PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN
MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MEMBENTUK KARAKTER
BELAJAR SISWA SMP NEGERI
Oleh Meri Susanti
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter belajar dan hasil belajar dengan menggunakan media audio visual. Metode yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan 3 siklus untuk membentuk karakter siswa. Alat pengumpul data yang digunakan antara lain observasi, dokumentasi foto dan tes, hal tersebut dilakukan sebagai dasar untuk menafsirkan hasil penelitian di setiap siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan media audio visual dapat membentuk karakter dan hasil belajar siswa kelas VII.B. Pada siklus 1, pelaksanaan tindakan pembelajaran audio visual dengan menayangkan satu kali dan membentuk 4 kelompok dari semua jumlah siswa dan setiap kelompok berjumlah 9 siswa dengan kegiatan pembelajaran antara lain observasi/mengamati tayangan audio visual, mencatat makna/hal-hal penting dari tayangan audio visual, diskusi kelompok, membuat laporan kelompok, presentasi, tanya jawab dan menyimpulkan, menunjukkan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berkategori berkarakter dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan kelas. Pada siklus 2, pelaksanaan tindakan pembelajaran audio visual dengan menayangkan dua kali dan membentuk 5 kelompok dari semua jumlah siswa dan setiap kelompok berjumlah 7-8 siswa dengan kegiatan pembelajaran antara lain observasi/mengamati tayangan audio visual, mencatat makna/hal-hal penting dari tayangan audio visual, diskusi kelompok, membuat laporan kelompok, presentasi, tanya jawab dan menyimpulkan, menunjukkan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berkategori berkarakter dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan kelas. Pada siklus 3, pelaksanaan tindakan pembelajaran audio visual dengan menayangkan dua kali dan membentuk 6 kelompok dari semua jumlah siswa dan setiap kelompok berjumlah 6 siswa dengan kegiatan pembelajaran antara lain observasi/mengamati tayangan audio visual, mencatat makna/hal-hal penting dari tayangan audio visual, diskusi kelompok, membuat laporan kelompok, presentasi, tanya jawab dan menyimpulkan, menunjukkan bahwa karakter siswa dalam satu kelas berkategori berkarakter dan hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan kelas, ada hubungan yang kurang erat antara karakter dengan hasil belajar.
IMPROVEMENT OF LEARNING SOCIAL STUDIES AUDIO VISUAL MEDIA USING CHARACTER TO CREATE STATE STUDENT
LEARNING SMP
by Meri Susanti
This study aimed to describe the character of learning and learning outcomes by using audio-visual media. The method used is a class action research conducted by 3 cycles to form the character of students. Data collection tool used include observation, photo documentation and testing, it is done as a basis for interpreting the results of the research in each cycle. The results of this study show the audio-visual media can shape the character and class of student learning outcomes VII.B. In cycle 1, the implementation of audio-visual learning action by airing one time and form 4 groups of all the number of students and each group has 9 students with learning activities include observation / watch the audio-visual, noting the meaning / important matters of audio-visual impressions , group discussions, group reports, presentations, discussion and concluded, showed that students in a class character categorized character and student learning outcomes have not reached grade completeness criteria. In cycle 2, the implementation of audio-visual learning action by airing twice and formed five groups of all the number of students and each group numbered 7-8 students with learning activities include observation / watch the audio-visual, noting the meaning / important things of impressions audio-visual, group discussions, group reports, presentations, discussion and concluded, showed that students in a class character categorized character and student learning outcomes have not reached grade completeness criteria. In cycle 3, the implementation of audio-visual learning action by airing twice and formed six groups of all the number of students and each group amounted to 6 students with learning activities include observation / watch the audio-visual, noting the meaning / important matters of audio-visual impressions , group discussions, group reports, presentations, discussion and concluded, showed that students in a class character categorized character and student learning outcomes have reached the completeness criteria class, there is a close relationship between the characters with less learning outcomes.
Peneliti dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 11
Agustus 1982, Anak ketiga dari 5 bersaudara dari pasangan
Bapak Darmawan dan Ibu Sri Artati.
Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 3
Kampung Sawah Lama dan selesai pada tahun 1994,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SLTP Negeri 23 Bandar
Lampung selesai tahun 1997, dan sekolah menengah umum diselesaikan di SMU
Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2000. Pada Tahun 2000 Peneliti
melanjutkan kuliah di Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Sejarah dan selesai tahun 2006. Pada tahun 2012
peneliti melanjutkan S2 di Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada bulan Januari 2010 dan saat
ini peneliti bertugas di SMP Negeri 1 Tanjungsari Lampung Selatan.
Peneliti Menikah dengan Pauzi, SH pada Tahun 2007 dan dikaruniai anak yang
bernama Den Savuq Prabu Al Falah (Falah) dan Den Adza Farras Laksita
Kupersembahkan kepada…..
Ayahku dan ibuku tercinta AyahandaDarmawandan IbundaSri Artatiyang doa’nyaselalu tercurahkan untuk keberhasilanku
SuamikuPauzi, SHdan anak-anakku yang tercinta,Den Savuq Prabu Al Falah, Den Adza Farras Laksitadan anakku yang dikandunganku… yang
selalu mendoakan bunda, senantiasa memberi dukungan dan menjadi sumber semangat dalam hidup
Kakak dan adik-adikku sayang, Andra Yulianto, Ardian Saputra, Leni Widia, Endah Setiawati, Ricky Mariondani, Shintia Hani Tiara Putri yang selalu
mendoakan kesuksesanku
Sahabat seperjuangan serta keluargaku di SMPN 1 Tanjungsari, dan di Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang memberi bantuan, dukungan dan
menemaniku demi keberhasilanku.
