• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESAN MORAL DALAM FILM DRAMA (Analisis Isi film Sang Pemimpi Karya Riri Riza)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PESAN MORAL DALAM FILM DRAMA (Analisis Isi film Sang Pemimpi Karya Riri Riza)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PESAN MORAL DALAM FILM DRAMA (Analisis Isi film Sang Pemimpi Karya Riri Riza)

SKRIPSI

Oleh:

Aminatul Mutmainah NIM: 07220329

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

PESAN MORAL DALAM FILM DRAMA (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Riza)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Aminatul Mutmainah NIM: 07220329

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Aminatul Mutmainah

NIM : 07220329

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Pesan Moral Dalam Film Drama

(Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Riza)

Telah di[ertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Senin

Tanggal : 15 Agustus 2011 Tempat : 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Alloh SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Dan sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul PESAN MORAL DALAM FILM DRAMA (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Riza) merupakan skripsi yang disusun untuk mengetahui besar frekuensi kemunculan pesan moral dalam film Sang Pemimpi dengan metode analisis isi. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S. Ikom) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Malang.

Keberhasilan penelitian ini dapat berjalan lancar berkat dukungan oleh Rektor Bapak DR.Muhadjir Effendy,M.A, Dekan FISIP Bapak Dr.Wahyudi,M.Si, Ketua Kajur Ibu Dra.Frida Kusumastuti,M.Si dan Sekertaris Kajur Bapak Nurudin,S.Sos.,M.Si, dosen penguji I Bapak Joko Susilo,S.Sos.,M.Si dan penguji II Bapak Novin Farid SW,S.Sos, pembimbing I Bapak Sugeng Winarno,S.Sos.,MA dan pembimbing II Bapak M. Himawan Sutanto,S.Sos.,M.Si terimakasih atas waktu, saran dan masukan yang telah diberikan. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi atas ilmu yang telah diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semuanya khususnya dalam bidang Ilmu Komunikasi kosentrasi Audio Visual, meskipun masih banyak kekurangan.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Malang, 05 Agustus 2011

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Halaman Persembahan ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xviii

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 5

F. Definisi Konseptual ... 21

G. Definisi Operasional ... 24

(6)

Bab II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ... 36

A. Deskripsi Film ... 36

B. Profil dan Sinopsis Film Sang Pemimpi ... 38

C. Profil Riri Riza ... 43

D. Soundtrack dalam Film Sang Pemimpi ... 44

E. Penyajian Data Film ... 45

Bab III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA... 55

A. Penyajian dan Analisis Data... 55

A.1 Analisis Kategori Keagamaan ... 60

A.2 Analisis Kategori Perhatian ... 64

A.3 Analisis Kategori Percaya Diri ... 89

A.4 Analisis Kategori Menghormati ... 111

A.5 Analisis Kategori Perselisihan ... 118

A.6 Analisis Kategori Kebersamaan ... 121

B. Analisis Pesan Moral dalam Film ... 132

C. Uji Reliabilitas ... 133

C.1 Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder I ... 134

C.2 Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder II ... 137

D. Diskusi Teori ... 139

Bab IV PENUTUP ... 141

A. Kesimpulan ... 141

B. Saran ... 142

(7)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Contoh Lembar Kerja Koder ...31

2. Tabel Contoh Distribusi Frekuensi ...32

3. Tabel Gambaran per Sceen Film Sang Pemimpi...46

4. Tabel Distribusi Sesuai Kategori Perhatian ...57

5. Tabel Distribusi Sesuai Kategori Percaya Diri ...58

6. Tabel Distribusi Sesuai Kategori Menghormati ...59

7. Tabel Distribusi Sesuai Kategori Perselisihan ...59

8. Tabel Distribusi Sesuai Kategori Kebersamaan ...60

9. Tabel Distribusi Kategori Keagamaan ... 61

10.Tabel Distribusi Kategori Perhatian...65

11.Tabel Distribusi Kategori Percaya Diri ...89

12.Tabel Distribusi Kategori Menghormati... 111

13.Tabel Distribusi Kategori Perselisihan ... 119

14.Tabel Distribusi Kategori Kebersamaan ... 122

15.Tabel Hasil Koding Peneliti dengan Koder 1 ... 135

(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Cover Film Sang Pemimpi ...36

2. Indikator Sholat – scene 10 ... 62

3. Indikator Sholat – scene 26 ... 62

4. Indikator Mengaji – scene 13 ... 63

5. Indikator Mengaji– scene 88 ... 64

6. Indikator Memberikan Nasehat – Scene 27...66

7. Indikator Memberikan Nasehat – Scene 28...67

8. Indikator Memberikan Nasehat – Scene 40...68

9. Indikator Memberikan Nasehat – Scene 65...68

10.Indikator Memberikan Nasehat – Scene 70...70

11.Indikator Memberikan Nasehat – Scene 74...70

12.Indikator Memberikan Nasehat – Scene 76...72

13.Indikator Memberikan Nasehat – Scene 87 ...73

14.Indikator Memberikan Nasehat – Scene 104 ...73

15.Indikator Memotivasi – Scene 24 ...75

16.Indikator Memotivasi – Scene 32 ...76

17.Indikator Memotivasi – Scene 33 ...77

18.Indikator Memotivasi – Scene 77 ...78

19.Indikator Tolong Menolong – Scene 8 ...79

20.Indikator Tolong Menolong – Scene 15 ...80

21.Indikator Tolong Menolong – Scene 18 ...81

22.Indikator Tolong Menolong – Scene 92 ...82

23.Indikator Memuji – Scene 29 ...83

24.Indikator Memuji – Scene 30 ...83

25.Indikator Memuji – Scene 47 ...84

26.Indikator Memuji – Scene 48 ...85

27.Indikator Memuji – Scene 89 ...86

28.Indikator Memuji – Scene 99 ...87

(9)

