• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I – PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1509404023RPIJM Kampar BAB 1 Pendahuluan OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I – PENDAHULUAN - DOCRPIJM 1509404023RPIJM Kampar BAB 1 Pendahuluan OK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I - Pendahuluan I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Untuk dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur

seperti yang dicita-citakan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-2025, diperlukan penyelenggaraan pembangunan

nasional yang mantap, termasuk penyelenggaraan pembangunan Bidang Cipta

Karya/Permukiman. Peran pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya dalam

peningkatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia antara lain dengan (i)

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, (ii) mewujudkan lingkungan

perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik,

berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, serta (iii)

pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang diarahkan untuk

mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan

sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan

jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Penyelenggaraan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan amanat

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

(2)

Bab I - Pendahuluan I - 2

Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten/Kota, yang diselenggarakan

bersama dengan masyarakat dan dunia usaha. Pemerintah Pusat berperan dalam

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan, sedangkan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota memiliki peran yang lebih besar dalam pelaksanaan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Dengan dengan kerjasama

berbagai stakeholders pembangunan Bidang Cipta Karya, diharapkan 3 (tiga)

strategic goals Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat

tercapai, yaitu (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, (ii)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta (iii) meningkatkan kualitas

lingkungan.

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat, mengembangkan konsep perencanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi berupa Rencana Program

Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta

Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah

Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. Melalui perencanaan

yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta

Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan,

kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud disusunnya RPIJM Bidang Cipta Karya adalah untuk mewujudkan

kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman

yang berkelanjutan, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Adapun tujuan dari disusunnya RPIJM Bidang Cipta Karya adalah sebagai

dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPIJM memuat rencana program

dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup multi sektor, multi

(3)

Bab I - Pendahuluan I - 3

1.3. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang

Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha

dengan mengacu pada rencana tata ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi,

dan kabupaten kota, untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman

yang layak huni dan berkelanjutan.

RPIJM Bidang Cipta Karya disusun dengan mengintegrasikan berbagai

dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai daritingkat pusat, provinsi,

hingga kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun sebagai dokumen

teknis operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan

dokumen rencana yang ada, dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai

dengan kebutuhan dan kapasitas Daerah.

Gambar 1.1 memaparkan kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada

(4)

Bab I - Pendahuluan I - 4

Gambar 1. 1 Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa RPIJM Bidang Cipta Karya, selain

mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga

mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana

Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK),

serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka

mewujudkan keterpaduanpembangunan permukiman yang berkelanjutan.

1.4. KETERKAITAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA DENGAN RPI2JM BIDANG PU

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) adalah

(5)

Bab I - Pendahuluan I - 5

hingga lima tahun, yang mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur, baik

yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh

masyarakat/dunia usaha. Khusus untuk Bidang Cipta Karya, rencana dan program

pembangunan infrastruktur yang terdapat pada RPIJM dioperasionalkan melalui

RPIJM Bidang Cipta Karya, untuk selanjutnya dilaksanakan pembangunannya

oleh seluruh pelaku pembangunan Bidang Cipta Karya. Gambar 1.2 memaparkan

Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang Pekerjaan Umum

dan dokumen perencanaan pembangunan di daerah.

Gambar 1. 2 Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang Pekerjaa Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah

Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa arahan kebijakan, rencana, dan

indikasi program terkait khusus untuk Bidang Cipta Karya yang tercantum pada

Perda RTRWK, Perda Perbup/Perwali RPJMD, RPIJM Bidang PU, dan Perda

Bangunan Gedung merupakan acuan dasar integrasi rencana pembangunan

(6)

Bab I - Pendahuluan I - 6

Integrasi rencana pembangunan permukiman berisikan arahan kebijakan

pengembangan permukiman di kabupaten/kota tersebut, untuk selanjutnya

diterjemahkan pada rencana induk masing-masing sektor, seperti Rencana Induk

Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Khusus untuk Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), yaitu wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup kabupaten/kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan

sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan, rencana pembangunan

infrastruktur permukiman dapat dikembangkan lebih rinci melalui Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK).

RTBL KSK berisikan rencana aksi program strategis dalam penanganan kegiatan

permukiman dan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan

prioritas di perkotaan, dalam hal ini di KSK berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota.

Seluruh dokumen perencanaan yang ada selanjutnya dioperasionalkan

melalui RPIJM Bidang Cipta Karya, memuat rencana investasi yang melibatkan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dunia

usaha, masyarakat, dan bantuan pembiayaan pembangunan lainnya. Seluruh

rencana investasi, yang disusun dengan mempertimbangkan aspek lingkungan

dan sosial, kelembagaan, serta kapasitas keuangan daerah, kemudian disusun

dalam matriks program lima tahunan dan untuk selanjutnya dibagi dalam rencana

tahunan.

