• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Makan pada Remaja Perempuan di Modeling School

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Makan pada Remaja Perempuan di Modeling School"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

Girls at Modeling School. Advisory by DODIK BRIAWAN.

The objective research was to analyze the factors associated with eating disorders in adolescent girls. Research design used in this was cross sectional study. The number of samples were are 50 adolescent girls from Modeling school aged 15-22. There are 25 adolescent girls with eating disorders and 25 people (50.0%) classified as normal. This type of eating disorders are as follow: 15 girls with no specified eating disorder, six girls with binge eating disorder, three girls with anorexia nervosa, and one person with bulimia nervosa. There is a significant association between eating disorders and the self-confidence (OR=6.47; 95%CI=1.230-34.012; p=0.017), body image distortion (OR= 7.58; 95%CI=0.839-68.461; p=0.04), the peer criticism (OR=4.89; 95%CI=1.150-20.790; p=0.024) and mass media (OR=6.47; 95%CI=1.230-34.012; p=0.017) (p<0.05).

(2)

Perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan menurut persepsi mereka bentuk tubuh yang ideal adalah tubuh yang kurus dan langsing Berdasarkan persepsi yang salah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan makan yang akan berdampak buruk bagi status gizi individu tersebut. Gangguan makan yang umum diderita khususnya oleh remaja perempuan adalah bulimia nervosa, anorexia nervosa dan binge eating. Bukti terbaru menunjukkan bahwa prevalensi perilaku makan menyimpang ini meningkat di Negara-negara barat.

Wanita lebih mungkin mengalami gangguan makan daripada laki-laki. Menurut NIHM (2006) hanya 5-15% laki-laki yang mungkin mengalami anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Studi di Amerika pada tahun 2000 mengestimasi bahwa 0.5-3.7% wanita menderita anorexia nervosa. Perempuan dengan umur 12-24 tahun memiliki resiko kematian 12 kali lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya yang tidak menderita anorexia nervosa. Hal serupa juga terjadi pada angka bulimia nervosa, sekitar 1-5% remaja perempuan di Amerika Serikat memiliki kriteria penderita bulimia nervosa. Sedangkan menurut Amerika Psychiatric Association (1994) dalam Broussard (2004) bulimia nervosa

mempengaruhi 1-3% dari populasi di Amerika Serikat (AS), dan lebih dari 90% dari kasus yang dilaporkan adalah perempuan. Selain itu gangguan makan dengan tipe binge eating disorder juga memiliki angka kejadian yang tidak sedikit. Sebuah studi di Inggris menyebutkan bahwa lebih dari 2% (1-2 juta)orang dewasa menderita binge eating.

(3)

Gangguan makan dapat memberikan dampak yang cukup serius. Pada penderita anorexia nervosa dapat menyebabkan terjadinya kemunduran sistem imunitas karena kekurangan gizi, gangguan lambung, penyakit jantung koroner, kerusakan hati higga kematian. Dampak dari bulimia nervosa adalah kerusakan enamel gigi, penurunan kadar kalium darah, perdarahan esofagus dan kematian. Pada penderita binge eating adalah terjadinya ruptur gastric atau esofagus dan obesitas karena tidak terkontrolnya pola makan penderita. Sedangkan pada penderita eating disorder not otherwise specified (EDNOS) jika tidak ditangani dengan segera dapat mengarah pada gangguan makan yang lebih parah yaitu

anorexia nervosadan bulimia nervosa.

Kepercayaan diri, distorsi citra tubuh, kritikan mengenai bentuk tubuh dari teman sebaya dan perilaku diet adalah faktor terjadinya gangguan makan. Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gangguan makan yaitu gender, ras/etnis, kebiasaan makan dan masalah saluran pencernaan, penilaian negatif diri, kekerasan seksual serta perhatian lebih terhadap berat dan bentuk tubuh. Media baik media cetak maupun elektroik juga sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan makan pada remaja dan media cetak lebih memberikan dampak yang nyata terhadap terjadinya gangguan makan (Gonzalez et al2003).

(4)

Tujuan Tujuan umum

Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

Tujuan Khusus

1. Mengkaji hubungan antara distorsi citra tubuh dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

2. Mengkaji hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

3. Mengkaji hubungan antara teman sebaya dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

4. Mengkaji hubungan antara media massa dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

5. Mengkaji hubungan antara riwayat diet dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

6. Mengkaji hubungan antara kebiasaan makan dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

Kegunaan

(5)

Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan orang dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan fisik, memicu berbagai kebingungan. Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat dengan mudah langsung diikuti. Masa remaja merupakan perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan, baik secara fisik, mental maupun sosial. Perubahan ini perlu didukung oleh kebutuhan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai. (Garwati dan Wijayati 2010).

Menurut Cash (2002) jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan gambaran tubuh seseorang. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seseorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat (Santrock 2003). Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berotot (Evans et al2008).

Masa remaja merupakan masa “rawan gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Hal ini yang menyebabkan sering timbul masalah gizi pada remaja putri. Masalah gizi pada remaja putri akan berdampak negatif pada kesehatan. Misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR (berat badan lahir rendah) dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja perempuan menderita atau mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus.

(6)

ideal, baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Hal itu yang membuat remaja jadi tidak mau memperhatikan asupan makanan yang bergizi karena yang bergizi tersebut mereka anggap membuat tubuh menjadi gemuk atau melar. Padahal, pada masa remaja kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan (Evans et al2008).

Dunia model merupakan usaha menjual jasa, dimana model menjadi mediator antara desainer atau produsen dengan konsumen. Model adalah orang yang bertugas untuk menampilkan atau mempresentasikan sebuah produk. Model tidak hanya sekedar tampil dalam gambar atau majalah atau dipanggung peragaan, melainkan juga menciptakan sikap, ekspresi dan gaya tertentu dalam memperagakan produk. Dunia model yang umumnya digeluti oleh wanita sangat menuntut penampilan fisik yang sempurna seperti tubuh yang tinggi semampai dan tubuh yang kurus dan langsing karena industry fashion pada umumnya menetapkan size 0 sebagai ukuran baju yang akan mereka peragakan. Hal ini membuat para model tersebut berlomba-lomba memiliki bentuk tubuh dan berat badan yang ideal agar mereka dapat terus mempertahankan keseksian mereka sebagai model (Henry 2006).

Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan persaingan di dunia model yang ketat membuat para model tersebut melakukan apa saja agar bentuk tubuh mereka menjadi sempurna, salah satunya adalah dengan melakukan diet ketat. Diet ketat yang dilakukan para model lama-kelamaan membawa pada kebiasaan makan yang kurang baik yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan makan (Henry 2006).

Konsumsi Pangan

(7)

bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, dan memperbaiki jaringan tubuh (Sedioetama 1996).

Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Harper et al (1986) dalam Maulad (2010) faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Dalam aspek gizi, tujuan mengonsumsi makanan dan minuman adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Pola konsumsi makanan dan minuman remaja dapat dipengaruhi pola konsumsi teman sebaya. Remaja lebih mudah menerima satu jenis makanan dan minuman yang relatif baru dari orang-orang yang merupakan teman dekatnya, mereka lebih senang makan dan minum bersama orang yang dekat dengan mereka.

Gangguan Makan

Gangguan makan adalah gangguan psikologis dan medis yang menyebabkan kelainan serius dalam perilaku makan untuk mengendalikan berat badan. Ada dua gangguan makan yang paling umum adalah anorexia nervosa

dan bulimia nervosa. Anorexia nervosa ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan tubuh yang normal minimal berat badan. Bulimia nervosa

ditandai dengan episode berulang dari binge eating diikuti oleh perilaku kompensasi yang tidak patut seperti muntah, penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau obat lain, puasa atau olahraga yang berlebihan. Gangguan dalam persepsi bentuk tubuh dan berat badan adalah fitur penting dari kedua gangguan tersebut. Kategori lain adalah, gangguan makan tidak spesifik yaitu untuk menggambarkan gangguan yang tidak mematuhi dengan kriteria yang berlaku untuk anorexia nervosadan bulimia nervosa.