30.Indikator Bekerja Keras – Scene 4 ...91

31.Indikator Bekerja Keras – Scene 11 ...91

32.Indikator Bekerja Keras – Scene 25...92

33.Indikator Bekerja Keras – Scene 31...93

34.Indikator Bekerja Keras – Scene 36 ...93

35.Indikator Bekerja Keras – Scene 38...94

36.Indikator Bekerja Keras – Scene 44...94

37.Indikator Bekerja Keras – Scene 51 ...95

38.Indikator Bekerja Keras – Scene 56...96

39.Indikator Bekerja Keras – Scene 80 ...97

40.Indikator Bekerja Keras – Scene 82...97

41.Indikator Bekerja Keras – Scene 84 ...98

42.Indikator Bekerja Keras – Scene 95...98

43.Indikator Bekerja Keras – Scene 97...99

44.Indikator Bekerja Keras – Scene 98... 100

45.Indikator Berusaha – Scene 35 ... 101

46.Indikator Berusaha – Scene 85 ... 102

47.Indikator Berusaha – Scene 93 ... 103

48.Indikator Berusaha – Scene 96 ... 103

49.Indikator Berusaha – Scene 100 ... 104

50.Indikator Berusaha – Scene 101 ... 105

51.Indikator Berusaha – Scene 102 ... 105

52.Indikator Berusaha – Scene 103 ... 106

53.Indikator Giat Belajar – Scene 37 ... 107

54.Indikator Giat Belajar – Scene 79 ... 107

55.Indikator Giat Belajar – Scene 81 ... 108

56.Indikator Mengakui Kesalahan – Scene 59 ... 109

57.Indikator Mengakui Kesalahan – Scene 75 ... 110

58.Indikator Menyapa – Scene 3 ... 112

59.Indikator Menyapa – Scene 5 ... 112

(10)

61.Indikator Menyapa – Scene 22 ... 114

62.Indikator Menyapa – Scene 34 ... 114

63.Indikator Menyapa – Scene 63 ... 115

64.Indikator Menyapa – Scene 105 ... 115

65.Indikator Mengucapkan Salam – Scene 42 ... 117

66.Indikator Mengucapkan Salam – Scene 91 ... 117

67.Indikator Perbedaan Pendapat – Scene 17 ... 119

68.Indikator Perbedaan Pendapat – Scene 57 ... 120

69.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama– Scene 7 ... 123

70.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 12 ... 123

71.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 19 ... 125

72.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 20 ... 125

73.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 21 ... 126

74.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 23 ... 127

75.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 55 ... 128

76.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 78 ... 128

77.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 90 ... 129

78.Indikator Melakukan Aktivitas Bersama – Scene 106... 130

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Distribusi Sesuai Kategori dan Indikator 2. Lembar Kerja Peneliti

3. Lembar Pernyataan Koder I 4. Lembar Kerja Koder I 5. Lembar Pernyataan Koder II 6. Lembar Kerja Koder II

7. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi 8. Daftar Hadir Peserta Seminar

(12)

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Bakhtiar, Amsal. 1997. Filsafat Agama. Jakarta. PT Logos Wacana Ilmu

Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis. 2010. Teori Dasar Komunikas

Pergolakan, dan Masa Depan Massa. Jakarta. Salemba Humanika.

Dominic, Joseph R. dan Roger D Wimmer. 2000. Mass Media Research an

Introduction. Wadsworth Publishing Company. Belmont.

Durkheim, Emile.1989. Sosiologi dan Filsafat. Jakarta. Erlangga.

Efendi, Heru. 2006. Mari Membuat Film. Jakarta. Rajawali

Hadiwardoyo, Purwa. 1990. Moral Dan Masalahnya. Yogyakarta. Kanisius

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori Dan Metodologi.

Jakarta. Rajawali.

Kriyantono, Rahmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Pernada

Media.

McQuail, Denis. 1994. Teori Komunikasi Massa Suatu pengantar. Jakarta.

Erlangga.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Handari. 1993. Kepemimpinan yang efektif. Yogyakarta. Gajah

Mada University Press.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

(13)

Rahmad, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian komunikasi. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Setiardja, Gunawan. 1990. Dialektika Hukum Dan Moral Dalam

Pembangunan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta. Kanisius.

Solomon, Robert C. 2002. Etika Suatu Pengantar. Jakarta. Erlangga.

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Ar-Ruzz

Media.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar – Dasar Apresiasi Film. Jakarta. PT Gramedia Widiarsana Indonesia

Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta. Media

Presindo

Winarni. 2003. Komunikasi Massa suatu pengantar. Malang. UMM Press

B. Data Internet

Ayonana. Diakses 18 Mei 2011 Pukul 18.03.

(http://web.tumblr.com/post/390644418/definisi-film)

Lim, Ferriyanto. Diakses 7 April 2011 pukul 13.45 WIB

(http://dutabangkabelitung.blogspot.com)

Sutadi, Heru. Diakses 18 Mei 2011 Pukul 18.30.

(http://web.blogdetik.com/sejarah-perkembangan-film-indonesia/)

Yuhardin. Diakses 7 April 2011 pukul 13.25 WIB

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan dimasyarakat tidak lepas dari proses komunikasi.

Setiap manusia saling membutuhkan manusia yang lain untuk

kelangsungan hidup dalam mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Adanya pola hidup yang berbeda-beda membuat kita harus selalu

mengetahui tentang informasi terkini. Informasi dapat diperoleh mulai dari

media cetak, media elektronik, film dan lain sebagainya yang berhubungan

untuk perkembangan hidup manusia.

Teknologi sebagai penyebaran informasi berkembang sangat

cepat yang membawa perubahan sosial yang sangat besar bagi masyarakat.

Seperti handphone, dimana setiap orang memiliki hanphone untuk

mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Oleh karena itu manusia

dituntut untuk dapat berfikir cepat agar tidak ketinggalan informasi demi

perkembangan hidup manusia itu sendiri.

Pesan tentang moral dapat disampaikan dalam media komunikasi

massa, seperti pada media film. Seperti yang dikemukakan oleh Sumarno

(1996:28) bahwa film merupakan karya yang didalamnya mampu

mengangkat sebuah ealitas rekaan yang nantinya dapat dibandingkan

(15)

2 film dapat membentuk sebuah pemahaman tertent kepada masyarakat yang

nantinya dapat diambil pelajaran yang menghibur.

Film merupakan media yang penting dalam penyebaran informasi

karena film menyajikan informasi secara audio visual dan gambar yang

disajikan dikelola dengan efek-efek tertentu agar terlihat nyata.

Keunggulan inilah yang membuat film lebih mudah dalam menyampaikan

pesan kepada masyarakat. Seorang sutradara mengemas pesan sesuai

dengan fenomena yang terjadi disekitar masyarakat.

