ABSTRAK
UJI POTENSI KULIT BUAH DUKU (Lansium domesticum) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA (Periplaneta americana) DEWASA
Oleh Rika Erviana
Kecoa merupakan organisme yang seringkali mengganggu kenyamanan dengan meninggalkan bau yang tidak sedap, menyebarkan berbagai patogen penyakit,dan menimbulkan alergi. Salah satu kecoa yang mudah ditemui adalah dari spesies Periplaneta amaricana atau juga dikenal dengan kecoa amerika. Sampai saat ini pengendalian kecoa yang banyak dilakukan oleh manusia, menggunakan insektisida sintetik. Insektisida sintetik dapat menyebabkan resistensi. Untuk itu diperlukan pengendalian yang lebih aman dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan memanfaatkan insektisida yang berasal dari tanaman. Kulit buah duku diketahui mengandung zat-zat yang bersifat insektisida bila termakan oleh serangga. Telah dilakukan uji potensi serbuk kulit buah duku untuk mematikan kecoa amerika dewasa pada skala laboratorium. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan lima tingkatan konsentrasi serbuk kulit buah duku didalam pellet (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) dan lima kali ulangan. Sebagai campuran pellet digunakan selai kacang untuk
percobaan I dan tempe kedelai untuk percobaan II. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program probit 5 EXE. Nilai LC50 untuk campuran serbuk kulit buah duku dengan selai kacang adalah 81,8% pada waktu 120 jam dan 21,8% untuk campuran serbuk kulit buah duku dengan tempe kedelai pada 11 hari pengamatan.
UJI POTENSI KULIT BUAH DUKU (Lansium domesticum) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA (Periplaneta americana) DEWASA
(Skripsi)
RIKA ERVIANA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Rika Erviana dilahirkan di Waway Karya pada tanggal 14 November 1992, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sujarno dan Ibu Maryatin. Penulis mengawali pendidikan tahun 1997 di Taman Kana-Kanak Al Barrokah dan Penulis melanjutkan pendidikan di sekolah Dasar Negeri 2 Sumber Rejo yang diselesaikan pada tahun 2004.
Selanjutnya Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Waway Karya tahun 2007. Pada tahun 2010 Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Waway Karya. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
v
asisten praktikum mata kuliah Biosistematika Tumbuhan di Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNILA tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur, kemudian penulis melaksanakan Kerja Praktik di Kebun Balai Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP) Natar
Lampung Selatan dengan judul “Serangan Penggerek Batang (Lophobaris
Piperris) pada Lima Varietas Lada (Pipper nigrum L) Di kebun Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Natar Lampung Selatan”
Pada tahun 2014 untuk mencapai gelar Sarjana Biologi (S.Si.), penulis
“Mereka berkata
: setiap orang membutuhkan tiga hal yang
membuat mereka bahagia di dunia ini, yaitu seseorang untuk di
cintai, sesuatu untuk dilakukan , dan sesuatu untuk diharapkan”
(Tom Boddet).
“
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,
Kupersembahkan karya sederhanaku ini
kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, keluargaku,
sahabat-sahabatku, para pendidikku, dan
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Uji Potensi Kulit Buah Duku (Lansium domesticum) terhadap Mortalitas Kecoa Amerika (Periplaneta americana) Dewasa”. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku Pembimbing I yang telah membimbing, membagikan ilmu, memberikan perhatian dan
meluangkan waktunya untuk memberikan ide, nasihat, kritik, dan saran dengan penuh kesabaran selama penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritik, dan saran serta perhatian selama penulisan skripsi ini.
vii
4. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
6. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik. 7. Bapak dan Ibu dosen serta segenap karyawan di Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Lampung atas bimbingan dan bantuannya kepada penulis.
8. Kedua orang tuaku tercinta, terkasih, dan tersayang yang tiada henti mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat, dan perhatiannya selama ini.