APA (1994) dalam Cohen (2006) menyatakan bahwa sekitar 0.5%-3.0% dari populasi menderita gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN) dan

bulimia nervosa (BN), dua gangguan makan tersebut terkait dengan keinginan untuk kurus, dimana keinginan tersebut sekitar sepuluh kali lipat terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Statistik terbaru menunjukkan bahwa prevalensi

(8)

makan telah meningkat menjadi dua kali lipat dibandingkan sebelumnya dan selama periode waktu yang sama, media massa semakin menggambarkan representasi tubuh wanita yang semakin kurus. Penelitian Fouts dan Burggaff tahun 2000 menemukan bahwa perempuan dengan tubuh yang langsing di televisi banyak menerima pujian yang lebih dari laki-laki (Cohen 2006).

Gangguan makan merupakan faktor yang saling mempengaruhi biopsikososial, termasuk faktor keluarga, peristiwa hidup, biologis maupun pengaruh sosial budaya. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

(DSM-IV) membagi gangguan makan ke dalam tiga kelompok utama yaitu

anorexia nervosa, bulimia nervosa, Eating Disorder Not Otherwise Specified

(EDNOS) (Bridges 2011).

Anorexia Nervosa

Anorexia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang serius yang ditandai oleh ketidakmampuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan berat badan yang normal. Individu dengan anorexia nervosa terus terobsesi untuk menurunkan berat badan dan tetap tidak puas dengan ukuran tubuh mereka, dan terlibat dalam berbagai perilaku tidak sehat untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu bentuk dan berat badan pada individu dengan anorexia nervosa menjadi hal yang sangat penting sebagai penanda diri dan harga diri (Kreipe 2006).

Menurut Sullivan (1995) dalam NEDA (2005) menyatakan bahwa perempuan dengan umur 15-24 tahun yang menderita anorexia nervosa

memiliki resiko kematian 12 kali lebih tinggi dari semua penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Hoke dan Hoke (2003) dalam NEDA (2005) menunjukkan bahwa 40% kasus anorexiaterjadi pada anak perempuan dengan umur 15-19 tahun. Selain itu adanya peningkatan kejadian

anorexiayang signifikan dikalangan wanita muda dengan umur 15-24 tahun pada tahun 1935 hingga 1989. Namun satu-sepertiga orang dengan anorexia di masyarakat yang menerima perawatan kesehatan mental.

Menurut Astin dan Grinenko (2000) kriteria anorexia nervosa berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

(9)

diharapkan atau gagal untuk mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, yang mengarah pada berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan.

2. Rasa takut yang luar biasa terhadap kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun dalam kondisi kurus.

3. Gangguan dalam bagaimana berat badan atau bentuk tubuh dirasakan, adanya penyangkalan tentang bentuk tubuhnya yang kurus.

4. Pada wanita postmenarcheal, terjadi amenorea, yaitu tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan berturut-turut.

DSM-IV juga mengklasifikasikan anorexia nervosakedalam dua tipe yang lebih spesifik, yaitu:

1. Restricting type

Selama episode anorexia nervosa, penderita tidak secara rutin melakukan binge eating/purging (misalnya, melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema).

2. Binge eating/Purging Type

Selama episode anorexia nervosa penderita secara rutin melakukan

binge eating/purging (misalnya, melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema).

Menurut NIMH (2001) Gejala akibat anorexia nervosadapat berkembang dari waktu ke waktu, yaitu dapat menyebabkan penurunan formasi tulang akibat asupan kalsium dan vitamin D yang rendah. Rambut dan kuku menjadi rapuh dan pecah akibat defisiensi asam lemak, kulit kering dan kekuningan, tekanan darah rendah, memperlambat pernafasan dan denyut nadi, kerusakan pada struktur dan fungsi jantung, kerusakan pada otak, dan kerusakan pada ginjal karena penderita mengalami dehidrasi. Gangguan tersebut dapat membawa kedalam ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, edema, gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan serangan jantung hingga kematian.

Bulimia Nervosa

(10)

fluktuasi berat badan yang sangat ekstrim karena pengkonsumsian makanan dalam jumlah besar. seseorang yang menderita bulimia biasanya memiliki rata-rata berat badan yang sesuai dengan tingginya sehingga penderita bulimia

jarang dapat dideteksi dan diketahui orang.

Penderita bulimia nervosamemiliki kebiasaan binge eating (makan dalam jumlah besar) yang terus berulang dengan jumlah makanan yang sangat besar melebihi porsi makan manusia pada umumnya dengan periode waktu dua jam. Selain itu, penderita bulimia nervosa juga tidak bisa mengotrol keinginan makannya yang sangat besar. setelah mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang cukup besar biasanya penderita bulimia nervosa merasa bersalah dan mengkompensasikannya dengan berbagai macam cara seperti memuntahkan kembali (purging), olahraga berlebihan atau mengkonsumsi obat pencahar diuretik. Berdasarkan APA (1994) dalam Broussard (2004) bulimia nervosa mempengaruhi 1-3% dari populasi di Amerika Serikat (AS), dan lebih dari 90% dari kasus yang dilaporkan adalah perempuan.

Karakteristik penderita bulimia nervosamenurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

1. Episode berulang binge eatingdengan karakteristik:

a. Makan dalam periode waktu yang tetap (misalnya, tiap 2 jam) dengan porsi yang lebih besar daripada porsi makan seperti biasanya.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat episode tersebut berlangsung (misalnya, merasa tidak dapat menghentikan atau mengontrol berapa porsi yang dimakan).

2. Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan seperti, muntah dengan sengaja, penyalahgunaan obat pencahar, dieretik, enema, puasa atau olahraga yang berlebihan.

3. Perilaku binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung setidaknya dua kali seminggu dalam tiga bulan terakhir.

4. Penilaian diri dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan.

5. Gangguan tersebut tidak terjadi secara eksklusif selama episode anorexia nervosa.

DSM-IV juga mengklasifikasikan bulimia nervosa ke dalam dua tipe yang lebih spesifik, yaitu:

(11)

Selama episode bulimia nervosa, penderita secara rutin melakukan pemuntahan yang disengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema.

2. Nonpurging type

Selama episode bulimia nervosa, penderita secara rutin melakukan perilaku kompensasi lainnya seperti puasa atau olahraga yang berlebihan tetapi tidak melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema.

Menurut NIMH (2001) bulimia nervosa tipe purging yang paling membahayakan kesehatan karena pemuntahan yang dilakukan dapat merangsang asam lambung naik ke mulut, selain itu frekuensi pemuntahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan gigi dan membahayakan saluran gastrointestinal, dimana gejala gastrointestinal adalah luka dimulut, bibir, pembengkakan rahang dan kelenjar saliva, iritasi tenggorokan, inflamasi esofagus dan perubahan pada kapasitas perut dan pengosongan perut. Selain itu pemuntahan juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, kelemahan otot, ketidakteraturan menstruasi dan kekuatan pemuntahan dapat memberikan efek yang buruk yaitu pecahnya pembuluh darah di wajah dan mata.

Binge eating

Menurut APA (1994) dalam Latner dan Wilson (2004) binge eating disorder adalah keadaan mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan disertai dengan kehilangan kontrol dan terus berulang namun tidak disertai dengan pemuntahan (menyerupai bulimia nervosa) dengan frekuensi binge eating pada penderita rata-rata dua (2) kali dalam seminggu. Setelah makan dalam jumlah yang besar biasanya penderita merasa bersalah dan malu dengan perilakunya. Berdasarkan survey yang dilakukan dimasyarakat menunjukkan bahwa 2-5 % orang Amerika mengalami binge eating selama periode 6 bulan terakhir.

Kriteria binge eating menurutDiagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

(12)

a. Makan dengan periode waktu yang tetap (misalnya, 2 jam) dengan porsi yang sangat banyak melebihi porsi makan kebanyakan orang dalam waktu dan situasi yang sama.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol nafsu makan selama episode tersebut berlangsung.