1.5. PRINSIP PENYUSUNAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Prinsip dasar RPIJM Bidang Cipta Karya secara sederhana diuraikan

sebagai berikut:

1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk rencana investasi yang disusun.

2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan

permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum,

pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem

(7)

Bab I - Pendahuluan I - 7

peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman,

penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang

terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan

gedung.

3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber

pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD

Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama

Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR).

Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat,

misalnya dalam bentuk barang dan jasa.

4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM

maupun pada saat pelaksanaan program.

5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah (kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).

Dengan 5 (lima) prinsip dasar tersebut, diharapkan kemandirian daerah

dapat terwujud, sehingga pembangunan yang efektif dan efisien dapat tercapai.

RPIJM Bidang Cipta Karya bersifat dinamis dan dapat dikaji (review) setiap

tahunnya dalam rangka penyesuaian dengan arahan pembangunan yang ada

sesuai dengan kebutuhan daerah.

1.6. MUATAN DOKUMEN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Secara substansi muatan RPIJM Bidang Cipta Karya terdiri dari

Kabupaten/Kota terdiri 8 (delapan) bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan

tujuan RPIJM Bidang Cipta Karya, serta muatan RPIJM Bidang Cipta

(8)

Bab I - Pendahuluan I - 8

Bab 2 Profil Kabupaten/Kota

Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah,

demografi dan urbanisasi, serta isu strategis Kabupaten/Kota.

Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pada bab ini berisi arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya

dan rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya

Bab 4 Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Pada Bagian ini membahas tentang analisis sosial, ekonomi, dan

lingkungan antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan

analisis kemiskinan.

Bab 5 Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Bagian ini membahas mengenai kebutuhan investasi, potensi pendanaan,

dan alternatif pendanaan.

Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten/Kota

Bagian ini membahas mengenai kerangka kelembagaan dan kerangka

regulasi yang ada di kabupaten/kota.

Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur

Bidang Cipta Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor

Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan

Lingkungan, Pengembangan SPAM, dan Pengembangan PLP. Pada

setiap sektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta usulan

(9)

Bab I - Pendahuluan I - 9

Bab 8 Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya

Pada bab ini berisi mengenai matriks program investasi RPIJM

Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program pada kawasan

prioritas Kabupaten/Kota

1.7. MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Mekanisme penyusunan dan penilaian RPIJM Bidang Cipta Karya dipaparkan

dalam 3 (tiga) bagian, yaitu hubungan kerja penyusunan RPIJM Bidang Cipta

Karya, langkah penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, serta Penilaian

Kelayakan RPIJM Bidang Cipta Karya.

1.7.1. Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya kabupaten/kota pada dasarnya

melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota. Pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya, bertindak

sebagai pembina. Sedangkan, pemerintah provinsi berperan sebagai fasilitator,

dan pemerintah kabupaten/kota merupakan penyusun dari dokumen RPIJM

Bidang Cipta Karya.

Di dalam mekanisme penyusunan RPIJM Cipta Karya terdapat unit

pelaksanaan di Pusat dan Daerah. Pada tingkat pusat dibentuk Satgas

RPIJM/Randal, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya, yang

terdiri dari pejabat yang mewakili Direktorat Bina Program, Direktorat

Pengembangan Permukiman, Direktorat Tata Bangunan dan Lingkungan,

Direktortat Pengembangan Air Minum, Direktorat Pengembangan PLP, dan

Sekretariat Ditjen Cipta Karya. Untuk kemudahan komunikasi dan koordinasi,

pada struktur Satgas terdapat juga Koordinator Wilayah (Korwil) Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi, dan Papua-Maluku.

Pada tingkat provinsi, dibentuk satgas RPIJM yang berfungsi memfasilitasi

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan

(10)

Bab I - Pendahuluan I - 10

anggotanya terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD,

Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan Satker-Satker Cipta

Karya Provinsi.

Sementara di tingkat kabupaten/kota, dibentuk satgas RPIJM

Kabupaten/Kota yang bertugas menyusun RPIJM. Satgas dibentuk dengan SK

Bupati/Walikota dengan anggota terdiri dari unsur Bappeda, Dinas

PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya,

dan PDAM. Gambar 1.3 memaparkan Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM

Kabupaten/Kota.

Gambar 1. 3 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

Dengan melibatkan seluruh stakeholder pada penyusunan RPIJM Bidang

Cipta Karya, diharapkan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat

berjalan dengan efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan permukiman yang

layak huni dan berkelanjutan.

1.7.2. Langkah Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

Dalam penyusunannya, RPIJM Bidang Cipta Karya harus mengacu pada

(11)

Bab I - Pendahuluan I - 11

perencanaan sektoral, maupun perencanaan spasial. Gambar1.4 memaparkan

langkah-langkah penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya.