SABAR, BERUSAHA, BERDOA
TIADA DAYA UPAYA MELAINKAN DENGAN PERTOLONGAN ALLAH SWT
aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku , karena aku tak tau
manakah diantara keduanya itu yang lebih baik bagiku
-Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini guna untuk
memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister pendidikan pada
program studi Magister Pendidikan IPS pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam usaha menyelesaikan Tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai
hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan berbagai pihak, akhirnya Tesis ini
dapat terselesaikan sesuai harapan penulis. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S, selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung
juga selaku Pembahas dan Penguji 1 yang dalam kesibukannya selalu
menyisihkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan kritik demi
kesempurnaan Tesis ini.
3. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
IPS dan juga sebagai Pembahas dan Penguji II yang telah membantu memberi
arahan dan bermurah hati membimbing dan mengajarkan penulis dalam
menyelesaikan Tesis ini.
5. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang bersedia memberikan
saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan Tesis ini.
6. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S, selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberi ide, saran, perhatian dan bimbingan selama penulis
melaksanakan penulisan Tesis.
7. Sahabat seperjuangan kawan-kawan Pascasarjana Magister Pendidikan IPS
terutama angkatan 2012 yang telah banyak memberi ide, saran, motivasi dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan penulisan Tesis ini.
8. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung, khususnya dosen Program Studi Magister Pendidikan
IPS.
9. Novianti beserta soulmatenya Alwansyah, bu Fauziyah, Mbak Fitri Indriani,
Mimi Rahmi Fitrina, Mak Rita, Mbak Dewi, bunda Siti, geng Rainbow
(degen, tri, rose, n ifa), Apriyanti, Sidik dkk terimakasih atas kebersamaan,
dan motivasinya. Hug n kiss.
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
karunia-Nya dan membalas budi baik dari semua pihak yang telah berjasa kepada
penulis. Akhir kata penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga Tesis ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin YRA.
Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis
Tabel Halaman
1.1 Perilaku siswa yang tidak mencerminkan karakter dalam belajar ... 8
1.2 Data Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS ... 9
2.1 Ciri-ciri umum pendidikan, belajar dan perkembangan... 26
2.2. Hubungan antar fase belajar dan acara pembelajaran ... 31
2.3 Deskripsi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ... 54
3.1 Lembar observasi peserya didik... 71
4.1 Data siswa SMP Negeri 1 Tanjung sari dalam 3 tahun terakhir ... 80
4.2 Data ruang kelas ………... 80
4.3 Data ruang ... 81
4.4 Data guru dan staf ... 81
4.5 Observasi karakter siswa pada indikator menghargai siklus 1... 92
4.6 Observasi karakter siswa pada indikator komunikatif siklus 1 ... 93
4.7 Observasi karakter siswa pada indikator disiplin siklus 1... 94
4.8 Observasi karakter siswa pada indikator kerjasama siklus 1 ... 95
4.9 Observasi karakter siswa pada indikator kreatif siklus 1 ... 96
4.10 Observasi karakter siswa pada indikator gemar membaca siklus 1 ... 97
4.11 Observasi karakter siswa pada indikator rasa ingin tahu siklus 1 ... 98
4.14 Hasil belajar siswa... 102
4.15 Observasi karakter siswa pada indikator menghargai siklus 2... 112
4.16 Observasi karakter siswa pada indikator komunikatif siklus 2 ... 113
4.17 Observasi karakter siswa pada indikator disiplin siklus 2... 114
4.18 Observasi karakter siswa pada indikator kerjasama siklus 2 ... 115
4.19 Observasi karakter siswa pada indikator kreatif siklus 2 ... 116
4.20 Observasi karakter siswa pada indikator gemar membaca siklus 2 ... 117
4.21 Observasi karakter siswa pada indikator rasa ingin tahu siklus 2 ... 118
4.22 Observasi karakter siswa pada indikator tanggung jawab siklus 2 ... 119
4.23 Persentase karakter siswa siklus 2... 122
4.24 Hasil belajar siswa... 124
4.25 Observasi karakter siswa pada indikator menghargai siklus 3... 134
4.26 Observasi karakter siswa pada indikator komunikatif siklus 3 ... 135
4.27 Observasi karakter siswa pada indikator disiplin siklus 3... 136
4.28 Observasi karakter siswa pada indikator kerjasama siklus 3 ... 137
4.29 Observasi karakter siswa pada indikator kreatif siklus 3 ... 138
4.30 Observasi karakter siswa pada indikator gemar membaca siklus 3 ... 139
4.31 Observasi karakter siswa pada indikator rasa ingin tahu siklus 3 ... 140
4.32 Observasi karakter siswa pada indikator tanggung jawab siklus 3 ... 141
4.33 Persentase karakter siswa siklus 3... 143
4.34 Hasil belajar siswa... 145
4.35 Sebaran hasil belajar berdasarkan karakter siswa kelas VII.B ... 147
Lampiran Halaman
1. Silabus ... 176
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 180
3. Kisi-kisi soal ... 192
4. Soal Siklus 1,2 dan 3... 195
5. Nilai persentase rata-rata karakter siswa... 206
6. Observasi dan rekapitulasi karakter belajar ... 210
7. Data nilai siswa ... 222
8. Hasil belajar siswa siklus 1,2 dan 3 ... 225
9. Surat ijin penelitian ... 226
Gambar Halaman
2.1 Komponen esensial belajar dan pembelajaran ... 28
2.2 Kerucut pengalaman belajar... 49
2.3 Kerangka pikir penelitian ... 58
3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan ... 63
4.1 Pembentukan 4 kelompok dalam pembelajaran ... 88
4.2 Siswa sedang mengamati tayangan audio visual ... 89
4.3 Siswa sedang mencatat makna dari tayangan video ... 89
4.4 Siswa sedang diskusi kelompok... 90
4.5 Para siswa sedang menanggapi/tanya jawab dengan kelompok lain ... 91