2. Episode binge eating juga dicirikan sebagai berikut: a. Makan lebih cepat dari biasanya

b. Makan sampai merasa tidak nyaman

c. Makan dalam porsi yang sangat besar ketika tidak merasa lapar d. Makan seorang diri karena malu dengan porsi makannya

e. Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi atau merasa bersalah setelah makan dengan jumlah yang besar

3. Merasa sangat kecewa karena tidak dapat mengendalikan nafsu makan atau ketika mengalami kenaikan berat badan.

4. Binge eating rata-rata berlangsung selama sekurang-kurangnya dua kali seminggu dalam waktu enam bulan.

5. Tidak adanya perilaku kompensasi (misalnya, muntah, puasa, olahraga yang berlebihan) dan tidak terjadi secara eksklusif selama riwayat anorexia nervosaatau bulimia nervosa.

Menurut NIMH (2001) dampak bagi penderita binge eating disorder

adalah obesitas karena pola makan yang tidak terkontrol, namun obesitas bukan merupakan dampak yang sudah pasti akan terjadi karena obesitas dan binge eating tidak selalu memiliki hubungan. Obesitas akan dapat memicu komplikasi penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus. Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS)

Jenis perilaku makan menyimpang lainnya yaitu eating disorder not otherwise specified (EDNOS) yang merupakan jenis penyimpangan perilaku makan yang lebih ringan dari anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Penderita ENDOS memiliki gejala yang hampir sama dengan penderita anorexia nervosa dan bulimia nervosanamun tidak seluruhnya menyerupai.

Karakteristik eating disorder not otherwise specified (ENDOS) menurut

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

(13)

2. Orang yang mengalami semua kriteria anorexia nervosa meskipun berat badannya turun drastis, namun masih dalam batas yang normal.

3. Orang yang memenuhi kriteria bulimia nervosa kecuali orang yang frekuensi

binge eating dan mekanisme pengkompensasiannya pada frekuensi kurang dari 2 kali dalam seminggu atau selama durasi kurang dari 3 bulan.

4. Melakukan pengkompensasian setelah memakan sedikit makanan (misalnya, tidak melakukan binge eating (makan dalam jumlah yang besar) namun melakukan pemuntahan. Hal ini biasa dilakukan pada individu dengan berat badan yang normal.

5. Mengunyah dan menikmati rasa makanan dalam jumlah besar namun tidak menelannya.

Citra Tubuh

Sepanjang sejarah, standar kecantikan perempuan sering tidak realistis dan sulit dicapai. Perempuan dengan uang dan status sosial ekonomi lebih tinggi jauh lebih memungkinkan untuk dapat memenuhi standar tersebut. wanita biasanya bersedia mengorbankan kenyamanan dan bahkan dapat bersedia menahan rasa sakit untuk mencapainya (Gonzalezet al 2003).

Citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang berupa gambaran seseorang mengenai tubuhnya. Belakangan ini, istilah citra tubuh berkembang meliputi bagaimana perasaan seseorang mengenai tubuhnya, dan apakah individu tersebut puas atau tidak dengan tubuhnya (Atwater et al 2005). Konsep bentuk tubuh ideal menurut perempuan adalah tubuh langsing, sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot dan berdada bidang.

(14)

sebaya (peers), pasangan (Romantic Partner) dan orang tak dikenal (Perfect Stranger).

Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku makan menyimpang, rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Seseorang akan merasa lebih percaya diri jika mereka memiliki tubuh yang kurus dan kecil karena pada umumnya wanita memiliki pandangan seperti itu mengenai citra tubuh yang baik. Memiliki bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan pandangan mereka menyebabkan rasa percaya diri rendah sehingga cenderung untuk melakukan diet yang akan sangat memungkinkan membawa pada perilaku makan menyimpang. Rasa percaya diri yang rendah merupakan salah satu karakteristik primer dari gadis yang mengalami perilaku makan menyimpang.

Penelitian yang dilakukan oleh Neumark Sztainer (2000) menyatakan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan berdiet dan perilaku makan menyimpang dan orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,95 kali untuk mengalami perilaku makan menyimpang. Penelitian yang dilakukan oleh McCabe & Lina (2001) menunjukkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi memiliki rasa ketidakpuasaan terhadap tubuh dan memiliki perilaku diet untuk menurunkan berat badan yang lebih ekstrim dibandingkan orang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah.

Button et al (1997) menemukan hubungan antara rasa percaya diri yang rendah dengan gangguan makan. Sedangkan menurut phelps et al (1999) dalam Naigle (2004) ketidakpuasan tubuh adalah prediktor terkuat tunggal timbulnya gangguan makan dan wanita yang melakukan diet jauh lebih mungkin terlibat dalam perilaku gangguan makan seperti bulimia atau anorexia nervosa

dibandingkan wanita yang tidak melakukan diet (non diet) Lowe et al (1996) dalam Naigle (2004).

(15)

berdasarkan skala Rosenberg Self-Esteem. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa mereka yang mengalami tingkat makan yang tinggi menunjukkan rasa ketidakpuasan yang juga lebih tinggi.

Media Massa

Media massa berperan sangat besar dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal. Media massa seperti majalah memang dapat mempengaruhi konsep remaja mengenai gambaran tubuh ideal. Selain itu majalah juga mempengaruhi ketidakpuasaan subjek melalui tokoh idola atau model majalah yang memiliki tubuh kurus dan pakaian-pakaian yang ditampilkan di majalah-majalah. Remaja cenderung melihat segala sesuatu yang realistis dan dapat dicapai. Remaja perempuan lebih cepat terpengaruh oleh media. Mereka akan mencoba membuat model sendiri, dan meniru gambar yang mereka senangi setelah melihat gambar tersebut (Naigle 2004).

Media masa juga turut mempengaruhi remaja putri memandang tubuhnya dengan membangun citra bahwa tubuh yang ideal adalah berkulit putih, bertubuh langsing, berpayudara besar. Media cetak biasa menampilkan model-model yang memiliki kriteria tersebut. Televisi dan media cetak seperti majalah fashion, juga turut mempromosikan ide bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus (Thompson et al1999).

Menurut McCabe & Lina (2001) pengaruh media lebih besar mempengaruhi remaja perempuan dibandingkan dengan laki-laki, karena tipe tubuh ideal untuk laki-laki tidak begitu jelas disajikan di dalam media sehingga laki-laki kemungkinan tidak merasakan tekanan yang kuat dari media untuk mengubah bentuk tubuh yang ideal seperti yang dilakukan perempuan.

Menurut Jones et al (2004) perempuan lebih rentan mengalami ketidakpuasan tubuh sehingga rentan terhadap gangguan makan, melakukan diet, menggunakan pil untuk mengurangi berat badan. Selain itu majalah mempengaruhi remaja mengenai bentuk tubuhnya, dimana pada remaja perempuan lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan laki-laki. Dua puluh lima tahun yang lalu, model busana rata-rata adalah 8% lebih terlihat langsing dari rata-rata ukuran wanita. Saat ini, jumlah tersebut telah meningkat menjadi 23%, hal ini kemungkinan mencerminkan kombinasi dari semakin meningkatnya tingkat obesitas dalam populasi secara umum dan berniat ingin menjadi langsing.

(16)

dengan penggunaaan obat penekan nafsu makan, melewatkan makan dua kali sehari, muntah yang disengaja dan menggunakan obat pencahar. Remaja perempuan cenderung membandingkan dirinya sendiri dengan model yang ada dalam majalah, mereka berkeinginan untuk menjadi seperti model yang mereka lihat. semakin sering membaca majalah tentang fashion, mereka semakin merasakan tekanan untuk mencoba melakukan jalan pintas sehingga berpotensi membahayakan diri sendiri.

Selama empat dekade terakhir, prevalensi gangguan makan di Amerika Serikat telah berlipat ganda. Tidak mengherankan, selama periode yang sama, media massa memiliki representasi semakin langsingnya tubuh perempuan. Penelitian psikologi sebelumnya telah menemukan bahwa ada hubungan positif antara paparan media dan simtomatologi gangguan makan. Media seperti televisi dan majalah memiliki dampak pada ketidakpuasan tubuh, keinginan untuk kurus, dan perilaku makan menyimpang (Cohen 2006).

