1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk, yang mempunyai kekayaan
kebudayaan. Salah satu dari kebudayaan itu sendiri adalah trdisi, sebagai hasil
perpaduan dan akulturasi berbagai unsur yang datang sejalan dengan perkembangan
zaman selama ribuan tahun. Perpaduan unsur budaya tersebut menghasilkan ciri-ciri
khas daerah yang kadang kala mempunyai kemiripan antara daerah satu dengan
daerah lain. Suatu bentuk unsur budaya tidak akan pernah lepas dari kehidupan
manusia. Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohani jiwa
(jiwa) segi rohaniah terdiri dari pikiran dan perasaan, apabila diserasikan, akan
menghasilkan khendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang
kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia. tindakan tersebut mereka
wujudkan dalam suatu pola kebiasaan atau tradisi.
Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah
berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek
moyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan
berbudi pekerti seseorang. Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, kelompok masyarakat yang berada di
2 atau komunitas tersebut diperoleh dari nama ilmu warisan para raja-raja yang pernah
memimpin di daerah seperti raja Kediri dan derah - daerah lainnya. Ilmu tersebut
memberi cara untuk langsung berkomunikasi dengan sang pengusa yaitu Allah SWT.
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya
ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan
bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi
dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu.1
Tadisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses
dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang.
Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang
sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”)
atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang
paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi
dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang
turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul
1 http: tasikuntan. wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04
3 semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik
untuk menyelesaikan persoalan2.
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa
meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya itu
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan budaya
Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan
ajaran Islam, tetapi banyak juga budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Masyarakat Jawa yang memegangi ajaran Islam dengan kuat (kaffah) tentunya dapat
memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih dapat dipertahankan tanpa
harus berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara masyarakat Jawa yang tidak
memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga warisan
leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
meskipun bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut. Fenomena seperti ini
terus berjalan hingga sekarang3.
Adanya akulturasi Islam dan budaya Jawa dalam Penanggalan Aboge terlihat
dari nama-nama bulan yang digunakan. Namun jika dilihat dari jumlah hari dalam
satu bulan serta masih melekatnya istilah hari pasaran ini jelas merupakan budaya
Jawa, istilah wage, kliwon, (legi) manis, paing dan pon adalah murni dari
penanggalan Jawa. Pengaruh budaya Jawa yang masih kentara juga dapat dilihat
2 http:mulfiblog. wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi diakses hari senin tanggal 24 februari pukul 10:01 WIB
3 http:eprints.uny.ac.id/2609/1/5._Tradisi_dan_Budaya_Masyarakat_Jawa_dalam_Perspektif_Islam.pdf diakses
4 ketika hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha jatuh pada hari Rebo (legi) Manis.
Menurut mereka hari tersebut tidak boleh digunakan untuk berhari raya, karena hari itu bukanlah “hari baik” untuk berhari raya, sehingga hari raya yang jatuh pada hari
tersebut akan diganti dengan hari berikutnya. Hal ini dikarenakan hari rebo (legi)
manis adalah kantonge dina (Induk hari) sehingga tidak boleh dijadikan sebagai hari
raya atau kegiatan bersenang-senang lainnya.
Dari macam-macam budaya atau tradisi dijawa salah satunya yang berada di
jawa timur khususnya di desa jabon kabutaen Kediri adalah Tradisi Aboge Suro,
Tradisi ini dimulai Pada awal tahun 1963 yang dipelopori oleh Bapak Jamin, dan
diteruskan Bapak Cayos dari semua yang menerima warisan Tradisi Aboge Suro
sesepuhnya adalah Mbah Sarmo dari gura, Mbah Sarmo adalah salah satu murid
Romo Suwono dari solo romo suwono cucunya Pangeran Sumber Nyowo yang
melaksanakan Tradisi Aboge Suro dari jaman belanda.
Tradisi Aboge Suro bertujuan untuk mengingatkan jati diri manusia seluruh
dunia, menceritakan jati diri manusia dari awal proses terbentuknya manusia sampai
lahir di dunia hingga meninggal. Agar selalu ingat mengucapkan terimakasih
terhadap sang pencipta yaitu dengan melakukan upacara tradisi Aboge suro sampai
saat ini atau setiap tahun desa jabon selalu melaksanakan Tradisi Aboge Suro dan
selalu diturunkan secara turun-temurun khususnya komunitas murtitomo waskito
5 Masyarakat Desa jabon deberi rejeki yang berlimpah ataupun pendapatan
masyarakat desa jabon cukup tinggi, dan lingkungan yang aman dari maka itu desa
jabon setiap tahun yang selalu melaksanakan upacara suroan untuk mengucapkan rasa
syukur tehadap sang pencipta, dan meneruskan Tradisi Aboge Suro dari leluhur
jaman dulu semenjak jaman belanda yang sekarang di pimpin oleh Mbah Mat Yasir.