4.6 Diagram batang persentase karakter siswa indikator menghargai siklus 1 ... 93
4.7 Diagram batang persentase karakter siswa indikator komunikatif siklus 1 ... 94
4.8 Diagram batang persentase karakter siswa indikator disiplin siklus 1.... 95
4.9 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kerjasama siklus 1 ... 96
4.10 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kreatif siklus 1 ... 97
4.11 Diagram batang persentase karakter siswa indikator gemar membaca siklus 1 ... 98
siklus 1 ... 100
4.14 Diagram batang persentase 8 indikator karakter siswa siklus 1... 101
4.15 Diagram batang persentase kaarakter belajar siswa disiklus 1 ... 102
4.16 Siswa sedang diskusi kelompok... 103
4.17 Siswa sedang mencatat makna dari tayangan video ... 110
4.18 Siswa sedang presentasi kelopok ... 111
4.19 Diagram batang persentase karakter siswa indikator menghargai siklus 2 ... 113
4.20 Diagram batang persentase karakter siswa indikator komunikatif siklus 2 ... 114
4.21 Diagram batang persentase karakter siswa indikator disiplin siklus 2.... 115
4.22 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kerjasama siklus 2 ... 116
4.23 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kreatif siklus 2 ... 117
4.24 Diagram batang persentase karakter siswa indikator gemar membaca siklus 2 ... 118
4.25 Diagram batang persentase karakter siswa indikator rasa ingin tahu siklus 2 ... 119
4.26 Diagram batang persentase karakter siswa indikator tanggung jawab siklus 2 ... 120
4.27 Diagram batang persentase 8 indikator karakter siswa siklus 2... 121
4.28 Diagram batang persentase karakter siswa siklus 2 ... 123
4.29 Siswa sedang diskusi kelompok... 123
4.30 Guru membentuk 6 kelompok belajar... 130
4.31 Para siswa fokus membaca buku paket ... 131
4.32 Siswa sedang mengerjakan tugas ... 132
siklus 3 ... 134
4.35 Diagram batang persentase karakter siswa indikator komunikatif siklus 3 ... 135
4.36 Diagram batang persentase karakter siswa indikator disiplin siklus 3.... 136
4.37 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kerjasama siklus 3 ... 137
4.38 Diagram batang persentase karakter siswa indikator kreatif siklus 3 ... 138
4.39 Diagram batang persentase karakter siswa indikator gemar membaca siklus 3 ... 139
4.40 Diagram batang persentase karakter siswa indikator rasa ingin tahu siklus 3 ... 140
4.41 Diagram batang persentase karakter siswa indikator tanggung jawab siklus 3 ... 141
4.42 Diagram batang persentase 8 indikator karakter siswa siklus 3... 142
4.43 Diagram batang persentase karakter siswa siklus 3 ... 143
4.44 Siswa sedang mendiskusikan tugas... 144
4.45 Perbandingan persentase karakter siswa siklus 1,2 dan 3 ... 159
4.46 Perbandingan persentase hasil belajar siswa siklus 1,2 dan 3... 160
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA ... viii
MOTTO ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Rumusan Masalah ... 11
1.4 Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 13
1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 13
1.6.2 Ruang Lingkup Ilmu ... 13
II. KAJIAN PUSTAKA ... 15
2.1.2 Teori Belajar behavioristik ... 18
2.2 Belajar dan Pembelajaran ... 23
2.2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 23
2.2.2 Pembelajaran ... 36
2.3 Media Pembelajaran ... 38
2.3.1 Pengertian Media ... 38
2.3.2 Media Audio Visual ... 40
2.3.3 Pola Pembelajaran Berbasis Media ... 46
2.4 Pembelajaran IPS ... 49
2.4.1 Pengertian Pendidikan IPS ... 49
2.4.2 Hakekat Pendidikan IPS ... 50
2.5 Pengertian Karakter ... 53
2.6 Penelitian yang relevan ... 56
2.7 Kerangka Pikir ... 56
2.8 Hipotesis ... 58
BAB III. METODE PENELITIAN ... 59
3.1 Pendekatan Penelitian ... 59
3.2 Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 61
3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 64
3.3.1 Tahap Perencanaan ... 64
3.3.2 Pelaksanaan ... 65
3.3.3 Observasi ... 66
3.3.4 Refleksi ... 66
3.4 Tempat dan waktu penelitian ... 67
3.5 Subjek dan Objek Penelitian ... 67
3.5.1 Subjek Penelitian ... 67
3.5.2 Objek Penelitian ... 67
3.6 Indikator Keberhasilan ... 67
3.6.1 Indikator karakter siswa ... 68
3.7.1 Pendekatan Pembelajaran Media Audio Visual ... 70
3.7.2 Karakter siswa dalam pembelajaran IPS ... 71
3.7.3 Hasil belajar siswa... 75
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 75
3.8.1 Observasi ... 76
3.8.2 Dokumentasi Foto ... 76
3.8.3 Tes ... 77
3.9 Teknik Analisis Data Penelitian ... 77
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80
4.1 Tinjauan Umum Lokasi Penelitian... 80
4.2 Deskripsi Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan ... 83
4.3 Hasil Penelitian ... 85
4.3.1 Hasil Penelitian Siklus 1 ... 85
4.3.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus 1 ... 85
4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ... 86
4.3.1.3 Observasi Tindakan Siklus 1 ... 92
4.3.1.4 Refleksi Tindakan Siklus 1 ... 104
4.3.2 Hasil Penelitian Siklus 2 ... 106
4.3.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus 2 ... 106
4.3.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ... 108
4.3.2.3 Observasi Tindakan Siklus 2 ... 112
4.3.2.4 Refleksi Tindakan Siklus 2 ... 125
4.3.3 Hasil Penelitian Siklus 3 ... 127
4.3.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus 3 ... 127
4.3.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 ... 129
4.3.3.3 Observasi Tindakan Siklus 3 ... 133
4.3.3.4 Refleksi Tindakan Siklus 3 ... 146
4.4. Uji Hipotesis tindakan ... 147
4.5. Pembahasan ... 150
4.5.3. Pembahasan siklus 3 ... 153 4.5.4 Pembahasan siklus 1,2 dan 3 ... 156 4.6 Temuan dan Argumen Peneliti ... 161 4.7 Keterbatasan Penelitian ... 166
BAB V . SIMPULAN DAN SARAN ... 168 5.1 Kesimpulan ... 168 5.2. Saran ... 169
DAFTAR PUSTAKA ... 171
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu tidak
