ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJAWAB PERTANYAAN KLARIFIKASI
Oleh
FITRY TRYSYA MARCHINTHA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1dan X2. Metode pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen denganNon Equivalent(Pretest and Postest) Control-Group Design. Efektivitas penggunaan pendekatan saintifik ditunjukkan oleh perbedaan n-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-ratan-Gain keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada kelas kontrol sebesar 0,51 dan kelas eksperimen sebesar 0,64. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa rata-ratan-Gainketerampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan
Fitry Trysya Marchintha
iii keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi dengan pembelajaran konvensional.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit menggunakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan
keterampilan siswa dalam menjawab pertanyaan klarifikasi.
EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJAWAB PERTANYAAN KLARIFIKASI
Oleh
FITRY TRYSYA MARCHINTHA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 26 Maret 1993 sebagai putri
pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Joko Sutrisno dan Ibu Mardiyah.
Pendidikan formal dimulai di TK Pertiwi Kabupaten Boyolali pada 1997 dan TK Fransiskus 1 Tanjungkarang diselesaikan tahun 1998, SD Fransiskus 1
Tanjung-karang lulus tahun 2005, SMP Fransiskus TanjungTanjung-karang lulus tahun 2008, SMA Negeri 9 Bandar Lampung lulus tahun 2011.
Tahun 2011, terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui SNMPTN jalur ujian tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten
praktikum kimia lingkungan. Pada akhir semester enam penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Alip dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Teritegrasi (KKN-KT) di Desa Banjar Negeri, Kec.
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat
yang telah diberikan.
Karya ini saya persembahkan kepada:
Ibu dan Ayah tercinta, terimakasih atas doa, dukungan, dan
kasih yang luar biasa, membantu menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Semoga Tuhan Yesus selalu melindungi
dan memberikan kesehatan kepada Ibu dan Ayah
Adikku, Fredericha Trysya Marchintha, semoga Tuhan selalu
menyertai dan memberkati setiap langkah yang engkau tempuh, dan menjadikanmu wanita yang takut akan Tuhan.
Keluargaku terkasih, terimakasih atas semangat yang kalian
tuangkan dalam setiap keletihanku.
Sahabat-sahabatku (Elisa, Iga, Nova, Titi, Winny) terimakasih
atas segala suka, duka, canda, tawa, tangis haru yang telah kita lewati bersama.
Tim Skripsi (Desta dan Elisabet) terimakasih atas segala kerja
keras, motivasi, dan dukungan dalam pembuatan skripsi. Semoga pengalaman ini menjadikan kita pribadi yang lebih
baik di masa mendatang.
MOTTO
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum
yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang
sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri.
(Matius 22:37b-39)
No matter how hard life is, you are your own architecture. If you
give up then there s no one that can help you, but if you want to
keep building your future, then no one can stop you either
(Kim Jaejoong)
SANWACANA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga terselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas
Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menjawab Pertanyaan Klarifikasi”.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Drs. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia serta Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi. 4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing Akademik serta
Pembimbing I, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi. 5. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembimbing II, terima kasih atas
kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi.
6. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan segenap civitas akademik
Jurusan Pendidikan MIPA, terima kasih atas ilmu yang telah Bapak/Ibu berikan.
7. Bapak Drs. Hi. Ahyauddin, M.Pd selaku Kepala Sekolah, atas izin yang
xii Guru Mitra atas waktu yang terluangkan yang diberikan untuk melaksanakan
penelitian dan seluruh Siswa, Guru dan staf SMA Negeri 5 Bandar Lampung atas kerja-sama dan bantuannya selama penelitian.