9. Adik-adikku, Rico Prata dan Ricki Wega yang selalu memberikan semangat, doa, dan keceriaan.
10.Sahabat-sahabatku tersayang Biologi 2010, Anggia Putri Saraswati, Arinjani Dwi Harjanti, Dewi Chusniasih, Ismalia Husna, Meita Mahardianti, Rodi Astuti, Septina Maulida, dan Yunita Lestari yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan, canda, tawa, keceriaan, dan hiburan selama ini.
11.Iwan Suseno yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan, dan keceriaan selama ini.
viii
Handayani, Aulia Murti Novita Sari, Annisa Mulia Anasis, Devi Gusneta Mala. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaanya. 13.Teman-teman KKN Desa Sriminosari, Labuhan Maringgai: Luh anjar
sari, Vastina Baikhul Khairat, Nunik Nurfina, Lolita, latifa, dwi terimakasih atas keceriaannya.
14.Kakak-kakak Biologi: Kak Aris Lekmin, Kak Erangga, Kak Dita, Mbak Nevi, Kak Icha, Kak Arini, Mbak Septi Amel, Mbak Septria, Mbak Ruri, Kak Sumarji, Kak Andes dan Kak Nando. Terima kasih atas dukungan, hiburan, dan keceriaan yang telah diberikan.
15.Adik-adik Biologi Dany, Fenida, Rila, Robith, Rangga, dan Fadil. Terima kasih atas dukungan, hiburan, dan keceriaan yang telah diberikan.
16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan keluasan ilmu dan pahala yang terbaik bagi semua pihak yang telah membantu penulis selama ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, 25 Juni 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………….……… i
LEMBAR PENGESAHAN……… ii
RIWAYAT HIDUP……….. iv
SANWACANA………. vi
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang... 1
B. TujuanPenelitian ... 2
C. KerangkaPikir ... 3
D. ManfaatPenelitian ... 4
E. Hipotesis ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A.BioekologiKecoa ... 5
1.SiklusHidupKecoa ... 6
2.Habitat Kecoa ... 8
3.DampakNegatif yang DitimbulkanolehKecoa ... 8
4.PengendalianKecoa ... 9
B.Insektisida ... 10
x
C.BioekologiTanamanDuku ……….……… ... 12
1.MorfologiTanamanDuku ... 12
2. ManfaatTanamanDuku ... 13
3.Kandungan Kimia BuahDuku ... 14
III. METODE KERJA ... 16
A. Waktudan PelaksanaanPenelitian ... 16
B. Alat dan BahanPenelitian ... 16
C. PenyediaanHewanUji ... 16
D. Pembuatan Pellet ... 17
E. UjiMortalitas………. 17
F. Analisis Data ... 18
IV. HASIIL DAN PEMBAHASAN A. HasilUjiMortalitasKecoaAmerika (Periplanetaamericana) DewasadenganPemberian Pellet KulitBuahDukudanCampuran SelaiKacangPadaBerbagaiTingkatanKonsentrasi……..……... 20
B. HasilUjiMortalitasKecoaAmerika (Periplanetaamericana) DewasadenganPemberian Pellet KulitBuahDukudanCampuran TempeKedelaiPadaBerbagaiTingkatanKonsentrasi………...…….... 23
C. RegresiAntaraTingkatanKonsentrasidengan Rata-Rata Penurunan BeratKecoa………. 29
D. RegresiAntara Rata-Rata Pellet yang Dimakandengan Rata-Rata PenurunanBeratKecoa……….………... ……… 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 32
DAFTAR PUSTAKA... 33
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Hasil uji mortalitas kecoa amerika (Periplaneta americana) dewasa
dengan pemberian pellet kulit buah duku dan campuran selai kacang
pada berbagai tingkatan konsentrasi ... 20
Tabel 2. Hasil analisis probit uji mortalitas kecoa amerika dewasa dengan pemberian pellet campuran kulit buah duku dan selai kacang pada Jam ke-120 ... 21