Teman Sebaya

Hasil penelitian Jones et al (2004) menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya, termasuk percakapan dan kritik dari rekan-rekan adalah yang paling berpengaruh dalam ketidakpuasan tubuh dan body image baik pada perempuan maupun laki-laki. Selain itu berdasarkan penelitian dari Dohnt dan Tinggemann (2006) menunjukkan bahwa wanita dengan berat badan yang gemuk memiliki keinginan untuk menjadi kurus dan anjuran dari teman sebaya (peers) untuk menurunkan berat badan mempengaruhi keinginan untuk menjadi kurus.

Pengaruh teman sebaya telah ditemukan berkorelasi dengan sejumlah perilaku kesehatan yang berbahaya. Namun, penelitian kecil telah dilakukan menyelidiki hubungan antara pengaruh teman sebaya (peer) dengan gangguan makan. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan signifikan antara pengaruh teman sebaya (peer) dengan perilaku makan menyimpang dan analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya (peer) sama-sama berpengaruh baik pada laki-laki maupun pada perempuan (Meyer dan Julie 2008).

(17)
(18)

KERANGKA PEMIKIRAN

Ganguan makan adalah gangguan psikologis dan medis yang menyebabkan kelainan serius dalam perilaku makan untuk mengendalikan berat badan.Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) membagi gangguan makan ke dalam tiga kelompok utama yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosadaneating disorder not otherwise specified (ENDOS) (Bridges 2011).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan diantaranya adalah distorsi citra tubuh, rasa percaya diri, kritik teman sebaya, media massa riwayat diet dan kebiasaan makan. Distorsi citra tubuh adalah penyimpangan persepsi responden mengenai bentuk tubuh ideal yang tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang sebenarnya. Persepsi yang salah mengenai bentuk tubuh ideal akan dapat mangarah pada terjadinya gangguan makan.

Rasa percaya diri adalah tingkat rasa percaya diri responden tentang dirinya secara umum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer (2000) menyatakan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan berdiet dan perilaku makan menyimpang dan orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,95 kali mengarah pada gangguan makan.

Selain itu kritik teman sebaya mengenai bentuk tubuh dan berat badan adalah kritik atau sindiran dari teman sebaya yang berkaitan dengan dan berat badan dan tingggi badan. Penerimaan oleh teman memiliki suatu peran yang penting khususnya pada waktu remaja dan dewasa muda. mereka mulai berpikir agar dirinya dapat diterima dikalangan teman-temannya maka dia harus memiliki tubuh yang kurus dan ideal. sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang kurus akan memudahkan mereka mencari teman dan pasangan.

Media massa merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terbentuknya citra tubuh seseorang. Berdasarkan penelitian di West Virginia University bahwa memandang gambar model dengan tipe tubuh yang kurus memiliki level kesadaran diri, kecemasan dan kemampuan tubuh yang lebih tinggi. Thomspson et al (2002) dalam Naigle (2004) menemukan bahwa ada korelasi yang positif antara frekuensi membaca majalah kecantikan dan fashion

(19)

dalam majalah, mereka berkeinginan untuk menjadi seperti model yang mereka lihat.

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Perilaku makan pada seseorang dapat berubah-ubah, kadang sangat sedikit, kadang dapat sangat berlebihan. Hal seperti ini sangat tergantung pada emosi seseorang. Seseorang yang memiliki persepsi yang salah bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus dapat mempengaruhi perilaku konsumsi yang tidak baik seperti mengurangi konsumsi pangan dengan tujuan untuk berdiet sehingga dapat membawa pada terjadinya gangguan makan.

keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai gangguan makan Konsumsi Pangan

Distorsi Citra Tubuh Kritik Teman Sebaya

Media Massa Rasa Percaya Diri

(20)

Desain, Tempat dan Waktu

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dengan desain cross sectional study digunakan untuk melihat hubungan antara distorsi citra tubuh, rasa percaya diri, kritik teman sebaya, media massa dan konsumsi pangan dengan gangguan makan. Penelitian dilakukan di dua Modeling School di Jakarta yaitu di The Sun Modeling School dan Leonard’s Model. Penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2011

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah remaja perempuan yang terlibat dalam kegiatan modeling di The Sun Modeling School dan Leonard’s Model. Jumlah remaja perempuan pada dua Modeling School tersebut adalah sebanyak 53 orang, dimana pada The Sun Modeling Schoolsebanyak 23 orang dan Leonard’s Model30 orang. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria remaja perempuan yang masih aktif mengikuti kegiatan modeling, memiliki umur 15-22 tahun dan bersedia untuk diwawancarai. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50 orang karena tiga orang responden tidak bersedia untuk diwawancarai.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, uji coba kuesioner dilakukan sebelum penelitian riil dengan mengambil 2 orang remaja perempuan sebagai responden. Tujuan dari uji coba kuesioner ini adalah untuk mengetahui pemahaman responden mengenai pertanyaan dari kuesioner yang ada sehingga dapat disempurnakan agar lebih mudah dimengerti oleh responden.

(21)

citra tubuh, kritik teman sebaya, media massa, konsumsi pangan (meliputi riwayat diet dan kebiasaan makan) diperoleh melalui pengisian kuesioner. Data mengenai rasa percaya diri diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner Rosenberg Self Esteem Scale(Rosenberg 1965).

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak Modeling School mengenai gambaran umum lokasi Modeling School. Data sekunder tersebut digunakan sebagai data pendukung.

Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari wawancara melalui kuesioner dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Data yang dikumpulkan selama penelitian dientry

menggunakan program komputer Microsoft Office Exel dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry data,

cleaning data dan analisis data. Editing/cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Coding dilakukan dengan cara menyusuncode-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel, dan Statistical Program for Social Sciences

(SPSS) 16.0 for windows. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji chi square.

Data tentang umur, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar pinggul digunakan untuk mengetahui karakteristik responden. Data tentang gangguan makan dianalisis dengan 21 pertanyaan. sedangkan data tentang rasa percaya diri dianalisis dengan 10 pertanyaan.

Kuesioner yang digunakan untuk melihat gangguan makan adalah menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (Stice et al 2000). Responden mengalami gangguan makan jika responden memiliki kriteria-kriteria seperti dibawah ini (lampiran 1).

a. Anorexia nervosa

1. Jika indeks massa tubuh (IMT) <17.5 pada item 19 dan 20 2. Jika menjawab skor 4 atau lebih pada item 2

3. Jika menjawab skor 4 atau lebih pada item 3 dan 4 4. Jika menjawab skor 3 atau lebih pada item 21

(22)

b. Bulimia Nervosa

Responden digolongkan pada gangguan makan tipe bulimia nervosa jika menjawab semua kriteria di bawah ini:

a. Menjawab ya pada item 2 dan 6,

b. Menjawab lebih besar dari 2 pada item 8

c. Menjawab skor 8 atau lebih pada semua item 15,16,17 dan 18 d. Menjawab skor 4 atau lebih pada item 3 dan 4

c. Binge Eating Disorder

Responden digolongkan pada gangguan makan tipe binge eating disorder

jika menjawab semua kriteria di bawah ini:

a. Menjawab ya untuk item 5 dan 6, dan menjawab lebih besar dari dua pada item 7

b. Pada item 9,10,11,12,13 jika menjawab ya minimal tiga item dari ke lima item tersebut.

c. Menjawab ya pada item 14

d. Menjawab skor 0 pada item15,16,17,18

Jika responden memiliki kriteria binge eating disorder tetapi melakukan perilaku kompensasi, maka responden digolongkan ke dalam bulimia nervosa.

d. Eating Disorder not Otherwise Spesified(EDNOS)

a. Semuakriteria anorexia nervosakecuali menstruasi teratur.

b. Semua kriteria bulimia nervosa kecuali orang yang frekuensi binge eating

dan mekanisme kompensasi dengan frekuensi kurang dari dua kali dalam seminggu selama tiga bulan terakhir.