mengherankan kalau pendidikan merupakan salah satu bidang yang mendapat
perhatian besar baik oleh pemerintah atau pun masyarakat. Di dalam proses
pendidikan haruslah tercipta suatu proses pembelajaran yang baik.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang di berikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan terhadap peserta didik.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
belajar dengan baik. Hal tersebut dapat terwujud apa bila sekolah menerapkan
kurikulum yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berkaitan dengan rencana pemberlakuan Kurikulum 2013, SMPN 1
Tanjungsari berpedoman dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 dan Nomor 64 tahun 2013. Penyusunan
Kurikulum SMPN 1 Tanjungsari sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua
potensi yang ada di daerah dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan
mengikuti perkembangan iptek yang dilandasi iman dan takwa. Secara umum
tujuan diterapkannya Kurikulum SMPN 1 Tanjungsari adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya Kurikulum SMPN 1 Tanjungsari
adalah :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai
Prinsip yang digunakan dalam pengembanngan kurikulum SMP Negeri 1
Tanjungsari Lampung Selatan adalah :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kepentingan peserta didik dan
kebutuhan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensi
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan jadi warga
2. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya, adat istiadat serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
mencakup substansi muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri
secara terpadu dan di susun dalam keterkaitan antar substansi.
3. Tanggap Terhadap Pelaksanakan IPTEK dan Seni
Kurikulum di kembangkan bahwa IPTEK dan Seni bekembang secara dinamis
oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan IPTEK dan Seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum melibatkan Stakeholder untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan termasuk kemasyarakat dunia usaha
dan dunia kerja.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
keilmuan dan matapelajaran, yang direncanakan dan disiapkan secara
berkesinambungan
6. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan pada proses pembudayaan, pengembangan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara pendidikan formal, non formal dan informal
dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
7. Seimbang antara kepentingan Nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan Nasional dan
kepentingan Daerah untuk mendorong kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan Nasional dan kepentinngan Daeerah harus saling
mengisi dan memberdayakan.
Proses pembelajaran sebagai suatu sistem pada prinsipnya merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan antara komponen raw in-put (siswa), instrumental
in-put (instrument masuk), environment (lingkungan) dan out put-nya. Keempat
komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran dengan proses pembelajaran
berada dipusatnya. Komponen instrument masukan yang berupa kurikulum,
sumber belajar, media pembelajaran, metode, sarana dan prasarana pembelajaran
yang sangat mempengarui proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan media Audio-visual adalah sebuah cara
pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur suara dan
gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra penglihatan
dan indra pendengaran. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran yang
bisa melibatkan lebih dari satu indra akan berpengaruh terhadap kualitas informasi
yang diterima, dan semakin efektifnya dalam proses mengingat terhadap
informasi yang sudah diterima.
Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut
adalah siswa, guru, kebiajakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta
dalam proses belajar seperti metoda, sarana dan prasarana (media pembelajaran),
pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Rendahnya mutu pembelajaran
dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal
dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa
yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang
memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif.
Permasalahan yang dialami dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dialamai oleh
siswa meliputi hal-hal seperti; sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi
belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan
hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan
keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Faktor-faktor internal
ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar
yang menghasilkan hasil belajar yang baik.
Faktor eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut; guru sebagai pembimbing
belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan siswa
di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai pembelajar maka
peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah eksternal belajar merupakan
prasyarat terlaksanannya siswa dapat belajar. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran di persekolahan, selayaknya
disampaikan secara menarik dan penuh makna dengan memadukan seluruh
komponen pemebalajaran secara efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang
praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang
berkembang. Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang diambil dari teori
pendidikan modern menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan agar
pembelajaran tetap menarik bagi peserta didik serta senantiasa relevan dengan
konteks yang berkembang.
