i
ABSTRACT
Juraida. NIM.8136132067. The Effect of Supervision Approach and Abstract Thinking Knowledge toward Teacher’ sKnowledge in Conducting Action Research Proposal at SMA Negeri in Nias Regency. A Thesis. Postgraduate Program State University of Medan, 2015.
The aims of this study are to determine: (1) The knowledge in conducting a class action research proposal that supervised by collaborative approach one is higher than the knowledge in conducting class action research proposal that supervised by directive approach one; (2) The knowledge in conducting class action research proposal who has high abstract thinking knowledge is better than the knowledge in conducting class action research proposal who has low abstract thinking knowledge; and (3) The interaction between the implementation of supervisory approaches and the knowledge of think abstractly toward the knowledge in conducting class action research proposal.
The population of this study is 50 Civil Servants teacher in whole senior high schools in Nias. The population was divided into 2 treatment groups, where each group numbered 25 teachers. The method of the research is quasi-experimental research (quasi experiment). The instruments in this research are test of knowledge in conducting class action research proposal and test of knowledge in thinking abstract. The data analysis in this study is ANOVA Factorial 2 × 2. The results of the research are: (1) there was any differences between teacher’s knowledge in conducting class action research proposal who supervised through collaborative approach one and teacher’s knowledge in conducting class action research proposal who supervised through directive approach one. where Fcount>
Ftable(15.653 > 3.96); (2) there was any differences between teacher’sknowledge
in conducting class action research proposal who has high abstract thinking knowledge and teacher’sknowledge in conducting class action research proposal who has low abstract thinking knowledge. Where Fcount> Ftable (25.624 > 3.96);
and (3) there was an interaction between the supervisory approach and the knowledge to think abstractly toward the knowledge in conducting class action research proposal with Fcount> Ftable(17.451 > 3.96).
ii
ABSTRAK
Juraida. NIM. 8136132067. Pengaruh Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir Abstrak terhadap Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas pada Guru SMA Negeri di Kabupaten Nias. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan,2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang disupervisi dengan pendekatan supervisi kolaboratif lebih tinggi dari pada pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang disupervisi dengan pendekatan supervisi direktif; (2) pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih baik dari pada pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah; dan (3) interaksi antara penggunaan pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak terhadap pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil di SMA Negeri di Kabupaten Nias yang berjumlah 50 orang. Seluruh populasi dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, dimana setiap kelompok berjumlah 25 orang guru. Metode penelitian menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas dan tes kemampuan berpikir abstrak. Analisis data yang digunakan adalah ANAVA Faktorial 2 × 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) terdapat perbedaan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang disupervisi melalui pendekatan supervisi kolaboratif dengan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang disupervisi melalui pendekatan supervisi direktif dengan Fhitung > Ftabel (15,65 > 3,94); (2) terdapat perbedaan pengetahuan
menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dengan Fhitung> Ftabel(25,62 > 3,94); dan (3) ada interaksi antara pendekatan supervisi dan
kemampuan berpikir abstrak terhadap pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas dengan Fhitung> Ftabel(17,45 > 3,94).
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
Rahmat dan Ridho-NYA sehingga penulisan tesis dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Pengetahuan
Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Pada Guru SMA Negeri di
Kabupaten Nias” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga
mengucapkan shalawat dan salam keharibaan junjungan Rasulullah SAW beserta
para sahabat, keluarga dan kaum muslimin walmuslimat.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Dr. Darwin, M Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan serta dorongan yang begitu berarti bagi penulis
sejak penyusunan proposal sampai penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga
kepada ketiga nara sumber Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd, Bapak Dr.
Arif rahman, M. Pd dan Bapak Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd yang telah
memberikan kritk, saran, masukan dan koreksi untuk perbaikan tesis ini.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan
berupa Beasiswa S2 Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat menimba
ilmu di Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Rektor Universitas Negeri Medan dan
iv
mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED).
3. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd. Selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
4. Dr. Darwin, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
5. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd. Selaku Sekretaris Program Studi
Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED).
6. Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan nasehat selama penulis
mengikuti perkuliahan di Program Studi AP. Kepengawasan Program
Pascasarjana UNIMED.
7. Yang tercinta Ibunda Ramlah dan Ayahanda Hasan Basri. R serta seluruh
keluarga besarku yang tak bosan-basannya memberikan dukungan dan do’a
dengan segala sikap penuh pengertian dan kasih sayang.
8. Suamiku tercinta Yakhman Hulu, S. Ag yang telah banyak memberikan
dukungan do’a, dukungan moril dan spiritual serta material dengan penuh
cinta, kasih sayang dan kesabaran, serta anak-anakku tersayang Muhammad
Rizki Hanif Hulu, Aisyah Husna Az-Zahra Hulu dan Muhammad Ridwan
Hafiz Hulu.
9. Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi
Kepengawasan Angkatan 2013 yang telah memberikan sumbangsih
v
10. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias dan semua Staf yang terkait yang
telah memfasilitasi dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian dilingkungan SMA Negeri di Kabupaten Nias.