8. Ibu dan Ayah, atas restu dan doa untuk kelancaran penelitian dan keberhasilan mengenyam studi ini.
9. Semua rekan-rekan Pendidikan kimia FKIP Unila dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan
berupa kasih dan karunia-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Bandarlampung, 10 Juli 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Ruang Lingkup Penelitian 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektifitas Pembelajaran 7
B. Teori Belajar Konstruktivisme 8
C. Pendekatan Saintifik 10
D. Keterampilan Berpikir Kritis 12
E. Analisis Konsep 15
F. Kerangka Pemikiran 18
G. Anggapan Dasar 19
x iv III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian 20
B. Data Penelitian 20
C. Metode dan Desain Penelitian 21
D. Variabel Penelitian 21
E. Instrumen Penilaian dan Validitas Instrumen 22
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 23
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data 35
B. Pembahasan 42
C. Kendala Penelitian 50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 51
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator 57
2. Silabus Kelas Eksperimen 63
3. RPP Kelas Eksperimen 74
4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen 94
5. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes 118
xv
7. Rubrikasi soal Pretes dan Postes 129
8. Penilaian Afektif 135
9. Rubrik Penilaian Afektif 139
10. Penilaian Psikomotor 141
11. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa 143
12. Data Pretes, Postes, danN-Gain 151
13. Perhitungan 153
14. Angket Respon Siswa 173
15. Pengolahan Angket 175
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengalaman belajarscientific approach 11
2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis 14
3. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit 16
4. Desain penelitian 21
5. Hasil perhitungan uji normalitas pretes keterampilan menjawab
pertanyaan klarifikasi 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian 25
2. Rata-rata nilai pretes dan postes sub-keterampilan apa faktanya 35
3. Rata-rata nilai pretes dan postes sub-keterampilan apa yang menjadi
contoh 36
4. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes keterampilan menjawab
pertanyaan klarifikasi kelas kontrol dan kelas eksperimen 37
5. Rata-ratan-Gainketerampilan menjawab pertanyaan klarifikasi kelas
kontrol dan kelas eksperimen 39
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Tim Penyusun, 2006).
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu sains yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA, yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, per-ubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia
yaitu, kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses atau kerja ilmiah; dan kimia sebagai sikap. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses,
2
Kimia sebagai proses meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan
ilmiah untuk memperoleh produk-produk kimia, mulai dari menemukan masalah, mengumpulkan fakta-fakta terkait masalah, membuat asumsi, mengendalikan
variabel, melakukan observasi, melakukan pengukuran, melakukan inferensi memprediksi, mengumpulkan dan mengolah data hasil observasi/pengukuran,
serta menyimpulkan dan mengomunikasikan. Kimia bukan sekadar bagaimana
cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan sebagai jalan untuk
mengetahui/menemukan (Tim Penyusun, 2014). Terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, maka
diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang salah satunya yaitu keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kimia yang telah dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa selama proses
pem-belajaran, siswa menyerap dan menerima informasi yang diberikan oleh guru serta mengerjakan tugas-tugas dengan hanya sesekali berdiskusi. Siswa hanya
mengandalkan hafalan tanpa dituntut untuk berpikir kritis sehingga tidak sedikit siswa yang menjadi pasif. Hal ini karena pembelajaran kimia di SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang diterapkan masih berpusat pada guru sehingga siswa
cen-derung bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru. LKS yang diberikan hanya berisi latihan-latihan soal. Prosedur percobaan yang akan
3
dikatakan bahwa pembelajaran di SMA Negeri 5 kurang melatih siswa untuk
berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir secara rasional dan reflektif berdasarkan apa yang diyakini atau yang dilakukan, dengan
keterampilan berpikir kritis, siswa diharapkan mempunyai cara terbaik dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai pengetahuan ataupun teori
yang telah ia pelajari (Ennis, 1985).
Untuk melatih berpikir kritis, pembelajaran kimia harus lebih diarahkan pada prinsip pembelajaran yang terdapat dalam Permendikbud No. 59 tahun 2014 tentang kurikulum 2013, yaitu peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; dan proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati
(observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi (experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).
Berdasarkan penelitian Kristianingrum (2014) yang dilakukan pada kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Purwodadi, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
pembelajaranproblem solvingdengan pendekatan scientificyang diterapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, yang terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas nilai standar.