Tabel 3. Hasil uji mortalitas kecoa amerika dewasa dengan pemberian pellet serbuk kulit buah duku dan campuran tempe kedelai dengan berbagai tingkatan konsentrasi ... 24
Tabel 4. Hasil analisis probit uji mortalitas kecoa amerika dewasa dengan pemberian pellet campuran kulit buah duku dan tempe kedelai pada hari ke-11 ... 25
Tabel 5. Berat kecoa (Perlakuan tempe kedelai) ... 37
Tabel6. Berat pellet kulit buah duku (Perlakuan tempe kedelai) ... 38
Tabel 7. Hasil analisis probit untuk penentuan nilai LC50 potensi kulit buahdukuterhadapmortalitaskecoapada hari ke-11……...…..……... 39
Tabel 8. Hasil analisis probit untuk penentuan nilai LC50 potensi kulit buah duku terhadap mortalitas kecoa pada jam ke-120 ... 40
Tabel 9. Analisis regresi linear jam ke-120………..…... 41
Tabel 10. Analisis regresi linear hari ke-11 ... 41
Tabel 11. Analisis regresi linear konsentrasi dan berat kecoa ... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morfologi kecoa amerika (Perbesaran 2,1X)……….…. 5
Gambar 2. Metamorfosis kecoa amerika……….………. 6
Gambar 3. Kapsul telur kecoa amerika………..……….. 7
Gambar 4. Morfologi tanaman duku ……… 13
Gambar 5. Korelasi antara tingkatan konsentrasi serbuk kulit buah duku dengan presentase mortalitas kecoa ……… 22
Gambar 6. Korelasi antara tingkatan konsentrasi serbuk kulit buah duku dengan presentase mortalitas kecoa ………...………..….. 26
Gambar7. Regresi antara tingkatan konsentrasi serbuk kulit buah duku dengan berat tubuh kecoa………..……….….… 29
Gambar 8. Regresi antara rata-rata berat pellet termakan dengan rata-rata penurunan berat kecoa………...………. 31
Gambar 9. Serbuk kulit buah duku……… 43
Gambar 10. Selai kacang…………..………..………... 43
Gambar 11. Tempe kedelai………... 43
Gambar 12. Pellet kulit buah duku……..………... 44
Gambar 13. Aklimatisasi kecoa (Hewan uji)……….. 44
Gambar 14. Pemberian pellet kulit buah duku…...………...……. 44
Gambar 15. Hewan uji memakan pellet………... 45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecoa merupakan organisme yang seringkali mengganggu kenyamanan dengan meninggalkan bau yang tidak sedap, menyebarkan berbagai patogen penyakit, menimbulkan alergi, serta mengotori dinding, buku, dan perkakas rumah tangga. Kecoa amat mudah ditemui di dalam rumah khususnya di kawasan yang panas dan lembab seperti ruangan bawah tanah dan lemari pakaian. Kecoa juga bisa ditemukan ditempat yang kering dan memiliki akses ke sumber air. Sumber makanan kecoa adalah bahan-bahan organik yang sudah membusuk, dan bisa memakan hampir semua bahan, namun ia lebih menyukai bahan yang manis (Baskoro dkk, 2011).
Pengendalian kecoa yang banyak di lakukan oleh masyarakat adalah
2
adalah memanfaatkan potensi alam yaitu tanaman yang mengandung bioinsektisida (Kardinan, 2003).
Di dalam usaha memanfaatkan bahan-bahan dari alam yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati, salah satunya yaitu tanaman duku (Lansium domesticum). Biji buah duku mengandung alkaloid berkhasiat sebagai obat
cacing, obat demam, dan obat diare. Kulit kayunya digunakan untuk
mengobati disentri dan malaria. Kulit buah duku diketahui mengandung zat-zat yang bersifat insektisida, yaitu saponin, tannin, dan flavonoid. Kulit buah duku yang kering dibakar dapat mengusir nyamuk dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat diare serta digunakan sebagai insektisida nabati (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008).
