ii ABSTRAK
KONTRIBUSIKEKUATANOTOTLENGAN,POWEROTOTTUNGKAI, KESEIMBANGANDANKOORDINASIMATA-TANGAN-KAKI
TERHADAPKETERAMPIANGERAKDASARMERODA PADASISWAKELASXSMKGAJAHMADA
BANDARLAMPUNG
Oleh
SAPTO WEGA SUBAGIO
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Sampel yang digunakan adalah 58 siswa putra kelas X SMK Bandar Lampung dengan jumlah populasi 58 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan teknik tes dan pengukuran serta teknik analisis data menggunakan regresi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan otot lengan memiliki koefisien korelasi 0,576 dengan kontribusi sebesar 33,1%, power otot tungkai memiliki koefisien korelasi 0,560 dengan kontribusi sebesar 31,3%, keseimbangan memiliki koefisien korelasi 0,462 dengan kontribusi sebesar 21,3%, koordinasi mata-tangan-kaki memiliki koefisien korelasi 0,325 dengan kontribusi sebesar 10,5%, kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki memiliki koefisien korelasi 0,861 dengan kontribusi sebesar 74,1%. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot lengan memberikan kontribusi lebih besar terhadap keterampilan meroda. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bahwa untuk memperoleh keberhasilan gerak pada senam ketangkasan terutama keterampilan meroda, perlu memperhatikan semua unsur fisik terutama kekuatan otot lengan.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Sapto Wega Subagio, lahir di
Fajar Baru pada tanggal 25 Mei 1992, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari
pasangan Bapak Samiran dan Ibu Sumiyem.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara
lain :
1. TK Kartika Fajar Baru (1996-1998)
2. SD Negeri 1 Fajar Baru (1998-2004)
3. SMP Negeri 20 Bandar Lampung (2004-2007)
4. SMK Gajah Mada Bandar Lampung (2007-2010)
5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung pada
Jurusan Ilmu Pendidikan (IP), Program Studi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan (Penjaskes) anggkatan 2010.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) di SD Negeri 01 Bakem Suka Mulya, Kecamatan Pagar
Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Demikianlah riwayat hidup penulis,
viii
MOTO
Belajar bersabar, karena terkadang itu akan membawa kita pada sesuatu yang
lebih baik.
Kehilangan membuat kita belajar untuk menenerima dan mensyukuri apa yang
masih kita miliki.
Belajar mengalah sampai tak seorangpun bisa mengalahkanmu.
Harapan akan selalu ada ketika kamu terus berjuang memperjuangkan
cita-citamu.
Jagalah PIKIRANMU, karena ia
akan menjadi ucapanmu
Jagalah UCAPANMU, karena ia
akan menjadi tindakanmu
Jagalah TINDAKANMU, karena ia
akan menjadi kebiasaanmu
Jagalah KEBIASAANMU, karena ia
akan menjadi karaktermu
Jagalah KARAKTERMU, karena ia
akan menjadi nasibmu
ix
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya mungil ini…
Untuk pribadi luar biasa yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi
dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan
ataukah perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun tenang temaram
dengan penuh kesabaran
dan pengertian luar biasa :
Ibuku (Sumiyem)
Bapakku (Samiran)
Nenekku (Marni)
Almarhum Mbah Kakungku (Marmo)
yang telah memberikan segalanya untukku ..
Kepada Adik-Adikku (Silviani Dwi Ningsih) dan (Sandy Ramadhani)
terima kasih atas segala support yang telah diberikan selama ini dan
semoga Adik-adikku tercinta dapat menggapaikan keberhasilan juga di
kemudian hari.
Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-
rekan Penjaskes10”
(Ardona, Arif Cuy, Rio, JS, Gusti Agung, Dian, Handoyo, Hamid, Swastika,
Adnyana, Dani, Desna, Burhan, Eby, Rudi, Fahmi, Dito, Azry, Ani, Roby,
Mahyudi, Tomi, Noce, Novi, Arbi, Rahman, Tono serta Almarhum Ade Sapaldo)
serta rekan-rekan lain yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu
terima kasih tiada tara ku ucapakan ..
Terakhir, untuk seseorang yang masih dalam misteri yang dijanjikan Ilahi yang
siapapun itu, terimakasih telah menjadi baik dan bertahan di sana.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan.
Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas,
entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan
terima kasih
x
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Bismillahirrohmaanirrohiim ...
Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi, dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha besaran-Nya. Allah ku yang Mulia. Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang
revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad SAW.
Bila meminjam pepatah lama “Tak ada gading yang tak retak” maka sangatlah pantas bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna kesempurnaan dengan tanpa berharap melampaui kemaha sempurnaan sang maha sempurna. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada phak-pihak dan pribadi-pribadi yang sangat luar biasa berikut :
Kepada Mamakku Sumiyem dan Bapakku Samiran yang dengan segenap jiwa raga selalu menyayangi, mencintai, menjaga serta memberikan motivasi, materi serta pengorbanan tak ternilai. Kepada Mbahku Marni serta Almarhum Mbah Kakungku Marmo yang senantiasa memberikan motivasi, mengajarkan berbagai hal tentang hidup, nasehat-nasehat yang tak ternilai hargannya. Terimakasih juga untuk adik-adikku Silviani Dwi Ningsih dan Sandy Ramadhani dari kalianlah Mas Ega mendapat motivasi lebih dalam menjalani hari-hari serta untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi baik sebagai anak maupun kakak untuk kalian. Dan tak lupa juga untuk Om Sumidi, Bi Ayem, Yogie, Egi, Pakde Simar, De Yun, Mas Bayu dan Mas Galih, saya merasa bahagia memiliki keluarga yang penuh kehangatan, keharmonisan dan kasih sayang seperti kalian semua. Alhamdulillah syukurku.
xi
Bapak Drs. Surisman, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing akademik dan pembimbing II yang telah memberikan pelajaran, bimbingan, semangat, mental hidup, pengarahan dan motivasi. Terimakasih untuk semua yang Bapak berikan selama ini, terimakasih untuk kesabaran dan semangatnya sebagai pembimbing II dan pembimbing akademik, banyak hal yang Ega dapat yang tak bisa Ega sebutkan satu persatu baik di dalam kelas, luar kelas, dalam lapangan maupun luar lapangan.
Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku ketua program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan dosen penguji, terimakasih atas keramahan, pelajaran, saran-saran, bimbingan dan masukan-masukan, ilmu dan pengalaman yang telah diajarkan. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung, Dosen-dosen dan staf Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Lampung, serta dosen beserta staf FKIP khususnya dan dosen Unila pada umumnya, Terimakasih atas ilmu, pengalaman, dan didikannya selama ini, yang telah membantu dalam proses perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bu Enden Sopa Sopiyana, S.Sos., M.Pd. Kepala SMK Gajah Mada Bandar Lampung, Pak Tri Wibowo, S.Pd. selaku guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Guru-guruku beserta staf dan para siswa yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Dan juga kapada seluruh anggota kelompok KKN-KT Pagar Dewa Suka Mulya serta seluruh warga PDSM (Bakem) terkhusus Pak Warwari, Ibu Siti beserta keluarga, serta semua Guru dan siswa SDN 01 Bakem Suka Mulya. Terimakasih untuk persahabatan, persaudaraan kebersamaan, pelajaran dan pengalaman hidup yang kalian berikan.