11. Kepala SMA Negeri 1 Gido, Kepala SMA Negeri 1 Idanogawo serta semua
Kepala SMA Negeri yang ada di Kabupaten Nias yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan pengambilan
data untuk penyempurnaan tesis ini.
12. Kepada Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Nias yang telah
ikut membantu penulis memberikan bimbingan dan supervisi kepada guru
dalam rangka pengambilan data untuk dapat menyempurnakan tesis ini.
13. Teman-teman guru di SMA Negeri 1 Gido, terima kasih atas segala do’a dan
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.
14. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada
semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam tesis ini dan untuk itu
penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik dan saran untuk
kesempurnaannya. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan bagi kemajuan dunia
pendidikan.
Medan, 30 Juni 2015
Juraida
vi A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis ... 14
1. Pengetahuan Menyusun Penelitian Tindakan Kelas ... 14
2. Pendekatan Supervisi ... 27
3. Kemampuan Berpikir Abstrak ... 52
B. Penelitian Relevan ... 61
C. Kerangka Berpikir ... 63
D. Pengajuan Hipotesis ... 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 73
B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 73
C. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 78
D. Pelaksanaan Perlakuan ... 80
E. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 83
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 84
G. Teknik Analisis Data ... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 95
B. Identifikasi Tingkat kecenderungan Variabel Penelitian ... 107
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 110
D. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 113
E. Temuan Penelitian ... 119
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 124
vii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ... 134
B. Implikasi ... 135
C. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA ... 140
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pergeseran Peran Guru dalam Belajar pada Model
Collaborative Supervision ... 41
Tabel 2.2 Sintaks Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 43
Tabel 2.3 Langkah-langkah Dalam Supervisi Kolaboratif ... 44
Tabel 2.4 Sintaks Pendekatan Supervisi Direktif ... 48
Tabel 2.5 Langkah-langkah Dalam Supervisi Direktif ... 51
Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Abstrak ... 56
Tabel 2.7 Perbedaaan antara Supervisi Kolaboratif dengan Pendekatan Supervisi Direktif ... 66
Tabel 3.1. Kerangka Tabel Data Eksperimen Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 74
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas ... 85
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Abstrak ... 89
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada Pendekatan supervisi Kolaboratif 95 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada Pendekatan supervisi Direktif .... 97
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi ... 98
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Rendah ... 99
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 101
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak Rendah Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 103
ix
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan kelas pada kemampuan Berpikir Abstrak
Rendah Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 106
Tabel 4.9 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dengan Pendekatan Supervisi
Kolaboratif ... 107
Tabel 4.10 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan Pendekatan Supervisi Direktif 108
Tabel 4.11 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi ... 108
Tabel 4.12 Tingkat Kecenderungan Variabel Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan kemampuan Berpikir Abstrak Rendah ... 109
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data ... 110
Tabel 4.14 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 112
Tabel 4.15 Ringkasan Analisis Varians Pengetahuan Menyusun Proposal
Tindakan Kelas ... 113
Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Interaksi
Pendekatan Supervisi dan Kemampuan Berpikir Abstrak ... 113
Tabel 4.17 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 114
Tabel 4.18 Ringkasan Analis Varians Pengetahuan Menyusun Proposal
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Supervisi MetzelersPEIS ... 36
Gambar 2.2 Hubungan antara Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan
Teknik ... 38
Gambar 4.1 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian
Tindakan Kelas Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 96
Gambar 4.2 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian
Tindakan Kelas Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 97
Gambar 4.3 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian
Tindakan Kelas Pada Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi .... 99
Gambar 4.4 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian
Tindakan Kelas Pada Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah 100
Gambar 4.5 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 102
Gambar 4.6 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah Pada Pendekatan Supervisi Kolaboratif ... 103
Gambar 4.7 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 105
Gambar 4.8 Histogram Skor Pengetahuan Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas Dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Rendah Pada Pendekatan Supervisi Direktif ... 106
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perangkat Kegiatan Supervisi dan Modul Proposal Penelitian
Tindakan Kelas ... 144
Lampiran 2 Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pendekatan
Supervisi Kolaboratif dan Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) Pendekatan Supervisi Direktif ... 175
Lampiran 3 Instrumen Tes Untuk Mengukur Pengetahuan Guru Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas... 194
Lampiran 4 Hasil Uji coba Instrumen Penelitian : Uji Validitas Tes, Uji Reliabilitas, Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes, Analisis Daya Pembeda Butir Tes, dan Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes... 200
Lampiran 5 Hasil Analisis Data Penelitian : Data Induk Penelitian, Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Penelitian , Perhitungan Tingkat
Kecenderungan Data ... 209
Lampiran 6 Perhitungan Uji Normalitas Data, Perhitungan Uji Homogenitas Data, Pengujian Hipotesis, Pengujian Uji Lanjut dengan
Uji Scheffe dan perhitungan dengan SPSS ... 229
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas
pekerjaan guru dan dosen yang semakin mantap. Sebagaimana pasal 14 dan 15
undang-undang tersebut menyatakan bahwa guru mempunyai hak memperoleh
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial,
meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain
berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan tambahan
lain yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya.