Rasa percaya diri pada responden ditentukan dengan menggunakan kuesioner dari Rosenberg Self-Esteem Scale(Stice et al2000). Pada kuesioner ini terdapat 10 butir pertanyaan dalam bentuk positif dan negatif. Pengukuran menggunakan skala rikert. Jawaban untuk pertanyaan positif diberi skor: sangat setuju 3, setuju 2, tidak setuju 1, sangat tidak setuju 0. Untuk pertanyaan negatif diberi skor: sangat setuju 0, setuju 1, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 3. Analisa data dibagi menjadi dua kategori yaitu rendah diri dan tidak rendah diri. Pada kategori rendah diri jika berada pada rentang nilai < 15 dan tidak rendah diri berada pada rentang nilai ≥15 (Rosenberg 1965).

(23)

responden merasa gemuk atau sedang tetapi status gizi dalam kategori kurus. Sedangkan pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif.

Data kritik teman sebaya (ejekan/sindiran teman seprofesi, sahabat, teman bermain mengenai berat badan dan tinggi badan) diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Kritik teman sebaya dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Responden pernah mengalami kritik (ejekan/sindiran) jika responden pernah mengalami salah satu ejekan mengenai berat badan atau tinggi badan dan responden pernah disarankan oleh teman sebaya untuk menurunkan berat badan. Sedangkan jawaban dari pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif.

Data media massa diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Media massa dikategorikan menjadi sering dan jarang. Media massa dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu sering dan jarang. Frekuensi sering jika responden membaca majalah mengenai kecantikan/mode/fashion, menonton televisi, mengakses internet lebih dari dua kali dalam seminggu dan ingin menurunkan berat badan setelah membaca/menonton/mengakses media tersebut. Sedangkan jawaban dari pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif.

Data konsumsi pangan (riwayat diet dan kebiasaan makan) diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Riwayat diet dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Kategori pernah jika telah menjawab ya pada pertanyaan “pernahkah anda melakukan diet”. Sedangkan kebiasaan makan dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Responden memiliki kebiasaan makan yang baik jika memenuhi konsep gizi seimbang berdasarkan PUGS (pedoman umum gizi seimbang) yaitu mengonsumsi makanan pokok 3-8 porsi sehari, lauk nabati 3 porsi sehari, lauk hewani 3 porsi sehari, sayur mayur 2-3 porsi sehari, buah-buahan 2-3-4 porsi sehari, dan air putih ≥ 2 liter (8 gls) dalam sehari (Depkes 2005).

Pengukuran status gizi pada remaja pertengahan 15-17 tahun dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Nilai IMT/U responden diperoleh dengan menggunakan software anthroplus dari WHO 2007 yang kemudian dikategorikan berdasarkan z-skor. Kategori status gizi menurut

(24)

indeks massa tubuh (IMT) dengan kategori underweght <18.5 kg/m2, normal 18.5-24.9 kg/m2, overweihgt ≥25.0 kg/m2, pre-obese, 25.0-29.9 kg/m2, obese I 30.0-34.9 kg/m2, obese II 35.0-39.9 kg/m2dan obese III ≥40.0 kg/m2.

(25)

Definisi Operasional

Usia adalah remaja perempuan yang mengikuti kegiatan modeling berusia 15-22 tahun.

Gangguan Makan adalah terjadi perilaku makan yang abnormal yang ditandai dengan dipenuhinya tiga atau lebih dari kriteria penyimpangan perilaku makan (seperti adanya ketakutan kenaikan berat badan, adanya riwayat

binge eating, adanya perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat pencahar/diuresis, puasa dan olahraga berlebihan) yang disesuaikan dengan kuesioner.

Distorsi Citra Tubuh adalah penyimpangan persepsi mengenai bentuk tubuh ideal yang tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang sebenarnya.

Rasa Percaya Diriadalah tingkat rasa percaya diri tentang dirinya secara umum. Media Massa adalah frekuensi mengakses media massa mengenai bentuk tubuh, kecantikan/mode/fashion baik media cetak ataupun media elektronik.

Teman Sebaya sahabat/teman bermain, teman dengan profesi yang sama (model) baik laki-laki maupun perempuan yang memberikan ejekan/sindiran mengenai berat badan dan tinggi badan.

Riwayat Diet pernah tidaknya melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Kebiasaan Makan frekuensi mengonsumsi makanan dan minuman dalam sehari

berdasarkan pedoman umum gizi seimbang yang disesuaikan dengan kuesioner.

Anorexia Nervosa tipe gangguan makan yang ditandai dengan merasa ketakutan jika berat badan gemuk, berat badan dan bentuk tubuh mempengaruhi penilaian diri sendiri, IMT kurang dari 17.5, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan secara berturut-turut yang disesuaikan dengan kuesioner.

Bulimia Nervosa tipe gangguan makan yang ditandai dengan makan dalam porsi yang sangat banyak dan merasa tidak dapat berhenti makan dan melakukan kompensasi lebih dari delapan kali dalam seminggu yang disesuaikan dengan kuesioner.

Binge eating tipe gangguan makan yang ditandai dengan makan dalam porsi yang sangat banyak dan merasa tidak dapat berhenti makan namun tidak melakukan kompensasi.

EDNOS (eating disorder not otherwise) tipe gangguan makan yang yang memenuhi sebagian dari kriteria anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan

(26)

The Sun Modeling School terletak di Jl. Gedung Hijau No. 74 (area Xtrans) Pondok Indah Jakarta Selatan, sedangkan Leonard’s model terletak di Ruko Eropa Blok F No. 11 Kota Wisata Cibubur. Dua sekolah model ini merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk membantu membekali anak-anak, remaja dan dewasa muda untuk menjadi seorang model profesional atau yang ingin mengembangkan bakat seseorang sebagai model. The Sun Modeling School memiliki jumlah siswa yang terlibat dalam kegiatan modeling adalah sebanyak 35 orang terdiri dari anak-anak empat (4) orang, remaja laki-laki delapan orang dan remaja perempuan 23 orang. Sedangkan Leonard’s model sebanyak 49 orang yang terdiri dari anak-anak sembilan (9) orang, remaja laki-laki 10 orang dan remaja perempuan 30 orang.

The Sun Modeling School dan Leonard’s model memiliki pelatih yang terdiri dari tenaga muda professional yang telah berpengalaman dalam bidangnya dan memberikan kesempatan kepada para pecinta seni entertainment

khususnya dibidang modeling untuk dibina, dididik, dikembangkan dan diarahkan bakatnya untuk menjadi model yang baik, berkarakter, bertanggung jawab dan mempunyai tata krama dalam hidup bersosialisasi. Jadwal program modeling pada remaja/dewasa terdiri dari dua yaitu:

1. Dasar remaja dan dewasa, yaitu berupa teknik yang terdiri dari catwalk, fashion, coreography with style, pose dan ekspressi, photo outdoor, public speaking, pengetahuan berbusana, teori modeldrappery selendang, make up

dan back stage(evaluasi).

2. Advance remaja dan dewasa, yaitu berupa penjiwaan atau penghayatan (karakter) terdiri dari catwalk coreography with style, catwalk koreography & property, fashion dance, fashion model, photo outdoor, public speaking II,

pengetahuan berbusana back stage (evaluasi), make up II, kepribadian model professional.

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah remaja perempuan yang sedang mengikuti kegiatan modeling diThe Sun Modeling SchooldanLeonard’s Model.

(27)

pinggang, dan lingkar pinggul responden. Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan jumlah contoh sebanyak 50 orang. Tabel karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik responden

No Peubah n % min-maks x฀±SD

1 Usia 15-22 thn 50 100.0 15-22 18.4±2.1 2 Berat Badan (kg) 50 100.0 40-53 47.8±2.8 3 Tinggi Badan (cm) 50 100.0 160-173 166.2±3.9 4 IMT (indeks massa tubuh) 50 100.0 15.6 -19.1 17.3±0.9 5 Lingkar Pinggang (cm) 50 100.0 63-72 67.4±2.1

6 Lingkar Pinggul (cm) 50 100.0 71-85 80.7±2.7

Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang berusia 15-22 tahun dengan rata-rata umur 18.4±2.1 tahun. Responden dikategorikan kedalam dua kelompok berdasarkan umur, dimana jumlah responden dengan usia remaja pertengahan 15-17 tahun sebanyak 19 orang (38.0%), sedangkan usia remaja akhir 18-22 tahun 31 orang (62.0%). Penelitian yang dilakukan oleh Hoke and Hoke (2003) menyatakan bahwa 40.0% kasus anoreksia terjadi pada anak perempuan dengan umur 15-19 tahun. Sedangkan menurut Sullivan (1995) dalam NEDA (2005) menyatakan bahwa perempuan dengan umur 15-24 tahun yang menderita anorexia nervosa memiliki resiko kematian dua belas kali lebih tinggi dari semua penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Rata-rata berat badan dan tinggi badan responden secara berturut-turut adalah 47.8±2.8 kg dan 166.2±3.9 cm. Sedangkan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) adalah 17.3±0.9kg/m2.