Tidak lupa pula Teman-teman Penjaskes 2010 Ardona, Arif Cuy, Rio, JS, Gusti Agung, Dian, Handoyo, Hamid, Swastika, Adnyana, Dani, Desna, Burhan, Eby, Rudi, Fahmi, Dito, Azry, Ani, Roby, Mahyudi, Tomi, Noce, Novi, Arbi, Rahman, Tono serta Almarhum Ade Sapaldo, dan teman-teman lain baik kakak/ adik tingkat yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan teman-teman dekatku Afrizal, Noven, Budi, Joni, Teguh, Sandi, Rawuh, Nanang, Prapto, Asep, Hadi, Amoy, Deska, dll. Terimakasih atas persahabatan, persaudaraan kebersamaan dan hangat sapa kalian selama ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
xiii
H. Koordinasi ... 25
1. Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 25
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi ... 26
3. Peran Koordinasi Mata-Tangan-Kaki dalam Gerakan Meroda ... 27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Hasil Tes Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai, Keseimbangan, Koordinasi Mata-Tangan-Kaki dan Keterampilan
Gerak Dasar Meroda ... 55
2. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Lengan ... 56
3. Distribusi Frekuensi Power Otot Tungkai ... 57
4. Distribusi Frekuensi Keseimbangan ... 57
5. Distribusi Frekuensi Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 58
6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 59
7. Rangkuman Hasil Perhitungan SPSS Tabel Coefficients Secara Parsial Data Tes Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai, Keseimbangan dan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri ... 15
2. Jalur Kontaknya Kaki dan Tangan Dengan Lantai ... 16
3. Otot Lengan ... 18
4. Otot Tungkai ... 21
5. Peta Konsep Kerangka Pikir ... 30
6. Desain Penelitian ... 40
7. Push and Pull Dynamometer ... 42
8. VerticalJumpTest ... 44
9. Stork Stand ... 45
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Tes Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 80
2. Pengolahan Data Uji Coba Instrumen ... 83
3. Uji Reliabilitas dengan Pengukuran Ulang/ Retest... 88
4. Hasil Tes Penelitian Kekuatan Otot Lengan ... 91
5. Hasil Tes Penelitian Power Otot Tungkai ... 93
6. Hasil Tes Penelitian Keseimbangan ... 95
7. Hasil Tes Penelitian Koordinasi Mata-Tangan- Kaki ... 97
8. Hasil Tes Penelitian Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 98
9. Perhitungan Data Row score dan T-skor Kekuatan Otot Lengan ... 101
10. Perhitungan Data Row score dan T-skor Power Otot Tungkai ... 103
11. Perhitungan Data Row score dan T-skor Keseimbangan ... 105
12. Perhitungan Data Row score dan T-skor Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 107
13. Perhitungan Data Row score dan T-skor Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 109
14. Regresi Linier Sederhana Kekuatan Otot Lengan terhadap Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 111
15. Regresi Linier Sederhana Power Otot Tungkai terhadap Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 112
xvii
18. Regresi Linier Berganda Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai, Keseimbangan dan Koordinasi Mata-Tengan-Kaki terhadap
Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 115
19. Harga Kritik dari r Product-Moment ... 116
20. Nilai uji-t ... 117
21. Tabel F ... 118
22. Domumentasi Penelitian ... 119
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan
perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerakanak.
Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan di dalam
program pendidikan jasmani, terutama karena tuntunan fisik yang
dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian
tubuh. Di samping itu, senam juga memberikan sumbangan besar pada
perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik
cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh
secara efektif dan efesien (Mayangsari, 2012: 3). Menurut FIG (Federation
Internationale de Gymnastique) dalam Mahendra (2000: 12) senam dibagi
menjadi 6 kelompok, yaitu : senam artistik, senam ritmik, senam akrobatik,
senam aerobik sport, senam trampolin dan senam umum.
Menurut Mahendra (2000: 12) senam artistik diartikan sebagai senam yang
menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek
artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat. Efek artistik
dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam
tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol,
maupun memberikan pengaruh mengejutkan yang mengandung rasa
keindahan. Berlainan dengan cabang olahraga lain yang umumnya yang
mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada
bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari
setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik
seperti : kekuatan, power, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan
dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang
selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.
Pada tingkat sekolah salah satu rumpun senam yang diajarkan adalah senam
lantai (floor Excercise). Menurut Margono (2009: 79) senam lantai yaitu
latihan senam yang dilakukan di atas matras, unsur-unsur gerakannya terdiri
dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan
tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat
meloncat ke depan atau ke belakang. Senam lantai dalam pembelajaran
penjas memiliki beragam gerak yang sangat komplek, antara lain guling
depan, guling belakang, loncat harimau (tiger sprong), hand stand, sikap
lilin, meroda dll.
Pembelajaran senam lantai di sekolah bertujuan memperkaya pengalaman
gerak sebanyak-banyaknya serta meningkatkan kesegaran jasmani para
peserta didik. Salah satu komponen gerakan yang memerlukan suatu
kombinasi terpadu dari setiap bagian anggota tubuh dari
menurut Suyati, dkk (1994: 154) dalam (Dewanti Widodo, 2011: 4). adalah suatu gerakan ke samping pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki
terbuka besar/ kangkang. Gerakan meroda apabila diuraikan seperti berikut
dimulai dengan berdiri sikap tegak, kedua lengan diluruskan ke atas, telapak
tangan menghadap ke depan, kepala tegak, kedua kaki dibuka dengan posisi
kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Bungkukan pinggul, letakkan
tangan kiri pada matras diikuti tangan kanan lurus menumpu pada matras
selebar bahu, pandangan mata ke bawah melihat tumpuan tangan, tungkai
kaki kiri sedikit ditekuk, sedangkan tungkai kaki kanan lurus. Hentakkan kaki
kiri pada matras untuk dapat menolakkan dan mengangkat kedua kaki ke atas
dalam posisi terbalik dengan kedua tungkai dibuka lebar membentuk sikap
kangkang. Turunkan kaki kanan kemudian kaki kiri bersamaan dengan
mendorong kedua tangan pada matras dilanjutkan mengangkat kedua tangan
ke atas supaya dapat berdiri tegak (John and Marry Jean Traetta, 1985: 13).
Dari beberapa komponen kondisi fisik yang mendukung keterampilan gerak
dasar meroda dan berdasarkan pada pengamatan penulis, penulis menekankan
faktor kondisi fisik yang menunjang keberhasilan meroda dilihat dari
beberapa unsur kondisi fisik yang berhubungan dengan kemampuan meroda.
Menurut penulis faktor kondisi fisik yang paling dominan dalam menunjang
keberhasilan meroda yaitu kekuatan otot lengan, power otot tungkai,
keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, keterampilan gerak dasar meroda para
masih banyak melakukan kesalahan serta belum menguasai gerakan meroda
dengan baik seperti masih bengkoknya lengan saat posisi badan terbalik
sehingga tidak mampu menopang berat badannya sendiri dan akhirnya jatuh.