Seharusnya bagi guru pengakuan dan penghargaan tersebut harus dijawab
dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.
Guru tidak selayaknya hanya bekerja sebagai kebiasaan saja seperti era
sebelumnya, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang
tinggi. Setiap kinerjanya harus dipertanggungjawabkan secara publik maupun
akademik. Untuk itu guru harus memiliki landasan yang kuat dalam teoretik dan
keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik
maupun pembimbing peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru sudah pasti akan
berhadapan dengan berbagai persoalan baik peserta didik, maupun metode
pembelajaran. Sebagai seorang guru yang profesional, guru harus mampu
2
teori akurat yang mendukung. Di samping itu guru juga harus dapat melakukan
peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta
didik semakin optimal dan disertai dengan kepuasan yang tinggi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus dibekali dengan kemampuan
untuk meneliti, khususnya yang terjadi dalam proses pembelajaran yang
dilakukannya sehari-hari yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Dimana seorang guru
dituntut selalu berusaha mengembangkan dirinya melalui penelitian yang
dilakukan demi perbaikan kualitas mengajarnya. Selain itu, kebutuhan untuk
melakukan penelitian tindakan kelas juga menjadi salah satu syarat penentu untuk
dapat tidaknya seorang guru yang sudah berpangkat Penata Muda Tk.I (III/b) naik
ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti yang disebutkan dalam Peraturan Bersama
Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala BKN Nomor : 3/V/PB/2010 dan Nomor
: 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, bahwa untuk kenaikan pangkat/jabatan lebih tinggi mulai dari
Guru Pertama, pangkat Penata Muda Tk.I, gol/ruang III/b yang akan naik
jabatan/pangkat menjadi Guru Muda, Pangkat Penata, gol/ruang III/c angka kredit
yang dipersyaratkan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur publikasi
ilmiah dan/atau karya inofatif, dan paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub
unsur pengembangan diri.
Bagi guru, menulis adalah bagian dari pengembangan profesi. Beragam
karya tulis yang dapat dibuat. Misalnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK), diktat,
modul, buku pelajaran, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, tinjauan
ilmiah, artikel ilmiah untuk jurnal, dan artikel ilmiah populer di media massa, dan
3
pilihan utama adalah PTK karena PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
proses pembelajaran yang secara langsung dapat dirasakan oleh guru. Manfaat
dari PTK adalah di samping profesionalisme guru meningkat, juga berdampak
terhadap peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa hal yang menjadi kendala guru sulit
untuk naik pangkat adalah kesulitan dalam menulis Karya Tulis Ilmiah dalam hal
ini khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mengapa guru sulit menulis
PTK? Karena guru belum terbiasa menulis, dan tidak menguasai cara menulis
PTK yang baik serta tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menulis PTK.
Mungkin saja seorang guru berkali-kali mengikuti kegiatan seminar, workshop,
atau diklat penulisan PTK, tapi jika dia tidak mau mencoba menulis, maka
pelatihan tersebut tidak akan banyak berdampak. Atau guru banyak memiliki atau
membaca buku tentang pedoman penulisan PTK, tapi tidak pernah dipraktekkan.
Hal ini hanya sebatas menjadi pengetahuan saja, kurang bermanfaat dalam
menumbuhkan budaya menulis. Guru harus berani memulai menulis, walau pada
saat awal mengalami kesulitan. Hal tersebut wajar, semuanya butuh proses dan
guru harus tekun mengikuti proses tersebut.
Diketahui menulis memang perlu kemampuan, tapi kemampuan bukanlah
faktor utama, kemampuan bisa terus diasah melalui proses terus berlatih dan
berlatih. Menurut penulis, modal paling utama dan paling penting adalah
kemauan. Mau untuk terus belajar, mau menyisihkan waktu, mau membaca, dan
mau mencoba lagi ketika gagal. Tanpa hal tersebut sulit bagi guru untuk mampu
menulis. Guru adalah seorang tenaga akademis yang kehidupannya tidak bisa
4
akademisi. Oleh karena itu, seharusnya menulis menjadi hal yang biasa atau
membudaya bagi guru dewasa ini. Tapi kenyataannya memang tidak demikian,
menulis masih menjadi beban di kalangan banyak guru dan belum membudaya di
kehidupan guru.
Sebelum membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seorang guru terlebih
dahulu harus membuat proposal PTK yaitu rencana yang dituangkan dalam
rancangan kerja untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Proposal PTK
terlebih dahulu harus dipersiapkan untuk memudahkan dalam melakukan
Penelitian Tindakan Kelas. Proposal PTK merupakan rancangan penelitian
sehingga bentuk dan isi merupakan ringkasan penelitian tindakan kelas serta lebih
sederhana daripada hasil laporan PTK.