Sampai saat ini masih sangat sedikit informasi tentang pemanfaatan kulit buah duku untuk mematikan kecoa, selain itu pentingnya kepedulian terhadap lingkungan merupakan salah satu alasan utama mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang manfaat kulit duku yang selama ini menjadi sampah yang dibuang sebagai insektisida alami terhadap kecoa amerika dewasa.
B. Tujuan Penelitian
3
C. Kerangka Pikir
Pada saat ini terdapat hampir 3.500 spesies kecoa yang sudah diketahui terutama berada di kawasan tropika. Salah satu kecoa yang amat mudah ditemui adalah dari spesies Periplaneta amaricana atau juga dikenal dengan kecoa america , kecoa dari spesies ini sudah cukup lama hidup bersama manusia dan menjadi perhatian ahli entomologi karena potensinya menyebarkan penyakit. Kecoa amerika merupakan vektor dari 22 jenis spesies bakteri, virus, fungi, protozoa, dan lima spesies cacing yang bersifat patogenis terhadap manusia. Selain itu, kehadiran kecoa menjadi penyebab alergik, asthma dan penyakit bronchial pada manusia.
Sampai saat ini pengendalian kecoa yang banyak dilakukan oleh manusia, menggunakan insektisida sintetik. Insektisida sintetik dapat menyebabkan resistensi pada kecoa, misalnya, spesies Blatella germanica diketahui telah resisten terhadap sepuluh jenis insektisida piretroid, organofosfat, dan karbamat. Untuk itu diperlukan pengendalian yang lebih aman dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan memanfaatkan insektisida yang berasal dari tanaman.
Bahan alami yang diketahui dapat digunakan sebagai insektisida adalah kulit buah duku. Kulit buah duku diketahui mengandung zat-zat yang bersifat insektisida, yaitu saponin, tannin, dan flavonoid. Saponin merupakan bahan yang toksik terhadap serangga karena dapat merusak struktur dan
4
penghambat pertumbuhan dan antifeedant karena menghambat sekresi enzim Reverse Transcriptase dan DNA topomerase pada kecoa amerika. Flavonoid merupakan inhibitor pernafasan dan berfungsi mengganggu metabolisme energi di dalam mitokondria, dan menghambat sistem pengangkutan elektron sehingga menghalangi produksi ATP dan menyebabkan penurunan pemakaian oksigen oleh mitokondria.
Pada penelitian ini, akan diuji potensi pellet kulit duku sebagai insektisida racun perut terhadap mortalitas kecoa ameria dewasa. Pellet kulit buah duku dibuat dengan mencampurkan serbuk kulit buah duku dengan makanan (selai kacang atau tempe) dengan lima tingkatan konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) dan lima kali ulangan. Kemudian diberikan pada kecoa sebagai pakan. Metode dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan
mengamati mortalitas dan data mortalitas yang didapatkan akan dianalisis dengan analisis probit untuk mengetahuai nilai LC50.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan kulit buah duku untuk pengendalian kecoa amerika (Periplaneta americana) dewasa.
E. Hipotesis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bioekologi Kecoa
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies diantaranya umum ditemukan di dalam rumah yaitu Periplaneta americana, Blattela germanica, Blatta orientalis, dan Supella langipalpa (Depkes, 2009).
Periplanetta americana atau yang lebih dikenal dengan kecoa amerika
berwarna merah gelap dengan noda kuning pada dorsum dan panjang tubuh kira – kira 4 cm, kecoa amerika memiliki dua pasang sayap, tiga pasang kaki, sepasang sungut dan serci (Budipedia, 2013) (Gambar 1). Kecoa banyak ditemukan pada tempat yang hangat dan lembab, seperti tempat pengolahan makanan dan industri, saluran air limbah dan di bawah timbunan kotak (Herdiana, 2012).
6
Klasifikasi kecoa Amerika menurut Aang (2012) adalah sebabai berikut: Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Blatodae Family : Blattidae Genus : Periplaneta
Species : Periplaneta americana
1. Siklus Hidup Kecoa
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap (Gambar 2), hanya melalui tiga stadia (tingkatan perkembangan), yaitu stadium telur, stadium nimfa, dan stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya.