Serta kurang sempurnanya dalam penyelesaian akhir gerakan, dimana banyak
siswa yang gagal untuk berdiri tegak dikarenakan kurang kuatnya dorongan
tangan yang dilakukan, kurang kuatnya tolakan kaki yang dilakukan sehingga
banyak siswa yang gagal pada proses awal untuk dapat mengayunkan kedua
tungkainya menuju posisi badan terbalik, penyelesaian akhir gerakan dari
posisi badan bungkuk menuju badan berdiri tegak, masih banyak siswa yang
sempoyongan untuk berdiri dan bahkan banyak siswa yang gagal pada
proses ini dikarenakan keseimbangan yang dimiliki siswa yang masih lemah,
serta koordinasi mata-tangan-kaki yang dimiliki para siswa masih lemah
dilihat dari masih belum sempurnanya murid dalam mengontrol fokus
pandangan, kekuatan otot lengan dan power otot tungkai serta penempatan
tangan dan kaki pada titik yang benar dalam satu garis lurus disatu rangkaian
gerak yang utuh, menyeluruh, secara cepat dan tepat dalam irama gerak yang
terkontrol sehingga jalur kontaknya kaki dan tangan dengan lantai pada
gerakan meroda akan berada pada satu galis lurus.
Dari permasalahan di atas, penulis berpendapat bahwa banyaknya kesalahan
yang dialami siswa pada saat melakukan meroda dikarenakan komponen fisik
para siswa yang kurang siap, yang berawal dari pemberian latihan kondisi
fisik saat pemanasan yang kurang tepat dan mengarah pada kegiatan inti.
Guru penjaskes cenderung memberikan kegiatan pemanasan yang pada
lain seperti basket, voli, sepakbola, dll serta kurang inovatif dalam
pelaksanaanya. Kerena sudah menjadi sebuah kewajiban di dalam
melakukan kegiatan inti dalam senam lantai diperlukan kesiapan dari tiap
komponen kondisi fisik untuk dapat menunjang gerakan, sehingga para siswa
merasa lebih siap dan lebih mampu melakukan gerakan senam lantai, dengan
begitu akan terpenuhinya kesempurnaan gerak dalam senam lantai khususnya
dalam keterampilan gerak dasar meroda.
Oleh karana itu, untuk mendapatkan suatu keberhasilan gerak dalam
keterampilan gerak dasar meroda guru penjaskes wajib memperhatikan
pemberian latihan kondisi fisik saat kegiatan pemanasan untuk memperoleh
keberhasilan gerak dalam meroda.dengan memberikan latihan tiap-tiap unsur
kondisi fisik yang diperlukan dengan tepat dan terarah. Untuk itu penelitian
ini dilakukan guna untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tiap unsur
kondisi fisik tersebut, sehingga dapat memberikan informasi tentang unsur
kondisi fisik apa yang paling dominan dalam melakukan keterampilan gerak
dasar meroda sehingga guru penjaskes dapat memberikan latihan kondisi
fisik yang tepat dan terarah saat kegiatan pemanasan, sehingga pelaksanaanya
lebih efisien dan efektif, yang dikemas dalam bentuk yang lebih
menyenangkan.
Dilihat dari uraian latar belakang masalah di atas penulis merasa tertarik
untuk melakukan suatu penelitian tentang “Kontribusi kekuatan otot lengan,
keterampilan gerak dasar meroda pada siswa kelas X SMK Gajah Mada
Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang masalah yang telah dikemukakan mengarah pada pemikiran
adanya berbagai masalah. Dari berbagai masalah yang muncul dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Hasil meroda yang dilakukan para siswa tidak bisa berjalan secara baik
dan konsisten.
2. Hasil meroda yang dilakukan para siswa tidak berjalan secara selaras.
3. Unsur kondisi fisik seperti kekuatan otot lengan, power otot tungkai,
keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki para siswa yang lemah
mempengaruhi keberhasilan meroda.
4. Kurangnya pemahaman yang dimiliki guru penjas tentang fungsi
masing-masing unsur-unsur kondisi fisik yang menunjang keberhasilan
gerakan meroda.
5. Pemberian latihan kondisi fisik saat kegiatan pemanasan yang kurang
tepat akan mempengaruhi kesiapan unsur-unsur fisik seorang siswa
dalam memperoleh keberhasilan gerak dalam meroda.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
1. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot lengan terhadap keterampilan
gerak dasar meroda ?
2. Seberapa besar kontribusi power otot tungkai terhadap keterampilan
gerak dasar meroda ?
3. Seberapa besar kontribusi keseimbangan terhadap keterampilan gerak
dasar meroda ?
4. Seberapa besar kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki terhadap
keterampilan gerak dasar meroda ?
5. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot lengan, power otot tungkai,
keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap keterampilan
gerak dasar meroda ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi power otot tungkai terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi keseimbangan terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki
5. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan, power otot
tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan
manfaat antara lain bagi :
1. Penulis
Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam
perkembangan senam lantai pada gerakan meroda.
2. Guru Pendidikan jasmani/ siswa
Sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan pembelajaran penjaskes
khususnya materi senam lantai dan terutama gerakan meroda serta
memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang
olahraga mengenai kontribusi kekuatan otot lengan, power otot
tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap
keterampilan gerak dasar meroda dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
3. Mahasiswa
Sebagai salah satu pembelajaran dan bahan rujukan untuk meningkatkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Senam
Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang
olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris gymnastics,
atau Belanda gymnastiek. Gymnastics sendiri adalah bahasa aslinya
merupakan serapan kata dari bahasa Yunani yaitu gymnos, yang berarti
telanjang (Mahendra, 2000: 7-8).Kata gymnastiek tersebut dipakai untuk
menunjukan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasan gerak
sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang (Hidayat,
1995 dalam Mahendra, 2000: 8).
Sedangkan menurut Margono (2009: 19) senam ialah latihan tubuh yang
dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan
tujuan membentuk dan mengembangkan pribdi secara harmonis. Senam
dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai pada alat yang
dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan,
koordinasi, serta kontrol tubuh (Peter H. Werner, 1994 dalam Jubaedi, 2009:
B. Jenis Senam
Menurut Federasi Senam Internasional (Federation Internationale de
Gymnastique) dalam Mahendra (2000: 11-14), senam dibagi menjadi 6
kelompok, yaitu :
1. Senam Artistik (Artistic Gymnastics)
Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan
akrobatik untuk mendapatkan efek –efek artistik dari gerakan-gerakan
yang dilakukan pada alat-alat sebagai berikut :
a. Artistik Putra meliputi : lantai, kuda pelana, gelang-gelang, kuda
lompat, palang sejajar dan palang tunggal.
b. Artistik Putri meliputi : kuda lompat, palang bertingkat, balok
keseimbangan, lantai.
Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta
kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan
berbagai posisi. Gerakan-gerakan tumbling digabung dengan akrobatik
yang dilaksanakan secara terkontrol, maupun memberikan pengaruh
mengejutkan yang mengandung rasa keindahan.
2. Senam Ritmik Sportif (Sportive Rhytmic Gymnastics)
Adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat
dipertandingkan. Ciri dari senam ini adalah komposisi gerak yang
tubuh dan alat yang artistik. Adapun alat yang digunakan adalah bola
(ball), pita (ribbon), tali (rope), simpai (hoop) dan gada (clubs).
3. Senam Akrobatik (Acrobatic Gymnastics)
Senam akrobatik adalah senam yang mengandalkan akrobatik dan
tumbling, sehingga latihanya banyak mengandung salto dan putaran
yang harus mendarat di tempat-tempat yang sulit. Senam akrobatik
biasanya dilakukan secara tunggal dan berpasangan. Senam ini,
bersama-sama dengan senam trampolin dan sports aerobics, baru masuk
ke dalam jajaran organisasi senam di bawah FIG pada tahun 1996, pada
Kongres FIG di Atlanta Olympic Games, USA.