Kepercayaan masyarakat terhadap adanya penguasa alam semesta mendorong
mereka untuk melakukan satu hal yang dianggap baik. Salah satu bentuk rasa sukur
terhadap penguasa alam semesta dalam bentuk Tradisi Aboge Suro. Menyadari atas
kesempatan teramat mulia yang diberikan oleh Sang Pencipta, maka sudah
selayaknya manusia selaku titah menjalankan kehidupan didunia yang waktunya
terbatas ini, dengan berbuat yang terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri dan
keluarga terdekatnya, tetapi untuk sesama mahluk Tuhan dengan antara lain
melestarikan jagad ini, istilah kejawennya adalah Memayu Hayuning Bawono.
Tidak salah jagad harus dilestarikan, karena kalau jagad rusak, didunia ini tidak ada
kehidupan.4
Aboge Suro ditekankan untuk selalu diturunkan kepada generasi muda agar
tradisi ini tidak hilang dari desa jabon kabupaten kediri, dan generasi muda bukan
hanya mendengarkan sejarah Aboge Suro tapi juga harus berpatisipasi ataupun
mengikuti ritual tersebut. Hal ini agar kehidupan selanjutnya ataupun generasi muda
akan setentram nenek moyangnya. Jadi Aboge Suro ini tidak boleh hilang begitu saja
4 http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/perayaan1suro diakses hari senin tanggal 24 februari
6 dikarenakan adanya kebudayaan-kebudayaan yang baru dari luar, diharapkan selalu
diturunkan kepada generasi muda ke cucu sampai ke cicitnya. dan cara
mewariskannya bukanlah hanya berbentuk cerita ataupun dongeng tapi mengikuti
ritual Aboge suro yang di selenggarakan setiap tahun sekali, dengan begitu anak-anak
atau generasi muda mengetahui bagaimana menjalankan ataupun melaksanakan
upacara atau ritual Aboge Soro
Malam Aboge Suro (Suroan) merupakan adat atau tadisi yang sudah melekat
dan bahkan sudah mendarah daging pada masyarakat tertentu (Karena tidak semua
masyarakat mengetahui dan melaksanakan tradisi tersebut). Tradisi Malam Aboge
Suro ini dilakukan secara turun-temurun dan terus menerus untuk dipertahankan
serta dilaksanakan sampai sekarang. Tradisi tersebut biasanya berupa upacara
Tradisional. Masyarakat yang masih melestarikan tradisi ini dan sering
melaksanakan ritual hal ini biasanya dijumpai pada daerah pedesaan di pulau jawa.
Tradisi Malam Aboge Suro atau Suroan merupakan adat istiadat yang
dilaksanakan setiap bulan Syuro atau Muharram dalam hitungan islam, tradisi
tersebut sudah melekat dan sudah mendarah daging pada masyarakat tertentu.
Karena tidak semua masyarakat mengetahui dan melaksanakan tradisi tersebut.
Tradisi itu biasanya berupa upacara tradisional yang integral dari kebudayaan
masyarakat.
Upacara tradisional juga dapat membangkitkan rasa aman bagi setiap warga
masyarakat desa jabon, karena upacara tradisional bisa menjadikan rasa solidaritas
7 mengikuti ritual yang dilaksanakan oleh komunitas murtitomo waskito tunggal. Hal
ini disebabkan didalam Upacara Tradisional tersebuat melibatkan anggota
komunitas murtitomo waskito tunggal mencapai tujuan bersama. Pada umumnya
upacara tradisional itu bersifat secara turun-menurun yang diwariskan oleh nenek
moyang kepada anak cucunya dan anak cucunya tersebut melestarikannya sesuai
dengan fungsi didalam kehidupannya
Menurut Penanggalan Aboge sebulan terdiri dari 30 hari dan 29 hari.
sebagaimana penghitungan tahun dalam masyarakat Jawa Kuno, Aboge masih
menggunakan dan menghitung tahun hanya delapan (8) tahun bertemu satu siklus dan
diulangi lagi nama tahun dari awal yaitu : Alip, Eehe, Jim Awal, Jee, Dzal, Bee,
Wawu, dan Jim akhir. Dalam perhitungan tahun Jawa Islam (Penanggalan Aboge)
permulaan tahun dimulai dengan Tahun Alip yang memiliki dua belas bulan dengan
rumus-rumus sebagai berikut :
No Singkatan Bulan Hari Pasaran
1 Ramjiji Muharam Rebo Wage
2 Parluji Sapar Jemuah Wage
3 Ludpatma Mulud Setu Pon
4 Ngukhirnemma Robingul Akhir Senen Pon
5 Diwaltupa Jumadil Awal Selasa Paing
6 Dikhirropat Jumadil Akhir Kemis Paing
8 Cara membaca tabel ini adalah Tahun Alip dimulai dari bulan Muharam disingkat “ram” yang jatuh pada hari rebo (ji=Siji yaitu hari nama pertama hari dalam
penanggalan Jawa) dan pada pasaran wage (nama pasaran pertama dalam penanggalan
Jawa), karena itu ram berarti muharam, ji berarti hari rabu dan ji selanjutnya berarti
wage. Dari tabel ini dapat kita ketahui hari dan pasaran yang menjadi awal hari pada
tiap-tiap bulan dalam tahun Alip. Misalnya untuk untuk bulan syawal sekaligus
penetapan hari raya, maka pada tahun Alip akan jatuh pada hari Rebo (Rabu) Kliwon
hal ini karena rumus pada bulan Syawwal adalah Waljiro yaitu Syawal Siji
Loro, bulan sawal jatuh pada hari rabu yang menjadi hari pertama (siji=ji) dan kliwon
adalah pasaran kedua (loro=ro).5
Melihat permasalahan tersebut diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Trdisi Aboge Suro“, Alasan memilih Aboge Suro ini,
karena masyarakat jawa banyak yang melaksanakan Tradisi Satu Suro, akan tetapi
yang melakukan Tradisi Aboge Suro salah satunya ada didesa jabon kabupaten
Kediri.