Permasalahan yang terjadi selama ini di SMP Negeri 1 Tanjungsari dalam
proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional/ceramah
dalam proses pembelajaran, guru masih belum menggunakan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran sehingga berakibat rendahnya karakter belajar siswa
dalam proses pembelajaran antara lain kurangnya toleransi siswa dalam proses
pembelajaran, sering berbohong, kurang komunikatif, kurang disiplin, kurang
kreatif, kurang rasa ingin tahu dan kurang tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan sehingga berakibat rendahnya kualitas proses pembelajaran kurang
menarik dan menyenangkan, efeknya adalah hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dan kriteria ketuntasan
kelas. Padahal idealnya pembelajaran IPS harus disajikan lebih menarik dan
menyenangkan sehingga bisa menarik perhatian serta aktifitas, partisipasi siswa
sehingga bisa membentuk karakter belajar siswa yang diharapkan.
Penggunaan media audio visual ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa
agar lebih tertarik dan mampu ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran
sehingga dapat membentuk karakter belajar siswa. Dengan media audio visual
sesuatu yang abstrak akan menjadi konkret sebab tingkat berfikir anak pada usia
kelas VII dikategorikan dalam tahap operasional formal karena rata-rata siswa
SD sehingga banyak siswa belum dapat berfikir abstrak. dengan digunakannya
media audio visual diharapkan sesuatu yang abstrak akan menjadi konkret dan
proses pembelajaran akan lebih menarik.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya
secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya
seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai
sumber belajar. Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi
dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat
bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Media
sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audio visual.
Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus
disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, dan tentu saja dengan
kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya. Agar menggunakan media dalam
pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk
membelinya. Dengan demikian Mata pelajaran IPS berupaya memfokuskan pada
komitmen nasional dalam membangun budaya dan karakter bangsa yang
mengarah pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai,
moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat
kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter hanya dapat dilakukan
melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia
hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter
individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya
yang bersangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter hanya dapat
dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik
dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Berikut ini
merupakan hasil pra penelitian, diperoleh data tentang perilaku siswa SMP Negeri
1 Tanjungsari tahun 2014 adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Perilaku Siswa SMP Negari 1 Tanjungsari Yang Tidak Mencerminkan Nilai Karakter siswa dalam belajar.
No Indikator Jumlah Persentase (%)
1. Kurang menghargai pendapat orang lain 20 66,6%
2. Kurang komunikatif 24 80%
3. Belum mampu bekerjasama dengan baik 18 60%
4. Malas membaca 20 66,6%
5. Kurang memiliki rasa ingin tahu 25 83,3%
6. Kurang tanggung jawab terhadap tugas yang di berikan
15 50%
Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa kurangnya nilai karakter
siswa dalam belajar yang ada pada jiwa peserta didik dan melakukan hal-hal yang
dapat mengganggu dan menghambat proses pembelajaran sehingga kualitas
proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Selain itu permasalahan
lain di kelas VII.B adalah rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal maupun kriteria ketuntasan kelas. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPS SMP Negeri 1
Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan dapat di jelaskan sebagai berikut :
Tabel 1.2 Data Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari TP. 2014/2015.
No Kelas
Interval Nilai
Jumlah siswa
≤ 70 ≥ 70
1. VII.B 25 11 36
Persentase 69,5% 30,5% 100
Sumber : Data Sekunder Pra Penelitian di SMP Negeri 1 Tanjungsari 2014
Dari data tersebut di atas nampak bahwa pembelajaran IPS di SMP Negeri 1
Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Dari 36 siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten
Lampung Selatan hanya 11 siswa atau 30,5% yang berhasil mencapai kriteria
ketuntasan belajar sedangkan sisanya 25 siswa atau 69,5% belum mencapai
kriteria ketuntasan. Ini berarti hasil belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 1
Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan tergolong rendah. Seperti dikemukakan
oleh Djamarah, bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
tersebut tergolong rendah (Djamarah, 2006:107), Lebih rinci tentang tingkat
keberhasilan siswa adalah sebagai berikut :
1. Istimewa/maksimal :Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali.optimal :Apabila sebagian besar (70% s.d 99%)bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baik/ minimal :Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%
s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang :Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasi oleh siswa.
Sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa sudah menjadi suatu kewajiban
bagi setiap tenaga pendidik atau guru untuk menghantarkan setiap anak didiknya
menyelesaikan dan menguasai materi pembelajaran. Secara pedagogik,
pembelajaran di sekolah harus memenuhi kriteria pencapaian pembelajaran yang
mencakup tiga ranah yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan
kemampuan psikomotor. Kesemuanya itu merupakan tujuan pembelajaran yang
secara maksimal harus tercapai.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Nilai karakter siswa dalam belajar rendah
2. Guru dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah
3. Belum ada upaya guru untuk menggunakan audio visual
4. Hasil belajar siswa rendah.
5. Fasilitas yang tersedia untuk pembelajaran belum digunakan secara
1.3 Rumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah
masih rendahnya nilai karakter siswa dalam belajar dan hasil belajar, sehingga
dapat di rumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah membentuk karakter belajar siswa dengan menggunakan media
Audio Visual pada mata pelajaran IPS pada kelas VII.B SMP N 1
Tanjungsari?