Gambar 1. 4 Langkah Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

Dari Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa seluruh anggota Satgas, baik di tingkat

Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota memiliki peran penting dalam

penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya. Prinsip bottom up planning cukup kental

pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya ini, agar rencana yang dihasilkan

sesuai dengan kebutuhan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah, dengan

(12)

Bab I - Pendahuluan I - 12

1.7.3. Penilaian Kelayakan RPIJM Bidang Cipta Karya

Kelayakan suatu dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya perlu dinilai untuk

meningkatkan kualitas substansi dokumen tersebut. Penilaian kelayakan tersebut

menggunakan metode skoring, dimana masing–masing kriteria kelayakan telah

ditetapkan bobot/nilainya. Indikator Penilaian Dokumen RPIJM dinilai dari

beberapa kriteria yaitu:

a. Kelengkapan Dokumen

Penilaian kelengkapan dokumen dilihat dari legalisasi dokumen RPIJM

oleh Bupati/Walikota, dan outline dokumen yang sesuai dengan buku

pedoman penyusunan RPIJM.

b. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota dan Kawasan

Penilaian terhadap kelayakan rencana dilihat dari keterpaduan strategi

yang tertuang pada dokumen perencanaan pembangunan nasional

(RPJPN, RPJMN, peraturan perundangan Bidang Cipta Karya),

perencanaan spasial (RTRWN, RTR Pulau, RTRWP, RTRW KSN, dan

RTRW Kabupaten/Kota), dan perencanaan pengembangan kawasan

khusus (MP3EI dan KEK).

c. Kelayakan Program

Penilaian terhadap kelayakan program dalam rencana programinvestasi

sektor pengembangan permukiman, rencana program investasi sektor

PBL, rencana program investasi sektor PLP, rencana program investasi

sektor SPAM.

d. Kelayakan Lingkungan dan Sosial

Penilaian terkait aspek perlindungan sosial dan lingkungan dalam

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya.

e. Kelayakan Pendanaan

Penilaian kelayakan dan kesesuaian anggaran untuk program / kegiatan

RPIJM serta pemanfaatan multi sumber pendanaan.

f. Kelayakan Kelembagaan

Penilaian kelayakan kelembagaan dilihat dari kesiapan kelembagaan

untuk menyusun dan mengelola implementasi RPIJM di daerah.

(13)

Bab I - Pendahuluan I - 13

Penilaian kelayakan kegiatan dilihat dari penetapan prioritas program dan

matriks program berdasarkan entitas yang tertuang dalam RPIJM Bidang

Cipta Karya.

Tabel 1.1 memaparkan cara penilaian kelayakan RPIJM Bidang Cipta Karya

secara kuantitatif.

(14)
(15)
(16)
(17)

Bab I - Pendahuluan I - 17

BAB I – PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ... 2

1.3. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA 3 Gambar 1. 1 Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 4

1.4. KETERKAITAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA DENGAN RPI2JM BIDANG PU ... 4

Gambar 1. 2 Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang Pekerjaa Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah ... 5

1.5. PRINSIP PENYUSUNAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA ... 6

1.6. MUATAN DOKUMEN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA ... 7

1.7. MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM BIDANG CIPTA KARYA... 9

1.7.1. Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya ... 9

Gambar 1. 3 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya ... 10

1.7.2. Langkah Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya ... 10

Gambar 1. 4 Langkah Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya ... 11

1.7.3. Penilaian Kelayakan RPIJM Bidang Cipta Karya ... 12

Gambar

Gambar 1. 1  Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 1. 2  Keterkaitan RPIJM Bidang Cipta Karya dengan RPIJM Bidang Pekerjaa Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Gambar 1. 3 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya
Gambar 1. 4 Langkah Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk mengetahui variabel tingkat kecerdasan intelektual yang dimiki karyawan berpengaruh pada kinerja karyawan dalam perusahaan. 2) Untuk mengetahui variabel tingkat

Dari sisi pengeluaran, kinerja ekonomi Kalimantan Timur pada Triwulan III-2016 yang terkoreksi sebesar -0,12 persen dibandingkan triwulan III- 2015 lebih dipengaruhi oleh

Wilayah Afrika, Eropa da Asia bagian tengah dan barat tidak bisa menyaksikan momen ini, karena pada saat awal gerhana sampai akhir gerhana, dari wilayah tersebut bulan masih

Bahan baku yang paling berpengaruh dalam pembuatan (formulasi) biskuit yaitu soft flour, pati modifikasi A, pati modifikasi B dan bahan pengembang dengan variabel (respon)

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Kejadian Ekspulsi KB IUD dengan Kecemasan Akseptor

Yang dimaksud dengan kontraktor dalam peraturan dan syarat-syarat adalah yang diserahi tugas pelaksanaan pekerjaan, yang disebut sebagai pihak kedua dalam surat

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan antara religiositas dengan perilaku asertif untuk menolak perilaku