Berdasarkan kurikulum 2013, materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
4
larutan non elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya. KD 4.8 adalah
merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Pembelajaran pendekatan saintifik pada larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat
dihubungkan dengan fenomena yang ada pada kehidupan sehari-hari. Misalnya pada tahap mengamati, siswa diminta untuk membaca wacana mengenai
kegunaan air aki pada kehidupan sehari-hari. Tahap menanya, guru mengarahkan siswa untuk memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Pada tahap mengumpulkan informasi, siswa akan mengumpulkan data dengan
melakukan praktikum mengenai uji daya hantar listik larutan elektrolit dan non-elektrolit. Tahap menalar, siswa berdiskusi dengan teman kelompok untuk
mencari jawaban atas fakta yang telah ditemukan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengkomunikasikan. Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan di depan kelas serta mengemukakan alasan mengapa
siswa menjawab demikian.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
dengan judul: “EfektivitasPendekatan Saintifik pada Pembelajaran Larutan
Elektrolit dan Non-Elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menjawab
Pertanyaan Klarifikasi”.
B. Rumusan Masalah
5
Bagaimanakah efektivitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan
elektro-lit dan non-elektroelektro-lit dalam meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi siswa
Melalui penerapan pendekatan saintifik diharapkan dapat meningkatkan ke-mampuan berpikir kritis siswa pada permasalahan yang berhubungan dengan
larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit karena siswa belajar berdasarkan fenomena yang terjadi sehari-hari, sehingga dapat mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran
b. Bagi guru dan calon guru
Memberi referensi sebagai salah satu alternatif pembelajaran pada materi
6
c. Bagi sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dikatakan efektif meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi apabila menunjukkan adanya perbedaan rata-ratan-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan
eksperimen.
2. Pendekatan saintifik memiliki langkah-langkah pokok yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan (Tim Penyusun, 2014).
3. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah keterampilan menjawab
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Wicaksono dalam Andriani (2013), mengatakan bahwa Efektivitas pembelajaran
merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diper-oleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperdiper-oleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.
Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008), menyatakan bahwa suatu pembelajar-an akpembelajar-an efektif bila siswa secara aktif dilibatkpembelajar-an dalam pengorgpembelajar-anisasipembelajar-an dpembelajar-an penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan
pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik
menya-8
takan bahwa siswa diharapkan mempunyai pendapat sendiri walaupun
pendapat-nya itu mungkin salah, mengemukakanpendapat-nya, mempertahankanpendapat-nya, dan merasa ber-tanggung jawab atas jawabannya. Hal tersebut akan membuat siswa lebih cerdas
dan lebih termotivasi untuk terus belajar. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak dalam Warsita (2008) adalah:
1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya mela-lui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi ber-dasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.
3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada
peserta didik dalam menganalisis informasi.
5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan ke-terampilan berpikir.
6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.
B. Teori Belajar Konstruktivisme
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dike-hendaki, informasi itu menjadi milik sendiri (Trianto, 2007). Dengan dasar itu,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ’menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa men-jadi pusat kegiatan, bukan guru. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransferdari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum
kon-9
sep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan
dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).
Menurut Von Glaserfeld dalam Andriani (2013) menyatakan bahwa
konstruktivis-me konstruktivis-merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang konstruktivis-menekankan bahwa pe-ngetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pepe-ngetahuan adalah ciptaan manusia yang dikontruksikan dari pengalaman yang dialaminya.
Dalam proses kontruksi itu, diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut : 1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi
pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience).
Suparno (Trianto, 2010) mengungkapkan prinsip-prinsip dasar pandangan kons-truktivis adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun secara sosial;
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar, siswa aktif mengkonstrukdi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah; dan
3. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.
10
suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran
(Saputra, 2014).
C. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik(scientific approach)merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode ilmiah. Banyak para ahli yang
meya-kini bahwa melalui pendekatan ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fe-nomena atau kejadian, artinya dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini
da-lam melihat suatu fenomena (Sudrajat, 2013).