4. Senam Aerobik Sport (Sport Aerobics)
Merupakan pengembangan dari senam aerobik. Latihan-latihan senam
aerobik berupa tarian atau kalistenik tertentu digabung dengan
gerakan-gerakan akrobatik yang sulit. Sport aerobics saat ini mempertandingkan
empat kategori, yaitu : single putra, single putri, pasangan campuran dan
trio.
5. Senam Trampolin (Trampolining)
Senam trampolin adalah senam yang dilakukan diatas trampolin.
Trampolin adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang
dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki
hanya untuk membantu penguasaan keterampilan akrobatik untuk senam
artistik atau untuk para peloncat indah. Namun, karena latihannya
memang menarik, akhirnya dikembangkan menjadi suatu latihan yang
dipertandingkan.
6. Senam Umum (General Gymnastics)
Senam umum adalah segala jenis senam di luar kelima jenis senam di
atas. Dengan demikian, senam-senam seperti senam aerobik. senam
pagi, SKJ, senam wanita, dsb. termasuk ke dalam senam umum.
C. Senam Lantai (Floor Exercise)
Senam lantai menurut Margono (2009: 79) yaitu latihan senam yang
dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari : mengguling,
melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki
untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan
atau ke belakang. Menurut Roji (2006: 112) senam lantai merupakan salah
satu rumpun senam. Disebut senam lantai, karena gerakan senam dilakukan
di matras. Senam lantai disebut juga dengan istilah latihan bebas, karena saat
melakukannya tidak menggunakan benda/ perkakas lain (alat lain). Senam
lantai diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara
sitematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana
untuk mencapai tujuan tertentu. Senam lantai dalam pembelajaran penjas
guling ke belakang, lompat harimau (tiger sprong), hand stand, sikap lilin,
meroda dll.
D. Meroda
Menurut Mahendra (2000: 56) keterampilan meroda atau baling-baling
adalah gerakan yang menarik dan menyenangkan. Gerakannya cukup mudah
dan reltif aman walaupun dilakukan di mana saja: di rumput, di lantai, atau di
matras. Asal lengan dan bahu cukup kuat untuk menumpu badan maka
keterampilan meroda akan mudah dikuasai. Gerakan meroda dimulai dengan
posisi berdiri tegak dengan dua lengan diangkat lurus. Untuk meroda ke kiri,
angkatlah kaki kiri ke depan sambil mencondongkan tubuh ke depan.
Tempatkan kaki kiri di lantai kira-kira sejangkauan kaki dan segaris dengan
kaki belakang. Dengan demikian dorongan dari kaki kiri, angkatlah kaki
kanan ke atas, dan segera letakan tangan kiri disusul dengan tangan kanan
untuk berdiri dengan kedua tangan dalam keadaan kaki terbuka lebar. Untuk
kembali keposisi berdiri, turunkan kaki kanan bersamaan dengan mengangkat
lengan kiri secara berurutan, kemudian kaki mendarat dan tangan kanan lepas
dari lantai untuk tiba pada posisi berdiri dengan kaki terbuka lebar.
1. Analisa Gerak Meroda
Diperlukan suatu analisa yang tepat untuk mempelajari suatu gerak
dalam olahraga secara efisien dan efektif. Menurut Adisuyanto Aka
(2009: 104-105) dalam Dewanti Widodo (2011: 20) berikut merupakan
a. Dimulai dari sikap awal badan berdiri tegak menghadap ke depan,
dengan posisi kedua kaki rapat, kedua lengan diangkat lurus ke atas
di samping kepala.
b. Dilanjutkan dengan melakukan awalan dengan melangkah dua atau
tiga langkah, diakhiri dengan posisi kedua kaki dibuka muka
belakang, dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan
dibelakang, posisi lutut dan siku tetap lurus.
c. Dimulai dengan kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan
dengan kedua lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan.
d. Meletakkan tangan kiri pada lantai / matras di depan kaki kiri
dilanjutkan dengan mengayun tungkai kaki kanan ke atas.
e. Seiring ayunan kaki kanan ke atas, dorong kaki kiri dan letakkan
tangan kanan di depan tangan kiri membentuk satu garis (tangan
kanan dan kiri berada dalam satu garis lurus). Ketika tangan kanan
menyentuh lantai / matras posisi kedua kaki terbuka lebar.
f. Dengan sedikit memutar badan, angkat tangan kiri dari lantai /
matras. Kaki kanan mendarat / letakkan di lantai / matras dekat
dengan tangan kanan antara sudut 15-20 derajat, sedangkan kaki kiri
mengikuti irama kaki kanan. Untuk gerakan meroda diharuskan
pendaratan kaki pertama mendekat tumpuan tangan terakhir karena
meroda merupakan gerak proyektil sesuai dengan gerak
biomekanik. Seorang pesenam yang mendaratkan kaki pertama
mengalami hambatan yang berupa kehilangan keseimbangan atau
kegagalan saat proses berdiri.
g. Ketika kaki kanan menyentuh dasar lantai, segera dorong kedua
tangan pada matras lalu angkat kedua tangan dengan bertumpu
kepada kaki kanan diiringi gerakan badan, posisi lengan tetap lurus.
h. Posisi kaki kanan tetap berada di depan, kedua kaki masih terbuka
kangkang dalam keadaan penuh keseimbangan. Ketika kaki kiri
mendarat / menyentuh lantai / matras, angkat kedua lengan sampai
ke atas dengan kondisi lengan tetap lurus ke atas.
i. Berdiri sikap awal dengan kedua lengan lurus atas di samping
telinga, kedua kaki rapat dan pandangan mata ke depan.
Gambar 1. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri (Sumber: Biasworo Adisuyanto Aka. 2009: 104)
Dilihat dari arah gerakannya, gerakan ini harus dilakukan dalam arah
lurus. Jika digambarkan jalur kontaknya kaki dan tangan dengan lantai
Gambar 2. Jalur Kontaknya Kaki dan Tangan Dengan Lantai (Sumber: Agus Mahendra. 2000: 57)
2. Kesalahan dalam Meroda
Menurut Suyati, dkk (1994: 156) dalam Dewanti Widodo (2011: 21)
kesalahan yang umum terjadi saat melakukan meroda antara lain :
a. Lemparan kaki kurang kuat.
b. Lemparan kaki melengkung ke arah depan, seharusnya lurus ke
atas.
c. Penempatan tangan terlalu rapat satu dan yang lain.
d. Penempatan tangan pertama di lantai terlalu dekat dengan kaki
tolak.
e. Kedua siku saat menumpu bengkok.
f. Sikap badan kurang melenting atau lurus.
g. Kepala tidak tengadah saat tangan menumpu di lantai.
h. Penempatan kaki kanan terlalu jauh dengan tangan kanan sehingga
sulit untuk berdiri tegak.
i. Penempatan kaki terakhir pada saat mendarat kurang lebar atau
E. Kekuatan Otot Lengan
Menurut Mahendra (2000: 35) kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat
dihasilkan oleh suatu otot ketika otot itu berkontraksi. Menurut Hidayat
(1996 : 62) kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melawan beban
(load) atau tahanan (resistance). Semakin otot kita kuat maka semakin ringan
juga dalam mengatasi tahanan atau beban yang dihadapi. Pada olahraga
senam khususnya pada gerakan meroda kekuatan otot yang dipakai adalah
kekuatan otot tangan pada saat posisi badan terbalik yaitu untuk menahan
beban tubuh, juga berperan untuk mempertahankan lengan tetap lurus saat
posisi badan terbalik.