5 http://majelispenulis.blogspot.com/2012/05/islam-aboge-harmoni-islam-dan-tradisi.html diakses hari rabu tanggal 12 maret pukul 7:57 WIB
8 Wahmalu Ruwah Ahad Manis
9 Sanemro Puasa Senen Kliwon
10 Waljiro Sawal Rebo Kliwon
11 Dahroji Dzulqoidah Kemis Wage
9 1.2Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Tradisi Aboge Suro pada Komunitas murtitomo waskito tunggal didesa
Jabon kecamatan kediri.
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendesripsikan Tradisi Aboge Suro yang dilakukan oleh Komunitas
murtitomo waskito tunggal Desa Jabon kecamatan kediri.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat secara Teoritis
Adapun Manfaat Praktis yang dapat diperoleh dari adanya penulisan laporan
penelitian ini antara lain
Sebagai bahan informasi tentang nilai-nilai kearifan lokal sehingga diharapkan
bisa dijadikan referensi bagi mahasiswa UMM terutama Fakultas ISIP lebih
khususnya Jurusan Sosiologi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
Bermanfaat untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori sosiologi khususnya
interaksi simbolik yang telah diperoleh selama perkuliahan guna mengkaji
permasalahan yang berhubungan dengan Tradisi Aboge Suro bagi Masyarakat Desa
10
1.4.2 Manfaat secara praktis
Adapun Manfaat Praktis yang dapat diperoleh dari adanya penulisan laporan
penelitian ini antara lain
1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan
khususnya bagi komunitas murtitomo waskito tunggal yang berada didesa
Jabon Kecamatan Kediri, dimana pada era globalisasi saat ini Aboge suro
merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masrakat
Jawa khusunya Jawa Timur. Agar tidak luntur dan hilang seiring dengan
kemajuan jaman.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi
peneliti yang lain untuk melakukan penelitian yang sejenis
1.5 Definisi Konsep
Definisi konsep adalah suatu batasan yang umum dipakai, yang berguna sebagai
upaya penyeragaman penulisan dalam membaca. Definisi konsep bertujuan untuk
merumuskan masing-masing variable yaitu antara lain :
1.5.1 Tradisi
Tradisi merupakan suatu adat kebiasaan yang turun-temurun dari
nenek moyang yang masih dijalankan didalam masyarakat, penilaian atau
tanggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik
dan benar. Tradisi adalah traditium atau traditio yang berkabar penerusan
11 bidang adat bahasa, tata kemasyarakatan tertutup dimana hal-hal yang telah
lazim dianggap benar dan paling baik atau sesuatu yang diteruskan. Tradisi
memiliki makna yang sama dengan adat istiadat. Dalam hal ini, adat yang
dimaksud adalah kebiasaan dalam masyarakat jawa mengenai nilai – nilai
budaya, norma, aturan yang paling berkaitan dan lahirnya menjadi suatu
sistem.6
Menurut koentjaraningrat bahwa adat/tradisi adalah ide dari kebudayaan.
Secara lengkap wujud itu dapat kita sebut adat tata kelakuan, karena adat
berfungsi sebgai pengatur kelakuan. Suatu contoh dari adat ialah: aturan sopan
santun untuk memberi uang kepada seseorang yang mengadakan hajatan. 7 dalam
ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah “kebiasaan” atau “tradisi” masyarakat
yang telah dilakukan berulang kali secara turun- temurun. Kata “adat” di sini
lazim dipakai tanpa membedakan mana yang mempunyai sanksi, seperti “hukum adat” dan man yang tidak mempunyai sanksi, seperti disebut adat saja8.
Badudu zain mengatakan bahwa tradisi merupakan adat kebiasaan yang
dilakukan turun temurun dan masih terus menerus di lakukan masyarakat,
disetiap tempat atau suku berbeda-beda.9
6 http://tasikuntan.wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu tanggal 12 maret pukul 7:57 WIB
7Koentjaraningrat, kebudayaan mentalitas dan pembangunan (Jakarta:PT gramedia Pustaka Utama, 2000) 8 Ensiklopedi islam. Jilid 1 (cet3: Jakarta:PT ichtiar baru van hoeve, 1999 )
12 1.5.2 ABOGE (Alif Rabu Wage) Suro
Pengertian Aboge sendiri menurut Penganut Islam Aboge meyakini
bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun
Alif, Ha, Jim, Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim akhir serta dalam satu
tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari
pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis
(Legi), dan Pahing Hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu
Wage (Aboge)untuk melaksanakan tradisi satu suro,10 seadangkan Satu Suro
adalah Orang orang tradisional Jawa yang tinggal di Jawa maupun bagian lain
Indonesia banyak yang merayakan 1 Suro yang dipandang sebagai hari sakral.