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajar-an, yang dapat disebut juga dengan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
di-sebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
11
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. (Tim Penyusun 2013)
Adapun pengalaman belajar pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 1. Pengalaman belajar pendekatan saintifik
Langkah
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar Mengamati
(observing)
mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan
sebagainya) dengan atau tanpa alat
perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati
Menanya (questioning)
Membuat dan
mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami,
informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) membaca sumber lain selain buku teks,
mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/ mengembangkan
jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan
instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Menalar/
menganalisis data dalam bentuk membuat
mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep,
12
Tabel 1. (lanjutan)
Langkah
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar kategori, mengasosiasi
atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
kesimpulan mengenai keterkait-an lebih dari dua fakta/konsep/ teori, mensintesis dan argumen-tasi serta kesimpulan keterkait-an keterkait-antar berbagai jenis fakta-fakta/konsep/teori/pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru,argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argu-mentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
Mengomunikasi-kan
(communicating)
menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalambentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain
(Tim Penyusun, 2014).
D. Keterampilan Berpikir Kritis
Presseissen dalam Arifin (2000) berpendapat berpikir pada umumnya didefinisi-kan sebagai suatu proses kognitif dan proses mental untuk memperoleh pengeta-huan. Terjadi penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam
pi-kiran, kegiatan memanipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar mem-bentuk suatu pemikiran, penalaran dan keputusan, serta kegiatan memperluas
13
Syafruddin dalam Patmawati (2011) mengatakan bahwa unsur-unsur
keterampil-an berpikir kritis yketerampil-ang perlu dikuasai siswa yaitu mengamati, melaporkketerampil-an, meng-klarifikasi, memberi label, menyusun dan mengurutkan, menginterpretasi, mem-buat generalisasi, memmem-buat inferensi, dan memecahkan problema.
Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan yang sangat essensial untuk
kehidup-an, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Ber-pikir kritis sebagai salah satu komponen dalam proses berBer-pikir tingkat tinggi,
menggunakan dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis (Liliasari, 2007). Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang
terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan ma-salah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah (Johnson, 2009).
Winkel (2007) mendefinisikan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemam-puan untuk mengidentifikasi dan merumuskan suatu problem yang mencakup menentukan intinya, menemukan kesamaan dan perbedaan, menggali informasi
serta data yang relevan, kemampuan untuk mempertimbangkan dan menilai, yang meliputi membedakan antara fakta dan pendapat, menemukan asumsi atau
14
Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1985)
yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis
No Unsur Keterangan
1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.
2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.
3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan 4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi
oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).
5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan
6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan
simpulkan.
Berpikir kritis menekankan aspek pemahaman, analisis, evaluasi (Saputra, 2011).
Menurut Ennis (1985), mengidentifikasi berpikir kritis menjadi 12 indikator yang dikelompokkan dalam 5 keterampilan, yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana
Berisi memfokuskan pertanyaan, menganalisis asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang 2. Membangun kemampuan dasar
Terdiri dari mempertimbangkan apakah narasumber dapat dipercaya atau tidak, dan mengobservasi serta mempertimbangkan hasil observasi 3. Menyimpulkan
15
4. Membuat penjelasan lanjut
Terdiri dari mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, serta mengidentifikasi asumsi
5. Strategi dan teknik.
Terdiri dari memutuskan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan adalah
ke-terampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985), yaitu keke-terampilan memberikan penjelasan sederhana. Sub-keterampilan yang diambil yaitu menjawab pertanyaan
klarifikasi. Penelitian ini berfokus pada indikator (1) apa yang menjadi contoh dan (2) apa faktanya.
E. Analisis Konsep
Herron et al. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disa-makan dengan ide. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkin-kan kita dapat mendefinisimemungkin-kan konsep, sekaligus menghubungmemungkin-kan dengan konsep lain yang berhubungan. Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan
bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian
Tabel 3. Analisis konsep materi kesetimbangan kimia.
