• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENDERITA EPILEPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENDERITA EPILEPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Epilepsi merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal oleh manusia, sejak zaman Yunani kuno. Di Indonesia epilepsi sudah lama dikenal oleh masyarakat

dengan berbagai nama, diantaranya ayan, sawan, celeng, dan sebagainya. Namun

masyarakat masih sering menganggap epilepsi atau ayan bukan suatu penyakit, akan tetapi sebagai akibat kekuatan ghaib, kesurupan, atau kutukan, sehingga banyak diantara para penyandang epilepsi tidak mendapat perhatian selayaknya. Juga anggapan bahwa epilepsi adalah penyakit menular, tidak dapat disembuhkan atau berkaitan dengan penyakit jiwa, bahwa kebanyakan penyandang epilepsi tidak berobat atau tidak teratur berobat pada dokter, anak-anak yang menyandang epilepsi sering tidak disekolahkan atau dikeluarkan dari sekolah karena mendapat serangan kejang. Kurangnya pengertian akan masalah epilepsi di kalangan masyarakat merupakan sebab utama mengapa masalah epilepsi belum dapat ditanggulangi secara baik. Hal ini sangat disayangkan, lebih- lebih kalau diingat bahwa sebagian besar penyandang epilepsi akan dapat sekolah, bahkan dapat meraih gelar kesarjanaan dan dapat bekerja serta hidup bahagia apabila saja serangan dapat dicegah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Enra Suljic, dengan subjek 300 penderita epilepsi, 38,9% mengalami depresi akibat stigma sosial yang negatif terhadap epilepsi.

Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan

kronik otak yang menunjukkan gejala- gejala berupa serangan-serangan yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak (Harsono, 2001).

(2)

2

seseorang tersebut telah mengalami lebih dari satu kali serangan yang muncul karena gangguan otaknya. Gangguan atau ketidak normalan ini dapat disebabkan oleh barbagai faktor. Beberapa faktor tersebut adalah trauma lahir atau cedera lahir, penyakit karena infeksi, cedera kepala, dan lain- lain. Khusus mengenai cedera kepala atau stroke dapat mengakibatkan terjadinya epilepsi karena ketika otak berusaha memperbaiki sendiri kerusakan yang terjadi justru menyebabkan koneksi saraf yang abnormal hingga menganggu aktivitas neuron otak (Lumbantobing, 2002).

Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang memiliki otak dengan ambang bangkitan masing- masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap munculnya bangkitan. Epilepsi dapat terjadi pada laki- laki maupun perempuan, umur berapa saja, dan ras apa saja. Walaupun belum pernah dilakukan penyelidikan epidemiologik tentang epilepsi di Indonesia dapat dikatakan, bahwa epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat. Jika dipakai angka-angka prevalensi dan insiden epilepsi yang didapatkan dari kepustakaan yakni untuk prevalensi 5-10% dan insiden 0,5%, maka dapat diperkirakan, bahwa di Indonesia yang berpenduduk hampir 200 juta, sedikitnya terdapat 1.000.000 – 2.000.000 orang penyandang epilepsi. Angka-angka tersebut mungkin belum mengejutkan bila dibandingkan dengan angka prevalensi penyakit-penyakit lain yang terdapat di Indonesia, namun angka tersebut cukup memprihatinkan terutama jika para penderita tidak ditangani dengan baik, sehingga menimbulkan masalah sosial dan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, orang tua, bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu diantara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsy (PDSSI, 2005).

(3)

3

mengemudikan mobil dan sepeda motor tanpa ditemani orang lain, melakukan olahraga yang menantang seperti arum jeram, panjat tebing, balap motor, dan lain sebagainya (Harsono, 2001).

Epilepsi akan memberikan dampak yang luas, baik pada penyandangnya sendiri maupun keluarganya. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial bagi penyandangnya (Harsono, 2001). Secara fisik, epilepsi akan berdampak pada kemampuan memori, kerusakan neurologist, terjadinya halusinasi, mengalami kecacatan tubuh yang dikarenakan adanya kecelakaan ketika penyandang mengendarai kendaraan. Secara psikologis, penyandang epilepsi akan mengalami cemas, penurunan kepercayaan diri dalam lingkungan dan khususnya dalam menjalin hubungan sosial, ketidak percayaan pada orang lain dan banyak kasus penyandang epilepsi mengalami depresi. Secara sosial, penyandang epilepsi sering dihubungkan dengan konsekuensi psikologis yang berat bagi penyandangnya, biasanya penyandang epilepsi akan cenderung memiliki kualitas hidup yang kurang, pengangguran, stigma buruk dari masyarakat dan banyak diantaranya yang tidak menikah dikarenakan penyakit yang disandangnya (Harsono, 2001). Beberapa dampak dari epilepsi tersebut menunjukkan bahwa ada

kemungkinan berhubungan dengan kondisi well being pada penderita epilepsi. Tentu

saja hal tersebut mempengaruhi kehidupan penyandang epilepsi.

