• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR FISIKA SISWA SMP Oleh

Kadek Budiasa

Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas sehingga siswa sulit dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru, sehingga motivasi belajar siswa tidak berkembang. Penelitian ini membandingkan metode inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas

termodifikasi, (2) Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

(2)

Kadek Budiasa Desain Eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True-Experimental Design dengan tipe Posttest-Only Control Design. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah: (1) Ada perbedaan rata-rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi, (2) Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara

penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas

termodifikasi. Rata-rata nilai hasil belajar pada kelas inkuiri terbimbing yaitu 70,87 sedangkan pada kelas inkuiri bebas termodifikasi yaitu 66,21 dan rata-rata nilai motivasi belajar pada kelas inkuiri terbimbing yaitu 69,57 sedangkan pada kelas inkuiri bebas termodifikasi yaitu 65,90. Jadi dapat disimpulkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas metode inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas metode inkuiri bebas termodifikasi.

(3)

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA SMP

(Skripsi)

Oleh

KADEK BUDIASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA SMP

Oleh

KADEK BUDIASA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP Nama Mahasiswa : Kadek Budiasa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022094 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Viyanti, S.Pd, M.Pd.

NIP. 19580603 198303 1 002 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Nengah Maharta, M.Si..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Kadek Budiasa

NPM : 0913022094

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Balinuraga, Kec. Way Panji

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Februari 2013

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balinuraga, pada tanggal 16 Juli 1990 anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Nyoman Karte dan Ibu Wayan Sari.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Balinuraga pada tahun 1997 dan diselelesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Candipuro dan menyelesaikannya tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Kalianda, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 1 Labuhan Ratu. Dan pada tahun 2013 penulis melaksanakan

(9)

MOTTO

“Kesempatan Anda untuk sukses disetiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan Anda pada diri sendiri”

(Robert Collier)

“Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak” (Albert Einstein)

“Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa”

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan lembaran-lembaran karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Bapak Nyoman Karte dan Ibu Wayan Sari, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Tuhan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Kakak dan adik penulis ‘‘Wayan Swistri dan Komang Sutama” yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan doa bagi penulis.

3. Keluarga besar penulis yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilan penulis.

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. H. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Viyanti, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Ibu Dra. Catur Purwiyatiningsih selaku Kepala SMP Negeri 1 Candipuro beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 8. Ibu Omi Andayani, S.Pd. selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIIId dan

(12)

9. Keluarga besar penulis, atas doa dan dukungan yang telah diberikan selama masa kuliah.

10.Teman seperjuangan di Pendidikan Fisika 2009 atas bantuan, motivasi dan kebersamaannya serta kekeluargaan yang kalian berikan.

11.Sahabat-sahabat tercinta: Soirwan, Ardi, Gunawan, David, Sopyan, Havid, Trisia, Dian Tiara, Galuh, Merta, Rika, Hanny, Bebe, Rina, Leny, Putri, Daning, Anggit, Reza, Opin, Pelo, Topan, Sandy, Pramita, Mita, dan Linda, atas kebersamaan, motivasi dan solusi yang diberikan selama ini, semoga sampai kapanpun kalian akan tetap menjadi sahabat terbaik.

12.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Pendidikan Fisika yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu.

13.Teman-teman di UKMH Unila. Teruskan perjuangan, Satyam Eva Jayate! 14.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan sekripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua, berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inkuiri... 7

2. Metode Inkuiri Terbimbing ... 9

3. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 13

4. Motivasi Belajar ... 15

5. Hasil Belajar ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 20

C. Hipotesis ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 25

B. Sampel Penelitian ... 25

C. DesainPenelitian... 25

(14)

xiv

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Analisis Instrumen 1. Uji Validitas ... 27

2. Uji Reliabilitas ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data... 29

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data ... 30

2. Pengujian Hipotesis ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

4 RPP Hukum Newton Inkuiri Terbimbing ... 88

5 RPP Gaya Inkuiri Bebas termodifikasi ... 93

6 RPP Hukum Newton Inkuiri Bebas termodifikasi ... 102

7 LKK 1 SMP Inkuiri Terbimbing ... 107

8 Kunci LKK 1 SMP Inkuiri Terbimbing ... 111

(15)