2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan media
Audio Visual pada mata pelajaran IPS pada kelas VII.B SMP N 1
Tanjungsari?
3. Bagaimanakah hubungan antara karakter belajar siswa dengan hasil belajar
siswa yang menggunakan Media Audio Visual dalam proses pembelajaran IPS
pada kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari?
Dengan demikian judul penelitian ini adalah Peningkatan Hasil Belajar IPS
Menggunakan Media Audio Visual Untuk Membentuk Karakter Belajar Siswa
SMP Negeri.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas dan maksud dari penelitian ini, berdasarkan
pada rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran IPS menggunakan media Audio
Visual yang dapat membentuk karakter belajar siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Mendeskripsikan proses pembelajaran IPS menggunakan media Audio
3. Menganalisis hubungan antara karakter belajar siswa dengan hasil belajar
siswa yang menggunakan Media Audio Visual dalam proses pembelajaran
IPS pada kelas VII.B SMP Negeri 1 Tanjungsari.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat
dijadikan acuan bagi guru agar senantiasa menggunakan media pembelajaran
untuk membentuk karakter siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain:
1. Bagi Siswa
Memberikan pembelajaran yang menarik dan menciptakan rasa senang
belajar Pendidikan IPS selama pelajaran berlangsung dengan
menggunakan media audio visual.
2. Bagi Guru
Dapat membentuk kinerja, membentuk profesionalisme dan
mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan Pendidikan IPS di
Sekolah Menengah Pertama serta memberikan alternatif kegiatan
pembelajaran IPS.
3. Bagi Sekolah
Memberikan kontribusi dalam membentuk mutu pendidikan disekolah dan
1.6 Ruang lingkup penelitian 1.6.1 Ruang lingkup penelitian
Fokus lingkup penelitian ini yaitu membentuk karakter siswa dalam
belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan media Audio Visual, dengan rincian sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari
tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 36 siswa.
2. Objek penelitian ini adalah penggunaan media Audio Visual dalam
pembelajaran IPS kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari tahun pelajaran
2014/2015.
3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.B SMP N 1 Tanjungsari.
4. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015.
1.6.2 Ruang Lingkup Ilmu
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan di
sekolah yang dikembangkan atas dasar relevansinya dengan kebutuhan hidup
manusia. Penyajian Ilmu Pengetahuan Sosial disampaikan dalam bentuk
terpadu sebagai wujud pengintegrasian dari konsep-konsep terpilih dari
ilmu-ilmu sosial, humaniora dan lingkungannya. Pengintegrasian Ilmu Pengetahuan
Sosial pada jenjang pendidikan SD dan SMP meliputi pembelajaran Geografi,
Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi dengan ciri khas tersendiri yaitu terpadu
(integrated) dengan tujuan agar mata pelajaran ini dapat lebih bermakna bagi
peserta didik melalui pengelompokan materi pelajaran yang didasarkan atas
Melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan peserta didik
dapat memiliki keterampilan intelektual, ketrampilan inkuiri, ketrampilan
akademik dan ketrampilan sosial. IPS sebagai program pendidikan pelestarian
kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilai-nilai idealistik dan manusia.
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang merupakan perpaduan dari
berbagai disiplin ilmu sosial antara lain sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,
dan Antropologi. Menurut NCSS, kajian ilmu IPS terdapat 10 tema utama
yang berfungsi sebagai pengatur alur kurikulum IPS di setiap tingkat satuan
pendidikan, kesepuluh tema tersebut terdiri dari, (1) budaya, (2) waktu,
kontinuitas dan perubahan, (3) orang, tempat dan lingkungan, (4) individu,
pengembangan dan identitas, (5) individu, kelompok dan lembaga, (6)
kekuasaan, wewenang dan pemerintahan, (7) produksi, distribusi dan
konsumsi, (8) sain, teknologi dan masyarakat (9) koneksi global, (10) cita-cita
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar
Penelitian tindakan kelas merujuk pada teori belajar konstruktivisme dan
teori belajar behaviorisme.
2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala
sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Satu prinsip
yang paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus
konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif
yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya
meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu
pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer begitu saja melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing orang.
Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses
yang berkembang terus-menerus, dalam proses itu keaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya (Herpratiwi, 2009:72).
Sedangkan menurut Smith (2009:88) teori konstruktivisme mempercayai bahwa
pembelajar mengonstruksi realitasnya sendiri atau paling tidak menafsirkannya
berdasarkan pada persepsi-persepsi pengalaman mereka sehingga pengetahuan
individu menjadi sebuah fungsi dari pengalaman, struktur mental dan
keyakinan-keyakinan seseorang sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan objek dan
peristiwa. Apa yang seseorang tahu didasarkan pada persepsi dari pengalaman
fisik dan sosial yang dipahami oleh pikiran.