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis Konsep
Atribut Konsep
Contoh Non Contoh
Kritis Variabel Super
Ordinat Koordinat Sub Ordinat Larutan Suatu campuran
homogen dua macam zat
tunggal atau lebih dengan
bermacam-macam perbandingan komposisi dan memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh arus listrik (non-elektrolit)
Campuran • Suspensi • Koloid
• Larutan gula • Larutan
garam • Larutan HCl • Larutan
NaOH
• Susu • Campuran
air dan pasir
1
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis Konsep
Atribut Konsep
Contoh Non Contoh
Kritis Variabel Super
Ordinat Koordinat Sub Ordinat Larutan
elektrolit
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik, yang dapat bersifat elektrolit
larutan • latrutan
non-• Larutan HCl • Larutan
• Larutan gula • Larutan urea
Larutan arus listrik dengan kuat • Larutan NaCl • Larutan arus listrik dengan lemah
• Larutan gula • Larutan urea
• Larutan HCl • Larutan
NH4OH
1
7
18
F. Kerangka Pemikiran
Pendekatan ilmiah membelajarkan siswa untuk dapat menemukan kebenaran se-cara ilmiah. Pada pendekatan ilmiah, siswa akan mempelajari ilmu kimia ber-dasarkan fakta yang terdapat didalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijelaskan
dengan penalaran tertentu. Pendekatan ilmiah menggunakan langkah pembelajar-an mengamati, menpembelajar-anya, mengumpulkpembelajar-an informasi, menalar, dpembelajar-an
mengkomuni-kasikan.
Pada tahap awal pembelajaran, siswa diajak untuk membaca wacana mengenai kegunaan air aki pada kehidupan sehari-hari, dari wacana tersebut siswa akan me-nemukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena. Selanjutnya,
siswa akan mencoba memecahkan masalah yang ada berdasarkan fenomena yang terjadi dengan melakukan praktikum mengenai uji daya hantar listik larutan elektrolit dan non-elektrolit. Kemudian siswa diminta untuk menalar. Pada
ke-giatan ini, siswa berdiskusi dengan teman kelompok untuk mencari jawaban atas fakta yang telah ditemukan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengkomunikasikan.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan di depan kelas.
Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pemahaman kepada siswa untuk
berpikir secara kritis. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan di-terapkannya pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit akan dapat meningkatkan keterampilan menjawab
19
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015 diabaikan.
2. Perbedaann-Gainketerampilan menjawab pertanyaan klarifikasi di kelas kontrol dan di kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
H. Hipotesis Umum
Hipotesis dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik efektif dalam mening-katkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada pembelajaran larutan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 350 siswa dan tersebar da-lam sepuluh kelas. Diambil 2 kelas dari populasi yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas
kontrol.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Berdasarkan pertimbangan kemampuan kognitif siswa yang relatif sama, peneliti dengan
ban-tuan guru mitra menentukan dua sampel, yaitu kelas X1dan X2sebagai sampel penelitian. Kelas X1sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran pendekatan saintifik dan kelas X2sebagai kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
B. Data Penelitian
21
dengan pendekatan saintifik diterapkan dan data postes adalah data hasil tes
pencapaian keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi setelah pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian ini menggunakanNon Equivalence Pretes-Postest Control Group Design(Creswell, 1997), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Desain penelitian
Pretes Perlakuan Postes
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 - O2
Sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) . Ke-mudian pada kelas experimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran
22
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004).
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
standar kurikulum 2013.
2. LKS Kimia dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
3. Soal pretest dan postes yang masing-masing berisi 7 soal uraian. 4. Lembar observasi afektif siswa
5. Lembar observasi psikomotor siswa 6. Angket respon siswa
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Se-buah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu carajudgmentatau keputusan ahli dan pengujian empirik.
23
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di
sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak dua kelas.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan
Membuat perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, yaitu:
1) Silabus
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3) Lembar Kerja Siswa (LKS)
4) Soal pretes dan postes 5) Lembar afektif siswa
24
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yaitu:
1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di
masing-masing kelas.
