• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN-KAKI TERHADAP KETERAMPIAN GERAK DASAR MERODA PADA SISWA KELAS X SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, POWER OTOT TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN-KAKI TERHADAP KETERAMPIAN GERAK DASAR MERODA PADA SISWA KELAS X SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

KONTRIBUSIKEKUATANOTOTLENGAN,POWEROTOTTUNGKAI, KESEIMBANGANDANKOORDINASIMATA-TANGAN-KAKI

TERHADAPKETERAMPIANGERAKDASARMERODA PADASISWAKELASXSMKGAJAHMADA

BANDARLAMPUNG

Oleh

SAPTO WEGA SUBAGIO

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap keterampilan meroda pada siswa kelas X SMK Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Sampel yang digunakan adalah 58 siswa putra kelas X SMK Bandar Lampung dengan jumlah populasi 58 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan teknik tes dan pengukuran serta teknik analisis data menggunakan regresi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan otot lengan memiliki koefisien korelasi 0,576 dengan kontribusi sebesar 33,1%, power otot tungkai memiliki koefisien korelasi 0,560 dengan kontribusi sebesar 31,3%, keseimbangan memiliki koefisien korelasi 0,462 dengan kontribusi sebesar 21,3%, koordinasi mata-tangan-kaki memiliki koefisien korelasi 0,325 dengan kontribusi sebesar 10,5%, kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki memiliki koefisien korelasi 0,861 dengan kontribusi sebesar 74,1%. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot lengan memberikan kontribusi lebih besar terhadap keterampilan meroda. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bahwa untuk memperoleh keberhasilan gerak pada senam ketangkasan terutama keterampilan meroda, perlu memperhatikan semua unsur fisik terutama kekuatan otot lengan.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sapto Wega Subagio, lahir di

Fajar Baru pada tanggal 25 Mei 1992, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari

pasangan Bapak Samiran dan Ibu Sumiyem.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara

lain :

1. TK Kartika Fajar Baru (1996-1998)

2. SD Negeri 1 Fajar Baru (1998-2004)

3. SMP Negeri 20 Bandar Lampung (2004-2007)

4. SMK Gajah Mada Bandar Lampung (2007-2010)

5. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung pada

Jurusan Ilmu Pendidikan (IP), Program Studi Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan (Penjaskes) anggkatan 2010.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan

Terintegrasi (KKN-KT) di SD Negeri 01 Bakem Suka Mulya, Kecamatan Pagar

Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Demikianlah riwayat hidup penulis,

(7)

viii

MOTO

Belajar bersabar, karena terkadang itu akan membawa kita pada sesuatu yang

lebih baik.

Kehilangan membuat kita belajar untuk menenerima dan mensyukuri apa yang

masih kita miliki.

Belajar mengalah sampai tak seorangpun bisa mengalahkanmu.

Harapan akan selalu ada ketika kamu terus berjuang memperjuangkan

cita-citamu.

Jagalah PIKIRANMU, karena ia

akan menjadi ucapanmu

Jagalah UCAPANMU, karena ia

akan menjadi tindakanmu

Jagalah TINDAKANMU, karena ia

akan menjadi kebiasaanmu

Jagalah KEBIASAANMU, karena ia

akan menjadi karaktermu

Jagalah KARAKTERMU, karena ia

akan menjadi nasibmu

(8)

ix

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya mungil ini…

Untuk pribadi luar biasa yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi

dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan

ataukah perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun tenang temaram

dengan penuh kesabaran

dan pengertian luar biasa :

Ibuku (Sumiyem)

Bapakku (Samiran)

Nenekku (Marni)

Almarhum Mbah Kakungku (Marmo)

yang telah memberikan segalanya untukku ..

Kepada Adik-Adikku (Silviani Dwi Ningsih) dan (Sandy Ramadhani)

terima kasih atas segala support yang telah diberikan selama ini dan

semoga Adik-adikku tercinta dapat menggapaikan keberhasilan juga di

kemudian hari.

Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-

rekan Penjaskes10”

(Ardona, Arif Cuy, Rio, JS, Gusti Agung, Dian, Handoyo, Hamid, Swastika,

Adnyana, Dani, Desna, Burhan, Eby, Rudi, Fahmi, Dito, Azry, Ani, Roby,

Mahyudi, Tomi, Noce, Novi, Arbi, Rahman, Tono serta Almarhum Ade Sapaldo)

serta rekan-rekan lain yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu

terima kasih tiada tara ku ucapakan ..

Terakhir, untuk seseorang yang masih dalam misteri yang dijanjikan Ilahi yang

siapapun itu, terimakasih telah menjadi baik dan bertahan di sana.

Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan.

Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas,

entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan

terima kasih 

(9)

x

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Bismillahirrohmaanirrohiim ...

Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi, dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha besaran-Nya. Allah ku yang Mulia. Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang

revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad SAW.

Bila meminjam pepatah lama “Tak ada gading yang tak retak” maka sangatlah pantas bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna kesempurnaan dengan tanpa berharap melampaui kemaha sempurnaan sang maha sempurna. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada phak-pihak dan pribadi-pribadi yang sangat luar biasa berikut :

Kepada Mamakku Sumiyem dan Bapakku Samiran yang dengan segenap jiwa raga selalu menyayangi, mencintai, menjaga serta memberikan motivasi, materi serta pengorbanan tak ternilai. Kepada Mbahku Marni serta Almarhum Mbah Kakungku Marmo yang senantiasa memberikan motivasi, mengajarkan berbagai hal tentang hidup, nasehat-nasehat yang tak ternilai hargannya. Terimakasih juga untuk adik-adikku Silviani Dwi Ningsih dan Sandy Ramadhani dari kalianlah Mas Ega mendapat motivasi lebih dalam menjalani hari-hari serta untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi baik sebagai anak maupun kakak untuk kalian. Dan tak lupa juga untuk Om Sumidi, Bi Ayem, Yogie, Egi, Pakde Simar, De Yun, Mas Bayu dan Mas Galih, saya merasa bahagia memiliki keluarga yang penuh kehangatan, keharmonisan dan kasih sayang seperti kalian semua. Alhamdulillah syukurku.

(10)

xi

Bapak Drs. Surisman, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing akademik dan pembimbing II yang telah memberikan pelajaran, bimbingan, semangat, mental hidup, pengarahan dan motivasi. Terimakasih untuk semua yang Bapak berikan selama ini, terimakasih untuk kesabaran dan semangatnya sebagai pembimbing II dan pembimbing akademik, banyak hal yang Ega dapat yang tak bisa Ega sebutkan satu persatu baik di dalam kelas, luar kelas, dalam lapangan maupun luar lapangan.

Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku ketua program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan dosen penguji, terimakasih atas keramahan, pelajaran, saran-saran, bimbingan dan masukan-masukan, ilmu dan pengalaman yang telah diajarkan. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung, Dosen-dosen dan staf Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Lampung, serta dosen beserta staf FKIP khususnya dan dosen Unila pada umumnya, Terimakasih atas ilmu, pengalaman, dan didikannya selama ini, yang telah membantu dalam proses perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih saya ucapkan kepada Bu Enden Sopa Sopiyana, S.Sos., M.Pd. Kepala SMK Gajah Mada Bandar Lampung, Pak Tri Wibowo, S.Pd. selaku guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Guru-guruku beserta staf dan para siswa yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Dan juga kapada seluruh anggota kelompok KKN-KT Pagar Dewa Suka Mulya serta seluruh warga PDSM (Bakem) terkhusus Pak Warwari, Ibu Siti beserta keluarga, serta semua Guru dan siswa SDN 01 Bakem Suka Mulya. Terimakasih untuk persahabatan, persaudaraan kebersamaan, pelajaran dan pengalaman hidup yang kalian berikan.