Kekuatan suatu otot berdasar pada dua faktor utama. Pertama dipengaruhi
oleh unsur-unsur strukturil otot itu, khususnya volume. Kekuatan otot
meningkat sesuai meningkatnya volume otot. Kedua kekuatan otot ditentukan
oleh kualitas kontrol tak sengaja kepada otot atau kelompok otot yang
bersangkutan. Faktor ini penting dalam orang berlatih meningkatkan
kekuatan otot dan menekankan perlunya belajar menggunakan kekuatan
sesuai dengan pelaksanaan nyata. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa
kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot lengan atau sekelompok otot
lengan seseorang dalam mengerahkan tenaga secara maksimal untuk
melakukan kontraksi atau gerakan. Bentuk latihan kekuatan otot lengan yang
mendukung gerakan meroda anatara lain : push up, berlomba gerobak
1. Otot Lengan
Otot-otot yang terdapat pada lengan antara lain :
1. Otot tendon bisep 7. Otot palmaris longus
2. Otot trisep 8. Otot fleksor karpi radialis
3. Otot bisep brakhii 9. Otot fleksor retinakulum
4. Otot brakhialis 10. Otot fleksor karpi ulnaris
5. Otot brachioradialis 11. Otot fasia palmaris
6. Otot pronator teres
Gambar 3. Otot Lengan
(Sumber: Evelyn C. Pearce, 2010: 132)
2. Peran Kekuatan dalam Senam Lantai
Penampilan yang baik dalam senam sangat tergantung pada kekuatan
otot, karenanya meningkatkan kekuatan pesenam akan meningkatkan
pula tingkat prestasinya dalam senam dan sebaliknya keikutsertaan
seseorang. Menurut Mahendra (2000: 36) disamping adanya manfaat
biasa, seperti berfungsinya fisik secara baik, penampilan yang lebih
bagus serta pengembangan dalam kekuatan mempunyai manfaat
langsung dalam penampilan senam diantaranya :
1) Keselamatan : Pesenam yang lebih kuat akan mampu mencegah
terjadinya cedera yang berbahaya ketika terjadi jatuh dibandingkan
dengan pesenam yang lebih lemah.
2) Kemampuan : Banyak gerakan senam tidak dapat ditampilkan tanpa
kekuatan yang lebih.
3) Mendukung kemampuan lain : Kemampuan-kemampuan seperti
kecepatan, daya tahan, power, dll dalam batas tertentu tergantung
kekuatan
3.
Peran Kekuatan Otot Lengan dalam Gerakan MerodaMenurut Dewanti Widodo (2011: 35) peranan kekuatan otot lengan
dalam melakukan gerakan meroda adalah sebagai berikut :
a. Untuk menahan berat badan dan menjaga keseimbangan tubuh
supaya tidak jatuh ke depan dan mempertahankan lengan tetap
dalam keadaan lurus saat posisi terbalik (gambar 1 nomor 5).
b. Memperlancar jalannya posisi badan saat berputar dengan momen
yang berbeda antara lengan kiri dan lengan kanan yang saling
begantian menumpu berat badan dan mendorong badan untuk posisi
F. Power Otot Tungkai
Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan mengukur
kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan
untuk megangkat beban itu (Mahendra, 2000: 39). Menurut Biakto Atmojo
(2010: 62) power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan
maksimum dalam jangka waktu yang minim. Penentu tenaga ledak otot yaitu
kekuatan otot dan kecepatan rangsang saraf serta kecepatan kontraksi otot.
Power merupakan hasil dari gabungan dua komponene kondisi fisik, yaitu
kekuatan dan kecepatan.
Dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan aktifitas berat dengan melibatkan otot tungkai secara
maksimal dengan pengerahan tenaga yang sekuat-kuatnya untuk mengatasi
tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot tungkai yang tinggi. Bentuk
latihan power otot tungkai yang mendukung gerakan meroda anatara lain :
front jump (meloncat ke depan), vertical jump (meloncat ke atas), side jump
(meloncat ke samping) dan latihan skipping.
1. Otot Tungkai
Otot-otot yang terdapat pada tungkai antara lain :
1. Otot gluteus maximus 6. Otot gastroknemius
2. Otot adduktor 7. Otot peroneus longus
3. Otot paha lateral 8. Otot soleus
4. Otot paha medial 9. Otot extensor digitorum longus
Gambar 4. Otot Tungkai (Sumber: Evelyn C. Pearce, 2010: 135)
2. Peran Power dalam Senam Lantai
Power adalah suatu atribut fisik yang paling dominan yang diperlukan
dalam senam. Kebanyakan keterampilan senam bergantung pada kualitas
fisik yang satu ini dalam hal bahwa pesenam harus menggerakan
tubuhnya atau bagian tubuhnya secara cepat, sehingga memerlukan
kekuatan dan kecepatan secara simultan (Mahendra, 2000: 39).
Pengembngan power, seperti juga pengembangan atribut fisik lainnya,
harus dijadikan program yang teratur dalam latihan senam.
Pengembangan program ini dapat dilakukan dengan cara latihan yang
sama dengan latihan kekuatan, hanya kegiatan ditekan dengan kecepatan
2. Peran Power Otot Tungkai dalam Gerakan Meroda
Menurut Dewanti Widodo (2011: 43) power otot tungkai berperan dalam
menolakkan kaki pertama ke atas supaya dapat melakukan posisi terbalik
(gambar 2 nomor 4). Tanpa dukungan power otot tungkai yang baik
maka akan kesulitan untuk mengayunkan kedua tungkai menuju posisi
terbalik.
G. Keseimbangan
Menurut Mahendra (2000: 41) keseimbangan adalah istilah yang digunakan
dalam menerangkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk
memelihara equilibrium (keseimbangan), baik yang bersifat ststis (static
balance), seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat dinamis (dynamic
balance) seperti dalam saat melakukan gerakan lokomotor. Menurut Biakto
Atmojo (2010: 62) keseimbangan adalah pemeiharaan keseimbangan pada
saat statis atau bergerak. Bentuk-bentuk latihan keseimbangan yang
mendukung gerakan meroda anatara lain : berjalan di atas balok kayu selebar
10 cm, sepanjang 10 m, berdiri dengan satu kaki jinjit, tubuh membentuk
kapal-kapalan, sikap lilin, berdiri dengan tangan sebagai sandaran tubuh.
1. Peran Keseimbangan dalam Senam Lantai
Adalah hal yang paling jelas bahwa unsur keseimbangan merupakan
salah satu aspek yang paling penting dalam olahraga senam. Banyak
keterampilan senam yang sangat tergantung pada kualitas keseimbangan
gerakannya sangat ditentukan oleh kemampuan keseimbangan yang di
atas rata-rata (Mahendra, 2000: 42).
