• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS IV SD NEGERI 5 TALANG TELUK BETUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS IV SD NEGERI 5 TALANG TELUK BETUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS IV SD

NEGERI 5 TALANG TELUK BETUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SURYANI

Tujuan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas IV SD Negeri 5 Talang Teluk Betung Selatan ini adalah untuk mendeskripsikan: 1.Peningkatan hasil belajar IPA melalui metode pemberian tugas. 2.Meningkatkan penguasaan materi IPA. 3. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. pengamatan di kelas IV SD Negeri 5 Talang Teluk Betung Selatan bahwa kemampuan 40 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat ketika guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal, 18 orang siswa hasilnya sangat rendah penyebabnya adalah beberapa siswa tidak mengerjakan tugas atau banyak yang mencontoh hasil pekerjaan orang lain, bahwa metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan (planning), implementasi (tindakan), observasi (pengamatan) dan refleksi. Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.Berdasarkan temuan dan hasil analisis pembelajaran di SD Negeri 5 Talang Teluk Betung, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran metode pemberian tugas cukup efektif untuk pembelajaran IPA. Secara kualitatif siswa lebih termotivasi dan lebih kreatif dalam melakukan pembelajaran IPA, diantaranya. 1. Aktivitas belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II. 2. Hasil belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II rata-rata 55,5 menjadi 75,5.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

(3)

sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Pendekatan pembelajaran banyak ragamnya, sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada. Selain itu pemilihan pendekatan pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan beberapa aspek, di antaranya adalah situasi dan kondisi siswa. Dengan demikian materi yang disampaikan diharapkan dapat diterima oleh siswa secara tepat dan cepat.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IV SD Negeri 5 Talang Teluk Betung Selatan bahwa kemampuan 40 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat ketika guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal, 18 orang siswa hasilnya sangat rendah penyebabnya adalah beberapa siswa tidak mengerjakan tugas atau banyak yang mencontoh hasil pekerjaan orang lain.

(4)

maupun siswa, (2) mendorong ketertarikan siswa untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan, (3) mendesak siswa secara halus untuk bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyataan atau suatu pemecahan masalah.

Pada kesempatan ini peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tidak efektifnya pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengajarkan materi.

Tidak efektifnya pembelajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat guru tidak memotivasi anak dan tidak menggunakan alat peraga atau metode yang tidak tepat dalam proses belajar mengajar.

Peningkatan hasil belajar pada materi melalui metode pemberian tugas diharapkan dapat mengubah guru dalam melakukan pembelajaran dari guru sebagai pusat belajar agar beralih ke siswa.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Penguasaan siswa terhadap materi rendah, siswa tidak mengerjakan tugas

dengan baik sehimgga hasil belajar rendah. 2. Siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik. 3. Hasil belajar rendah.

(5)

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah peningkatan aktivitas dan prestasi belajar IPA melalui metode pemberian tugas siswa kelas IV SD Negeri 5 Talang Teluk Betung Selatan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan daripada penelitian yang dilakukan pada kelas IV SD Negeri 5 Talang Teluk Betung Selatan ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Peningkatan hasil belajar IPA melalui metode pemberian tugas. 2. Meningkatkan penguasaan materi IPA

3. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajran IPA

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Siswa dapat meningkatkan penguasaan materi melalui metode pemberian tugas.

2. Bagi guru memperoleh tindakan alternatif dalam pendekatan pembelajaran. 3. Bagi sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap kualitas dan

kemajuan pendidikan serta peningkatan professional guru.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran maka perlu dikemukakan pembatasan ruang

(6)

pembelajaran berlangsung yang meliputi memperhatikan penjelasan guru,

berdiskusi, bertanya antara siswa dalam kelompok, membaca atau

mengerjakan LKS, dan aktif dalam kerja kelompok serta mempresentasikan

hasil kerja kelompok.

2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan

kegiatan belajar yang ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa dalam tes

setiap akhir siklus setelah mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan

metode kerja kelompok. Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar

Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik dengan membaca, belajar identik dengan mengerjakan soal-soal. Pengertian belajar seperti tersebut masih sempit. Menghafal tidak dinamakan belajar.

Loster D. Crow and Crow menyatakan bahwa belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap (Kasijan, 1984:16). Sumadi Suryabrata (1987:249) menyatakan bahwa kegiatan belajar mencakup tiga hal yaitu: a) membawa perubahan, b) terjadi karena didapatkan kecakapan baru, dan c) terjadi karena ada upaya. Belajar pada dasarnya adalah berusaha mendapatkan sesuatu kepandaian (Poerwadarminta,1988:108). Sedangkan menurut istilah populer bahwa pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai bentuk pengalaman-pengalaman atau praktik (David R, 1996:2). Belajar diartikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas (WS Winkel,1998:36).