Gambar 2. Metamorfosis kecoa Amerika (Depkes, 2009)
Stadium telur kecoa membutuhkan waktu 30-40 hari untuk
7
secara berkelompok. Kelompok telur ini dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau ootheca. Kapsul telur (Gambar 3)
dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada tempat tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan sekatan kayu hingga menetas dalam waktu tertentu yang disebut sebagai masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap menempel pada ujung abdomen hingga menetas. Jumlah telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul telur berbeda menurut spesiesnya (Depkes, 2009).
Gambar 3. Kapsul telur kecoa amerika (Hutabarat, 2009)
8
americana dewasa dapat diketahui dengan adanya dua pasang sayap baik
pada kecoa jantan maupun kecoa betina (Depkes, 2009).
2. Habitat Kecoa
Habitat kecoa adalah tempat-tempat yang lembab, hangat, dan gelap. Tempat-tempat tersebut dapat berupa celah-celah disekitar tempat pembuangan di dapur, tempat pembuangan sampah, gudang, lemari makanan, toilet, dan septic tank. Kecoa amerika menyukai tempat-tempat yang memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi yaitu di dalam bangunan, basement, saluran air, dan pipa-pipa (Aang, 2012).
3. Dampak negatif yang ditimbulkan kecoa
9
4. Pengendalian Kecoa
Menurut Aang (2012) tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecoa masuk rumah adalah melal ui cara berikut:
4.1. Prevention
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara menutup lubang-lubang yang dapat dijadikan jalan kecoa untuk memasuki rumah.
4.2. Exclusion
Suatu tindakan untuk mencegah kecoa bersembunyi di retakan-retakan, celah-celah yang dapat dijadikan kecoa sebagai tempat bersembunyi dan tempat beristirahat, sehingga kecoa tersebut tidak memiliki sarang. Tindakan penutupan celah-celah retakan yang terdapat disuatu area.
4.3. Sanitation
Sanitasi bertujuan untuk mencegah kecoa dalam mendapatkan makanan. Tindakan sanitasi dapat dilakukan dengan cara
membersihkan sisa-sisa makanan dan bahan makanan yang tercecer. 4.4. Treatment
10
digunakan pada tempat-tempat yang diduga sering dilewati oleh kecoa.
B. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Insektisida yang baik (ideal) mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tidak berbahaya bagi hewan vertebrata termasuk manusia dan ternak, murah dan mudah didapat, mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar serta tidak bewarna dan tidak berbau (Bawono, 2003)
1. Penggolongan Insektisida Menurut Cara Kerjanya
Menurut Djojosumarto (2008) Insektisida di golongkan menjadi beberapa macam berdasarkan cara kerjanya yaitu:
1.1.Racun perut (stomach poison)
Insektisida ini bisa menimbulkan kematian karena bahan aktif atau racun akan bekerja di dalam perut serangga. Insektisida diberikan melalui cara mencampurkannya dengan umpan (dicampur dengan bahan-bahan lain sebagai penarik serangga).
1.2.Racun kontak (contact poison)
11
dengan melalui pernafasan kemudian toksik di dalam tubuh sehingga serangga akan mati.
1.3.Racun pernafasan
Insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup banyak.
Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
1.4.Racun sistemik (systemic poison)
Insektisida ini dapat diserap oleh tanaman akan tetapi tidak mengganggu atau merugikan tanaman lainnya serta tanaman itu sendiri. Racun yang terserap ke dalam tanaman akan menimbulkan daya tolak bahkan daya mematikan bila ada serangga yang
memakannya. Kandungan racun pada tanaman hanya sampai pada batas waktu tertentu.