Hasilsurveyawal peneliti dengan 26 orang guru SMA di Kabupaten Nias,
menemukan bahwa sebesar 88,46% guru masih kesulitan dalam membuat
proposal PTK dan sama sekali belum pernah membuat proposal PTK. Hal ini
terjadi karena guru belum pernah menerima semacam workshop atau kegiatan
pelatihan lainnya dalam rangka membuat proposal PTK sehingga guru masih
belum mampu membuat proposal apalagi sampai melakukan Penelitian Tindakan
Kelas.
Permasalahan guru seperti dipaparkan di atas sebenarnya dapat diatasi,
jika pengawas, kepala sekolah dan guru dapat bekerja sama dalam meningkatkan
pengetahuan menyusun proposal PTK. Peran supervisi yang dilakukan oleh
pengawas sekolah merupakan hal yang snagat penting untuk meningkatkan
kualitas guru. Kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas diharapkan dapat
5
Diketahui juga dari hasil survey awal, dari beberapa pilihan kegiatan yang bisa
diberikan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun
proposal PTK, maka semua guru mengharapkan supervisi kolaboratif yang
dilakukan oleh pengawas dapat menjadi solusi dalam memberikan pemahaman
tentang pembuatan proposal PTK.
Terdapat beberapa model, pendekatan, dan teknik supervisi dalam
pendidikan menurut Sahertian (2010 : 34), yaitu : berdasarkan modelnya supervisi
dibagi menjadi empat bagian di antaranya yaitu supervisi konvensional, ilmiah,
artistik, dan klinis. Berdasarkan pendekatannya, yaitu : dengan pendekatan
direktif, non direktif, dan kolaboratif. Selanjutnya berdasarkan tekniknya yaitu :
supervisi yang bersifat individual dan supervisi yang bersifat kelompok. Dengan
beragamnya supervisi tersebut diharapkan dapat memudahkan supervisor dalam
membina guru meningkatkan kinerja dan kompetensi profesionalnya. Supervisi
pendidikan merupakan salah satu fungsi pokok administrasi pendidikan selain
fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pembiayaan dan penilaian.
Semua fungsi administrasi pendidikan tersebut semestinya harus berjalan dengan
baik sesuai dengan fungsinya masing-masing. Supervisi sebagai salah satu fungsi
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan fungsi administrasi yang
lainnya. Hal itu karena setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan
supervisi, maka dalam hal ini isu kebijakan mengenai supervisi pendidikan sangat
menarik untuk dikaji terutama kebijakan supervisi pada tingkat lembaga sekolah.
Supervisi pendidikan di sekolah biasanya dilakukan oleh kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Supervisi sangat dibutuhkan oleh guru-guru dalam
6
penunjang kualitas kompetensi profesionalitasnya yaitu melaksanakan penelitian.
Fungsi pengawas sekolah sebagai supervisor merupakan bagian yang integral
dengan fungsi-fungsi administrasi pendidikan lainnya. Pengawas sekolah
merupakan sosok sentral yang menjadi tumpuan dalam pengambilan kebijakan di
sekolah, baik sebagai administrator, motivator, inovator, dan supervisor.
Pengawas sekolah merupakan salah satu orang yang bertanggungjawab penuh
akan keberhasilan pendidikan di sekolah. Realitas yang terjadi di lapangan sering
kali pengawas sekolah lebih banyak berperan sebagai seorang pemimpin atau
penguasa tunggal. Pengawas sekolah sering bertindak sewenang-wenang dalam
mengambil kebijakan. Oleh karena itu kondisi yang demikian ini sering
dimanfaatkan oleh guru yang memiliki kemampuan untuk mengambil hati ,
memperoleh peluang untuk kecipratan rezeki dan kekuasaan pengawas sekolah.
Sedangkan di sisi yang lain bagi para guru dan pegawai yang tergolong dalam
garis oposisi dan berani melawan atau yang tidak patuh terhadap kebijakan
pengawas sekolah, harus bersiap untuk menerima berbagai sanksi, seperti
kenaikan pangkatnya dipersulit, promosi jabatannya tidak diurus, peluang karir
ditutup, dan sebagainya.
Pada kondisi yang seperti ini, tindakan supervisi dari pengawas sekolah
sama artinya dengan tindakan mencari-cari kesalahan atau kekurangan guru. Jadi
supervisi pendidikan dijadikan sebagai ajang untuk menakut-nakuti guru-guru,
sehingga guru akan merasa takut berbuat, akan takut keliru, akan takut dimarahi,
bahkan takutnya tidak akan menentu. Suasana yang demikian ini akan
menimbulkan rasa ketidaknyamanan bekerja, inisiatif dan kreativitas guru dalam
7
berkembangnya kemauan dan kemampuan guru untuk membuat PTK. Jadi bisa
dikatakan kompetensi professional seorang guru tidak berkembang. Padahal
seharusnya supervisi adalah proses mengevaluasi kinerja anggota staf individu
maupun kelompok untuk membuat keputusan pribadi yang efektif (Lovell dan
Wiles, 1983 : 139).
