• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bauran eceran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Butik Batik Tasik Di Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bauran eceran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Butik Batik Tasik Di Bandung"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Usaha retail (eceran) tumbuh pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi oleh kemampuan melayani kebutuhan konsumen secara memuaskan. Selama dapat memberikan kepuasan kepada konsumen maka keberadaan usaha eceran dapat dipertahankan.

Suatu perusahaan eceran jika ingin tetap bertahan dan bersaing serta ingin mengembangkan bisnisnya harus mampu menerapkan strategi yang tepat untuk menarik lebih banyak pengunjung, sehingga perputaran barang bisa lebih meningkat dan menciptakan perubahan pada tingkat laba. Hal ini patut diperhatikan sebab sekarang konsumen tidak hanya berpedoman pada harga yang murah saja, tetapi juga pada kenyamanan, kebersihan, kecepatan sistim pelayanan dan sebagainya. Artinya, sekarang konsumen sudah mulai selektif, efisien dalam waktu dan rasional dalam mengambil keputusan pembelian.

(2)

2

harus tinggi pula. Oleh karena itu, hal yang penting bagi perusahaan eceran adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk.

Dalam sebuah perusahaan eceran seringkali dilakukan beberapa strategi yang diharapkan dapat meningkatkan penghasilan laba, salah satu diantaranya adalah strategi Retailing Mix atau bauran eceran. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis eceran perlu memperhatikan peluang pasar, selain dari keberadaan modal yang kuat juga perlu didukung penguasaan teori-teori yang mendasarinya.

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:13) bahwa didalam Bauran Eceran terdapat 6 (enam) unsur, yaitu:

1. Produk

2. Penetapan Harga 3. Periklanan

4. Pelayanan Pelanggan 5. Suasana Toko 6. Lokasi

Dengan melihat ke enam unsur tersebut terdapat suatu pertanyaan yaitu sejauh mana strategi Bauran Eceran ini harus dilakukan dan diterapkan pada perusahaan pengecer dan sejauh mana strategi ini dapat mempengaruhi proses pembelian konsumen yang akan berpengaruh pada tingkat perputaran barang, yang seterusnya akan berpengaruh pula pada tingkat penghasilan laba.

(3)

umumnya pemilihan ini didasari pada enam faktor bauran eceran diatas, yaitu produk, harga, promosi, tampilan toko, tenaga penjual atau pramuniaga dan lokasi.

Butik Batik Tasik merupakan salah satu bentuk usaha di bidang retail yang beralamat di Jalan Terusan Sersan Bajuri Kabupaten Bandung Barat yang berdiri sejak bulan Agustus 2009. Butik Batik Tasik menjual produknya yang berupa bahan kain batik bagi masyarakat kini mulai berbenah diri dengan menerapkan strategi Bauran Eceran kepada konsumen, hal itu dilakukan dengan harapan bahwa strategi tersebut dapat membentuk sikap konsumen, sehingga mampu membuat konsumen untuk melakukan proses pembelian produk.

Berikut ini tabel data penjualan pada Butik Batik Tasik periode bulan Agustus 2009 hingga bulan April 2010.

Tabel 1.1

Data Penjualan Butik Batik Tasik Agustus 2009 – April 2010

Bulan Volume Penjualan (Pcs)

Agustus 35

September 47

Oktober 89

November 38

Desember 53

Januari 66

Februari 82

Maret 71

April 72

Sumber: Data Penjualan Barang Butik Batik Tasik

(4)

4

fenomena atau masalah yang dimiliki oleh Butik Batik Tasik berkaitan dengan Bauran Eceran yaitu masih terdapat kekurangan dalam promosinya dikarenakan kurangnya tenaga pemasaran. Hal tersebut dapat membuat konsumen kurang mengetahui keberadaan usaha sehingga berdampak pada menurunnya jumlah pembelian pada Butik Batik Tasik di Bandung. Selain promosi terdapat pula kekurangan lain yaitu tidak tersedianya tenaga ahli yang mempunyai keterampilan menjahit sehingga saat konsumen ingin menjahit bahan yang dibelinya menjadi kurang tertarik dengan pembelian barang tersebut. Fenomena yang terjadi diatas menunjukkan bahwa promosi dan pelayanan yang kurang optimal dalam pelaksanaannya dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan usaha retail tersebut. Untuk mengatasi hal ini, mau tidak mau pemilik harus menarik konsumen sebanyak mungkin. Fakta diatas dapat dimaknai sebagai adanya masalah pada Butik Batik Tasik dalam strategi Bauran Eceran.

Atas dasar permasalahan diatas, penulis tertarik mengadakan suatu penelitian mengenai pengaruh pelaksanaan strategi Bauran Eceran terhadap proses pembelian konsumen, dan dituangkan ke dalam penelitian yang berjudul:

(5)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Masih kurangnya penerapan strategi Bauran Eceran pada Butik Batik Tasik terutama dalam bidang Promosi seperti periklanan dan penawaran produk batik, juga dalam bidang Pelayanan seperti tidak lengkapnya jenis layanan produk karena tidak adanya karyawan yang mempunyai keahlian menjahit sehingga penerimaan pesanan pakaian kurang optimal dilaksanakan.

2. Menurunnya pembelian konsumen untuk membeli produk yang dijual di Butik Batik Tasik dikarenakan kurangnya penerapan strategi Bauran Eceran pada Butik Batik Tasik.

3. Untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen maka Butik Batik Tasik harus mampu menerapkan strategi Bauran Eceran secara maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan responden terhadap pelaksanaan Bauran Eceran pada Butik Batik Tasik di Bandung.

2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Butik Batik Tasik di Bandung.

(6)

6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang memberikan gambaran mengenai pelaksanaan Bauran Eceran yang dilakukan Butik Batik Tasik dalam upaya pencapaian target usaha disamping sebagai bahan penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan dalam menempuh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pelaksanaan Bauran Eceran yang dilakukan Butik Batik Tasik di Bandung.

2. Untuk mengetahui proses keputusan pembelian konsumen pada Butik Batik Tasik di Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Bauran Eceran terhadap keputusan pembelian konsumen pada Butik Batik Tasik di Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

Semua informasi yang diadakan dan dikumpulkan melalui penelitian dan studi literatur ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis sendiri, Butik Batik Tasik maupun pihak lain yang membutuhkan referensi.