Penggunaan insektisida sintetik dalam usaha untuk membunuh serangga sebenarnya kurang efektif dan efek penggunaan insektisida dapat
menimbulkan polusi yang akan membahayakan kelangsungan hidup manusia, binatang dan makhluk lainnya. Oleh karena itu, untuk menghindari kejadian yang dapat membahayakan hidup, maka
12
Secara umum insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan (Djojosumarto, 2008). Insektisida alami (bioinsektisida) adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari alam, misalnya tumbuhan. Jenis insektisida ini mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia (Sugiata, 2011).
C. Bioekologi Tanaman Duku (Lansium domesticum)
Duku merupakan tanaman buah yang sudah dikenal masyarakat secara luas di Indonesia. Tanaman duku tidak hanya dimanfaatkan karena buahnya yang enak tetapi tanaman duku dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida (Suryanti dan Syamsuhidayat, 1991).
Klasifikasi Tanaman Duku menurut Suryanti dan Syamsuhidayat, (1991) adalah:
Kingdom : Plantae
Division : Magnioliophyta Class : Magnioliopsida Ordo : Sapindales Family : Meliaceae Genus : Lansium
13
1. Morfologi Tanaman Duku
Tanaman duku termasuk dalam famili Meliaceae. Tanaman ini berupa pohon yang tegak dan menahun. Tinggi pohonnya dapat mencapai 3 sampai 4 m dan diameter batangnya antara 30 sampai 40 cm. Daunnya termasuk jenis daun majemuk ganjil yang tersusun berselang-seling. Dalam setiap rangkaian daun terdapat 5 sampai 7 helai anak daun yang berbentuk elips memanjang, bertepi rata, pangkal dan ujung daunnya meruncing. Kedua permukaan daunnya berwarna hijau tua dan kadang agak kekuningan. Bentuk bunganya seperti mangkok, kelopak bunganya tebal dan berjumlah 5 helai, mahkota bunga terdiri dari 4 sampai 5 helai. Buahnya berbentuk bulat atau bulat memanjang (Gambar 4.) dengan diameter antara 2 sampai 4 cm. Kulit buah duku muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning setelah buah masak. Daging buahnya tebal, bewarna putih jernih dan biji berbentuk lonjong (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008)
14
2. Manfaaat Tanaman Duku
Tanaman duku dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan buah segar atau makanan olahan lainnya, selain disukai karena rasanya manis buah duku cukup baik dikonsumsi karena kandungan gizi yang cukup tinggi terutama kandungan vitamin C nya. Biji buah duku berkhasiat untuk mengobati obat cacing, obat demam, dan obat mencret. Kulit kayunya digunakan untuk mengobati disentri dan malaria. Kulit buah duku yang kering dibakar dapat mengusir nyamuk dan digunakan sebagai insektisida alami (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008).
3. Kandungan Kimia Buah Duku
Duku mengandung alkaloid, flavonoid, saponin terpenoid dan steroid, serta polifenol. Terpenoid dan turunannya merupakan kelompok besar senyawa kimia yang banyak ditemukan pada tumbuhan.Terpena
merupakan hidrokarbon murni sedangkan terpenoid mengandung gugus fungsional seperti OH, C=O dan COOH (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008). Kandungan kimia dalam kulit duku diantanya adalah :
3.1. Terpenoid
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri yaitu monoterpenoid (C10) dan
15
golongan terpenoid ini memiliki peranan penting, baik pada
pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan juga sebagai antifidan bagi serangga (Harborne, 1987). Lansium
domesticum sebagai salah satu jenis tumbuhan dari suku Meliaceae
merupakan sumber senyawa-senyawa terpenoid dengan berbagai aktivitas hayati yang menarik (Omar et.al.,2005)
3.2. Alkaloid
Alkaloid dalam kulit duku mempunyai sifat penyebab kejang apabila termakan oleh hewan. Alkaloid merupakan substansi yang bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan bersifat toksik (Arbiastutie dan Mufilihati, 2008).