Subjective well-being sangat penting dan diperlukan oleh setiap manusia termasuk juga bagi penderita epilepsi. Epilepsi dipilih dalam penelitian ini karena epilepsi termasuk penyakit terbanyak di dunia, hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Juga dilihat dari dampak yang terjadi jika seseorang menderita epilepsi sangat mempengaruhi kehidupan penderitanya. Dampak-dampak tersebut

mengidentifikasikan bahwa subjective well-being penderita epilepsi ada

kemungkinan tergolong rendah. Selain itu, subjective well-being sangat penting

(4)

4

Subjective well-being sebenarnya adalah evaluasi yang dilakukan oleh individu terhadap kehidupannya. Evaluasi tersebut bersifat kognitif dan afektif. Evaluasi yang bersifat kognitif meliputi bagaimana seseorang merasakan kepuasan dalam hidupnya. Evaluasi yang bersifat afektif meliputi seberapa sering seseorang

merasakan emosi positif dan emosi negatif. Dikatakan mempunyai subjective

well-being yang tinggi jika merasakan kepuasan hidup, sering merasakan emosi positif, dan jarang merasakan emosi negative (Diener, Suh, dan Oishi, 1997). Individu

dengan subjective well being yang tinggi akan lebih mampu mengontrol emosinya

dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan lebih baik. Namun, individu

dengan subjective well being yang rendah akan memandang rendah hidupnya dan

menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak menyenangkan sehingga timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan, depresi dan kemarahan (Myers dan Diener, 2005).

Subjective well-being merupakan salah satu prediktor kualitas hidup individu

karena subjective well-being mempengaruhi keberhasilan individu dalam berbagai

domain kehidupan (Pavot dan Diener, 2004). Individu dengan tingkat subjective well-being yang tinggi akan merasa lebih percaya diri, dapat menjalin hubungan sosial dengan lebih baik, serta menunjukkan perfomansi kerja yang lebih baik. Selain

itu dalam keadaan yang penuh tekanan, individu dengan tingkat subjective well-being

yang tinggi dapat melakukan adaptasi dan coping yang lebih efektif terhadap

keadaan tersebut sehingga merasakan kehidupan yang lebih baik (Diener, Biawas-Diener, dan Tamir, 2004).

Manfaat dari subjective well-being adalah berfungsi secara efektif dalam

meraih kesuksesan. Empat hal yang dapat membuat well-being pada individu tinggi

dan meningkatkan kepuasan hidup adalah kesehatan dan umur panjang, pekerjaan dan pendapatan, interaksi sosial, dan kemanfaatan bersosialisasi (Diener &

Biawas-Diener, 2008). Manfaat dari subjective well-being lainnya bagi penderita epilepsi

(5)

5

Peneliti telah melakukan survey awal dengan mewawancarai salah satu orang

tua penderita epilepsi yang menderita epilepsi sejak kecil. Hasil wawancara membuktikan bahwa epilepsi mempengaruhi proses kognisi penderita. Kognisi atau proses kognisi mencakup cara berfikir, kecerdasan, memori atau ingatan, dan lain-lain yang terdapat pada individu, dimana hal ini berbeda pada tiap individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, didapatkan bahwa banyaknya penderita epilepsi yang mempunyai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata, dibanding dengan populasi pada umumnya. Para peneliti telah meneliti tingkat kecerdasan pada 116 anak yang menderita epilepsi, didapatkan sekitar 40% dari mereka mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata. Selain kognisi, epilepsi juga mempengaruhi emosional penderita, subjek memiliki emosional yang labil seperti mudah marah, mudah tersinggung. Dengan keadaannya yang demikian, subjek memiliki masalah dalam interaksi sosial, beberapa orang sering meremehkannya, dan subjek sulit mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan pada pengamatan terhadap fenomena yang ada serta dari survey

awal yang telah dilakukan peneliti, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana sebenarnya gambaran “Subjective Well-Being Pada Penderita

Epilepsi”. Karena pada dasarnya, setiap individu berhak merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya, termasuk juga para penderita epilepsi.