xv

15 LKK 1 SMP Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 154

16 Kunci LKK 1 Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 158

17 LKK 2 SMP Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 162

18 Kunci LKK 2 SMP Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 166

19 LKS 1 SMP Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 171

20 Kunci LKS 1 Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 180

21 LKK 3 SMP Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 189

22 Kunci LKK 3 SMP Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 195

23 Kisi-Kisi Soal Pilihan Jamak ... 201

24 Kisi-Kisi Soal Uraian ... 208

25 Rubrik Penilaian Soal Pilihan Jamak ... 211

26 Rubrik Penilaian Soal Uraian ... 215

27 Soal Hasil Belajar ... 217

28 Lembar Penilaian Proses ... 220

29 Lembar Penilaian Afektif ... 221

30 Angket Motivasi Belajar ... 222

31 Data Hasil Uji Coba Soal ... 224

32 Data Hasil Uji Coba Angket Motivasi ... 227

33 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Jamak ... 229

34 Hasil Uji Validitas Soal Uraian ... 233

35 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 234

36 Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Jamak ... 238

37 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian ... 239

38 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar ... 240

39 Analisis Hasil Belajar Inkuiri Terbimbing ... 241

40 Analisis Hasil Belajar Inkuiri Bebas Termodifikasi ... 243

(16)

xvi

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 11

2.2. Tahap pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi ... 14

3.1. Nilai koefisien alpha ... 29

3.4. Rencana kisi-kisi motivasi belajar ... 30

3.5. Pengkategorian hasil belajar ... 31

4.1 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Jamak ... 45

4.2. Hasil Uji Validitas Soal Uraian ... 45

4.3. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 46

4.4. Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Pilihan Jamak ... 47

4.5. Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Soal Uraian ... 47

4.6. Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 48

4.7. Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa ... 49

4.8. Hasil Uji Normalitas Data Rata-Rata Hasil Belajar ... 49

4.9. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar Siswa ... 50

4.10. Perolehan Skor Motivasi Belajar ... 51

4.11. Hasil Uji Normalitas Skor Motivasi Belajar ... 51

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka pemikiran ... 22

3.1. Desain eksperimen Posttest-Only Control Design ... 25

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sesuatu yang baru. Pada pembelajaran fisika siswa tidak hanya belajar sekedar konsep, melainkan bagaimana memperoleh pengetahuan dan konsep tersebut. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan fasilitator yang penting. Cara guru menyampaikan sampai pemilihan metode pembelajaran yang tepat berpengaruh pada hasil yang diperoleh siswa.

(20)

2 Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 1 Candipuro, guru fisika cenderung menggunakan metode konvensional. Penerapan metode pembelajaran seperti ini mengakibatkan motivasi siswa untuk belajar fisika kurang, tingkat berfikir siswa rendah, penguasaan konsep siswa kurang, dan cenderung membuat siswa pasif. Sehingga, siswa menganggap pelajaran fisika sulit dan siswa jenuh dalam menerima pelajaran. Motivasi belajar siswa dapat dikembangkan melaui pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIId, sebanyak 47,22% siswa belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran fisika, dan di kelas VIIIe sebanyak 58,82% . Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih kurang terhadap pembelajaran fisika yang akhirnya akan berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa.

Cara mengatasi kendala tersebut, maka ada baiknya jika digunakan suatu metode pembelajaran yang sesuai dan diharapkan mampu membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga hasil belajarnya akan meningkat. Berbagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran dapat membuat siswa belajar lebih efektif, sehingga memberikan hasil yang berbeda dalam penguasaan konsep.

(21)

3 dalam melakukan kegiatan seperti merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, merumuskan penjelasan, dan menarik suatu kesimpulan. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap

pemecahannya. Dengan metode ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan

dan petunjuk dari guru, sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep suatu materi

dengan baik, sehingga memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain metode inkuiri terbimbing, juga terdapat metode lain yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa yaitu metode inkuiri bebas termodifikasi. Metode inkuiri bebas

termodifikasi yaitu metode dimana guru memeberikan suatu masalah, dan siswa

dituntut untuk memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau

melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan dilakukan

siswa atas inisiatif dan caranya sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

sedikit membimbing siwa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya

mengarahkan siswa kepada pemecahan masalah.

(22)

4 Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah dilaksanakan penelitian

dengan judul “Perbandingan Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas

Termodifikasi terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi?

2. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

2. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi

(23)

5 2. Dapat menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa, sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 3. Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode inkuiri terbimbing merupakan metode dimana guru memberikan masalah dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan dalam pemecahan masalah tersebut. Tahap-tahap pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu

penyajian masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 2. Metode inkuiri bebas termodifikasi adalah suatu metode dimana guru

memberikan suatu masalah dan siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan atau eksperimen atas inisiatif sendiri. Tahap-tahap pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi yaitu tahap pengujian masalah, pengumpulan dan verifikasi data dilanjutkan dengan menyusun hipotesis, tahap eksperimen, merumuskan kesimpulan dan tahap analisis.

(24)

6 4. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh dari penilaian yang dilakukan

terhadap siswa. Hasil belajar yang diambil hanya pada ranah kognitif. 5. Materi pokok penelitian ini adalah Gaya.

(25)

II. KERANGKA TEORITIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Inkuri

Penggunaan metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa. Dalam proses pembelajaran guru harus memiliki suatu strategi agar siswa dapat belajar secara efektif, efisien, menarik, dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada suatu proses menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang ada.

Menurut pendapat Schmidt dalam Ibrahim (2010: 1)

inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) menyatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan

inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental

maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan

(26)

8

memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri”

konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.

Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan utama dari pembelajaran melalui metode inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa keingintahuan mereka. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce dalam

Cahyono (2010) “ The general goal of inquiry training is to help students develop the intellectual discipline and skills necessary to raise questions and search out answers stemming from their curiosity

Menurut Prambudi (2010:4) terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan metode pembelajaran inkuiri:

(1) Berorientasi pada pengembangan intelektual; (2) Prinsip interaksi; (3) Prinsip Bertanya; (4) Prinsip Belajar untuk Berpikir; (5) Prinsip keterbukaan.

Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah

sekaligus membuat keputusan. Pembelajaran berbasis inkuri memungkinkan siswa belajar sistem, karena pembelajaran inkuiri memungkinkan terjadi integrasi

(27)

9 2. Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan inkuiri dimana guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahap-tahap

penyelesaiannya. Guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

Menurut Sanjaya (2007: 202)

Metode inkuiri terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

mengarahkan pada suatu diskusi, biasanya digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan metode pembelajaran ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep

pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Umar dan Maswan (2004) mendefinisikan inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi.

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru akan memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan, sehingga siswa

mampu memahami konsep-kosep fisika dan menyelesaikan suatu permasalahan

serta dapat menarik kesimpulan secara mandiri. Oleh karena itu, guru harus

(28)

10 Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi.

Menurut Rustaman (2003: 111)

Inkuiri Terbimbing,guru membimbing siswa dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Melalui pertanyaan pengarah dari guru, siswa diharapkan dapatmelakukan suatu kegiatan dengan prosedur yang digunakan oleh para peneliti.

Menurut Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.

(29)

11 Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Ibrahim (2000:13) antara lain:

(1) Orientasi siswa pada masalah; 2 Mengorganisasikan siswa dalam belajar; (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) Menyajikan/mempresentasikan hasil kegiatan; (5) Mengevaluasi kegiatan.

Dalam penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Gulo (2002:93). Adapun tahap pembelajaran inkuiri terbimbing yang ditampilkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No

Tahap Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Perilaku Guru

1 Menyajikan Masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2 Membuat hipotesi Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan

memperioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

4 Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5 Mengumpulkan dan menganilisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

(30)

12 membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.

Menurut Suryosubroto (2002: 201)

Ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain: (1)Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa; (2) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan; (3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan; (4)Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan; (5)Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.

Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa, artinya siswa

dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan secara aktif dalam

menemukan konsep-konsep dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Selain kelebihan, terdapat kelemahan dari pembelajaran inkuiri terbimbing

menurut Suryosubroto (2002: 201), yaitu:

Ada beberapa kelemahan pembelajaran inkuri terbimbing, antara lain: (1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; (2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau

menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu; (3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Kelemahan inkuri terbimbing ini, siswa belum terbiasa untuk melaksanakan

proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa mengandalkan guru tanpa

(31)

13 3. Inkuiri Bebas Termodifikasi

Pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi merupakan pembelajaran dimana guru hanya memeberikan problem atau masalah, kemudian siswa disuruh untuk memecahkan melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan dilakukan siswa atas inisiatif dan caranya sendiri baik secara perorangan atau kelompok.

