FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII YANG MENGIKUTI MATA PELAJARAN
IPS TERPADU SMP XAVERIUS 4 WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh
VERONIKA WINDY SULISTIOWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII YANG MENGIKUTI MATA PELAJARAN
IPS TERPADU SMP XAVERIUS 4 WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh
Veronika Windy Sulistiowati
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat motivasi, kemampuan, dan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012 / 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Xaverius 4 WHP Bandar Lampung yang berjumlah 102 orang dengan sampel 81 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif verifikatif kausal atau sebab akibat dengan pendekatan ex post facto dan survey. Penelitian ini adalah penelitian sampel bukan penelitian populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability sampling dengan menggunakan proportionalsimple random sampling serta sampel dihitung menggunakan rumus Slovin. Teknik pengumpulan data penelitian dengan menggunakan metode observasi,
interview, dokumentasi, dan angket. Untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi, untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga
menggunakan regresi linier sederhana. Sedangkan untuk menguji hipotesis keempat menggunakan regresi linier multiple. Hasil analisis menunjukan : (1) Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII yang
mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013, (2) Ada pengaruh kemampuan terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013, (3) Ada pengaruh aktivitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013, (4) Ada pengaruh motivasi, kemampuan, dan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
DAFTAR ISI
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka... 11 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 34
B. Populasi dan Sampel... 35
1. Populasi... 36
2. Sampel... 36
C. Variabel Penelitian... 38
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel... 39
1. Definisi Konseptual Variabel... 39
2. Definisi Operasional Variabel... 40
3. Rincian Variabel, Indikator, Sub Indikator... 41
4. Pengukuran Variabel... 44
E. Teknik Pengumpulan Data... 45
1.Observasi... 45
2.Interview (Wawancara)... 46
4.Angket (Kuisioner)... 46
F. Uji Persyaratan Instrumen... 47
1. Uji Validitas Angket... 47
2. Uji Reliabilitas Angket... 50
G. Uji Persyaratan Analisis Data... 51
1. Uji Normalitas... 51
2. Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi... 52
3. Uji Autokorelasi... 55
4. Uji Heteroskedastisitas... 56
H. Pengujian Hipotesis... 56
1. Regresi Linier Sederhana... 56
2. Regresi Linier Multiple... 58
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 61
1. Sejarah Berdirinya SMP Xaverius 4 Bandar Lampung... 61
2. Visi dan Misi SMP Xaverius 4 Bandar Lampung... 63
3. Keadaan Siswa... 64
4. Situasi dan Kondisi Sekolah... 65
B. Deskripsi Data... 66
1. Motivasi (X1)... 67
2. Kemampuan (X2)... 70
3. Aktivitas (X3)... 73
C.Pengujian Persyaratan Statistik Parametrik... 76
1. Uji Normalitas... 76
2. Uji Keberartian dan Kelinieran... 76
a. Uji Keberartian dan Kelinieran X1 Terhadap Y... 76
b. Uji Keberartian dan Kelinieran X2 Terhadap Y... 77
c. Uji Keberartian dan Kelinieran X3 Terhadap Y... 78
3. Uji Autokorelasi... 79
4. Uji Heterokedastisitas... 80
D.Uji Hipotesis... 81
1. Hipotesis Pertama... 81
2. Hipotesis Kedua... 83
3. Hipotesis Ketiga... 84
4. Hipotesis Keempat... 86
E. Pembahasan... 87
1. Pengaruh Motivasi terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII yang Mengikuti Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013... 87
2. Pengaruh Kemampuan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII yang Mengikuti Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013... 89 3. Pengaruh Aktivitas terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII yang Mengikuti Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2012/2013... 91
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 94
A. Kesimpulan... 94
B. Saran... 95
DAFTAR PUSTAKA... 97
I. PENDAHULUAN
Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut
dikemukakan sebagai berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Kekayaan sebuah negara bukan saja ditentukan dari (SDA) Sumber Daya
Alam yang melimpah. Namun, kecerdasan setiap individu yang diimbangi
dengan kepribadian baik rakyatnya juga menjadi asset sebuahnegara. Hal ini
menunjukkan betapa penting SDM (Sumber Daya Manusia) suatu negara.
Namun , pengembangan sumber daya manusia di Indonesia belumlah
optimal. Faktanya masih banyak masyarakat Indonesia yang buta huruf dan
tidak mempunyai keterampilan.
Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan
dilaksanakannya pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan setiap bangsa demi meningkatkan taraf hidup, mencerdaskan
Pendidikan dilakukan sejalan dengan perkembangan dan kemajuan yang
terjadi dalam masyarakat. Kemajuan dapat terjadi dalam berbagai aspek,
yakni dalam aspek ekonomi, sosial, politik, komunikasi, kebudayaan, dan
sebagainya. Dengan pendidikan, manusia mengembangkan setiap potensi
yang dimiliki sehingga mampu menerima perubahan-perubahan dalam
berbagai aspek tersebut. Pendidikan menjadi sendi pokok dalam kemajuan
bangsa. Akan tetapi, tujuan pendidikan belum dapat terwujud secara optimal.
Faktanya masih banyak output-output pendidikan yang berkualitas rendah.
Pendidikan dilakukan melalui proses belajar mengajar di sekolah. Belajar
adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak dapat melepaskan diri dari beberapa
hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar dan mendapatkan
prestasi yang kita inginkan dalam proses belajar. Akan tetapi, banyak orang
belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya
kegagalan demi kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena
belajar tidak teratur, tidak displin, dan kurang bersemangat, serta tidak
mampu berkonsentrasi dalam belajar.