Tidak lupa pula Teman-teman Penjaskes 2010 Ardona, Arif Cuy, Rio, JS, Gusti Agung, Dian, Handoyo, Hamid, Swastika, Adnyana, Dani, Desna, Burhan, Eby, Rudi, Fahmi, Dito, Azry, Ani, Roby, Mahyudi, Tomi, Noce, Novi, Arbi, Rahman, Tono serta Almarhum Ade Sapaldo, dan teman-teman lain baik kakak/ adik tingkat yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan teman-teman dekatku Afrizal, Noven, Budi, Joni, Teguh, Sandi, Rawuh, Nanang, Prapto, Asep, Hadi, Amoy, Deska, dll. Terimakasih atas persahabatan, persaudaraan kebersamaan dan hangat sapa kalian selama ini. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(11)
(12)

xiii

H. Koordinasi ... 25

1. Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 25

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi ... 26

3. Peran Koordinasi Mata-Tangan-Kaki dalam Gerakan Meroda ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Hasil Tes Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai, Keseimbangan, Koordinasi Mata-Tangan-Kaki dan Keterampilan

Gerak Dasar Meroda ... 55

2. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Lengan ... 56

3. Distribusi Frekuensi Power Otot Tungkai ... 57

4. Distribusi Frekuensi Keseimbangan ... 57

5. Distribusi Frekuensi Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 58

6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 59

7. Rangkuman Hasil Perhitungan SPSS Tabel Coefficients Secara Parsial Data Tes Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai, Keseimbangan dan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 60

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri ... 15

2. Jalur Kontaknya Kaki dan Tangan Dengan Lantai ... 16

3. Otot Lengan ... 18

4. Otot Tungkai ... 21

5. Peta Konsep Kerangka Pikir ... 30

6. Desain Penelitian ... 40

7. Push and Pull Dynamometer ... 42

8. VerticalJumpTest ... 44

9. Stork Stand ... 45

(15)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Tes Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 80

2. Pengolahan Data Uji Coba Instrumen ... 83

3. Uji Reliabilitas dengan Pengukuran Ulang/ Retest... 88

4. Hasil Tes Penelitian Kekuatan Otot Lengan ... 91

5. Hasil Tes Penelitian Power Otot Tungkai ... 93

6. Hasil Tes Penelitian Keseimbangan ... 95

7. Hasil Tes Penelitian Koordinasi Mata-Tangan- Kaki ... 97

8. Hasil Tes Penelitian Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 98

9. Perhitungan Data Row score dan T-skor Kekuatan Otot Lengan ... 101

10. Perhitungan Data Row score dan T-skor Power Otot Tungkai ... 103

11. Perhitungan Data Row score dan T-skor Keseimbangan ... 105

12. Perhitungan Data Row score dan T-skor Koordinasi Mata-Tangan-Kaki ... 107

13. Perhitungan Data Row score dan T-skor Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 109

14. Regresi Linier Sederhana Kekuatan Otot Lengan terhadap Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 111

15. Regresi Linier Sederhana Power Otot Tungkai terhadap Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 112

(16)

xvii

18. Regresi Linier Berganda Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai, Keseimbangan dan Koordinasi Mata-Tengan-Kaki terhadap

Keterampilan Gerak Dasar Meroda ... 115

19. Harga Kritik dari r Product-Moment ... 116

20. Nilai uji-t ... 117

21. Tabel F ... 118

22. Domumentasi Penelitian ... 119

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan

perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerakanak.

Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan di dalam

program pendidikan jasmani, terutama karena tuntunan fisik yang

dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian

tubuh. Di samping itu, senam juga memberikan sumbangan besar pada

perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik

cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh

secara efektif dan efesien (Mayangsari, 2012: 3). Menurut FIG (Federation

Internationale de Gymnastique) dalam Mahendra (2000: 12) senam dibagi

menjadi 6 kelompok, yaitu : senam artistik, senam ritmik, senam akrobatik,

senam aerobik sport, senam trampolin dan senam umum.

Menurut Mahendra (2000: 12) senam artistik diartikan sebagai senam yang

menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek

artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat. Efek artistik

dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam

(18)

tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol,

maupun memberikan pengaruh mengejutkan yang mengandung rasa

keindahan. Berlainan dengan cabang olahraga lain yang umumnya yang

mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada

bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari

setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik

seperti : kekuatan, power, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, kelincahan

dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang

selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.

Pada tingkat sekolah salah satu rumpun senam yang diajarkan adalah senam

lantai (floor Excercise). Menurut Margono (2009: 79) senam lantai yaitu

latihan senam yang dilakukan di atas matras, unsur-unsur gerakannya terdiri

dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan

tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat

meloncat ke depan atau ke belakang. Senam lantai dalam pembelajaran

penjas memiliki beragam gerak yang sangat komplek, antara lain guling

depan, guling belakang, loncat harimau (tiger sprong), hand stand, sikap

lilin, meroda dll.

Pembelajaran senam lantai di sekolah bertujuan memperkaya pengalaman

gerak sebanyak-banyaknya serta meningkatkan kesegaran jasmani para

peserta didik. Salah satu komponen gerakan yang memerlukan suatu

kombinasi terpadu dari setiap bagian anggota tubuh dari

(19)

menurut Suyati, dkk (1994: 154) dalam (Dewanti Widodo, 2011: 4). adalah suatu gerakan ke samping pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki

terbuka besar/ kangkang. Gerakan meroda apabila diuraikan seperti berikut

dimulai dengan berdiri sikap tegak, kedua lengan diluruskan ke atas, telapak

tangan menghadap ke depan, kepala tegak, kedua kaki dibuka dengan posisi

kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Bungkukan pinggul, letakkan

tangan kiri pada matras diikuti tangan kanan lurus menumpu pada matras

selebar bahu, pandangan mata ke bawah melihat tumpuan tangan, tungkai

kaki kiri sedikit ditekuk, sedangkan tungkai kaki kanan lurus. Hentakkan kaki

kiri pada matras untuk dapat menolakkan dan mengangkat kedua kaki ke atas

dalam posisi terbalik dengan kedua tungkai dibuka lebar membentuk sikap

kangkang. Turunkan kaki kanan kemudian kaki kiri bersamaan dengan

mendorong kedua tangan pada matras dilanjutkan mengangkat kedua tangan

ke atas supaya dapat berdiri tegak (John and Marry Jean Traetta, 1985: 13).

Dari beberapa komponen kondisi fisik yang mendukung keterampilan gerak

dasar meroda dan berdasarkan pada pengamatan penulis, penulis menekankan

faktor kondisi fisik yang menunjang keberhasilan meroda dilihat dari

beberapa unsur kondisi fisik yang berhubungan dengan kemampuan meroda.

Menurut penulis faktor kondisi fisik yang paling dominan dalam menunjang

keberhasilan meroda yaitu kekuatan otot lengan, power otot tungkai,

keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, keterampilan gerak dasar meroda para

(20)

masih banyak melakukan kesalahan serta belum menguasai gerakan meroda

dengan baik seperti masih bengkoknya lengan saat posisi badan terbalik

sehingga tidak mampu menopang berat badannya sendiri dan akhirnya jatuh.