Pada saat ini, perfilman Indonesia sudah cukup efektif

berkembang seperti yang dikemukakan dalam bukunya Effendi (2008:13)

bahwa jumlah film Indonesia yang beredar dibioskop hingga akhir tahun

2008 diperkirakan mencapai 100 judul. Tinggnya jumlah produksi

dipengaruhi oleh animo masyarakat yang ingin menonton film Indonesia.

Para sineas mulai berlomba-lomba untuk mengahsilkan film yang bagus

dengan tema yang menarik sehingga dapat dengan mudah diterima

masyarakat luas dengan mengangkat nilai agama, kemanusiaan, sosial dan

moral.

Dimana di Indonesia selalu memproduksi film yang bertemakan

percintaan dan horor yang jauh dari kaidah-kaidah moral tapi sekarang

mulai berkembang dengan diproduksinya film yang bertema pendidikan

yang baik jika ditonton oleh remaja sekarang.

Dalam memproduksi sebuah film harus memperhitungkan nilai

(16)

3 menyimpang dari nilai tersebut mengingat negara kita adalah negara

mayoritas beragama islam.

Cerita dalam film dapat diambil dari kisah nyata kehidupan

sehari-hari. Karena kehidupan manusia tidak lepas dari nilai moral. Moral

adalah segala perbuatan manusia dari segi baik buruknya yang

berhubungan dengan tujuan hidup manusia itu sendiri. Cerita dalam film

digambarkan dengan maksud dan tujuan tertentu, cerita tersebut tidak

lepas dari prilaku seseorang. Unsur moral tersebutlah yang sering

dipertimbangkan dalam pembuatan film itu sendiri.

Salah satunya adalah film Sang Pemimpi, dimana film ini adalah

film kelanjutan dari Laskar Pelangi dan diangkat dari sebuah karya sastra

novel Andrea Hirata, yang diproduksi pada tahun 2009. Film ini

disurtadarai oleh riri Riza dan produser Mira Lesmana. Sang Pemimpi

adalah film berjenis Drama dengan tema pendidikan.

Dalam film Sang Pemimpi karya Riri Riza mengandung pesan

moral dalam cerita yang membahas persahabatan sejati anak remaja yang

berkemauan keras untuk mencapai cita-cita mereka. Mereka hidup

berkerja keras untuk dapat bertahan hidup. Hubungan mereka selalu

diliputi dengan gurauan karena rasa persaudaraan yang kuat diantara

mereka. Namun seiring berjalannya waktu, mereka dipisahkan oleh jarak

untuk menempuh pendidikan yang lebih baik. Akhirnya kemenangan

(17)

4 yang kuat karena adanya hubungan orang tua dengan anak, murid dengan

guru, persahabatan sejati yang diungkapkan dalam setiap scene pada film.

Penulis tertarik untuk mengangkat film Sang pemimpi karena

dalam cerita film tersebut mengandung nilai- nilai yang baik untuk

ditonton masyarakat. Salah satunya adalah nilai moral yang terkandung

dalam film tersebut. Salah satu contohnya adalah bagaimana perbuatan

dan tingkah laku pelajar yang berusaha utuk bisa merah mimpinya dan

hidup disekitar masyarakat lain, misalnya ketika Arai, Ikal dan Jimron

harus tinggal jauh dari orang tuanya demi melanjutkan sekolah SMA di

Manggar dan ketika Ikal dan Arai harus pergi ke kota metropolitan Jakarta

untuk kuliah di UI dan bekerja keras agar bisa ke Paris, tetapi mereka tetap

menjaga prilaku mereka dengan baik.

Dalam film Sang Pemimpi yang berdurasi 120 menit dan

memiliki 108 Scene mengandung pesan yang bernilai positif. Film tersebut

merupakan film yang dibutuhkan oleh masyarakat indonesia saat ini

karena mengandung pelajaran yang baik yang berhubungan dengan moral.

Karya ini menarik peneliti intuk meneliti untuk meneliti pesan moral yang

muncul dalam scene pada film tersebut dan mencoba untuk menunjukan

betapa pentingnya pesan moral dalam masyarakat. selain itu keberhasilan

film Sang Pemimpi dicapai dengan diraihnya beberapa penghargaan

sebagai tanda film tersebut diterima di masyarakat. Penghargaan tersebut

antara lain di ajang Castellinaria International Film Festival di Swiss,

(18)

5 International Film Festival dan di Udine Far East International Film

Festival di Italia.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, peneliti ingin

mengungkap pesan moral dalam film dengan menggunakan metode

analisis isi karena dengan analisis isi dapat digunakan untuk mengetahui

isi dari pesan yang terkandung dalam film seperti pesan moral. Sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pesan Moral

Dalam Film Drama (Analisis Isi Film Sang Pemimpi Karya Riri Riza).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian adalah “Berapa besar frekuensi kemunculan pesan moral

dalam Film Sang Pemimpi karya Riri Riza?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui jumlah frekuensi kemunculan pesan moral dalam

film Sang Pemimpi karya Riri Riza.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

(19)

6 pesan moral dalam film drama Indonesia yang ditunjukkan dalam produk Audio Visual.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai analisis isi terhadap sebuah film drama Indonesia yang memuat tentang pesan moral.

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Komunikasi Massa

E.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan

media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik

(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang

melembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen

(Mulyana,2005:75). Menurut Rakhmat dalam bukunya Winarni

(2003:5) komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang

ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan

anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang

sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Dalam bukunya Winarni, komunikasi massa pesan yang

diterima audience dikelola terlebih dahulu oleh gatekeeper

(20)

7 tersebut diterima oleh banyak massa dan pesan tersebut bersifat

umum. Media yang digunakan dalam komunikasi massa yaitu

media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar,

majalah, dan tabloid), buku dan film dan telah ditemukannya

internet. Media massa tersebut mempunyai pengaruh besar dalam

penyebaran informasinya.

Menurut McQuail dalam bukunya Soyomukti (2010:194)

menyebutkan ciri utama komunikasi massa melalui segi-segi

berikut ini:

1. Sumber: bukan satu orang, melainkan organisasi formal,

pengirimnya sering merupakan komunikator profesional

2. Pesan: beragam, dapat diperkirakan, dan diproses,

distandarisasi, dan selalu diperbanyak-merupakan produk dan

komonditi yang bernilai tukar

3. Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal,

bahkan mungkin selalu sering bersifat non-moral dan kalkulatif

4. Penerima merupakan bagian dari khalayak luas

5. Mencakup kontrak secara serentak antara satu pengirim dan

banyak penerima.