Tradisi ini bertujan mengharapkan “ngalap berkah” mendapatkan berkah
pada hari besar yang suci ini.
1.5.3 Komunitas Murtitomo Waskito Tungal
Istilah kata Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang
berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau
banyak orang. Wikipedia bahasa Indonesai menjelaskan Pengertian
Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki
10
13 maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan
sejumlah kondisi lain yang serupa.
Menurut Soenarno (2002), Definisi Komunitas adalah sebuah
identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi
kebutuhan fungsional. Sedangkan menurut Kertajaya Hermawan (2008),
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih
dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi
yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan
interest atau values.11
Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah grup
beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh empat
faktor, yaitu :
a) Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing), para anggota
saling menolong satu sama lain.
b) Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.
c) Ritual dan kebiasaan, orang-orang datang secara teratur dan
periodik.
d) Influencer, merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya
ikut terlibat.
11
14 Selain itu juga definisi komunitas menururt Sumijatun (2006),
komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas dengan norma dan nilai yang
telah melembaga12
Murtitomo waskito tunggal adalah salah satu komunitas yang berada
di desa jabon kabupaten Kediri, komunitas ini yang melaksanakan tradisi
Aboge suro didesa jabon kabupaten Kediri, alasan komunitas ini
memberikan nama acara tradisi Aboge suro dikarenakan Aboge salah satu
waktu yang berketepatan pelaksanaan tradisi suro di tahun 2013
berketepatan tahun Alif hari Rabo dan hitungan pasarannya adalah Wage.
Jadi disingkat Aboge. murtitomo waskito tunggal mempunyai arti tersendiri
dari arti murtitomo yang berarti murti kehidupan dan tomo seseorang yang
menjadi cerminan yang berkeperibadian baik ditengah-tengah masyarakat.
Seperti contohnya adalah nabi Muhammad yang patut ditiru tingkah lakunya
yang baik jadi panutan pengikutnya. Waskito yang berarti adalah batasan
untuk bertingkah laku sebelum menyesal dikemudian hari. Dan tunggal
yang berarti menyatu dari semua yang dijelaskan dari arti murtitomo
waskito menjadi menyatu dalam kehidupan manusia, agar selalu dijaga
keselamatannya di dunia maupun di akhirat
12http://trigonalworld.com/2013/11/pengertian-komunitas-menurut-para-ahli.html. Diakses pada
15 1.6 Metode Penelitian
a) jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif yaitu dengan menggambarkan atau menjelaskan fenomena sosial yang
terjadi dilokasi penelitian. Taylor dan Bogdan (Suyanto dan Sutinah 2005: 166)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian kualitatif sebagi penelitian
yang menghasilkan data deskriftif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang telah diteliti.
Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu
sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma,). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan suatu bahasa
memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan
pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu
kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak
ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai
dengan keperluan penelitian13. Menurut Tika (1997:6), “Metode deskriptif adalah
metode penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan
dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis.” Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan
13 . jurnal metode penelitian
16 menjelaskan kondisi daerah penelitian kemudian dianalisis berdasarkan data primer
dan data sekunder.
Alasan menggunakan pendekatan dan jenis penelitian ini karena maksud dan
tujuan pelaksanaannya untuk menjabarkan atau mendeskriftifkan pelaksananaan
tradisi Aboge suro terhadap komunitas murtitomo waskito tunggal didesa jabon
kabupaten Kediri. Dan nilai-nilai yang diambil dari tradisi Aboge suro didesa jabon.
b) Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di desa jabon kabupaten Kediri. Alasan memilih lokasi
ini karena masyarakat khususnya komunitas murtitomo waskito tunggal yang sering
melaksanakan upacara tradisi satu suro menamakan upacara tersebut dengan Aboge
suro, yang dimana di seluruh indonisia yang memiliki tradisi tersebut ada di desa
jabon kabupaten Kediri, meskipun di daerah jawa banyak melaksanakan upacara satu
suro, Misalnya, khsusnya di desa onje, kecamtan mrebet, kabupaten purbalingga ada
istilah islam Aboge, bukan merupakan tradisi. Aboge yang ada didesa onje merupkan
salah satu pengikut islam aliran raden rasid sayid kuning atau alip-rabo-wage. Mereka
hanya memaknai hari terseut adalah hari yag tidak baik untuk melakasanakn hari raya
dan diganti pada hari lainnya, sedangkan di desa jabon Aboge digabungkan dengan
tradisi satu suro, karena hari tersebut hari yang pas untuk melaksanakan tradisi satu
17 Dari alasan diatas sangat jelas peneliti untuk memilih lokasi di desa jabon
sangat tertarik dikarenakan upacara tradisi suro mempunyai nama upacara tradisi suro
menjadi Aboge suro. Tradisi ini cukup langka meskipun di jawa timur khususnya
masyarakat jawa banyak yang melaksanakan trdisi satu suro Yang hanya ada trdisi
Aboge suro berada di desa jabon kabupaten Kediri.
c) Teknik Penentuan Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik penentuan subjek dengan purposive
sampling. Menurut sugiyono purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbngan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling
tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga
memudahkan untuk menjalajahi obyek situasi sosial yang ingin diteliti.