(8)

2.2Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai-nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2007: 787). Pendapat lain mengatakan prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan di sekolah yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor (Winkel, 2005: 532). Sejalan dengan itu pengertian prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar (Syah, 2004: 141).

Dari pengertian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yang dicapai, yang meliputi perubahan tingkah laku, perubahan sikap, perubahan kualitas, penguasaannya dapat diukur dan dievaluasi langsung dengan tes. Prestasi belajar dapat juga digunakan untuk mengetahui kualitas materi pelajaran dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

Langkah-langkah metode pemberian tugas menurut Djamarah (2010 : 86) terbagi dalam tiga fase sebagai berikut :

1. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut :

(9)

8 2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut.

3) Sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. 5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

2. Fase pelaksanaan tugas adalah sebagai berikut :

1) Siswa diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. 2) Siswa diberikan dorongan sehingga anak-anak mau bekerja.

3) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain 4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik

dan sistematik.

3. Fase mempertanggunjawabkan tugas

Hal yang harus dikerjakan pada fase ini adalah :

1) Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakannya.

2) Ada tanya jawab atau diskusi kelas.

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun tes atau cara lainnya.

2.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Sains atau Ilmu Pengetahuan berasal dari bahasa Inggris “Science”. Ilmu

(10)

alam/ natural science (Depdiknas, 2004). Nash dalam Depdiknas (2004), mengatakan bahwa “science is a way of looking at the world” sains dipandang

sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 37 ayat 1 yaitu bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain, fisika, biologi dan kimia dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan dan sekitarnya.

Menurut Carin & Sund dalam Djuanda.dkk (2006) sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.

1. Sains sebagai Ilmu: secara umum sekurang-kurangnya mencakup 3 aspek yaitu aspek aktivitas, metode dan pengetahuan.

2. Sains sebagai produk: sebagai suatu produk sains merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

3. Sains sebagai proses: Sebagai suatu proses, sains merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan suatu masalah; sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan.

(11)

10 Oemar Hamalik (2010 : 27) menjelaskan istilah metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh sehubungan

dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna sehingga sering kali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adlaah (1) pendekatan pembelajaran; (2) strategi pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; (6) model pembelajaran.

Metode adalah “ a way in achieving something “ Wina Sanjaya (2010 : 147), jadi

metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.

Dari kedua pendapat di atas, penulis memilih pendapat Wina Sanjaya (2010 : 147) sebagai acuan dalam penelitian ini. Menurut Wina Sanjaya bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.5 Pengertian Metode Pemberian Tugas

(12)

murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual ataukelompok. Metode resitasi mempunyai tiga fase, yaitu : (a) guru memberi tugas, (b) siswa melaksanakan tugas, (c) siswa mempertanggungjawabkan pada guru apa yang telah dipelajari.

2.6 Kebaikan Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas mempunyai bebrapa kebaikan dan kelemahan Syaiful Sagala (2009 : 219) menjelaskan bahwa kebaikan metode pemberian tugas antara lain :

1. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, atahan lama dan lebih otentik.

2. Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri Sendiri.

3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.

(13)

12 5. Dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai

variasi sehingga tidak membosankan.

Sedangkan Udin Syarifudin (2005 : 44-45) mengatakan bahwa kebaikan-kebaikan metode pemberian tugas itu adalah :

1. Disamping menonjolkan keaktifan siswa, juga akan memupuk rasa tanggung jawab dan disiplin kerja.

2. Sesuatu yang dikerjakan Sendiri dan diperoleh Sendiri akan sungguh-sungguh merupakan pengetahuan yang mantap yang tidak lupa bagi yang mengerjakannya.

3. Siswa dididik untuk bertanggung jawab dalam hal-hal tugas perorangan. 4. Praktis dipergunakan di semua tingkat sekolah dari taman kanak-kanak

sampai perguruan tinggi, dengan syarat tugas harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan kematangan siswa atau mahasiswa.

5. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, praktis untuk pelajaran membaca, menyimpulkan (membaca belajar), mengarang, dan pengetahuan bahasa.

2.7 Kelemahan Metode Pemberian Tugas

Menurut Syaiful Sagala (2009 : 219) beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini dalam pembelajaran adalah :

1. Seringkali siswa melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

(14)

3. Apabila tugas terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung jawab bagi guru, apa lagi bila itu sukar dilaksanakan ketegangan mental mereka dapat terpengaruh; dan

4. Karena kalau tugas diberikan secara umum mungkin seseorang anak didik akan mengalami kesulitan karena sukar selalu menyelesaikan tugas dengan adanya perbedaan individu.