3.3. Limonoid
Limonoid merupakan karakter jenis tumbuhan dari Famili Meliaceae yang melimpah dan bervariasi. Golongan senyawa ini dapat
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Pelaksaan Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari-Februari 2014.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya adalah timbangan untuk menimbang pellet kulit buah duku dan hewan uji, blender untuk menghaluskan kulit buah duku, penyaring untuk memisahkan bagian-bagian serbuk kulit buah duku, nampan untuk menjemur pellet kulit buah duku, botol plastik 600 ml bekas minuman kemasan untuk wadah uji.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah kecoa sebagai hewan uji (ukuran 3 – 3,5 cm), kulit buah duku sebagai bahan dasar insektisida, selai kacang (morrita) dan tempe kedelai sebagai campuran pellet.
C. Penyediaan hewan Uji
17
Lampung Timur pada malam hari untuk percobaan 1 dan menangkap secara langsung dari salah satu toko burung di pasar burung Tanjung Karang, pada sore hari. Lalu kecoa tersebut dimasukan satu persatu kedalam botol plastik 600 ml yang sudah disiapkan sebelumnya. Setiap botol plastik 600 ml diisi 1 ekor kecoa dan diberi makan selai kacang atau tempe kedelai, sebelum perlakuan kecoa diaklimatisasi selama 1 hari.
D. Pembuatan pellet
Pellet dibuat dengan mencampurkan serbuk kulit buah duku dengan makanan (selai kacang atau tempe) dengan lima tingkatan konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) dan sebagai kontrol digunakan selai kacang atau tempe kedelai. Pellet ditimbang dengan berat 4 gram pada masing-masing konsentrasi pellet lalu dikeringkan anginkan 3 hari.
E. Uji Mortalitas
18
F. Analasis Data
Data mortalitas yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Probit 5 EXE untuk mengetahui nilai LC50 dan menggunakan SPSS 19 for windows untuk mengetahui nilai regresi linear
19
Uji Mortalitas
Hasil Uji
HasilPenelitian
Gambar 5.Bagan alir penelitian
Pembuatan pellet Kulit Duku Kulit duku yang sudah
dikeringkan
Diblender dan dihaluskan dalam bentuk bubuk Konsentrasi pellet dibuat
dengan mencampurkan (bubuk kulit duku :selai kacang atau tempe kedelai) 0%, 25%, 50%, 75%, 100%. Ditimbang berat masing-masing pellet adalah 4 g
Pellet dikering anginkan 3 hari
Pada jam ke- 1, 3, 6, 12, 24, 48, 72, 96, 120 dan
seterusnya sampai diperoleh kematian 100 % pada salah satu konsentrasi
Persiapan Penelitian
Penyediaan hewan uji
25 ekor kecoa amerika dewasa diperoleh dari rumah di Labuhan plastik 600 ml dan diberi makan selaikacang atau tempe kedelai
Kecoa dipuasakan satu hari sebelum
perlakuan
Kecoa amerika dewasa yang siap diujikan
Analisis probit 5 EXE untuk mengetahui nilai LC50
Masing masing botol diberikan 1 buah pellet
Diketahuai uji potensi kulit buah duku terhadap
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.a Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Kulit buah duku berpotensi sebagai insektisida nabati untuk mematikan kecoa amerika dewasa dengan nilai LC50 sebesar 81,8 % untuk campuran selai kacang dan 21,8 % untuk campuran tempe kedelai
2. Persentase mortalitas tertinggi kecoa amerika dewasa terjadi pada konsentrasi 100% dan persentase mortalitas menurun seiring dengan menurunnya konsentrasi
5.b Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aang. 2012. Periplaneta americana. http://aangeifourend.com
/2012/05/periplaneta-americana.html. Diakses 13 November 2013 pukul 19:20 WIB.
Alfi, A. 2013. Manfaat buah duku bagi manusia.
http://manfaattumbuhanbuah.blospot.com/2013/10/manfaat-dan-khasiat-buah-duku-bagi.html. Diakses 13 November 2013 pukul 20:06 WIB.