Setiap siswa belajar untuk mendapatkan pengetahuan serta mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Siswa belajar tidak luput dari keinginannya untuk
memperoleh hasil yang terbaik yakni dengan berprestasi. Namun pada
kenyataannya, masih banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam proses
3
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung dan keterangan dari guru bidang studi,
prestasi belajar siswa kelas VIII dalam mata pelajaran IPS Terpadu tahun
ajaran 2012/2013 belum sepenuhnya memuaskan, sebagaimana terlihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1. Perolehan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP
Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Mata Pelajaran IPS
Terpadu Tahun Ajaran 2012/2013
Kelas Nilai Jumlah Siswa Keterangan
≤ 70 ≥ 70
VIII A 20 14 34 Kriteria
Ketuntasan Minimun yang ditetapkan sekolah adalah 70
VIII B 17 17 34
VIII C 19 15 34
Jumlah 56 46 102
Persentase (%) 56 44 100
Sumber : Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung
Berdasarkan tabel 1 di atas, prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS
Terpadu masih tergolong rendah karena siswa yang mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 46 siswa dari 102 siswa atau sebesar 44% sedangkan 56%
atau sebanyak 56 siswa belum mampu mencapai ketuntasan. Hal ini didukung
oleh pendapat Djamarah (2000: 18) apabila pelajaran yang diajarkan kurang
dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata
Secara umum hal-hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi terbagi
atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa
faktor biologis (kondisi umum jasmani) dan faktor psikologis (intelegensi,
sikap, minat, bakat, dan motivasi). Sedangkan faktor eksternal dapat berupa
faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor tersebut
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Namun, faktor-faktor tersebut belum
dieksplorasi dengan baik oleh para peserta didik.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik,
salah satunya yaitu motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau
energi seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber
dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi merupakan dorongan untuk
mencapai tujuan. Dan tujuan anak belajar di sekolah dapat bermacam-macam,
seperti untuk berprestasi, untuk meningkatkan status, serta untuk memperoleh
persahabatan. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang memiliki
motivasi rendah. Seperti halnya dapat kita lihat, masih banyak siswa yang
enggan bersaing dengan teman sekelasnya. Sebagian besar dari mereka,
menjalani proses belajar di sekolah hanya sekedarnya saja, asalkan mendapat
nilai. Dan masih banyak pula siswa yang tidak mengerjakan PR. Pekerjaan
Rumah yang seharusnya dikerjakan di rumah, malah dikerjakan di sekolah
pada saat jam istirahat. Ini menunjukkan motivasi siswa dalam belajar masih
rendah. Bila motivasi siswa rendah, maka akan berpengaruh pada perolehan
5
Prestasi belajar siswa dapat pula dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu
sendiri. Kemampuan merupakan daya untuk mencapai tujuan. Kemampuan
siswa meliputi kemampuan fisik dan mental. Kemampuan fisik dapat berupa
tingkat ketahanan tubuh siswa sejauh mana siswa mampu mengikuti jam-jam
belajar di sekolah secara efektif. Kemampuan mental dapat berupa sejauh
mana siswa dapat berkomunikasi dengan teman sebaya maupun gurunya.
Kemampuan yang dimanfaatkan secara optimal dapat mendukung tercapainya
pendidikan berkualitas. Akan tetapi, faktanya banyak siswa yang tidak
memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Sebagian besar
siswa justru enggan mengembangkan kemampuan dalam dirinya, terlebih
dalam hal belajar di kelas. Siswa cenderung berdiam diri di kelas, tidak
memiliki keinginan untuk mencoba hal-hal baru, dan tidak mau bertanya pada
orang-orang di sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang
mengasah kemampuannya sehingga menjadi tumpul. Hal ini pula yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Faktor lain yang mendukung prestasi belajar siswa adalah aktivitas siswa.
Aktivitas siswa dapat dalam berbagai bentuk, yakni aktivitas lisan, menulis,
mendengarkan, menggambar, menulis, metrik, visual, mental, dan emosional.
Konsep aktivitas menekankan pada kemandirian siswa dalam belajar. Hal ini
mengarah pada belajar yang bebas dan bertanggungjawab. Siswa belajar
dengan mencari sendiri pengetahuan di lingkungan sekitarnya, dan tidak
hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar, namun lebih luas dengan
besar siswa cenderung pasif dalam belajar. Banyak siswa memiliki tingkat
aktivitas belajar yang rendah. Mereka hanya menunggu perintah dari gurunya
dan tidak belajar secara mandiri. Padahal untuk mendukung prestasi belajar,
siswa harus seaktif mungkin baik dengan rajin berdiskusi dengan sesama
teman, mendengarkan dari media elektronik, membaca dari media cetak, dan
sebagainya. Hal ini yang belum terjadi pada diri siswa saat ini. Sehingga
prestasi yang diperoleh siswa masih rendah.
Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indikator yang
penting untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Akan tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi rendahnya prestasi siswa banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di samping proses pengajaran itu sendiri.
(Arikunto, 1990 : 21)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, adalah motivasi, kemampuan, dan aktivitas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Pengembangan SDM di Indonesia belum optimal;
2. Tujuan pendidikan belum terwujud secara optimal;
3. Sebagian besar siswa mengalami kegagalan dalam belajar;
7
5. Siswa belum mengeksplore dirinya secara optimal;
6. Motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu masih rendah;
7. Sebagian besar siswa belum menggunakan kemampuan yang dimiliki
secara optimal;
8. Lemahnya aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Terpadu;
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian ini dan berdasarkan identifikasi masalah di
atas, maka ada pembatasan masalah yang jelas agar lebih terarah pada tujuan
yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini, sehingga masalah penelitian ini
dibatasi pada aspek motivasi (X1), kemampuan (X2), aktivitas (X3), dan
prestasi belajar (Y) siswa kelas VIII SMP Xaverius 4 Way Halim Permai
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka
secara operasional permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII
(delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Apakah ada pengaruh kemampuan terhadap prestasi belajar siswa kelas
VIII (delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius
3. Apakah ada pengaruh aktivitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII
(delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013?
4. Apakah ada pengaruh motivasi, kemampuan, dan aktivitas terhadap
prestasi belajar siswa kelas VIII (delapan) yang mengikuti mata pelajaran
IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar
siswa kelas VIII (delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu
SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran
2012/2013.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kemampuan terhadap prestasi
belajar siswa kelas VIII (delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS
Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2012/2013.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh aktivitas terhadap prestasi belajar
siswa kelas VIII (delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu
SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran
2012/2013.