Suchman dalam Trianto (2001:139) menjelaskan bahwa metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi adalah suatu metode pembelajaran yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai alternatife untuk prosedur pengumpulan datanya. Dengan pembelajaran ini, siswa akan lebih menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Kegiatan-kegiatan siswa pada metode

pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi ini ditekankan pada eksplorasi, merancang dan melaksanakan eksperimen. Oleh karena itu, guru hanya sedikit membimbing siswa dan berperan sebagai pendorong, nara sumber dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses kegiatan belajar siswa. Adapun bantuan yang diberikan guru adalah dengan teknik

(32)

14 Tahap-tahapan pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi berdasarkan Joyce dan Weil (2009:207) yang meliputi lima tahapan pembelajaran. Adapun tahapan metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dan penerapannya pada pembelajaran dapat ditampilkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi

No

Tahap Pembelajaran Inkuiri

bebas termodifikasi Perilaku Guru

1 Tahap Pengujian Masalah Pada tahap ini guru memberikan sebuah masalah kepada siswa baik berupa demonstrasi atau pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan teka-teki.

2 Tahap Pengumpulan dan Verifikasi Data

Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang telah diajukan dilanjutkan dengan membuat hipotesis.

3 Tahap Eksperimen Pada tahap ini siswa membuat prosedur percobaan dan melakukan eksperimen berdasarkan idenya melalui serangkaian pertanyaan yang telah disediakan oleh guru, kemudian menuliskan hasil eksperimennya sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan guru diawal.

4 Tahap Merumuskan Kesimpulan

Pada tahap ini siswa diminta mengolah dan menganalisis data hasil percobaannya 5 Tahap Analisis Pada tahap ini siswa membuat dan

mengemukakan kesimpulan yang sekaligus dapat menjawab pertanyaan guru di awal

(33)

15 4. Motivasi Belajar

Memahami motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi mereka yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, terutama para guru. Motivasi belajar siswa dapat diketahui dengan melihat profil motivasinya. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu.

Menurut Uno (2008:9)

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari sebelumnya.

Eysenck dalam Slameto (2003: 170) motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan

konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.

Beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu kekuatan dalam diri individu yang timbul karena adanya rangsanagan baik dari dalam ataupun dari luar untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga dapat dikatakan motivasi belajar sebagai faktor yang mendorong semangat anak untuk belajar atau faktor yang memberikan dasar alasan untuk belajar. Peran motivasi dalam

(34)

16 Sardiman (2006: 92-95), menyatakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar untuk mencapai prestasi belajar, yaitu:

(1)Memberi angka,(2) Hadiah,(3) Saingan atau kompetisi(4) Ego-Involvment, (5) Memberi ulangan, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian, (8) Hukuman, (9) Hasrat untuk belajar, (10) Minat, (11) Tujuan yang diakui.

Lebih lanjut Hamalik (2004: 161), mengemukakan tentang fungsi motivasi yaitu: (a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan; (c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Proses belajar dalam pelaksanaannya sangat memerlukan motivasi, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Hamalik (2004: 162-163), membagi motivasi menjadi 2 jenis, yaitu:

(a) Motivasi intrinsik adalah motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, seperti keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu; (b) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi

belajar, seperti penghargaan, persaingan dan hukuman.

(35)

17 ekstrinsik, yaitu motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal berupa ganjaran atau hukuman.

Berdasarkan pendapat di atas, motivasi intrinsik lebih dapat membuat seseorang agar mau beraktivitas karena motivasi ini muncul dari dalam dirinya. Tetapi dengan memberikan motivasi ekstrinsik juga akan mempengaruhi motivasi siswa sehingga siswa mau beraktivitas. Dalam memotivasi siswa bukan hanya secara ekstrinsik tetapi harus dapat menimbulkan motivasi intrinsiknya juga. Sebagai seorang guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa baik intrinsik maupun ekstrinsiknya agar hasil belajar yang dinginkan lebih baik.

5. Hasil Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002:10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121)

(36)

18 Menurut Lester dalam Sagala (2007: 1) mendefinisikan hasil belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya.

Klasifikasi belajar seperti di atas, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar siswa

merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.