Dalam komunikasi terjadi suatu proses yang merupakan

peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan

mulainya dan kapan berakhirnya. Dalam suatu proses tersebut

(21)

8 kelangsungan proses tersebut. Apabila salah satu komponen

tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung.

Menurut Mulyana(2006:96) mengemukakan bahwa

Komponen dalam proses komunikasi pada umumnya bersifat

sederhana. Untuk dapat memahami jika proses komunikasi massa

terjadi, maka dalam komunikasi tersebut harus terdapat

komponen-komponen yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Menurut formula Lasswell, terdapat lima elemen atau komponen

dalam komunikasi massa, yaitu:

1. Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan pesan

dalam komunikasi massa adalah pekerja profesional yang

mewakili suatu lembaga, yayasan atau organisasi.

2. Pesan, yaitu unsur isi pernyataan umum atau pesan yang

dapat berupa ide, informasi, opini, sikap, pendapat.

3. Media, yaitu komponen media komunikasi massa atau

saluran yang dipergunakan untuk menyebarkan pesan.

4. Penerima, yaitu komponen komunikan yang menjadi sasaran

komunikasi.

5. Efek, yaitu komponen hasil yang dicapai dari usaha

(22)

9 E.1.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Adapun ciri-ciri komunikasi massa dalam bukunya

Nuruddin (2007:19) yaitu:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu

orang, tetapi kumpulan orang yang bergabung antar berbagai

macam unsur dan bekerja sama satu dengan yang lain dalam

sebuah lembaga yang menyerupai sebuah sistem.

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan yang berbeda-beda latar belakang

seperti pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial

ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki

kepercayaan atau agama yang tidak sama pula namun mereka

adalah komunikan televisi.

3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa

tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok tertentu

melainkan keseluruh masyarakat disekitar karena untuk

semua kalangan.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Komunikasi berlangsung satu arah karena

(23)

10 bisa berjalan secara interaktif sehingga komunikan bersifat

pasif.

5. Komunikasi Menimbulkan Keserempakan

Adanya keserempakan dalam proses penyebaran

pesan-pesannya. Sehingga khalayak bisa menikmati media

massa yang berisi pesan tersebut secara bersamaan. Jika

pesan yang disampaikan terlambat penerimaannya, maka

dikarenakan masalah teknis.

6. Komunikasi Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa dalam menyampaikan pesan kepada

khalayak membutuhkan peralatan teknis seperti pemancar

untuk media elektronik. peralatan teknis sangat dibutuhkan

media massa agar proses penyampaian pesan bisa cepat dan

serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau penjaga gawang adalah orang yang

sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media

massa. Berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar informasi

mudah dipahami. Berfungsi untuk menginterpretasikan

pesan, menganalisa, menambah data, dan mengurangi

(24)

11 E.2. Film

E.2.1 Pengertian Film

Film merupakan sebuah pita seluloid transparan berisi

gambar dan jalur suara yang disorotkan ke layar pada ruangan yang

digelapkan dengan bantuan sebuah alat bernama proyektor. Film

pertama kali lahir pada paruh abad 19, dibuat dengan bahan dasar

seluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu

rokok sekalipun. Dalam memproduksi film semakin lebar pita

seluloid, maka semakin baik pula kualitas gambar yang dihasilkan.

Tetapi juga semakin langka pula alat perekam dan alat proyeksi

yang tersedia. Lebar pita film menentukan jenis kamera, alat

editing, dan alat proyeksi yang dipakai (Effendi, 2006:20).

Menurut Ayonana dalam websidenya, mengemukakan

pengertian film berdasarkan UU No.8 Tahun 1992, adalah Karya

cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa

pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi

dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,

dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses

elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang

dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi

(25)

12 Dalam media massa, film bukan hanya sebagai karya seni

tetapi sebagai media komunikasi massa yang beroperasi dalam

masyarakat. Film mempunyai makna sebagai pesan yang

disampaikan dan mempunyai fungsi dan efek dari proses

komunikasi yang menyebabkan pada perubahan tingkat

pengetahuan, Perubahan sikap dan perubahan sosial.

Film menyajikan cerita dengan gambar bergerak,

penonton dapat melihat dan menikmati cerita tersebut seperti

kejadian nyata. Sebuah film mengandung unsur akting dan dialog

yang dapat membuat khalayak mengalami sendiri cerita dalam film

yang sedang diputar. Berbeda dengan membaca sebuah cerita

dalam buku yang membutuhkan daya pikir yang aktif untuk

memahaminya.

Dalam pembuatan film terdapat cerita yang mempunyai

tujuan utama yaitu membangkitkan emosi penonton. Yang

diperoleh dari proses pemikiran yang berupa ide, cerita dan proses

teknis yang berupa ketrampilan artistik untuk mewujudkannya.

Untuk proses pembuatan film diperlukan keahlian yang kreatif

sehingga dapat menghasilkan sebuah karya yang utuh yang dapat

(26)

13 E.2.2. Jenis-jenis film

Menurut Effendi (2006) terdapat beberapa jenis-jenis film

antara lain yaitu:

1. Film Dokumenter

Film dokumenter merupakan film yang menyajikan realita

melalui berbagai cara dan untuk berbagai macam tujuan.

Film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran

informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau

kelompok tertentu. Film jenis ini berpijak pada hal-hal

senyata mungkin.

2. Film Cerita Pendek (Short Films)

Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa

jurusan film atau kelompok orang yang menyukai dunia

film. Durasi biasanya dibawah 60 menit.

3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)

Film ini berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar

dibioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Banyak

film yang berdurasi lebih dari 120 menit. Bahkan film

produksi india berdurasi lebih dari 180 menit.

4. Film-film Jenis Lain (Corporate Profile)

Film jenis ini diproduksi untuk kepentingan institusi

tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan.

(27)

14 5. Iklan Televisi ( TV Comercial)

Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran

informasi baik produk maupun iklan layanan masyarakat.