4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi, kemampuan, dan aktivitas
9
pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan untuk
memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar.
b. Sebagai kajian dan pengembangan lebih lanjut khususnya tentang
pengaruh motivasi, kemampuan, dan aktivitas terhadap prestasi
belajar.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa
Dapat digunakan sebagai bahan masukan, dalam usaha meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu dengan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, sehingga siswa dapat memperbaiki metode belajarnya dan berusaha untuk meminimalisir faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam belajar.
b. Bagi guru
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meminimalisir
faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu,
Dapat digunakan sebagai bahan masukan agar dapat meminimalisir faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu, yaitu dengan cara pihak sekolah mengambil kebijakan yang dapat mendukung terciptanya proses belajar yang efektif.
d. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
masyarakat dalam rangka perbaikan pembelajaran.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah motivasi (X1), kemampuan (X2), aktivitas (X3),
prestasi belajar (Y).
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII (delapan) yang mengikuti
mata pelajaran IPS Terpadu.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar
Lampung.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada masa belajar semester ganjil tahun pelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
Bagian ini akan membahas tinjauan pustaka (prestasi belajar, motivasi,
kemampuan, aktivitas, dan hasil penelitian yang relevan), kerangka berpikir dan
hipotesis.
A.Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar
Menurut Js.Bedudu dalam Heni (2009: 20), kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu “prestatie” yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia
menjadi Prestasi. Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari apa yang
dikerjakan atau sudah diusahakan. Menurut Hamalik (2008: 84) menyatakan
bahwa prestasi adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada murid
setelah dilakukan proses belajar mengajar. Sedangkan belajar adalah akuisisi
atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Hasil atau prestasi belajar
dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator – indikator berupa nilai rapor,
indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan semacamnya
(Azwar,2008:163).
Sardiman (2005: 20) mengatakan bahwa, belajar merupakan perubahan tingkah
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagianya. Sementara
itu, menurut Hamalik (2004: 27) belajar adalah modifikassi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior throught experiencing). Menurut pengertian ini,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Hal ini juga dinyatakan oleh Slameto (2003: 2), yang menyatakan
bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi merupakan perubahan tingkah laku
atau proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti
setelah mengikuti proses belajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
siswa berupa tambahan pengetahuan baru, pengalaman, dan latihan yang
diwujudkan dalam bentuk nilai dari guru kepada muridnya pada jangka waktu
tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang dicapai
(dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Sementara itu, prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan guru. Ahmadi (2004: 21) mengatakan bahwa, prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai siswa dalam suatu usaha kegiatan belajar, dan perwujudan
13
Prestasi belajar adalah hasil belajar terakhir yang dicapai dalam jangka waktu
tertentu (Suryabrata,2002: 67). Latar belakang pendidikan menurut Syam
(1987) adalah hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia
dan usaha-usaha lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Irawan, 2007).
Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi belajar merupakan penilaian
penugasan yang mencerminkan adanya perubahan tingkah laku
siswa/mahasiswa sebagai hasil belajar yang telah diikutinya melalui program
pembelajaran disekolah / perguruan tinggi. Prestasi belajar merupakan hasil
yang dicapai siswa / mahasiswa yang diwujudkan dalam bentuk nilai dari
guru / dosen kepada siswa / mahasiswa berupa bentuk angka, huruf mutu,
atau kata – kata pada jangka waktu tertentu.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
menurut Slameto (2003:54) meliputi:
1. Faktor intern, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa yang sedang belajar, yang meliputi:
a. Faktor biologis atau jasmaniah: kesehatan, cacat badan.
b. Faktor psikologis atau rohaniah: intelegensi, perhatian, minat, bakat. 2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang datang dari luar individu ang sedang
belajar, meliputi:
a. Faktor lingkungan keluarga: cara orang tua mendidik, suasana rumah, ekonomi keluarga, relasi antar anggota keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
b. Faktor lingkungan sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi, guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode balajar, tugas rumah.
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi satu sama lain. Karena
faktor-faktor tersebut, maka terdapat prestasi siswa yang berbeda-beda, ada
siswa-siswa yang berprestasi tinggi (high achieves) dan prestasi rendah (under
avhieves) atau tidak berprestasi sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang berkompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukan
gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan membantu mereka
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar siswa, sehingga tujuan
pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Motivasi
Mc. Donald mengungkapkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. (Sardiman A. M, 2011 : 73).
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan
bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
perasaan tidak suka itu. (Sardiman A. M, 2011 : 75). Sepadan dengan
pendapat sebelumnya, Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, (2006 : 153),
mengemukakan motivasi adalah salah satu aspek psikologis yang berperan
penting dalam menggerakkan manusia untuk berbuat sesuatu.
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam H. B. Siswanto (2005 : 119)
mendefinisikan motivasi sebagai :
“ all those inner striving conditions variously described as wishes, desires,
needs, drives, and the like.”
Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia
15
menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan
atau mengurangi ketidakseimbangan.
Hamzah B. Uno, (2006 : 10) menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut : adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-cita,
penghargaan dan penghormatan atas diri, adanya lingkungan yang baik, dan adanya kegiatan yang menarik.
Gibson dkk. memberikan pandangannya tentang motivasi yaitu suatu konsep
yang dapat digunakan ketika menggerakkan individu untuk memulai dan
berperilaku secara langsung, sesuai dengan apa yang dikehendaki pimpinan.
(Hamzah B. Uno, 2006 : 64)
Berdasarkan pendapat dapat dijelaskan bahwa motivasi merupakan suatu
keinginan dan dorongan yang ada dalam diri siswa untuk mencapai tujuan
yakni memperoleh pengetahuan dan prestasi belajar dengan melakukan
aktivitas-aktivitas positif di sekolah. Motivasi memberikan nilai positif bagi
siswa untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam perkembangannya di
sekolah.
David C. McClelland mengelompokkan motivasi sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement)
Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang mendorong seseorang untuk mengemgangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.
2. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)
Kebutuhan akan afiliasi merangsang gairah kerja seseorang, sebab setiap orang menginginkan :
a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja.
c. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal. d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta.
3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)
Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan semua
kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik dalam organisasi.
(Malayu S.P. Hasibuan, 2011 : 231)
Berdasarkan teori di atas, dapat dipahami bahwa seseorang memiliki berbagai
alasan untuk memiliki motivasi. David C. McClelland menguraikan bahwa
ada tiga kategori motivasi, yakni kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan
afiliasi, serta kebutuhan akan kekuasaan. Dalam arti lain, siswa yang
memiliki motivasi dapat di latarbelakangi oleh keinginan mencapai prestasi,
keinginan untuk membina persahabatan, dan keinginan untuk berkuasa.