1. Ketua atau sesepuh yang menjadi pemimpin upacara trdisi Aboge suro
2. 4 orang anggota yang melaksanakan upacara tradisi satu suro jabon
kabupaten Kediri. Mencakup Anggota yang bertugas pada penutupan
acara tradisi Aboge Suro, (meminjam kekuasaan tuhan atas kuasanya
terhadap ciptaannya.)
d) Sumber data atau Informan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data atau informasi yang
menjadi perhatian atau kunci informasi untuk memperoleh data yang
diperlukan,maka sumber data yang digunakan untuk menyediakan informasi terdapat
18
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
dari sumber atau objek yang diteliti, yaitu dengan melakukan wawancara secara
langsung dan observasi secara langsung dilokasi penelitian. Data-data diperoleh dari
keterangan informan yang mengetahu informasi tentang objek yang akan diteliti,
yakni sesepuh yang menjadi pemimpin disaat upacara tradisi suro.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumen yang
ada di Desa jabon kabupaten kediri dan internet tentang situs yang berhubungan
dengan penelitian serta buku yang sekiranya menunjang
e) Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Obsevasi atau yang disebut pengamatan adalah meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menngunakan seluruh alat indra14. Peneliti
mengawali langkah observasi pertama-tama yaitu mengamti secara langsung lokasi
penelitian secara umum, kemudian hal yang diamati adalah tentang desa yang damai
dan tentram dan setiap warga yang bahagia kemudian setelah selesai melakukan
observasi peneliti mulai berinteraksi dengan ketua atau sesepuh yang menjadi
pemimpin ketika upacara tradisi suro yang berlangsung dan informanpun tidak
14 Suharsimi Arikunto.Edisi Revisi 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
19 merasa curiga saat peneliti melakukan observasi, peneliti melihat desa jabon yang
tenang dan damai meskipun desa jabon menjadi rebutan antara kota madya dengan
kabupaten, hal tersebut dikarenakan pendapatan desa jabon yang sangat tinggi
sehingga pajak penghasilanpun cukup tinggi, kota madya yang ingin menguasai desa
jabon tidak berhasil dikarenakan gubernur tidak mengijinkan desa jabon mengikuti
kota madya akan tetapi perselisihan wali kota dengan gubernur tersebut berlangsung
selama 10 tahun.
Dari permasalahan tersebut sudah jelas bahwa masyrakat desa jabon hanya pasrah
dengan pemerintah tidak pernah menutut untuk ikut kota madya jadi desa jabon ikut
kabupaten. Sebab itulah masyarakat desa jabon sering bahkan mewajibkan 1 tahun
sekali khususnya pada 1 muharram tahun baru islam yang dilaksanakan ketika Alif
Rabo Wage untuk selalu mengucapkan rasa syukur terhadap gusti Allah dengan
melaksanakan tradisi Aboge suro dan selain itu juga untuk mengharapkan berkah,
diberikan ketengan terhadap masyarakat desa jabon kabupaten Kediri. Untuk
mendapatkan berta tersebut peneliti bnyak bertanya kepada ketua atau sesepuh yang
menjadi pemimpin ketika upacra trdisi suro berlangsung, sebab informan sudah
mengenal peneliti sebelumnya.
Peneliti sering mendatangi rumah ketua atau sesepuh yang mempin upacara tradisi
Aboge suro, dan berketapan tradisi Aboge suro didesa jabon dilaksanakan peneliti
menyempatkan untuk mengikuti trdisi Aboge suro, peneliti hanya bisa mengikuti
upacara dan tidak bisa menirukan bahasa jawa di desa jabon kabupaten Kediri. Atau
20 nyanyian jawa dan menyanyikan indonisia raya. Bagi yang mengikuti trdisi suro juga
tidak ada paksaan utuk mengikuti trdisi akan tetapi hnya untuk umat yang ingin tahu
tentang tradisi suro.
2) Wawancara (Interiew)
Wawancara (interview) atau yang sering juga disebut dengan kusioner
lisan,adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawawancara (interviewe)15. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,dan dapat dilakukan melalui
tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, dimana
peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh,oleh karena
itu dalam melakukan wawncara,pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap16.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu pertama-pertama peneliti
mendatangi rumah ketua atau pemimpin upacara tradisi satu suro bersama teman
yang kenal dengan beliau. Langkah awal peneliti langsung bertanya kepada sesepuh
15.Suharsimi Arikunto.Edisi Revisi 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:PT.Rineka Cipta
21 yang telah dikenal sebagai pemimpin ketika upacara trdisi suro, peneliti cukup
kesulitan dikarenakan tidak bisa berbahasa jawa kromo. Jadi setiap peneliti bertanya
tentang satu suro dengan berulang-ulang. Beliupun cukup mengerti dengan alasan
peneliti tidak bisa mengerti bahasa halus yaitu bahasa kromo. Dikarenakan peneliti
berasal dari Madura. Ketika banyak bertanya beliau langsung mengajak peneliti untuk
mengikuti upcra trdisi satu suro tepatnya pada hari rabo wage (Aboge)
Hingga akhirnya Peneliti mempunyai teman terutama berteman dengan orang
yang termasuk anggota pelaksana upacara tradisi satu suro. Peneliti cukup mudah
untuk berkomunikasi ataupun menanyakan tentang satu suro yang berada di desa
jabon kabupaten kediri dikarenakan umurnya setara dengan peneliti. Peneliti dapat
data lebih banyak tidak hanya ketua atau pemimpin upacara Aboge suro di desa jabon
kabupaten Kediri.
3) Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat catatan
harian dan sebagainya17.
Peneliti sering mendatangi rumah pemimpin komunitas murtitom waskito tunggal
yang melaksanakn upacara Aboge suro, untuk mengetahui tradisi satu suro yang
berada di desa jabon kabupaten Kediri. sehingga suatu ketika peneliti diajak dengan
22 pemimpin upacara Aboge suro untuk peneliti ikut serta melaksanakan upacara tradisi
satu suro. Hal tersebut pemimpin upacara bertujuan untuk peneliti mengetahui betul
tentang satu suro tidak hanya mengetahui Aboge suro melalui lisan.
Pada tanggal 6 hari rabu pada tanggal jawanya Wage jam 9:00 malam peneliti
mengikuti upacara trdisi Aboge suro, peneliti cukup kebingungan dikarenakan bahasa
yang digunakan oleh anggota-anggota upacara Aboge suro menggunakan bahasa jawa
halus atau bahasa kromo. Peneliti mengikuti upacara tersebut hingga selesai.
Peneliti melakukan dokumentasi yaitu dengan cara mengambil gambar yang
berhubungan dengan Tradisi Aboge Suro, seperti halnya pada saat pelaksanaan trdisi
Aboge suro .Saat mengambil gambar tentang pelaksanaan trdisi Aboge suro pun
peneliti meminta ijin terdahulu secara langsung pada pelaku upacara tradisi
pelaksanaan Aboge suro. Peneliti mengambil gambar dengan sekehendak peneliti dan
para pelaku upacara tidak melarang ataupun tidak merasa terganggu disaat peneliti
memfoto sesajen dan proses berjalannya upacara tradisi tersebut. Peneliti mengikuti
langsung upcara trdisi Aboge suro dan memfoto kegiatan dari awal memulainya
upacara tradisi aboge suro sampai selesai, memfoto sesajen-sesajen yang mempunyai
makna tersendiri.
f) Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang di pakai dalam penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif, karena data yang diperoleh berupa data kumpulan berwujud kata-kata dan
23 klasifikasi. Data (dalam wujud kata-kata) mungkin telah dikumpulkan dalam aneka
macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya “proses” sebelum siap digunakan (melalui pencacatatan, pengetikan, penyuntingan,
ahli-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya
disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis
atau statistika sebagai alat bantu analisis.
Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai seuatu yang jalin menjalin merupakan
proses siklus dan interaktif pada saat seelum, selama dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk sejajar untuk untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis 18.
Gambar 1. Model Analisa Interaktif Miles dan Huberman
18 Ulber Silalahi.2010.Metode Penelitian Sosial,Bandung : PT.Refika Aditama
Pengumpulan data
Sajian data Reduksi data
24
1. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari obyek
penelitian sebagaimana dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian.
2.Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari analisis yang di artikan sebagai proses
pemelihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrasikan, dan
tranformasi data kasar yang munculdari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian
rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
3.Penyajian Data
Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamilan tindakan. Melalui data
yang disajikan, kita akan melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan
berdasarkan atas pemahaman-pemahaman yang di dapat dari penyajian-penyajian
tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari penelitian yang
dilakukan karena itu merupakan suatu bentuk penyelesaian (Finishing) dari kegiatan
penelitian dengan memberikan kesimpulan. Dalam proses penarikan kesimpulan ini
25 sehingga mendapatkan keterangan dan makna dari data-data yang telah didapatkan
dalam penelitian tersebut.
Pada tahap akhir maka akan didapatkan sebuah kesimpulan yang analogis
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan optimal dan dapat memberikan
kontribusi bagi semuanya.
Penelitian ini berhubungan dalam mata kuliah Antropologi. Antropologi berasal
dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada
tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu
sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi
sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang
merupakan masyarakat tunggal.
Definisi Antropologi menurut para ahli
1. William A. Havilan: Antropologi adalah studi tentang umat manusia,
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
26
2. David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
3. Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk
fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari definisi tersebut,
dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang
mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik
serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda.
Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal yang berada di desa jabon kabupaten
Kediri hal yang dilakukan oleh komunitas murtitomo waskito tunggal, seperti
kebudyaan turun temurun yang harus dilaksanakan agar tidak hilang dengan
kemajuan jaman modern. Salah satu bentuk yang dihasilkan oleh komunitas
TRADISI ABOGE SURO
(Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon
Kabupaten Kediri )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi
Disusun oleh Rifadali 201010310311067
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
i HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Serta diterima sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata satu (S1)
Pada tanggal : 22 juli 2014
Dihadapan Dewan Penguji
1. Dr. Vina Salviana DS, M.Si ( )
2. Drs. Sulismadi, M.Si ( )
3. Muhammad Hayat, MA ( )
4. Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si ( )
Mengetahui
Dekan FISIP – UMM
ii LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Rifadali
NIM : 201010310311067
Fakultas/ Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Sosiologi
Judul : TRADISI ABOGE SURO (Studi Pada Komunitas
Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri )
Disetujui
Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II
Muhammad Hayat, MA Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si
Mengetahui
Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan Sosiologi
iii LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Rifadali
Tempat / TanggalLahir : Sumenep, 21 April 1992
NIM : 201010310311067
Jurusan : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa Karya ilmiah/Skripsi dengan judul ‘’ : TRADISI ABOGE
SURO (Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten
Kediri )’’ bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhan,
kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, penulis bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Malang, 17 juli 2014
Yang menyatakan
iv BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Rifadali
Nim : 201010310311067
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Sosiologi Industri
Judul : TRADISI ABOGE SURO (Studi Pada Komunitas Murtitomo
Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri )
Pembimbing : 1. Muhammad Hayat, MA
2. Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si
Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan
Pembimbing I Pembimbing II
4 April 2014 Seminar Proposal
30 Mei 2014 ACC Bab I
Muhammad Hayat, M.A Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si
Mengetahui Dekan FISIP
v KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Swt. Tuhan penguasa alam semesta yang telah memberikan banyak nikmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw. yang telah menunjukkan pada jalan kebenaran yaitu agama Islam.
Skripsi ini berjudul “Tradisi Aboge Suro (Studi Pada Komunitas
Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri ) Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan studi untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 pada Jurusan
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini tidak akan selesai
dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Maka dari itu
penulis ingin sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga tercinta yang tak pernah lelah memberikan doa juga dukungannya
mulai dari awal masuk kuliah sampai dengan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Muhammad Hayat, MA selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
vi
5. Muhammad Hayat, M.A dan Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si, selaku
Dosen Pembimbing, terima kasih atas bantuan, nasehat, serta motivasi dengan
sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si sebagai dosen wali yang senantiasa
memberikan nasehat juga motivasi kepada peserta didiknya.
7. Dr. Wahyudi, Dr. Vina Salviana DS, Drs. Sulismadi M.Si, Dra. Tutik
Sulistyowati M.Si, Bapak Muhammad Hayat, MA, Bapak Rachmad K Dwi
Susilo, MA Luluk Dwi.Kumalasari, M.Si, Dr. Drajad Tri Kartono selaku
dosen Jurusan Sosiologi yang telah banyak memberikan ilmunya juga
gagasan- gagasannya selama proses perkuliahan.
8. Semua teman-teman Sosiologi A dan B angkatan 2010 yang selalu
memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dan menjadi teman yang
setia waktu suka maupun duka, semoga kita semua bisa menjadi orang yang
sukses menjadi Sarjana Sosiologi yang bermanfaat bagi orang lain nantinya.
9. Para Informan yang rela meluangkan waktunya memberikan informasi untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
vii Kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Maka dari itu penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
bentuk isi maupun penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan
laporan skripsi ini. Penulis harap laporan ini nantinya bisa bermanfaat bagi penulis
sendiri dan juga pembaca sekalian, sebagai referensi bagi skripsi selajutnya yang
berkaitan dengan topik ini.
Malang, 17 juli 2014
Penulis
viii
MOTTO
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi Saya Persembahkan Buat
:
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Ayahanda H. Sutari dan Ibunda H. Sri Suryati
Serta kakakku satu-satunya yang selalu menyayangi juga
melindungiku
v KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Swt. Tuhan penguasa alam semesta yang telah memberikan banyak nikmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw. yang telah menunjukkan pada jalan kebenaran yaitu agama Islam.
Skripsi ini berjudul “Tradisi Aboge Suro (Studi Pada Komunitas
Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri ) Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan studi untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 pada Jurusan
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini tidak akan selesai
dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Maka dari itu
penulis ingin sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga tercinta yang tak pernah lelah memberikan doa juga dukungannya
mulai dari awal masuk kuliah sampai dengan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Muhammad Hayat, MA selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
vi
5. Muhammad Hayat, M.A dan Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si, selaku
Dosen Pembimbing, terima kasih atas bantuan, nasehat, serta motivasi dengan
sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si sebagai dosen wali yang senantiasa
memberikan nasehat juga motivasi kepada peserta didiknya.
7. Dr. Wahyudi, Dr. Vina Salviana DS, Drs. Sulismadi M.Si, Dra. Tutik
Sulistyowati M.Si, Luluk Dwi.Kumalasari, M.Si, Dr. Drajad Tri Kartono
selaku dosen Jurusan Sosiologi yang telah banyak memberikan ilmunya juga
gagasan- gagasannya selama proses perkuliahan.
8. Semua teman-teman Sosiologi A dan B angkatan 2010 yang selalu
memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dan menjadi teman yang
setia waktu suka maupun duka, semoga kita semua bisa menjadi orang yang
sukses menjadi Sarjana Sosiologi yang bermanfaat bagi orang lain nantinya.