Manfaat yang dapat diperoleh dari latihan keseimbangan menurut Loken
et al (1986) dalam Dewanti Widodo (2011: 36) adalah:
a) Keseimbangan meningkatkan ketangkasan dan koordinasi.
b) Latihan ini dapat mengembangkan ketenangan.
c) Latihan keseimbangan meningkatkan kepercayaan diri dan
keyakinan untuk mengendalikan tubuh.
2.
Peran Keseimbangan dalam Gerakan MerodaMenurut Dewanti Widodo (2011: 38) peranan keseimbangan dalam
melakukan gerakan meroda adalah sebagai berikut :
a. Keseimbangan mulai dibutuhkan pada saat melakukan awalan
dengan melangkah dua atau tiga langkah, diakhiri dengan posisi
kedua kaki dibuka muka belakang, dengan posisi kaki kiri di depan
dan kaki kanan dibelakang (gambar 1 nomor 2).
b. Juga pada saat kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan
dengan kedua lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan
(gambar 1 nomor 3). Ini adalah posisi badan asimetris yang
membutuhkan keseimbangan yang lebih dibanding posisi simetris
seperti berdiri tegak.
c. Kemudian keseimbangan diperlukan pada saat meletakkan tangan
kiri pada lantai/ matras di depan kaki kiri dalam satu garis lurus
nomor 4). Dalam posisi ini titik berat tubuh kita lebih tinggi dari
kepala, sehingga sangat diperlukan keseimbangan yang baik.
d. Pada saat posisi badan terbalik, kedua tangan menyentuh di matras
kedua tungkai membuka lebar di atas diperlukan keseimbangan.
Namun dalam penelitian ini tidak diteliti (gambar 1 nomor 5). Pada
saat posisi ini keseimbangan akan terasa berkurang jika ayunan kaki
dilakukan dengan cepat.
e. Keseimbangan sangat diperlukan pada saat tangan kiri lepas dari
matras dilanjutkan meletakkan kaki kanan di lantai dekat dengan
tangan kanan, sedangkan kaki kiri masih berada di atas. Untuk
gerakan meroda diharuskan pendaratan kaki pertama mendekat
tumpuan tangan terakhir karena meroda merupakan gerak proyektil
sesuai dengan gerak biomekanik. Seorang pesenam yang
mendaratkan kaki pertama semakin jauh dengan tangan terakhir,
pesenam tersebut akan mengalami hambatan yang berupa
kehilangan keseimbangan atau kegagalan saat proses berdiri
(gambar 1 nomor 6).
f. Keseimbangan diperlukan untuk memperlancar proses berdiri ketika
kedua kaki sudah berada di matras/ lantai, posisi badan masih
condong ke depan, kedua lengan lurus ke depan. Ini adalah posisi
badan asimetris yang membutuhkan keseimbangan yang lebih
dibanding posisi badan simetris seperti berdiri tegak (gambar 1
g. Dari posisi badan condong ke depan menuju badan berdiri tegak
juga diperlukan keseimbangan yang baik untuk dapat
menyempurnakan gerakan meroda (gambar 1 nomor 8).
H. Koordinasi
Koordinasi merupakan perpaduan fungsi beberapa otot secara tepat dan
seimbang menjadi satu pola gerak.koordinasi yang baik akan mampu
mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang
benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa
mengeluarkan energi berlebihan. Dengan demikian hasil gerakan yang
dilakukan sangat efisien, halus, mulus dan terkoordinasi dengan baik.
Sajoto (1995: 9) menyebutkan bahwa koordinasi adalah kemampuan
seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda
kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Tingkat koordinasi pemain
tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara
mulus, tepat dan efisien (Harsono, 1988:220). Menurut Suharno (1993:61)
“koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa unsur
gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras.”
1. Koordinasi Mata-Tangan-Kaki
Koordinasi mata-tangan-kaki adalah kemempuan seseorang untuk
mengkombinasikan antara kemampuan melihat, keterampilan tangan,
dan keterampilan kaki. Menurut Sridadi (2009) koordinasi
mata, tangan dan kaki kedalam rangkaian gerakan yang utuh,
menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam irama gerak
yang terkontrol.
Hal penting yang berpengaruh terhadap kemampuan koordinasi adalah
latihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan koordinasi
tersebut dapat diciptakan dan diupayakan melalui latihan secara
sistematis, teratur dan kontinyu. Dengan latihan yang dilakukan secara
berulang-ulang gerakan yang memerlukan koordinasi akan dapat
dilakukan dengan mudah bahkan dapat menjadi gerakan yang otomatis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hamidsyah Noer (1996:8) dalam Suteja
(2009:46) “Dengan pengulangan suatu gerakan yang dilakukan secara
terus menerus maka akhirnya gerakan tersebut menjadi gerakan yang
otomatis”. Bentuk latihan koordinasi mata-tangan-kaki yang mendukung
gerakan meroda anatara lain latihan lempar tangkap dan tendang ke arah
sasaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi menurut Suharno
(1993:62) dalam Suteja (2009:45) antara lain:
a. Pengaturan syaraf pusat dan tepi. Hal ini berdasar pembawaan atlet
dan hasil dari latihan-latihan.
b. Tergantung tonus dan elaktisitas otot yang melakukan gerakan.
c. Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlet.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa kemampuan
koordinasi seorang atlet dipengaruhi oleh pembawaan dan unsur-unsur
kondisi fisik seperti kelincahan, kelentukan, keseimbangan. Dengan
demikian latihan untuk mengembangkan unsur-unsur kondisi fisik
tersebut, secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan
koordinasi pula.
3. Peran Koordinasi Mata-Tangan-Kaki dalam Gerakan Meroda
Peranan koordinasi mata-tangan-kaki dalam melakukan gerakan meroda
antara lain :
a. Mata berfungsi antara lain untuk mengatur fokus pandangan dan
mempersepsikan objek yang dijadikan sasaran bertumpu
berdasarkan besarnya dan jaraknya.
b. Tangan akan melakukan sentuhan pada sasaran bertumpu (matras)
dengan menempatkan tangan dalam titik sejajar dalam satu garis
lurus dengan kaki dan memperkirakan kekuatan yang digunakan
untuk menahan berat tubuh, menjaga keseimbangan tubuh saat
menumpu dan mendorong tubuh untuk berdiri kembali setelah
mendaratkan kaki.
c. Kaki diperlukan pada saat menolakkan dan mengangkat kedua
tungkai ke atas dengan memperkirakan besarnya power yang
digunakan untuk mengayunkan dan mengangkat kedua tungkai ke
dalam titik sejajar dalam satu garis lurus dengan tangan saat
mendarat.
Koordinasi mata-tangan-kaki yang baik akan lebih menyempurnakan
seorang siswa dalam melakukan gerakan meroda. Sehingga fokus
pandangan, kekuatan otot lengan dan power otot tungkai serta
penempatan tangan dan kaki pada titik yang benar dalam satu garis
lurus menjadi satu rangkaian gerak yang utuh, menyeluruh, secara cepat
dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol.
I. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
a. Maria Dewanti Widodo (2011) “Hubungan Kekuatan Otot Lengan,
Keseimbangan dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Meroda”.
Berdasarkan hasil penelitian dengan korelasi product moment dan
analisis regresi yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai
berikut :
1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan
kemampuan meroda. (Nilai r hitung = 0,563 > r tabel = 0,361). Dan
memberikan sumbangan sebesar 21,68%.
2. Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan
kemampuan meroda. (Nilai r hitung = 0,438 > r tabel = 0,361). Dan
3. Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan
kemampuan meroda. (Nilai r hitung = 0,569 > r tabel = 0,361). Dan
memberikan sumbangan sebesar 13,00%.
4. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan,
keseimbangan dan power otot tungkai dengan kemampuan meroda.
(Nilai F hitung = 7,704 > F tabel = 2,89). Dan memberikan sumbangan
sebesar 47,05%.
b. Sridadi (2009). “Sumbangan Tes Koordinasi Mata, Tangan, Dan Kaki
Yang Digunakan Untuk Seleksi Calon Mahasiswa Baru Prodi PJKR
Terhadap Mata Kuliah Praktek Dasar Gerak Softball”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara koordinasi mata, tangan dan kaki
dengan mata kuliah praktek dasar gerak softball sebesar 0,670
(signifikan). Sumbangan tes koordinasi mata, tangan, dan kaki yang
digunakan untuk seleksi calon mahasiswa baru prodi PJKR terhadap
mata kuliah praktek dasar gerak softball sebesar R² = 0,449 yang berarti
memiliki sumbangan (kontribusi) sebesar 44,9% atau 45%.
c. Riyan Jaya Sumantri (2014). “Kontribusi kekuatan otot lengan, panjang
lengan, power otot tungkai, panjang tungkai, dan kelentukan dengan
keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Metro.”
1. Kekuatan lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan
gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro
2. Panjang lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak
dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar
9,7%
3. Power tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak
dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar
32,5 %.
4. Panjang tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan
gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro
sebesar 14,4%.
5. Kelentukan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak
dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar
51,4%.
J. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat
dirumuskan dalam kerangka pikir dan digambarkan dalam peta konsep:
Dalam melakukan keterampilan gerak dasar meroda kekuatan otot lengan,
power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki sangat
erat kaitannya di dalam memperoleh suatu keberhasilan dan keindahan gerak
dalam senam lantai khususnya keterampilan gerak dasar meroda. Keempat
komponen fisik di atas berperan pada keseluruhan gerakan meroda dari awal
hingga akhir gerakan. Mulai dari melakukan awalan lalu meletakkan tangan
kiri pada lantai/matras pada satu titik sejajar garis lurus dengan kaki
kemudian bersamaan dengan mengayunkan tungkai kanan ke atas sampai
posisi badan terbalik diperlukan kekuatan otot lengan, keseimbangan dan
koordinasi mata-tangan-kaki yang baik. Dilanjutkan dengan gerakan kaki kiri
menolak pada matras menuju posisi badan terbalik dibutuhkan power otot
tungkai yang baik agar kedua tungkai dapat terangkat ke atas. Saat kedua
tangan menumpu pada matras dan tubuh dalam posisi terbalik dibutuhkan
kekuatan otot lengan supaya dapat menahan berat tubuh dan menjaga
keseimbangan tubuh juga untuk mempertahankan lengan tetap lurus saat
posisi badan terbalik. Kekuatan otot lengan, keseimbangan dan koordinasi
mata-tangan-kaki juga diperlukan di akhir gerakan meroda pada saat
mendaratkan kaki kanan pada satu titik sejajar garis lurus dengan tangan dan
saat posisi badan bungkuk setelah meletakan kaki kanan pada matras hingga
berdiri tegak. Bersamaan juga dibutuhkan kekuatan otot lengan untuk
mendorong kedua tangan pada matras setelah meletakkan kedua kaki di
matras untuk membantu berdiri tegak. Sehingga jika seseorang memiliki
mata-tangan-kaki yang baik, maka akan memberikan kontribusi yang lebih
besar terhadap performa saat melakukan gerakan meroda.
K. Hipotesis
Menurut Arikunto (1998: 67) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul, oleh karena itu suatu hipotesis perlu diuji guna mengetahui
apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukkan
kebenarannya atau tidak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H0 : Kekuatan otot lengan tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap keterampilan gerak dasar meroda.
H1 : Kekuatan otot lengan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
H0 : Power otot tungkai tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap keterampilan gerak dasar meroda.
H2 : Power otot tungkai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
H0 : Keseimbangan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
H3 : Keseimbangan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
keterampilan gerak dasar meroda.
H0 :Koordinasi mata-tangan-kaki tidak memberikan kontribusi yang
H4 : Koordinasi mata-tangan-kaki memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap keterampilan gerak dasar meroda.
H0 :Kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi
mata-tangan-kaki tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap keterampilan gerak dasar meroda.
H5 : Kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan
koordinasi mata-tangan-kaki memberikan kontribusi yang signifikan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.
Menurut Riduwan (2005 : 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi
yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau
kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan
sebelum dan sesudahnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
survei dengan teknik tes. Metode penelitian dalam penelitian ini mencakup
prosedur dan instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian. Oleh
karena itu berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana metode yang
digunakan untuk menentukan objek penelitian, metode pengumpulan data,
metode pengolahan data dan analisis data.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002: 130).
wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut
Hadi (2001 : 220) populasi adalah sejumlah penduduk atau individu
yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan populasi adalah sekumpulan
unsur yang akan diteliti seperti kumpulan individu, keluarga dan
kumpulan unsur lainnya yang mempunyai kualitas, karakteristik dan
sifat yang sama. Populasi pada penelitian ini adalah siswa putra kelas X
SMK Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 58 siswa.
Keseluruhan populasi dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan
antara lain :
a. Siswa Kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung
b. Jenis kelamin laki-laki
c. Usia yang relatif sama antara 16-17 tahun.
Berdasarkan uraian di atas maka subyek yang dijadikan populasi dalam
penelitian ini telah memenuhi syarat sebagai populasi.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2002: 111) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 81) sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan
Sampel pada dasarnya ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan
pertimbangan, tujuan, hipotesis, metode, dan instrument penelitian
disamping pertimbangan waktu, tenaga dan biaya. Dengan pertimbangan
waktu, tenaga, biaya, instrumen penelitian, dan tujuan penelitian, maka
peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
putra kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung. Adapun dalam
penelitian ini cara pengambilan sampel adalah dengan teknik total
sampling yaitu mengikutsertakan semua individu atau anggota populasi
menjadi sampel (Arikunto, 2002: 112). Sehingga mengikut sertakan
semua siswa putra kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung yang
berjumlah 58 siswa.
C. Variabel dan Data Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998: 99). Dalam penelitian ini
ditetapkan dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas atau sering disebut variabel independen adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2008: 39).
Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Kekuatan otot lengan (X1)
3) Keseimbangan (X3)
4) Koordinasi mata-tangan-kaki (X4)
b. Variabel Terikat
Variabel terikatnya atau disebut dengan variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2008: 39). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan gerak dasar
meroda(Y).
2. Data Penelitian
Menurut sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu :
a) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya, data primer disebut juga data asli atau data baru.
Didalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti
menganbil data secara langsung dan tidak melalui prantara
siapapun.
b) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut biasanya diperoleh
dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu.
Sehubung data dalam penelitian ini adalah data primer maka data
sekunder tidak dipakai.