Serta kurang sempurnanya dalam penyelesaian akhir gerakan, dimana banyak

siswa yang gagal untuk berdiri tegak dikarenakan kurang kuatnya dorongan

tangan yang dilakukan, kurang kuatnya tolakan kaki yang dilakukan sehingga

banyak siswa yang gagal pada proses awal untuk dapat mengayunkan kedua

tungkainya menuju posisi badan terbalik, penyelesaian akhir gerakan dari

posisi badan bungkuk menuju badan berdiri tegak, masih banyak siswa yang

sempoyongan untuk berdiri dan bahkan banyak siswa yang gagal pada

proses ini dikarenakan keseimbangan yang dimiliki siswa yang masih lemah,

serta koordinasi mata-tangan-kaki yang dimiliki para siswa masih lemah

dilihat dari masih belum sempurnanya murid dalam mengontrol fokus

pandangan, kekuatan otot lengan dan power otot tungkai serta penempatan

tangan dan kaki pada titik yang benar dalam satu garis lurus disatu rangkaian

gerak yang utuh, menyeluruh, secara cepat dan tepat dalam irama gerak yang

terkontrol sehingga jalur kontaknya kaki dan tangan dengan lantai pada

gerakan meroda akan berada pada satu galis lurus.

Dari permasalahan di atas, penulis berpendapat bahwa banyaknya kesalahan

yang dialami siswa pada saat melakukan meroda dikarenakan komponen fisik

para siswa yang kurang siap, yang berawal dari pemberian latihan kondisi

fisik saat pemanasan yang kurang tepat dan mengarah pada kegiatan inti.

Guru penjaskes cenderung memberikan kegiatan pemanasan yang pada

(21)

lain seperti basket, voli, sepakbola, dll serta kurang inovatif dalam

pelaksanaanya. Kerena sudah menjadi sebuah kewajiban di dalam

melakukan kegiatan inti dalam senam lantai diperlukan kesiapan dari tiap

komponen kondisi fisik untuk dapat menunjang gerakan, sehingga para siswa

merasa lebih siap dan lebih mampu melakukan gerakan senam lantai, dengan

begitu akan terpenuhinya kesempurnaan gerak dalam senam lantai khususnya

dalam keterampilan gerak dasar meroda.

Oleh karana itu, untuk mendapatkan suatu keberhasilan gerak dalam

keterampilan gerak dasar meroda guru penjaskes wajib memperhatikan

pemberian latihan kondisi fisik saat kegiatan pemanasan untuk memperoleh

keberhasilan gerak dalam meroda.dengan memberikan latihan tiap-tiap unsur

kondisi fisik yang diperlukan dengan tepat dan terarah. Untuk itu penelitian

ini dilakukan guna untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tiap unsur

kondisi fisik tersebut, sehingga dapat memberikan informasi tentang unsur

kondisi fisik apa yang paling dominan dalam melakukan keterampilan gerak

dasar meroda sehingga guru penjaskes dapat memberikan latihan kondisi

fisik yang tepat dan terarah saat kegiatan pemanasan, sehingga pelaksanaanya

lebih efisien dan efektif, yang dikemas dalam bentuk yang lebih

menyenangkan.

Dilihat dari uraian latar belakang masalah di atas penulis merasa tertarik

untuk melakukan suatu penelitian tentang “Kontribusi kekuatan otot lengan,

(22)

keterampilan gerak dasar meroda pada siswa kelas X SMK Gajah Mada

Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah yang telah dikemukakan mengarah pada pemikiran

adanya berbagai masalah. Dari berbagai masalah yang muncul dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Hasil meroda yang dilakukan para siswa tidak bisa berjalan secara baik

dan konsisten.

2. Hasil meroda yang dilakukan para siswa tidak berjalan secara selaras.

3. Unsur kondisi fisik seperti kekuatan otot lengan, power otot tungkai,

keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki para siswa yang lemah

mempengaruhi keberhasilan meroda.

4. Kurangnya pemahaman yang dimiliki guru penjas tentang fungsi

masing-masing unsur-unsur kondisi fisik yang menunjang keberhasilan

gerakan meroda.

5. Pemberian latihan kondisi fisik saat kegiatan pemanasan yang kurang

tepat akan mempengaruhi kesiapan unsur-unsur fisik seorang siswa

dalam memperoleh keberhasilan gerak dalam meroda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

(23)

1. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot lengan terhadap keterampilan

gerak dasar meroda ?

2. Seberapa besar kontribusi power otot tungkai terhadap keterampilan

gerak dasar meroda ?

3. Seberapa besar kontribusi keseimbangan terhadap keterampilan gerak

dasar meroda ?

4. Seberapa besar kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki terhadap

keterampilan gerak dasar meroda ?

5. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot lengan, power otot tungkai,

keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap keterampilan

gerak dasar meroda ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi power otot tungkai terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi keseimbangan terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki

(24)

5. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan, power otot

tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan

manfaat antara lain bagi :

1. Penulis

Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam

perkembangan senam lantai pada gerakan meroda.

2. Guru Pendidikan jasmani/ siswa

Sebagai bahan rujukan dalam meningkatkan pembelajaran penjaskes

khususnya materi senam lantai dan terutama gerakan meroda serta

memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang

olahraga mengenai kontribusi kekuatan otot lengan, power otot

tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap

keterampilan gerak dasar meroda dalam proses belajar mengajar di

sekolah.

3. Mahasiswa

Sebagai salah satu pembelajaran dan bahan rujukan untuk meningkatkan

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Senam

Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang

olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris gymnastics,

atau Belanda gymnastiek. Gymnastics sendiri adalah bahasa aslinya

merupakan serapan kata dari bahasa Yunani yaitu gymnos, yang berarti

telanjang (Mahendra, 2000: 7-8).Kata gymnastiek tersebut dipakai untuk

menunjukan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasan gerak

sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang (Hidayat,

1995 dalam Mahendra, 2000: 8).

Sedangkan menurut Margono (2009: 19) senam ialah latihan tubuh yang

dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan

tujuan membentuk dan mengembangkan pribdi secara harmonis. Senam

dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai pada alat yang

dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan,

koordinasi, serta kontrol tubuh (Peter H. Werner, 1994 dalam Jubaedi, 2009:

(26)

B. Jenis Senam

Menurut Federasi Senam Internasional (Federation Internationale de

Gymnastique) dalam Mahendra (2000: 11-14), senam dibagi menjadi 6

kelompok, yaitu :

1. Senam Artistik (Artistic Gymnastics)

Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan

akrobatik untuk mendapatkan efek –efek artistik dari gerakan-gerakan

yang dilakukan pada alat-alat sebagai berikut :

a. Artistik Putra meliputi : lantai, kuda pelana, gelang-gelang, kuda

lompat, palang sejajar dan palang tunggal.

b. Artistik Putri meliputi : kuda lompat, palang bertingkat, balok

keseimbangan, lantai.

Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta

kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan

berbagai posisi. Gerakan-gerakan tumbling digabung dengan akrobatik

yang dilaksanakan secara terkontrol, maupun memberikan pengaruh

mengejutkan yang mengandung rasa keindahan.

2. Senam Ritmik Sportif (Sportive Rhytmic Gymnastics)

Adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat

dipertandingkan. Ciri dari senam ini adalah komposisi gerak yang

(27)

tubuh dan alat yang artistik. Adapun alat yang digunakan adalah bola

(ball), pita (ribbon), tali (rope), simpai (hoop) dan gada (clubs).

3. Senam Akrobatik (Acrobatic Gymnastics)

Senam akrobatik adalah senam yang mengandalkan akrobatik dan

tumbling, sehingga latihanya banyak mengandung salto dan putaran

yang harus mendarat di tempat-tempat yang sulit. Senam akrobatik

biasanya dilakukan secara tunggal dan berpasangan. Senam ini,

bersama-sama dengan senam trampolin dan sports aerobics, baru masuk

ke dalam jajaran organisasi senam di bawah FIG pada tahun 1996, pada

Kongres FIG di Atlanta Olympic Games, USA.