1.4.1 Kegunaan Akademik

(7)

1. Bagi Pengembangan Ilmu, dapat memberikan referensi tentang keterkaitan antara penerapan strategi Bauran Eceran dengan keputusan pembelian konsumen.

2. Bagi Penelitian Lain, sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama.

3. Bagi Peneliti, penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri untuk menambah wawasan serta memperluas pengetahuan yang ada terutama mengenai strategi Bauran Eceran dan untuk melihat sejauhmana terdapat kesesuaian antara teori yang ada dan kenyataan yang sesungguhnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yang bersangkutan sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan untuk meningkatkan perputaran barang.

(8)

8

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dalam penyusunan skripsi ini dilakukan di Butik Batik Tasik yang beralamat di Jln. Terusan Sersan Bajuri No. 54 Ds. Cihideung Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat 40559. Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai bulan April 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No Jadwal Kegiatan

April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan

Judul 2 Pencarian

Data 3 Pengolahan

Data 4 Penulisan

Laporan 5 Revisi

(9)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Retail (Eceran)

Pengertian Retail menurut Hendri Ma’ruf (2005:7) yaitu, “kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri,

keluarga, atau rumah tangga”. Hendri Ma’ruf (2005:7) menambahkan bahwa “Mereka menjual barang (atau jasa) langsung kepada konsumen”. Bisnis retail adalah penjualan produk dan jasa kepada konsumen akhir, tetapi tidak jarang dijumpai konsumen pada bisnis retail menjual kembali produk yang dibeli untuk mendapatkan keuntungan.

2.1.2 Pengertian Retail Mix

Sebagian besar produsen atau pelaku pemasaran dalam rangka menjual produk dagangannya selalu berusaha untuk mencapai tempat yang paling dekat dengan konsumennya, salah satunya adalah melalui retail (menjual eceran) yang memang mempunyai hubungan dekat dengan konsumen akhir.

(10)

10

Sumber: Widya Utami, Cristina. (2006)

Gambar 2.1 Retailing Mix

2.1.3 Unsur-unsur Retail Mix

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:13) unsur-unsur Retail Mix meliputi Produk, Harga, Lokasi, Promosi, Pelayanan, dan Fasilitas Fisik.

1. Produk

Menurut Widya Utami, Cristina (2006:104), bahwa produk adalah keseluruhan dari penawaran yang dilakukan secara normal oleh perusahaan kepada konsumen dalam memberikan pelayanan, letak toko dan nama barang dagangannya. Konsumen akan memberikan kesan yang baik terhadap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu pengecer harus tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen.

PASAR SASARAN

PRODUK Keluasan dan Kedalaman serta

Keragaman Produk

PROMOSI Periklanan, Publisitas dan

Hubungan Masyarakat

LOKASI Lokasi Perdagangan

HARGA Penetapan

Harga PRESENTASI

Tata Letak dan Suasana PERSONALIA

(11)

2. Harga

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:159) menerangkan bahwa harga sangat berhubungan dengan nilai dasar atas persepsi konsumen berdasarkan keseluruhan unsur Retail Mix dalam menciptakan suatu gambaran dan pengalaman bertransaksi. Tingkat harga pada suatu toko dapat mempengaruhi cara berpikir konsumen terhadap unsur-unsur dalam Retail Mix. Tingkat harga seringkali dianggap dapat mencerminkan kualitas dari barang dagangan dan pelayanan yang diberikan. Sehingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi konsumen dalam menentukan pilihannya untuk melakukan proses pembelian.

3. Lokasi

Menentukan lokasi usaha untuk setiap bisnis merupakan suatu tugas penting bagi pemasar, karena keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelum bisnis dimulai. Memilih lokasi berdagang merupakan keputusan penting untuk bisnis yang harus membujuk pelanggan untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhannya. Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Menurut Hendri Ma’ruf (2005:132), lokasi adalah letak atau toko pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Sedangkan menurut Widya Utami (2006:103) mendefinisikan lokasi sebagai tempat dimana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi.

Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:

(12)

12

memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau dengan kata lain harus strategis.

2. Pemberi jasa mendatangi konsumen, dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas.

3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung, berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, dan surat.

Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi meliputi faktor-faktor dibawah ini:

a. Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

b. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. c. Tempat parkir yang luas dan aman.

d. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.

(13)

toko didalam pusat perbelanjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lebih spesifik seperti biaya dan lamanya sewa, pelayanan yang diberikan oleh pengusaha pusat perbelanjaan, luas ruangan beserta layout-nya, arus pengunjung, dan jarak dari tempat parkir (Hendri Ma’ruf, 2005:119).

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lokasi dalam penelitian ini adalah letak yang strategis dari jangkauan konsumen meliputi transportasi, lokasi penjualan, dan jarak antara lokasi toko dengan rumah. 4. Promosi

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:196), promosi merupakan alat komunikasi untuk menghubungkan pihak pengecer dengan konsumen untuk memberitahu, membujuk, dan mengingatkan konsumen agar mau membeli produk yang dijual dengan keuntungan dan manfaat yang diperolehnya. Para pengecer harus dapat mendukung dan memperkuat posisi badan usahanya di pasar. Ada 3 macam alat promosi yang sering digunakan oleh pengecer, yaitu:

a. Advertising

Segala bentuk presentasi non-personal dan promosi dari barang-barang dan pelayanan oleh sebuah sponsor tertentu. Dapat dilakukan melalui berbagai media seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, katalog dan media lainnya.

b. Personal Selling

(14)

14

kesepakatan pembelian. Cara ini biasanya menggunakan tenaga wiraniaga.

c. Sales Promotion

Merupakan aktivitas yang dapat merangsang konsumen untuk membeli produk, yaitu meliputi display, pameran, pertunjukan serta demonstrasi produk. Bentuk promosi penjualan antara lain melalui pemberian sampel dan kupon berhadiah.

5. Pelayanan

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:226), pelayanan dapat didefinisikan sebagai aktivitas, manfaat dan kepuasan dari sesuatu yang ditawarkan dalam penjualan. Para pengusaha harus dapat menyesuaikan jenis layanan yang ditawarkan dengan unsur-unsur lainnya dalam Retail Mix. Toko yang menetapkan harga jual diatas harga pasar harus memberikan pelayanan yang benar-benar sesuai dengan harga yang dibayar oleh konsumen.

Jenis-jenis pelayanan dalam Retail Mix menurut Hendri Ma’ruf (2005:228) antara lain:

a. Jam operasional toko b. Pengiriman barang

c. Penanganan terhadap keluhan dari konsumen d. Penerimaan pesanan melalui telepon dan pos e. Penyediaan fasilitas parkir

(15)

semakin lengkap dan memuaskan pelayanan yang diberikan oleh toko pengecer maka semakin besar kemungkinan konsumen akan tertarik untuk memilih berbelanja di toko yang bersangkutan.

6. Fasilitas Fisik

Menurut Hendri Ma’ruf (2005:206-207), Fasilitas Fisik merupakan struktur fisik dari sebuah toko yang merupakan komponen utama yang terlihat dalam membentuk kesan sebuah toko, yang dilakukan pengecer dalam melakukan penempatan tokonya dan kegiatan dalam menyediakan saluran pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen. Fasilitas fisik mempunyai peran penting untuk mempromosikan produk eceran toko dalam benak konsumen.

Sebuah toko eceran yang ingin memposisikan dirinya sebagai toko berskala atas akan menggunakan penampilan yang mewah atau canggih untuk menarik minat konsumen agar datang ke toko dan melakukan pembelian. Fasilitas fisik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Layout Toko

Mencari dan menentukan lokasi merupakan tugas paling penting, karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis. b. Penataan Barang

(16)

16

c. Desain Toko

Desain dari sebuah toko dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu:  Desain Eksterior

Merupakan penampilan luar dari sebuah toko yang harus bisa menarik perhatian konsumen untuk melakukan pembelian. Faktor-faktor desain eksterior meliputi: penempatan pintu masuk, penerangan pada bagian luar toko, penempatan papan reklame, pengaturan jendela dan dinding.

 Desain Interior

Merupakan penampilan bagian dalam suatu toko yang tidak kalah penting dalam menarik konsumen. Faktor-faktor desain interior

meliputi ketinggian langit-langit, penerangan dalam toko, warna dinding, serta temperatur dalam ruangan.

2.1.4 Keputusan Pembelian Konsumen

Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk pada dasarnya erat kaitannya dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan unsur penting dalam kegiatan pemasaran suatu produk yang perlu diketahui oleh perusahaan, karena perusahaan pada dasarnya tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran seorang konsumen pada waktu sebelum, sedang, dan setelah melakukan pembelian produk tersebut.

(17)

bahwa manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan aspek perilaku konsumen, terutama proses pengambilan keputusan pembeliannya.

Menurut Sofjan Assauri (2004:141) “keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan

apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu

diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya”. Keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian (Basu Swasta dan T Hani Handoko, 2000:15). Sedangkan menurut Philip Kotler (2000:251-252), yang dimaksud dengan keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumber-sumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

(18)

18

Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian objektif atau karena dorongan emosi, keputusan untuk bertindak adalah hasil dari serangkaian aktifitas yang dapat dideskripsikan sebagai proses pembelian.

2.1.5 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Dalam membeli suatu produk, seorang konsumen biasanya melalui 5 (lima) tahap proses keputusan pembelian. Walaupun hal ini tidak selalu terjadi dan konsumen bisa melewati beberapa tahap urutannya, namun kita akan menggunakan model dibawah ini, karena model itu menunjukkan proses pertimbangan selengkapnya yang muncul pada saat seorang konsumen melakukan pembelian.

Menurut Phillip Kotler (2000:170) ada lima tahap dalam proses keputusan pembelian, yang terlihat pada Gambar 2.2 berikut:

Sumber: Phillip Kotler (2000:170)

Gambar 2.2

Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Dari Gambar 2.2, tahap-tahap proses pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan

Pengenalan Kebut uhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alt ernat if

Keput usan M embeli

(19)

keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasikan keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat terhadap suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memacu minat konsumen.

b. Pencarian Informasi

Seseorang yang tergerak oleh stimulus akan berusaha mencari lebih banyak informasi yang terlibat dalam pencarian akan kebutuhan. Pencarian informasi merupakan aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan. Sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu:

a. Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang

perantara, pengemasan.

c. Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting konsumen.

d. Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.

(20)

20

efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi dan/ atau evaluasi.

c. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan disesuaikan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep dasar dalam proses evaluasi konsumen terdiri atas empat macam:

a. Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan.

b. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

c. Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dalam memuaskan kebutuhan.

d. Konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.

d. Keputusan Pembelian

(21)

disukainya. Namun, ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak terduga. Bila konsumen menentukan keputusan untuk membeli, konsumen akan menjumpai keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pelayanan, dan cara pembayarannya.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan pembeli terhadap produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya.

Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa puas dengan produk yang telah dibelinya, ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi.

2.1.6 Peranan dalam Proses Keputusan Pembelian Konsumen

(22)

22

(lima) macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali peran tersebut dilakukan oleh beberapa orang.

Menurut Basu Swasta dan T. Hani Handoko (2000:13) menjelaskan ada 5 (lima) macam peranan dalam perilaku konsumen. Kelima peranan tersebut meliputi:

a. Pengambil Inisiatif (Initiator) yaitu individu dalam keluarga yang mempunyai inisiatif pembelian barang atau jasa tertentu atau mempunyai keinginan dan kebutuhan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.

b. Orang Yang Mempengaruhi (Influencer) yaitu individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara disengaja ataupun tidak disengaja.

c. Pembuat Keputusan (Decider) yaitu individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan di mana membelinya.

d. Pembeli (Buyer) yaitu individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.

(23)

Sedangkan Philip Kotler (2000:246) membedakan 5 (lima) peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian sebagai berikut:

1. Pencetus Ide yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan ide untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi Pengaruh yaitu seseorang yang pandangan atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian.

3. Pengambil Keputusan yaitu seseorang yang memutuskan setiap komponen dalam keputusan pembelian.

4. Pembeli yaitu seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya. 5. Pemakai yaitu seseorang yang mengkonsumsi produk tersebut.

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli berbeda-beda untuk masing-masing pembeli disamping produk yang dibeli. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Lokasi penjual yang strategis

Dari segi lokasi, pembeli akan memilih lokasi yang benar-benar strategis dan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya, seperti: mudah dijangkau, dekat dengan fasilitas umum, atau mungkin dekat dengan jalan raya, sehingga lokasi ini dapat mendukung faktor yang lain. b. Pelayanan yang baik

(24)

24

sangatlah berpengaruh terhadap jadi tidaknya pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Pelayanan yang kurang baik akan menimbulkan rasa tidak puas yang dirasakan oleh konsumen yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat penjualan pada waktu berikutnya.

c. Kemampuan tenaga penjual

Dalam suatu kegiatan usaha (penjualan), tidak terlepas dari tenaga kerja baik tenaga kerja mesin maupun tenaga kerja manusia. Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam perusahaan sehingga diperlukan sejumlah tenaga kerja yang berkemampuan dan mempunyai keterampilan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk mendukung kegiatan penjualan.

d. Iklan dan promosi

Iklan dan promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan membelinya.

e. Penggolongan barang

(25)

2.1.8 Pengaruh Bauran Eceran terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Retail Mix dapat disimpulkan merupakan pemasaran yang mengacu pada variabel, dimana pedagang eceran dapat mengkombinasikan variabel-variabel tersebut menjadi jalan alternatif sebagai suatu strategi pemasaran yang dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Retail Mix yang terdiri dari beberapa elemen (Produk, Harga, Promosi, Lokasi, Pelayanan dan Fasilitas Fisik) apabila dikelola dengan baik maka akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian (Widya Utami, 2006:239-241).

Dengan demikian, strategi Retail Mix dapat mempengaruhi proses pembelian konsumen, sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli produk lebih banyak dan penjualan pun akan meningkat.

2.2 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan dan keunggulan dalam bisnis eceran yang semakin kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus berupaya untuk dapat menerapkan strategi berupa program bauran penjualan eceran (Retail Mix) yang diharapkan memunculkan minat beli konsumen.

(26)

26

Dengan menggunakan kesan-kesan atas toko ini, para pengecer dapat memposisikan toko yang satu terhadap yang lain dengan cara memastikan penetapan dan memperbaiki posisi dasar tokonya secara tepat agar sesuai dengan harapan konsumen ketika mereka memutuskan untuk berkunjung dan berbelanja di toko tersebut. Cara-cara yang dipergunakan oleh para pengecer tersebut didasarkan pada kumpulan dari unsur-unsur eceran yang sering disebut Retail Mix.

Menurut Phillip Kotler (2002:592):

“Usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau bukan bisnis”.

Sedangkan menurut Triyono (2006:26):

Bauran Eceran merupakan kombinasi dari Place, Product, Value, People, dan Communication untuk menjual barang atau jasa pada konsumen akhir.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, retailing merupakan semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir.

(27)

Sebelum seorang konsumen melakukan pembelian, ada suatu proses yang terlebih dahulu dilakukan konsumen, yaitu: proses pengambilan keputusan pembelian.

Menurut Phillip Kotler (2002:204), konsumen secara umum melalui 5 (lima) tahap dalam proses pembelian, yaitu:

1. Pengenalan Masalah 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 5. Perilaku Setelah Pembelian.

Adapun maksud dari proses diatas adalah proses dimana konsumen akan mengambil keputusan yang akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari luar maupun faktor dari dalam pribadi konsumen tersebut. Proses ini merupakan hal yang penting bagi perusahaan eceran dan yang harus diketahui oleh perusahaan adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembelian suatu barang.

Perusahaan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen melalui strategi-strategi yang dilakukan oleh perusahaan, strategi yang dimaksud adalah strategi Retailing Mix atau bauran eceran yang terdiri dari 6 (enam) bidang, yaitu:

1. Produk

(28)

28

5. Suasana Toko 6. Lokasi.

Dari kerangka pemikiran yang diuraikan sebelumnya, penulis membuat model kerangka pemikiran yang menggambarkan pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti pada gambar berikut ini:

Cristina Widya Utami, (2006:239) Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 2.2.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat diambil hipotesis awal yaitu: “Terdapat Pengaruh Antara Pelaksanaan Bauran Eceran pada Butik Batik Tasik terhadap Keputusan Pembelian Konsumen”.

Keputusan Pembelian “keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, terdiri dari:

- Pengenalan Kebutuhan - Pencarian Informasi - Evaluasi Alternatif - Keputusan Pembelian - Perilaku Pasca

Pembelian”.

Sofjan Assauri (2004:141) Bauran Eceran

“kombinasi dari elemen-elemen yang digunakan oleh pengecer untuk memuaskan kebutuhan konsumen dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka, yang terdiri dari:

- Produk - Harga - Periklanan - Pelayanan - Suasana Toko - Lokasi”.

(29)

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Pengaruh Bauran Eceran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen” dengan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan

Tahun Penelitian

Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

1 Semuel, Hatane (2006-03) Pengaruh Bauran Eceran Terhadap Kepuasan Konsumen Berdasarkan perhitungan nilai keseluruhan sebesar 3,77 yang berarti strategi Bauran Eceran yang dilakukan baik Perbedaan terletak pada variabel Kepuasan Konsumen sedangkan peneliti menggunakan variabel Keputusan Pembelian Konsumen Terdapat persamaan pada variabel Bauran Eceran

2 Septriadi, Taufik (2009-07) Pengaruh Bauran Eceran Terhadap Minat Beli Konsumen Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3,83 yang berarti strategi Bauran Eceran yang dilakukan baik Perbedaan terletak pada variabel Minat Beli Konsumen sedangkan peneliti menggunakan variabel Keputusan Pembelian Konsumen Terdapat persamaan pada variabel Bauran Eceran

3 Rusdiansyah, Fauzan (2009-04) Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Tanggapan responden sebesar 3,56 artinya rata-rata responden melakukan keputusan pembelian Perbedaan terletak pada variabel Brand Image sedangkan peneliti

menggunakan variabel Bauran Eceran Terdapat persamaan pada variabel Keputusan Pembelian Konsumen

(30)

30 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penelitian dalam rangka menyusun laporan, penelitian ini dilakukan dalam rangka memperoleh data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang terkait dengan Bauran Eceran dan Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Sugiyono (2006:303) “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga

ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel-variabel tersebut adalah:

1. Variabel Independent atau variabel bebas (variabel X), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent dalam penelitian ini adalah Bauran Eceran.

2. Variabel Dependent atau variabel tidak bebas (variabel Y) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian Konsumen.

3.2 Metode Penelitian

(31)

penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif serta metode verifikatif.

Menurut Sugiyono (2006:21) “Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas". Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik kesimpulannya.

Sedangkan Metode Verifikatif menurut Sugiyono (2006:6), adalah: “penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif

dengan suatu perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang

menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima”.

Dalam penelitian ini metode verifikatif digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh Bauran Eceran terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada produk Butik Batik Tasik. Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh variabel independent mempengaruhi variabel dependent, serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

3.3 Desain Penelitian

(32)

32

suatu survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel

melalui pengujian hipotesis. Survey dilakukan dengan cara mengambil sampel

dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data”.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah gambaran mengenai Bauran Eceran dalam pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada produk batik. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dalam pelaksanaan penelitian ini akan digunakan dua jenis bentuk penelitian yaitu deskriptif dan verifikatif. Penelitian Deskriptif adalah untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, akurat dan aktual mengenai hubungan antara variabel yang diteliti dimana dilakukan dengan pengujian hipotesis dan menggunakan perhitungan statistik, sedangkan penelitian verifikatif adalah untuk menguji sebuah hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Dengan menggunakan metode penelitian, akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.3.1 Operasionalisasi Variabel

Sebelum mengadakan penilaian dalam penelitian, penulis harus menentukan operasionalisasi variabel, hal ini agar dapat mempermudah dalam melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2006:38) mengemukakan bahwa variabel adalah “Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti yang dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

(33)

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis variabel, konsep variabel, indikator variabel, ukuran serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Pengaruh Bauran Eceran terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

[image:33.612.129.512.348.697.2]

Operasionalisasi Variabel dalam penelitian ini tentang pengaruh Bauran Eceran terhadap Keputusan Pembelian Konsumen akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Bauran

Eceran (Variabel X)

“kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga”, yang terdiri dari:

- Produk - Harga - Periklanan - Pelayanan - Suasana Toko - Lokasi”. Hendri Ma’ruf (2005:7)

1. Produk 2. Harga 3. Periklanan 4. Pelayanan 5. Suasana

Toko 6. Lokasi

 Tingkat

Keanekaragaman

 Tingkat Kesesuaian

 Tingkat Kemenarikan

 Tingkat Kemampuan

 Tingkat Kesesuaian

 Tingkat Kestrategisan

Ordinal

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

Keputusan Pembelian Konsumen (Variabel Y)

“keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, terdiri dari:

- Pengenalan Kebutuhan - Pencarian Informasi - Evaluasi Alternatif - Keputusan Pembelian - Perilaku Pasca

Pembelian”. Sofjan Assauri (2004:141)

1. Pengenalan Kebutuhan

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi Alternatif

(34)

34

3.3.2 Metode Penarikan Sampel

A. Populasi

Untuk keperluan penelitian diperlukan sejumlah orang dalam suatu wilayah yang diteliti (populasi) untuk diberikan kuesioner berisi sejumlah pertanyaan ataupun pernyataan yang berisikan indikator dari variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2006:55), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi bukan hanya sejedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut.

Berdasarkan keterangan dari pihak Butik Batik Tasik diketahui bahwa rata– rata jumlah konsumen yang datang berkunjung pada setiap bulannya mencapai ±

50 orang. Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah konsumen yang datang berkunjung ke Butik Batik Tasik.

B. Sampel

Menurut Sugiyono (2006:56) menjelaskan pengertian mengenai sampel, yaitu sebagai berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Dengan menggunakan sampel dari populasi tersebut sudah dapat mewakili data yang ada pada populasi, dan membantu penulis dalam melakukan penghitungan.

(35)

memberikan peluang sama dalam memilih sampel. Jumlah populasi pada penelitian ini relatif kecil, karena semua anggota populasi dijadikan sampel, maka metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah metode sampling jenuh atau sensus.

Menurut Sugiyono (2006:124) menjelaskan mengenai pengertian sampling jenuh, yaitu sebagai berikut: “Sampling jenuh adalah penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.”

Dengan jumlah populasi sebanyak 50 orang, dan menggunakan teknik sampel sensus maka jumlah sampel yang penulis tentukan yaitu sebanyak 50 orang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan generalisasi karena menurut Sugiyono (2006:56) dalam menentukan jumlah sampel, semakin besar jumlah sampel mendekati jumlah populasi, maka peluang kesalahan generalisasi akan semakin kecil begitu pula sebaliknya.

3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden.

(36)

36

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer yang akurat, dimana data yang diperlukan diperoleh secara langsung oleh penulis dengan menggunakan usaha-usaha khusus, diantaranya dengan terjun langsung ke perusahaan melalui:

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada bagian kegiatan yang dihadapi melalui pengamatan dan pencatatan sehingga diperoleh data dan informasi mengenai objek penelitian.

b. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Kuesioner

yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh sejumlah responden. Untuk mendapatkan data yang diperoleh bagi pencapaian sasaran penelitian ini maka digunakan pengukuran melalui sejumlah kuesioner.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

(37)

didalamnya terdapat pendapat atau definisi dari para ahli yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis 3.5.1 Metode Analisis

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Setelah data terkumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi, yaitu memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem yang diterapkan. Scoring dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5-4-3-2-1.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Akan tetapi sebelum melakukan pengolahan data, penulis terlebih dahulu melakukan uji kualitas data dengan pengujian validitas dan pengujian reliabilitas.

Dalam metode penelitian ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan atau pertanyaan tipe Likert, penjelasan skala Likert dikemukakan oleh Sugiyono (2006:86), yaitu: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

[image:37.612.123.513.612.696.2]

Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skor Jawaban Kuesioner

No Jenis Jawaban Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Ragu-ragu 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

(38)

38

Dengan skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen kuesioner yang berupa pernyataan atau pertanyaan.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, kualitas pengumpulan datanya sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data yaitu validitas dan reliabilitas artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid, sedangkan kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen itu disebut berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya apabila sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya.

1. Pengujian Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2006:173) tentang validitas adalah: “Valid berarti instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

(39)

Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan mana yang valid dan pertanyaan mana yang tidak valid, semakin tinggi hasil validitas suatu tes maka instrumen pertanyaan tersebut akan semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Adapun rumus yang digunakan peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan teknik analisis Korelasi Pearson dengan rumus sebagai berikut:

    } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X n r i i i i i i i xy Dimana:

rxy = Nilai korelasi pearson.

i

X

= Jumlah hasil pengamatan variabel x.

i

Y

= Jumlah hasil pengamatan variabel y.

i i

X Y

= Jumlah dari hasil kali pengamatan variabel x dan variabel y.

2

X

= Jumlah dari hasil pengamatan variabel x yang telah dikuadratkan.

2

Y

= Jumlah dari hasil pengamatan variabel y yang telah dikuadratkan.

n = Jumlah responden dalam uji coba instrumen.

Dalam proses pengolahan data, uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS for Windows versi 15. Dengan mengacu pada kriteria sebagai berikut:

 Jika r positif atau ≥ 0, 30 maka item pertanyaan tersebut valid.

(40)

40

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Menurut Husein Umar (2005:207) tentang reliabilitas sebagai berikut: “Instrumen penelitian yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama”.

Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian menggunakan rumus Alpha-Cronbach, yaitu melalui perkalian varians skor butir pernyataan dengan varians total skor keseluruhan butir pernyataan. Rumus reliabilitas ini ditulis sebagai berikut:

Dimana:

ri = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan ∑s = jumlah varians butir

s = varians total

Untuk mencari varians digunakan rumus sebagai berikut:

σ=

∑x (∑x) n

n

Dimana:

n = jumlah sample x = nilai skor yang dipilih

= k

k−1{1−

(41)

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,70.

Dasar pengambilan keputusan:

 Jika ri positif, serta r ≥ 0, 70 maka variabel tersebut reliabel.

 Jika ri negatif, serta r < 0, 70 maka variabel tersebut tidak reliabel.

3. Analisa Kualitatif

Analisis kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat bantu statistik yang bersifat deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini, dengan maksud mendeskripsikan data pada setiap variabel penelitian terutama untuk melihat gambaran secara umum penilaian

responden atau tanggapan responden.

Hal ini dilakukan dengan membuat pengkategorian sesuai dengan pernyataan dari Sugiyono (2006:183) yang menyatakan bahwa: “untuk menentukan kategori tinggi, sedang dan rendah kategori jawaban, terlebih

dahulu harus menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan intervalnya

serta jarak intervalnya”, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai indeks minimum adalah skor terendah dikali jumlah pertanyaan/ pernyataan dikali jumlah responden.

2. Nilai indeks maksimum adalah skor tertinggi dikali jumlah pertanyaan/

pernyataan dikali jumlah responden.

(42)

42

Jarak interval adalah interval dibagi jumlah jenjang yang diinginkan. Sugiyono (2006:183) menyatakan bahwa untuk menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan interval serta jarak intervalnya adalah sebagai berikut:

Skor Minimum = × 100%

= × 100% = 20%

Skor Maksimum = × 100%

= × 100%

= 100%

Interval dalam persen = Nilai Indeks Maksimum – Nilai Indeks Minimum = 100% – 20%

= 80%

Jarak Interval = Interval : Jenjang ( 5 ) = 80% : 5

= 16%

[image:42.612.133.488.180.442.2]

Pengkategorian skor jawaban responden untuk masing-masing item penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengkategorian Skor Jawaban Interval Tingkat Intensitas (%) Kategori

20 - < 36 Sangat Tidak Baik, Sangat Rendah

36 - < 52 Tidak Baik, Rendah

52 - < 68 Cukup Baik, Cukup

68 - < 84 Baik, Tinggi

84 – 100 Sangat Baik, Sangat Tinggi Sumber: Sugiyono, 2006:183

4. Analisa Kuantitatif

(43)

(Keputusan Pembelian Konsumen) serta seberapa besar pengaruhnya. Adapun metode analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Regresi Sederhana, Metode Analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment, Method of Succesive Interval (MSI) dan Koefisien Determinasi.

A. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka dilakukan analisis data statistik dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Menurut Sugiyono (2006:204) analisis regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Hubungan antara dua variabel ini digambarkan dengan sebuah model matematik yang disebut model regresi yang dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Y = Bauran Eceran

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstant)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka terjadi penaikan, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.

X = Keputusan Pembelian

(44)

44

Adapun formulasi yang digunakan untuk mencari nilai a dan b masing-masing adalah sebagai berikut:

 

  

  

2

2 2

y x x xy

a

n x x

  

 

 

  

2

  

2

n xy x y

b

n x x

  

 

Dimana:

a = Koefisien Intercept b = Koefisien Regresi

Tabel 3.4

Pedoman Ketentuan Koefisien Regresi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2002:204)

B. Analisis Koefisien Korelasi Product Moment Method (Pearson)

Untuk menghitung keeratan hubungan atau koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment Method atau dikenal dengan rumus Pearson (Sugiyono, 2006:182), yaitu:



2 2

2

2

i i i i

i i i i

n X Y X Y

r

n X X n Y Y

 

 

(45)

Dimana:

r = Nilai Korelasi Pearson

i

X

= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel X

i

Y

= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel Y

i i

X Y

= Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y

2

X

= Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan

2

Y

= Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel Y yang Telah Dikuadratkan. [image:45.612.123.512.411.503.2]

Pengkategorian skor jawaban responden untuk masing-masing item penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Nilai Korelasi

Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Sedang

0,60 – 0,79 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

(46)

46

C. Method of Succesive Interval (MSI)

Karena tingkat pengukuran skala dari kuesioner tersebut adalah ordinal, maka agar dapat diolah lebih lanjut perlu diubah terlebih dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Succesive Interval (MSI). Langkah-langkah dalam MSI adalah sebagai berikut:

a. Menghitung frekuensi setiap skor pertanyaan. b. Menjumlahkan setiap butir skor pertanyaan.

c. Menentukan proporsi kumulatif dengan cara membagi frekuensi kumulatif dengan total frekuensi.

d. Menghitung nilai z berdasarkan pada proporsi diatas. e. Menghitung nilai density z.

f. Menghitung SV (Scala Value/ nilai skala) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SV = ( Density at Lower Limit)− ( Density at Upper Limit) ( Area Under Upper Limit) − ( Area Under Lower Li mit)

(Umi Narimawati, 2008:82)

Dimana:

Density at Lower Limit = Kepada Batas Bawah Density at Upper Limit = Kepada Batas Atas

Area Under Upper Limit = Daerah dibawah batas atas Area Under Lower Limit = Daerah dibawah batas atas

g. Menghitung skor (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban dengan persamaan berikut:

(47)

D. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y yang diteliti, dan hasilnya dinyatakan dalam rumus dan batasan sebagai berikut: 0 < r2< 1

Rumus koefisien determinasi (Kd) yaitu: Kd = r² x 100%

Dimana:

Kd = koefisien determinasi r = koefisien korelasi dengan batasan sebagai berikut:

Kd = 0, berarti pengaruh Bauran Eceran terhadap Keputusan Pembelian Lemah. Kd = 1, berarti pengaruh Bauran Eceran terhadap Keputusan Pembelian Kuat.

Pengaruh tingginya koefisien determinasi tersebut digunakan pedoman yang dikemukakan Guilford yang dikutip oleh Supranto (2001:227) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Determinasi

Pertanyaan (%) Keterangan

< 4 5 - 16 17 - 49 50 - 81 > 80

Pengaruh Rendah Sekali Pengaruh Rendah Tapi Pasti

Pengaruh Cukup Berarti Pengaruh Tinggi atau Kuat

(48)

48

3.5.2. Perancangan Hipotesis

Dalam penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis, yaitu menentukan ada tidaknya pengaruh Bauran Eceran (variabel X) sebagai variabel bebas dan Keputusan Pembelian (variabel Y) sebagai variabel tidak bebas.

Dengan cara memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji berdasarkan perumusan hipotesis berikut:

H0:=0 : H0 diterima, artinya Bauran Eceran tidak berpengaruh terhadap

Keputusan Pembelian Konsumen.

H1:≠0 : H0 ditolak, artinya Bauran Eceran berpengaruh terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen.

Untuk menguji hipotesis, maka dilakukan tes signifikan terhadap r dengan rumus sebagai berikut:

2

1 2

r n r t

 

 Dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2

(Sugiyono, 2006:316)

dimana:

t = statistik uji korelasi

r = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y n = banyaknya sampel dalam penelitian

Untuk menentukan apakah H0 diterima atau ditolak, digunakan uji

signifikansi yaitu:

Jika t hitung > t tabel 0,1 (dk = n – 2), maka H0 : ditolak

(49)

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pengujian hipotesis dan kriteria-kriteria yang ditetapkan dengan teori berdasarkan masalah yang diteliti, seperti terlampir pada gambar berikut:

Dimana:

1. Tingkat signifikan ( α ) = 0,1

2. Derajat Kebebasan ( dk ) = n – 2

- t tabel + t tabel Gambar 3.1

(50)

50 BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Butik Batik Tasik merupakan salah satu pelopor online shop batik tasik, yang berdiri di situs jejaring sosial facebook pada bulan juni 2009 di Tasikmalaya. Pada tanggal 19 Agustus 2009, Butik Batik Tasik membuka offline shop yang kini berdiri di daerah kawasan wisata Bandung Utara. Setelah diakuinya batik sebagai warisan dunia (World Herritage) oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, permintaan akan batik meningkat pesat. Terlebih pemerintah mewajibkan kepada seluruh pegawai/ karyawan Instansi Pemerintah, BUMN dan juga Perusahaan Swasta untuk memakai batik sebagai simbol kebudayaan bangsa Indonesia yang menjadi kebanggaan dan wajib untuk dilestarikan.

Rasa cinta serta kepedulian terhadap seni dan budaya warisan asli leluhur tanah kelahiran, merupakan titik awal berdirinya Butik Batik Tasik. Sebagai putra daerah yang bangga atas budaya daerahnya sendiri, terdorong untuk melakukan sesuatu yang diharapkan dapat memajukan bukan hanya seni dan budaya, tetapi juga kesejahteraan para pengrajin batik, terutama pengrajin kecil yang masih dihadapkan pada berbagai kesulitan, terutama di bidang pemasaran.

(51)

diiringi pula dengan meningkatnya taraf kesejahteraan para pengrajinnya yang telah mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk seni batik tersebut.

Dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan kehidupan para pengrajin, diharapkan dapat menumbuhkan keinginan generasi muda penerus untuk ikut terus melestarikan seni batik tersebut dan berkeinginan untuk mewarisi dan mengembangkan keahlian yang dimiliki oleh generasi sebelumnya.

4.2 Pembahasan Penelitian 4.2.1 Karakteristik Responden

[image:51.612.127.512.508.563.2]

Dalam penelitian ini akan dijelaskan gambaran mengenai karakteristik responden dimana yang akan dijadikan responden adalah para konsumen yang melakukan pembelian di Butik Batik Tasik. Jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Berikut ini adalah tabel karakteristik identitas responden yang mencakup jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pengeluaran rata-rata perbulan:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Pria 12 24

Wanita 38 76

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

(52)

52

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

≤ 25 Tahun 3 6

26-35 Tahun 10 20

36-45 Tahun 18 36

46-55 tahun 15 30

≥ 56 Tahun 4 8

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

[image:52.612.125.512.144.245.2]

Berdasarkan Tabel 4.2, bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini untuk usia ≤ 25 tahun sebanyak 6%, usia 26-35 tahun sebanyak 20%, usia 36-45 tahun sebanyak 36%, usia 46-55 tahun sebanyak 30% , usia ≥ 56 tahun sebanyak 8%. Dengan demikian yang menjadi mayoritas responden dalam penelitian ini adalah usia 36-45 tahun. Hal ini dikarenakan usia 36-45 tahun termasuk kategori usia produktif.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Pelajar 1 2

Mahasiswa 3 6

Wiraswasta 7 14

Pegawai Swasta 11 22

Lainnya 28 56

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

(53)
[image:53.612.123.513.252.344.2]

pekerjaan yang tidak disebut dalam option pertanyaan, seperti misalnya Pegawai Negeri. Hal ini dikarenakan pelajar, mahasiswa maupun pegawai swasta hanya memakai pakaian batik pada saat-saat tertentu saja, misalkan saat pergi ke undangan.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Rata-rata per Bulan Pengeluaran Frekuensi Persentase (%)

≤ Rp. 250.000 3 6

Rp. 250.000 – Rp. 500.000 5 10

Rp. 500.000 – Rp. 750.000 9 18

Rp. 750.000 – Rp. 1.000.000 16 32

≥ Rp. 1.000.000 17 34

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 4.4, menunjukkan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah responden yang pengeluaran perbulannya ≤ Rp.250.000 sebanyak 6%, Rp.250.000-Rp.500.000 sebanyak 10%, Rp.500.000-Rp.750.000 sebanyak 18%, Rp.500.000-Rp.750.000-Rp.1.000.000 sebanyak 32%, dan ≥ Rp.1.000.000 sebanyak 34%.

Dengan demikian yang menjadi mayoritas responden berdasarkan pengeluaran rata-rata per bulan adalah responden yang pengeluaran rata-rata perbulannya lebih dari Rp.1.000.000. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden adalah orang yang mempunyai pekerjaan atau usaha.

Selanjutnya jawaban responden untuk pertanyaan nomor 5 mengenai

(54)

54

mempunyai waktu yang luang untuk pergi berbelanja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan per Bulan

Kunjungan Frekuensi Persentase (%)

<3 kali 50 100

3-4 kali 0 0

4-5 kali 0 0

≥5 kali 0 0

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

Untuk pertanyaan terakhir mengenai jumlah besar transaksi yang dilakukan responden setiap kali berkunjung ke Butik Batik Tasik, sebanyak 42% responden melakukan transaksi sebesar <Rp.100.000, sebanyak 38% melakukan transaksi sebesar Rp.100.000-Rp.250.000, sebanyak 8% responden melakukan transaksi sebesar Rp. 250.000-Rp.350.000 dan Rp.350.000-Rp.500.000, dan 4% responden melakukan transaksi sebesar >Rp.500.000. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Besar Transaksi Setiap Kunjungan

Besar Transaksi Frekuensi Persentase (%)

<Rp100.000 21 42

Rp.100.000-Rp.250.000 19 38

Rp.250.000-Rp.350.000 4 8

Rp.350.000-Rp.500.000 4 8

>Rp.500.000 2 4

Total 50 100

(55)

4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Bauran Eceran

[image:55.612.129.509.354.450.2]

Penulis menyebarkan kuesioner kepada 50 orang responden yang datang dan melakukan pembelian ke Butik Batik Tasik. Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama terdiri dari 12 pernyataan yang berkaitan dengan Bauran Eceran dan bagian kedua terdiri dari 10 pernyataan yang berkaitan dengan Keputusan Pembelian Konsumen. Berikut ini adalah penilaian responden mengenai Bauran Eceran yang dilakukan oleh Butik Batik Tasik. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 4.7

Produk Yang Ditawarkan Beragam Jenisnya

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 16 32

Setuju 27 54

Cukup Setuju 7 14

Tidak Setuju 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 4.7 mengenai produk yang ditawarkan beragam jenisnya, responden yang menyatakan Sangat Setuju sebanyak 32%, Setuju sebanyak 54%, dan Cukup Setuju sebanyak 14%. Hasil diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa jenis produk yang ditawarkan Butik Batik Tasik tersebut Beragam. Hal ini dikarenakan Butik Batik Tasik menawarkan produk yang bermacam-macam, mulai dari bahan kain batik hingga

(56)
[image:56.612.123.512.145.246.2]

56

Tabel 4.8

Produk Yang Ditawarkan Bervariasi

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 12 24

Setuju 27 54

Cukup Setuju 11 22

Tidak Setuju 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa responden yang menyatakan produk Butik Batik Tasik bervariasi, adalah sebagai berikut: Sangat Setuju sebanyak 24%, Setuju sebanyak 54%, dan Cukup Setuju sebanyak 22%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa produk yang ditawarkan Butik Batik Tasik tersebut Bervariasi. Hal ini dikarenakan Butik Batik Tasik menyediakan produk dengan beragam jenis variasi, seperti misalnya sendal, tidak hanya sendal anyaman saja, tetapi juga tersedia sendal dengan bahan kulit hewan atau lebih dikenal dengan sendal tarumpah.

Tabel 4.9

Harga Yang Ditawarkan Sesuai Dengan Produk

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 11 22

Setuju 27 54

Cukup Setuju 12 24

Tidak Setuju 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

[image:56.612.122.512.511.606.2]
(57)

menyatakan bahwa harga yang ditawarkan di Butik Batik Tasik adalah Sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan produk Butik Batik Tasik dijual dengan harga pasaran yang dapat ditawar oleh konsumen.

Tabel 4.10

Harga Yang Ditawarkan Menarik Perhatian

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 10 20

Setuju 27 54

Cukup Setuju 13 26

Tidak Setuju 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 50 100

Sumber: Data kuesioner yang telah diolah

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Skor Jawaban Kuesioner
Tabel  3.3 Pengkategorian Skor Jawaban
Tabel 3.5 Kriteria Nilai Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pertimbangan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “adakah hubungan antara toleransi stres, shift kerja dan status gizi dengan kejadian kelelahan

2 Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang Pekerjaa Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah ... PRINSIP PENYUSUNAN RPIJM BIDANG CIPTA

Hasil penelitian ini harap ditindaklanjuti oleh Pusat Bahasa, khususnya Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Sangat disayangkan apabila kerja keras para pembina

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan website ini teruatama mengenai menu pencarian jenis tumbuhan obat yang dapat memberikan informasi

Strategi pemasaran karet yang perlu dilakukan antara lain perbaikan aspek kualitas karet petani, penguatan kelembagaan pasar lelang menjadi Unit Pengolahan dan Pemasar Bahan

[r]

Pertama, eksistensi/pemertahanan kesantunan pada bahasa Jawa dan Bali, yang sudah menjadi lembaga sosial bagi kedua masyarakat penuturnya. Kedua, fakta penggunaan bahasa

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan objek-objek wisata salah satunya