9. Para Informan yang rela meluangkan waktunya memberikan informasi untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
vii Kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Maka dari itu penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
bentuk isi maupun penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan
laporan skripsi ini. Penulis harap laporan ini nantinya bisa bermanfaat bagi penulis
sendiri dan juga pembaca sekalian, sebagai referensi bagi skripsi selajutnya yang
berkaitan dengan topik ini.
Malang, 17 juli 2014
Penulis
x DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar pernyataan ... iii
Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv
Kata Pengantar ... vii
Motto ... viii
Persembahan ... ix
Daftar Isi... x
Abtraksi ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4Manfaat Penelitian...9
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9
xi
1.5Definisi Konsep ... 10
1.5.1 Tradisi ... ...10
1.5.2 ABOGE (Alif Rabu Wage) Suro ... ...12
1.5.3 Komunitas Murtitomo Waskito Tungal ... 12
1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... ...15
1.6.2 Lokasi Penelitian ... ...16
1.6.3 Penentuan subjek ... ....17
1.6.4 Sumber Data ... ....17
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data ... ....18
1.6.5 Analisis Data ... ....22
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Sebelumnya ... ...26
2.2Landasan Teori 2.2.1 Tradisi ... ...33
2.2.2 ABOGE (Alif Rabu Wage) Suro ... ...35
2.2.3 Komunitas Murtitomo Waskito Tungal ... ...35
xii BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Desa jabon kabupaten Kediri………46
3.1.1 Desa Jabon Kabupaten Kediri...46
3.1.3 Letak Geografis Desa Jabon...50
3.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin...50
3.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Rumah Tangga Sangat Miskin……...51
3.1.5 Pembangian Wilayah Pertanahan………...53
3.1.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...56
3.1.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama...57
3.1.8 Sarana Prasana...58
3.1.9 Sejarah Aboge Suro Didesa Jabon Kabupaten Kediri.…………...65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Informan...68
4.2 Penyajian Data...74
4.2.1 Ritual Upacara Tradisi ABOGE Suro...76
4.3 Makna Tradisi ABOGE Suro Menurut Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal...98
4.3.1 Rasa Syukur...98
xiii
4.3Manfaat Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal Melaksanakan upacara
Tradisi ABOGE Suro ... ...107
4.4Faktor – Faktor Penyebab dilaksanakannya Tradisi ABOGE Suro
Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal...111
xiv BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...120
xv DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Menyanyikan lagu indonisia raya ... 79
Gambar 2 : Membaca wajibe wargo ... 79
Gambar 3 : Pemimpin komunitas menjelaskan tentang Aboge suro ... 81
Gambar 4 : Mendoakan sesaji ... 83
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penelitian sebelumnya ... 26
Tabel 3.1 :Rincian penduduk desa jabon kesuluruhan ... 51
Tabel 3.2 : rincian menurut rumah tangga sanagt miskin ... 52
Tabel 3.3 : rincian fakir miskin yang mendapatkan raskin ... 52
Tabel 3.4 : rincian area dan hasil pertanian... 54
Tabel 3.5 : jenis ternak ... 54
Tabel 3.6 : rincian industri yang berada didesa jabon ... 56
Tabel 3.7 : ragam agama dan penganutnya didesa jabon ... 57
Tabel 4.1: Data informan berdasarkan jenis kelamin ... 69
Tabel 4.2 : Data informan berdasarkan usia ... 70
Tabel 4.3 : Data informan berdasarkan tingkat pendidikan ... 71
Tabel 4.4 : data informan berdasarkan pekerjaan ... 72
127 DAFTAR PUSTAKA
Anisatun Mutiah, dkk, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonisia Vol
1(Jakarta:balai penelitian dan pengembangan agama Jakarta,2009)
Arikunto Suharsimi. Edisi Revisi 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Ensiklopedi islam. Jilid 1 (cet3: Jakarta:PT ichtiar baru van hoeve, 1999 )
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta:PT gramedia
Pustaka Utama, 2000)
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT.Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
AlfabetaUlber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika
Aditama
Ulber Silalahi.2010.Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika Aditama
Isbandi Rukminto Adi.2008.Intervensi Komunitas:Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada (halaman 117-118)
jurnal metode penelitian httpwww. pps. unud. ac.
128 Non Buku
Andi saefullah, “tradisi sompa, setudi tentangpandangan hidup masyarakat wajo di
tengah perubahan sosial, “skripsi SHI, (malang,: universitas islam negri
malang, 2007), 38
http://eprints.umm.ac.id/460/1/Pesan_Komunikasi_Upacara_Malam_1_Suro_Pada_
Komunitas_Kejawen. diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB
http://tasikuntan.wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu
tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB
http://mulfiblog.wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi diakses hari senin
tanggal 24 februari pukul 10:01 WIB
http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/perayaan1Suro diakses hari senin tanggal
24 februari pukul 10:01 WIB
http://rejekiangka.blogspot.com/2012/10/
waninwon-patokan-almanak-orang-jawa.html diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB
http://majelispenulis.blogspot.com/2012/05/