Arbiastutie, A. & Mufilihati.2008. Isolasi dan Uji Aktifitas Kandungan Kimia Bioaktif dari Biji Duku (Lansium Domesticum Corr). Jurnal: VolumeX. Universitas Tanjungpura.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10287086.pdf. Diakses 12 November 2013 pukul 19:40 WIB.
Balls, M. & B, Jacqueline. 1995. Animals And Alternatives in Toxicology. Great Britain at the University Press. Cambridge.
Baskoro, A, D. Prastowo, W. Khuluqi, R, H.2011. Uji Potensi Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L.) sebagai Insektisida terhadap Kecoak Dewasa (Cockroach) dengan Metode Racun Kontak. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 19 Hlm.
Bowono, D, T. 2003. Pedoman Uji Hayati Insektisida Runah Tangga (Household Isecticides). Salatiga : B2P2VRP.
Budipedia. 2013. Kecoa Amerika.
http://www.budipedia.com/fauna/insecta/dictyoptera/kecoak-amerika/ Diakses 11 November 2013 16:40 WIB.
34
Depkes. 2009. Pedoman Pengendalian Kecoa Khusus di Rumah Sakit.
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Kecoa.pdf. Diakses 11 November 2013 15:03 WIB.
Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 211 hal.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Argo Media Pustaka. Jakarta.
Environmental Health Watch (EHW).2005.Factsn Cockroach Control Guide. http://www.ehw.org/Astma/ASTH_cockroach-control html. Diakses 11 November 2013 pukul 15:50 WIB.
Guyton AC & J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9.
Setiawan I,Tengadi KA, Santoso A, Penerjemah: Setiawan I, Editor. Jakarta. Penerbit BukuKedokteran EGC. Terjemahan dari : Textbook of Medical Physiology.
Harborne, J. B. 1987. Phytochemical Methods : A guide to Modern Techniques of Plant Analysis. Chapman & Hall. New York.
Herdiana. 2012. Pengaruh Kecoa Terhadap Kesehatan.
http://herdianaherman.wordpress.com/2012/05/29/pengaruh-kecoa-terhadap-kesehatan.html. Diakses 11November 2013 pukul 16:02 WIB.
Hopkins, W. G. & N. P. A. Honer. 2004. Introduction to Plant Physiology. Third Edition.John Wiley and Sons, Inc. Ontario.
Hutabarat, R. 2009. Imigran-imigran Gelap yang Jago Terbang.
http://rismahutabarat.blogspot.com/2009/06/imigran-imigran-gelap-yang-jago-terbang.html. Diakses 11 November 2013 pukul 15:38 WIB.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan pemabsmi Nyamuk. Argomedia pustaka. Jakarta.
35
Omar, S., M. Marcotte., P. Fields, P. E.Sanchez, L. Poveda, R. Matta, A. Jimenez, T. Durst, J. Zhang, S. K. Mac, D. Leaman, J. T. Arnason, & B. J. R. Philogene. (2005). Antifeedant activities of terpenoids isolated from tropical rutales. Journal of Stored Products Research.
Prijono. 1999. Prinsip-Prinsip Uji Hayati. Hal 45-50, dalam Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. Institut Pertanian Bogor. Bogor 9-13 Agustus 1999.
Sugiata, I, W., (2011). Uji efektivitas bioinsektisida ekstrak Kulit Batang Langsat (Lansium domesticum) Untuk Mengendalikan Jentik Nyamuk Aedes aegypti. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Suryanti, S. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I. Depkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Susanna, D., A. Rahman & E. T. Pawenang. 2003. “Potensi Daun Pandan Wangi
Untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes Aegypti” Jurnal Ekologi Kesehatan.2 (2).
Yunita, E. A., H. S. Nanik. & W. H. Jafron. (2009). “Pengaruh Ekstrak Daun Teklan (Eupatorium riparium) Terhadap Mortalitas dan
Perkembangan Larva Aedes aegypti”.BIOMA. 11 (1)