2.8 Kerangka Pikir

Dengan menerapkan metode pemberian tugas maka seorang siswa akan selalu terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai sswa akan mudah diterimanya, hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.

2.9 Hipotesis

Dari uraian tinjauan pustaka yang telah dipaparkan. Maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

“Jika hasil pembelajaran IPA dengan metode pemberian tugas, maka aktivitas dan

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 5 Talang Teluk Betung Selatan mata pelajaran IPA semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 40.

3.2Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan menggunakan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar berupa rata-rata nilai dari tes, lembar kerja, kerjasama, presentasi siswa dan latihan yang dikerjakan siswa. Tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas.

3.3Instrumen Penilaian

(16)

3.4Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.

Analisis data dilakukan oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek penelitian. Begitu juga pada saat pencatatan lapangan dilakukan mengenai proses pembelajaran dikelas, peneliti langsung menganalisis segala yang dilihat dan diamati, baik mengenai situasi dan suasana kelas, serta hubungan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya, pertanyaan siswa, jawaban siswa, serta antusias dan minat siswa terhadap pelajaran.

3.5Pendekatan Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Menurut pendapat Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2008:1.7) pengertian tindakan kelas yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Action Research Classroom” yang dilakukan dikelas.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri, melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Ciri-ciri penelitian tindakan kelas :

1. Merupakan tindakan nyata, hasil pemikiran yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar (KBM).

(17)

16

3. Tindakan harus tampak nyata berbeda dari biasanya, harus tidak seperti biasanya.

4. Terjadi dalam siklus sebagai eksperimen berkesinambungan minimum dua siklus.

5. Harus ada pedoman yang jelas secara tertulis, diberikan kepada siswa agar dapat mengikuti tahap demi tahap.

6. Terlihat adanya unjuk kerja siswa.

(18)

Siklus I

Siklus II

Bagan 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari Suhardjono, (2006: 74)

Prosedur penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu :

(19)

18

a. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berkaitan dengan materi Membagi siswa menjadi 6 kelompok, siswa dikelompokkan secara heterogen.

b. Menyusun lembar kerja, dan menyiapkan alat peraga.

c. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

d. Menyusun lembar observasi kinerja guru untuk melihat tindakan guru peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini terdiri dari tiga siklus sebagai berikut : Siklus 1

1. Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan. Pada pertemuan 1 materi yang diberikan. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan indikator pembelajaran, memberikan apersepsi, dan motivasi. Kemudian siswa dibagi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 sampai dengan 7 orang, diberikan tugas dan diskusi. Selama melakukan diskusi dan tanya jawab, guru memberikan bimbingan secara menyeluruh. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas secara mandiri. Pada akhir pembelajaran guru memberikan penguatan terhadap siswa.

(20)

Siklus 2

1. Siswa tetap pada pasangannya masing-masing.

2. Siklus 2 terdiri dari 1 kali pertemuan. Guru membuka pelajaran dengan menyampaikan indicator tujuan pembelajaran, apersepsi dan memberikan motivasi. Kemudian setiap kelompok diberi tugas dan melakukan diskusi. Selama diskusi dan tanya jawab, guru memberikan bimbingan secara menyeluruh. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas secara mandiri. Diakhir pembelajaran guru memberikan penguatan terhadap siswa. 1. Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan proses observasi kinerja guru oleh guru mitra dan observasi aktivitas untuk siswa yang diamati oleh dua orang observer.

2. Evaluasi

Pada setiap akhir siklus dilaksanakan evaluasi tertulis berupa kesimpulan yang dihasilkan dalam pembelajaran.

3. Refleksi

(21)

20

3.6Indikator Keberhasilan

Deskripsi Awal Proses Pembelajaran

Dengan semakin dilengkapinya sarana dan prasarana SDN 5 Talang Teluk Betung Selatan, secara umum kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik. Akan tetapi, apabila diteliti, dicermati, dan dianalisis secara teliti, pembelajaran IPA masih sangat perlu ditingkatkan.

Melihat keadaan yang demikian, maka mendorong penulis untuk melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas secara umum menitik beratkan pada aspek produk yang berkualitas

Aspek ini meliputi peningkatan kemampuan siswa dalam belajar IPA khususnya pada materi makhluk hidup dan lingkungannya. Data yang diambil berupa latihan, tugas-tugas yang diberikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Apabila jumlah siswa mendapat nilai di atas KKM mencapai 90%, maka proses pembelajaran IPA dianggap berhasil. Tetapi jika jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM kurang dari 90%, maka proses pembelajaran dianggap gagal dan harus dilakukan perbaikan untuk siklus kedua dan seterusnya.