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses
pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus
dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan
fungsinya secara profesional (Sahertian, 2010:1). Pelaksanaan supervisi yang
diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan
dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan
berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam
mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik.
Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan
bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan
kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap
supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan
menganggap lebih dari guru karena jabatannya.
Dengan melihat pentingnya supervisi yang dilakukan oleh pengawas
sekolah atau siapa saja yang berkompeten untuk itu dalam rangka menumbuhkan
kemampuan dan kemauan guru dalam membuat PTK, maka hendaknya supervisi
dapat dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Supervisi di sini dapat
berupa supervisi langsung (pendekatan directif) dan supervisi tidak langsung
8
penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat
berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
ditinjau dari konsep diri guru tersebut (Ida Bagus Suragantara, 2012). Penelitian
yang lain menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat
meningkatkan keterampilan guru menganalisis tes pilihan ganda (Siagian, 2013).
Hasil pengamatan dan observasi di lapangan pada SMA Negeri di
kabupaten Nias didapatkan data bahwa dari jumlah guru sebanyak 50 orang
belum ada yang membuat proposal PTK apalagi melakukan Penelitian Tindakan
Kelas. Padahal Peraturan baru yang mengatur kenaikan pangkat jabatan
fungsional guru (guru dan pengawas sekolah) telah terbit, yakni:
1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PermenPANRB) No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
2. Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan
Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Berdasar peraturan bersama ini, disebutkan dalam pasal 42 : Peraturan
Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 2013.
Kesulitan guru membuat proposal PTK perlu diatasi dengan berbagai
upaya, antara lain dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif yang
dilakukan oleh pengawas sekolah. Supervisi perlu dilakukan secara intensif
sehingga guru dapat termotivasi melakukan penelitian yang bersumber pada
9
melakukan supervisi kepada guru, seyogyanya guru diperhatikan sebagai individu,
karena ada perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan manusiawinya.
Perlakuan ini sangat diperlukan, terlebih jika guru dituntut untuk terlibat secara
langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan supervisi perlu
didasarkan atas perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik guru. Pendekatan ini
erat kaitannya dengan dua unsur penting keefektifan guru dalam menjalankan
tugas keprofesionalan, yaitu komitmen dan kemampuan berpikir abstrak.
Kemampuan berpikir abstrak diistilahkan sebagai kompleksitas kognitif.
Perpaduan antara kepedulian dan kompleksitas kognitif melahirkan tiga tahapan
perkembangan profesionalisme, yaitu perkembangan tingkat rendah, tingkat
sedang, dan perkembangan tingkat tinggi. Tahapan perkembangan tersebut
membutuhkan fasilitas supervisi pengembangan, yang dapat dibedakan atas tiga
jenis, yaitu (1) supervisi direktif diperuntukkan bagi guru yang memiliki
kepedulian pada diri sendiri dengan kompleksitas kognitif rendah, (2) supervisi
kolaboratif diperuntukkan bagi guru yang memiliki kepedulian kepada siswa dan
kompleksitas kognitif menengah, dan (3) supervisi non direktif diperuntukkan
bagi guru yang memiliki kepedulian profesional dengan kompleksitas kognitif
tinggi.
Dalam penelitian ini akan dilakukan supervisi kolaboratif untuk
mengetahui pengetahuan profesional guru dalam menyusun proposal PTK.
Efektif tidaknya pendekatan supervisi kolaboratif yang dikemukakan tidak
terlepas dari faktor pribadi guru karena proses pembelajaran itu sendiri hanya
terjadi pada masing-masing individu guru, dan tingkah laku itu sendiri tidak
10
sikap, kemampuan dasar, pengetahuan awal, dan kemampuan berfikir abstrak.
Anastasi (1990) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang mengikuti
pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya
adalah bakat khusus, misalnya kemampuan berpikir abstrak, kemampuan
mekanik, kemampuan ruang, kemampuan verbal, kecepatan persepsi, dan
sebagainya. Dengan demikian dalam penelitian ini akan dapat diketahui pengaruh
variabel kerangka interpersonal ini terhadap pengetahuan guru dalam menyusun
proposal PTK.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka terkait
dengan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut. Bagaimanakah pengetahuan guru dalam
menyusun proposal PTK? Faktor-faktor apa sajakah yang memepengaruhi
pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK? Pendekatan yang
bagaimanakah yang dapat membantu guru dalam membuat proposal PTK?
Kemudian jika digunakan pendekatan supervisi kolaboratif, apakah pengetahuan
guru dalam menyusun proposal PTK dapat meningkat daripada menggunakan
pendekatan direktif? Apakah supervisi yang dilakukan pengawas sekolah sudah
efektif sehingga mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal
PTK? Apakah guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan
memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi dalam membuat proposal PTK
dibandingkan dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah?
11
abstrak guru dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal
PTK?
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah penelitian ini, maka masalah yang
akan diteliti hanya menyangkut aspek kognitif guru yaitu pengetahuan guru
menyusun proposal PTK. Pendekatan supervisi dibedakan atas pendekatan
supervisi kolaboratif dan pendekatan supervisi direktif. Variabel kemampuan
berpikir abstrak mencakup dua taraf, yaitu kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
kemampuan berpikir abstrak rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang disupervisi
dengan menerapkan pendekatan kolaboratif lebih tinggi dibandingkan dengan
pendekatan supervisi direktif?
2. Apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan guru
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah?
3. Apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan
berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun
12
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK
yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif lebih tinggi
dibandingkan dengan pendekatan direktif.
2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan
dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan supervisi dengan
kemampuan berpikir abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam
menyusun proposal PTK.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik manfaat
teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah :
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam meningkatkan mutu bagi
pengawas sekolah dalam memecahkan masalah guru terutama dalam dimensi
kompetensi professional yaitu melakukan penelitian khususnya Penelitian
Tindakan sekolah yang bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran
guru yang dilakukan kepada peserta didik, meningkatkan kompetensi guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih professional,
meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya
13
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memahami arti
pentingnya membuat proposal PTK, Disamping itu pendekatan yang tepat
dilakukan yaitu supervisi kolaboratif bermanfaat bagi guru untuk
meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun proposal PTK sehingga
kedepan dapat mendorong guru untuk kenaikan pangkat kejenjang yang lebih
tinggi.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain guna melakukan penelitian yang
sama atau yang mirip dengan penelitian ini.
Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah :
1. Kiranya penelitian ini dapat memperkenalkan penerapan pendekatan supervisi
kolaboratif sebagai salah satu strategi pengawas sekolah dalam membina dan
meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun penelitian khususnya
membuat proposal PTK.
2. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan informasi dalam
mengambil kebijakan memperbaiki paradigma guru dalam melakukan
penelitian yang berguna bagi peningkatan kompetensi guru itu sendiri.
3. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah sehingga
lebih banyak lagi guru dan pengawas sekolah yang memperoleh informasi
134 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang
dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil tes pengetahuan guru menyusun proposal PTK yang disupervisi dengan
menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif lebih tinggi dari hasil tes
kemampuan guru yang disupervisi dengan pendekatan supervisi direktif.
2. Pengetahuan guru dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih tinggi dibandingkan
dengan guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.
3. Terdapat interaksi antara pendekatan supervisi dengan kemampuan berpikir
abstrak dalam mempengaruhi pengetahuan guru dalam menyusun proposal
penelitian tindakan kelas. Dari hasil uji lanjut ternyata guru yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah memperoleh pengetahuan menyusun
proposal penelitian tindakan kelas lebih tinggi jika disupervisi dengan
pendekatan kolaboratif daripada guru yang disupervisi dengan pendekatan
supervisi direktif, sedangkan guru yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak tinggi pengetahuan menyusun proposal penelitian tindakan kelas tidak
berbeda jika disupervisi dengan pendekatan supervisi kolaboratif maupun
135
B. Implikasi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
pendekatan supervisi terhadap hasil tes pengetahuan guru dalam menyusun
proposal PTK. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa pendekatan
supervisi merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk
meningkatkan hasil tes pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Ini dapat
dipahami karena melalui penerapan pendekatan supervisi yang tepat dapat
meningkatkan partisipasi aktif guru dalam kegiatan supervisi yang akhirnya dapat
membantu keberhasilan guru dan ketercapaian tujuan supervisi yang diharapkan.
Dengan demikian konsekuensinya apabila pendekatan supervisi yang
diterapkan kurang tepat maka tentu akan berakibat berkurang juga partisipasi aktif
guru dalam kegiatan supervisi baik dalam supervisi pembelajaran maupun
supervisi akademik. Melalui penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan
bahwa secara rata-rata hasil tes guru dalam menyusun proposal PTK lebih tinggi
dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif dari pada pendekatan
supervisi direktif. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif
lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman guru dan hasil tes yang diberikan
kepada guru, karena dalam pendekatan supervisi kolaboratif ini guru lebih aktif
untuk merekonstruksi sendiri ilmu tentang pembuatan proposal yang
diperolehnya, guru lebih kreatif dan berupaya menemukan dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dalam pembuatan proposal PTK dalam kerangka
pencapaian tujuan supervisi yang diharapkan pengawas dan guru itu sendiri.
Konsekuensi logis dari pengaruh penerapan pendekatan supervisi kolaboratif
136
sekolah untuk melaksanakan pendekatan supervisi kolaboratif dalam
meningkatkan pengetahuan guru menyusun proposal PTK. Dengan menerapkan
pendekatan supervisi kolaboratif diharapkan pengawas sekolah dapat memotivasi
dan membangkitkan keterlibatan guru dan partisipasi guru terhadap materi
penyusunan proposal PTK dan dapat menciptakan suasana yang kondusif dan
bernuansa kemitraan yang lebih interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan
supervisi.
Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir guru berpengaruh terhadap pengetahuan menyusun proposal
PTK. Guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi secara rata-rata memiliki
hasil lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang mempunyai kemampuan
berpikir abstrak rendah. Guru dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi akan
memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau konsep-konsep
dalam materi pembuatan proposal PTK yang sangat kompleks. Dengan demikian
maka guru yang selalu melatih dirinya secara terus menerus akan menemukan
jalan dalam memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran di kelas
yang dapat dituangkan melalui penelitian tindakan kelas. Mengingat tingkat
kemampuan berpikir abstrak guru mempengaruhi cara dirinya menerima, menalar,
dan mempraktekkan bagaimana cara membuat proposal penelitian tindakan kelas.
Peningkatan kemampuan berpikir abstrak guru dapat dilakukan dengan
memberikan motivasi pada guru dalam bentuk penguatan-penguatan dalam
kegiatan supervisi dengan pengawas sekolah dan sebagainya. Kemampuan
berpikir abstrak guru dalam belajar harus terus ditingkatkan mengingat
137
penelitian tindakan kelas pada guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
tinggi lebih baik daripada guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
rendah.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya interaksi antara pendekatan
supervisi dan kemampuan berpikir abstrak terhadap pengetahuan guru menyusun
proposal PTK. Interaksi tersebut terindikasi dari guru yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi yang disupervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi
kolaboratif secara rata-rata mempunyai hasil tes yang lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan pendekatan supervisi direktif, sedangkan bagi guru dengan
kemampuan berpikir abstrak rendah dan disupervisi dengan pendekatan supervisi
direktif secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan
pendekatan supervisi kolaboratif. Dengan demikian dapat dipahamai bahwa
pendekatan supervisi kolaboratif lebih tepat digunakan bagi guru dengan
kemampuan berpikir abstrak tinggi, sedangkan pendekatan supervisi direktif lebih
tepat digunakan bagi guru dengan kemampuan berpikir abstrak rendah. Hasil
penelitian ini juga menunjuukkan bahwa untuk meningkatkan hasil tes guru
dipengaruhi oleh pendekatan supervisi yang diterapkan oleh pengawas sekolah
dan kemampuan berpikir abstrak guru. Dalam hal ini antara guru dan pengawas
sekolah mempunyai peranan penting yang sama dan berarti dalam meningkatkan
hasil tes kemampuan guru dalam membuat proposal PTK itu sendiri, sehingga
dengan demikian untuk mencapai hasil yang maksimal maka kedua variabel
tersebut yaitu pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak juga sangat
berperan efektif. Konsekuensi logis dari interaksi pendekatan supervisi dan
138
melaksanakan supervisi dan guru yang disupervisi. . Hal ini menggambarkan
bahwa ada keterkaitan antara pendekatan supervisi yang digunakan pengawas
sekolah dengan tingkat kemampuan berpikir abstrak guru. Penggunaan
pendekatan supervisi yang dapat memaksimalkan kemampuan guru, baik pada
guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah akan
sangat membantu dalam pencapaian tujuan supervisi. Kepada pengawas sekolah,
agar dapat memahami lebih mendalam dan tentunya melaksanakan dengan baik
pendekatan supervisi dalam kegiatan supervisi karena melalui penelitian ini
terbukti efektif untuk meningkatkan hasil tes guru, sedangkan untuk guru agar
selalu berupaya mengembangkan kemampuuan berpikirnya dengan lebih banyak
belajar dan membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
mengembangkan wawasan dalam berpikir. Hal ini harus terus dikembangkan
mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara
pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak dengan pengetahuan
menyusun proposal penelitian tindakan kelas pada guru.
C. Saran
1. Untuk dapat meningkatkan pengetahuan menyusun proposal penelitian
tindakan kelas pada guru perlu dilakukan upaya dengan menggunakan
pendekatan supervisi kolaboratif. Kepada pengawas sekolah, bahwa
pendekatan supervisi kolaboratif lebih baik diberikan kepada guru dengan
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan pendekatan supervisi direktif lebih
baik diterapkan kepada guru dengan kemampuan berpikir abstrak rendah.
2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir abstrak pada guru perlu
139
melakukan aktivitas, (c) pengalaman sosial, dan (d) ekuilibrasi (proses
pengaturan diri), yang kesemuanya itu saling berinteraksi untuk
mempengaruhi berbagai perubahan dalam berpikir seseorang
3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan pengetahuan
menyusun proposal penelitian tindakan kelas guru ditinjau dari penggunaan
pendekatan supervisi dan kemampuan berpikir abstrak guru. Selanjutnya
memperluas jumlah sampel dan menambah variabel-variabel yang dikontrol
sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih luas mengenai pendekatan
140
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2007. Tes Psikologi (Psychological Testing). (Edisi Ketujuh).Jakarta: Indeks.
Abidin, Yunus. 2014. Desain pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Alfonso, RJ. Firth, G.R. & Neville, R.F. 1981. Instructional Supervision: A Behavior System. Boston: Allyn and Bacon, Inc.(OnLine), (http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/10.%20Yudha%20M.% 20Saputra.pdf, diakses 04 Maret 2015)
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (untuk guru). Bandung: Yrama Widya.
Arends., Richard I. 2012.Learning to Teach.New York: McGraw-Hill
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, S. 2009.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S, Suhardjono, & Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asf, Jasmani. & Syaiful Mustofa. 2013. Supervisi Pendidikan (Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru). Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Daryanto. 2001.Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Diklat Teknis Penelitian Kelas Guru SMA.Jakarta: Depdiknas
Dharma, Agus. 2001. Manajemen Supervisi. Edisi Ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ebmeier, H. and Nicklaus, H. (1999). The impact of peer and principal collaborative supervision on teachers’ trust, commitment, desire for collaboration, and efficacy. Journal of Curriculum and Supervision. 14(4): 351-378.
Edward De Bono. 1992.Mengajar Berfikir. Jakarta : Erlangga.
141
---. 2010. Supervision and Instructional Leadership : Eight Edition.Boston : Pearson
Humphrey, Mary. 2005. Living the Hero’s Quest : Character Building Through Action Research.London: Libraries Unlimited
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 (Knci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia
Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Joyce, B. Marsha Weil. & Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching (Model-model Pengajaran), (Edisi Kedelapan). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Kaufman, James, C. 2009. Intelligent Testing.New York: Cambridge University Press
Koshy, Valsa. 2005. Action Research For Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. 2014. The Action research Planner (doing Critical Participatory Action research).Singapura: Springer.
Kusumah, Wijaya, Dwitagama, D. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks
Lovell, Jhon & Wiles Kimball. 1993. Supervision For Better Schools : Fifth Edition.New Jersey : Prentice-hall, Inc.
Matondang, Z. 2013.Statistika pendidikan.Medan: Unimed Press
Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru.Bandung : Alfabeta.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional & Kepala BKN Nomor 3/V/PB/2010 & Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Pidarta, Made. 2009.Supervisi Pendidikan Kontekstual.Jakarta : Rineka Cipta.
Robbins, Stephen P. Dkk. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Jakarta. Salemba Empat.
Sagala, Syaiful. 2009.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
142
Sahertian, Piet. 2008. Konsep Dasar & teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Santrock, John. W. 2013.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sani R. Abdullah & Sudiran. 2013. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis.
Saputra, Yudha. 2011. Model Pengawasan Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD.Cakrawala Pendidikan, November 2011, Th. XXX, No. 3
Semiawan, R., Conny. 1999. Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin.Jakarta: Grasindo.
Sergiovanni, T.J & Starratt, R.J. 1993. Supervision: A Redefinition. New York: McGraw-Hill, Inc
Setiawan, Wawan. dkk. Penerapan model pengajaran langsung (direct instruction) Untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam Pembelajaran rekayasa perangkat lunak (rpl). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK). Vol. 3 No. 1/Juni 2010. ISSBN 1979-9462.
Siagian, M. 2014. Peningkatan Keterampilan Guru Menganalisis Tes Pilihan Ganda Melalui Supervisi Kolaboratif di SMA Negeri Kecamatan Merlung dan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi. Thesis. Universitas Negeri Medan.
Silitonga, S. 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMP Negeri 3 Medan. Thesis. Universitas Negeri Medan.
Soenanto, H. 2014.Modul Psikotes Terlengkap.Yogyakarta: Media Pressindo
Suhardjono 2008.Karya Tulis Ilmiah dan Pengembangan Profesi Guru. Makalah disajikan pada Temu Konsultasi dalam Rangka Koordinasi dan Pembinaan Kepegawaian Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional, Biro Kepegawaian, griya Astuti Nopember 2006
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta
Sukardi. Dewa Ketut & Nila Kusumawati. 2009.Analisis Tes Psikologis (Teori & Praktek).Jakarta: Rineka Cipta
143
__________. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.
__________. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran teori dan Aplikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
Suryabrata, Sumadi. 2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologi.Yogyakarta: Andi
Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah.Bekasi: Binamitra Publishing
Suragantara, Bagus, Ida. 2012. “Pengaruh Supervisi Kolaboratif Berbasis Evaluasi Diri Terhadap Kemampuan Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran Ditinjau dari Konsep Diri Guru Pada Guru Gugus III Kelurahan Sukowati”.Jurnal Penelitian Pasca Sarjana Undiksha. Vol. 3 No.2
Tim Pascasarjana Unimed. 2013. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi.Medan: Program Pasca Sarjana Unimed
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology : Active Learning Edition. (Edisi kesepuluh).Yogyakarta: Pustaka Pelajar