4. Senam Aerobik Sport (Sport Aerobics)

Merupakan pengembangan dari senam aerobik. Latihan-latihan senam

aerobik berupa tarian atau kalistenik tertentu digabung dengan

gerakan-gerakan akrobatik yang sulit. Sport aerobics saat ini mempertandingkan

empat kategori, yaitu : single putra, single putri, pasangan campuran dan

trio.

5. Senam Trampolin (Trampolining)

Senam trampolin adalah senam yang dilakukan diatas trampolin.

Trampolin adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang

dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki

(28)

hanya untuk membantu penguasaan keterampilan akrobatik untuk senam

artistik atau untuk para peloncat indah. Namun, karena latihannya

memang menarik, akhirnya dikembangkan menjadi suatu latihan yang

dipertandingkan.

6. Senam Umum (General Gymnastics)

Senam umum adalah segala jenis senam di luar kelima jenis senam di

atas. Dengan demikian, senam-senam seperti senam aerobik. senam

pagi, SKJ, senam wanita, dsb. termasuk ke dalam senam umum.

C. Senam Lantai (Floor Exercise)

Senam lantai menurut Margono (2009: 79) yaitu latihan senam yang

dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari : mengguling,

melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki

untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan

atau ke belakang. Menurut Roji (2006: 112) senam lantai merupakan salah

satu rumpun senam. Disebut senam lantai, karena gerakan senam dilakukan

di matras. Senam lantai disebut juga dengan istilah latihan bebas, karena saat

melakukannya tidak menggunakan benda/ perkakas lain (alat lain). Senam

lantai diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun secara

sitematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

untuk mencapai tujuan tertentu. Senam lantai dalam pembelajaran penjas

(29)

guling ke belakang, lompat harimau (tiger sprong), hand stand, sikap lilin,

meroda dll.

D. Meroda

Menurut Mahendra (2000: 56) keterampilan meroda atau baling-baling

adalah gerakan yang menarik dan menyenangkan. Gerakannya cukup mudah

dan reltif aman walaupun dilakukan di mana saja: di rumput, di lantai, atau di

matras. Asal lengan dan bahu cukup kuat untuk menumpu badan maka

keterampilan meroda akan mudah dikuasai. Gerakan meroda dimulai dengan

posisi berdiri tegak dengan dua lengan diangkat lurus. Untuk meroda ke kiri,

angkatlah kaki kiri ke depan sambil mencondongkan tubuh ke depan.

Tempatkan kaki kiri di lantai kira-kira sejangkauan kaki dan segaris dengan

kaki belakang. Dengan demikian dorongan dari kaki kiri, angkatlah kaki

kanan ke atas, dan segera letakan tangan kiri disusul dengan tangan kanan

untuk berdiri dengan kedua tangan dalam keadaan kaki terbuka lebar. Untuk

kembali keposisi berdiri, turunkan kaki kanan bersamaan dengan mengangkat

lengan kiri secara berurutan, kemudian kaki mendarat dan tangan kanan lepas

dari lantai untuk tiba pada posisi berdiri dengan kaki terbuka lebar.

1. Analisa Gerak Meroda

Diperlukan suatu analisa yang tepat untuk mempelajari suatu gerak

dalam olahraga secara efisien dan efektif. Menurut Adisuyanto Aka

(2009: 104-105) dalam Dewanti Widodo (2011: 20) berikut merupakan

(30)

a. Dimulai dari sikap awal badan berdiri tegak menghadap ke depan,

dengan posisi kedua kaki rapat, kedua lengan diangkat lurus ke atas

di samping kepala.

b. Dilanjutkan dengan melakukan awalan dengan melangkah dua atau

tiga langkah, diakhiri dengan posisi kedua kaki dibuka muka

belakang, dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan

dibelakang, posisi lutut dan siku tetap lurus.

c. Dimulai dengan kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan

dengan kedua lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan.

d. Meletakkan tangan kiri pada lantai / matras di depan kaki kiri

dilanjutkan dengan mengayun tungkai kaki kanan ke atas.

e. Seiring ayunan kaki kanan ke atas, dorong kaki kiri dan letakkan

tangan kanan di depan tangan kiri membentuk satu garis (tangan

kanan dan kiri berada dalam satu garis lurus). Ketika tangan kanan

menyentuh lantai / matras posisi kedua kaki terbuka lebar.

f. Dengan sedikit memutar badan, angkat tangan kiri dari lantai /

matras. Kaki kanan mendarat / letakkan di lantai / matras dekat

dengan tangan kanan antara sudut 15-20 derajat, sedangkan kaki kiri

mengikuti irama kaki kanan. Untuk gerakan meroda diharuskan

pendaratan kaki pertama mendekat tumpuan tangan terakhir karena

meroda merupakan gerak proyektil sesuai dengan gerak

biomekanik. Seorang pesenam yang mendaratkan kaki pertama

(31)

mengalami hambatan yang berupa kehilangan keseimbangan atau

kegagalan saat proses berdiri.

g. Ketika kaki kanan menyentuh dasar lantai, segera dorong kedua

tangan pada matras lalu angkat kedua tangan dengan bertumpu

kepada kaki kanan diiringi gerakan badan, posisi lengan tetap lurus.

h. Posisi kaki kanan tetap berada di depan, kedua kaki masih terbuka

kangkang dalam keadaan penuh keseimbangan. Ketika kaki kiri

mendarat / menyentuh lantai / matras, angkat kedua lengan sampai

ke atas dengan kondisi lengan tetap lurus ke atas.

i. Berdiri sikap awal dengan kedua lengan lurus atas di samping

telinga, kedua kaki rapat dan pandangan mata ke depan.

Gambar 1. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri (Sumber: Biasworo Adisuyanto Aka. 2009: 104)

Dilihat dari arah gerakannya, gerakan ini harus dilakukan dalam arah

lurus. Jika digambarkan jalur kontaknya kaki dan tangan dengan lantai

(32)

Gambar 2. Jalur Kontaknya Kaki dan Tangan Dengan Lantai (Sumber: Agus Mahendra. 2000: 57)

2. Kesalahan dalam Meroda

Menurut Suyati, dkk (1994: 156) dalam Dewanti Widodo (2011: 21)

kesalahan yang umum terjadi saat melakukan meroda antara lain :

a. Lemparan kaki kurang kuat.

b. Lemparan kaki melengkung ke arah depan, seharusnya lurus ke

atas.

c. Penempatan tangan terlalu rapat satu dan yang lain.

d. Penempatan tangan pertama di lantai terlalu dekat dengan kaki

tolak.

e. Kedua siku saat menumpu bengkok.

f. Sikap badan kurang melenting atau lurus.

g. Kepala tidak tengadah saat tangan menumpu di lantai.

h. Penempatan kaki kanan terlalu jauh dengan tangan kanan sehingga

sulit untuk berdiri tegak.

i. Penempatan kaki terakhir pada saat mendarat kurang lebar atau

(33)

E. Kekuatan Otot Lengan

Menurut Mahendra (2000: 35) kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat

dihasilkan oleh suatu otot ketika otot itu berkontraksi. Menurut Hidayat

(1996 : 62) kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melawan beban

(load) atau tahanan (resistance). Semakin otot kita kuat maka semakin ringan

juga dalam mengatasi tahanan atau beban yang dihadapi. Pada olahraga

senam khususnya pada gerakan meroda kekuatan otot yang dipakai adalah

kekuatan otot tangan pada saat posisi badan terbalik yaitu untuk menahan

beban tubuh, juga berperan untuk mempertahankan lengan tetap lurus saat

posisi badan terbalik.