(22)

3.7Instrument Penilaian

a. Validitas Adalah : Suatu Ukuran Yang Menunjukkan Tingkat Kevalidatisan Dan Kesahihan Instrument, Untuk Menentukan Validitas Butir Soal Dapat Di Gunakan Berapa Tahapan Dan Rumus Sbb:

Rpbis = Mp-Mt P

Sdt Q

Analisa Validitas Dari Hasil Uji Coba 10 Butir Soal Terhadap 40 Orang Peserta Tabel 3.1 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal Dan 40 Orang Peserta

(23)

22

(24)

15 HESTI 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 64

Analisa Validitas Dari Soal Di Atas Adalah :

Nilai ∑Xt = 309 Nilai ∑Xt2= 2421

Nilai P Adalah Jumlah Yang Menjawab Benar Pada Butir 1 Yang Menjawab Benar 29 Orang Berarti P = 29/40= 0,725

(25)

24

Demikian Untuk Butir Soal Seterusnya

Menghitung Rata-Rata Skor Total : Mt = ∑Xt / N = 309 / 40 = 7,725

Menghitung Mp Setiap Butir Soal ( Rata-Rata Hitung Dari Skor Total Yang Di Jawab Dengan Benar )

Penyelesaian Perhitungan Mp :

Pada Butir 1 Jumlah Yang Menjawab Benar Ada 29 Orang

(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,17,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,30, 31,32,33,35,36,37,38,39,40) Skor Dari Tiap Siswa Adalah :

(9+8+7+9+8+9+6+8+8+9+9+7+7+9+8+8+8+7+8+7+9+8+7+9+7+7+7+9 +6+8+8+9+7+7+7+7+7+7=8) Total Nya Adalah: 309 Maka Mp Dapat Di Cari Dengan Menggunakan Rumus :Mp = 309/29 = 10,7.

Menghitung Standar Deviasi Total : Sdt = ∑Xt2–(∑Xt)2

N N

= 2421 – (309)2 40 40

= 60,5 - 1.49

= 59.01

= 48,23

Maka Dapat Di Ketahui Validitas Dari Butir 1 Adalah :

(26)

= 10,7 - 7,725 0,725 48,23 0,275

= (0.06) ( 2,63)

= (0,16)

= 0.4 --- valid

Makin Tinggi Koefisien Korelasi Yang Dimiliki Semakin Valid Butir Instrumen Tersebut, Secara Umum Jika Koefisien Korelasi Sudah Lebih Besar Dari 0,3 Maka Butir Instrument Tersebut Sudah Dikatakan Valid Weiresma And Jurs , 199

b. Realibilitas

Realibilitas Adalah : Tingkat Keajegan Suatu Test, Sejauh Mana Test Dapat Di Percaya , Analisis Reabilitasi Butir Soal Dengan Metode Kuder- Richardson (Kr20)

Rkr

20

=K ( 1-

∑Pq)

K-1 S

2

Kr20 = Koefisien Korelasi Dengan Kr 20 K = Jumlah Butir Soal

P = Proporsi Jawaban Benar Q = Proporsi Jawaban Salah ( 1-P)

Untuk Menghitung Harga P Dan Q Sama Dengan Yang Di Uraikan Pada

(27)

26

S

2

= ∑X

2

/ N

X

2

Analisis Realibilitas Untuk Butir Soal No 1 Adalah Sebagai Berikut :

(28)

32 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1

(29)

28

(30)

Menghitung Realibilitas Dengan Rumus Rkr20 Untuk Butir 1 Sebagai Berikut ;

Pada nilai diatas 0.3 lebih dari 0,6 dan kurang dari 1 maka dapat dikatakan koefisien tersebut reliable

Kesimpulan :

Koefisien Korelasi Berada Antara 0-1, Suatu Instrument Dikatakan Reliable Jika Koefisien Korelasinya ≥ 0,6, Makin Tinggi Koefisien Korelasinya Makin Rliabel

Instrument Tersebut.

c. Analisis butir soal

Data Hasil Uji Coba 10 Butir Soal terhadap 40 orang peserta

(31)

30

(32)

Tabel 3.6 Tabel Hasil Perhitungan dan sebaran tingkat kesukaran butir soal berdasarkan data

