007).

Adapun perlunya kerja paruh waktu di beberapa negara besar adalah sebagai

pemenuhan kebutuhan keuangan dan ada sejumlah besar penelitian yang

menyimpulkan bahwa merupakan persyaratan siswa untuk berkontribusi pada

biaya pendidikan mereka yang tinggi mereka dan meminta mereka untuk bekerja

paruh waktu (Sorensen, dkk dalam Baron, 2007). Namun ada yang lain, alasan

untuk bekerja paruh waktu sambil belajar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Baron (2007) didapatkan gambaran bahwa dari kelompok mahasiswa yang

dijadikan responden dalam penelitiannya menunjukan hasil dimana sebagian besar

mahasiswa yang bekerja dikarenakan untuk alasan keuangan, sedangkan sekitar 7

persen (26) responden menyatakan bahwa alasan utama mereka untuk bekerja

adalah untuk mendapatkan pengalaman atau mengembangkan keterampilan

(16)

6

Pada era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam pemenuhan

kebutuhan mengakibatkan peningkatan jumlah mahasiswa yang melakukan

pekerjaan yang dibayar selama waktu (Watts dan Pickering, dalam Baron 2007).

Meskipun sampai saat ini belum ada jumlah yang pasti berapa besar mahasiswa

Indonesia yang bekerja paruh waktu, namun beberapa studi telah menemukan

bahwa antara 50 - 60 % dari semua mahasiswa di negara-negara barat saat ini

melakukan kerja paruh waktu di samping menjalani pendidikan (Curtis dan

Williams, dalam Baron 2007).

Hasil penelitian Sangeeta memberikan bukti bahwa terlepas dari jenis

kelamin, mahasiswa muda yang bekerja paruh waktu cenderung menampilkan

rasa tanggung jawab pribadi lebih besar dalam situasi kehidupan sehari-hari

mereka dan menampilkan kematangan karir lebih besar dibandingkan siswa yang

tidak bekerja.

Dari kenyataan yang ada sejak pagi hingga sore seseorang harus bekerja

mengeluarkan tenaga serta pikiran dan pada sore hari hingga malam harus berada

dalam kelas untuk menerima materi kuliah. Hal inilah yang dialami mereka yang

menjalani bekerja sambil kuliah (Made, 2007). Namun selain itu, ada juga

sebagian mahasiswa yang lebih memilih tidak bekerja sambil kuliah karena

berbagai alasan tertentu. Misalnya saja mereka tidak memiliki waktu yang cukup

untuk berlari-lari hanya untuk datang dengan tepat waktu baik untuk kuliah

maupun bekerja, selain itu mereka lebih memilih serius dalam akademik sehingga

pada akhirnya mereka mendapatkan nilai yang baik dan kurang adanya

(17)

7

Studi lain menemukan bahwa bagian kerja paruh waktu merupakan elemen

normal ketika belajar dengan waktu yang penuh di bawah mayoritas siswa, baik

yang secara aktif terlibat dalam pekerjaan paruh waktu. Selain itu bekerja paruh

waktu menampilkan kematangan karir yang lebih besar dibandingkan dengan

tidak bekerja paruh waktu bertepatan dengan kesimpulan Patton (2001)

berdasarkan penelaahan literatur psikologi karir riset. Ia menyimpulkan bahwa

pekerjaan paruh-waktu memberikan kontribusi bagi pengembangan orang muda

dan mereka menunjukkan kematangan karir yang lebih besar daripada mereka

yang tidak bekerja.

Berdasarkan hasil paparan latar belakang, fenomena perbedaan mahasiswa

part time dan tidak part time terjadi karena berbagai faktor salah satunya untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi dan tambahan dalam kebutuhan akademis,

kemudian adanya keseriusan dalam akademik sehingga memilih untuk tidak

melakukan part time. Mereka yang memilih untuk melakukan kerja paruh waktu

memperoleh manfaat dari pekerjaan yang ia lakukan selama per minggu. Stern

(1997) mengatakan manfaatnya adalah mereka memiliki potensi penghasilan masa

depan dan sikap lebih positif untuk bekerja yang dapat terbentuk selama bekerja

atau pengalaman selama bekerja. Berbeda dengan mahasiswa yang tidak

melakukan pekerjaan paruh waktu. Namun adapula pemilihan mahasiswa part

time atau tidak tersebut bisa terjadi perbedaan dari segi kematangan karir

seseorang. Hal ini sangat menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian berupa

(18)

8

Maka untuk itu penulis tertarik untuk memilih judul “Perbedaan

Kematangan Karir Mahasiswa Yang Bekerja Part Time Dengan Mahasiswa

Yang Tidak BekerjaPart Time.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“ Apakah ada Perbedaan kematangan karir antara mahasiswa yang bekerja part

timedengan mahasiswa yang tidak bekerjapart time”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan

kematangan karir mahasiswa yang bekerja part time dengan mahasiswa yang

tidak bekerjapart time?

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritik

Manfaat secara teoritik dari penelitian ini yaitu memberikan masukan atau

informasi baru terhadap perkembangan teori di bidang psikologi khususnya

psikologi industri.

2. Kegunaan Praktis

Dalam penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi bagi

masyarakat tentang perbadaan antara mahasiswa yang melakukan part time

dengan yang tidak part time serta bagi mahasiswa yang ingin bekerjapart time

bahwa bekerja part time dapat menambah salah satu nilai dalam mencari

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penaksiran ini menunjukkan bahwa variabel upah sektor pertanian, variabel PDRB sektor pertanian, dan variabel pengeluaran untuk belanja pegawai mempunyai

Penggunaan PEGME sebagai larutan inhibitor dalam lingkungan asam menunjukan hasil yang sangat baik dan sangat efektif untuk mengatasi masalah korosi pada material

langsung atau tidak langsung Hadiah/Cinderamata dan atau Hiburan dari setiap pihak yang memiliki hubungan bisnis atau pesaing Waskita, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi,

SATUAN HARGA SATUAN KETERANGAN... SATUAN HARGA

Secara umum tujuan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh langsung dan tidak langsung antara daya ledak otot tungkai, kecepatan rekasi dan motivasi

Hasilnya menyatakan bahwa peningkatan terhadap pengalaman audit terjadi ketika outsourcing, tetapi tidak secara signifikan meningkatkan kepercayaan parapengguna terhadao

Jotkut siis vastasivat myös sekä että, mutta toivat lisäksi henkilö- kunnan koulutuksen esille.. Ne muutamat, jotka olivat vahvemmin uuden erikoistuneen henkilökunnan