(28)

penyakit metabolik. Semakin besar nilai rasio yang didapat menandakan semakin besar resiko penyakit metabolik yang dimiliki. Semakin besar indeks massa tubuh (IMT) responden, semakin besar nilai rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU).

Gangguan Makan

Gangguan makan adalah terjadi perilaku makan yang abnormal yang ditandai dengan dipenuhinya tiga atau lebih dari kriteria penyimpangan perilaku makan (seperti adanya ketakutan kenaikan berat badan, adanya riwayat binge eating, adanya perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat pencahar/diuresis, puasa dan olahraga berlebihan. Ada dua gangguan makan yang paling umum adalah anorexia nervosa dan

bulimia nervosa. Anorexia nervosa ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan tubuh yang normal minimal berat badan. APA (1994) dalam Cohen (2006) menyatakan bahwa sekitar 0.5%-3.0% dari populasi menderita gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN). Distribusi gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling Schooldapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan tipe gangguan makan

Tipe Gangguan Makan n % responden tergolong normal. Tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden adalah tipe EDNOS (Eating Disorder Not Otherwise Specified) yaitu sebanyak 15 orang (30.0%) sedangkan paling sedikit adalah tipe bulimia nervosa

yaitu sebanyak 1 orang (2.0%). Menurut Fainburn (1999) bahwa separuh dari penderita gangguan makan bukanlah anorexia nervosa dan bulimia nervosa

melainkaneating disorder not otherwise specified(EDNOS).

(29)

beresiko terhadap gangguan makan, dimana pada orang dengan profesi sebagai Model dituntut untuk memiliki tubuh yang kurus dan langsing untuk menarik perhatian banyak orang. Menurut American Psychiatric Association(1994) dalam Cohen (2006) menyatakan bahwa sekitar 0.5%-3.0% dari populasi menderita gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), dua gangguan makan tersebut terkait dengan keinginan untuk kurus, dimana keinginan tersebut sekitar sepuluh kali lipat terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Tabel 3 menunjukkan karakteristik remaja perempuan yang mengalami gangguan makan di Modeling School.

Tabel 3 Karakteristik remaja perempuan yang mengalami gangguan makan di

Modeling School

No Peubah n % min-maks x±SD

1 Usia 25 100.0 16-22 19.2±1.9 2 Berat Badan (kg) 25 100.0 40-53 46.8±3.3 3 Tinggi Badan (cm) 25 100.0 160-172 166.8±4.2 4 IMT (indeks massa tubuh) 25 100.0 15.6 -19.1 16.9±0.8 5 Lingkar Pinggang (cm) 25 100.0 63-72 67.0±2.4 6 Lingkar Pinggul (cm) 25 100.0 71-84 79.8±3.1

(30)

Citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang berupa gambaran seseorang mengenai tubuhnya. Belakangan ini, istilah citra tubuh berkembang meliputi bagaimana perasaan seseorang mengenai tubuhnya, dan apakah individu tersebut puas atau tidak dengan tubuhnya (Atwater et al 2005). Pada perempuan, pandangan mengenai citra tubuh menurut mereka seringkali tidak sesuai dengan dengan citra tubuh ideal yang sebenarnya. Mereka merasakan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh mereka dan hal tersebut dapat membawa dampak yang negatif berupa gangguan makan. Tabel 4 menunjukkan distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap berat badan dan

bentuk tubuh

Total 50 100.0 50 100.0 50 100.0

Skala:

0= tidak sama sekali 1= tidak sama sekali -sedikit 2= sedikit 3=sedikit-sedang 4=sedang 5=sedang-sangat 6=sangat

Berdasarkan persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh, pada variabel “takut jika berat badan naik atau menjadi gemuk” responden paling banyak menjawab pada skala 5 (antara sedang dengan sangat) yaitu sebanyak 16 orang (32.0%). Sedangkan pada variabel “berat badan mempengaruhi penilaian tentang diri sendiri” dan “bentuk tubuh mempengaruhi penilaian tentang diri” responden paling banyak menjawab pada variabel 5 (antara sedang dengan sangat) masing-masing adalah 21 orang (42.0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kekhawatiran akan berat badan dan bentuk tubuh mereka sendiri (Tabel 4).

Anorexia Nervosa

(31)

dengan anorexia nervosa terus terobsesi untuk menurunkan berat badan dan tetap tidak puas dengan ukuran tubuh mereka, dan terlibat dalam berbagai perilaku tidak sehat untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu bentuk dan berat badan pada individu dengan anorexia nervosa menjadi hal yang sangat penting sebagai penanda diri dan harga diri (Kreipe 2006). Tabel 5 menunjukkan distribusi responden berdasarkan anorexia nervosa pada remaja perempuan di Modeling School.

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan anorexia nervosa

Kriteria Anorexia Nervosa n % Memiliki IMT < 17,5

Merasa ketakutan jika berat badan gemuk

Berat badan dan bentuk tubuh mempengaruhi penilaian diri sendiri Tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan secara berturut-turut

2

Responden yang memiliki IMT <17.5 sebanyak 29 orang (58.0%), hal ini juga ditunjukkan bahwa 94.0% responden memiliki status gizi kurus, sedangkan normal hanya 6.0%. Sebanyak 43 orang (86.0%) mempengaruhi penilaian pada berat badan dan bentuk tubuh mereka. Responden dengan anorexia nervosa

sebanyak tiga orang dengan rata-rata umur 19 tahun, indeks massa tubuh (IMT) 16.2 kg/m2, rata-rata lingkar pinggang dan lingkar pinggul masing-masing 66.0 dan 78.7 cm. Berdasarkan WHO (2007) status gizi responden tergolong kurus karena indeks massa tubuh (IMT) <18.5 kg/m2. Rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) adalah 0.83 cm sehingga tidak beresiko terjadinya gangguan metabolik karena rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) <0.85 cm (Tabel 5).

Salah satu ciri dari anorexia nervosa ditandai dengan amenorrhea (tidak mengalami menstruasi sekurang kurangnya selama tiga bulan secara berturut-turut). Lemak adalah unsur pembangun sebagian senyawa terpenting bagi tubuh, termasuk prostaglandin, senyawa semacam hormon yang mengatur banyak fungsi tubuh. Lemak mengatur produksi hormon seks yang dapat menjelaskan mengapa sebagian remaja perempuan yang terlalu kurus mengalami keterlambatan perkembangan pubertas dan amenorrhea (hilangnya periode menstruasi pada usia subur). Selain itu, sebuah penelitian mengatakan 12% masalah ketidaksuburan disebabkan oleh masalah berat badan. Orang yang terlalu kurus bisa membuat siklus haid wanita tidak teratur atau bahkan

(32)

menurunnya fungsi hipofisis, kemungkinan disebabkan karena gangguan fungsi hypothalamus (Master & Heiman 2006).

Responden yang tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan terakhir sebanyak 3 orang (6.0%). Sedangkan dari keseluruhan responden, sebanyak 17 orang (34.0%) responden tidak mengalami amenorrhea dan responden paling banyak tidak mengalami menstruasi adalah selama satu bulan terakhir yaitu sebanyak 19 orang (38.0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Responden yang mengalami amenorrheasebanyak 3 orang (6.0%) dan ketiga responden tersebut merupakan responden yang mengalami gangguan makan dengan tipe anorexia nervosa.