Keinginan untuk berprestasi dapat ditunjukkan dengan adanya upaya siswa
untuk meraih nilai yang tinggi, kebutuhan akan afiliasi dapat ditunjukkan
dengan sikap yang saling menghargai antar teman, serta kebutuhan untuk
berkuasa ditunjukkan dengan sikap untuk mengatur teman sekelasnya.
Motivasi siswa mendukung tercapainya pendidikan yang berkualitas.
Sardiman A. M, (2011 : 85), mengutarakan pendapatnya tentang fungsi
motivasi yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat;
2. Menentukan arah perbuatan;
3. Menyeleksi perbuatan.
Dengan demikian terdapat tiga fungsi motivasi yaitu mendorong manusia
untuk berbuat, dalam arti motivasi merupakan motor penggerak dari setiap
17
perbuatan, dimana motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yanng harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Dan yang terakhir adalah fungsi
motivasi untuk menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Oemar Hamalik, (2010 : 162-163) jenis-jenis motivasi meliputi :
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, seperti keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor – faktor dari luar situasi belajar, seperti penghargaan, persaingan dan hukuman.
Berdasarkan pendapat diatas jenis-jenis motivasi ada dua, yaitu motivasi
intrinsik yang artinya motivasi yang hidup dalam diri siswa, misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan
pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan,
keinginan diterima oleh orang lain. Selanjutnya, motivasi ekstrinsik, yaitu
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar diri siswa, seperti angka
kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, dan persaingan yang bersifat negatif
seperti hukuman.
Sedangkan menurut Frandsen dalam Sardiman A.M, (2011 : 87), jenis-jenis
motivasi antara lain :
2. Self-expression : kebutuhan individu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi mampu membuat suatu kejadian seperti seorang siswa yang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
3. Self-enhancement : keinginan bagi setiap individu untuk mengembangkan kompetensi untuk meningkatkan kemajuan dirinya seperti seorang siswa yang terdorong untuk terus mengasah bakatnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa terdapat tiga jenis motivasi
yakni cognitives motives, dimana jenis motivasi ini menggambarkan harapan
siswa dalam hal kecerdasan akademik. Selanjutnya adalah self-expression,
motivasi ini menujukkan harapan seorang siswa untuk dapat diterima dan
mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat. Dan yang terakhir,
self-enhancement, yakni harapan seorang siswa untuk mengembangkan bakat
yang ada dalam dirinya, baik dalam bermusik, menari, menyanyi, dan
sebagainya.
Secara garis besar, motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid.
2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid.
3. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara belajar siswa.
4. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas. 5. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas
mengajar.
(Oemar Hamalik, 2010 : 161-162)
Dengan demikian motivasi mengandung banyak nilai diantaranya
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa, yang
artinya belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Nilai yang
19
sesuai dengan kebutuhan, dalam arti bahwa pengajaran yang demikian sesuai
dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. Nilai lainnya yakni pengajaran
yang bermotivasi menuntut kreativitas guru, dimana guru senantiasa berusaha
agar murid-murid memiliki motivasi belajar yang tinggi. Selanjutnya adalah
berhasil atau gagalnya motivasi berkaitan dengan pengaturan disiplin kelas.
Dan nilai lainnya adalah asas motivasi menjadi salah satu bagian integral dari
asas mengajar, yang artinya penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja
melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan
pengajaran yang efektif.
Adanya dorongan dari dalam diri seseorang untuk belajar merupakan bentuk
dari motivasi. Motivasi berarti seorang siswa mempunyai kemauan,
dorongan, untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga untuk melakukan
aktivitas yang mendukung terwujudnya tujuan belajar, serta bersemangat
dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan pada diri seorang siswa
untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Tingginya prestasi yang
diraih dipengaruhi oleh tingginya motivasi yang dimiliki siswa
3. Kemampuan
Beni S. Ambarjaya, (2012 : 31) menuliskan kemampuan (ability) adalah daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Munandar mendefinisikan kemampuan yaitu salah satu faktor yang
Malayu S. P. Hasibuan, (2011 : 160) mengemukakan ability adalah
kemampuan menetapkan dan atau melaksanakan suatu sistem dalam
pemantapan semua sumber daya dan teknologi secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal.
Menurut Gibson dkk. kemampuan menunjukkan potensi individu untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan tersebut berhubungan
dengan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki individu untuk
melaksanakan pekerjaan. (H. B. Siswanto, 2005 : 131). Menurut J. Winardi,
(2004 : 201) kemampuan (ability) merupakan sebuah sifat (yang melekat
pada manusia atau yang dipelajari) yang memungkinkan seseorang
melaksanakan sesuatu tindakan atau pekerjaan mental atau fisikal. Spencer
and Spencer mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol
dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan / atau
superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. (H. Hamzah B. Uno, 2009 : 62)
Berdasarkan beberapa definisi, kemampuan adalah potensi yang dimiliki
seseorang baik pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, dan sebagainya yang
dipergunakan untuk melakukan tugas demi mencapai tujuan. Kemampuan
diartikan sebagai potensi yang dimiliki siswa demi mendukung tingkat
keberhasilan belajarnya. Belajar di sekolah dapat berupa pendidikan secara
teoritis maupun praktek. Dengan kemampuan yang memadai, siswa akan
lebih mudah dalam melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar. Akan tetapi
bila siswa memiliki kemampuan yang rendah, maka akan kesulitan dalam
21
Kemampuan menurut Mohammad Ali, dkk. (2006 : 195) dibagi menjadi 3
aspek yaitu :
1. Kemampuan kognitif seperti pengamatan, perhatian, tanggapan, fantasi, dan berpikir, merupakan sarana dasar untuk pengambilan keputusan oleh remaja dalam melakukan penyesuaian diri.
2. Kemampuan afeksi seperti sikap, perasaan, emosi, dan penghayatan terhadap nilai-nilai dan moral akan menjadi dasar pertimbangan bagi kognisi dalam proses penyesuaian diri remaja.
3. Kemampuan psikomotorik menjadi sumber kekuatan yang mendorong remaja untuk melakukan penyesuaian diri disesuaikan dengan dorongan kebutuhannya.