6. Program Televisi (TV Programme)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi

secara umum. Program ini dibagi menjadi dua yakni, cerita

dan noncerita. Cerita dibagi menjadi dua kelompok yakni

fiksi ( seperti, film serial, FTV) dan nonfiksi (aneka

program pendidikan, profil tokoh dari daerah tertentu), dan

non cerita (TV quiz, Talkshow, berita).

7. Vidio Klip (Music Video)

Video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk

memasarkan produknya lewat medium TV. Dipopulerkan

pertama kali lewat saluran MTV pada tahun 1981 di

Indonesia.

E.2.3. Genre Film

Dalam bukunya Pratista (2008:10) istilah genre

berasal dari bahasa Perancis bermakna “ bentuk” atau “tipe”.

Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis dari

sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama.

Fungsinya untuk memudahkan klasifikasi sebuah film dan

(28)

15 Genre film dapat ditetapkan setelah film yang

mewakili genre tersebut sukses dan berkembang, dan banyak

film yang mengandung beberapa genre sekaligus. Genre dibagi

menjadi tiga yakni genre induk primer, genre induk sekunder

dan genre khusus. Genre induk primer merupakan genre yang

telah populer sejak perkembangan sinema era 1900-an hingga

1930-an.

Film sang pemimpi termasuk dalam genre induk

primer yaitu genre drama karena berhubungan dengan tema,

cerita, Setting, karakter, serta suasana yang memotret

kehidupan nyata. Kisahnya juga sering menggugah emosi,

dramatik, dan menguras air mata penontonnya. Berikut yang

termasuk genre induk primer yang populer hingga kini, yakni:

1. Aksi, berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru,

menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita

yang cepat. Genre aksi adalah salah satu genre yang paling

adaptif dan bisa berkombinasi dengan genre lainnya.

2. Drama, film drama merupakan genre film yang paling

banyak diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat

luas. Film drama berhubungan dengan tema, cerita, setting,

karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata.

Seperti halnya aksi genre drama juga mampu berkombinasi

(29)

16 3. Epik Sejarah, genre ini umumnya mengambil tema sejarah

dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau kisah/ legenda.

4. Fantasi, berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta

karakter yang tidak nyata yang berhubungan dengan unsur

magis, mitos, negri dongeng, imajinasi, halusinasi dan alam

mimpi.

5. Fiksi Ilmiah, berhubungan dengan teknologi serta kakuatan

yang berada diluar jangkauan teknologi masa kini. Genre

fiksi ilmiah mampu berkombinasi dengan genre apapun.

6. Horor, memiliki tujuan memberikan rasa takut, kejutan serta

teror bagi penontonnya dan juga berwujud menyeramkan.

7. Komedi, genre yang memancing tawa penonton. Berakhir

ceritanya dengan menyenangkan.

8. Kriminal dan Gangster, berhubungan dengan aksi-aksi

kriminal. Sering mengambil kisah nyata dari tokoh kriminal

besar.

9. Musikal, mengkombinasi unsur musik, lagu, tari,

koreografi. Lagu dan tariannya menyatu dengan cerita dan

mendukung jalannya cerita.

10. Petualang, perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi kewilayah

asing yang belum pernah tersentuh.

11. Perang, biasanya memperlihatkan kegigihan, perjuangan,

(30)

17

12. Western, merupakan genre orisinil milik Amerika. Temanya

seputar konflikantara pihak baik dan jahat. Karakternya

seperti koboi, indian, kavaleri, sheriff, deputi, binantangnya

seperti kuda, sapi, keledai dan sebagainya.

E.2.4Sejarah Perkembangan Film Di Indonesia

Sejarah perfilman Indonesia mulai maju kearah yang

lebih baik. Karena film-film yang diproduksi mulai bisa diterima

masyarakat. Banyak film yang telah diproduksi meraih

penghargaan difestival film internasional. Seperti yang

dikemukakan Sutadi dalam websidenya, adalah Pada tahun

80-an, banyak film Indonesia yang merajai bioskop-bioskop lokal.

Film -film yang terkenal yaitu, Catatan si Boy, Blok M, dll.

Pada tahun 90-an, perfilman Indonesia memasuki masa

suram. Hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema

yang khusus orang dewasa dengan adegan menyerempet. Film

Indonesia tersingkir dari bioskop-bioskop, digantikan oleh

Film-film Hollywood dan Hong Kong .

Kemudian muncul film Petualangan Sherina. Film

drama musical karya Riri Riza dan Mira Lesmana berhasil

menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Dan

(31)

18 Indonesia berhasil melahirkan banyak film non komersil yang

berhasil memenangkan penghargaan Internasional.

Pada masa sekarang, perfilman Indonesia berkembang

pesat, ditandai banyaknya film Indonesia yang ditampilkan di

bioskop Indonesia. Tema horror ,sex dan komedi memang masih

mendominasi film–film Indonesia pada saat ini, tetapi di

samping tema tersebut, Indonesia mampu melahirkan banyak

film berkualitas international seperti Laksar Pelangi , Sang

Pemimpi, Perempuan Berkalung Sorban, Darah Garuda, dan

Sang Pencerah. Film Indonesia mulai mengembalikan

kejayaannya di tanah air.

Majunya perfilman Indonesia memang merupakan

anugerah besar, tetapi tidak semua film Indonesia berkualitas,

karena masih banyak film yang diproduksi hanya untuk meraih

keuntungan tetapi film tersebut tidak bermutu untuk ditayangkan

kepada masyarakat.

E.3 Teori Tanggung Jawab Sosial

Menurut Baran(2010:145) mengemukakan bahwa teori

tanggung jawab sosial yang muncul pada abad ke-20 menekankan

kebutuhan terhadap pers independen yang mengawasi institusi

sosial lainnya serta memberikan laporan yang objektif dan akurat.

(32)

19 bertanggung jawab untuk menjaga komunitas besar agar produktif

dan kreatif. Teori ini menantang kemahiran para pekerja media

untuk mengembangkan cara-cara baru dalam melayani komunitas

mereka, serta mendorong mereka untuk menganggap diri mereka

sebagai barisan paling depan dalam perang.