Kekuatan suatu otot berdasar pada dua faktor utama. Pertama dipengaruhi

oleh unsur-unsur strukturil otot itu, khususnya volume. Kekuatan otot

meningkat sesuai meningkatnya volume otot. Kedua kekuatan otot ditentukan

oleh kualitas kontrol tak sengaja kepada otot atau kelompok otot yang

bersangkutan. Faktor ini penting dalam orang berlatih meningkatkan

kekuatan otot dan menekankan perlunya belajar menggunakan kekuatan

sesuai dengan pelaksanaan nyata. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa

kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot lengan atau sekelompok otot

lengan seseorang dalam mengerahkan tenaga secara maksimal untuk

melakukan kontraksi atau gerakan. Bentuk latihan kekuatan otot lengan yang

mendukung gerakan meroda anatara lain : push up, berlomba gerobak

(34)

1. Otot Lengan

Otot-otot yang terdapat pada lengan antara lain :

1. Otot tendon bisep 7. Otot palmaris longus

2. Otot trisep 8. Otot fleksor karpi radialis

3. Otot bisep brakhii 9. Otot fleksor retinakulum

4. Otot brakhialis 10. Otot fleksor karpi ulnaris

5. Otot brachioradialis 11. Otot fasia palmaris

6. Otot pronator teres

Gambar 3. Otot Lengan

(Sumber: Evelyn C. Pearce, 2010: 132)

2. Peran Kekuatan dalam Senam Lantai

Penampilan yang baik dalam senam sangat tergantung pada kekuatan

otot, karenanya meningkatkan kekuatan pesenam akan meningkatkan

pula tingkat prestasinya dalam senam dan sebaliknya keikutsertaan

(35)

seseorang. Menurut Mahendra (2000: 36) disamping adanya manfaat

biasa, seperti berfungsinya fisik secara baik, penampilan yang lebih

bagus serta pengembangan dalam kekuatan mempunyai manfaat

langsung dalam penampilan senam diantaranya :

1) Keselamatan : Pesenam yang lebih kuat akan mampu mencegah

terjadinya cedera yang berbahaya ketika terjadi jatuh dibandingkan

dengan pesenam yang lebih lemah.

2) Kemampuan : Banyak gerakan senam tidak dapat ditampilkan tanpa

kekuatan yang lebih.

3) Mendukung kemampuan lain : Kemampuan-kemampuan seperti

kecepatan, daya tahan, power, dll dalam batas tertentu tergantung

kekuatan

3.

Peran Kekuatan Otot Lengan dalam Gerakan Meroda

Menurut Dewanti Widodo (2011: 35) peranan kekuatan otot lengan

dalam melakukan gerakan meroda adalah sebagai berikut :

a. Untuk menahan berat badan dan menjaga keseimbangan tubuh

supaya tidak jatuh ke depan dan mempertahankan lengan tetap

dalam keadaan lurus saat posisi terbalik (gambar 1 nomor 5).

b. Memperlancar jalannya posisi badan saat berputar dengan momen

yang berbeda antara lengan kiri dan lengan kanan yang saling

begantian menumpu berat badan dan mendorong badan untuk posisi

(36)

F. Power Otot Tungkai

Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan mengukur

kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan

untuk megangkat beban itu (Mahendra, 2000: 39). Menurut Biakto Atmojo

(2010: 62) power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan

maksimum dalam jangka waktu yang minim. Penentu tenaga ledak otot yaitu

kekuatan otot dan kecepatan rangsang saraf serta kecepatan kontraksi otot.

Power merupakan hasil dari gabungan dua komponene kondisi fisik, yaitu

kekuatan dan kecepatan.

Dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai adalah kemampuan seseorang

untuk melakukan aktifitas berat dengan melibatkan otot tungkai secara

maksimal dengan pengerahan tenaga yang sekuat-kuatnya untuk mengatasi

tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot tungkai yang tinggi. Bentuk

latihan power otot tungkai yang mendukung gerakan meroda anatara lain :

front jump (meloncat ke depan), vertical jump (meloncat ke atas), side jump

(meloncat ke samping) dan latihan skipping.

1. Otot Tungkai

Otot-otot yang terdapat pada tungkai antara lain :

1. Otot gluteus maximus 6. Otot gastroknemius

2. Otot adduktor 7. Otot peroneus longus

3. Otot paha lateral 8. Otot soleus

4. Otot paha medial 9. Otot extensor digitorum longus

(37)

Gambar 4. Otot Tungkai (Sumber: Evelyn C. Pearce, 2010: 135)

2. Peran Power dalam Senam Lantai

Power adalah suatu atribut fisik yang paling dominan yang diperlukan

dalam senam. Kebanyakan keterampilan senam bergantung pada kualitas

fisik yang satu ini dalam hal bahwa pesenam harus menggerakan

tubuhnya atau bagian tubuhnya secara cepat, sehingga memerlukan

kekuatan dan kecepatan secara simultan (Mahendra, 2000: 39).

Pengembngan power, seperti juga pengembangan atribut fisik lainnya,

harus dijadikan program yang teratur dalam latihan senam.

Pengembangan program ini dapat dilakukan dengan cara latihan yang

sama dengan latihan kekuatan, hanya kegiatan ditekan dengan kecepatan

(38)

2. Peran Power Otot Tungkai dalam Gerakan Meroda

Menurut Dewanti Widodo (2011: 43) power otot tungkai berperan dalam

menolakkan kaki pertama ke atas supaya dapat melakukan posisi terbalik

(gambar 2 nomor 4). Tanpa dukungan power otot tungkai yang baik

maka akan kesulitan untuk mengayunkan kedua tungkai menuju posisi

terbalik.

G. Keseimbangan

Menurut Mahendra (2000: 41) keseimbangan adalah istilah yang digunakan

dalam menerangkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk

memelihara equilibrium (keseimbangan), baik yang bersifat ststis (static

balance), seperti dalam posisi diam, bisa juga bersifat dinamis (dynamic

balance) seperti dalam saat melakukan gerakan lokomotor. Menurut Biakto

Atmojo (2010: 62) keseimbangan adalah pemeiharaan keseimbangan pada

saat statis atau bergerak. Bentuk-bentuk latihan keseimbangan yang

mendukung gerakan meroda anatara lain : berjalan di atas balok kayu selebar

10 cm, sepanjang 10 m, berdiri dengan satu kaki jinjit, tubuh membentuk

kapal-kapalan, sikap lilin, berdiri dengan tangan sebagai sandaran tubuh.

1. Peran Keseimbangan dalam Senam Lantai

Adalah hal yang paling jelas bahwa unsur keseimbangan merupakan

salah satu aspek yang paling penting dalam olahraga senam. Banyak

keterampilan senam yang sangat tergantung pada kualitas keseimbangan

(39)

gerakannya sangat ditentukan oleh kemampuan keseimbangan yang di

atas rata-rata (Mahendra, 2000: 42).

Manfaat yang dapat diperoleh dari latihan keseimbangan menurut Loken

et al (1986) dalam Dewanti Widodo (2011: 36) adalah:

a) Keseimbangan meningkatkan ketangkasan dan koordinasi.

b) Latihan ini dapat mengembangkan ketenangan.

c) Latihan keseimbangan meningkatkan kepercayaan diri dan

keyakinan untuk mengendalikan tubuh.

2.

Peran Keseimbangan dalam Gerakan Meroda

Menurut Dewanti Widodo (2011: 38) peranan keseimbangan dalam

melakukan gerakan meroda adalah sebagai berikut :

a. Keseimbangan mulai dibutuhkan pada saat melakukan awalan

dengan melangkah dua atau tiga langkah, diakhiri dengan posisi

kedua kaki dibuka muka belakang, dengan posisi kaki kiri di depan

dan kaki kanan dibelakang (gambar 1 nomor 2).

b. Juga pada saat kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan

dengan kedua lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan

(gambar 1 nomor 3). Ini adalah posisi badan asimetris yang

membutuhkan keseimbangan yang lebih dibanding posisi simetris

seperti berdiri tegak.

c. Kemudian keseimbangan diperlukan pada saat meletakkan tangan

kiri pada lantai/ matras di depan kaki kiri dalam satu garis lurus

(40)

nomor 4). Dalam posisi ini titik berat tubuh kita lebih tinggi dari

kepala, sehingga sangat diperlukan keseimbangan yang baik.

d. Pada saat posisi badan terbalik, kedua tangan menyentuh di matras

kedua tungkai membuka lebar di atas diperlukan keseimbangan.