Menurut Pranata dalam (http://puslit.petra.ac.id) Pembentukan pengetahuan
menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur
kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur
kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan
terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan
berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses
penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Hal penting dalam pendekatan konstruktivisme adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang
lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan
belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa
akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi
kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di laboratorium, diskusi dengan
teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan
pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar
tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pembelajar.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,
(2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks
pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi
pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam proses pembelajaran siswa akan berhasil membentuk pengetahuannya
melalui aktivitas dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui
pengalaman-pengalaman belajarnya. Teori konstruktivis dalam (www. edukasi.
kompasiana. com) dijelaskan bahwa sebagai pembelajaran yang bersifat generatif
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari, memahami
dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran siswa, artinya siswa
harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya, dengan kata lain siswa tidak diharapkan
sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai
dengan kehendak guru. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
teori belajar konstruktivis adalah lewat pengalaman belajar dalam proses
pembelajaran siswa dapat menkonstruk/membentuk pengetahuan dari apa yang
dipelajari.
2.1.2 Teori Belajar Behavioristik.
Menurut teori behavioristik (Budiningsih, 2005: 20) dijelaskan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia telah mampu
menunjukkan perubahan tingkah lakunya dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Jadi yang terpenting adalah input atau masukan berupa stimulus dan output atau
keluaran berupa respon.
Teori ini didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain
untuk menghasilkan tingkah laku peserta didik yang dapat diobservasi. Dengan
kata lain, perubahan tingkah laku dalam teori ini dapat diukur dan perubahan yang
dapat dilihat secara jelas. Seperti peserta didik yang tadinya tidak mengetahui dan
tidak mampu mengerjakan sesuatu, setelah melalui proses pembelajaran ia
menjadi tahu dan dapat mengerjakan sesuatu.
Secara rinci aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran meliputi
tujuan-tujuan pembelajaran; (b) menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini
termasuk mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior) peserta didik; (c)
menentukan materi pelajaran; (d) memecahkan materi pelajaran menjadi bagian
kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya;
(e) menyajikan materi pelajaran; (f) memberikan stimulus, baik berupa pertanyaan
langsung secara lisan, tes/kuis, latihan, dan tugas-tugas; (g) mengamati dan
mengkaji respon yang diberikan peserta didik; (h) memberi penguatan
(reinforcement), bisa dalam bentuk penguatan positif maupun negatif, ataupun
hukuman; (i) memberikan stimulus baru; (j) mengamati dan mengkaji respon yang
diberikan peserta didik; (k) memberikan penguatan lanjutan ataupun hukuman; (l)
demikian seterusnya; dan (m) evaluasi hasil belajar.
Penggunaan media dalam pembelajaran mengandung makna penting yaitu
metode belajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode
pembelajaran tentu mempengaruhi media pembelajaran yang akan digunakan.
Penggunaan media pembelajaran hendaknya harus memperhatikan beberapa unsur
seperti tujuan pembelajaran, respon siswa maupun karakteristik siswa itu sendiri.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat siswa sehingga berpengaruh baik terhadap
perilaku maupun psikologi anak.
Penggunaan media Audio Visual dalam hal ini berkaitan dengan teori belajar
behavioristik yang menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan yang menimbulkan respon. Rangsangan yang dimaksud adalah
belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap
rangsangan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang
lebih kompleks sampai pada yang lebih tinggi.
Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan
dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan menjadi kebiasaan. Hasil
yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu
perilaku yang diinginkan. Perilaku yang dinginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Aliran psikologi
belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek
pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku.
Teori ini mengatakan bahwa pembelajaran akan berjalan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ada dikehidupannya. Sesuai dengan
pendapat Bruner yang melihat perkembangan seseorang melalui tiga tahapan
sebagai berikut.
1. tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya memahami
lingkungan sekitar.
2. tahap iconic, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi
verbal.
3. tahap symbolic, seseorang telah memiliki ide atau gagasan abstrak yang
Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia (Budiningsih, 2005:27). Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah objek, pasti, tetap dan tidak berubah. Fungsi pikiran adalah
untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir
yang dapat dianalisa dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Karena teori
behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada didunia nyata telah
terstruktur rapi dan teratur, maka siswa harus dihadapkan pada aturan-aturan jelas
dan ditetapkan dulu secara ketat.
Teori behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti
kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan, dan sebagainya, contohnya
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olah raga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti pujian. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan sedangkan belajar sebagai aktivitas
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Budiningsih, 2005:28). Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat
bagian-bagian elementalistik, mementingkan peranan reaksi, mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon,
mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya,
mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan atau pengulangan dan
hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang dinginkan.
Selain itu menurut Smith (2009:77) menjelaskan bahwa Behaviorisme
berdasarkan pada perubahan perilaku yang bisa diamati. Behaviorisme
memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi sampai ia
menjadi automatis. Teori Behaviorisme mengonsentrasikan pada kajian tentang
perilaku-perilaku yang nyata yang bisa diteliti dan diukur dan memandang pikiran
sebagai sebagai kotak hitam dalam pengertian bahwa respon terhadap stimulus
bisa diamati secara kuantitatif yang secara total mengabaikan kemungkinan proses
pemikiran yang terjadi dalam pikiran.
Selain itu dalam (www.wikipedia.org) dijelaskan bahwa belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon, seseorang telah dianggap
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Stimulus adalah
apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar sedangkan respon berupa reaksi
atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Faktor lain yang yang dianggap penting adalah faktor penguatan (reinforcement),
bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon juga akan
semakin kuat. Selain itu dalam (www. anneahira. com/teori-belajar.html)
dijelaskan bahwa dalam teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah
Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon.
Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
sangat mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan peranan reaksi,
mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
dan respon, mementingkan pembentukan pembiasaan melalui latihan dan
pengulangan dan hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang
dinginkan.