Berdasarkan teori dapat dimengerti bahwa kemampuan dibagi menjadi 3,
yaitu kemampuan afeksi yang berkaitan dengan proses berpikir, kemampuan
afeksi yang berkaitan erat dengan sikap, serta kemampuan psikomotorik yang
berhubungan erat dengan penyesuaian diri remaja. Kemampuan afektif
merupakan cara siswa bersikap terhadap masalah yang timbul di sepanjang
proses belajarnya. Kemampuan kognitif erat kaitannya dengan proses berpikir
siswa mengenai materi-materi pelajaran. Dan kemampuan psikomotorik
yakni bagaimana siswa dapat saling bekerjasama satu sama lain dalam proses
belajar.
Daryanto dalam Ondi Saondi dan Aris Suherman, (2012 : 22),
mengklasifikasikan kemampuan menjadi dua macam, antara lain ;
1. Kemampuan intelektual
2. Kemampuan fisik
Dapat dipahami bahwa kemampuan di bagi menjadi dua macam, yaitu
kemampuan intelektual yakni kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk
guru maupun ketepatan siswa dalam mengerjakan soal-soal ujian. Dan yang
kedua yaitu kemampuan fisik, yakni kemampuan fisik seseorang dalam
mengerjakan tugas dan kewajibannya, seperti kemampuan siswa untuk hadir
secara dalam setiap jam belajar di kelas.
Berbeda dengan pendapat di atas, Veithzal Rivai, (2006 : 324)
mengelompokkan kemampuan sebagai berikut :
1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kemampuan
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kemampuan teknis merupakan
kemampuan menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan tugas sebagai
contoh kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal ujian. Selain itu
adalah kemampuan konseptual yaitu kemampuan untuk memahami sebuah
kompleksitas sebagai contoh kemampuan siswa dalam memahami perannya
di kelas. Dan yang terakhir adalah kemampuan hubungan interpersonal yaitu
kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, sebagai contoh
kemampuan siswa dalam bekerjasama untuk mengerjakan tugas kelompok.
J. Winardi, (2004 : 202-203) mengemukakan bahwa kemampuan (ability)
23
Tabel 2. Kemampuan-kemampuan mental = Intelegensi
No Aktivitas Mental Keterangan
1 Fleksibilitas dan kecepatan pemahaman
Kemampuan untuk “menyimpan dalam pikiran” sebuah konfigurasi visual tertentu.
2 Kelancaran Kemampuan untuk menghasilkan kata-kata,
ide-ide, dan pernyataan-pernyataan verbal. 3 Penalaran induktif Kemampuan untuk membentuk dan menguji
hipotesis-hipotesis yang diarahkan ke tujuan menemukan hubungan-hubungan.
4 Ingatan asosiatif Kemampuan untuk mengingat kembali potongan-potongan bahan-bahan yang tidak berhubungan satu sama lain dan untuk mengingat.
5 Ruang lingkup ingatan Kemampuan untuk mengingat dengan tepat jumlah persoalan-persoalan setelah salah satu seri disajikan.
7 Kecepatan perseptual Kecepatan dalam hal menemukan bilangan, mengadakan perbandingan-perbandingan, melaksanakan tugas-tugas sederhana yang meliputi persepsi visual.
8 Penalaran deduktif Kemampuan untuk melaksanakan penalaran dari premis-premis yang dikemukakan, hingga dapat dicapai sejumlah kesimpulan yang diperlukan.
9 Orientasi ruangan dan visualisasi
Kemampuan untuk mempersepsi pola-pola spasial dan dapat dimanipulasinya atau mentransformasi gambaran pola-pola spasial.
10 Komprehensi verbal Pengenalan kata-kata (maknanya) maupun penerapan pengetahuan tersebut.
Tabel 3 . Sampel keterampilan-keterampilan fisikal
No Keterampilan Keterangan
1 Kekuatan dinamik Ketahanan otot dalam hal
mengeluarkan kekuatan secara berkelanjutan, atau secara berulang.
2 Fleksibiltas Kemampuan untuk merentangkan
otot-otot perut, atau otot jantung.
3 Koordinasi tubuh Kemampuan untuk mengoordinasikan
Tabel 3. (Lanjutan)
4 Keseimbangan
tubuh
Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dengan petunjuk-petunjuk non visual.
5 Stamina Kapasitas untuk mempertahankan
upaya maksimum, yang memerlukan penggunaan tenaga kardiovaskuler.
Berdasarkan tabel di atas, kemampuan digolongkan menjadi 2, yaitu
kemampuan mental dan kemampuan fisikal. Kemampuan mental meliputi
fleksibilitas, kelancaran, penalaran induktif, ingatan asosiatif, ruang
lingkup ingatan, kemampuan mengingat bilangan, kecepatan perseptual,
penalaran deduktif, orientasi ruangan dan visualisasi, komprehensi verbal.
Sedangkan kemampuan fisikal meliputi kekuatan dinamik, fleksibilitas,
koordinasi tubuh, keseimbangan tubuh, serta stamina. Kemampuan fisik
berkaitan erat dengan kemampuan siswa yang berupa ketahanan fisik,
yakni sejauh mana siswa mampu mengerjakan tugas-tugas yang
membutuhkan kekuatan fisik. Dan yang kedua adalah kemampuan mental
yakni kemampuan yang berkaitan dengan cara berpikir siswa dan erat
hubungannya dengan kinerja otak.
Pengetahuan, keterampilan, dan kecerdasan merupakan bentuk dari
kemampuan. Siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik itu
diperoleh dari faktor bawaan maupun latihan. Kemampuan tersebut
mendukung perbuatan belajar siswa di sekolah dan mengarahkan pada
tercapainya prestasi belajar siswa. Kemampuan siswa yang memadai akan
25
4. Aktivitas
Mehl-Mills-Douglass mengemukakan tentang The Principle of Activity,
sebagai berikut :
“One learns only by some activities in the neural system: seeings, hearing,
smeeling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively engage in the “learning”, whether it be of information a skill, an understanding, a habit, an idea, an attitude, an interest, or the nature of a task.”