Namun dalam penelitian ini tidak diteliti (gambar 1 nomor 5). Pada

saat posisi ini keseimbangan akan terasa berkurang jika ayunan kaki

dilakukan dengan cepat.

e. Keseimbangan sangat diperlukan pada saat tangan kiri lepas dari

matras dilanjutkan meletakkan kaki kanan di lantai dekat dengan

tangan kanan, sedangkan kaki kiri masih berada di atas. Untuk

gerakan meroda diharuskan pendaratan kaki pertama mendekat

tumpuan tangan terakhir karena meroda merupakan gerak proyektil

sesuai dengan gerak biomekanik. Seorang pesenam yang

mendaratkan kaki pertama semakin jauh dengan tangan terakhir,

pesenam tersebut akan mengalami hambatan yang berupa

kehilangan keseimbangan atau kegagalan saat proses berdiri

(gambar 1 nomor 6).

f. Keseimbangan diperlukan untuk memperlancar proses berdiri ketika

kedua kaki sudah berada di matras/ lantai, posisi badan masih

condong ke depan, kedua lengan lurus ke depan. Ini adalah posisi

badan asimetris yang membutuhkan keseimbangan yang lebih

dibanding posisi badan simetris seperti berdiri tegak (gambar 1

(41)

g. Dari posisi badan condong ke depan menuju badan berdiri tegak

juga diperlukan keseimbangan yang baik untuk dapat

menyempurnakan gerakan meroda (gambar 1 nomor 8).

H. Koordinasi

Koordinasi merupakan perpaduan fungsi beberapa otot secara tepat dan

seimbang menjadi satu pola gerak.koordinasi yang baik akan mampu

mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang

benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa

mengeluarkan energi berlebihan. Dengan demikian hasil gerakan yang

dilakukan sangat efisien, halus, mulus dan terkoordinasi dengan baik.

Sajoto (1995: 9) menyebutkan bahwa koordinasi adalah kemampuan

seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda

kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Tingkat koordinasi pemain

tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara

mulus, tepat dan efisien (Harsono, 1988:220). Menurut Suharno (1993:61)

“koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa unsur

gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras.”

1. Koordinasi Mata-Tangan-Kaki

Koordinasi mata-tangan-kaki adalah kemempuan seseorang untuk

mengkombinasikan antara kemampuan melihat, keterampilan tangan,

dan keterampilan kaki. Menurut Sridadi (2009) koordinasi

(42)

mata, tangan dan kaki kedalam rangkaian gerakan yang utuh,

menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam irama gerak

yang terkontrol.

Hal penting yang berpengaruh terhadap kemampuan koordinasi adalah

latihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan koordinasi

tersebut dapat diciptakan dan diupayakan melalui latihan secara

sistematis, teratur dan kontinyu. Dengan latihan yang dilakukan secara

berulang-ulang gerakan yang memerlukan koordinasi akan dapat

dilakukan dengan mudah bahkan dapat menjadi gerakan yang otomatis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hamidsyah Noer (1996:8) dalam Suteja

(2009:46) “Dengan pengulangan suatu gerakan yang dilakukan secara

terus menerus maka akhirnya gerakan tersebut menjadi gerakan yang

otomatis”. Bentuk latihan koordinasi mata-tangan-kaki yang mendukung

gerakan meroda anatara lain latihan lempar tangkap dan tendang ke arah

sasaran.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi menurut Suharno

(1993:62) dalam Suteja (2009:45) antara lain:

a. Pengaturan syaraf pusat dan tepi. Hal ini berdasar pembawaan atlet

dan hasil dari latihan-latihan.

b. Tergantung tonus dan elaktisitas otot yang melakukan gerakan.

c. Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlet.

(43)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa kemampuan

koordinasi seorang atlet dipengaruhi oleh pembawaan dan unsur-unsur

kondisi fisik seperti kelincahan, kelentukan, keseimbangan. Dengan

demikian latihan untuk mengembangkan unsur-unsur kondisi fisik

tersebut, secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan

koordinasi pula.

3. Peran Koordinasi Mata-Tangan-Kaki dalam Gerakan Meroda

Peranan koordinasi mata-tangan-kaki dalam melakukan gerakan meroda

antara lain :

a. Mata berfungsi antara lain untuk mengatur fokus pandangan dan

mempersepsikan objek yang dijadikan sasaran bertumpu

berdasarkan besarnya dan jaraknya.

b. Tangan akan melakukan sentuhan pada sasaran bertumpu (matras)

dengan menempatkan tangan dalam titik sejajar dalam satu garis

lurus dengan kaki dan memperkirakan kekuatan yang digunakan

untuk menahan berat tubuh, menjaga keseimbangan tubuh saat

menumpu dan mendorong tubuh untuk berdiri kembali setelah

mendaratkan kaki.

c. Kaki diperlukan pada saat menolakkan dan mengangkat kedua

tungkai ke atas dengan memperkirakan besarnya power yang

digunakan untuk mengayunkan dan mengangkat kedua tungkai ke

(44)

dalam titik sejajar dalam satu garis lurus dengan tangan saat

mendarat.

Koordinasi mata-tangan-kaki yang baik akan lebih menyempurnakan

seorang siswa dalam melakukan gerakan meroda. Sehingga fokus

pandangan, kekuatan otot lengan dan power otot tungkai serta

penempatan tangan dan kaki pada titik yang benar dalam satu garis

lurus menjadi satu rangkaian gerak yang utuh, menyeluruh, secara cepat

dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol.

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang

dikemukakan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

a. Maria Dewanti Widodo (2011) “Hubungan Kekuatan Otot Lengan,

Keseimbangan dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Meroda”.

Berdasarkan hasil penelitian dengan korelasi product moment dan

analisis regresi yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan

kemampuan meroda. (Nilai r hitung = 0,563 > r tabel = 0,361). Dan

memberikan sumbangan sebesar 21,68%.

2. Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan

kemampuan meroda. (Nilai r hitung = 0,438 > r tabel = 0,361). Dan

(45)

3. Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan

kemampuan meroda. (Nilai r hitung = 0,569 > r tabel = 0,361). Dan

memberikan sumbangan sebesar 13,00%.

4. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan,

keseimbangan dan power otot tungkai dengan kemampuan meroda.

(Nilai F hitung = 7,704 > F tabel = 2,89). Dan memberikan sumbangan

sebesar 47,05%.

b. Sridadi (2009). “Sumbangan Tes Koordinasi Mata, Tangan, Dan Kaki

Yang Digunakan Untuk Seleksi Calon Mahasiswa Baru Prodi PJKR

Terhadap Mata Kuliah Praktek Dasar Gerak Softball”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hubungan antara koordinasi mata, tangan dan kaki

dengan mata kuliah praktek dasar gerak softball sebesar 0,670

(signifikan). Sumbangan tes koordinasi mata, tangan, dan kaki yang

digunakan untuk seleksi calon mahasiswa baru prodi PJKR terhadap

mata kuliah praktek dasar gerak softball sebesar R² = 0,449 yang berarti

memiliki sumbangan (kontribusi) sebesar 44,9% atau 45%.

c. Riyan Jaya Sumantri (2014). “Kontribusi kekuatan otot lengan, panjang

lengan, power otot tungkai, panjang tungkai, dan kelentukan dengan

keterampilan gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Metro.”