2.2. Belajar dan Pembelajaran
2.2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya
dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu
sisi, belajar yang di alami oleh pembelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani
yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa
perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa
pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan
jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai
dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan
program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju
kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari
Menurut Baharuddin (2007:16), Belajar adalah serangkaian akitivitas yang
terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara
abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati jika ada perubahan
perilaku dari sesorang yang berbeda dengan sebelumnya. Peubahan perilaku
tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif maupun psikomotoriknya. Menurut
Woolfolk, dikutip Baharuddin (2007:14) menyatakan bahwa “learning occurns
whwn experience causes a relatively permanent change in an individual’s
knowledge”. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar
ini bisa ke arah yang yang lebih baik atau sebaliknya.
Berdasarkan definisi di atas, pengertian belajar berarti adanya “perubahan”
berarti setiap orang yang belajar pasti mengalami perubahan, baik pengetahuan,
ketrampilan maupun sikap. Kesemua perubahan yang terjadi itu diharapkan
menuju ke arah yang lebih baik. Dari beberapa definisi para ahli tersebut di atas
dapat disimpulkan beberapa ciri belajar, yaitu:
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
Ini berarti, hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya
perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil.
b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, perubahan tingkah laku
yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
Jadi dapat dikatakan bahwa proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang
terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadio secara
abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu,
proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang
yang berbeda dengan sebelumnya.Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal
pengetahuan, afektif dan psikomotoriknya.
Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu
hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002:11). Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau
terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu
yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang
tampak dari luar, selain itu ciri-ciri umum pendidikan, belajar serta
Tabel 2.1 Ciri-ciri Umum Pendidikan, Belajar, dan perkembangan.
Unsur-unsur Pendidikan Belajar Perkembangan
1. Pelaku Guru sebagai pelaku mendidik dan siswa 2. Tujuan Membantu siswa untuk
menjadi pribadi
3. Proses Proses interaksi sebagai faktor eksternal belajar Adaptasi dari Monks, Knoers, (Siti Rahayu, 1998:48)
Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar
ditentukan, Oleh karena itu, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang
berbeda tentang belajar.
a. Belajar Menurut pandangan Skinner
Skinner berpadangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulakan respons pembelajar,
2) respons si pembelajar, dan
3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi,
perilaku respons yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons
yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan
Skinner. Pandangan Skinner ini terkenal dengan nama teori Skinner. Dalam
menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu
(i) pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan (ii) penggunaan penguatan.
Sebagai ilustrasi, apakah guru akan meminta respons ranah kognitif atau afektif.
Jika yang akan dicapai adalah sekedar “menyebut ibu kota negara Republik
Indonesia adalah Jakarta,” tentu saja siswa hanya dilatih menghafal.
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut :
(1) kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan
perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat
dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
(2) kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih
disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar
sekolah yang dapat dijadikan penguat.
(3) ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari
serta jenis penguatnya.
(4) keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini
perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru
mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil.
Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi
perilaku selanjutnya. (Suryabrata, 2002:233).
b. Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne, “belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang
berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Sebagai ilustrasi, siswa SMP mempelajari nilai luhur Pancasila. Menurut Gagne,
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi inernal,
dan hasil belajar. Komponen tersebut dilukiskan dalam gambar 2.1 sebagai
berikut.
Kondisi internal belajar
Kondisi eksternal belajar
Gambar 2.1 Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran (Adaptasi dari Bell Gredler, 1991:188).
Hasil Belajar
Informasi verbal Keterampilan intelek Keterampilan motorik Sikap Keadaan internal dan
proses kognitif siswa
Berinteraksi dengan
Gambar 2.1 melukiskan hal-hal berikut :
a. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif
siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.
b. Proses kognitif tersebut menghasilakn suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan
motorik, sikap dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan
kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa :
(1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperanan
dalam kehidupan.
(2) Keterampilan intelekutal adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari
diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, dan prinsip.
(3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahakn
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
(4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
Gagne berpendapat bahwa, dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang
meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut : (i) persiapan untuk belajar,
(ii) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), dan (iii) alih belajar. Pada
tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan
mendapat kembali informasi. Dalam rangka pembelajaran, maka guru dapat
menyusun acara pembelajaran yang cocok dengan tahap dan fase-fase belajar.
Pola hubungan antara fase belajar dengan acara-acara pembelajaran tersebut dapat
digunakan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. Sudah barang
tentu guru masih harus menyesuaikan dengan bidang studi dan kondisi kelas yang
sebenarnya. Guru dapat memodifikasi seperlunya.
Tabel 2.2 : Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran
c. Belajar Menurut Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab
individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan
tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka
fungsi intelek semakin berkembang. Selanjutnya menurut Piaget (Dahar,
2002:112) “perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori
motor (0: 0-2; 0 tahun), (ii) pra-operasional (2: 0-7; 0 tahun), (iii) operasional
konkret (7: 0-11: 0 tahun), dan (iv) operasional formal (11: 0-ke atas)”.
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan
sonsorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,
penciuman, pengengaran, perabaan dan menggerak-gerakannya. Pada tahap
pra-operasional. Anak mengembalikan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah
mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat
gambar, dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasi konkret anak dapat
mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis. Walau
kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”.Pada tahap operasi formal
anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri
pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu
pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial.
Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi,
pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase pengenalan konsep, siswa