Menurut McQuail(1994:115) mengemukakan bahwa

prinsip utama teori tangung jawab sosial dapat disajikan sebagai

berikut:

a. Media harus menerima dan memenuhi kewajiban tertentu

kepada masyarakat.

b. Kewajiban tersebut dipenuhi dengan menentukan standar

profesi yang tinggi tentang kebenaran, informasi, ketepatan,

objektifitas, dan keseimbangan.

c. Dalam menerima dan menjalankan kewajiban tersebut, media

harus dapat mengatur diri sendiri dalam kerangka hukum dan

lembaga yang ada.

d. Media harus menghindari apapun yang dapat menyebabkan

kejahatan, kerusakan atau ketidaktertiban umum atau

penghinaan terhadap minoritas etnik atau agama.

e. Media secara keseluruhan harus bersifat pluralis dan

mencerminkan keragaman masyarakat, memberikan

kesempatan yang sama untuk mengungkapkan berbagai sudut

(33)

20 f. Masyarakat dan publik memiliki hak untuk mengharapkan

standar prestasi yang tinggi, dan campur tangan dapat

dibenarkan untuk mengamankan kepentingan umum.

g. Wartawan dan media profesional harus bertanggung jawab

terhadap masyarakat dan juga kepada majikan serta pasar.

E.4 Pesan Moral

Menurut Winarni (2003:16) secara umum, pesan-pesan dalam

komunikasi massa dapat dikelompokan menjadi pesan-pesan

informatif, edukatif, dan persuasif. Sedangkan menurut Mulyana

(2005:63) pesan merupakan seperangkat simbol verbal/ non-verbal

yang mewakili perasaan, nilai, gagasan. Pesan mempunyai tiga

komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaian

makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

Pesan merupakan unsur yang penting dalam komunikasi.

Pesan yang tersampaikan merupakan salah satu indikator bagi suatu

keberhasilan dalam aktivitas komunikasi. Pesan dapat diartikan

sebagai perintah, permintaan atau nasehat yang disampaikan kepada

orang lain. Pesan merupakan isi dari sebuah komunikasi, jika dalam

komunikasi tidak ada pesan maka komunikasi tersebut tidak bisa

(34)

21 Menurut Burhanudin dalam bukunya Nurudin (2007:242)

mengemukakan kata moral berasal dari bahasa latin Mores. Mores

berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.

Moral bisa diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Moral juga berarti

ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Moral mempunyai

pengertian yang sama dengan kesusilaan, yang memuat ajaran baik

buruknya perbuatan (kebiasaan manusia). Sementara itu, etika berasal

dari kata Latin Ethic berarti kebiasaan, habit, custom. Etika bisa

diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau

tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang

jahat. Etika sering digunakan dengan kata moral, susila, budi pekerti,

dan akhlak.

Etika adalah usaha untuk mengerti tata aturan sosial yang

menentukan dan membatasi tingkah laku kita, khususnya tata aturan

yang pokok seperti orang harus menghormati orang tuanya dan

menghormati hak-hak orang lain yang kita sebut moral, jadi moral

menjadi pusat etika tetapi moral bukan keseluruhan dari etika, tetapi

persoalan pokok dalam etika (Solomon,2002:6).

Moral dan etika pengertiannya tumpang tindih, dimana moral

berbicara tentang prilaku baik dan buruk, etika juga begitu. Etika

merupakan bagian dari filsafat, sedangkan moral merupakan bagian

dari etika. Karena etika merupakan ilmu yang membahas tentang

(35)

22 Menurut Setiardja (1990:91) dalam filasafat moral atau etika

ada dua perbuatan yang membedakan perbuatan atau prilaku orang

pada umumnya, yaitu:

a. Perbuatan insani ialah perbuatan-perbuatan yang dilakukan orang

dengan sadar, dengan tahu betul apa yang dilakukan, dengan

kesengajaan kehendaknya. Perbuatan ini merupakan formal objek

filsafat moral atau etika.

b. Perbuatan manusia ialah perbuatan yang dilakukan tidak dengan

penuh kesadaran atau kesengajaan. Perbuatan ini dilakukan diluar

kontrol manusia sebagai subjek pelaku.

Jadi pesan moral diartikan sebagai pesan atau isi yang

berhubungan dengan perbuatan atau tingkah laku individu dalam

segi kebiasaan baik maupun buruk dalam kehidupan di masyarakat.

E.5 Pesan Moral dalam film

Film terbentuk dari sebuah cerita yang mengandung kisah

tertentu dan dituangkan dalam bentuk gambar bergerak yang

mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh penulis cerita

kepada khalayak yang berhubungan dengan sikap baik atau buruk

seseorang dalam kehidupannya, sehingga mempunyai tujuan

tertentu.

Sebuah cerita harus ditentukan kepada siapa film tersebut

(36)

23 secara tidak langsung akan menimbulkan efek-efek tertentu dan

mempengaruhi sikap, tingkah laku masyarakat. Untuk membuat

cerita diperlukan memasukan unsur-unsur yang mengarah pada

hal-hal bersifat positif seperti unsur pendidikan moral dan etika.

Khususnya pada anak remaja yang selalu mempunyai rasa

keingintahuan akan hal-hal negatif.

Sebuah cerita tidak lepas dari unsur prilaku sehari-hari

manusia. Karena setiap manusia mempunyai sikap dan

kewajiban-kewajiban yang mengalir pada dirinya. Sikap-sikap moral dasar

seperti kejujuran, kesediaan untuk menolong dan rasa keadilan untuk

mencegah konflik-konflik sebagai suatu yang positif

(Suseno:1999:197).

F. Analisis Isi

Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat

inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan

memperhatikan konteksnya (Krippendorff, 1991:15)

Sedangkan menurut Budd dalam Kriyantono(2009:230)

mengemukakan bahwa analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk

menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk

mengobservasi dan menganalisis isi prilakukomunikasi yang terbuka dari

(37)

24 Dalam metode analisis isi menentukan kategori merupakan fokus

penting dalam pencatatan, apakah diambil dari bahan sumber ataukah dari

teori-teori yang relevan. Kategori- kategori tersebut digunakan untuk

menentukan realibilitas dalam penelitian. Adapun yang harus di

perhatikan dalam membuat kategori dalam buku Kripendorff(1991:126)

adalah:

1. Bahasa yang digunakan harus bebas dari ambiguitas dan

inkrosistensi sinaksis bahwa sehingga bahasa harus formal

2. Bahasa data harus memenuhi tuntutan formal, yang dibuat dan

dapat diterapkan.

3. Bahasa data harus mempunyai kepastian deskriptif untuk

memberikan informasi tentang gejala yang menjadi perhatian

dalam penelitian.

Prinsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip

kuantitatif dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk

melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan.(Kriyantono, 2009:231).

Dalam penggunaan analisis isi menurut McQuail dalam

Kriyantono mempunyai beberapa manfaat mengenai analisis yang

dilakukan, yaitu:

1. Mendeskripsikan dan membuat pebandingan terhadap isi media

2. Membuat erbandingan antara isi media dengan realitas sosial

3. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya

(38)

25 4. Mengetahui fungsi dan efek media

5. Mengevaluasi media performance

6. Mengetahui apakah ada bias media

Adapun tujuan dari metode analisis isi yang disampaikan Wimmer

dan Dominick dalam Kriyantono (2009:232) adalah:

1. Menggambarkan isi komunikasi

2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan

3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata

4. Memperkirakan gambaran medi terhadap kelompok tertentu

dimasyarakat

5. Mendukung studi efek media massa

F. Definisi Konseptual

F.1. Pesan Moral

Moral adalah suatu perbuatan atau tingkahlaku manusia

sebagai manusia dari segi baik buruknya yang ditinjau dari kebiasaan,

kelakuan yang baik maupun yang tidak baik, mengenai apa yang patut

dan tidak patut dilakukan yang berhubungan dengan tujuan hidup

manusia yang terakhir (Setiardja,1990:90).

Moral juga mempunyai arti sama dengan kata akhlak, sehingga

orang yang bermoral berarti orang tersebut memiliki akhlak. Moral

adalah segala perbuatan dan kebiasaan manusia yang dianggap baik

(39)

26 yang membedakan antar manusia dengan makhluk yang lain. Moral

dalam penelitian ini adalah segala perbuatan yang muncul pada setiap

scene dalam cerita film.

Dalam sebuah karya seperti film, moral diterapkan dalam sikap

dan tingkah laku para tokoh pemain cerita, sehingga penonton film

dapat mengambil hikmah dari pesan moral yang terkandung dalam

cerita tersebut. Pesan moral yang telah disampaikan merupakan

bentuk komunikasi yang ditujukan kepada masyarakat yang agar bisa

mengontrol diri dalam menjalani hidup didalam masyarakat.

F.2. Film

Film adalah gambar bergerak yang direkam dengan

menggunakan alat khusus yang disebut kamera kemudian hasilnya

dipantulkan kelayar putih dalam ruangan gelap sehingga yang

dipantulkan dapat terlihat. Kamera film menggunakan pita seluloid

atau sejenisnya yang digunakan untuk merekam

gambar(Effendi:2006).

Film merupakan salah satu media komunikasi yang

menyajikan hiburan sebuah cerita secara audio visual. Seorang

sutradara dalam menyajikan cerita mempunyai karakteritik dan tujuan

tertentu sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima

(40)

27 G.Definisi Operasional

G.1 Pesan moral

Pesan merupakan isi dari media yang ingin disampaikan kepada

khalayak. Sedangkan moral adalah perbuatan atau tingkah laku baik

buruknya manusia dalam kehidupan sehari-hari disuatu masyarakat.

Jadi pesan moral adalah pesan yang berisi tentang ajaran baik buruknya

perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang ingin

disampaikan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk film

agar dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.

G.2 Film Sang pemimpi

Film sang Pemimpi adalah film drama yang menceritakan

tentang keteguhan anak yang berlatar belakang dari keluarga yang tidak

mampu yang mempunyai cita-cita tinggi dalam hidupnya, kuatnya

persahabatan yang terjalin membuat mereka bersemangat dan bekerja

keras untuk mengapai cita-cita mereka. Film ini adalah karya dari

sutradara terkenal Riri riza dan produser Mira Lesmana.

G.3 Struktur Kategori

(41)

28 1. Keagamaan

Menurut Frazer dalam Bakhtiar(1997:12) mengemukakan bahwa agama adalah penyembahan kepada kekuatan yang lebih agung dari pada manusia, yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta. Dengan indikator: sholat dan mengaji.

2. Perhatian

Merupakan sikap melihat, meneliti dan mengamati sesuatu yang kita amati untuk mencurahkan rasa sayang, perhatian kepada orang lain. Dengan ndikator: memberi nasehat, memotivasi, tolong menolong, memuji dan menghibur.

3. Percayaan Diri

Merupakan sikap saling mengakui dan menyakini terhadap kemampuan diri sendiri untuk dapat melakukan sesuatu yang diinginkannya. Dengan indikator: bekerja keras, berusaha, giat belajar dan mengakui kesalahan.

4. Menghormati

Merupakan tindakan pernyataan hormat, patuh kepada orang yang lebih tua atas nama baik dan harga diri yang lebih tinggi. Dengan indikator: menyapa dan mengucapkan salam . 5. Perselisihan

(42)

29 6. Kebersamaan

Merupakan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama, berbarengan dalam melakukan suatu hal atau peristiwa baik dalam waktu dan tempat yang sama. Dengan indikator: melakukan aktivitas bersama.

H. Metode Penelitian

H.1. Metode dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi karena dengan

analisis ini peneliti akan memperoleh hasil dari isi pesan yang

disampaikan oleh media massa karena analisis isi mencangkup tahapan

khusus untuk pemprosesan data ilmiah. Analisis isi menurut Krippendorff

adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang

dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatian konteksnya. Sedangkan

menurut Berelson dalam Krippendorff (1991:15-16), analisis isi adalah

teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara objektif, sistematik dan

kuantitatif isi komunikasi yang tampak (manifest).

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif dengan menggunakan perangkat statistik. Deskriptif yaitu tipe

penelitian yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang tepat

tentang sifat-sifat individu dengan keadaan dalam kelompok tertentu atau

untuk menentukan frekuensi tentang suatu gejala yang terjadi

(43)

30 pengukuran variabel, yang jenis dan jumlah variabelnya ditentukan

peneliti. Penelitian ini fokus pada pesan moral dalam Film Sang pemimpi

Karya Riri riza.

H.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Film Sang Pemimpi

karya Riri Riza dengan menganalisis 108 scene dengan durasi 120 menit.

H.3.Unit Analisis

Unit analisis adalah sesuatu yang akan dianalisis. Unit analisis

dalam penelitian ini diarahkan pada setiap scene yang mengandung pesan

moral dalam film Sang Pemimpi karya Riri Riza yang berdurasi 120

menit.