Belajar berupa aktivitas sistem syaraf: melihat, mendengar, mencium, merasakan, berpikir, bergerak atau aktivitas fisik. Siswa harus selalu aktif dalam belajar, baik terampil memberi informasi, memahami, kebiasaan, gagasan, sikap, ketertarikan, dan tugas alamiah. (Oemar Hamalik, 2010 : 172)
Oemar Hamalik (2010 : 171) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Anak (siswa) belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Sardiman, (2004 : 96) mendefinisikan aktivitas sebagai segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan, pengalaman, penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri secara rohani maupun teknis.
Berdasarkan teori, aktivitas merupakan kegiatan mandiri yang dilakukan
oleh siswa dalam belajar dengan mengamati, pengalaman, menyelidiki
untuk memperoleh pengetahuan. Aktivitas menekankan pada pengalaman
pribadi sehingga siswa dapat secara langsung mempraktekkan apa yang
dipelajarinya. Aktivitas yang dimaksud dalam hal ini adalah aktivitas dari
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
akan terciptalah suasana belajar yang aktif. Kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar. Tanpa diimbangi
karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah
tingkah laku, jadi tidak ada belajar tanpa adanya aktivitas didalamnya.
Beberapa jenis aktivitas menurut Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik,
(2010 : 172), yaitu :
1. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa bahwa aktivitas
digolongkan menjadi 8 jenis yaitu aktivitas visual seperti membaca,
kegiatan lisan seperti mengajukan pertanyaan, kegiatan mendengarkan
seperti mendengarkan percakapan, kegiatan menulis seperti membuat
27
metrik seperti menari, kegiatan mental seperti memecahkan masalah, serta
kegiatan emosional seperti berani dan tenang.
Getrude M. Whipple membagi kegiatan-kegiatan murid sebagai berikut :
1. Bekerja dengan alat-alat visual 2. Ekskursi dan trip
3. Mempelajari masalah-masalah 4. Mengapresiasi literatur
5. Ilustrasi dan konstruksi
6. Bekerja menyajikan informasi 7. Cek dan tes
(Oemar Hamalik, 2010 : 173)
Berdasarkan uraian, jenis kegiatan siswa dibagi menjadi bekerja dengan
alat-alat visual yang meliputi mengumpulkan gambar-gambar,
mempelajari gambar, mengurangi pameran, mencatat pertanyaan, memilih
alat visual, membuat pameran, mengatur file. Selain itu ekskursi dan trip
yang meliputi mengunjungi museum, mengundang lembaga, menyaksikan
demonstrasi. Selanjutnya adalah siswa mempelajari masalah yang meliputi
mencari informasi, mempelajari referensi, membawa buku dari
perpustakaan, mengirim surat pada badan bisnis untuk memeperoleh
informasi. Selanjutnya mengapresiasi literatur yakni membaca cerita,
mendengarkan bacaan. Ilustrasi dan konstruksi yang meliputi membuat
diagram, menggambar peta, membuat poster. Selanjutnya adalah bekerja
menyajikan informasi yakni menyarankan penyajian informasi yang
menarik, menyensor bahan-bahan dalam buku, menulis dan menyajikan
dramatisasi. Dan kegiatan yang terakhir adalah cek dan tes yaitu
mengerjakan informal dan standardized test, menyiapkan tes untuk murid
Syaiful Bahri Djamarah (2005 : 84) berpendapat bahwa aktivitas belajar
anak didik meliputi :
1. Anak didik belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip, dan generalisasi.
2. Anak didik belajar dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah (problem solving).
3. Setiap anak didik berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara.
4. Anak didik berani mengajukan pendapat.
5. Ada aktivitas belajar analisis, sintesis, penilaian, dan kesimpulan. 6. Antar anak didik terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
7. Setiap anak didik bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadap pendapat anak didik lainnya.
8. Setiap anak didik berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia.
9. Setiap anak didik berupaya menilai hasil belajar yang dicapainya. 10.Ada upaya dari anak didik untuk bertanya kepada guru dan atau
meminta pendapat guru dalam upaya kegiatan belajarnya.
Berdasarkan kajian, dapat dipahami bahwa anak didik memiliki aktivitas
yaitu belajar individual untuk menerapkan konsep, memecahkan masalah,
melaksanakan tugas belajar, berani mengajukan pendapat, aktivitas belajar,
mengomentari dan memberikan tanggapan, menggunakan sumber belajar
yang tersedia, menilai hasil belajar yang dicapai, serta bertanya kepada
guru dan atau meminta pendapat guru.
Melalui konsep aktivitas, anak didik didorong untuk lebih aktif di sekolah.
Anak didik belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Konsep sekolah pembangunan di Indonesia juga menekankan adanya
aktivitas kerja sebagai persiapan kader-kader pembangunan. Dengan
29
untuk meraih prestasi belajar. Tingginya prestasi yang diraih dapat
dipengaruhi oleh tingginya aktivitas siswa.
5. Hasil Penelitian yang Relevan
Studi atau penelitian yang sejenis dengan pokok masalah yang dihadapkan
dalam skripsi ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Oleh
karena itu pada bagian ini dilengkapi beberapa hasil penelitian yang ada
kaitanya dengan pokok masalah ini, antara lain:
Tabel 4. Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Skripsi Kesimpulan
1 Prefi Septika Pengaruh Motivasi dan Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Gadingrejo Tahun Pelajaran 2009/2010
Ada pengaruh motivasi dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Gadingrejo Tahun Pelajaran 2009/2010, berturut-turut sebesar 15,2%, 47,6%, dan 82,5%
2 Lina Marliana Hubungan Antara Motivasi dan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Peningkatan Prestasi Belajar Dasar-Dasar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi Semester 1 SMK Kartikatama Metro Tahun Ajaran 2007/2008 kelas X akuntansi semester 1 SMK Kartikatama Metro Tahun Ajaran 2007/2008, diperoleh Fhitung>Ftabel =
51,43 > 3,11 yang berarti H1
diterima dan H0 ditolak
3 Dewi Novita Hubungan antara Kreativitas dan Aktivitas Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil di SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007.
Terdapat hubungan antara kreativitas dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS semester ganjil di SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2006/2007.
4 Agnes Siskaria Astuti
Pengaruh Fasilitas Belajar dan Aktivitas Belajar Ekonomi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IX Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Pangudi Luhur Sukaraja Kec. Buay Madang Oku Timur Tahun Pelajaran 2009/2010.