No soal N Sm ∑x p Kriteria

1 40 1 29 0.725 mudah

2 40 1 31 0.775 mudah

3 40 1 35 0.875 mudah

4 40 1 29 0.725 mudah

5 40 1 29 0.725 mudah

6 40 1 36 0.9 mudah

7 40 1 29 0.725 mudah

8 40 1 32 0.8 mudah

9 40 1 27 0.675 sedang

10 40 1 32 0.8 mudah

Cara perhitungan :

Untuk butir soal 1

P = ∑X / Smn maka P = 29 / 1 x 40 = 0,725

Untuk butir soal 2

P = ∑X / Smn maka P = 31 / 1 x 40 = 0,775

Untuk butir soal 3

P = ∑X / Smn maka P = 35 / 1 x 40 = 0,875

Dan seterusnya sampai dengan butir soal no 10.

1. Daya pembeda soal pilihan ganda

(33)

32

Mengurutkan jumlah perolehan skor peserta test dari yang tertinggi sampai yang terendah, hasil dari langkah tersebut dapat di lihat di table berikut :

(34)

29 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7

Pada table di atas kita kelompokkan peserta test menjadi dua kelompok, teratas yaitu : 33% dari 40 peserta maka jumlahnya menjadi 13 orang, begitu juga kelompok bawah ada 13 orang hasil dari 33%x40 orang.

Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi jawaban benar untuk butir soal pada kelompok atas dan kelompok bawah untuk keperluan perhitungan kita buat kedua kelompok tersebut seperti pada table.

Tabel 3.8 Tabel Proposi Jawab Benar

NO NOMOR BUTIR INSTRUMEN SKOR

(35)

34

Untuk menghitung proporsi menjawab benar pada baris p, perhitungan menggunakan rumus “tingkat kesukaran” butir soal.

Tabel 3.9 Tabel Proposi Jawab Benar Tingkat Bawah

NO

(36)

Tabel 3.10 Tabel Kategori Benar

Kriteria Daya Pembeda (Crocker & Algina dalam Drs. Harun Rasyid): 0,40 – 0.10 = Baik

0,30 – 0,39 = Dapat diterima (tidak perlu direvisi) 0,20 – 0,29 = Perlu direvisi

-1,0 – 0,19 = Tidak Berfungsi

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda dari beberapa soal tersebut diatas sebanarnya termasuk dalam soal yang memiliki daya pembeda yang baik, yaitu butir tersebut dapat membedakan peserta bekemampuan tinggi dengan peserta berkemampuan rendah.

3.8Menguji Coba Instrumen Test

(37)

36

3.9 Menganalisis Hasil Uji Coba Test

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis pembelajaran dalam penelitian di SD Negeri 5 Talang Teluk Betung, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran metode pemberian tugas cukup efektif untuk pembelajaran IPA. Secara kualitatif siswa lebih termotivasi dan lebih kreatif dalam melakukan pembelajaran Matematika, diantaranya.

1. Aktivitas belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II.

2. Hasil belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II rata-rata 55,5 menjadi 75,5.

B. Saran

1. Untuk Guru

a. Hendaknya menciptakan kelas yang demokratis dan menyesuaikan perencanaan materi pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan siswa, strategi, metode, dan evaluasi dalam proses pembelajaran.

(39)

65 c. Guru hendaknya dapat melakukan penelitian tindakan kelas agar memahami kelemahan tugasnya sehingga mampu memuktahirkan metode, strategi dan media dalam pembelajaran.

2. Untuk Sekolah

a. Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab proses pendidikan sekolah, harus mampu menyediakan fasilitas belajar yang memadai.

b. Pihak sekolah memberikan dorongan dan dukungan untuk meningkatkan professional guru.

c. Perlu dukungan pada guru dalam menyajikan pembelajaran metode pemberian tugas untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran.

3. Untuk Peneliti

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2007. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Djamariah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Igak Wardhani dan Kusuma Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosada: Bandung.

Oemar Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Syaiful Bahri Djamariah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta PT. Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu memecahkan Problematika dan Mengajar. Bandung : Alfabeta.

Syarifudin, Udin. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Media.

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal Dan 40 Orang Peserta
Tabel 3.2 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang Peserta Penyelesaian
Tabel 3.3 Tabel Penilaian Reabilitas Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang Peserta
Tabel 3.4 Tabel Penilaian Reabilitas Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang Peserta
+6

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Sains tentang perubahan kenampakan pada bumi melalui model pembelajaran kooperatip

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

[r]

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

[r]

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

Salah satu metode yang digunakan dalam mengidentifikasi kandungan ekstraktif pada ekstrak kayu jati ( Tectona grandis Lf.) adalah dengan menggunakan Pyrolysis Gas

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan