• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

ORGANIK

SKRIPSI

Oleh :

RAHMI / 080307034 PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

ORGANIK

SKRIPSI

Oleh :

RAHMI / 080307034 PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik

Nama : Rahmi NIM : 080307034 Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemulian Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Dr.Diana Sofia Hanafiah,SP MP) (Ir. Syafruddin Ilyas Ketua Anggota

)

Mengetahui :

(

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.sc.)

(4)

ABSTRACT

Rahmi "Response to The Growth And Production of Two lowland Maize Varieties (Zea maysL) to organic fertilizer" under the guidance of Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP.MP and Ir. Syafrudin Ilyas. This study aims to determine the growth and production responses of two lowland maize varieties to organic fertilizer this study was held in the home screen, faculty of agriculture, University of North Sumatera, which was held in January - May 2014. This study using randomized block design with 2 factors, factor 1: maize varieties, and factor 2 with 4 levels, namely P0: no manure (control), P1: 10 g of cow manure / plant, P2: 23 ml of liquid manure (cow urina) / plant, P3: 10 g of cow manure fertilizer +23 ml liquid manure / plant. The result from of this research refer to gave not significant effect parameter plant height the number,number of leaves,the age of flowering.intreraction organic fertilizer real effect to treatment varieties. The results entire character of the plant, namely plant height the number eat,showed low heritability,number of leaves (strands) the age of male flowering(day after planting), female flowering (day after planting) showed high heritability criteria.

(5)

ABSTRAK

Rahmi “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik” dibawah bimbingan Dr. Ir. Diana Sofia Hanafiah, MP dan Ir. Syafruddin Ilyas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik yang dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara Medan, yang dilaksanakan pada Januari – Mei 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor, Faktor I : Varietas jagung (V), V1 Pioner 12, V2 Bisma Faktor II : Dosis pupuk kandang sapi (P) terdiri dari

4 taraf, yaitu: P0 : Tanpa upuk kandang (kontrol) P1 : 10 gr pupuk kandang

sapi/tanaman P2 : 23 ml pupuk kandang cair (urine sapi)/tanaman P3 : 10 gr pupuk

kandang sapi+23 ml pupuk kandang cair/tanaman Adapun hasil dari penelitian ini ialah aplikasi pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk tinggi tanaman,jumlah daun,umur berbunga.interaksi pupuk organik menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan varietas. Seluruh karakter tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah buah per plot (tongkol)menunjukkan heritabilitas rendah,jumlah daun(helai) umur berbunga jantan (HST) umur berbunga betina (HST) menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Rahmi lahir di Serdang Bedagai pada tanggal 10 September 1989 dari ayahanda Hamlet dan ibunda Rohani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Adapaun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 102049 Tanjung Beringin lulus tahun 2000, MTS Alwashliyah Tanjung Beringin lulus tahun 2004, MAS Alwahliyah Tanjung Beringin lulus tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008 melalui jalur UMB.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L.) dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah SP, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan bapak

Ir. Syafruddin Ilyas selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada orang tua saya ayahanda Hamlet dan ibunda Rohani yang tak hentinya mendukung dan mendoakan hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada seluruh saudara saya yang telah ikut mendoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa juga saya ucapkan terima

kasih kepada sahabat saya Dian Novita Sari SE, Evanlous SP, Wiwik Mayasari SP, Nova Christina Hutabarat SP, Yopi Operasisco SP,

Junita Gurning SP serta sahabat anggota MILITAN 2008 yang senantiasa mendampingi saya dalam suka dan duka.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014

(8)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian……… 3

TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian………... 10

Bahan dan Alat………. 10

Metode Penelitian………. 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan……… 14

Persiapan Media Tanam……… 14

Aplikasi Pupuk Kandang Padat dan Cair……… 14

Penanaman Benih………. 14

Pemeliharaan Tanaman………. 14

Penyiraman………. 14

Penyisipan……….. 15

Penyiangan……….. 15

Pengendalian Hama dan Penyakit……… 15

Panen………. 15

(9)

Tinggi Tanaman (cm)………. 15

Jumlah Daun (helai)……… 15

Umur Berbunga (HST)……… 16

Bobot Kering Pipilan Perplot (g)………. 16

Heritabilitas……….. 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil……… 17

Tinggi Tanaman (cm)……… 17

Jumlah Daun Tanaman (helai)………. 19

Umur Berbunga Jantan (HST)………. 20

Umur Berbunga Betina (HST)………. 21

Bobot Kering Pipilan Perplot……… 22

Nilai Heritabilitas……….. 23

Pembahasan………. 23

Pengaruh Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Terhadap Pemberian Pupuk Organik……….. 23

Ppengaruh Interaksi Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Terhadap Pemberian Pupuk Organik………. 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………. 28

Saran……… 28 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman umur 2 MST – 7 MST ……….. 18

2. Rataan jumlah daun tanaman umur 2 MST – 7 MST……….19

3. Umur berbunga jantan ……….. 20

4. Umur berbunga betina ……….. 21

5. Rataan bobot kering pipilan per plot…..……… 22

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Kebutuhan Pupuk……….. 31

2. Deskripsi Varietas Pioner 12……… 32

3. Deskripsi Varietas Bisma………. 33

4. Bagan Lahan Penelitian………... 34

5. Bagan Plot Tanaman………. 35

6. Jadwal Kegiatan Penelitian……… 36

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST……… 37

8. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST……….. 37

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST……… 38

10. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST……….. 38

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST……… 39

12. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST……….. 39

13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST……… 40

14. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST………..…..40

15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST……… 41

16. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST……….. 41

17. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST……… 42

18. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST……….. 42

19. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST……… 43

20. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST……… 43

(12)

22. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST……… 44

23. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST………. 45

24. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST……… 45

25. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST……… 46

26. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST……….. 46

27. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST……… 47

28. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST……… 47

29. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST……… 48

30. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST……… 48

31. Data Pengamatan Umur Berbunga Jantan………. 49

32. Lampiran Sidik Ragam Umur Berbunga Jantan……… 49

33. Data Pengamatan Umur Berbunga Betina………. 50

34. Lampiran Sidik Ragam Umur Berbunga Betina……… 50

35. Data Pengamatan Bobot Kering Pipilan Perplot……… 51

36. Lampiran Sidik Ragam Bobot Kering Pipilan Perplot……….. 51

37. Analisa Tanah ………52

38. Foto Bobot Kering Pipilan Perplot………... 53

(13)

ABSTRACT

Rahmi "Response to The Growth And Production of Two lowland Maize Varieties (Zea maysL) to organic fertilizer" under the guidance of Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP.MP and Ir. Syafrudin Ilyas. This study aims to determine the growth and production responses of two lowland maize varieties to organic fertilizer this study was held in the home screen, faculty of agriculture, University of North Sumatera, which was held in January - May 2014. This study using randomized block design with 2 factors, factor 1: maize varieties, and factor 2 with 4 levels, namely P0: no manure (control), P1: 10 g of cow manure / plant, P2: 23 ml of liquid manure (cow urina) / plant, P3: 10 g of cow manure fertilizer +23 ml liquid manure / plant. The result from of this research refer to gave not significant effect parameter plant height the number,number of leaves,the age of flowering.intreraction organic fertilizer real effect to treatment varieties. The results entire character of the plant, namely plant height the number eat,showed low heritability,number of leaves (strands) the age of male flowering(day after planting), female flowering (day after planting) showed high heritability criteria.

(14)

ABSTRAK

Rahmi “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik” dibawah bimbingan Dr. Ir. Diana Sofia Hanafiah, MP dan Ir. Syafruddin Ilyas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik yang dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara Medan, yang dilaksanakan pada Januari – Mei 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor, Faktor I : Varietas jagung (V), V1 Pioner 12, V2 Bisma Faktor II : Dosis pupuk kandang sapi (P) terdiri dari

4 taraf, yaitu: P0 : Tanpa upuk kandang (kontrol) P1 : 10 gr pupuk kandang

sapi/tanaman P2 : 23 ml pupuk kandang cair (urine sapi)/tanaman P3 : 10 gr pupuk

kandang sapi+23 ml pupuk kandang cair/tanaman Adapun hasil dari penelitian ini ialah aplikasi pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk tinggi tanaman,jumlah daun,umur berbunga.interaksi pupuk organik menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan varietas. Seluruh karakter tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah buah per plot (tongkol)menunjukkan heritabilitas rendah,jumlah daun(helai) umur berbunga jantan (HST) umur berbunga betina (HST) menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, K diperlukan dalam jumlah yang banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut dengan hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro (Akil dan Dahlan, 2005).

Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Disamping bijinya biomassa hijauan jagung diperlukan dalam pengembangan ternak sapi. Peluang ekspor semakin terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti Amerika, Argentina dan Cina mulai membatasi volume ekspornya karena kebutuhan jagung merata. Upaya peningkatan produksi jagung baik intensifikasi maupun ekstensifikasi, selalu diiringi oleh penggunaan pupuk untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya pemupukan dilakukan secara seimbang sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah untuk menyediakan hara secara alami, berkelanjutan system produksi dan keuntungan yang memadai bagi petani (Akil, 2009).

(16)

Dampak yang lebih parah akibat penggunaan pupuk anorganik dan pestisida adalah mengakibatkan kerusakan pada tanah hingga tidak dapat lagi dipergunakan untuk kehidupan tanaman sebagai akumulasi residu kimia dalam tanah, serta timbulnya hama dan penyakit baru yang menyerang tanaman (Mulat,2003).

Kebutuhan hara tanaman jagung dapat dipenuhi dengan tujuan meningkatkan kandungan unsur hara dilahan tanam. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dapat berperan meningkatkan aktivitas biologi tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, memperbaiki sifat fisik tanah serta dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik di maksudkan untuk mengurangi sampai meniadakan pupuk kimia untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pupuk organik dapat bersumber dari bahan-bahan jerami padi, tandan kelapa sawit, kotoran hewan, dan lain-lain (Rahmawati,2005).

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair dari hewan ternak yang dikandangkan yang dapat bercampur dengan alas kandang dan sisa-sisa makanan. Sifat dan ciri pupuk kandang ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: jenis ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk atau struktur kandang dan tempat penyimpanan pupuk (Hasibuan 2006).

(17)

dengan baik hal ini akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bahan organik tersebut salah satunya pupuk kandang (Rismunandar, 2001).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respons dua varietas jagung dataran rendah terhadap beberapa taraf pemberian pupuk organik.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Rukmana (1997) tanaman jagung dapat diklasifikasikan dalam divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Poales, genus Zea, spesies Zea mays L.

Tanaman jagung memiliki akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) .akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif berkembang menjadi akar serabut tebal. Akar penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah (Subekti,2005).

Jagung merupakan tanaman berumah satu. Jagung menghasilkan bunga jantan dalam satu pembungaan terminal (malai) dan bunga betina pada tunas samping (tongkol). Jagung adalah protandus, yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan tepung sari) biasa terjadi satu atau dua hari setelah muncul tangkai putik (umum dikenal sebagai rambut). Karena pemisahan tongkol dan malai bunga jantan serta protandri pembungaan nya, jagung merupakan spesies yang terutama menyerbuk silang (Fischer dan Palmer, 1992).

(19)

atas 5 hingga 12 bunga. Mahkota bunga nya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang, berbentuk bola atau jurang melintang (Rismunandar,2001).

Kebanyakan ordo Poales memieliki bentuk batang seperti silinder panjang,jelas berbuku-buku dan beruas-reruas , bersekat pada buku-bukunya. Daun-daun tersusun berseling dalam dua baris pada batang. Batang tanaman jagung memiliki ruas-ruas dengan jumlah 8-21 ruas. Rata-rata batang tanaman jagung antara 1-3 meter diatas permukaan tanah (Tjitrosoepomo,2005).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas jagung di selimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk lebih besar di banding yang terletak pada bagian bawah (Goldsworthy dan Fisher 1992).

Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang kuda, kambing dan ayam. Pupuk dingin lebih lama terurai, misalnya pada sapi dan kerbau (Hasibuan, 2006).

(20)

takaran satu bagian pupuk kandang cair dicampur satu bagian air (Hartatik dan

Widowati, 2006).

Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman bersamaan dengan kotoran ternak atau bahan lainnya. Cara pemberian pada sistem budidaya organik biasanya dikocorkan atau disiramkan keakar tanaman. Penggunaan urin dan pupuk cair organik < 40 ml per hektar, Urin ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak (Anonim,1993).

Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang sudah lama dilakukan oleh petani. Jumlah maksimum pupuk kandang yang umum digunakan petani untuk tanaman pangan dan sayuran < 2 ton per hektar. Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk tanaman merupakan siklus unsur hara yang sangat bermaanfaat,disisi lain penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman.(Hartatik dan Widowati,2006)

Syarat Tumbuh Iklim

Suhu optimum untuk tanaman jagung berkisar antara 24-25°C. Suhu optimal yang di perlukan untuk perkecambahan jagung adalah 30-32°C. Untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30°C. Intensifikasi radiasi matahari sangat di perlukan dalam jumlah yang cukup. Sebaiknya jagung mendapat cahaya matahari langsung (Nurmala, 2002).

(21)

pada pertumbuhan vegetatif di banding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning air tidak di butuhkan lagi (Tobing dkk,1995).

Tanah

Tanaman jagung tidak memilih–milih jenis tanah. Ditanah yang ringan dan banyak mengandung pasir hingga tanah yang berat pun dapat tumbuh dan menghasilkan, yang penting kesuburan tanahnya cukup mengandung zat hara yang dibutuhkan (Rismunandar, 2001).

Tanaman jagung dapat di tanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai 1500 m di atas permukaan laut. Tanah-tanah yang mengandung kadar lempung sedang, di sertai dengan drainase yang baik serta mengandung banyak bahan organik yang tinggin adalah cocok untuk tanaman jagung. Kemasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar antara 5,5-6,8. Tanaman jagung yang di tumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu masam akan memberikan hasil yang rendah (Sutarya dan Grubben, 1995)

Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman adalah jelek. Keadaan yang terlalu basah tidak menguntungkan karena cenderung dapat mengundang berbagai penyakit tanaman (Kartasapoetra, 1988).

Pupuk Kandang

(22)

memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total, memperbaiki stabilitas agregat tanah dan meningkatkan kandungan humus tanah, serta meningkatkan kesuburan tanah (Wigati dkk., 2006).

Pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kandang sapi padat dan urin sapi, karena selain mudah didapat pupuk kandang sapi padat mengandung unsur hara N total (%) 0,3, P total (% ) 0,2, K total (%) 0,15, C- total (%) 0,2, C/N (%) 20-25, dan urin sapi mengandung N total (%) 1,21, P total (%) 0,01, K total (%) 1,35 dan C total (%) 1,35 (Hartatik dan Widowati,2006)

Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Mulat, 2003).

Dalam penelitian Yetti dan Elita (2008) menjelaskan pupuk organik memberikan pengaruh yang positif terhadap tinggi tanaman, dimana pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kandang sapi banyak mengandung asam amino yang berasal dari makanannya sehingga mengalami pelapukan karena keaktifan mikroorganisme pengurai menjadi meningkat, akibatnya ketersediaan unsur hara meningkat (Yetti dan Elita, 2008)

Varietas

(23)

Varietas berdasarkan pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida dan varietas bersari bebas (Rukmana,1997).

Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inbrida unggul karena itu pembuatan inbrida unggul merupakan langkah pertama dalam pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitas yang tinggi. Varietas yang bersari bebas adalah varietas yang benihnya diambil dari pertanaman sebelumnya atau dapat dipakai terus menerus dari setiap pertanamannya dan belum tercampur atau diserbuki oleh varietas lain.(Kartasapoetra,1988).

Varietas jagung yang ditanam di Indonesia merupakan varietas yang menyerbuk alami (OP) dan varietas hibrida (F1). Penggunaan varietas hibrida menunjukkan peningkatan dri tahun ke tahun bersamaan dengan perkembangan industri perbenihan sayuran. Varietas menyerbuk alami berasal dari produksi petani atau penangkar benih melalui proses seleksi massa tanaman dilapangan sampai setelah panen. Benih yang berasal dari tanaman yang menyerbuk alami umumnya memiliki keragaman, antara lain penampilan morfologi tanaman, umur panen, daya hasil, dan kualitas hasil, tetapi memiliki adaptasi spesifik lokasi, sedangkan dalam era perdagangan bebas diperlukan benih jagung varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi, kualitas buah baik dan seragam, serta tersedia secara kontinu. Dalam hal ini varietas hibrida lebih dapat memenuhi permintaan pasar (Purwati, 2009).

Heritabilitas

(24)

penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Januari sampai dengan April 2014.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas Bisma dan Pioner 12 sebagai objek penelitian, topsoil sebagai media tanam, kompos untuk campuran media tanam, pupuk kandang sebagai perlakuan dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dan membuat plot tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, tugal untuk membuat lubang tanam, tali raffia untuk membuat batas lahan, meteran untuk mengukur lahan, gunting/cutter untuk memotong, pacak sampel sebagai penanda sampel, alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk menghitung data, timbangan untuk menimbang,polibag dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

Faktor I : Varietas jagung (V), yaitu: V1 : Pioner 12

(26)

Faktor II : Dosis pupuk kandang sapi (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu: P0 : Tanpa pupuk kandang (kontrol)

P1 : 10 gr pupuk kandang sapi/tanaman

P2 : 23 ml pupuk kandang cair (urine sapi)/tanaman

P3 : 10 gr pupuk kandang sapi+23 ml pupuk kandang cair/tanaman

Sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan yaitu : V1P0 V1P1 V1P2 V1P3

V2P0 V2P1 V2P2 V2P3

Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 24

Luas lahan : 16 m x 5 m

Jumlah tanaman sampel/plot : 4 Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 96 Jumlah tanaman seluruhnya : 96

Luas plot : 100 cm x 100 cm

Jarak tanaman : 30 cm x 70 cm Jarak antar plot : 25 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model linier sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

(27)

dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan varietas ke-j dan dosis pupuk

kandang sapi pada taraf ke-k µ = Nilai tengah

ρi = Efek blok ke-i

αj = Efek varietas pada taraf ke-j

βk = Efek dosis pupuk kandang sapi pada taraf ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi antara varietas pada taraf ke-j dan dosis pupuk kandang

sapi pada taraf ke-k

εijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan varietas pada taraf ke-j dan

dosis pupuk kandang sapi pada taraf ke-k

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).

Heritabilitas

Menurut Stansfield (1991) untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan heritabilitas, berdasarkan rumus: Dengan kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut:

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 25 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil dicampur dengan pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:1, kemudian dimasukkan dalam polibag.

Aplikasi Pupuk Kandang Sapi Padat dan Pupuk Kandang Cair Sapi

Pada penelitian ini digunakan pupuk kandang sapi padat siap pakai. Pupuk kandang sapi padat dicampur kedalam tanah yang sudah diisi kedalam polybag dengan dosis 10 gram /polybag,kemudian didiamkan selama seminggu.

Pada aplikasi pupuk kandang sapi cair bahan yang digunakan adalah urin sapi. Urin sapi ditampung didalam ember kemudian dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1:1,setelah itu ember ditutup agar tidak terjadi penguapan dan didiamkan selama 2 minggu,setelah itu diaplikasikan pada 2 MST.

Penanaman Benih

(29)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi lapangan, penyiraman dilakukan bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan tanaman yang masih hidup. Penyisipan di lakukan paling lama 7 hari setelah tanam.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan di lakukan 2 kali pada umur 2 MST dan 7 MST. Penyiangan di lakukan sesuai dengan kondisi keadaan lahan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan apabila terjadi serangan, waktu dan dosis pemberian sesuai dengan kondisi di lapangan.

Panen

(30)

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai 14 MST. Pengukuran dilakukan dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.

Jumlah Daun (Helai)

Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal dengan alat ukur, di hitung seluruh daun yang ada. Dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman. Umur Berbunga (HST)

Umur berbunga jantan ditentukan saat bunga jantan pertama kali muncul. Umur berbunga dicatat sejak bunga pertama keluar.

Umur berbunga betina ditentukan saat bunga betina pertama kali muncul. Umur berbunga dicatat sejak bunga pertama keluar.

Bobot Pipilan kering biji/plot (g)

Produksi pipilan kering di hitung dengan menjumlahkan produksi biji kering pertanaman dalam satu plot.

Heritabilitas

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter tinggi tanaman mulai dari 2 sampai dengan 5 MST, sedangkan pada parameter jumlah daun menunjukkan pengaruh yang nyata hanya pada 4 MST saja. Pada perlakuan varietas parameter umur berbunga jantan dan umur berbunga betina menunjukkan pengaruh tidak nyata,sedangkan pada parameter bobot kering pipilan perplot perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata. Pada perlakuan pupuk organik parameter tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, pada parameter jumlah daun perlakuan pupuk organik juga menunjukkan pengaruh tidak nyata. Pada parameter umur berbunga jantan dan berbunga betina menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, dan pada parameter bobot kering pipilan perplot juga menunjukkan pengaruh tidak nyata.

Untuk mengetahui hasil penelitian yang lebih terperinci mengenai masing-masing parameter penelitian akan dibahas pada paragraf sebagai berikut ini:

Tinggi Tanaman (cm)

(32)

tinggi tanaman pada saat 2 sampai 7 MST dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut :

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan

Minggu Setelah Tanam

2 3 4 5 6 7

Varietas

V1 = pioner12 34.69a 47.94 a 74.61a 101.68a 122.34 141.61 V2 = Bisma 41.14b 55.06b 84.11 b 111.39b 128.11 146.63 Pupuk

Organik

P0 = Kontrol 38.10 51.49 80.67 107.95 123.83 147.85 P1 = 10 g 37.84 5149 75.62 103.13 124.78 146.16 P2 = 23 ml 36.46 50.06 75.83 103.13 121.39 136.53 P3 =10g+23ml 39.26 52.97 85.83 111.92 130.92 145.96

Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

(33)

pupuk yang memberikan tinggi tanaman tertinggi adalah pada kisaran dosis kontrol yaitu sebesar 147.85 cm.

Jumlah Daun Tanaman (Helai)

Data pengamatan dan sidik ragam dari jumlah daun (helai) dapat dilihat pada Lampiran13-18. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan perbedaan tidak nyata pada perlakuan varietas dan interaksi menujukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan pupuk belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan jumlah daun (helai) dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut :

Tabel 2. Rataan Jumlah Daun (Helai)

Perlakuan

Minggu Setelah Tanam

2 3 4 5 6 7

Varietas

V1 = pioner12 2.94 5.17 6.97a 8.33 10.42 11.89 V2 = Bisma 3.19 5.69 7.36b 8.99 10.39 12.28 Pupuk

Organik

P0 = Kontrol 3.17 5.50 7.00 8.22 10.33 11.94 P1 = 10 g 3.11 5.50 7.28 8.33 10.50 12.00 P2 = 23 ml 3.11 5.11 6.78 8.11 10.33 12.28 P3 = 10g + 23ml 2.89 5.61 7.61 8.39 10.44 12.11

(34)

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa varietas yang menunjukkan hubungan yang masih berpengaruh nyata terhadap jumlah helai daun pertanaman adalah pada varietas Bisma dan varietas Pioner 12 yaitu pada 4 MST, sehingga berdasarkan persamaan yang telah dibentuk dapat diduga nilai optimal dari aplikasi pupuk kandang terhadap jumlah helai daun yaitu pada Varietas Bisma akan menghasilkan jumlah helai daun pada 4 MST sebanyak 7.36 helai, sedangkan varietas Pioner12 pada 4 MST menunjukkan sebesar 6.97 helai.

Umur Berbunga Jantan (HST)

Data pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga jantan dapat dilihat pada Lampiran 19 Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan pengaruh tidak nyata pada perlakuan varietas dan perlakuan interaksi pupuk menunjukkan pengaruh tidak nyata. Rataan jumlah jantan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Umur bunga jantan (HST)

Varietas

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama pada yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)pada taraf 5%

(35)

jantan yaitu pada varietas pioneer 12 dan varietas bisma sehingga berdasarkan persamaan yang telah dibentuk dapat diduga nilai optimal dari aplikasi pupuk kandang terhadap jumlah umur berbunga jantan (HST) masing-masing pada perlakuan pupuk kandang pada dosis 10 gr +23 ml /tanaman.

Umur Berbunga Betina (HST)

Data pengamatan dan sidik ragam dari Umur berbunga betina dapat dilihat pada Lampiran 20 Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan pengaruh tidak nyata pada perlakuan varietas sedangkan perlakuan interaksi dan pupuk menunjukkan pengaruh tidak nyata. Rataan jumlah umur berbunga betina (HST) dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Umur berbunga betina (HST)

Varietas

Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Mutiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%

(36)

/polibag namun tidak berbeda nyata dengan aplikasi pupuk pada dosis 23 ml /tanaman.

Bobot kering pipilan per plot (g)

Data pengamatan dan sidik ragam dari rataan berat buah (g) dapat dilihat pada Lampiran 21 Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan perbedaan yang nyata hanya pada perlakuan varietas sedangkan perlakuan interaksi dan pupuk belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan berat buah (buah) dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut

Tabel 5. Bobot kering Pipilan Perplot

Varietas

Pupuk Kandang (g/tanaman)

Rataan P0 (0) P1 (10g) P2 (23 ml) P3 (10g + 23ml)

V1 = Pioner 12 111.7 168.83 163.87 150.43 149.99a V2 = Bisma 20.93 71.27 70.8 175.37 117.29b Rataan 69.3 120.05 117.33 162.91

Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

(37)

Nilai Heritabilitas

Perhitungan heritabilitas ialah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menduga apakah suatu tampilan fenotipe pada suatu tanaman dipengaruh oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa seluruh parameter yang diamati menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi.

Adapun hasil pendugaan heritabilitas pada msing-masing parameter amatan dapat dilihat pada Tabel 6. sebagai berikut ini :

Data Heritabilitas

Parameter Pioner 12 Ket Bisma Ket

Tinggi Tanaman 0.17 Rendah 0.20 Rendah

Jumlah Daun 0.83 Tinggi 0.65 Tinggi

Umur Berbunga Jantan 0.92 Tinggi 0.95 Tinggi Umur Berbunga Betina 0.93 Tinggi 0.93 Tinggi Bobot kering pipilan

perplot 0.07 Rendah 0.11 Rendah

(38)

Pembahasan

Pengaruh Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas terhadap Pemberian Pupuk Organik

Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm) pada 7 MST,jumlah daun (helai),umur berbunga jantan dan betina,rataan bobot kering biji per tongkol.

Pemberian pupuk organik dan dua varietas berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 2,3,4,5,6 dan 7 MST tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 147.85 cm dan terendah terdapat

pada perlakuan P2 dengan konsentrasi urin 23 ml/tanaman yaitu sebesar 136.53 cm. Hal ini diduga karena pengaruh dari sifat pupuk organik, jenis

tanaman dan ketersediaan unsur hara dalam tanah untuk diserap oleh tanaman. Salah satu sifat pupuk organik adalah diperlukan dalam jumlah banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara (Roesmarkam dkk, 2002) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik akan terlihat setelah beberapa tahun sehinnga diduga pengaruh pupuk organik belum optimal karena pupuk organik tidak dapat berpengaruh seketika itu juga untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

(39)

(Damanik dkk, 2010) yang menyatakan bahwa unsur hara tanaman dilepaskan berangsur-angsur oleh karena itu kerjanya sangat lambat kedalam pertumbuhan tanaman.

Pengaruh perlakuan pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga jantan dan betina.pada parameter umur berbunga jantan perlakuan P1 dan P2 menunjukkan respon yang sama yaitu sebesar 49.5 hari,dan umur berbunga jantan terlambat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 48.94 hari.sedangkan pada umur berbunga betina tercepat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 56.75 hari. Hal ini di duga dosis pupuk organik yang diberikan pada tanaman jagung belum seimbang untuk dapat mempercepat pembungaan pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2010) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya keseimbangan hara atau kesuburan secara menyeluruh harus sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebat dan normal.

(40)

Pengaruh Interaksi Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Terhadap Pemberian Pupuk Organik

Penggunaan dua varietas jagung berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 7 MST , jumlah daun,umur berbunga jantan dan betina.

Dua varietas berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman dengan tinggi tanaman tertinggi pada varietas Bisma sebesar 146.63 cm dan tinggi tanaman terendah pada varietas Pioner 12 sebesar 141.61 cm. Hal ini menunjukkan perbedaan susunan genetika antara varietas hibrida dan non hibrida yang digunakan mengakibatkan setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sana lain.perbedaan secara fisik yang jelas dapat dilihat pada fase vegetatif ,namun pada fase generatif perbedaan semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan literature Guritno (1995) yang menyatakan perbedaan susunan genetik salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan genetik dan varietas selalu ada dan mungkin terjadi sekalipun tanaman berasal dari jenis yang sama.

Dua varietas berbeda pada parameter jumlah daun dengan jumlah daun terbanyak pada varietas Bisma yaitu sebesar 12.28 helai dan terendah pada varietas Pioner 12 yaitu sebesar 11.89 helai. Hal ini dikarenakan jagung hibrida membutuhkan lebih banyak pupuk untuk pertumbuhan batang dan daun.Hal ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2000) yang menyatakan bahwa prinsipnya keseimbangan hara secara menyeluruh harus sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebat dan normal.

(41)

Pioner12 sebesar 49.81 hari dan varietas Bisma sebesar 49.80 hari. Sedangkan pada parameter umur berbunga betina juga hampir menunjukkan respon yang sama yaitu pada varietas Pioner12 sebesar 56.55 hari dan varietas Bisma sebesar 57.13 hari. Hal ini diduga pemberian pupuk organik belum cukup untuk pembungaan karena unsur hara didalam pupuk organik pada pupuk kandang sapi memiliki hara yang rendah (Syarifuddin dan Akil,1986) menyatakan bahwa unsur P dan N terus menerus diserap oleh hara tanaman, sedangkan unsur K diperlukan saat pembungaan.

Penggunaan dua varietas jagung berpengaruh nyata terhadap bobot kering pipilan per plot.Bobot kering pipilan per plot terbesar terdapat pada varietas Bisma yaitu sebesar 175.37 g dan bobot kering pipilan per plot terendah terdapat pada varietas Pioner 12 yaitu sebesar 117.69 g (Warisno,2009) menyatakan bahwa agar bias didapatkan hasil maksimal tanaman jagung perlu diberi pupuk secukupnya. selain dapat meningkatkan hasil panen jagung secara kuantitatif juga dapat meningkatkan kualitas hasilnya.

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Aplikasi pupuk organik terhadap dua varietas jagung menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman,jumlah daun,umur berbunga jantan dan umur berbunga betina.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M dan Dahlan, 2005. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Litbang, departemen pertanian 5 Mei 2009. Akil, M. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian

Tanaman Serelia. Maros, Diakses tanggal 20 Januari 2009.

Anonim, 1993. Urine-A Wasted, Renewable Natural Resource, Norwegia.

Desiana, D. dan Rahmah, A. N. 2011. Perbandingan Berbagai Macam Jenis Pupuk Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat. Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS.

Damanik, M.M.B., Bachtiar. E., Syarifuddin, Hamidah. H., 2010 Kesuburan Tanah Dan Pemupukan USU Press. Medan.

Fischer, K, S dan Palmer,1992. Jagung Tropic Dalam Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik,Terjemahan Tohari.UGM Press.Yogyakarta.

Guritno, B., 1995. Ilmu Pertumbuhan Tanaman. UGM Press Yogyakarta.

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. Terjemahan Tohari, UGM Press, Yogyakarta.

Gould, W. A., 1983. Tomato Production, Processing and Quality Evaluation. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Hartatik. W, Widowati. L.R., 2006. Pupuk Kandang dalam Simanungkalit. R.D.M, Suryadikarta. D.A, Saraswati. R. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Litbang, Bogor.

Hasibuan, B. E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik, Bina aksara. Jakarta

(44)

Mulat, T., 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Majid,Damanik,M.M.B,Bahtiar E,Fauzi,Syarifuddin,Hamidah H,2010.Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press,Medan.

Nurhety,2009. Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lyli Publisher, Yogyakarta. Nurmala,T., 2000. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta, Jakarta. Purwati, E. 2009. Daya Hasil Jagung Hibrida (F1) di Dataran Medium. Balai

Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Rismunandar. 2001. Tanaman Jagung. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Rahmawati. N. 2005. Upaya Penyediaan Nitrogen Pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.

Rukmana,H ,R, 1997, Usaha Tani Jagung, Kanisius Jakarta.

Roesmarkam. A, Nasih Widgya, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta. Subekti, N,A Syarifuddin,R,Efendi,S.Sunarti,2008, Morfologi Tanaman dan Fase

pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros.

Steel,and Torrie, J.H 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syarifuddin F. dan Akil.1986. Pengelolaan Hara Pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros.

Sutrisna. 2003. Uji Kelayakan dan Teknis Finansial Penggunaan Pupuk NPK Pada Tanaman Kentang di Dataran Tinggi di Jawa Barat.

Sutarya, R, dan Grubben,1995. Pedoman Bertanam Sayuran di Dataran Rendah, UGM-Pres,Yogyakarta

Tjitrosoepomo,G., 2005. Taksonomi Tumbuhan. Gajah mada University Press, Yogyakarta.

(45)

Welsh, J.R., 2005. Fundamentals of Plant Gnenetics and Breeding. John Wiley and Sons, New York.

Wigati, E.S., A. Syukur, dan D.K. Bambang, 2006. Pengaruh Takaran Bahan Organik dan Tingkat kelengasan Tanah Terhadap Serapan Fosfor oleh Kacang Tunggal di Tanah Pasir Pantai. J.I. Tanah Lingkungan.

Warisno, 2009. Jagung Hibrida. Kanisius. Jakarta.

(46)

LAMPIRAN 1

Perhitungan Kebutuhan Pupuk

Kebutuhan pupuk kandang/Ha = 2 ton

Kebutuhan pupuk kandang/polibag Dosis Anjuran =

Bobot tanah /polybag Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha 10 kg 2.000.000 kg /ha 2 kg

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = = 0.01 x 1000 gr 200

= 10 gr Kebutuhan pupuk cair/ Ha = 40 liter

1 hektar/jarak tanam jagung = 10.000 m

Jarak tanam jagung 20 cm x 30 cm

= 10.000 600

= 1700/ populasi / ha = 40 = 0.023 L 1700

(47)

LAMPIRAN 2

PIONEER 12 Tanggal dilepas : 22 Juni 1999

Asal : F1 dari silang tungal (single cross) antara M30A97 dengan

F30A97. M30A97 dan F30A97 adalah galur murni tropis yang Dikembangkan secara berurutan oleh Pioneer Hi-bred Philippines, Inc. dan Pioneer Hi-Bred, (Thailand) Co. Ltd. Keragaman tanaman : Sangat seragam Perakaran : Baik dan kuat Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Tidak terbuka, ujung terkulai Warna sekam : Hijau

Warna anther : Kuning

Warna rambut : Putih dengan merah muda di ujungnya Tongkol : Panjang dan silindris

Kedudukan tongkol : Agak tinggi, di pertengahan tinggi tanaman (+ 91 cm) Kelobot : Menutup biji dengan baik

Tipe biji : Mutiara (flint) Warna biji : Oranye

Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 289 g

Kandungan nutrisi : 5,6% minyak, 10,6% protein, dan 71,2% tepung Rata-rata hasil : 8,1 t/ha pipilan kering

Potensi hasil : 10 - 12 t/ha pipilan kering

Ketahanan :Tahan terhadap penyakit karat daun, busuk tongkol Diplodia,dan busuk batang bakteri; agak tahan terhadap bulai, hawar daun H. turcicum, dan busuk batang Pythium Daerah adaptasi : Beradaptasi luas pada dataran rendah dan tinggi

(48)

LAMPIRAN 3

BISMA Tanggal dilepas : 4 September 1995

Asal : Persilangan Pool 4 dengan bahan introduksi disertai seleksi massa selama 5 generasi Umur : 50% keluar rambut : + 60 hari

Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

Kelobot : Menutup tongkol dengan cukup baik (+ 95%)

Ketahanan : Tahan penyakit karat dan bercak daun Keterangan

: Baik untuk dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

(49)
(50)

Lampiran 5: Bagan Plot Tanaman

Tanaman sampel

(51)

LAMPIRAN 6. Jadwal kegiatan Penelitian

No. Kegiatan

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan lahan X

2 Persiapan media tanam X

3 Aplikasi pupuk kandang X

4 Penanaman benih X

5 Pemeliharaan tanaman

Penyiraman Disesuaikan kondisi lahan

Penyisipan X

Penyiangan Disesuaikan kondisi lahan

Pengendalian hama dan penyakit Disesuaikan kondisi tanaman

6 Panen X X

7 Pengamatan parameter

Tinggi Tanaman (cm) X X X X

Jumlah daun (helai) Umur berbunga

(52)
(53)

LAMPIRAN 9

LAMPIRAN 10. SIDIK RAGAM

(54)

LAMPIRAN 11

LAMPIRAN 12. SIDIK RAGAM

(55)

LAMPIRAN 13

LAMPIRAN 14. SIDIK RAGAM

(56)

LAMPIRAN 15

LAMPIRAN 16. SIDIK RAGAM

(57)

LAMPIRAN 17

LAMPIRAN 18. SIDIK RAGAM

(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

LAMPIRAN 35

BERAT KERING BUAH PIPILAN PLOT

Perlakuan

Data ini telah ditransformasi dengan transformasi log(Y+1)

(67)

LAMPIRAN 36. SIDIK RAGAM

SK db JK KT F Hit

F Tabel

5% 1%

Blok 2 0,02 0,01 0,12 tn 3,74 6,51

Perlakua

n 7 1,37 0,20 1,89 tn 2,76 4,28

V 1 0,66 0,66 6,38 * 4,60 8,86

P 3 0,39 0,13 1,26 tn 3,34 5,56

V*P 3 0,32 0,11 1,02 tn 3,34 5,56

Galat 14 1,45 0,10

Total 23 2,84

Gambar

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm)
Tabel 2. Rataan Jumlah Daun  (Helai)
Tabel 4. Umur berbunga betina (HST)
Tabel 5. Bobot kering Pipilan Perplot
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mana dari keterbatasan tersebut bisa menjadi acuan peneliti selanjutnya untuk bereksperimen yaitu hasil penelitian

Desa Kesilir merupakan desa yang terkenal akan surganya Buah Naga yang terletak di Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi. Desa ini memiliki 3 dusun yaitu Dusun

Hasil penelitian menunjukkan dosis 25 gram mikoriza Glomus fasciculatum berpengaruh nyata dalam meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman dahlia serta

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN 8ERKAS I'OTON PESAWAT PEMERCEPAT LlNIER MEDIK MITSUBISHI EXL-14. Makalab ini menguraikan penentuan faktor keluaran berkas foton 6 MV pesawat pemerccpat

Penelitian ini akan menggabungkan metode depolimerisasi dengan cara kimia dan fisik menggunakan asam klorida dan lama penyinaran sinar ultraviolet dengan tujuan menentukan

Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Huda mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti Jawa yang merupakan akumulasi dari cipta-rasa- karsa yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literature yang terkait dengan proses pencucian bijih timah menggunakan shaking table serta melakukan pengumpulan data

Sinne määriteltiin seitsemän teemaa: ketkä ovat toimijoita, ket- kä ovat asiakkaita, muutosprosessi eli mitä tehdään, mitä tietotarpeita on, mitä ajureita ja mitä es- teitä