Tabel 4. (Lanjutan)
5 Teguh Karya Peranan Dosen Pembimbing Akademik Terhadap Motivasi Belajar Siswa Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI
Terdapat kontribusi yang positif signifikan antara peranan doses pembimbing akademik terhadap motivasi belajar siswa mahasiswa jurusan teknik sipil FPTK UPI, diperoleh Fhitung>Ftabel =
4,635>1,684 dengan keeratan hubungan
koofesien korelasi (R) 0,564 dan determinasi (R2) 31,83%
6 Putri Istianti Gumilang
Pengaruh Kinerja Mengajar Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa : Studi Deskriptif Di Sekolah Dasar Negeri Papandayan Kota Bogor
Terdapat hubungan (pengaruh) yang signifikan dan positif antara kinerja mengajar guru terhadap aktivitas belajar siswa, yang ditunjukkan dengan
koefisien korelasi sebesar 0,52 dan koefisien
determinasi sebesar 27,54%
B. Kerangka Pikir
Prestasi belajar merupakan pencerminan dari hasil belajar siswa selama berada
sekolah. Prestasi tersebut dapat diketahui selama proses belajar mengajar siswa
berhasil memahami apa yang disampaikan dan diinginkan oleh guru dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh kurikulum sekolah. Prestasi belajar
yang dicapai siswa beraneka ragam ada yang berprestasi tinggi, sedang, dan
rendah. Setiap siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif mempunyai
kesempatan untuk memperoleh prestasi yang baik.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan banyak faktor, diantaranya
motivasi. Motivasi siswa dapat berupa keinginan untuk meraih prestasi,
keinginan untuk meraih persahabatan, dan keinginan untuk memperoleh
31
aktif dan penuh tanggung jawab, sehingga akan mendapatkan prestasi yang
memuaskan.
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah kemampuan,
kemampuan dapat berupa kemampuan fisik maupun mental. Kemampuan
mendukung siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Kemampuan yang
dimiliki setiap siswa mendukung setiap siswa dalam menyerap ilmu yang
diberikan di sekolah. Sehingga kemampuan menjadi faktor tercapainya prestasi
belajar siswa.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah aktivitas.
Aktivitas yang dimaksud disini adalah aktivitas belajar siswa, aktivitas siswa
dapat berbagai macam, seperti aktivitas mendengarkan, berbicara, membaca,
aktivitas mental, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa dapat mendukung
suasana kondusif dalam belajar di sekolah. Sehingga aktivitas dapat
digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga bahwa variabel prestasi belajar (Y)
dipengaruhi dengan berbagai faktor penyebab, diantaranya motivasi (X1),
kemampuan (X2) dan aktivitas (X3), maka dapat digambarkan kerangka pikir
r1
r2 R
r3
Sumber: Sugiyono, (2011:11)
Gambar 1 : Paradigma pengaruh tingkat motivasi, kemampuan, dan aktivitas
terhadap prestasi belajar
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII
(delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Ada pengaruh kemampuan terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII
(delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Ada pengaruh aktivitas terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII
(delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu SMP Xaverius 4
Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. Motivasi
(X1)
Aktivitas (X3)
Kemampuan (X2)
33
4. Ada pengaruh motivasi, kemampuan, dan aktivitas terhadap prestasi
belajar siswa kelas VIII (delapan) yang mengikuti mata pelajaran IPS
Terpadu SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini akan membahas metodologi penelitian, populasi dan sampel, variabel
penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji persyaratan
instrument, pengukuran data, uji persyaratan analisis data, uji keberartian dan
kelinieran regresi, dan pengujian hipotesis.
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
verifikatif kausal atau sebab akibat dengan pendekatan ex post facto dan
survey. Penelitian verifikatif diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Hubungan kausal adalah
sebab akibat. Pendekatan ex post facto merupakan suatu pendekatan yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi kemudian merunut
kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian
tersebut. (Sugiyono, 2010:7)
Sementara itu pendekatan survey yaitu penelitian yang dilakukan pada besar
maupun populasi kecil, tetapi yang dipelajari adalah data dari sampel yang
relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun
psikologis. (Kerlinger dalam Sugiyono, 2010:7)
Penelitian ini adalah penelitian sampel bukan penelitian populasi karena
“sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel” (Sugiyono, 2011 : 68). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan teknik probability sampling dengan menggunakan
proportionalsimple random sampling serta sampel dihitung menggunakan
rumus Slovin. Teknik pengumpulan data penelitian dengan menggunakan
metode observasi, interview, dokumentasi, dan angket.
Untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi, untuk menguji
hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan regresi linier sederhana.
Sedangkan untuk menguji hipotesis keempat menggunakan regresi linier
multiple.
B. Populasi dan Sampel 1. Pengertian Populasi
Menurut Sugiyono (2011:61) populasi adalah wilayah yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh
siswa kelas VIII (delapan) SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar
Tabel 5 : Daftar Siswa Kelas VIII (delapan) SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar Lampung T.A. 2012/2013
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 VIII A 21 13 34
2 VIII B 20 14 34
3 VIII C 20 14 34
Sumber : Tata Usaha SMP Xaverius 4 Way Halim Permai B. Lampung
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penelitian ini merupakan
penelitian sampel bukan penelitian populasi karena menurut Sugiyono
(2011:68) “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi diajadikan
sampel”. Bertolak dari hal tersebut, maka penelitian ini termasuk penelitian
sampel karena jumlah populasi lebih dari 30 orang atau berjumlah 102
orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability
sampling dengan menggunakan proportional simple random sampling.
Probability teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2011: 63-64).
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin
dengan pertimbangan bahwa populasi relatif homogen/seragam sehingga
tidak terlalu diperlukan untuk distratifikasi. Selain itu, penggunaan rumus
ini akan menghasilkan jumlah sampel yang relative lebih besar dibanding
beberapa rumus lain, sehingga karakteristik dari populasi akan lebih
terwakili. Rumus selengkapnya sebagai berikut:
n = N
1 + Ne2 dimana:
n= ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 2%
(Budi Koestoro dan Basrowi, 2006:250)
Populasi 102 siswa dan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi
0,05, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:
n = N 1 + Ne2 n = 102
1 + 102.0,052
Jadi jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 81 siswa.
Alasan menggunakan rumus tersebut adalah untuk mendapat sampel yang
representative dan lebih pasti atau mendekati populasi yang ada.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan probability sample dengan
menggunakan teknik proportional simple random sampling. Teknik ini
merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap anggota populasi yang dipilih untuk menjadi sampel.
(Sugiyono, 2010 : 82) Hal ini dilatarbelakangi populasi homogen, tidak
tersebar secara geografis dan kerangka sampelnya sudah jelas. Penentuan
siswa yang akan dijadikan sampel dilakukan dengan undian.
C.Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2011:2)
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu motivasi (X1), kemampuan
2. Variablel Dependen atau Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar (Y).
D.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual Variabel
Definisi konseptual adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dan konstrak dengan cara melihat pada dimensi tingkah laku atau properti
yang ditunjukkan oleh konsep dan mengategorikan hal tersebut menjadi
elemen yang dapat diamati dan diukur (Basrowi dan Kasinu, 2007: 179).
Definisi konseptual dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan
satu variabel terikat.
1. Prestasi adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada murid
setelah dilakukan proses belajar mengajar. (Oemar Hamalik, 2008 : 84)
2. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
bertingkah laku. Motivasi merupakan keinginan yang besar dari dalam
diri setiap individu, individu yang ingin meraih prestasi haruslah
memiliki aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang keberhasilan yang
ingin dicapai. (Hamzah B. Uno, 2008 : 1)
3. Kemampuan menunjukkan potensi individu untuk melaksanakan tugas
atau pekerjaan. Kemampuan tersebut berhubungan dengan kemampuan
fisik dan mental yang dimiliki individu untuk melaksanakan pekerjaan.
4. Aktivitas sebagai segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan, pengalaman, penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri
secara rohani maupun teknis. (Sardiman, 2004 : 96)
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dan konstrak dengan cara melihat pada dimensi tingkah laku atau properti
yang ditunjukkan oleh konsep dan mengategorikan hal tersebut menjadi
elemen yang dapat diamati dan diukur. (Basrowi dan Kasinu, 2007 : 179)
Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan
satu variabel terikat.
1. Prestasi belajar adalah besarnya nilai atau angka yang diperoleh siswa
pada saat Ujian Akhir Semester (UAS).
2. Motivasi adalah suatu harapan/mimpi dari seorang siswa untuk
memenuhi kebutuhan atau mencapai sesuatu yang diinginkan yang
meliputi kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan
akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need
for power).
3. Kemampuan adalah suatu karakteristik dan potensi siswa untuk
melaksanakan aktivitas belajarnya yang meliputi kemampuan fisik dan
kemampuan mental.
4. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan seorang siswa di kelas dan
bersifat dinamis yang meliputi kegiatan visual, lisan, mendengarkan,
3. Rincian Variabel, Indikator, Sub Indikator Prestasi Belajar (Y)
Hasil ujian akhir semester siswa kelas VIII SMP Xaverius 4 Way Halim
Permai Bandar Lampung mata pelajaran IPS Terpadu tahun ajaran
2012/2013
Motivasi (X1)
1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement)
Keinginan untuk belajar
Keinginan untuk mengembangkan potensi diri
Keinginan untuk mencapai prestasi belajar
2.Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)
Keinginan untuk diterima di lingkungan
Harapan untuk saling menghargai
Keinginan untuk dapat bekerjasama
3.Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)
Harapan mempunyai kedudukan di kelas
Menjadi orang yang berpengaruh di kelas
Kemampuan (X2)
1. Kemampuan mental
Mengingat
Berkomunikasi
Menganalisis
2. Kemampuan Fisikal
Melakukan kegiatan rutin
Melakukan banyak kegiatan dalam 1 waktu
Melakukan kegiatan sekuat tenaga
Aktivitas (X3)
1. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca situasi
Mengamati lingkungan sekitar
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan fakta dan pendapat
Mengajukan pertanyaan
Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan percakapan
Diskusi kelompok
3. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis
4. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar
5. Kegiatan-kegiatan metrik
Bermain
6. Kegiatan-kegiatan mental
Memecahkan masalah
7. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat
Tenang
Tabel 6 : Rincian Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Pengukuran Variabel nilai yang diperoleh dari ujian akhir semester ganjil siswa kelas VIII SMP Xaverius 4 Way Halim Permai Bandar
Harapan untuk saling menghargai
Keinginan untuk
dapat bekerjasama
Harapan mempunyai
kedudukan di kelas
Tabel 6. (Lanjutan)
Sehubungan data dalam instrument penelitian ini masih berbentuk ordinal,
maka digunakan Methode of Sucsessive Interval (MSI), yaitu suatu metode
yang digunakan untuk menaikan atau mengubah tingkat pengukuran dari data
ordinal menjadi data interval dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan
jawaban);
2. berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya;
3. dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi komulatif untuk setiap
kategori;
4. tentukan pula nilai batas Z untuk setiap kategori; dan
6. hitung scale value (internal rata-rata) untuk setiap kategori melalui
persamaan berikut:
7. hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui
persamaan:
(Hays, W, L, 1976, Quantification in Psychology, Prentice Hall, New Delhi)
Pengguna rumus MSI dari W.L. Hays ini dikarenakan jangkauan antara hasil
MSI dan nilai data ordinal sebenarnya tidak terlalu jauh.
E.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses tersusun
dari berbagai proses biologis maupun psikologis. Teknik ini digunakan
apabila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,
2010:310). Observasi dilakukan untuk mengamati keadaan yang ada di
lapangan pada saat mengadakan penelitian pendahuluan yaitu untuk
2. Interview (wawancara)
Interview digunakan sebagai teknik pengambilan data, apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang
akan diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
(Sugiyono, 2010:317). Teknik wawancara ini digunakan untuk
mendapatkan data berupa, jumlah siswa, jumlah guru dan data-data lain
yang berhubungan dengan penelitian.
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,
sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan
perkiraan (Budi Koestoro dan Basrowi, 2006:142). Metode ini digunakan
untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen.
Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih
banyak digunakam sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer
yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.
4. Angket (kuisioner)
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Apabila ada
kesulitan dalam memahami kuesioner, responden bisa langsung bertanya