1. Kekuatan lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan

gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro

(46)

2. Panjang lengan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak

dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar

9,7%

3. Power tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak

dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar

32,5 %.

4. Panjang tungkai memberikan kontribusi terhadap keterampilan

gerak dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro

sebesar 14,4%.

5. Kelentukan memberikan kontribusi terhadap keterampilan gerak

dasar loncat harimau pada siswa kelas VIII SMP N 1 Metro sebesar

51,4%.

J. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat

dirumuskan dalam kerangka pikir dan digambarkan dalam peta konsep:

(47)

Dalam melakukan keterampilan gerak dasar meroda kekuatan otot lengan,

power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata-tangan-kaki sangat

erat kaitannya di dalam memperoleh suatu keberhasilan dan keindahan gerak

dalam senam lantai khususnya keterampilan gerak dasar meroda. Keempat

komponen fisik di atas berperan pada keseluruhan gerakan meroda dari awal

hingga akhir gerakan. Mulai dari melakukan awalan lalu meletakkan tangan

kiri pada lantai/matras pada satu titik sejajar garis lurus dengan kaki

kemudian bersamaan dengan mengayunkan tungkai kanan ke atas sampai

posisi badan terbalik diperlukan kekuatan otot lengan, keseimbangan dan

koordinasi mata-tangan-kaki yang baik. Dilanjutkan dengan gerakan kaki kiri

menolak pada matras menuju posisi badan terbalik dibutuhkan power otot

tungkai yang baik agar kedua tungkai dapat terangkat ke atas. Saat kedua

tangan menumpu pada matras dan tubuh dalam posisi terbalik dibutuhkan

kekuatan otot lengan supaya dapat menahan berat tubuh dan menjaga

keseimbangan tubuh juga untuk mempertahankan lengan tetap lurus saat

posisi badan terbalik. Kekuatan otot lengan, keseimbangan dan koordinasi

mata-tangan-kaki juga diperlukan di akhir gerakan meroda pada saat

mendaratkan kaki kanan pada satu titik sejajar garis lurus dengan tangan dan

saat posisi badan bungkuk setelah meletakan kaki kanan pada matras hingga

berdiri tegak. Bersamaan juga dibutuhkan kekuatan otot lengan untuk

mendorong kedua tangan pada matras setelah meletakkan kedua kaki di

matras untuk membantu berdiri tegak. Sehingga jika seseorang memiliki

(48)

mata-tangan-kaki yang baik, maka akan memberikan kontribusi yang lebih

besar terhadap performa saat melakukan gerakan meroda.

K. Hipotesis

Menurut Arikunto (1998: 67) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data

yang terkumpul, oleh karena itu suatu hipotesis perlu diuji guna mengetahui

apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukkan

kebenarannya atau tidak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai

berikut:

H0 : Kekuatan otot lengan tidak memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap keterampilan gerak dasar meroda.

H1 : Kekuatan otot lengan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

H0 : Power otot tungkai tidak memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap keterampilan gerak dasar meroda.

H2 : Power otot tungkai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

H0 : Keseimbangan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

H3 : Keseimbangan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

keterampilan gerak dasar meroda.

H0 :Koordinasi mata-tangan-kaki tidak memberikan kontribusi yang

(49)

H4 : Koordinasi mata-tangan-kaki memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap keterampilan gerak dasar meroda.

H0 :Kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi

mata-tangan-kaki tidak memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap keterampilan gerak dasar meroda.

H5 : Kekuatan otot lengan, power otot tungkai, keseimbangan dan

koordinasi mata-tangan-kaki memberikan kontribusi yang signifikan

(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.

Menurut Riduwan (2005 : 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi

yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau

kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan

sebelum dan sesudahnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

survei dengan teknik tes. Metode penelitian dalam penelitian ini mencakup

prosedur dan instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian. Oleh

karena itu berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana metode yang

digunakan untuk menentukan objek penelitian, metode pengumpulan data,

metode pengolahan data dan analisis data.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002: 130).

(51)

wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut

Hadi (2001 : 220) populasi adalah sejumlah penduduk atau individu

yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan populasi adalah sekumpulan

unsur yang akan diteliti seperti kumpulan individu, keluarga dan

kumpulan unsur lainnya yang mempunyai kualitas, karakteristik dan

sifat yang sama. Populasi pada penelitian ini adalah siswa putra kelas X

SMK Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 58 siswa.

Keseluruhan populasi dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan

antara lain :

a. Siswa Kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung

b. Jenis kelamin laki-laki

c. Usia yang relatif sama antara 16-17 tahun.

Berdasarkan uraian di atas maka subyek yang dijadikan populasi dalam

penelitian ini telah memenuhi syarat sebagai populasi.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2002: 111) sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 81) sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan

(52)

Sampel pada dasarnya ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan

pertimbangan, tujuan, hipotesis, metode, dan instrument penelitian

disamping pertimbangan waktu, tenaga dan biaya. Dengan pertimbangan

waktu, tenaga, biaya, instrumen penelitian, dan tujuan penelitian, maka

peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

putra kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung. Adapun dalam

penelitian ini cara pengambilan sampel adalah dengan teknik total

sampling yaitu mengikutsertakan semua individu atau anggota populasi

menjadi sampel (Arikunto, 2002: 112). Sehingga mengikut sertakan

semua siswa putra kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung yang

berjumlah 58 siswa.

C. Variabel dan Data Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998: 99). Dalam penelitian ini

ditetapkan dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas atau sering disebut variabel independen adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2008: 39).

Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Kekuatan otot lengan (X1)

(53)

3) Keseimbangan (X3)

4) Koordinasi mata-tangan-kaki (X4)

b. Variabel Terikat

Variabel terikatnya atau disebut dengan variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2008: 39). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan gerak dasar

meroda(Y).

2. Data Penelitian

Menurut sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu :

a) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukannya, data primer disebut juga data asli atau data baru.

Didalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti

menganbil data secara langsung dan tidak melalui prantara

siapapun.

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut biasanya diperoleh

dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu.

Sehubung data dalam penelitian ini adalah data primer maka data

sekunder tidak dipakai.

Apabila di dalam merencanakan suatu penelitian, problema, tujuan

(54)

langkah berikutnya adalah menentukan apakah data yang akan

dipergunakan untuk menguji hipotesis itu akan dikumpulkan dari

sumber-sumber pustaka yang sudah ada, ataukah akan diusahakan data

langsung dari individu-individu yang diselidiki. Data yang ada dalam

pustaka- pustaka dinamakan data sekunder, sedangkan data yang

dikumpulkan langsung dari individu yang diselidiki dinamakan data

primer. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan mengadakan

suvey atau pencacahan lengkap. Berdasarkan teori di atas maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini adalah data primer, karena

data dikumpulkan langsung dari individu-individu yang diselidiki.

D. Definisi Oprasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel

yang terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu

didefinisikan secara operasional sebagai berikut :

1. Kekuatan Otot Lengan

Menurut Mahendra (2000: 35) kekuatan adalah sejumlah daya yang

dapat dihasilkan oleh suatu otot ketika otot itu berkontraksi. Kekuatan

merupakan kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi

suatu beban / tahanan dalam menjalankan aktivitas (Sudjarwo, 1995:

25).

2. Power Otot Tungkai

Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan. Kekuatan

(55)

mengukur kecepatan untuk megangkat beban itu (Mahendra, 2000: 39).

Menurut Biakto Atmojo (2010: 62) power adalah kemampuan untuk

mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu yang

minim.