3) Memberikan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
25
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah
ini:
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Meminta izin kepada kepala sekolah SMA N 5 Bandar Lampung
Observasi sekolah
Menentukan populasi dan sampel
O
Membuat perangkat pembelajaran
-Silabus
-Rencana pelaksanaan pembelajaran -Lembar kerja siswa
-Soal pretes
26
Keterangan:
= Langkah-Langkah Penelitian = Aktivitas
= Hasil
= Arah Aktivitas
= Batas Langkah-Langkah Penelitian
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis data
a. Mengubah skor menjadi nilai
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan menjawab pertanyaan
klarifikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dirumuskan sebagai berikut:
b. Menghitungn-Gain
Analisis deskriptif juga dilakukan melalui data skor gain ternormalisasi (n-Gain) yang diperoleh siswa. Perhitungan nilain-gaindilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hake (dalam Sunyono, 2014), dengan rumus :
n-gain=% %
% (Hake dalam Sunyono, 2014a).
2. Pengujian hipotesis
a. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes
27
memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah-langkah uji tersebut yaitu
uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t. 1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non
parametrik. Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis :
H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Statistik Uji :
x = (O E ) E
dengan:
Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan
Keputusan Uji: Tolak H0jika ( )( )atau
dengan taraf= taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0
diterima.
2. Uji homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang
dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk
28
Ho: 2
2 2
1 σ
σ = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen.
H1: 22 2
1 σ
σ = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat
dalam Sudjana (2005) :
terkecil Varians
terbesar Varians
F
Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria : Tolak H0hanya jika Fhitung Ftabel, dengan taraf nyataα0,05.
3. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis:
H0: µ1x= µ2x: rata-rata nilai pretes keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada
kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
H1: µ1x≠µ2x: rata-rata nilai pretes keterampilan menjawab pertanyaan
klarifikasi pada kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata
nilai pretes keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Keterangan :
µ1 = rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
µ2 = rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
29
dan apa yang menjadi contoh
Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2005):
t : kesamaan dua rata-rata
1
X = rata-rata nilai pretes keterampilan menjawab pertanyaan
klarifikasi pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
2
X = rata-rata nilai pretes keterampilan menjawab pertanyaan
klarifikasi pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
Sg = simpangan baku gabungan n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
S1 = simpangan baku siswa pada kelas eksperimen S2 = simpangan baku siswa pada kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t(1-1/2α)< t< t(1-1/2α) dengan
derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).
b. Uji hipotesis
Untuk menentukan efektivitas pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan
30
1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua
kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan
untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis :
H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Statistik Uji :
x = (O E ) E
dengan:
Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji: Tolak H0jika dengan taraf nyata0,05.
Dalam hal lainnya H0diterima.
2. Uji homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang
dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas:
Ho: 2
2 2
1 σ
σ = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen
H1: 22 2
1 σ
σ = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.
31
dalam Sudjana (2005) :
terkecil Varians
terbesar Varians
F
Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria : Tolak H0hanya jika Fhitung Ftabel, dengan taraf nyataα0,05.
Dalam hal lain terima H0
3. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)
Hipotesis uji perbedaan dua rata-rata yaitu:
Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
yang diterapkan dengan pendekatan saintifik lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan menjawab pertanyaan klarifikasi dengan pembelajaran konvensional. H1: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan menjawab pertanyaan
klari-fikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang
diterapkan dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan menjawab
pertanyaan klarifikasi dengan pembelajaran konvensional. Keterangan :
µ1 = rata-rata bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas eksperimen
µ2 = rata-rata keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas kontrol x = keterampilan menganalisis argumen
Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t
32
X = Gain rata-rata kelas eksperimen
2
X = Gain rata-rata kelas kontrol s2= Varians
n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = Varians kelas eksperimen
2 2
s = Varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t< t1-αdengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan
taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).
3. Pengolahan angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran dengan pendekatan ilmiah pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Angket dibagikan setelah pembelajaran larutan elektrolit dan
non-elektrolit berakhir. Adapun langkah-langkah pembuatan angket adalah membuat kisi-kisi angket. Lalu angket disusun dalam bentuk pernyataan positif
dan kolom skala yang akan diisi oleh siswa dengan menuliskan ceklis. Adapun pernyataan-pernyataan positif dibagi menjadi lima indikator yaitu kemenarikan, rasa ingin tahu, dan fokus.