Sementara itu, menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) berpendapat bahwa:

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar

(37)

19 Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing-masing individu. Dengan kata lain hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk skor atau telah mengikuti tes. Hasil belajar

menunjukkan berhasil tidaknya seorang siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi pada setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa

Menurut Slameto (2003: 131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3 aspek yaitu :

(1) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), (2) Kepribadian atau sikap (afektif), dan (3) Keterampilan atau penampilan (psikomotor). Sedangkan Hasil belajar dalam kecakapan kognitif memiliki beberapa tingkatan yaitu: (1) Informasi non verbal, (2) Informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3)Konsep dan prinsip, (4)Pemecahan masalah dan kreatifitas.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu: (a) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(38)

20 Bedasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

B. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan belajar fisika sangat ditentukan oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pembelajaran tersebut tentu saja harus ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak

membosankan dan memicu motivasi yang terus-menerus, sehingga tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar, siswa memerlukan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) dan memberi kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan gagasan-gagasan untuk menjawab permasalahan. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, dapat menggali motivasi dan hasil belajar siswa secara efektif. Metode

pembelajaran yang digunakan hendaknya senantiasa merangsang siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika siswa.

(39)

21 tersebut memiliki kesamaan karakteristik yaitu menyajikan masalah untuk

kemudian diselesaikan melalui eksperimen. Pada kedua metode ini terdapat aktivitas yang mendorong siswa untuk melakukan sendiri, mengamati,

menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan, sehingga siswa termotivasi untuk lebih belajar percaya diri dan berimbas pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing (X1) dan metode inkuiri bebas termodifikasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar siswa (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).

(40)

22

Gambar 2.1 Diagram kerangka pemikiran

Berdasarkan gambar 2.1, penelitian ini menggunakan 2 kelas sebagai kelas eksperimen 1(R1) dan kelas eksperimen 2 (R2) yang akan diberi perlakuan

berbeda, yaitu metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas termodifikasi. Metode inkuiri terbimbing memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Guru membimbing siswa untuk menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan mengenai suatu objek, sehingga siswa dapat mengembangkan motivasi dan minat dalam diskusi kelompok serta

menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat menguasai konsep-konsep suatu materi dengan baik, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan pada metode inkuiri bebas termodifikasi, siswa berusaha dituntut untuk memecahkan suatu masalah dan siswa juga diajak dalam menganalisis data dan menarik kesimpulan. Pemecahan masalah dilakukan siswa atas inisiatif dan caranya sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan sedikit membimbing siwa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengarahkan siswa pada pemecahan masalah, sehingga

(41)

23 siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan menemukan pengetahuan dalam suatu materi pembelajaran.

Dari keterangan di atas, keduanya memiliki keunggulan masing-masing sehingga dapat dipilih yang mana yang lebih tinggi dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Secara teoretis, metode inkuiri terbimbing lebih unggul dibandingkan dengan metode inkuiri bebas termodifikasi, karena metode inkuiri terbimbing memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dan guru membimbing siswa dalam tahap penyelesaian masalah tersebut. Sedangkan metode inkuiri bebas termodifikasi, pemecahan masalah dilakukan siswa atas inisiatif dan caranya sendiri dan guru hanya sedikit membimbing siswa. Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa hasil belajar fisika siswa dengan metode inkuiri terbimbing akan lebih efektif dibandingkan dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam peneliti ini ada 2 (dua), yaitu:

Hipotesis Pertama

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

(42)

24 Hipotesis Kedua

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

(43)

1

R X1 O1

2

R X2 O2

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Candipuro pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 6 kelas.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 6 kelas diambil 2 kelas

secara acak sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas VIIId kelompok

eksperimen 1 dan kelas VIIIe sebagai kelompok eksperimen 2.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True-Eksperimental Design dengan tipe Posttest-Only Control Design. Pada desain ini, terdapat posttest yang diberikan setelah diberi perlakuan. Desain ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(44)

26

Keterangan: 1

R : kelompok eksperimen 1 2

R : kelompok eksperimen 2 1

X : metode pembelajaran inkuiri terbimbing 2

X : metode pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi 1

O : nilai posttest pada kelompok eksperimen 1 2

O : nilai posttest pada kelompok eksperimen 2

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran inkuiri terbimbing (X1) dan metode inkuiri bebas termodifikasi (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar siswa (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar angket setelah proses pembelajaran untuk mengukur motivasi belajar dan soal pilihan jamak dan uraian hasil belajar kognitif siswa pada saat posttest.

F. Analisis Instrumen

(45)

27 1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= � −

� 2− 2 � 2− 2

(Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut

signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(46)

28 Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item-total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

11 = −

1 1−

�1 2

�2

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan model Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

(47)

29 Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha

No Nilai Koefisien Alpha Keterangan 1 antara 0,81 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi 2 antara 0,61 sampai dengan 0,80 Tinggi 3 antara 0,41 sampai dengan 0,60 Sedang 4 antara 0,21 sampai dengan 0,40 Rendah 5 antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah

Sayuti dikutip oleh Sujianto (2010: 30)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil penyebaran angket setelah pembelajaran berlangsung dan hasil posttest. Adapun bentuk pengumpulan datanya dapat dilihat padaLlampiran 39, 40, 41, dan Lampiran 42.

Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan angket yang diberikan langsung kepada siswa yang terdiri dari 18 soal.

(48)

30 setuju. Adapun kisi-kisi angket motivasi belajar siswa yang ditampilkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Motivasi Belajar

No Indikator

4 Senang mencari dan memecahkan

masalah soal-soal 9,16 5

3

5 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

4,7,12,17 4

Jumlah soal 18

Pemberian skor dengan ketentuan:

a. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju

b. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju

2 = setuju 3 = ragu-ragu 4 = tidak setuju 5 = sangat tidak setuju

(Suhadi, 2008)

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

(49)

31 dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17. Penilaian motivasi belajar dilakukan setelah proses pembelajaran menggunakan lembar angket. Proses analisis untuk data hasil belajar siswa sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

b. Persentase hasil belajar siswa dihitung dengan rumus

Kategori hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Pengkategorian hasil belajar

No. Rentang Keterangan 1 81 – 100 Sangat baik 2 61 – 80 Baik 3 41 – 60 Cukup 4 21 – 40 Kurang 5 <20 Sangat Kurang

(Arikunto, 2010: 245)

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

% �� �� � � = � �ℎ

(50)

32 Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test)

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

1

H : Ada perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

Hipotesis Kedua

O

(51)

33

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan

= 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) = n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel

b. HO ditolak jika -t hitung< -t tabel ataut hitung> t tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas. a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HOditerima. b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independent)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan menggunakan

(52)

34 Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara

penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

1

H : Ada perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima. b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak

Hipotesis Kedua

HO : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi. H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan metode

inkuiri terbimbing dengan metode inkuiri bebas termodifikasi.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima. a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

O

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Catur Budi. 2011. Pengaruh Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika Bebbasis Masalah Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (EdisiRevisi). Jakarta: BumiAksara

Cahyono, Aris. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Inspirasi Pendidikan. Volume 1. Diakses 2 Desember 2010 dari http://risecahyono.blogspot.com/2010/03 /model-pembelajaran-berbasis-inkuiri.html

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajardan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri. [ON line] tersedia: http://fisika21.wordpress.com. 21/10/2012. 1:39 WIB Ismawati, Henik. 2007. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika

Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pe-mantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diakses 23 Oktober 2012 dari http://digilib.unnes.ac.id.

Joyce, B dan Marshal, Weil. 2009. Model of Teaching. New Jerrsey: Prentice Hall Edisi -6.

(54)

Prambudi, Shoim. 2010. Strategi Pembelajaran Inkuiri. [On line] tersedia: http://shoimprambudi.wordpress.com/. 17/10/2012. 19:41 WIB Rustaman, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhadi. 2008. Angket Motivasi Terhadap Pelajaran. Diakses pada tanggal 10 Juni 2011 dari http://suhadinet.files.wordpress.com.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Trianto. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser.

Tuniyah. 2008. Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Berprestasi. Skripsi. Solo: Universitas Negeri Solo

Umar, Irfan Naufal dan Sajap Maswan. 2004. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berasaskan Web. Artikel Pendidikan. Pusat Pengkajian Ilmu Pendidikan Universitas Sains Malaysia. Diakses 20 oktoberer 2012 dari http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta terengganu.pdf

Gambar

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tabel 2.2  Tahap Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi
Gambar 3.1  Desain eksperimen Posttest-Only Control Design
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dia menunjukkan detail —Konsideran teknis dan praktis, yang berada di dalam proses perangkat praktis, yang berada di dalam proses perangkat lunak, sesuatu yang dibutuhkan

[r]

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

[r]

JCRI ini berdiri pada tahun 2016 yang terdiri dari 41 anggota mulai dari yang masih sekolah sampai dengan yang sudah menjadi karyawan atau wiraswasta, komunitas

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian kali ini lebih menekankan pada perbedaan pengaruh metode edukasi ceramah dan pemberian leaflet tentang

Comparative evaluation between cervical vertebrae and hand-wrist maturation for assessment of skeletal maturity orthodontic patients.. Pakistan Oral &amp;

[r]