3. Keseimbangan

Menurut Mahendra (2000: 41) keseimbangan adalah istilah yang

digunakan dalam menerangkan kemampuan atau ketidakmampuan

seseorang untuk memelihara equilibrium (keseimbangan), baik yang

bersifat ststis (static balance), seperti dalam posisi diam, bisa juga

bersifat dinamis (dynamic balance) seperti dalam saat melakukan

gerakan lokomotor.

4. Koordinasi Mata-Tangan-Kaki

Sajoto (1995: 9) menyebutkan bahwa koordinasi adalah kemampuan

seseorang mengintegrasikan bermacammacam gerakan yang berbeda

kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Menurut Sridadi (2009)

koordinasi mata-tangan-kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam

mengkoordinasikan mata, tangan dan kaki kedalam rangkaian gerakan

yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam

irama gerak yang terkontrol.

5. Meroda

Gerakan meroda menurut Suyati, dkk (1994: 154) adalah suatu gerakan

ke samping pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka

(56)

E. Desain Penelitian

Dalam upaya memecahkan masalah penelitian yang telah penulis rumuskan,

maka diperlukan sebuah desain penelitian. Desain penelitian merupakan

rancangan tentang cara, proses dan menganalisis data agar dapat

dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Desain

penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan arah dari proses

penelitian. Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah:

Gambar 6. Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : Kekuatan otot lengan X2 : Power otot tungkai X3 : Keseimbangan

X4 : Koordinasi mata-tangan-kaki Y : Keterampilan gerak dasar meroda

F. Teknik Pengambilan Data

Arikunto (2006: 223), mengatakan bahwa mengumpulkan data merupakan

kegiatan penting dalam suatu penelitian. Dengan adanya itulah dilakukan

penelitian dengan menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan disimpulkan X1

X2

X3

X4

(57)

dengan referensi yang dimiliki, sedangkan yang dimaksud data itu sendiri

adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun angka. Adapun

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode tes dan pengukuran. Dalam penelitian ini ada 5 macam tes, yaitu: 1)

Tes kekuatan otot lengan, 2) Tes power otot tungkai, 3) Tes keseimbangan, 4)

Tes koordinasi mata-tangan-kaki, 4) Tes keterampilan gerak dasar meroda.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2002:136). Sesuai dengan metode penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan teknik tes dan

pengukuran, maka instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes Kekuatan Otot Lengan

Tes untuk mengukur kekuatan otot lengan menggunakan pull and push

dynamometer (Pelatihan Kesehatan Olahraga, 2000:74).

Tujuan : Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam

menarik dan atau mendorong.

Tingkat umur : 10 tahun sampai dengan perguruan tinggi.

Validitas : 0,63

(58)

Alat : Push and Pull dynamometer, Blangko tes dan alat

tulis

Pelaksanaan : Peserta tes berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar

bahu dan pandangan lurus kedepan. Tangan

memegang push and pull dynamometer dengan

kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan

tangan lurus dengan bahu. Tarik alat tersebut sekuat

tenaga. Pada saat menarik atau mendorong, alat tidak

boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap

sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan sebanyak 3

kali

Gambar 7. Push and Pull Dynamometer

(Sumber: Dokumentasi Penelitian)

2. Tes Power Otot Tungkai

Petunjuk pelaksanaan tes lompat tegak/ vertical jump (Johnson and

Nelson, 1986:210) dalam Biakto Atmojo (2010: 75).

Tujuan : Untuk mengukur power otot tungkai dalam

melompat vertikal ke atas.

(59)

Validitas : 0,989

Reliabilitas : 0,977

Perlengkapan : Papan pengukur vertical jump, alat penimbang

berat badan, kapur, blangko dan alat tulis,

stopwatch.

Pelaksanaan tes : Timbang berat badan testi. Testi berdiri

menyamping papan lompat. Tangan kiri di

belakang badan dan tangan kanan meraih ke atas.

Pertahankan posisi ini dan testi berdiri atas ujung

kaki, jari tangan (kanan) mencapai titik tertinggi

dan di catat. Ujung jari kanan diberi kapur, testi

menekuk lutut, kepala dan badan tegak dan tubuh

dalam keadaan seimbang dan bertumpu pada

ujung jari kaki. Testi melompat setinggi-

tingginyadan menyentuh papan lompat pada titik

lompatan tertinggi. Hitung/ ukur lamanya

lompatan testi dimulai dari kaki pertama kali lepas

dari tanah (lompat) hingga mendarat dengan

menggunakan stopwatch. Tes ini dilakukan

sebanyak 3 kali. Untuk menentukan

besarnya power otot tungkai ditentukan dengan

rumus

P = FxD/t

(60)

P = Power (kg-m/detik). F = Berat badan

D = Tinggi raihan (nilai melompat dikurangi nilai berdiri tegak).

t = Time (waktu)

Gambar 8. VerticalJumpTest

(Sumber: Mulyono Biakto Atmojo, 2010: 75)

3. Instrumen Tes Keseimbangan

Berdiri Burung Bangau/ Stork Stand (Hastad &Lacy, 1998) dalam

Ismaryati (2008: 48).

Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur keseimbangan

statis.

Tingkat umur : 6 Tahun sampai dewasa

Validitas : Face Validity

Reliabilitas : 0,85 sampai 0,87

Perlengkapan : Lantai yang datar dan tidak dekat dengan tembok,

stopwatch.

Pelaksanaan : Testi berdiri pada salah satu ujung jari kaki

(dengan kaki yang dominan) dan kaki yang

lainnyamenempel pada lutut kaki tumpu, lengan di

(61)

mengangkat tumitnya dari lantai(jinjit) dan

mempertahankan sikap ini selama mungkin tanpa

gerakan apapun atau meletakan tumitnya

menyentuh lantai. Saat mengangkat tumit dan

mempertahankannya tangan tidak boleh lepas dari

pinggang.

Penilaian : Hasil tes yang diperoleh adalah waktu terlama

(detik) antara mengangkat tumit sampai

kehilangan keseimbangan dari 3 kali percobaan

yang diberikan

Gambar 9. Stork Stand

(Sumber: Ismaryati, 2008: 48)

4. Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki

Tes untuk mengukur koordinasi mata-tangan-kaki menggunakan tes

melempar, menangkap dan menendang bola ke arah sasaran yang diberi

skor (Sridadi, 2009).

Tujuan : Mengukur koordinasi mata-tangan-kaki

Gambar

Gambar  Halaman
Gambar 1. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri  (Sumber: Biasworo Adisuyanto Aka. 2009: 104)
Gambar 2. Jalur Kontaknya Kaki dan Tangan Dengan Lantai (Sumber: Agus Mahendra. 2000: 57)
Gambar 3. Otot Lengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan dalam dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi kekuatan otot lengan, panjang lengan, power otot tungkai, panjang tungkai,

Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan koordinasi, keseimbangan, dan power otot tungkai dengan kemampuan shooting futsal menggunakan punggung kaki pada olahraga

Atas kehendakNya peneliti dapat menyelesaikans kripsi dengan judul “ Kontribusi Kekuatan Otot Perut, Power Otot Tungkai, dan Koordinasi Mata Tangan terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi kekuatan otot tungkai dan koordinasi mata dan kaki terhadap akurasi tendangan

Ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata-tangan dan kekuatan otot lengan dengan keterampilan passing bawah bola voli pada siswa kelas

Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara Kekuatan Otot Tungkai, Koordinasi mata tangan dan Kekuatan Otot Lengan terhadap kemampuan Passing bawah untuk

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang lengan, kekuatan otot lengan, koordinasi mata-tangan dan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara panjang lengan, kekuatan otot lengan, koordinasi mata-tangan dan