Kolom ceklis pada angket terdiri dari 5 kolom, menggunakan skala likert dengan
33
jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor jawaban angket untuk tiap pernyataan masih berupa data ordinal. Dalam statistik biasanya harus menggunakan data
berskala interval. Oleh sebab itu harus data ordinal harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakanMethod of Successive Interval(MSI) pada Ms. Excel 2007 (Sarwono, 2012). Berikut ini merupakan tahap-tahap mengubah data ordinal menjadi data interval:
1. Menentukan jumlah responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 dari setiap
butir pertanyaan pada angket.
2. Menentukan proporsi yaitu setiap frekuensi yang dibagi dengan banyaknya
responden.
3. Menentukan proporsi kumulatif.
4. Menghitung nilai z tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.
5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh. 6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :
...(11) 7. Menentukan nilai transformasi berupa nilai interval.
8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:
= 100 ...(12)
9. Menentukan jumlah siswa per kategori.
Cara untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran berdasarkan
34
1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi 2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang
3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah (Arikunto, 2004).
10. Menentukan persentase kategori dengan rumus:
52
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan
klarifikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-ratan-Gainkelas eksperimen sebesar 0,64 berbeda secara signifikan dibandingkan dengan rata-ratan-Gainkelas kontrol, yaitu sebesar 0,51, yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif dalam
meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
2. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan afektif siswa,
yaitu pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa pendekatan saintifik dapat meningkatkan antusiasme siswa, keaktifan berdiskusi, kerjasama siswa, bertanya dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran.
3. Respon siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat membuat siswa lebih fokus selama pembelajaran, pembelajaran lebih
52
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik hendaknya diterapkan
dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan menjawab pertanyaan klarifikasi.
2. Penelitian ini terkait dengan kebijakan sekolah yang diteliti, oleh karena itu, bagi peneliti lain yang ingin menerapkan penelitian sejenis, disarankan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. 2013.Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. PT Refika Aditama. Bandung.
Andriani, J.W. 2013. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3E dalam
Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep pada Materi Asam-Basa.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arifin, M. 2000.Strategi Belajar Mengajar.Bandung. Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI
Arikunto, S. 2004. Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Asani, Diska. 2012. Efektivitas Strategi Pembelajaran Murder Terhadap
Partisipasi Dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa SMA Negeri 1 Gombang Pada Mata Pelajaran Biologi.Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Creswell, J. W. 1997.Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London
Dahar, R.W. 1989.Teori–Teori Belajar. Erlangga. Jakarta
Ennis, Robert H. 1985.Goals For Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa (Ed.),Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi.Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung
Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor
✁
Kristianingrum. 2014. Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi PembelajaranProblem SolvingDengan Pendekatan Scientific.Jurnal Pendidikan Matematika. Universitas Muhammadiyah. Surakarta
Liliasari. 2007. Scientific concepts and generic science skills relationship in the 21stcentury science education. Seminar Proceeding of The First
International Seminar of Science Education.,27 October 2007. Bandung Patmawati, H. 2011. Analisis Keterampilan Berpikir Krtis Siswa Pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit Dengan Metode Praktikum.Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Prilianti, Ratna. 2014.Keterampilan Proses Sebagai Penerapan Pendekatan
Scientific Dalam Pembelajaran IPA. Diakses 28 Mei 2015 dari http://bdksemarang.kemenag.go.id/
Saputra, A. 2011. Model PembelajaranProblem SolvingPada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung
Saputra, H.A. 2014. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Mengevaluasi pada Materi Kesetimbangan Kimia.Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung
Sarwono, J. 2012.Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode Suksesif Interval. [Online]. http://jonathansarwono.info/teori/msi.pdf. Diakses pada 20 Februari 2015.
Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito. Bandung
Sudrajat, A. 2013. Konsep Sumber Belajar. Diakses 28 Desember 2014 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18
Sunyono dan Dwi Yulianti. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi Dalam Menumbuhkan Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X.Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Lampung
Tim Penyusun, 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendididikan Dasar dan Menengah.BSNP. Jakarta
___________ . 2013.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud. Jakarta
✂✂
Tim Penyusun.2014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta
Triantro. 2010.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivis. Prestasi Pustaka. Jakarta