B. Rumusan Masalah

Peneliti memiliki rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

Bagaimana gambaran subjective well-being pada penderita epilepsi dan

faktor- faktor yang mempengaruhi subjective well-being pada penderita epilepsi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu:

Untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada penderita epilepsi

dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being pada

(6)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang psikologi

terutama bidang psikologi klinis yang berkaitan dengan subjective well-being.

2. Secara praktis

a. Memberikan pengetahuan, pemahaman, gambaran, serta informasi kepada

masyarakat tentang bagaimana subjective well-being pada penderita epilepsi.

b. Juga dapat digunakan sebagai masukan kepada penderita epilepsi mengenai

subjective well-being.

c. Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran untuk konselor atau

ahli psikologi tentang subjective well-being pada penderita epilepsi, sebagai

(7)

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENDERITA EPILEPSI

SKRIPSI

Oleh:

Santi Novita Arieanti

07810157

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(8)

i i

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENDERITA EPILEPSI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Santi Novita Arieanti 07810157

FAKULTAS PSIKOLOGI

(9)
(10)
(11)
(12)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Subjective Well-Being Pada Penderita Epilepsi”, sebagai salah satu syarat

umtuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan M. Salis Yuniardi, S.Psi.,M.Psi selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna , hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dra. Iswinarti, M.Si dan Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen

wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang

telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

5. Bapak SH, ibu SC, dan mbak YL beserta keluarga semua subjek, terima kasih

atas kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian.

6. Mama dan papa yang selalu memberi dukungan, do’a, kasih sayang dan cinta

tiada terkira sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Mbak Lia, mbak Nita, mas Dani, dan Fiqah yang selalu memberi dukungan dan

semangat kepada penulis.

8. Keluarga kecilku di Malang, F-class community 2007 (Liqitul, ndut Titin,

(13)

vii

digambarkan, terima kasih banyak untuk semua hal yang telah kalian berikan untuk penulis.

9. Sahabat-sahabatku (kak Fakih, Ocha’, Kadhe, Febri, Teteh, Widian, mbok

Leni, Eni, Dhaning) yang berada jauh disana namun selalu ada kapan saja untuk penulis, terima kasih banyak untuk semua do’a, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang kalian bagi untuk penulis.

10. Seluruh penghuni Islamic College Siti Aisyah (khususnya Ika, Sofie, Seba,

Yani, Ima, Intan, Vebi, Tata, Feni, Lina, Maulidiyah, Nita, Yesi, Neila) terima kasih atas dukungan yang kalian berikan dan mau penulis repotin.

11. Seluruh teman-teman Psikologi 2007 terima kasih atas partisipasi dan kerja

samanya

12. Teman-teman bimbingan (mbak Titi mbak Dini, Intri, Sherly, Rianita) terima

kasih atas diskusinya.

13. Seluruh penduduk IMM Komisariat Psikologi, teman-teman, adik-adik, dan

kakanda, terima kasih banyak atas semua ilmu yang tak akan penulis dapatkan di lain tempat.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 30 Juli 2011 Penulis

(14)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

LEMBAR PENGESAHAN………... iii

SURAT PERNYATAAN……….. iv

KATA PENGANTAR………... v

INTISARI……… vii

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Tujuan Penelitian……… 5

D. Manfaat Penelitian………. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………... 7

A. Subjective Well-Being………. 7

1. Definisi Subjective Well-Being... 7

2. Komponen Subjective Well-Being……… 8

3. Kriteria Subjective Well-Being Tinggi………. 9

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective Well Being….. 10

5. Manfaat Subjective Well-Being……… 16

B. Epilepsi……….. 19

1. Definisi Epilepsi……….. 19

2. Penyebab Epilepsi……… 20

3. Pencetus Serangan Epilepsi………. 21

4. Jenis Epilepsi dan Gejalanya Masing- masing……….. 24

BAB III. METODE PENELITIAN………... 27

A. Rancangan Penelitian………. 27

B. Batasan Istilah……… 27

(15)

i x

D. Konteks Penelitian………. 28

E. Jenis Data, Instrumen Penelitian, dan Metode Pengumpulan Data………. 28

F. Prosedur Penelitian……… 30

G. Teknik Analisis Data………. 31

H. Keabsahan Data………. 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 33

A. Hasil Penelitian………... 33

1. Deskripsi subjek dan informan penelitian……….. 33

2. Deskripsi data……… 34

B. Hasil Analisis Data………. 48

C. Pembahasan……… 55

BAB V. PENUTUP………... 59

A. Kesimpulan………. 59

B. Saran-saran……….. 60

DAFTAR PUSTAKA……….. 62

(16)

x

[image:16.596.101.473.129.278.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Subjek……….. 33