Apabila di dalam merencanakan suatu penelitian, problema, tujuan
langkah berikutnya adalah menentukan apakah data yang akan
dipergunakan untuk menguji hipotesis itu akan dikumpulkan dari
sumber-sumber pustaka yang sudah ada, ataukah akan diusahakan data
langsung dari individu-individu yang diselidiki. Data yang ada dalam
pustaka- pustaka dinamakan data sekunder, sedangkan data yang
dikumpulkan langsung dari individu yang diselidiki dinamakan data
primer. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan mengadakan
suvey atau pencacahan lengkap. Berdasarkan teori di atas maka dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini adalah data primer, karena
data dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki.
D. Definisi Oprasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel
yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu
didefinisikan secara operasional sebagai berikut :
1. Kekuatan Otot Lengan
Menurut Mahendra (2000: 35) kekuatan adalah sejumlah daya yang
dapat dihasilkan oleh suatu otot ketika otot itu berkontraksi. Kekuatan
merupakan kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi
suatu beban / tahanan dalam menjalankan aktivitas (Sudjarwo, 1995:
25).
2. Power Otot Tungkai
Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan
mengukur kecepatan untuk megangkat beban itu (Mahendra, 2000: 39).
Menurut Biakto Atmojo (2010: 62) power adalah kemampuan untuk
mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu yang
minim.
3. Keseimbangan
Menurut Mahendra (2000: 41) keseimbangan adalah istilah yang
digunakan dalam menerangkan kemampuan atau ketidakmampuan
seseorang untuk memelihara equilibrium (keseimbangan), baik yang
bersifat ststis (static balance), seperti dalam posisi diam, bisa juga
bersifat dinamis (dynamic balance) seperti dalam saat melakukan
gerakan lokomotor.
4. Koordinasi Mata-Tangan-Kaki
Sajoto (1995: 9) menyebutkan bahwa koordinasi adalah kemampuan
seseorang mengintegrasikan bermacammacam gerakan yang berbeda
kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Menurut Sridadi (2009)
koordinasi mata-tangan-kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam
mengkoordinasikan mata, tangan dan kaki kedalam rangkaian gerakan
yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam
irama gerak yang terkontrol.
5. Meroda
Gerakan meroda menurut Suyati, dkk (1994: 154) adalah suatu gerakan
ke samping pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka
E. Desain Penelitian
Dalam upaya memecahkan masalah penelitian yang telah penulis rumuskan,
maka diperlukan sebuah desain penelitian. Desain penelitian merupakan
rancangan tentang cara, proses dan menganalisis data agar dapat
dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Desain
penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan arah dari proses
penelitian. Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah:
Gambar 6. Desain Penelitian
Keterangan :
X1 : Kekuatan otot lengan X2 : Power otot tungkai X3 : Keseimbangan
X4 : Koordinasi mata-tangan-kaki Y : Keterampilan gerak dasar meroda
F. Teknik Pengambilan Data
Arikunto (2006: 223), mengatakan bahwa mengumpulkan data merupakan
kegiatan penting dalam suatu penelitian. Dengan adanya itulah dilakukan
penelitian dengan menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan disimpulkan X1
X2
X3
X4
dengan referensi yang dimiliki, sedangkan yang dimaksud data itu sendiri
adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun angka. Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes dan pengukuran. Dalam penelitian ini ada 5 macam tes, yaitu: 1)
Tes kekuatan otot lengan, 2) Tes power otot tungkai, 3) Tes keseimbangan, 4)
Tes koordinasi mata-tangan-kaki, 4) Tes keterampilan gerak dasar meroda.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2002:136). Sesuai dengan metode penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan teknik tes dan
pengukuran, maka instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes Kekuatan Otot Lengan
Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan pull and push
dynamometer (Pelatihan Kesehatan Olahraga, 2000:74).
Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam
menarik dan atau mendorong.
Tingkat umur : 10 tahun sampai dengan perguruan tinggi.
Validitas : 0,63
Alat : Push and Pull dynamometer, Blangko tes dan alat
tulis
Pelaksanaan : Peserta tes berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar
bahu dan pandangan lurus kedepan. Tangan
memegang push and pull dynamometer dengan
kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan
tangan lurus dengan bahu. Tarik alat tersebut sekuat
tenaga. Pada saat menarik atau mendorong, alat tidak
boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap
sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak 3
kali
Gambar 7. Push and Pull Dynamometer
(Sumber: Dokumentasi Penelitian)
2. Tes Power Otot Tungkai
Petunjuk pelaksanaan tes lompat tegak/ vertical jump (Johnson and
Nelson, 1986:210) dalam Biakto Atmojo (2010: 75).
Tujuan : Untuk mengukur power otot tungkai dalam
melompat vertikal ke atas.
Validitas : 0,989
Reliabilitas : 0,977
Perlengkapan : Papan pengukur vertical jump, alat penimbang
berat badan, kapur, blangko dan alat tulis,
stopwatch.
Pelaksanaan tes : Timbang berat badan testi. Testi berdiri
menyamping papan lompat. Tangan kiri di
belakang badan dan tangan kanan meraih ke atas.
Pertahankan posisi ini dan testi berdiri atas ujung
kaki, jari tangan (kanan) mencapai titik tertinggi
dan di catat. Ujung jari kanan diberi kapur, testi
menekuk lutut, kepala dan badan tegak dan tubuh
dalam keadaan seimbang dan bertumpu pada
ujung jari kaki. Testi melompat setinggi-
tingginyadan menyentuh papan lompat pada titik
lompatan tertinggi. Hitung/ ukur lamanya
lompatan testi dimulai dari kaki pertama kali lepas
dari tanah (lompat) hingga mendarat dengan
menggunakan stopwatch. Tes ini dilakukan
sebanyak 3 kali. Untuk menentukan
besarnya power otot tungkai ditentukan dengan
rumus
P = FxD/t
P = Power (kg-m/detik). F = Berat badan
D = Tinggi raihan (nilai melompat dikurangi nilai berdiri tegak).
t = Time (waktu)
Gambar 8. VerticalJumpTest
(Sumber: Mulyono Biakto Atmojo, 2010: 75)
3. Instrumen Tes Keseimbangan
Berdiri Burung Bangau/ Stork Stand (Hastad &Lacy, 1998) dalam
Ismaryati (2008: 48).
Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur keseimbangan
statis.
Tingkat umur : 6 Tahun sampai dewasa
Validitas : Face Validity
Reliabilitas : 0,85 sampai 0,87
Perlengkapan : Lantai yang datar dan tidak dekat dengan tembok,
stopwatch.
Pelaksanaan : Testi berdiri pada salah satu ujung jari kaki
(dengan kaki yang dominan) dan kaki yang
lainnyamenempel pada lutut kaki tumpu, lengan di
mengangkat tumitnya dari lantai(jinjit) dan
mempertahankan sikap ini selama mungkin tanpa
gerakan apapun atau meletakan tumitnya
menyentuh lantai. Saat mengangkat tumit dan
mempertahankannya tangan tidak boleh lepas dari
pinggang.
Penilaian : Hasil tes yang diperoleh adalah waktu terlama
(detik) antara mengangkat tumit sampai
kehilangan keseimbangan dari 3 kali percobaan
yang diberikan
Gambar 9. Stork Stand
(Sumber: Ismaryati, 2008: 48)
4. Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki
Tes untuk mengukur koordinasi mata-tangan-kaki menggunakan tes
melempar, menangkap dan menendang bola ke arah sasaran yang diberi
skor (Sridadi, 2009).
Tujuan : Mengukur koordinasi mata-tangan-kaki