• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK AKUT PASSIVE DAN ACTIVE MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP KETEGANGAN DAN ELEKTROMYOGRAFI PADA TIGHTNESS Efek Akut Passive dan Active Myofascial Release terhadap Panjang dan Elektromyografi pada Tightness Otot Rektus Femoris.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK AKUT PASSIVE DAN ACTIVE MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP KETEGANGAN DAN ELEKTROMYOGRAFI PADA TIGHTNESS Efek Akut Passive dan Active Myofascial Release terhadap Panjang dan Elektromyografi pada Tightness Otot Rektus Femoris."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK AKUT PASSIVE DAN ACTIVE MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP KETEGANGAN DAN ELEKTROMYOGRAFI PADA TIGHTNESS

OTOT REKTUS FEMORIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata I pada Jurusan Fisioterapi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

MUHAMMAD SAID ABDULLAH J 120 151 083

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

EFEK AKUT PASSIVE DAN ACTIVE MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP KETEGANGAN DAN ELEKTROMYOGRAFI PADA TIGHTNESS

OTOT REKTUS FEMORIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

MUHAMMAD SAID ABDULLAH

J 120 151 083

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

EFEK AKUT PASSIVE DAN ACTIVE MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP

KETEGANGAN DAN ELEKTROMYOGRAFI PADA TIGHTNESS

OTOT REKTUS FEMORIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OLEH

MUHAMMAD SAID ABDULLAH J 120 151 083

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Rabu, 8 Februari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Arif Prisitanto, SST.Ft., M.Fis ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Totok Budi Santoso, S.Fis., S.Pd., M.PH. ( ) (Angoota I Dewan Penguji)

3. Wijianto, SST.Ft., M.OR ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 8 Februari 2017 Penulis,

(5)

EFEK AKUT PASSIVE DAN ACTIVE MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP KETEGANGAN DAN ELEKTROMYOGRAFI PADA TIGHTNESS

OTOT REKTUS FEMORIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Myofascial Release (MFR) merupakan salah satu teknik manual terapi dengan cara memberikan tekanan pada otot dan fascia yang bertujuan untuk menambah Range of Motion (ROM), mengurangi nyeri, dan meningkatkan fungsi. Saat ini masih belum ada evidence yang jelas mengenai efektivitas passive dan active MFR terhadap permasalahan otot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah passive dan active MFR memiliki efek akut pada kondisi tightness otot rektus femoris khususnya pada ketegangan otot dan elektromyografi. Penelitian eksperimental dengan pre dan post test pada 15 responden dibagi secara acak menjadi tiga grup. Grup pertama diberikan 135 detik passive MFR, grup kedua diberikan 135 detik active MFR, dan grup ketiga diberikan perlakuan plasebo 135 detik. Data yang dikumpulkan dianalisa menggunakan wilcoxon dan mann-whitney test. Hasil penelitian menunjukkan efek akut passive MFR terhadap ketegangan otot (p = 0,042), efek akut passive MFR terhadap elektromyografi (p = 0,225), active MFR terhadap ketegangan otot (p = 0,042), active MFR terhadap elektromyografi (p = 0,465), plasebo terhadap ketegangan otot (p = 1), plasebo terhadap elektromyografi (p = 0,892). Perbedaan pengaruh antara passive dan active MFR terhadap ketegangan otot (p = 0,916). Terdapat peningkatan ketegangan otot pada grup 1 dan grup 2 tanpa ada perbedaan pengaruh. Tidak ada efek akut 135 detik passive dan active MFR terhadap elektromyografi otot rektus femoris. Tidak ada efek akut perlakuan plasebo terhadap ketegangan dan elektromyografi otot rektus femoris.

Kata Kunci: myofascial release, rektus femoris, tightness

Abstract

(6)

135s passive and active MFR on rectus femoris electromyography. There is no effect of placebo treatment on both muscle length and electromyography.

Keywords: myofascial release, rectus femoris, tightness

1. PENDAHULUAN

Cedera grup otot quadrisep adalah salah satu cedera yang paling sering ditemui khususnya di bidang olahraga (Vigotsky et al., 2015). 92% dari semua cedera otot di ekstremitas bawah mengenai empat grup otot, yaitu grup otot hamstring 37%, adduktor 23%, quadrisep 19%, dan calf 13% (Ekstrand & Walden, 2011). Otot rektus femoris merupakan bagian grup otot quadrisep yang paling sering mengalami cedera karena letaknya yang lebih superfisial (Mariluis et al., 2015). Salah satu masalah yang biasanya ditemui pada cedera otot adalah muscle tightness.