Sebanyak dua dari tiga responden yang mengalami anorexia nervosa

juga mengalami distorsi citra tubuh, hal tersebut menunjukkan ketidakpuasan mengenai bentuk tubuhnya saat ini, selain itu juga ditunjukkan dengan penggunaan suplemen pencahar dan penurun berat badan (pelangsing), dimana semua responden yang mengalami anorexia nervosa menggunakan obat pencahar dan dua dari tiga responden juga mengonsumsi obat penurun berat badan (pelangsing).

Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa merupakan salah satu perilaku makan menyimpang dengan karakteristik mengonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat pencahar atau diuretik, berpuasa atau berolahraga yang berlebihan (Brown 2005). Distribusi responden berdasarkan bulimia nervosa pada remaja perempuan di Modeling Schooldapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan bulimia nervosa

No Kriteria Bulimia Nervosa n % 1 Pernah makan dengan porsi yg sangat banyak 45 90.0

dan merasa tidak dapat berhenti makan

2 Berat badan dan bentuk tubuh mempengaruhi penilaian diri sendiri 43 86.0

3 Melakukan perilaku kompensasi ≥ 8kali dalam 1 minggu 1 2.0 4 Makan dalam porsi banyak >2 kali selama 3 bln terakhir 22 44.0

(33)

menggunakan obat pencahar, sengaja tidak makan dan melakukan olahraga untuk mencegah kenaikan berat badan lebih dari delapan kali dalam satu minggu selama 3 bulan terakhir) hanya terjadi pada satu orang responden (2.0%) dan responden tersebut merupakan responden yang mengalami gangguan makan dengan tipe bulimia nervosa, dimana umur responden adalah 20 tahun dengan indeks massa tubuh (IMT) adalah 17.8 kg/m2, ukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul masing-masing 68 dan 82 cm. Berdasarkan WHO (2007) status gizi responden tergolong kurus karena <18.5 kg/m2. Rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) adalah 0.83 cm sehingga tidak beresiko terjadinya gangguan metabolik karena rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) <0.85 cm (Tabel 6).

Salah satu ciri dari gangguan makan tipe bulimia nervosa adalah melakukan perilaku kompensasi dengan tujuan untuk mencegah kenaikan berat badan. Jenis perilaku kompensasi tersebut meliputi sengaja membuat diri muntah, menggunakan obat pencahar, sengaja tidak makan, dan melakukan olahraga berlebihan selama tiga bulan terakhir dengan frekuensi delapan kali atau lebih dalam seminggu. Distribusi responden berdasarkan perilaku kompensasi pada remaja perempuan di Modeling School selama tiga bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan perilaku kompensasi dalam tiga bulan terakhir

No Perilaku Kompensasi n %

1 Sengaja membuat diri muntah 6 12.0 2 Menggunakan obat pencahar 25 50.0 3 Selama 3 bln terakhir sengaja tidak makan 32 64.0 4 Selama 3 bln terakhir melakukan olahraga berlebihan 29 58.0

Perilaku kompensasi yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah sengaja tidak makan selama tiga bulan terakhir yaitu sebanyak 32 orang (64.0%) dan sebanyak 29 orang (58.0%) melakukan olahraga berlebihan selama tiga bulan terakhir. Sedangkan hanya sebanyak enam orang (12.0%) responden yang sengaja membuat dirinya muntah dengan tujuan untuk menurunkan berat badan.

(34)

menunjukkan frekuensi berdasarkan perilaku kompensasi yang dilakukan oleh responden.

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan frekuensi perilaku kompensasi dalam satu minggu pada tiga bulan terakhir

Frekuensi

(35)

Binge Eating

Menurut APA (1994) dalam Latner dan Wilson (2004) binge eating disorder adalah keadaan mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan disertai dengan kehilangan kontrol dan terus berulang namun tidak disertai dengan pemuntahan (menyerupai bulimia nervosa) dengan frekuensi binge eating pada penderita rata-rata dua kali dalam seminggu. Distribusi responden berdasarkan binge eating pada remaja perempuan di Modeling School dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan binge eating

Kriteria Binge Eating n %

Riwayat Binge Eating(n= 50)

1. Pernah makan dengan porsi sangat banyak dan

merasa tidak dapat berhenti makan 45 90.0 2. Makan dalam porsi yang banyak >2kali seminggu

selama 6 bln terakhir 43 86.0

Perilaku Binge Eating

1. Makan lebih cepat dari biasanya 45 90.0 2. Makan hingga kekenyangan 45 90.0 3. Makan dalam porsi besar walaupun tidak lapar 32 64.0 4. Makan sendirian karena malu 9 18.0 5. Merasa muak/jijik pada diri sendiri setelah makan berlebihan 12 24.0 6. Merasa sangat kecewa karena tidak dapat mengendalikan

porsi makan 41 82.0

Sebanyak 45 orang (90.0%) responden makan dalam porsi yang banyak dan merasa tidak dapat berhenti makan. Selnjutnya perilaku binge eating yang paling banyak dialami oleh responden adalah makan lebih cepat dari biasanya dan makan hingga kekenyangan yaitu masing-masing sebanyak 90.0%. Menurut Stice et al (2000) responden mengalami binge eating jika pernah mengalami semua riwayat binge eating pada Tabel 8 dan jika pernah mengalami perilaku

(36)

lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) responden adalah 0.85 cm sehingga kemungkinan beresiko terjadinya gangguan metabolik karena rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) ≥ 0.85 cm (Tabel 9).

Pada keseluruhan responden, responden yang pernah mengalami perilaku binge eating minimal tiga atau lebih perilaku binge eating adalah sebanyak 36 orang (72.0%), namun 30 orang tidak dikategorikan kedalam binge eating karena tidak memenuhi semua kriteria dari riwayat binge eating sesuai dengan metode sticeet al(2000).

Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS)

Eating disorder not otherwise specified (EDNOS) yang merupakan jenis penyimpangan perilaku makan yang lebih ringan dari anorexia nervosa dan

bulimia nervosa. Penderita Eating disorder not otherwise specified (ENDOS) memiliki gejala yang hampir sama dengan penderita anorexia nervosa dan

bulimia nervosa namun tidak seluruhnya menyerupai. Pengklasifikasian responden kedalam tipe Eating disorder not otherwise specified (EDNOS) adalah berdasarkan kriteria seperti semua kriteria anorexia nervosa kecuali menstruasi teratur. Semua kriteria bulimia nervosakecuali orang yang frekuensi binge eating

dan mekanisme pengkompensasian dengan frekuensi kurang dari dua kali dalam seminggu selama tiga bulan terakhir.

Responden yang termasuk ke dalam tipe eating disorder not otherwise specified (EDNOS) berjumlah 15 orang (30.0%), dimana responden dengan umur 18-22 tahun sebanyak 11 orang dan umur 15-17 tahun empat orang. Rata-rata indeks massa tubuh (IMT) adalah 16.8 kg/m2, sedangkan lingkar pinggang dan linggar pinggul masing-masing 67.4 dan 80.5 cm. Berdasarkan WHO (2007) status gizi responden umur 18-22 tahun tergolong kurus karena <18.5 kg/m2. Sedangkan status gizi responden umur 15-22 tahun juga tergolong kurus karena berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) berada pada -3SD ≤Z< -2SD dengan rata-rata IMT menurut umur adalah -2.20. Rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) adalah 0.84 cm sehingga tidak beresiko terjadinya gangguan metabolik karena rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) <0.85 cm.

Jumlah responden tipe eating disorder not otherwise specified (EDNOS) diperoleh dari responden yang memenuhi sebagian kriteria anorexia nervosa

(37)

kurang dari dua kali dalam seminggu sebanyak 4 orang (8.0%). Responden yang tidak termasuk ke dalam kriteria tipe eating disorder not otherwise specified

(EDNOS) dimasukkan pada kategori normal, karena tidak memenuhi semua ciri-ciri dari kriteriaanorexia nervosa, bulimia nervosadan binge eating.

Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan makan. Seseorang akan merasa lebih percaya diri jika mereka memiliki tubuh yang kurus dan kecil karena pada umumnya wanita memiliki pandangan seperti itu mengenai citra tubuh yang baik. Memiliki bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan pandangan mereka menyebabkan rasa percaya diri rendah sehingga cenderung untuk melakukan diet yang akan sangat memungkinkan membawa pada gangguan makan. Rasa percaya diri ditentukan dengan menggunakan kuesioner dari Rosenberg Self-Esteem Scale. Pada kuesioner tersebut terdapat 10 butir pertanyaan dalam bentuk positif dan negatif, dengan pilihan jawaban, sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Sebaran mengenai rasa percaya diri pada remaja perempuan di Modeling School dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan rasa percaya diri

Skor

No Variabel 0 1 2 3

n % n % n % n %

1 Secara Umum, saya puas dengan diri

saya sendiri 0 0.0 18 36.0 30 60.0 2 4.0

2 Suatu saat saya berpikir bahwa saya sama sekali tidak baik dalam perilaku maupun dalam penampilan*

0 0.0 46 92.0 2 4.0 2 4.0

3 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang memiliki kualitas yang baik

0 0.0 11 22.0 38 76.0 1 2.0

4 Saya mampu melakukan hal-hal seperti yang 0 0.0 4 8.0 45 90.0 1 2.0

dilakukan banyak orang pada umumnya

5 Saya merasa bahwa saya tidak memiliki hal yang bisa dibanggakan*

0 0.0 10 20.0 38 76.0 2 4.0

6 Saya merasa bahwa saya tidak berguna* 0 0.0 1 2.0 45 90.0 4 8.0

7 Saya merasa bahwa saya merasa berharga setidaknya sama dengan orang lain

0 0.0 0 0.0 50 100.0 0 0.0

8 Saya berharap bahwa bisa lebih menghargai

diri sendiri* 10 20.0 39 78.0 1 2.0 0 0.0

9 Saya merasa bahwa saya gagal dalam

segala sesuatu* 0 0.0 0 0.0 47 94.0 3 6.0

10 Saya memiliki sikap positif terhadap

diri saya sendiri 0 0.0 0 0.0 50 100.0 0 0.0

(38)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pertanyaan pada responden mengenai rasa percaya diri dibagi ke dalam dua bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan positif dan negatif. Jawaban untuk pertanyaan positif diberi skor: sangat setuju 3, setuju 2, tidak setuju 1, sangat tidak setuju 0. Untuk pertanyaan negatif diberi skor: sangat setuju 0, setuju 1, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 3.

Pada pertanyaan positif jawaban terbanyak dari responden adalah “setuju” atau skor dua yaitu adalah pada pertanyaan nomor tujuh dan nomor 10 yaitu masing-masing sebanyak 50 orang (100.0%). Sedangkan pada pertanyaan bentuk negatif jawaban terbanyak dari responden adalah tidak setuju yaitu pada pertanyaan nomor sembilan sebanyak 47 orang (94.0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki rasa percaya diri yang positif mengenai diri mereka sendiri.

Rasa percaya diri pada responden dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu rendah diri dan tidak rendah diri. Responden dengan rasa percaya diri yang rendah jika berdasarkan kuesioner (Lampiran 1) berada pada rentang nilai <15, sedangkan responden tidak rendah diri jika berada pada rentang ≥15.

Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan rasa percaya diri

Rasa Percaya Diri Tidak rendah diri 16 64.0 23 92.0 39 78.0

Total 25 100.0 25 100.0 50 100. 0

Sebanyak 39 orang (78.0%) responden tidak rendah diri dan 11 orang (22.0%) rendah diri. Pada responden yang rendah diri sembilan orang (36.0%) responden adalah pada responden yang mengalami gangguan makan, sedangkan sebanyak 2 orang (8.0%) pada responden yang tidak mengalami gangguan makan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang rendah diri lebih banyak dialami oleh responden yang mengalami gangguan makan. Hasil uji

(39)

Distorsi Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang berupa gambaran seseorang mengenai tubuhnya. Belakangan ini, istilah citra tubuh berkembang meliputi bagaimana perasaan seseorang mengenai tubuhnya, dan apakah individu tersebut puas atau tidak dengan tubuhnya (Atwater et al 2005). Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka.

Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan persepsi bentuk tubuh, tinggi badan dan bagian-bagian tubuh yang belum sesuai dengan yang diinginkan

No Variabel

Gangguan Makan

Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Persepsi bentuk tubuh saat ini

Kurus 0 0.0 3 12.0 3 6.0 3 Tinggi badan sudah sesuai yang

diinginkan

Ya 10 40.0 7 28.0 17 34.0

Tidak 15 60.0 18 72.0 33 66.0 4 Bagian tubuh yang belum sesuai

yang diinginkan

(40)

Persepsi responden mengenai bentuk tubuhnya saat ini yang paling banyak menjawab bentuk tubuh merasa sedang yaitu sebanyak 24 orang (48.0%), merasa gemuk 23 orang (46.0%), responden yang ingin menurunkan berat badan sebanyak 40 orang (80.0%) dan tinggi badan belum sesuai dengan yang diinginkan sebanyak 33 orang (Tabel 12). Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh (IMT), sebanyak 94.0% responden memiliki status gizi kurus dan 6.0% dengan status gizi normal, tidak ada responden dengan status gizi gemuk, namun responden masih belum puas dengan bentuk tubuh mereka, dan ingin menurunkan berat badan untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal seperti yang mereka harapkan. Ketidakpuasan bentuk tubuh ditunjukkan oleh responden tentang bentuk tubuh yang merasa sedang dan gemuk, padahal tergolong kurus.

Alasan responden memiliki bentuk tubuh sedang atau gemuk adalah bentuk tubuh belum sesuai dengan yang diinginkan, dimana alasan paling banyak dipilih responden adalah perut terlalu besar yaitu sebanyak 28 orang (56.0%), paha terlalu besar 26 orang (52.0%) dan lengan terlalu besar sebanyak 25 orang (50.0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi mengenai bentuk tubuh ideal yang salah karena dilihat dari status gizi tergolong kurus. Hal ini dapat terjadi karena seseorang akan merasa lebih percaya diri jika mereka memiliki tubuh yang kurus dan kecil karena pada umumnya wanita memiliki pandangan seperti itu mengenai citra tubuh yang baik.

Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal

No Persepsi bentuk tubuh ideal

Gangguan Makan

Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Badan Tinggi >170 cm 22 88.0 23 92.0 45 90.0 2 Paha Kecil 17 68.0 21 84.0 38 76.0 3 Badan Langsing 18 72.0 19 76.0 37 74.0 4 Perut Rata 15 60.0 10 40.0 25 50.0 5 Lengan Kecil 12 48.0 9 36.0 21 42.0 6 Pinggul besar 5 20.0 12 48.0 17 34.0 7 Betis Kecil 9 36.0 7 28.0 16 32.0 8 Kulit Mulus dan Putih 9 36.0 5 20.0 14 28.0 9 Bahu Kecil 5 20.0 7 28.0 12 24.0 10 Kaki Panjang 5 20.0 6 24.0 11 22.0 11 Dada Besar 4 16.0 3 12.0 7 14.0 12 Pinggang Kecil 3 12.0 3 12.0 6 12.0

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai gangguan makan
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan frekuensi perilaku kompensasi dalam satu minggu pada tiga bulan terakhir
Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan binge eating
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan rasa percaya diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan orang orang lain lain.. Saya Saya mengerjakan mengerjakan yang yang terbaik terbaik jika jika saya saya dibimbing dibimbing orang. orang lain

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan handphone Nokia, yang berusia 17-20 tahun berjumlah 33 mahasiswa atau 34,4 persen dari

Seorang auditor internal yang profesional dari kesungguhan bahwa sebagai suatu profesi internal audit memiliki standar yang penting untuk diterapkan dan menyadari bahwa

Dari beberapa definisi dua kata tersebut, yakni epistemologi dan Pendidikan Islam dapat dijelaskan bahwa Epistemologi Pendidikan Islam adalah objek pengetahuan,

Kuisioner penelitian ini saya sampaikan dalam rangka memperoleh bukti empiris tentang: “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Nasabah Perempuan Terhadap Keputusan Menjadi

kata pacewetan yang lama-kelamaan menjadi Pacitan. Busana merupakan kesatuan dari keseluruhan yang dipakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Baik yang sifatnya

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar