• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan pengaruh antara pemberian ceramah dengan pemberian leaflet tentang kanker serviks dan papsmear terhadap perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan pengaruh antara pemberian ceramah dengan pemberian leaflet tentang kanker serviks dan papsmear terhadap perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Oleh :

Heny Sulistyaningsih NIM : 068114034

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Oleh :

Heny Sulistyaningsih NIM : 068114034

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu menolongku di saat kesulitan dan memudahkan jalanku

Kedua orang tuaku yang selalu menyayangiku dan memberikan dorongan semangat setiap saat

Kakakku yang selalu membantuku setiap saat dalam masalah teknis sampai selesainya skripsi ini

Almamaterku yang selalu kubanggakan

To accomplish great things, we must not

only act, but also dream, not only plan, but

also believe

(6)
(7)

hidayah dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Antara Pemberian Ceramah Dengan

Pemberian Leaflet Tentang Kanker Serviks Dan Papsmear Terhadap Perilaku Ibu-ibu PKK dengan Tingkat Pendidikan Minimal SMA di Kota Yogyakarta” . Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Walikota Yogyakarta c.q BAPPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta

2. Yayasan Kanker Indonesia atas bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian

3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Bapak dan ibu Camat di Kota Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam penelitian ini

(8)

penguji yang telah memberikan banyak masukan.

8. Romo Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. dan Bapak Agung yang telah membantu dalam pengolahan statistik

9. Mas Narto yang telah membuat berbagai surat ijin yang membantu kelancaran proses pengambilan data.

10. Seluruh ibu-ibu PKK di Kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan bersedia menghadiri acara ceramah yang diadakan sehingga memperlancar penelitian.

11. Pak Wiwid dan pihak Yayasan Kanker Indonesia atas bantuan yang telah diberikan dalam acara ceramah yang memperlancar jalannya penelitian.

12. Kedua orang tuaku, bapak dan ibuku yang tak henti memberikan doa dan semangat dalam penelitian ini serta membantu dalam menyelesaikan penelitian ini

13. Kakakku, Mas Hendro Wibowo, yang selalu membantu dan membimbingku dalam menyelesaikan penelitian ini.

14. Teman-teman seperjuanganku, Fani dan Frida atas bantuan dan kerja sama yang baik dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu

(9)

yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

(10)
(11)

dengan deteksi dini papsmear. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ceramah dengan leaflet tentang kanker leher rahim dan papsmear terhadap perubahan perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pre-post test intervention with control group. Penelitian ini menggunakan dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa ceramah dan leaflet dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest setelah satu bulan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap perubahan perilaku responden. Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat papsmear. Hasil uji Mann-Whitney U Test dan Independent T-Test dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai signifikansi > 0,05 pada peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara edukasi dengan metode leaflet dibandingkan metode ceramah dalam peningkatan perilaku.

(12)

purpose of this research is for knowing difference influence between lecture education method and giving leaflets about cervical cancer and papsmear for the improvement of ibu-ibu PKK’s behavior with a minimum education level of high school.

The research is quasi experimental, with pre-post test intervention design with control group. This study used two experimental groups were given lectures and leaflets intervention and a control group given no intervention. Each group were given pretest and posttest after one month after intervention to know the effect of the intervention of behavioral changes of respondents. The characteristic of the respondents covered education level, information background about cervical cancer and papsmear, and papsmear records. The results of Mann-Whitney test U Test and Independent T-Test with confidence level of 95%, showed the significancy obtained was >0,05 of improvement knowledge, attitude, and action. This result meaning that no significant difference of education leaflets method than lecture method in behavior improvement.

(13)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….. vi

PRAKATA ……….. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… x

INTISARI ……… xi

ABSTRACT ………..……… xii

DAFTAR ISI ………..………. xiii

DAFTAR TABEL ………..………. xviii

DAFTAR GAMBAR ………..………… xx

DAFTAR LAMPIRAN ………..………. xxi

BAB I. PENGANTAR ………..……….. 1

A. Latar Belakang ………..………… 1

1. Perumusan masalah ………..…..… 3

2. Keaslian penelitian ………..…. 4

3. Manfaat penelitian ………..….. 5

B. Tujuan Penelitian ………..……….. 5

(14)

B. Kanker Serviks ………..…….…. 7

1. Definisi Kanker Serviks ……….… 7

2. Penyebab Kanker Serviks ……….. 8

3. Gejala Kanker Serviks ……… 9

4. Stadium Kanker Serviks ………. 10

5. Faktor risiko ……… 12

C. Papsmear……….. 16

1. Definisi Papsmear……….. 16

2. Prosedur Papsmear………... 17

3. Interpretasi Hasil Papsmear………...……. 17

4. Rekomendasi Papsmear……….. 19

D. Edukasi Kesehatan ………. 19

1. Pendidikan Kesehatan ………. 19

2. Metode Pendidikan Kesehatan ………. 20

E. Perilaku Kesehatan ……… 20

F. Perilaku ………. 25

1. Pengertian Perilaku ……… 25

2. Prosedur Pembentukan Perilaku ……… 27

3. Bentuk Perilaku ……….. 28

(15)

I. Tindakan ……… 36

J. Landasan Teori ……….. 37

K. Kerangka Konsep ……….. 37

L. Hipotesis ……… 38

BAB III. METODE PENELITIAN ………..…… 39

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……… 39

B. Variabel Penelitian ………... 39

C. Definisi Operasional ………. 40

D. Tempat Penelitian ………. 41

E. Bahan Penelitian ……… 42

1. Populasi Penelitian ………. 42

2. Sampel dan Teknik Sampling ………. 42

3. Besar Sampel ……….. 43

F. Instrumen Penelitian ………. 44

G. Tata Cara Penelitian ……….. 46

1. Perijinan ………. 46

2. Penelusuran Data Populasi ………. 46

3. Pembuatan Kuesioner ………. 46

4. Pembuatan Leaflet ……….. 50

(16)

b. Analisa Data ……….. 53

H. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ………. 54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 56

A. Karakteristik Responden ……… 56

1. Tingkat Pendidikan ……….……. 56

2. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear . 59 3. Riwayat Papsmear……… 63

B. Pengaruh Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Terhadap Perubahan Perilaku ………...……….. 65

1. Perubahan Pengetahuan ………. 65

2. Perubahan Sikap ………. 70

3. Perubahan Tindakan ………... 74

C. Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan Perilaku ibu-ibu PKK dengan Tingkat Pendidikan minimal SMA ………...……… 79

D. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan Perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA ………...……. 83

(17)

intervensi leaflet dengan ceramah ……… 87

E. Pengaruh Leaflet dan Ceramah terhadap Tindakan Kelompok Perlakuan……….…….. 89

F. Perbedaan Jumlah Responden yang Melakukan Papsmear Setelah Pemberian Edukasi berupa Ceramah dan Leaflet ……….. 90

G. Rangkuman Pembahasan ………. 93

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 96

A. Kesimpulan ……….……….. 96

B. Saran……….……… 98

DAFTAR PUSTAKA ……….………. 99

LAMPIRAN ……….………..………..…… 102

(18)

Tabel 2. Profil Pernyataan dalam Kuesioner mengacu ke NCI (2007) ... 44 Tabel 3. Jenis pertanyaan dalam kuesioner berdasarkan variabel ………… 47 Tabel 4. Karakteristik tingkat pendidikan responden ……….. 56 Tabel 5. Karakteristik latar belakang informasi responden tentang

kanker serviks dan papsmear pada kelompok kontrol,leaflet,

dan ceramah ……….. 61 Tabel 6.Karakteristik riwayat papsmear responden pada kelompok

kontrol,leaflet, ceramah ... 63 Tabel 7. Pengaruh tingkat pendidikan pada responden terhadap

perubahan pengetahuan ... 66 Tabel 8. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi terhadap

perubahan pengetahuan ………..………. 68 Tabel 9. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayat papsmear terhadap

perubahan pengetahuan ……….…. 69 Tabel 10. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan sikap…………. 70 Tabel 11. Pengaruh tingkat pendidikan dan latar belakang informasi

terhadap perubahan sikap ……… 73 Tabel 12. Pengaruh tingkat pendidikan dan riwayat papsmear terhadap

(19)

perubahan tindakan ………. 78 Tabel 16. Uji signifikasi dan selisih nilai rerata antara pretes

dan posttest setelah 1 bulan ……….. 80 Tabel 17. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan leaflet tentang

kanker serviks dan papsmear terhadap perubahan perilaku ……. 84 Tabel 18. Manfaat pemberian edukasi ceramah dan leaflet pada

(20)

Gambar 2. Pemeriksaan papsmear………. 17 Gambar 3. Diagram pembentukan sikap ……… 34 Gambar 4. Kerangka konsep penelitian ……… 38 Gambar 5. Karakteristik Tingkat Pendidikan Kelompok Kontrol ………… 57 Gambar 6. Karakteristik Tingkat Pendidikan Kelompok Intervensi

Leaflet .. ……….………. 57 Gambar 7. Karakteristik Tingkat Pendidikan Kelompok Intervensi

Ceramah ……….………. 58 Gambar 8. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan pengetahuan .. 66 Gambar 9. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan sikap ……….. 70 Gambar 10. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap perubahan tindakan …… 75 Gambar 11. Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang Kanker

Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan Perilaku ………… 82 Gambar 12. Alasan responden tidak melakukan papsmear

(kelompok intervensi leaflet) ……….. 91 Gambar 13. Alasan responden tidak melakukan papsmear

(21)

Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner ……….. 105 Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol ……….. 107 Lampiran 4. Data diri responden kelompok intervensi leaflet …………... 108 Lampiran 5. Data diri responden kelompok intervensi ceramah ……….. 109 Lampiran 6. Nilai pretes dan posttest kelompok kontrol ……….. 110 Lampiran 7. Nilai pretes dan posttest kelompok intervensi leaflet ……….. 114 Lampiran 8. Nilai pretes dan posttest kelompok intervensi ceramah ……. 118 Lampiran 9. Hasil uji statistik untuk karakteristik responden ……...…….. 122 Lampiran 10. Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang Kanker

Serviks dan Papsmear terhadap Perubahan Perilaku ………. 125 Lampiran 11. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang

(22)

A. Latar Belakang

Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks mulai tumbuh tidak terkontrol dan kemudian dapat menyerang jaringan terdekat atau menyebar ke seluruh tubuh. Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru di mana jenis terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Yani, 2007).

(23)

Menurut data Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bagian Patologi Anatomi, frekuensi relatif kanker serviks menempati urutan tertinggi kedua, setelah kanker payudara pada tahun 1994-1999 di Yogyakarta (Ghozali dan Irianiwati, 1999).

NCI melaporkan bahwa pada tahun 1955-1992, papsmear dapat menurunkan insidensi kanker serviks di USA sebesar 74%. Sebanyak 85% kematian akibat kanker serviks adalah pada penderita yang belum pernah melakukan papsmear (Kasper, et al, 2005).

Menurut Sarwono (1997), perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya tambahan informasi tentang obyek tersebut. Beberapa model edukasi telah terbukti dapat meningkatkan perilaku, diataranya yaitu: metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) (Suryawati, 2003), edukasi dengan penyuluhan dan leaflet (Supardi, 1998) dan seminar-seminar atau penyuluhan pada umumnya. Edukasi kesehatan diperlukan untuk mendorong perilaku yang berkaitan dengan promosi kesehatan antara lain adalah upaya-upaya pencegahan terjadinya penyakit (Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001). Pemberian edukasi kesehatan diharapkan dapat mengubah cara pandang masyarakat ke arah lebih positif sehingga dapat menyebabkan perubahan perilaku dalam menghadapi bahaya kanker serviks antara lain dengan melakukan deteksi dini kanker serviks dengan papsmear.

(24)

meneruskan pengetahuan dan sikap tentang pentingnya papsmear sebagai upaya deteksi dini kanker serviks kepada masyarakat. Tingkat pendidikan yang dipilih minimal SMA karena belum adanya kesadaran untuk melakukan papsmear biasanya disebabkan tingkat pendidikan yang rendah.

Penelitian ini dilakukan dengan metode ceramah dan metode pemberian leaflet. Metode ceramah dipilih karena dapat memberikan pengetahuan secara lisan tentang kanker serviks dan papsmear kepada peserta ceramah yaitu ibu-ibu PKK, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikapnya. Metode pemberian leaflet dipilih karena leaflet merupakan sumber informasi tertulis yang dapat membantu menyebarkan informasi tentang kanker serviks dan papsmear.

Adanya edukasi mengenai kanker serviks dan papsmear, serta bahaya kanker serviks kepada masyarakat terutama ibu-ibu diharapkan dapat membantu mengurangi angka kematian akibat kanker serviks karena di kota Yogyakarta kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua setelah kanker payudara. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini.

1. Perumusan Masalah

a. Bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan minimal SMA terhadap perubahan perilaku dilihat dari rata-rata selisih nilai pretest dan posttest setelah satu bulan?

(25)

c. Apakah terdapat perbedaan pengaruh dari edukasi kesehatan berupa ceramah dan pemberian leaflet tentang kanker serviks dan papsmear terhadap perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di kota Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Narasty (2009) yaitu Perbedaan Pengaruh Ceramah dengan Ceramah dan Testimoni Tentang Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar di kota Yogyakarta dan Octavyani (2009) yaitu Pengaruh Ceramah tentang Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta.

(26)

3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada tiga yaitu : a. Manfaat teoritis

Meningkatkan perilaku ibu-ibu PKK dalam bidang kesehatan mengenai tindakan pencegahan kanker serviks melalui pemberian edukasi dengan metode ceramah dan pemberian leaflet.

b. Manfaat metodologis

Mengetahui perbedaan metode edukasi kesehatan berupa ceramah dan leaflet terhadap perubahan perilaku.

c. Manfaat praktis

Mengetahui keefektifan dari metode edukasi kesehatan yaitu ceramah dan pemberian leaflet dengan menggunakan kuesioner.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan pengaruh edukasi antara pemberian ceramah dengan pemberian leaflet mengenai kanker serviks dan papsmear terhadap perubahan perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di Kota Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

(27)

b. Mengetahui pengaruh edukasi kesehatan berupa pemberian leaflet dan ceramah tentang kanker serviks dan papsmear terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan.

(28)

A. Kanker

Kanker adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang biasanya disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak dapat dikontrol (Anonim, 2008). Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian dimana pertumbuhan sel-sel kanker ini lebih tinggi daripada sel-sel yang lain (Susilo, dkk., 2000).

B.Kanker Serviks 1. Definsi Kanker Serviks

(29)

2. Penyebab kanker serviks

Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses sebelum sel menjadi kanker yaitu displasia ringan, sedang, berat yang dimasukkan dalam kategori prakanker. Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada daerah transformasi yaitu dari sel epitel kolumner ke sel epitel skuamous. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa Human Papilloma Virus (HPV) memegang peranan penting (Sjamsuddin, 2001).

Atas dasar epidemiologik dianggap bahwa HPV mempunyai peran penting pada karsinoma serviks yaitu HPV tipe 16 dan 18, dan stadium pendahulunya. Pada waktu ini dikenal kira-kira lebih dari 100 macam tipe HPV, terutama tipe HPV-6 dan 11, tipe ini bukan penyebab kanker tapi merupakan tumor atau neoplasia tidak ganas, 16 dan 18 sering terdapat pada epitel vulva, vagina dan serviks (van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1973).

(30)

memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang mampu menekan pertumbuhan virus tersebut. Dalam kondisi dimana pertahanan tubuh lemah maka virus ini akan tumbuh dan berkembang dan dalam kurun waktu tertentu dapat mengubah sel epitel leher rahim menjadi sel ganas. Waktu mulai dari pertama kali terinfeksi virus hingga muncul sel ganas ini sekitar 10-15 tahun. Pada selang waktu tersebut terjadi perubahan antara sel sehat menjadi sel ganas yang disebut lesi prakanker. Waktu antara ini yang diharapkan untuk melakukan diteksi dini secara cepat untuk kemudian mengambil tindakan tepat secara segera sehingga kesembuhan sempurna dapat dicapai (Bachnas, 2003).

Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital. Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa berpindah melalui sentuhan kulit (Liza, 2009).

3. Gejala kanker serviks

Gejala paling umum dari kanker leher rahim adalah perdarahan abnormal dari vagina berupa bercak vagina (darah pada vagina). Perdarahan abnormal ini

terutama terjadi setelah berhubungan seksual disebut “perdarahan sentuh” atau

“contact bleeding”, namun dapat muncul juga perdarahan diantara 2 siklus

(31)

jangka waktu lama maka pasien dapat mengeluh lelah dan lemas karena anemia yang dialaminya. Bercak kekuningan yang encer dapat merupakan tanda-tanda keganasan. Gejala biasanya baru muncul ketika sel yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya (Anonim, 2008a).

4. Stadium kanker serviks

Menurut NCI (2007), pembagian stadium pada kanker serviks yaitu : a. Stadium 0 (Karsinoma in Situ)

Pada stadium 0, kanker ditemukan di lapisan pertama sel-sel yang melapisi leher rahim (lapisan epitel sel serviks) dan tidak menginvasi jaringan yang lebih dalam leher rahim. Stadium 0 juga disebut karsinoma in situ.

b. Stadium I

Pada stadium I, kanker telah tumbuh, namun hanya ditemukan pada daerah serviks. Stadium I dibagi menjadi tahap IA dan IB, berdasarkan jumlah kanker yang ditemukan.

1) Stadium IA: Kanker dalam jumlah yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dan ditemukan dalam jaringan leher rahim. Stadium I dibagi menjadi 2 yaitu Stadium IA1, kedalaman kanker kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm, dan Stadium IA2, kedalaman antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm

(32)

kanker dapat dilihat tanpa mikroskop dengan ukuran lebih besar dari 4cm

c. Stadium II

Kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding pelvis (jaringan yang melapisi bagian tubuh antara pinggul). Stadium II dibagi menjadi stadium IIA dan IIB, berdasarkan seberapa jauh kanker telah menyebar dari serviks ke jaringan di dekatnya.

1) Stadium IIA: Kanker telah menyebar di luar leher rahim sampai ke atas yaitu dua pertiga dari vagina tetapi tidak sampai ke jaringan di sekitar rahim.

2) Stadium IIB: Kanker telah menyebar di luar leher rahim sampai ke bagian atas yaitu dua pertiga dari vagina dan ke jaringan di sekitar rahim.

d. Stadium III

Kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina dan mungkin telah menyebar ke dinding panggul dan kelenjar getah bening di dekatnya. Stadium III dibagi menjadi tahap IIIA dan IIIB, berdasarkan seberapa jauh kanker telah menyebar.

1) Stadium IIIA: Sel-sel kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina tetapi tidak sampai dinding panggul.

(33)

menyebabkan ginjal berhenti bekerja. Sel-sel kanker mungkin juga telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul.

e. Stadium IV

Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian lain dari tubuh. Stadium IV dibagi menjadi tahap IVA dan IVB, berdasarkan pada tempat kanker ditemukan.

1) Stadium IVA: kanker telah menyebar ke dinding kandung kemih atau dubur dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul.

2) Stadium IVB: kanker telah menyebar di luar panggul, kelenjar getah bening panggul, dan ke tempat-tempat lain dalam tubuh seperti perut, hati, saluran pencernaan, atau paru-paru.

5. Faktor risiko

Faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain : a. Perilaku seksual

(34)

lebih banyak daripada sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya dapat menyebabkan perubahan sifat sel menjadi sel kanker (Praz, 2006).

Orang yang mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks karena kemungkinan dapat tertular penyakit kelamin salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel di permukaan mukosa serviks hingga membelah menjadi banyak, apabila jumlahnya terlalu banyak dan tidak terkontrol maka akan menjadi kanker serviks (Praz, 2006).

(35)

menimbulkan kanker serviks, tetapi penyakit ini digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS). (Anonim,2008).

b. Kontrasepsi

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan seseorang menjadi 2 kali daripada orang normal. Proses tersebut diduga karena regulasi transkripsi DNA virus dapat mengenali hormon dalam pil KB sehingga meningkatkan karsinogenesis virus. WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian (Pradipta, 2007).

c. Merokok

(36)

d. Nutrisi

Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia (Anonim, 2008).

e. Ras

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi (Anonim, 2008). Faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang sehingga hal ini mempengaruhi imunitas tubuh (Sjamsuddin, 2001).

f. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)

(37)

C. Papsmear 1. Definisi Papsmear

Test papsmear adalah pemeriksaan lendir dari leher rahim atau dalam istilah kedokteran disebut lendir serviks. Pemeriksaan ini sebaiknya dilaksanakan oleh setiap wanita yang telah menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun. Bila dalam dua kali pemeriksaan apusan terakhir negatif dan tidak pernah mempunyai riwayat hasil pemeriksaan abnormal sebelumnya (Lestadi, 2009).

Papsmear atau disebut paptest (Papanicoloau) diperkenalkan pada tahun 1950, kata ini diambil dari nama penemunya yaitu George Papanicoloau. Papsmear merupakan suatu cara untuk memeriksa sel-sel yang diambil dari serviks. Serviks merupakan bagian terbawah (distal) uterus yang menghubungkan antara uterus dan vagina (NCI, 2007).

American Cancer Society merekomendasikan papsmear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun, petunjuk pelaksanaan papsmear dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Petunjuk pelaksanaan papsmear

Usia (tahun) Frekuensi

21 – 29 Sekali setahun papsmear regular atau setiap 2 tahun menggunakan papsmear berbasis cairan

30 – 69 Setiap 2 - 3 tahun jika memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan

Lebih dari 70 Papsmear dapat dihentikan jika memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan hasil papsmear normal selama 10 tahun

(38)

2. Prosedur Papsmear

Papsmear dilakukan di ruang pemeriksaan dan hanya beberapa menit. Pertama pasien berbaring di atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit pasien akan diletakkan pada alat stirrups. Secara perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina. Lalu dokter akan mengambil sampel sel serviks dari lendir pada permukaan serviks dengan brush ataupun spatula dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis (Anonim, 2008)

Material sel yang diperoleh secara rata disapukan pada gelas objek, sesudah itu segera dimasukkan cairan fiksasi sesegera mungkin. Penting untuk kualitas usapan serviks ialah jumlah dan macam sel epitel yang ada pada preparat (van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1973).

Gambar 2. Pemeriksaan papsmear (Anonim, 2008)

3. Interpretasi Hasil Papsmear

(39)

a. Unsatisfactory 'Pap Smear'

Pada kasus ini, berarti di Lab prosedur pengambilan papsmear atau prosedur pembuatan preparat tidak benar sehingga ahli sitologi yang memeriksa tidak dapat melihat sel-sel leher rahim dengan detail.

b. Jika ada infeksi atau inflamasi

Kadang-kadang pada pemeriksaan papsmear memberikan gambaran terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang ringan sifatnya.

c. Atypia atau Minor Atypia

(40)

4. Rekomendasi Papsmear

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes papsmear biasanya adalah wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan sudah melakukan hubungan seksual, wanita yang sudah menopause walaupun tidak aktif melakukan hubungan seksual karena resiko kanker serviks meningkat sesuai dengan pertambahan umur, dan wanita yang menjalani pengangkatan rahim sebagian atau yang leher rahimnya utuh (Susilo,dkk., 2000). Selain itu papsmear juga dianjurkan pada wanita yang mengalami keputihan yang parah, mengalami perdarahan setiap melakukan hubungan seksual, wanita yang menikah pada usia muda yaitu kurang dari 20 tahun atau pernah melakukan hubungan seksual sebelum umur 20 tahun, dan wanita yang pernah melahirkan lebih dari 3 kali (Anonim, 2008b).

Pemeriksaan papsmear sebaiknya dilakukan secara berkala minimal satu tahun sekali walaupun tidak mempunyai keluhan pada organ saluran genital karena kanker serviks pada stadium dini biasanya tanpa keluhan (Lestadi, 2009).

D. Edukasi Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan

(41)

proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Sarwono, 1997).

2. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode ceramah yaitu metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada masyarakat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini cocok untuk kelompok besar (apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang). Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Adrian, 2004). Metode ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan serta. Metode ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto, dkk., 2001).

E. Perilaku Kesehatan

(42)

sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practise). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Perilaku kesehatan itu mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya.

2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya.

(43)

4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup :

1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, ttermasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

(44)

3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya. (Notoatmodjo, 1993)

Menurut Notoatmodjo (1993), perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

(45)

gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.

(46)

kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Didalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengaatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.

F. Perilaku 1. Pengertian Perilaku

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

(47)

menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (1993) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya 2 respon, yakni: a. Respondent Respon

Adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkan.

(48)

b. Operant Respons atau Respon Instrumental

Adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme.

2. Prosedur Pembentukan Perilaku

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

(49)

dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

3. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam, yakni :

a. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

(50)

dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behavior (Notoatmodjo, 1993).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam perilaku manusia antara lain :

a. Pengamatan

Pengamatan adalah pengenalan obyek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau dan mengecap. Sedangkan melihat, mendengar, meraba, membau dan mengecap itu sendiri modalitas pengamatan.

b. Perhatian

Ada dua batasan tentang perhatian, yaitu sebagai berikut :

1) Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu obyek.

2) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang sedang dilakukan.

c. Tanggapan

Setelah melakukan pengamatan maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut tanggapan.

d. Fantasi

(51)

e. Ingatan

Ingatan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan memproduksikan kesan-kesan. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat cepat, setia, tegih, luas dan siap.

f. Berpikir

Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya idealistis yang mempergunakan abstraksi-abstraksi. Dalam berpikir, orang meletakan hubungan antara bagian-bagian informasi yang ada pada dirinya berupa pengertian-pengertian.

g. Motif

Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Yang dapat siamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).

Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3, yakni : a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah dimana sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah.

b. Perubahan Rencana (Planned Change)

(52)

c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat maka yang sering terjadi adalah sebagai orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya) (Notoatmodjo, 2003).

5. Proses Adopsi Perilaku

Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (1993), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(53)

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

G. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1993).

Pengetahuan merupakan unsur–unsur yang mengisi akal dan alam jiwa individu yang akan menimbulkan suatu gambaran, konsep, persepsi dan fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indera (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993)

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (Know)

(54)

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

(55)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,1993).

H. Sikap

Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo,1993).

(56)

Stimulus Rangsang Proses stimulus Reaksi tingkah laku (terbuka)

Sikap (tertutup)

Gambar 3. Diagram pembentukan sikap (Notoatmodjo, 1993)

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap ceramah-ceramah b. Merespon (Responding)

(57)

terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 1993).

I.Tindakan

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor pendukung (Notoatmodjo, 1993).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan dengan tindakan yang diambil.

(58)

c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan, maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).

J. Landasan Teori

Edukasi kesehatan diperlukan untuk mendorong perilaku yang berhubungan dengan perilaku kesehatan. Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya kanker serviks dan perlunya deteksi dini papsmear sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan perilaku masyarakat tentang perlunya pencegahan terhadap kanker serviks dengan melakukan papsmear. Edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain dengan ceramah dan pembagian leaflet. Melalui kedua metode ini diharapkan dapat diketahui metode mana yang lebih efektif agar terjadi perubahan perilaku sehingga diharapkan dapat menguramgi angka kematian kanker serviks.

K. Kerangka Konsep

(59)

diukur dengan adanya tindakan melakukan pemeriksaan papsmear setelah satu bulan pemberian intervensi.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi kesehatan menggunakan metode ceramah dan leaflet mengenai kanker serviks dan papsmear diharapkan akan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu PKK di Kota Yogyakarta. Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ini diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan dan peningkatan perilaku ibu-ibu PKK yang ditandai dengan adanya perilaku melakukan pemeriksaan papsmear setelah satu bulan pemberian intervensi berupa leaflet dan ceramah.

Gambar 4. Kerangka konsep penelitian

L.Hipotesis

Perbedaan peningkatan perilaku ibu-ibu PKK dengan latar belakang tingkat pendidikan minimal SMA tentang kanker serviks dan papsmear yang signifikan antara kelompok ceramah dan kelompok leaflet.

Pengetahuan Sikap Tindakan

Perilaku Ceramah dan Leaflet

(60)

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental Research) dengan rancangan penelitian pre-post test intervention with control group (Pratiknya, 2003). Jenis penelitian eksperimental semu karena tidak memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan mengalami kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subjek (Pratiknya, 2001). Rancangan penelitian eksperimental semu digunakan untuk melihat adanya efek edukasi yang diberikan pada responden yang berupa ceramah dan leaflet terhadap perubahan perilaku ibu-ibu PKK di kota Yogyakarta.

Kelompok eksperimen diberi perlakuan atau intervensi yang berupa kelompok 1 diberi edukasi kesehatan dengan ceramah, kelompok 2 diberi edukasi dengan leaflet sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Masing-masing kelompok diberi pre-test dan post-test untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan. Karena akan diuji 2 jenis intervensi maka jumlah kelompok eksperimen adalah 2 kelompok.

B. Variabel Penelitian

(61)

2. Variabel terpengaruh (dependent) dalam penelitian ini adalah perilaku ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di kota Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

1. Kanker serviks adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel yang menyerang pada jaringan dinding leher rahim dan dapat menyebar ke organ lain yang dapat menyebabkan kematian.

2. Papsmear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks, pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat

3. Responden adalah ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di kota Yogyakarta yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, dan bersedia menghadiri acara ceramah yang diadakan peneliti yang memenuhi kriteria inklusi

4. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi kanker serviks dan papsmear kepada responden secara dua arah yang disampaikan oleh narasumber yang berkompeten yaitu tim dokter dari YKI.

5. Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian tentang kanker serviks dan papsmear

(62)

7. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap yang terwujud dalam tindakan untuk melakukan papsmear.

8. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang kanker serviks dan papsmear.

9. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk melakukan tindakan pencegahan kanker serviks dengan melakukan papsmear dengan kesadaran yang didasari oleh pengetahuan, dimana hasilnya dapat diukur dengan kuesioner

D. Tempat Penelitian

(63)

E. Bahan Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di kota Yogyakarta.

2. Sampel dan teknik sampling

Subyek penelitian adalah ibu-ibu PKK di kota Yogyakarta yang bersedia mengisi dan mengembalikan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi yang meliputi ibu-ibu PKK dengan tingkat pendidikan minimal SMA di kota Yogyakarta, sudah menikah, belum pernah melakukan papsmear atau telah melakukan papsmear pada awal tahun 2006.

Responden penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling. Teknik sampling ini dilakukan dengan berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendak (Budiarto,2004). Teknik sampling ini dilakukan dengan cara melakukan random 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta. Sehingga didapatkan 5 kecamatan untuk intervensi leaflet, 5 kecamatan untuk intervensi ceramah dan 4 kecamatan untuk kelompok kontrol. Pemilihan sampel dilakukan oleh pengurus PKK dan dipilih ibu-bu PKK yang selalu aktif terlibat dalam kepengurusan kegiatan PKK (pengurus pokok) yang memenuhi kriteria inklusi, di mana pengurus pokok PKK ini mewakili kelurahan yang ada dalam tiap kecamatan.

(64)

3. Besar Sampel

Jumlah responden untuk kelompok kontrol dan intervensi harus memenuhi syarat penelitian eksperimental. Menurut Gay (cit., Sevilla, 1993) jumlah subjek penelitian suatu penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk setiap populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara merandom 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta, sehingga didapatkan 5 kecamatan untuk intervensi berupa ceramah yaitu Pakualaman, Gedongtengen, Danurejan, Mantrijeron, dan Umbulharjo, 5 kecamatan untuk intervensi berupa leaflet yaitu Gondokusuman, Kotagede, Wirobrajan, Kraton, dan Jetis, serta 4 kecamatan untuk kontrol yaitu Mergangsan, Tegalrejo, Gondomanan, Ngampilan, kemudian memilih ibu-ibu PKK yang dilakukan oleh pengurus PKK yang dapat mewakili dari populasi yang diteliti dari tiap kecamatan hingga memenuhi jumlah sampel yang dikehendaki.

(65)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan leaflet. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dengan memberikan pernyataan tertulis tentang kanker serviks dan papsmear kepada responden untuk dijawab. Leaflet merupakan media untuk memberikan edukasi tertulis berupa informasi mengenai kanker serviks dan papsmear. Penyusunan kuesioner yang dilakukan dengan mengacu pada profil pernyataan pengukuran aspek sikap tentang kanker serviks dan papsmear berdasarkan NCI, (2007)

Tabel 2. Profil Pernyataan dalam Kuesioner mengacu ke NCI (2007)

No Pernyataan

1 Pengukuran Aspek Pengetahuan a. Definisi Penyakit kanker serviks b. Etiologi penyakit kanker serviks

c. Tanda dan gejala penyakit kanker serviks d. Faktor resiko kanker serviks

e. Upaya pencegahan kanker serviks f. Pengertian papsmear

g. Arti penting melakukan papsmear h. Proses papsmear

i. Rekomendasi jadwal papsmear yang teratur j. Kapan sebaiknya waktu ideal untuk papsmear k. Bagaimana hasil papsmear dilaporkan

l. Intepretasi hasil papsmear

m. Apa yang harus dilakukan jika hasil tidak normal 2 Pengukuran Aspek Sikap

a. Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup b. Upaya pencegahan kanker serviks

c. Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks dengan papsmear

d. Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini dengan papsmear

e. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini dengan papsmear

f. Pendapat tentang tempat melakukan papsmear g. Pendapat tentang biaya papsmear

3 Pengukuran Aspek Tindakan

(66)

Pernyataan dalam kuisioner merupakan pernyataan tertutup, tujuannya untuk memudahkan responden dalam menjawab, karena sudah diberikan 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Ragu – ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan – akan jawaban selalu benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kalimat pernyataan, harus selalu seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan pernyataan positif (favorable). Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab, sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2003). Kuesioner dibuat dengan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak terjadi kesalahan penafsiran dari responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorable akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan STS). Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih rendah daripada respon negatif (Azwar, 2003).

Kuesioner diuji dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji yang dilakukan antara lain uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung nilai alphacronbach dan uji pemahaman bahasa.

(67)

G. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Perijinan dilakukan dimulai dengan memasukkan proposal penelitian ke bagian perijinan Walikota Yogyakarta c.q. BAPPEDA kota Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan perijinan pada kecamatan dan ke kelurahan yang akan diteliti. Untuk perijinan tempat untuk mengadakan ceramah dan surat undangan untuk ibu-ibu PKK dari tiap kecamatan, dilakukan perijinan ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma kemudian dilanjutkan ke tiap kecamatan.

2. Penelusuran Data Populasi

Penelusuran data populasi dilakukan ke tiap kecamatan di kota Yogyakarta untuk mengetahui jumlah ibu-ibu PKK yang ada di kota Yogyakarta. Kemudian dilakukan penelusuran responden sebanyak 7-8 orang yang mewakili dari tiap kelurahan yang ada di tiap kecamatan. Penelusuran ini meliputi tingkat pendidikan dan usia. Untuk penelitian ini diambil 7-8 orang ibu PKK karena ibu-ibu PKK ini merupakan pengurus pokok dari PKK kecamatan dan merupakan kader kesehatan, sehingga diharapkan dengan diberikan edukasi bisa membantu meneruskan informasi ini ke masyarakat pada tingkat kelurahan dan pedukuhan.

3. Pembuatan Kuesioner

(68)

a. Pembuatan pernyataan dalam kuesioner

Kuesioner terdiri dari 4 bagian yaitu bagian pertama merupakan pernyataan mengenai karakteristik demografi responden. Bagian kedua adalah untuk mengukur pengetahuan responden tentang kanker serviks dan papsmear. Bagian ketiga untuk mengukur sikap responden terhadap deteksi dini kanker serviks dengan papsmear. Bagian keempat mengukur perilaku deteksi dini kanker serviks dengan melakukan papsmear. Pilihan jawaban untuk kusioner ini menggunakan modifikasi skala likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di tengah

yaitu Ragu-Ragu (R), sehingga pilihan jawaban yang ada adalah SS

(Sangat Setuju), S(Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak

Setuju). Pilihan jawaban R (Ragu-Ragu) dihilangkan karena menurut Hadi

(2000), kategori jawaban di tengah memiliki arti ganda yang tidak

diharapkan dalam suatu instrumen yang digunakan pada sutu penelitian,

karena hal ini dapat diartikan ganda yaitu belum dapat memutuskan atau

memberi jawaban, dan dapat diartikan netral, sehingga menimbulkan

kecenderungan responden untuk menjawab ke tengah, terutama pada

responden yang ragu atas arah jawabannya, antara jawaban setuju atau

tidak setuju.

Tabel 3. Jenis pernyataan dalam kuesioner berdasarkan variabel Variabel Nomor

pernyataan

Jenis pernyataan Favourable Unfavourable Pengetahuan 1-10 1,2,3,4,6,9,10 5,7,8

Sikap 11-16 11,12,16 13,14,15

(69)

Sistem penilaian dibagi menjadi 2 cara yang berbeda untuk pertanyaan favorable dan unfavorable. Penilaian jawaban untuk pertanyaan yang favorable adalah SS=4, S=3, TS=2, STS=1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS=1, S=2, TS=3, STS=4 b. Uji validitas

Uji validitas pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur dengan menggunakan analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥0,3 (Azwar, 2006). Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi di mana validitas diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional.

(70)

Pernyataan dalam kuisioner dikatakan valid apabila hasil dari pengujian validitas menggunakan analisis Pearson Product Momen menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) antara 0,380-0,694. Uji validitas dilakukan pada kuisioner mencakup 3 aspek dalam perubahan perilaku yaitu aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Pada tahap pengujian validitas ini didapatkan 22 butir pernyataan yang valid dari 34 pernyataan dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yang terdiri dari 10 butir pernyataan merupakan butir pernyataan untuk mengukur tingkat pengetahuan, 6 butir pernyataan untuk mengukur sikap, dan 6 butir pertanyaan untuk mengukur tindakan.

Dari 22 pertanyaan tersebut terdapat 1 pertanyaan yang belum valid yang mengukur aspek pengetahuan yaitu mengenai definisi kanker serviks sehingga dilakukan uji validitas professional adjustment dari pakar yang ahli dalam bidang patologi anatomi kedokteran RSUP dr. Sardjito Yogyakarta yaitu dr. Fx. Ediati Triningsih M.Sc.,Sp.PA, sehingga 1 butir pernyataan tersebut direvisi oleh dr. Fx. Ediati Triningsih M.Sc.,Sp.PA dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian.

c. Uji Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (2002), reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau

diandalkan, sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

(71)

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0 - 1. Semakin tinggi nilai koefisian reliabilitas atau mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2006). Instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam kuesioner yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan analisa statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien alpha cronbach. Menurut Azwar (2006), suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha >0,60. Pada penelitian ini, didapatkan nilai koefisien alpha cronbach 0,803 yang berarti penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi.

4. Pembuatan Leaflet

Gambar

Gambar 1. Lokasi kanker leher rahim   (Anonim, 2008)
Tabel 1. Petunjuk pelaksanaan papsmear
Gambar 2. Pemeriksaan  papsmear   (Anonim, 2008)
Gambar 3. Diagram pembentukan sikap (Notoatmodjo, 1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Penelitian yang di lakukan di PDAM Tirta Lawu Karanganyar langkah pengembangan cara pembayaran air yang dilakukan oleh PDAM Tirta Lawu Karanganyar serta

UPAYA MEMBANGUN KONSEP DIRI PADA EKS PEKERJA SEKS

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Penerapan Sistem Manajemen Informasi

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasall6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Besaran dan Penggunaan Iuran Badan Usaha Dalam Kegiatan

Penganugerahan Pangripta Nusantara Tahun 2015 kepada provinsi dan kabupaten/kota yang mempunyai dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) terbaik bertujuan

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

Hasil ini sama dengan pemberian minyak kedelai dalam pakan ikan kerapu bebek yang memberikan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sumber lemak nabati lainnya

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh (sitokinin dan auksin 2,4 D) pada medium untuk propagasi tanaman nilam