H.4Satuan Ukur

Satuan ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur.

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah frekuensi, dari

kemunculan kategori pesan moral yang telah ditentukan peneliti yang

terdapat pada setiap scene yang muncul dalam film Sang Pemimpi dengan

hitungan detik.

H.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu

dengan menelaah catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data dan

bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi yang ada. Teknik dokumentasi

dilakukan dengan dua koder yang dipandu oleh peneliti untuk melihat film

(44)

31 koding yang telah dibuat berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.

[image:44.595.75.552.247.402.2]

Berikut lembar koding yang telah dibuat yaitu:

Tabel 1.1. Lembar Koding Sc Kategori Keagam aan

Perhatian Percaya diri mengho

rmati pers elisi han keber sama an

A1 A2 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 D1 D2 E1 F1

Data diolah oleh peneliti

Keterangan:

Sc = No urut Scene

A1= Indikator sholat

A2= Indikator mengaji

B1= Indikator Memberi nasehat

B2= Indokator Memotivasi

B3= Indikator Tolong menolong

B4=Indikator Memuji

B5= Indokator Menghibur.

C1= Indikator Bekerja keras

C2= Indikator Berusaha

C3= Indikator Giat belajar

C4 = Indikator Mengakui

kesalahan

D1= Indokator Menyapa

D2= Indokator Mengucapkan

salam

E1= Indikator Perbedaan

F1= Indikator Melakukan

(45)

32 Setelah melakukan proses diatas, kemudian data dimasukan

kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah perhitungan dan

mengetahui banyaknya frekuensi kemunculan pada masing-masing

[image:45.595.159.512.303.460.2]

kategori. Maka di buat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 1.2

Lembar Distribusi Frekuensi

Kategori Frekuensi Prosentase %2

Keagamaan

Perhatian

Percaya diri

Menghormati

Perselisihan

Kebersamaan

Dari tabel distribusi frekuensi tersebut kemudian dilakukan analisa

deskriptif. Peneliti melakukan perhitungan prosentase dari populasi angka

indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai pesan moral

yang terdapat dalam film Sang pemimpi.

H.6. Teknik Analisa Data dan Uji Reliabilitas

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis isi dari film Sang Pemimpi. Teknik ini digunakan dengan

tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan kategori. Data kuantitatif

(46)

33 distribusi prosentase yang berdasarkan kategori beserta indikator,

kemudian data mengenai pesan moral dalam film Sang Pemimpi

diinterpretasikan sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian

sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Uji reliabilitasnya, peneliti menggunakan dua koder, dimana koder

adalah dua orang yang mempunyai kemampuan dalam bidang audio visual

dan memahami tentang analisis isi. Dalam uji reliabilitas kategorisasi,

disini peneliti menggunakan sistem koding, peneliti dibantu oleh koder

untuk mengukur ketepatan penilaian peneliti terhadap unsur-unsur pesan

moral dalam film Sang pemimpi. Sistem ini perlu bagi peneliti untuk

melakukan sebuah analisis dalam scene film di perlukan pemikiran

subyektif, sehingga untuk menyamakan prespektif subyektifitas tersebut

diperlukan suatu perbandingan.

Peneliti di bantu dua koder dalam pengkodingan data. Pengujian

reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah kategori atau indikator

yang digunakan sudah sesuai atau belum. Pada dua koder tersebut

diberikan definisi struktur kategori, unit analisis, bahan yang akan

dikoding yakni scene dalam film Sang Pemimpi.

Berdasarkan struktur kategori maupun indikator dan unit analisis

yang telah ditetapkan, koder diminta untuk menilai bahan dan memberikan

tanda pada tabel koding. Hasil pengkodingan dua koder tersebut dalam

(47)

34 Pendefinisian batas kategori dengan memberikan pengertian dan

pelatihan terhadap koder untuk mencapai tingkat reabilitas yang

diisyaratkan. Sehingga reabilitas antar koder bisa diukur dengan

menggunakan rumus Ole R.Holsty untuk menghitung kesepakatan dari

hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus berikut:

�.� = 2M N1 + N2

Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pertanyaan yang di setujui oleh dua pengkoding dan periset

N1.N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Kemudian berdasarkan kesepakatan dan hasil penelitian diatas,

untuk memperkuat hasilnya digunakan rumus Scott sebagai berikut :

�� = (% � � � −%��� �� t)

(1−% ��� �� )

Keterangan :

(48)

35 Observed Agreement = Presentase persetujuan yang ditemukan dari

pernyataan yang di setujui antar pengkode

(yaitu nilai C.R)

Expected Agreement = Presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu

jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan.

Dengan menunjuk formula yang dikemukakan oleh Holsty untuk

menguji reabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan mencapai

0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid. Namun

sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategori

operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi dengan kata lain

kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat kepercayaan

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

NILAI MORAL DALAM FILM(Analisis Semiotik Tentang Nilai Moral Agama Islam dalam Film Sang Pencerah).Skripsi, Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Judul Skripsi : Pesan Budaya Patriarki Dalam Film (Analisis Isi Pada Film Ruang Karya Teddy Soerjaatmadja)...

(Nunik, 2008) yang berjudul “A nalisis isi pesan kemanusiaan dalam film (Studi.. 6 pada Film Untuk Rena, Karya Riri Riza) yang membahas filem dari segi analisis isi.

KECENDERUNGAN KRITIK SOSIAL DALAM FILM DRAMA (Analisis Isi Pada Film Tanah Surga, Katanya Karya Herwin

Hasil penelitian menunjukan, pesan moral yang terdapat dalam film Trash yaitu Moral Hubungan manusia dengan Tuhannya berupa berdoa dan percaya pada Tuhan, moral

Dari seluruh scene dan dialog yang termasuk kategori pesan moral dalam film Keluarga Cemara ditemukan pesan paling dominan adalah kategori pesan moral dalam hubungan

Analisis yang dilakukan terhadap adegan-adegan film Laskar Pelangi diatas, pesan yang disampaikan adalah pesan moral yaitu segala sesuatu yang penyampaiannya berhubungan

Film Bebas karya Riri Riza merupakan film yang menggambarkan tetantang kehidupan yang terjadi di dalam suatu masyarakat, di mana kondisi itu tidak sesuai dengan harapan atau tidak