Tabel 2. Gambaran Subjective Well-Being Subjek 1………. 49

Tabel 3. Gambaran Subjective Well-Being Subjek 2………. 49

Tabel 4. Gambaran Subjective Well-Being Subjek 3………. 50

Tabel 5. Faktor yang mempengaruhi SWB Subjek 1……… 52

Tabel 6. Faktor yang mempengaruhi SWB Subjek 2……… 53

(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Panduan Wawancara……….. 65

Verbatim subjek 1………... 68

Verbatim subjek 2………... 82

Verbatim subjek 3………... 95

(18)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. 2001. The psychology of happiness. New York: Taylor&Francis Group.

Biswas, R., & Diener. 2002. Findings on subjective well-being and their implications

for empowerment. Oregon: University of Illinois and the Gallup Organization.

Compton, William C. 2005. An introduction to positive psychology. USA: Thomson

Wadsworth.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2009. Farmakologi dan terapi.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Dewi, P. S. &Utami M. S. 2008. Subjective well-being anak dari orang tua yang

bercerai. Jurnal Psikologi, 35 no 2, 194-212.

Diener, Biswas – Diener, Tamir. 2004. The psychology of subjective well-being.

Daedalus; Spring 2004; 133, 2; Academic Research Library. pg. 18.

Diener, E.,& Biswas-Diener, R. 2008. Happiness: Unlocking the mysteries of

psychological wealth. Malden, MA: Blackwell Publishing.

Diener, Ed,. & Ryan, K. t.t. Subjective well-being: a general overview. South African Journal of Psychology. 39 (4). 391-406.

Diener, Ed., Suh, E,. & Oishi, S. 1997. Recent findings on subjective well-being.

Indian journal of clinical psychology.

Eid, M., & Larsen, R. J. 2008. The science of subjective well-being. New York: The

Guilford Press.

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian kualitatif dasar-dasar dan aplikasi. Malang: YA3

Malang.

Harsono. 2001. Epilepsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Linley, P. A., & Joseph. S. 2004. Positive psychology in practice. Canada: WILEY.

Lumbantobing. 2002. Epilepsi (Ayan). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Penerbit PT

(19)

xiii

Pavot, Diener. 2004. The subjective evaluation of well-being in adulthood: findings

and implication. Ageing International, Spring 2004, Vol. 29, no. 2, pp.

113-135.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2005. Buku ajar neurologi klinis.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Seligman, Martin E.P. 2002. Authentic happiness: menciptakan kebahagiaan dengan

psikologi positif. Bandung: Penerbit Mizan.

Snyder, C. R., & Lopez, S. J. 2002. Handbook of positive psychology. New York:

Oxford University Press.

Sugiyono, 2008. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Penerbit ALFABETA.

Suljic, Enra. t.t. How much stigma can influence the development of depression in

epilepsy. Bosnia and Herzegovina: Clinical Center of University of Sarajevo.

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: PT Bumi

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Subjek………………………………………………..

Referensi

Dokumen terkait

Kemalangan jalan raya telah mengakibatkan kerugian besar kepada negara. Ianya melibatkan kecederaan, penderitaan dan kematian yang paling tinggi di Malaysia. Sejarah kemalangan jalan

1) Iuran dari rakyat yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang harus dibayar oleh rakyat untuk membayarkan sebagai konsekuensi berlakunya undang-undang. Apabila

Persentase akurasi keberhasilan dari hasil perbandingan prediksi jumlah permintaan kopi bubuk menggunakan metode Double Exponential Smoothing dengan data

Dimana data pembelian yang dikirim akan di hashing terlebih dahulu dengan menggunakan SHA (Secure Hash Algorithm) kemudian pada saat melakukan verifikasi akan di cocokan SHA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi abu sekam terhadap kandungan prolin dan silikat daun serta kualitas hasil yaitu protein dan amilosa

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Hasil dari perhitungan rasio di atas menunjukkan angka yang tidak terlalu besar yaitu dibawah 10 kali, hal ini menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan oleh Unilever

Dimana : MTTF = Waktu rata-rata terjadi kegagalan (Bulan) = Laju kegagalan atau fungsi hazardous (%bulan) Menyimpulkan Nilai Keandalan Setelah mendapatkan nilai dari MTTF