Muscle tightness adalah keadaan otot yang hipertonus atau terfasilitasi dan ditandai dengan adanya nyeri dan pemendekan otot. Keadaan ini dapat menyebabkan muscle imbalance yang akhirnya mengurangi stabilisasi sendi sehingga seseorang menjadi rentan cedera (Page et al., 2010).

Myofascial Release (MFR) merupakan salah satu teknik manual terapi dengan cara memberikan tekanan pada otot dan fascia (Breadsley & Scarabot, 2015) yang bertujuan untuk menambah Range of Motion (ROM), mengurangi nyeri, dan meningkatkan fungsi (McKenney et al., 2013). Teknik pengaplikasian MFR dapat menggunakan beban mekanik dari terapis atau passive MFR. Namun dapat juga diaplikasikan oleh pasien secara mandiri atau yang biasa disebut dengan Self Myofascial Release (SMFR) atau active MFR. Salah satu alat yang biasa digunakan pada active MFR adalah foam roller yang diaplikasikan dengan menggunakan berat tubuh pasien untuk memperoleh tekanan pada jaringan otot dan fascia (Cheatam et al., 2015).

(7)

dan aktivitas otot rektus femoris dengan menggunakan alat ukur goniometer dan Surface Electromyogram (SEMG).

2. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan membandingan pre dan post tes dari tiga kelompok yang berbeda perlakuan. Kelompok pertama diberikan perlakuan passive myofascial release, kelompok kedua diberikan perlakuan active myofascial release, dan kelompok ketiga diberikan perlakuan plasebo. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penelitian ini populasi dari penelitian adalah semua mahasiswa fisioterapi UMS dengan pengambilan sampel yang ditentukan oleh kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu (a) responden berusia 18-23 tahun (b) responden bersedia mengikuti jalannya penelitian (c) mengalami muscle tightness pada otot rektus femoris yang ditunjukkan dengan hasil positif pada modified Thomas test. Kriteria eksklusi (a) responden tidak bersedia atau menolak menjadi subjek penelitian (b) responden memiliki kontraindikasi terhadap myofascial release seperti luka terbuka, fraktur healing, atau gangguan sirkulasi darah. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 15 orang yang positif mengalami tightness pada otot rektus femoris. Responden dibagi menjadi tiga kelompok sehingga masing-masing kelompok berjumlah lima orang. Kelompok pertama diberikan perlakuan berupa passive MFR, kelompok kedua diberikan perlakuan berupa active MFR, sedangkan kelompok ketiga diberikan perlakuan plasebo.

(8)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:8.612.169.497.133.225.2]

3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel. 1. Gambaran frekuensi jenis kelamin responden

Jenis Kelamin

Distribusi Frekuensi

Frekuensi (n) Persentase

Laki-laki 6 40%

Perempuan 9 60%

Total 15 100%

Tabel 1 menunjukkan gambaran frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin. Terdapat 6 responden laki-laki dengan persentase (40%), dan 9 responden perempuan dengan persentase (60%).

3.2 Analisis Data

Tabel. 2. Hasil uji pengaruh terhadap ketegangan otot

Uji wilcoxon Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

p 0,042 0,043 1

Α 0,05 0,05 0,05

Kesimpulan Ha diterima Ha diterima Ha ditolak

[image:8.612.155.529.607.679.2]

Berdasarkan tabel 2 setelah dilakukan uji wilcoxon pada kelompok 1 yang diberikan passive MFR didapat p sebesar 0,042 yang mana p < 0,05 sehingga Ha diterima atau disimpulkan ada efek akut pemberian passive MFR terhadap ketegangan otot rektus femoris. Pada kelompok 2 yang diberikan active MFR didapat p = 0,043 sehingga Ha diterima atau disimpulkan ada efek akut active MFR terhadap ketegangan otot rektus femoris. Sedangkan pada kelompok 3 yang diberikan perlakuan plasebo didapat p sebesar 1 sehingga Ha ditolak yang berarti perlakuan plasebo tidak memiliki efek akut sama sekali terhadap ketegangan otot rektus femoris.

Tabel. 3. Hasil uji pengaruh terhadap elektromyografi otot Uji wilcoxon Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

p 0,225 0,465 0,892

α 0,05 0,05 0,05

Kesimpulan Ha ditolak Ha ditolak Ha ditolak

(9)

ditolak atau disimpulkan tidak ada pengaruh pemberian passive MFR terhadap elektromyografi otot rektus femoris. Pada kelompok 2 yang diberikan active MFR didapat p = 0,465 sehingga Ha ditolak yang berarti tidak ada efek akut active MFR terhadap elektromyografi otot rektus femoris. Sedangkan pada kelompok 3 yang diberikan perlakuan plasebo didapat p sebesar 0,892 atau dapat disimpulkan tidak ada efek akut MFR terhadap elektromyografi otot rektus femoris.

Tabel. 4. Hasil uji beda pengaruh terhadap ketegangan otot

p α Kesimpulan

Uji mann-whitney 0,916 0,05 Ha ditolak

Tabel 4 menggambarkan hasil uji mann-whitney untuk mengetahui beda efek akut passive dan active MFR terhadap ketegangan otot rektus femoris yang didapat p sebesar 0,916. Nilai p > 0,05 maka Ha ditolak atau dapat disimpulkan bahwa passive dan active MFR memberikan efek akut yang sama terhadap ketegangan otot rektus femoris.

3.3 Pembahasan

Menurut Stone et al. (2007) terdapat perbedaan postur antara laki-laki dan perempuan yaitu pada perempuan didapat anterior pelvic tilt yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Kondisi ini menyebabkan terjadinya tightness pada otot fleksor hip akibat lower crossed syndrome (Clark, 2011).

(10)

darah ke otot sehingga dapat meningkatkan intake O2 dan juga nutrisi lain. Sirkulasi darah yang baik akan mempermudah pembuangan sisa metabolisme sehingga akan meningkatkan performa otot (Zazac, 2015).

Hasil pemberian passive maupun active MFR selama 135 detik pada jaringan myofascial otot rektus femoris sama-sama tidak memberikan efek akut terhadap elektromyografi otot rektus femoris. Ketegangan pada fascia yang memendek akan menyebabkan timbul nyeri. Nyeri adalah respon dari sistem saraf akibat disekresikannya inflamatory cytokynes (Zhang & An, 2007). Inflamatory cytokynes (IC) yang disekresikan ke jaringan fascia memacu produksi peningkatan tonus. IC adalah simulator kontraksi dari myofibroblast, kontraktur akibat luka, dan pembentukan fibrosis yang menyebabkan jaringan terasa semakin tight. Eksperimen laboratorium menyebutkan bahwa fibroblast adalah sel primer penyusun fascia yang beradaptasi terhadap beban mekanik. Pemberian myofascial release akan memberikan efek langsung pada fibroblast juga akan menurunkan jumlah produksi dari IC (Ajimsha et al., 2015). Pemberian MFR selama 135 detik tidak memberikan efek akut pada tonus otot karena menurut Duncan (2014), penurunan interleukin yang merupakan salah satu inflamatory cytokyne tidak terstimulasi jika tekanan yang diberikan kurang dari tiga menit.

3.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah pada ketidakmampuan peneliti untuk mengontrol kepahaman responden dalam melakukan active MFR. Ketepatan perlakuan active MFR tergantung pada pemahaman responden dalam memahami instruksi yang diberikan peneliti.

. 4. PENUTUP

(11)

femoris setelah diberikan passive maupun active MFR yang dilakukan dibawah tiga menit. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melihat efek dari passive dan active MFR terutama terhadap elektromyografi atau aktivasi otot pada kondisi muscle tightness dengan durasi perlakuan yang lebih lama.

PERSANTUNAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orang tua dan adik saya yang tercinta Bapak Ismail, Ibu Sri Haryanti, dan Indah Rahmawati, terimakasih telah mendukung dan senantiasa mendoakan anakmu sehingga mampu menyelesaikan pendidikannya. Untuk pembimbing saya Bapak Arif yang telah sabar membimbing saya sampai ke titik akhir serta terimakasih kepada seluruh dosen dan staf program studi Fisioterapi. Tidak lupa, ucapan terima kasih juga saya haturkan untuk seluruh teman-teman mahasiswa fisioterapi atas kesediaannya telah membantu menjadi bagian dari penelitian skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ajimsha, M. S., Al-Mudahka, N. R., & Al-Madzhar, J. A. 2015. Effectiveness of myofascial release: Systematic review of randomized controlled trials. Journal of Bodywork and Movement Therapies, 19(1), 102–112. https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2014.06.001.

Beardsley, C. & Scarabot, J. 2015. Effects of Self-Myofascial Release: A Systematic Review. Journal of Bodywork and Movement Therapies, 19(4), 747–758. https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2015.08.007

Clark, M. & Lucet, S. 2011. NASM's Essentials of Corrective Exercise Training. Wolters Kluwer Health. Philadelphia.

Cheatham, S. W., Kolber, M. J., Cain, M., & Lee, M. 2015. The Effects of Self-Myofascial Release Using a Foam Roll or Roller Massager on Joint Range of

(12)

Duncan, R. A. 2014. Myofascial Release. Human Kinetics. Champaign.

Ekstrand, J., Hagglund, M., & Walden, M. 2011. Epidemiology of muscle injuries in professional football (soccer). The American Journal of Sports Medicine, 39(6), 1226–1232. https://doi.org/10.1177/0363546510395879.

Kalichman, L. & David, B. C. 2016. Effect of Self-myofascial Release on Myofascial Pain, Muscle Flexibility, and Strength: A Narrative Review. Journal of Bodywork & Movement Therapies. doi: 10.1016/j.jbmt.2016.11.006.

Keys, P. M. 2014. The Effects of Myofascial Release vs Static Stretching on Hamstrings Range of Motion. Shoutern Illionis University Carbondale. Illionis.

Mariluis, C. A., Cupito, J., & Mamone, F. 2015. Muscle Injuries of The Rectus Femoris Muscle. MR Update. Elsevier Espana.

McKenney, K., Elder, A. S., Elder, C., & Hutchins, A. 2013. Myofascial release as a treatment for orthopaedic conditions: A systematic review. Journal of Athletic Training, 48(4), 522–527. https://doi.org/10.4085/1062-6050-48.3.17.

Miller, J. K., & Rockey, A. M. 2006. Foam Rollers Show No Increase in the Flexibility of the Hamstring Muscle Group. UW-LJournal of Undergraduate Research, 1–4.

Retrieved from

https://www.researchgate.net/publication/242227910_Foam_Rollers_Show_No_I ncrease_in_the_Flexibility_of_the_Hamstring_Muscle_Group%5Cnhttp://www.u wlax.edu/URC/JUR-online/PDF/2006/miller.rockey.pdf.

Page, P., Frank, C. C., & Lardner, R. 2010. Assessment and Treatment of Muscle Imbalance: The Janda Approach. Benchmark Physical Therapy Inc.

Scarabot, J., Beardsley, C., Hons, M. A., & Štirn, I. 2015. Original Research Comparing the Effects of Self-Myofascial Range-of-Motion in Adolescent Athletes, 10(2), 203–212.

Stone, M. H., Stone, M., & Sands, W. A. 2007. Principles and Practice of Resistance Training. Human Kinetics.

Webb, T. R. & Rajendran, D. 2016. Myofascial Techniques: What are Their Effects on Joint Range of Motion and Pain? - A Systematic Review and Meta-analysis of

(13)

Zazac, A. 2015. Literature Review: Effects of Myofascial Release on Range of Motion and Athletic Performance. University of Akron.

Gambar

Tabel. 1. Gambaran frekuensi jenis kelamin responden

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “ Pengaruh

Also, if T and U are directly congruent triangles, then T and U have two pairs of corresponding angles of equal measures as you proceed around the triangles in the same

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan kesalahan pemakaian bahasa ilmiah yang paling banyak ditemukan adalah penggunaan kata tidak baku sebanyak 39 buah, penggunaan

Pada tahap ini akan dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi pendefinisian dari permasalahan yang ada untuk menentukan ruang lingkup, menentukan metodologi yang

Pada pengukuran debit air yang dilakukan pada lokasi penelitian, perbedaan curah hujan yang terjadi pada saat kemarau dan penghujan mempengaruhi debit air sungai,

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendiskripsikan penerapan strategi Imdex Card Match dalam pembelajaran matematika SMP kelas VIII dan (2) mengetahui adanya peningkatan motivasi

Arus disebabkan oleh pasang surut akan menggerakan massa air di sekitar muara sehingga mempengaruhi angkutan sedimen suspensi dan konsentrasi sedimen, karena dapat

Plot Contoh 1 (Typic Hapludand, medial skeletal, ferihidritik, isotermik) Pengganti kelas besar butir adalah ”medial skeletal” karena tekstur tanah dengan metoda pipet